Anda di halaman 1dari 16

Makalah

EKTRAKSI
Disusun Oleh:
RAHMAT PUTRA
NPM:
2013010006

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2022

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan komposisi yang
beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil seluruh zat dari bahan
tersebut atau dapat mengambil beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari suatu bahan.
Untuk dapat mengambil atau memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
proses, salah satunya yaitu ekstraksi.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus
yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara
keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Proses ekstraksi dapat dibedakan menurut bentuk campurannya menjadi dua jenis,
yaitu padat-cair dan cair-cair. Zat yang diekstraksi dalam ekstraksi padat-cair yaitu
berbentuk padatan. Sedangkan pada ekstraksi cai-cair, zat yang diekstraksi merupakan
bentuk cairan. Ekstraksi cair-cair inilah yang biasa disebut ekstraksi pelarut.
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan
baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi
zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur ,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.

 B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Ekstraksi?

2. Bagaimana prinsip dasar ekstraksi pelarut ?

2
3. Apa saja klasifikasi ekstrasi tersebut ?

4. Apa saja tujuan ekstraksi ?

5. Bagaimanakah metode dari ekstraksi tersebut ?

6. Bagaiamanakah ekstraksi dengan corong pisah ?

7. Apa sajakah syarat-syarat ekstraksi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu ekstraksi

2. Untuk mengetahui prinsip dasar dari ekstraksi pelarut

3. Untuk mengetahui pengklasifikasian ekstraksi pelarut

4. Untuk mengetahui apa itu tujuan ekstraksi

5. Untuk mengetahui bagaimana metode ekstraksi pelarut

6. Untuk mengetahui jenis corong pisah

7. Untuk mengetahui apa itu syarat-syarat ekstraksi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Secara umum definisi ekstraksi pelarut/cair-cair adalah proses pemisahan suatu


komponen/solut dari larutan fase air menggunakan pelarut organik tertentu. Dalam proses
ekstraksi dihasilkan dua jenis larutan yaitu larutan fase organik dan fase air. Larutan fase
organik yang dihasilkan dari proses ekstraksi adalah larutan yang kaya dengan solut yang
diinginkan dan sering disebut ekstrak sedangkan larutan fase air adalah larutan yang
miskin dengan solut disebut rafinat.

Ekstraksi pelarut menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk


pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya bukanlah analitis namun preparatif,
ekstrasi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke
suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun
kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan
sebuah corong pisah. Seringkali suatu permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan
dalam beberapa menit.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu


komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang
sesuai dengan komponen yang diinginkan. Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan
sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut
antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium
maupun industry. Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan untuk menghilangkan
atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelarut air yang diekstraksi dengan
pelarut lain seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau benzene.

Tahap-tahap ekstraksi :
1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak.   
Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya,
yaitu pelarutan ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau
filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya
dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat
langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah dipekatkan.

4
Faktor- faktor yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut;
1.      Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat dan cair; sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang
dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.

2.      Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi
dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah
proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun,
pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi
lebih kental.

3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam
pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju
ekstraksi yang lebih tinggi.

4.      Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi,
sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.

Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair misalnya,


dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari
rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1.      Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan

5
alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama
dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh
harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2.      Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3.       Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
4.      Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan
kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar
kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan
dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan
dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
5.      Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang
tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang
akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
6.      Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan
jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).
7.       Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus :
- murah
- tersedia dalam jumlah besar
- tidak beracun

6
- tidak dapat terbakar
- tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
- tidak korosif
- tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
- memilliki viskositas yang rendah
- stabil secara kimia dan termis.
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap
proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung
khlor, isopropanol, etanol.

B.  Prinsip Dasar Ekstraksi Pelarut

Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :


P + V = C + 2
Keterangan :
P = fase
C = Komponen
V = Derjat kebebasan
Pada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1,
yaitu zat terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanan tetap,
sehingga V = 1, jadi kita akan dapat :
2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2

C.  Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah
mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion
logam berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab
spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang
melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan
spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori
terakhir merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek

7
saling memperkuat yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi.
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling
sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai
lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit.(Khopkar 1990)
 Perbandingan antara konsentrasi solut dalam fase organik terhadap solut dalam
fase air disebut koefisien distribusi (Kd). Efisiensi proses ekstraksi atau dapat dinyatakan
dengan persen solut yang terekstrak ke dalam fase organik. diperoleh dengan persamaan
sebagai berikut:

Keterangan :
E   = persen ekstraksi untuk sekali ekstraksi
D   = perbandingan distribusi
Vw = volume fase air
V0 = volume vase organik
Bila volume fase air dan fase organik sama (Vw = Vo), persamaan menjadi :

Ekstraksi dianggap ideal secara kuantitatif bila E = 100 %, berarti :

Persamaan ini menunjukkan bahwa jika Vw = Vo, ekstraksi dikatakan baik untuk harga D
besar.

D.  Tujuan Ekstraksi
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

8
1.   Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam
kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2.   Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini
bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang
dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu.
3.   Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya
dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali
membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian
ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi
penggunaan obat tradisional.
4.   Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk
menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

E.  Metode Ekstraksi
1.   Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya
sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi
sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :


 Modifikasi maserasi melingkar
 Modifikasi maserasi digesti
 Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
 Modifikasi remaserasi
 Modifikasi dengan mesin pengaduk

b. Metode Soxhletasi

9
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong
dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :
 Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
 Digunakan pelarut yang lebih sedikit
 Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini :


 Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.
 Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya
dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
 Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya
heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya
akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

10
c. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk


simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode
refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien.

2. Ekstraksi secara panas


a. Metode refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah palarut tertentu tertentu dengan
adanya pendinginan balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga kali sampai lima kali
pengulangan proses pada residu pertama agar proses ekstraksinya sempurna.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.

11
Prosedur:

Bahan + pelarut -> dipanaskan -> pelarut menguap -> pelarut yang menguap didinginkan
oleh kondensor -> jatuh lagi -> menguap lagi karena panas -> dan seterusnya. Proses ini
umunya dilakukan selama 1 jam.

b.   Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak


menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk
menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen
kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

F. Pemisahan Dengan Corong Pisah

Corong pisah, alat yang sering kita lihat atau gunakan di laboratorium ini,
merupakan peralatan laboratorium yang fungsinya untuk memisakan dua cairan yang
tidak bercampur karena kepolarannya yang berbeda. Corong pisah ini biasanya juga
digunakan untuk melakukan pemisahan ekstraksi. Pemisahan dengan corong pisah hanya
digunakan untuk pemisahan cair dengan cair.
Ada 2 corong pisah yaitu :

1. Corong pisah berbentuk silinder

12
13
2. Corong pisah berbentuk buah pear

G.  Syarat Pelarut
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan.
Adapun syarat pelarut lainnya yaitu :
1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta
distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa
lebih lanjut

H. Pelucutan (Striping)
Adalah pengambilan kembali zat terlarut yang telah diekstraksi dari fase organik
untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut :
• Zat terlarut yang telah diekstrak dapat diukur absorbansinya menggunakan kolorimeter
untuk mengetahui konsentrasinya
• Bila fase organik mudah menguap (dietil eter) dapat ditambah sedikit air kemudian
diuapkan di atas penangas air untuk mendapatkan zat terlarutnya
• Bila pelarut pengekstrak tidak mudah menguap, zat terlarut dipisahkan dari pelarut
dengan cara kimia, yaitu dengan mencampur larutan asam atau reagensia lain dengan
pengocokan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut.
2. Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang
paling baik.
3. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
4. Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu,
dan ekstraksi counter current.
5. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
sampel.
6. Metode ekstraksi mencakup ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara panas. Ekstraksi
secara dingin terdiri dari metode maserasi dan metode perkolasi. Ekstraksi secara panas
terdiri dari metode refluks dan metode destilasi uap.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta


Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
http : greenman92.blogspot.com/2011/02/ekstraksi-pelarut.html. diakses Kamis, 17 Mei 2012
http : rohyami.staff.uii.ac.id/2012/04/10/ekstraksi-pelarut/. diakses Kamis, 17 Mei 2012
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai