Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKTRAKSI
Disusun Oleh:
RAHMAT PUTRA
NPM:
2013010006
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan komposisi yang
beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat mengambil seluruh zat dari bahan
tersebut atau dapat mengambil beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari suatu bahan.
Untuk dapat mengambil atau memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
proses, salah satunya yaitu ekstraksi.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus
yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara
keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Proses ekstraksi dapat dibedakan menurut bentuk campurannya menjadi dua jenis,
yaitu padat-cair dan cair-cair. Zat yang diekstraksi dalam ekstraksi padat-cair yaitu
berbentuk padatan. Sedangkan pada ekstraksi cai-cair, zat yang diekstraksi merupakan
bentuk cairan. Ekstraksi cair-cair inilah yang biasa disebut ekstraksi pelarut.
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan
baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi
zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur ,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.
2
3. Apa saja klasifikasi ekstrasi tersebut ?
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tahap-tahap ekstraksi :
1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak.
Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya,
yaitu pelarutan ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau
filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya
dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat
langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah dipekatkan.
4
Faktor- faktor yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut;
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat dan cair; sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang
dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi
dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah
proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun,
pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi
lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam
pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju
ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi,
sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.
5
alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama
dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh
harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan
kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar
kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan
dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan
dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang
tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang
akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan
jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).
7. Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus :
- murah
- tersedia dalam jumlah besar
- tidak beracun
6
- tidak dapat terbakar
- tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
- tidak korosif
- tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
- memilliki viskositas yang rendah
- stabil secara kimia dan termis.
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap
proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung
khlor, isopropanol, etanol.
C. Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah
mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion
logam berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab
spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang
melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan
spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori
terakhir merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek
7
saling memperkuat yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi.
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling
sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai
lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit.(Khopkar 1990)
Perbandingan antara konsentrasi solut dalam fase organik terhadap solut dalam
fase air disebut koefisien distribusi (Kd). Efisiensi proses ekstraksi atau dapat dinyatakan
dengan persen solut yang terekstrak ke dalam fase organik. diperoleh dengan persamaan
sebagai berikut:
Keterangan :
E = persen ekstraksi untuk sekali ekstraksi
D = perbandingan distribusi
Vw = volume fase air
V0 = volume vase organik
Bila volume fase air dan fase organik sama (Vw = Vo), persamaan menjadi :
Persamaan ini menunjukkan bahwa jika Vw = Vo, ekstraksi dikatakan baik untuk harga D
besar.
D. Tujuan Ekstraksi
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
8
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam
kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini
bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang
dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya
dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali
membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian
ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi
penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk
menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
E. Metode Ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
b. Metode Soxhletasi
9
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong
dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya
heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya
akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
10
c. Metode Perkolasi
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah palarut tertentu tertentu dengan
adanya pendinginan balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga kali sampai lima kali
pengulangan proses pada residu pertama agar proses ekstraksinya sempurna.
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.
11
Prosedur:
Bahan + pelarut -> dipanaskan -> pelarut menguap -> pelarut yang menguap didinginkan
oleh kondensor -> jatuh lagi -> menguap lagi karena panas -> dan seterusnya. Proses ini
umunya dilakukan selama 1 jam.
Corong pisah, alat yang sering kita lihat atau gunakan di laboratorium ini,
merupakan peralatan laboratorium yang fungsinya untuk memisakan dua cairan yang
tidak bercampur karena kepolarannya yang berbeda. Corong pisah ini biasanya juga
digunakan untuk melakukan pemisahan ekstraksi. Pemisahan dengan corong pisah hanya
digunakan untuk pemisahan cair dengan cair.
Ada 2 corong pisah yaitu :
12
13
2. Corong pisah berbentuk buah pear
G. Syarat Pelarut
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan.
Adapun syarat pelarut lainnya yaitu :
1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta
distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa
lebih lanjut
H. Pelucutan (Striping)
Adalah pengambilan kembali zat terlarut yang telah diekstraksi dari fase organik
untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut :
• Zat terlarut yang telah diekstrak dapat diukur absorbansinya menggunakan kolorimeter
untuk mengetahui konsentrasinya
• Bila fase organik mudah menguap (dietil eter) dapat ditambah sedikit air kemudian
diuapkan di atas penangas air untuk mendapatkan zat terlarutnya
• Bila pelarut pengekstrak tidak mudah menguap, zat terlarut dipisahkan dari pelarut
dengan cara kimia, yaitu dengan mencampur larutan asam atau reagensia lain dengan
pengocokan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut.
2. Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang
paling baik.
3. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
4. Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu,
dan ekstraksi counter current.
5. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
sampel.
6. Metode ekstraksi mencakup ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara panas. Ekstraksi
secara dingin terdiri dari metode maserasi dan metode perkolasi. Ekstraksi secara panas
terdiri dari metode refluks dan metode destilasi uap.
15
DAFTAR PUSTAKA
16