Anda di halaman 1dari 3

Nama : Miftah Khusnatun Istikomah

NIM : P17230204106

Mata Kuliah : PBAK

Korupsi BLT-Dana Desa, Kades Tenjomaya Cirebon

Kuwu atau kepala Desa Tenjomaya, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, MH


menjadi tersangka dugaan tindak pidana korupsi dana desa dan BLT. Kini dia telah
ditetapkan menjadi tersangka dan mendekam sebagai tahanan di Polresta Cirebon untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Kasat Reskrim Polresta Cirebon, AKP Anton mengungkapkan, Kuwu MH diduga


melakukan tindak pidana korupsi dana desa, pengadaan bibit ikan hingga bantuan langsung
tunai (BLT). Pada Tahun Anggaran 2019, Kuwu MH didapati tidak melaksanakan seluruh
kegiatan yang ada di APBDes. Namun, anggarannya malah terserap habis.

“Uang anggaran itu dipakai untuk keperluan pribadi dan bayar utang,” kata Kasat Reskrim,
dalam ekspos di Polresta Cirebon, Senin (27/12/2021).

Kemudian, sambung Kasat Reskrim, pada tahun anggran 2020, kuwu MH melakukan
melakukan dugaan tindak pidana korupsi BLT bulan Oktober, November, Desember 2020.
Juga dana pembelian bibit ikan yang diembat untuk keperluan pribadi dan bayar utang.

“Dana BLT ini program pemerintah untuk penanggulangan dampak ekonomi covid-29. Tapi
tidak disalurkan,” kata AKP Anton.

Akibat perbuatan Kuwu MH, sebanyak 178 keluarga penerima manfaat (KPM) di
Desa Tenjomaya tidak mendapatkan BLT. Berdasarkan hasil penghitungan kerugian negara
oleh Inspektorat Kabupaten Cirebon, diketahui terdapat kerugian negara lebih dari Rp325
juta. Kerugian itu, terdiri dari penyalahgunaan dana desa Tahun Anggaran 2019 sebesar lebih
dari Rp154 juta. Kemudian penyalahgunaan BLT Tahun Anggaran 2020 sebesar lebih dari
Rp160 juta dan penyalahgunaan dana pembelian bibit ikan sebesar Rp10 juta.

“Penyidik masih melakukan penelusuran aset atau tracing kepada tersangka,” kata AKP
Anton.

Atas perbuatannya, Kuwu MH terancam dengan sejumlah pelanggaran pasal yakni


Pasal 2 junto 3 UU 31/2019, junto pasal 8 UU RI 20/2021. Sedangkan ancaman hukuman
pasal 2, pidana penjara dengan ancaman seumur hidup, paling singkat 4 tahun penjara.
Ancaman hukuman pasal 3, pidana penjara seumur hidup atau paling singkat 1 tahun. Dan
ancaman hukuman pasal 8, pidana penjara paling singkt 3 tahun atau paling lama 15 tahun.

 Tindakan korupsi apa yang dilakukan?

Tindakan korupsi BLT_dana desayang dilakukan oleh kepala desa Tenjomaya yang
berada di kota Cirebon, berinisial MH sebagai tersangka dugaan korupsi sejumlah anggaran.
Akibat perbuatannya negara mengalami kerugian sebesar rp 325 juta.

Tersangka menggelapkan uang BLT yang harusnya disalurkan kepada 178 penerima
manfaat. Program tersebut merupakan bantuan dampak pandemi covid-19 tahun 2020. Uang
BLT yang dikorupsi harusnya disalurkan pada periode Oktober hingga Desember 2020.

 Ditangkap atas tuduhan apa?

Tersangka tidak menyalurkan uang BLT kepada 178 penerima manfaat selama tiga
bulan. Totalnya sekitar rp 160 juta, kemudian dana desa tahun 2019 juga sekitar rp 154 juta.
Tidak dibelanjakan untuk pembangunan apapun. Uangnya digunakan untuk kepentingan pribadi,
dan juga anggaran pembelian bibit ikan senilai rp 10 juta juga dikorupsi mh.

 Tuntutan pasal berapa?

Pasal 2 junto 3 uu 31/2019, junto pasal 8 uu ri 20/2021. Sedangkan ancaman


hukuman pasal 2, pidana penjara dengan ancaman seumur hidup, paling singkat 4 tahun
penjara. Ancaman hukuman pasal 3, pidana penjara seumur hidup atau paling singkat 1
tahun. Dan ancaman hukuman pasal 8, pidana penjara paling singkt 3 tahun atau paling
lama 15 tahun.
 Sanksi nya apa saja?

Pidana penjara dengan ancaman seumur hidup, paling singkat 4 tahun penjara,
pidana penjara seumur hidup atau paling singkat 1 tahun , pidana penjara paling singkt 3
tahun atau paling lama 15 tahun.

 Keputusan akhirnya bagaimana?

Akhirnya tersangka mendapatkan ancaman hukuman paling lama 20 tahun penjara.


Dan saat ini sudah dilakukan penahanan dirutan Polresta Ciebon

 Tanggapan / opini

Sebagai mahasiswa saya sangat geram jika mendengar kasus korupsi di Indonesia,
apalagi jika korupsinya berdampak bagi masyarakat kecil. Sebagai warga kita telah
mempercayai pimpinan agar bisa mengayomi warganya, bukan malah mengkorupsi dana hak
warganya. Disaat masyarakat membutuhkan ditengah kemerosotan kesejahteraan akibat pandemi
covid-19, jaminan sosial yang suadh menjadi hak konstitusional masyarakat malah diambil untuk
kepentingan pribadi sendiri seperti yang dilakukan MH. Alangkah baiknya, jika penyaluran
Dana diawasi oleh atasan agar tidak timbul korupsi.

Anda mungkin juga menyukai