Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hendri NPM : 0906633344 Teknik Metalurgi dan Material Smelting Reduction Definisi dan Prinsip Smelting Reduction

Smelting Reduction berarti kelompok proses, yang menghasilkan logam cair panas dari bijhi besi tanpa menggunakan kokas sebagai reduktan. Teknologi SR melibatkan fase solid reduksi dan peleburan. Teknologi smelting reduction mengeksploitasi prinsip coal yang digasifikasi ke dalam suatu bak besi lelehan. Teknologi smelting reduction terdapat dua wadah atau dua zona,yaitu sebuah unit prereduction dan sebuah wadah smelting reduction.Teknologi SR tidak membutuhkan dua wadah yang terpisah. Coal dimasukan kedalam wadah (tabung) smelting reduksi di mana coal digasifikasi. Ini menghantarkan panas dan gas panas yang terdapat karbonmonoksida. Panas ini digunakan untuk melelehkan besi di dalam wadah smelting reduksi. Gas panas dihantarkan ke unit pre-reduction dan digunakan untuk prereduksi besi oksida (fase solid), yang mana diberikan secara langsung ke unit prereduksi. Besi prereduksi kemudian dibawah ke wadah smelting reduksi, di mana reduksi akhir terjadi.

Keuntungan Proses Smelting Reduction


1. Penggunaan kokas dihindari (non-cooking coal digunakan) 2. Agglomerisasi bijih besi dihindari dari kebanyakan smelting reduksi 3. Tidak ada zona cohesive (perpaduan) yang dibentuk Klasifikasi Smelting Reduction 1.Melter-gasifier (COREX, FINEX)

Dua tahap dasar 1.Reduksi bijih besi menghasilkan DRI ( 2.Penlelehan di bawah reduksi gas 2.Iron bath reactor ( Hismelt) 1. prereduksi bijih 2. memasukan ke dalam sebuah lelehan slag di mana slag tersebut dilebur dengan coal dan oxgen atau udara panas sampai reduksi akhir. COREX COREX dikembangakan oleh Voest-Alpine industries (VAI) and DVAI. Dua dasar pengoperasian COREX , DRI dari shaft furnace seperti proses MIDREX dan HYLSA diisi ke smelter-gasified akhir. Reduksi gas untuk shaft furnace dihasilkan pembakaran parsial coal dengan oksigen dalam fluidized bed dari smelter-gasifier Energi yang diperlukan untuk menyelesaikan reduksi dari DRI dan menghasilkan logam panas dan slag (terak) disediakan oleh pembakaran parsial. Produk cair dibuka secara berkala dan menghabiskan sebagian gas dari pereduksi shaft di keluarkan bersamaan dengan kelebihan gas diproduksi dalam smelter-gasifier. Smelter-gasifier beroperasi pada 3-5 bar dan terdiri dari zona atas fluidized bed sekitar 1500 C (2730 F) dan zona lelehan rendah dan zona pengumpulan cairan sekitar 1550 C (2820 F). Coal dan batu limestone yang dimasukan ke freeboard di atas zona fluidized bed di mana mereka dipanaskan dengan cepat ke 1000-1200 C (1830-2190 F). Material volatile didorong dan terjatuh memecahkan partikel karbon ke zona gasifikasi di mana gas dengan kandungan oksigen tinggi dimasukan ke dalam blast furnace tipe tuyeres untuk membakar karbon menjadi karbon monoksida. Pembakaran eksotermik memberikan energi untuk menyelesaikan reduksi DRI panas dan melelehkan slag dan logam panas. Gas meninggalkan smelter-gasifier didinginkan hingga 800-900 C (1470-1650 F) dan dibersihkan di dalam siklon panas untuk mendaur ulang entrained fines. Sebagian dari gas bersih ini kemudian dimasukkan ke dalam shaft furnace sepert ireduksi gas yang mengandung lebih dari 94% CO ditambah H2. Gas yang tersisa dicampur dengan gas bersih dari shaft furnace dan campuran digunakan sebagai bahan bakar gas ekspor. COREX menggunakan sekitar satu ton batubara per ton logam panas, dengan sekitar 45% dari input total energi yang digunakan dalam pembuatan besi dan sisanya akan ekspor bahan bakar gas. Logam panas yang dihasilkan memiliki kandungan karbon dan silikon yang mirip dengan logam panas blast furnace, namun, kandungan sulfur jauh lebih tinggi karena hampir semua sulfur dalam batubara di dalam slag dan logam panas. Dalam kaitan ini, sulfur organik dalam gasifikasi batubara dan diserap oleh DRI dan kembali ke gasifier-smelter sebagai sulfida besi. 850 - 1050 oC)

HISMELT Proses Hismelt dikembangkan oleh CRA Ltd., Australia dan Midrex Corporation, Amerika Serikat. Batubara dimasukam melalui tuyers bawah ke dalam bak lelehan. Karbon dengan cepat larut dan bereaksi dengan oksigen dari bijih besi yang masuk dari karbon monoksida dan besi. Reaksi ini endotermik, karena itu untuk menjaga proses tersebut berjalan panas tambahan harus disediakan. Hal ini dicapai dengan mereaksikan karbon monoksida dilepaskan dari bath (bak) dengan oksigen dari injeksi atas udara. gas panas yang bereaksi keluar wadah dan digunakan di fluidized bed untuk melakukan pra-panas dan pra-reduksi bijih yang masuk.

Potensi Smelting Reduction di Indonesia

Indonesia memiliki macam-macam biji besi dengan jenis laterit (paling banyak) yang memiliki kadar Fe 20 50 %. Indonesia memiliki jenis batu bara lebih banyak steam coal daripada cooking coal sehingga untuk penggunaan kokas perlu dilakukan impor dari luar negri. Potensi batu bara Indonesia terdapat di daerah Kalimantan( Kalimantan Selatan,Tengah,dan Timur). Untuk itu,proses smelting reduction sangat cocok digunakan di Indonesia karena tidak perlu menggunakan kokas dan menggunakan non cooking coal di mana Indonesia banyak memiliki jenis batu bara tersebut. Selain itu, dengan menggunakan Smelting Reduction Indonesia dapat mengurangi biaya impor cokes dari luar negri dan bijih besi Indonesia dengan kadar Fe rendah juga dapat diolah pada SR meskipun harus menggunakan biaya lebih.

Sumber : isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/212063136.pdf www.sail.co.in/learning_cemter.php?tag...center_smelting www.jfe-21st-cf.or.jp/chapter_6/6e_1.html

Nama : Hendri

NPM: 0906633344

Teknik Metalurgi dan Material

Assignment 3: Stress Rupture Lifetime

Using the LarsonMiller data for S-590 iron shown in the figure above, predict the time to rupture for a component that is subjected to a stress of 140 MPa(20,000 psi) at 800C (1073 K).

Answer : 24 x 103 = 1073 (20+log tr) 22,367 = 20+log tr tr = 233 hours (9,7days)

Anda mungkin juga menyukai