Anda di halaman 1dari 9

Titik Hidayati dkk.

/ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

USEJ 2 (2) (2013)

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI


KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN TEMA ENERGI PADA
PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Titik Hidayati, Sunyoto Eko Nugroho, Sudarmin

Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keefektifan tes diagnostik keterampilan proses sains pada
Diterima Agustus 2013 pembelajaran IPA terpadu tema energi untuk siswa SMP/MTs. Penelitian ini merupakan penelitian
Research and Development (R&D). Ada dua tahapan dalam penelitian ini, yaitu tahap proses
Disetujui September 2013 pengembangan tes diagnostik keterampilan proses sains dan uji efektivitas. Dalam penelitian ini
Dipublikasikan November 2013 efektivitas diukur dari hasil keterampilan proses sains siswa dan hasil tes diagnostik keterampilan
proses sains siswa. Hasil penelitian ini yaitu validator menilai bahwa tes diagnostik keterampilan
proses sains layak. Pada uji coba skala kecil dan skala besar siswa memberikan penilaian baik pada
Keywords: Diagnostic Test, tes diagnostik keterampilan proses sains. Selain itu tanggapan siswa dan guru terhadap tes diagnostik
keterampilan proses sains menunjukan tanggapan yang sangat baik. Pada uji coba pemakaian
Sains Process Skills, Integrated diketahui bahwa kriteria tes diagnostik dapat terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
Science, Energy theme. bahwa tes diagnostik keterampilan proses sains efektif dan layak digunakan sebagai instrument tes
dalam pembelajaran IPA terpadu tema energi di SMP/MTs.

Abstract
This study aims to assess the effectiveness sains process skills of diagnostic test on Integrated
Science learning for students on energy theme for Junior High School students. This research is a
Research and Development (R & D). There are two stages in this study, the stage of the diagnostic
test development of skills sains process and test effectiveness. In this study the effectiveness
measured from the results of students’ sains process skills and the results of diagnostic test students'
sains process skills. The results of this study are the validator assessing that sains process skills
diagnostic test proper. On a small scale trials and large-scale student give a good assessment on
sains process skills diagnostic test. In addition the responses of students and teachers to the sains
process skills diagnostic test showed a very good response. At trial of the use is known that the
criteria of diagnostic test are fulfilled. Based on the results of diagnostic test showed that sains
process skills effective and fit for use as a test instrument in integrated science teaching on energy
theme in Junior High School students.

© 2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6609


Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lantai 3 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)
70805795 Semarang 50229
E-mail: hidaytik@yahoo.com

311
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

PENDAHULUAN energi pada proses fotosintesis. Hidayat


(2009) hasil pengembangan pembelajaran
Data hasil penelitian PISA (Program IPA terpadu model connected dapat
for International Assessment of Student) tahun dikatakan efektif dan terjadi peningkatan
2009, peringkat Indonesia baru menduduki aktivitas siswa dalam
10 besar terbawah dari 65 negara. Ada tiga mengikuti pembelajaran. Model ini
aspek yang diteliti PISA, yakni dapat dilaksanakan pada semua kategori
kemampuan membaca, matematika, dan madrasah, karena tidak ada perbedaan hasil
sains, berikut hasil survey PISA tahun implementasi secara signifikan antara
2009; Reading (57), Matematika (61) dan madrasah kategori baik, sedang maupun
Sains (60). Berdasarkan data hasil PISA kurang mampu.
tahun 2009 tersebut, anak Indonesia masih Yuliani (2012) menyatakan bahwa
rendah dalam kemampuan literasi sains hasil penelitian nilai rata-rata prestasi
diantaranya mengidentifikasi masalah belajar kognitif kelas dengan sikap ilmiah
ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, tinggi lebih tinggi dan memiliki standar
memahami sistem kehidupan dan deviasi yang lebih kecil dibandingkan sikap
memahami penggunaan peralatan sains ilmiah rendah. Dengan standar deviasi
(BSNP, 2008). yang kecil pada sikap ilmiah tinggi
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa data mengumpul.
masih ada guru yang menyajikan Data mengumpul menunjukkan data nilai
pembelajaran hanya dengan “ Transfer of siswa yang baik untuk prestasi belajar
knowledge” atau mentransfer ilmu saja tanpa kognitif dengan sikap ilmiah tinggi.
mengembangkan bagaimana cara belajar Sedangkan standar deviasi yang besar pada
apalagi yang mengembangkan sikap ilmiah rendah menunjukkan data
keterampilan proses pada siswa. Hasil menyebar. Jadi, siswa yang memiliki sikap
wawancara seorang guru di MTs ilmiah tinggi menunjukkan nilai siswa lebih
Sabilurrahman Gubug Kabupaten baik dari pada sikap ilmiah rendah.
Grobogan belum pernah ada satupun guru Devi (2010) menyatakan bahwa
yang menggunakan keterampilan proses siswa dapat berpikir secara tingkat tinggi
sains dalam proses pembelajaran disetiap bila ia mempunyai cukup pengalaman
mata pelajaran dan khususnya pada mata secara kongkret dan bimbingan yang
pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). memungkinkan pengembangan konsep-
Alasan guru tersebut biasanya karena konsep dan menghubungkan fakta-fakta
kurangnya fasilitas laboratorium atau yang diperlukan. Model pembelajaran yang
persiapan untuk menyediakan bahan diperlukan adalah yang memungkinkan
praktikum memerlukan waktu yang lama. terbudayakannya kecakapan berpikir
Ini menunjukkan masih adanya pandangan ilmiah, terkembangkannya “sense of inquiry”
bahwa pendekatan keterampilan proses dan kemampuan berpikir kreatif siswa
hanya disajikan pada pembelajaran secara (Alfred, 1989:120). Model pembelajaran
eksperimen saja, padahal pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
IPA non-eksperimenpun dapat dilakukan menghasilkan kemampuan untuk belajar
dengan pendekatan keterampilan proses. (Joice & Weil, 1996:7), bukan saja
Bentuk kegiatan non-eksperimen meliputi diperolehnya sejumlah pengetahuan,
kegiatan pada konsep-konsep abstrak dan keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
konsep yang tidak mungkin dilakukan penting adalah bagaimana pengetahuan,
melalui eksperimen dengan alasan keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa
prakteknya memerlukan alat-alat yang (Semiawan, 1998:13).
banyak, bahan berbahaya atau memerlukan Haryono (2006) menyatakan bahwa
waktu yang lama. sistem evaluasi dan model pembelajaran
Model keterpaduan yang digunakan berbasis keterampilan proses sains terbukti
dalam penelitian ini adalah connected cukup efektif dalam meningkatkan
(keterhubungan). Tema energi dijadikan kemampuan proses sains siswa sekaligus
tema pemersatu untuk membelajarkan pencapaian hasil belajarnya secara
energi dan perubahannya dengan pengaruh keseluruhan. Tingkat pencapaian

312
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

penguasaan konsep sains, penguasaan memberikan informasi mengenai kesulitan-


proses sains, dan sikap sains siswa yang kesulitan, tingkat pencapaian, dan
memperoleh treatment pembelajaran kemampuan dasar siswa adalah
berbasis keterampilan proses sains, masing- menggunakan tes diagnostik. Tes
masing adalah 66,35%, 67,27%, dan diagnostik adalah salah satu tes yang
69,92%. Khusus untuk penguasaan proses digunakan untuk mengetahui kelemahan-
sains dengan diterapkannya model ini telah kelemahan siswa sehingga dari kelemahan-
dapat meningkatkan pencapaian siswa kelemahan tersebut dapat diberikan
menjadi 67.27% dari kondisi sebelumnya perlakuan yang tepat (Arikunto, 2006: 34).
yang baru 46.08%. Tes diagnostik dapat digunakan untuk
Dimyati dan Mudjiono (2009) mengidentifikasi permasalahan utama yang
menyatakan bahwa menggunakan menyebabkan siswa belum mencapai hasil
keterampilan proses untuk mengajar ilmu belajar yang ditentukan.
pengetahuan, membuat siswa belajar proses Aspek yang diukur di dalam tes
dan produk ilmu pengetahuan alam diagnostik antara lain adalah untuk
sekaligus. Dalam proses pembelajaran mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar
siswa dituntut untuk mendapat pengalaman siswa. Salah satu sumber kesulitan belajar
secara langsung untuk mengembangkan adalah keterampilan proses sains siswa
keterampilan-keterampilan yang ketika sedang melakukan kegiatan belajar
dimilikinya. Keterampilan proses didalam mengajar. Tingkat keterampilan proses
pembelajaran akan membuat siswa belajar sains dalam pembelajaran dapat diketahui
proses dan produk secara bersamaan. dengan tes diagnostik berpendekatan
Pendekatan keterampilan proses keterampilan proses. Tes diagnostik
sains dapat diartikan sebagai pendekatan keterampilan proses digunakan untuk
pembelajaran yang dapat mengembangkan menilai proses pemahaman siswa dalam
keterampilan-keterampilan intelektual, suatu mata pelajaran. Biasanya guru
sosial, dan fisik yang bersumber dari menggunakan tes diagnostik untuk
kemampuan-kemampuan mendasar yang mendiagnosis kesulitan-kesulitan
pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. pencapaian kompetensi siswa, sehingga
Untuk mengukur komponen-komponen dalam menyusun tes diagnostik hanya
keterampilan proses sains adalah dengan berdasarkan identifikasi saat mengajar.
melibatkan keterampilan-keterampilan Agar dapat menghasilkan diagnostik yang
kognitif atau intelektual, manual, dan benar, diperlukan suatu tes diagnostik yang
sosial. Keterampilan kognitif atau baku, sahih, dan handal. Berkaitan dengan
intelektual terlibat karena dengan uraian pemikiran dan hasil penelitian di
melakukan keterampilan proses sains siswa atas peneliti mengembangkan sebuah
menggunakan pikiranya. Keterampilan instrument tes diagnostik untuk
manual jelas terlibat dalam keterampilan mengidentifikasi keterampilan proses sains
proses sains karena mereka melibatkan dengan tema energi pada pembelajaran IPA
penggunaan alat dan bahan, pengukuran, Terpadu.
penyusunan, atau perakitan alat.
Keterampilan sosial juga terlibat dalam METODE
keterampilan proses sains karena mereka
berinteraksi dengan sesamanya dalam Penelitian untuk uji keterlaksanaan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, produk tes diagnostik keterampilan proses
misalnya mendiskusikan hasil pengamatan, sains dilaksanakan di MTs. Sabilurrahman
membuat hipotesis, merumuskan masalah, Gubug Kabupaten Grobogan yang terletak
menarik kesimpulan,dsb. di Jalan Kauman nomor 03/22 Ringinharjo
Penilaian yang mengharuskan guru Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
untuk mengumpulkan informasi selengkap- Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII
lengkapnya untuk tujuan pembuatan MTs. Sabilurrahman Gubug pada semester
keputusan pengajaran, sehingga diharapkan genap tahun pelajaran 2012/2013.
keputusan yang diambil dapat tepat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
sasaran. Suatu penilaian yang dapat 2013.

313
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

Penelitian ini dirancang dengan No Responden Kriteria Total Persentase


desain penelitian Research and Development skor (%)
(R&D). Langkah-langkah penelitian yang 1. Validator I Layak 66 86,84
digunakan sesuai dengan alur kerja pada 2. Validator Layak 60 78,94
metode pengembangan 4-D (Four D). II
Model ini dikembangkan oleh S. Setelah dilakukan revisi maka
Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan produk yang dikembangkan divalidasi.
Melvyn I. Semmel. Model 4-D terdiri atas Produk yang telah divalidasi telah ditelaah
empat tahap utama, yaitu : (1) define mempuyai validitas isi yang baik, bahasa
(pendefinisian). (2) design (perancangan). yang baku, dan tidak menggunakan pilihan
(3) develop (pengembangan). (4) disseminate jawaban yang negatif ganda. Tes diagnostik
(penyebaran). Dalam penelitian ini yang mempunyai validitas isi yang baik,
menggunakan model 4-D, akan tetapi bisa dikatakan dapat digunakan untuk
hanya sampai pada tahap yang ketiga yaitu mengidentifikasi keterampilan proses sains
tahap pengembangan (develop). Karena dengan baik.
penelitian ini hanya sampai pada tahap Setelah tes diagnostik keterampilan
menghasilkan perangkat pembelajaran yang proses sains direvisi, tahap berikutnya
sudah direvisi berdasarkan masukan dari dilakukan uji coba skala terbatas dan skala
pakar (Trianto, 2007 : 65-68). luas. Setelah diujicobakan, siswa diminta
untuk mengisi angket tanggapan tentang tes
HASIL DAN PEMBAHASAN diagnostik keterampilan proses sains.
Keseluruhan pernyataan dari tanggapan
Penelitian dan pengembangan guru pada tes diagnostik keterampilan
bertujuan untuk menghasilkan suatu proses sains pada uji coba skala terbatas
produk. Hasil dari penelitian ini adalah pada pembelajaran IPA terpadu tema
seperangkat tes diagnostik yang dapat energi sebanyak 89,6% memberikan
mengidentifikasi keterampilan proses sains tanggapan positif dan sangat baik.
siswa. Pengembangan produk awal dibuat Sedangkan angket tanggapan guru pada tes
setelah dilakukan observasi terhadap diagnostik keterampilan proses sains pada
keterampilan proses sains siswa yang biasa uji coba skala luas, disajikan pada Tabel 2
dialami siswa dan dibantu dengan berikut ini.
peninjauan literatur yang mendukung. Tabel 2. Data tanggapan guru pada tes
Produk awal yang dikembangkan berupa diagnostik keterampilan proses
kisi-kisi, 35 butir soal diagnostik sains pada uji coba I (skala luas).
keterampilan proses sains siswa, serta kunci No Butir Guru Guru ∑ni K Kriteria
jawaban. Setelah dilakukan pengembangan 1 2
produk awal maka tahapan selanjutnya 1 Penampilan 4 3 7 87,5% Sangat
adalah dilakukan validasi ahli, uji coba tes diagnostik baik
menarik
skala terbatas, dan uji coba skala luas.
2 Pedoman 4 3 7 87,5% Sangat
Setelah dilakukan pengembangan mengerjakan baik
produk awal, tahapan selanjutnya adalah jelas
validasi ahli. Tahapan ini diperlukan untuk 3 Bahasanya 3 4 7 87,5% Sangat
menelaah bahwa produk yang dihasilkan mudah baik
mempunyai validitas isi yang baik (content dipahami
validity). Validasi ahli dilakukan oleh dua 4 Penyajian 4 4 8 100% Sangat
dosen. Berdasarkan validasi ahli, masih ada tersusun baik
beberapa hal yang perlu diperbaiki sistematis
diantaranya adalah pertimbangan alokasi 5 Materi sesuai 4 4 8 100% Sangat
dengan tujuan baik
waktu pengerjaan, penggunaan bahasa, dan
pembelajaran.
pemberian pilihan jawaban yang perlu 6 Penggunaan 4 4 8 100% Sangat
dipertegas. Kelayakan validitas tes gambar terlihat baik
diagnostik disajikan dalam Tabel 1. jelas
Tabel 1. Kelayakan Validitas Tes 7 Kegiatan 4 3 7 87,5% Sangat
Diagnostik Menurut Validator praktikum baik

314
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

merangsang pada uji coba skala terbatas dan luas dapat


kemampuan dilihat pada tabel berikut ini.
berpikir kritis.
8 Jenis kegiatan 4 3 7 87,5% Sangat Tahapan berikutnya setelah proses
bervariasi pengembangan dan uji coba tes diagnostik
baik
9 Penggunaan 4 4 8 87,5% untuk mengidentifikasi keterampilan proses
Sangat
simbol sudah sains adalah uji efektivitas. Uji efektivitas
baik
sesuai data yang diambil berupa data aktivitas
10 Tes diagnostik 4 4 8 100% Sangat
siswa keterampilan proses sains dan data
membantu baik
hasil belajar yang diperoleh dari
siswa
mengerjakan tes diagnostik keterampilan
memahami
materi energi
proses sains. Hasil korelasi dari data
11 Tes diagnostik 4 4 8 100% aktivitas
Sangat siswa dan hasil belajar
KPS berbeda keterampilan proses sains disajikan pada
baik
dari tes Tabel 4.
biasanya Tabel 3. Tanggapan siswa pada tes
12 Tes diagnostik 4 4 8 100% Sangat diagnostik keterampilan proses sains
mempermudah baik
No Kriteria Rata- Persen Kriteria
guru
mengetahui Kelayaka rata tase Tanggapan
hasil belajar n (%)
siswa 1. Uji coba 28,8 80 Baik
Rata-rata 3,9 3,6 7,75 93,75% Sangat skala
baik terbatas
Pada uji coba skala luas angket (jumlahsi
tanggapan guru terhadap penggunaan tes swa
10)
diagnostik untuk mengidentifikasi
2. Uji coba 90.1 86,6 Sangat
keterampilan proses sains pada skala Baik
pembelajaran IPA terpadu tema energi Luas
rata-rata sebanyak 93,75% dan (jumlah
memberikan tanggapan positif dan sangat siswa 26)
baik. Sedangkan angket tanggapan siswa

Tabel 4. Data perhitungan korelasi antara aktivitas siswa keterampilan proses sains
dan hasil belajar tes diagnostik keterampilan proses sains
Aktivitas Hasil
(Xi - X) (Yi - Y)
No Responden Siswa Belajar x2 y2 xy
(X) (Y) (x) (y)
1 UCL-01 81 80 2,58 -1,96 6,64 3,85 -5,05
2 UCL-02 94 91 15,58 9,04 242,64 81,69 140,79
3 UCL-03 75 77 -3,42 -4,96 11,72 24,62 16,98
4 UCL-04 81 86 2,58 4,04 6,64 16,31 10,41
5 UCL-05 88 89 9,58 7,04 91,72 49,54 67,41
6 UCL-06 63 74 -15,42 -7,96 237,87 63,39 122,79
7 UCL-07 75 77 -3,42 -4,96 11,72 24,62 16,98
8 UCL-08 50 71 -28,42 -10,96 807,87 120,16 311,56
9 UCL-09 81 80 2,58 -1,96 6,64 3,85 -5,05
10 UCL-10 88 89 9,58 7,04 91,72 49,54 67,41
11 UCL-11 75 77 -3,42 -4,96 11,72 24,62 16,98
12 UCL-12 63 74 -15,42 -7,96 237,87 63,39 122,79

315
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

13 UCL-13 81 86 2,58 4,04 6,64 16,31 10,41


14 UCL-14 100 94 21,58 12,04 465,56 144,92 259,75
15 UCL-15 56 71 -22,42 -10,96 502,79 120,16 245,79
16 UCL-16 75 83 -3,42 1,04 11,72 1,08 -3,55
17 UCL-17 100 94 21,58 12,04 465,56 144,92 259,75
18 UCL-18 88 89 9,58 7,04 91,72 49,54 67,41
19 UCL-19 75 83 -3,42 1,04 11,72 1,08 -3,55
20 UCL-20 75 77 -3,42 -4,96 11,72 24,62 16,98
21 UCL-21 81 86 2,58 4,04 6,64 16,31 10,41
22 UCL-22 75 77 -3,42 -4,96 11,72 24,62 16,98
23 UCL-23 81 80 2,58 -1,96 6,64 3,85 -5,05
24 UCL-24 69 74 -9,42 -7,96 88,79 63,39 75,02
25 UCL-25 81 83 2,58 1,04 6,64 1,08 2,68
26 UCL-26 88 89 9,58 7,04 91,72 49,54 67,41
∑ 2039 2131 0 0 3544,35 1186,96 1904,4
Rata-rata 78,42 81,96

√∑

√( )( )

316
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

Hasil observasi aktivitas keterampilan dikerjakan. Dapat disimpulkan bahwa uji


proses sains siswa dan hasil belajar siswa (tes coba soal dengan jumlah soal dan waktu yang
diagnostik keterampilan proses sains), tidak seimbang akan diperoleh hasil yang
keduanya dapat dikorelasikan untuk kurang baik. Bentuk soal juga berpengaruh
mengetahui keefektifen tes diagnostik terhadap jawaban siswa. Suwarto (2010)
keterampilan proses sains. Korelasi menyatakan bahwa data uji coba tes
merupakan angka yang menunjukkan arah diagnostik berupa data dikotomus, karena
dan kuatnya hubungan antar dua variabel apabila jawaban siswa benar akan sesuai
atau lebih. Artinya dinyatakan dalam bentuk dengan kunci dan diskor sama dengan satu.
hubungan positif atau negatif, sedangkan Sebaliknya apabila jawaban siswa salah akan
kuatnya hubungan dinyatakan dalam tidak sesuai dengan kunci dan diskor 0 (nol).
besarnya koefisien korelasi. Hasil dari korelasi Pada penelitian saya ini produk yang
kedua variabel adalah sebesar 0,928 sehingga dihasilkan dari pengembangan ini adalah
dikatakan berkorelasi positif, hal ini berarti seperangkat tes diagnostik yang dapat
semakin tinggi aktifitas keterampilan proses mengidentifikasi keterampilan proses sains
sains siswa maka akan semakin tinggi pula yang berupa: (1) kisi-kisi soal, (2) petunjuk
hasil belajar siswa. Dalam analisis korelasi pengerjaan, (3) soal-soal tes diagnostik, (4)
terdapat suatu angka yang disebut dengan kunci jawaban beserta alasan memilih
koefisien determinasi, yang besarnya adalah jawaban tersebut. Keterampilan proses sains
kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Koefisien itu banyak macamnya, namun disini peneliti
ini disebut koefisien penentu, karena varians cuma menggunakan sebagian macam
yang terjadi pada variabel dependen dapat keterampilan proses sains pada tes diagnostik
dijelaskan melalui varians yang terjadi pada yang dikembangkan karena disesuaikan
variabel independen. Untuk contoh diatas dengan keterpaduan materi yang digunakan
ditemukan r = 0,928. Koefisien yaitu mengamati,
determinasinya = r2 = 0,928 = 0,86. Hal ini mengelompokan/mengklasifikasi,
berarti varians yang terjadi pada variabel menafsirkan/menginterpretasi, memprediksi/
aktifitas atau hasil belajar 86% ditentukan meramalkan, mengajukan pertanyaan,
oleh besarnya aktifitas dan hasil belajar, 14% berhipotesis, merencanakan percobaan, dan
oleh faktor lain, misalnya terjadi kesalahan menerapkan konsep.Tes diagnostik
hitung pada saat menjumlahkan hasil atau keterampilan proses sains pada penelitian dan
saat menghitung keefektifan tes diagnostik. pengembangan yang telah di uji validitas,
Wahyuningsih (2013) menyatakan reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
bahwa pembuatan soal tes diagnostik pembeda setelah diuji cobakan kelayakannya
dilakukan melalui revisi dan validasi maka memperoleh kriteria reliabel dan valid
berdasarkan telaah soal oleh ahli, uji coba I untuk digunakan lebih lanjut. Berikut adalah
(Uji coba skala terbatas) dan uji coba II (Uji gambar persentase profil tiap aspek
coba skala luas) sehingga menghasilkan tes keterampilan proses sains siswa dalam
diagnostik baku. Dengan jumlah 56 soal menjawab soal tes diagnostik keterampilan
pilihan ganda dengan alasan yang telah proses sains dan tingkat kesulitan terdapat
ditentukan diberikan waktu untuk pada gambar 1 dan daya pembeda soal pada
Persentase

mengerjakan selama 90 menit. Dari hasil uji tabel 5.


coba I tersebut diperoleh nilai reliabilitas
cukup, yaitu 0,41. Soal dengan alasan sudah
ditentukan menjadikan siswa cenderung
untuk memaksakan diri memilih alasan
tersebut. Walaupun diberikan opsi untuk
menulis alasan sendiri, mereka lebih memilih
menjawab asal dengan alasan tersebut.
Karena waktu yang tidak mencukupi,
sehingga pada soal nomor-nomor akhir tidak

317
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

70 Berdasarkan hasil penelitian Mei et.al.


60 KPS 1 (2007) sebagaimana dikutip oleh Yokhebed
50 KPS 2
(2012) temuan menunjukkan adanya
40 peningkatan yang signifikan dalam persepsi
30 KPS 3 siswa tentang kompetensi keterampilan proses
20 sains. Persentase siswa yang sangat tinggi
KPS 4
10
0 KPS 5
menunjukkan bahwa program ini telah
membuat siswa lebih sadar akan relevansi
KPS 1
KPS 2
KPS 3
KPS 4
KPS 5
KPS 6
KPS 7
KPS 8
KPS 6 sains dalam kehidupan. Hasil penelitian
Yokhebed (2012) menyatakan bahwa
Keterampilan Proses Sains indikator keterampilan proses sains mencapai
kriteria ketercapaian sebanyak 75%.
Gambar 1. Persentase Profil Tiap Aspek Sedangkan pada tahap analisis dan evaluasi
Keterampilan Proses Sains proses pemecahan masalah, mahasiswa
Persentase profil tiap aspek melakukan refleksi berdasarkan proses
keterampilan proses sains dikategorikan dari pemecahan masalah yang dilakukan. Pada
yang sulit hingga yang termudah bagi siswa proses ini mahasiswa diberikan kesempatan
dalam mengerjakan tes diagnostik untuk berdiskusi, memberikan masukan, dan
keterampilan proses sains. Keterampilan mengkritisi proses pemecahan masalah yang
proses adalah keterampilan fisik dan mental dilakukan kelompok lain. Kegiatan yang
terkait dengan kemampuan-kemampuan yang demikian melatih keterampilan berfikir kritis.
mendasar yang dimiliki, dikuasai dan Keterampilan berfikir yang muncul pada saat
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, proses pembelajaran merupakan salah satu
sehingga para ilmuan berhasil menemukan ciri keterampilan berfikir tingkat tiggi.
sesuatu yang baru. American Association for The Pada tahap pengembangkan tes, tes
Advancement of Science (1970) diuji dengan validitas tes, reliabelitas, tingkat
mengklasifikasikan menjadi keterampilan kesukaran dan daya pembeda. Adapun daya
proses dasar dan keterampilan terpadu. pembeda soal tes diagnostik keterampilan
Pendekatan keterampilan proses adalah proses sains siswa. Daya pembeda soal tes
perlakuan yang diterapkan dalam diagnostik keterampilan proses dapat dilihat
pembelajaran yang menekankan pada pada Tabel 5 berikut ini.
pembentukan keterampilan memperoleh Tabel 5. Nilai Daya Beda Soal Tes Diagnostik
pengetahuan kemudian mengomunikasikan Keterampilan Proses Sains
perolehannya. Keterampilan memperoleh No. Daya beda Rentang Nilai Jumlah
Koefisien soal
pengetahuan didapat dengan menggunakan
Daya Beda
kemampuan oleh pikir (psikis) atau
1. Tinggi 0,81 – 1,00 1
kemampuan oleh perbuatan (fisik). 2. Baik Sekali 0,61 – 0,80 3
Keterampilan proses perlu 3. Baik 0,41 – 0,60 7
dilatihkan/dikembangkan dalam pengajaran 4. Cukup 0,21 – 0,40 24
sains karena keterampilan proses mempunyai 5. Rendah 0,00 – 0,20 _
peran-peran sebagai berikut: Jumlah 35
a) membantu siswa belajar mengembangkan
Hasil penelitian ini yaitu validator
pikirannya
menilai bahwa tes diagnostik keterampilan
b) memberi kesempatan kepada siswa untuk
proses sains layak. Pada uji coba skala
melakukan penemuan
terbatas dan skala luas guru dan siswa
c) meningkatkan daya ingat
d) memberikan kepuasan intrinsik bila siswa memberikan tanggapan sangat baik dan baik
pada tes diagnostik keterampilan proses sains.
telah berhasil melakukan sesuatu
Selain itu pada uji coba keterlaksanaan
e) membantu siswa mempelajari konsep-
diketahui bahwa semua kriteria efektif dapat
konsep sains
terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian

318
Titik Hidayati dkk./ Unnes Science Education Journal 2 (2) (2013)

menunjukan bahwa tes diagnostik Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis


keterampilan proses sains yang dikembangkan Peningkatan Keterampilan Proses
untuk pembelajaran IPA terpadu tema energi Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(1): 1-
kelas VIII 3 di MTs. Sabilurrahman Gubug 13
Kabupaten Grobogan efektif diterapkan dan Hidayat, N. 2009. Pengembangan
layak digunakan sebagai instrumen tes pada Pembelajaran Terpadu Model
pembelajaran IPA terpadu tema energi di Connected untuk Meningkatkan Hasil
SMP/MTs. Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (Studi
SIMPULAN
Pengembangan pada Madrasah
Tsanawiyah di Kabupaten
Berdasarkan hasil penelitian
Gunungkidul). Jurnal Inovasi
menunjukan bahwa tes diagnostik
Kurikulum, 1(4): 15-29.
keterampilan proses sains efektif diterapkan
Joice, Bruce and Marsha Weil. 1996. Model of
dan layak digunakan sebagai instrumen tes
Teaching. (Boston: Allyn and Bacon.
pada pembelajaran IPA terpadu tema energi
di SMP/MTs. Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan
Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa
dalam Belajar. Jakarta : PT. Gramedia
UCAPAN TERIMA KASIH
Widiasarana Indonesia.
Suwarto. 2010. The Development Of The
Terimakasih diberikan pada MTs.
Two-Tier Diagnostic Test Apply On
Sabilurrahman Gubug Kabupaten Grobogan
Biologi Computerized. Jurnal
sebagai lokasi penelitian. Terimakasih kepada
Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si dan Dr. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, (4):
Sudarmin, M.Si atas bimbingan, saran dan 206-224.
masukannya serta semua pihak yang Trianto. 2010. Mengembangkan Model
membantu proses penelitian hingga Pembelajaran Tematik. Jakarta. Prestasi
manuskrip ini bisa selesai. Pustaka.
Wahyuningsih, Tri. 2013. Pembuatan
DAFTAR PUSTAKA Instrumen Tes Diagnostik Fisika
SMA Kelas XI. Jurnal Materi dan
Alfred, De Vito. 1989. Creative Wellsprings for Pembelajaran Fisika, 1(1): 111-117.
Science Teaching. West Lafayette, Yokhebed. 2012. Pembelajaran Biologi
Indiana: Creative Venture. Menggunakan Model Pembelajaran
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Berbasis Masalah Dengan Pendekatan
Keterampilan Proses Sains untuk
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Rineka Cipta.
Hasil Belajar. Jurnal Inkuiri, 1(3): 183-
BSNP. 2008. Pedoman Penyusunan Kurikulun
194.
Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah
Yuliani, Hadma. 2012. Pembelajaran Fisika
Dasar. Jakarta.
dengan Pendekatan Keterampilan
Devi, Poppy Kamalia. 2010. Ketrampilan
Proses dengan Metode Eksperimen
Proses dalam Pembelajaran IPA.
dan Demonstrasi Ditinjau dari
Bandung: P4TKIPA.
Sikap Ilmiah dan Kemampuan
Dimyati, Mudjiono, 2006, Belajar dan
Analisis. Jurnal Inkuiri, 1(3): 207-
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
216.

319

Anda mungkin juga menyukai