Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pembimbing : Agus Kurniawan, S.E, M.S.Ak

Disusun oleh Kelompok 3:

Rani Wulandari 2051030135

Nirmala Beelquis 2051030313

Hilmi Zaki Rizky Saputra 2051030194

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM LAMPUNG

UNIVERSITAS NEGERI RADEN INTANG LAMPUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pengelolaan Keuangan Sektor Publik ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Agus Kurniawan, S.E., M,S.Ak. pada mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pengelolaan Keuangan Sektor Publik bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Kurniawan, S.E.,


M,S.Ak. selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 28 September 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ..................................................................................................

KATA KETERANGAN....................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................2
C. Tujuan Masalah ...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................3

A. Keuangan Publik .........................................................................3


B. Konsep Akuntabilitas dan Transparansi .......................................6
C. Mekanisme Pengelolaan Keuangan Publik ..................................8
D. Akuntabilitas Publik Keuangan Daerah......................................10
E. Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah ..................................12
F. Impelentasi Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan
Keuangan Daerah .....................................................................13

BAB III PENUTUP .............................................................................14

A. Kesimpulan ...............................................................................14
B. Saran ......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan reformasi mengedepankan beberapa tuntutan penting antara
lain mendesak pemerintah meningkatkan kinerja, memberantas korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), dan pelaksanaan praktek pemerintah yang
good governance dan clean government. Good governance mengandung
dua pengertian yaitu nilai-nilai yang menjunjung tinggi
keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
Sentralisasi kekuasaan dan keuangan negara pada masa sebelum era
reformasi telah banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat
daerah atas ketimpangan yang terjadi mengenai pembagian hasil dan
sumber daya alam antara daerah dan Jakarta. Hal ini mengakibatkan
pergolakanpergolakan di daerah untuk menuntut pemberlakuan otonomi
khusus atau bahkan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai rasa ketidakpuasan tersebut. Salah satu masalah penting
yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya akuntabilitas dan
transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah sebagai unsur dari
suatu good governance. Pelaksanaan good governance tersebut, ternyata
pelaksanaannya menghadapi banyak kendala yang cukup rumit. 1
Di satu pihak pemerintah daerah dituntut untuk mewujudkan good
governance sementara dipihak lain sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk semua kegiatan terutama menyangkut teknologi informasi dan
sumber daya manusia belum memadai. Hal tersebut dapat dipahami
mengingat pemenuhan segala kebutuhan minimal memerlukan biaya dan
tenaga ahli tidak sedikit. Pemerintah daerah mempunyai dana yang
terbatas, personalia yang mempunyai kemampuan juga terbatas.

1
Idhar Yahya., Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah. Banda Aceh 2006

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Keuangan Publik?
2. Bagimana Konsep Akuntabilitas dan Transparansi?
3. Bagaimana Mekanisme Pengelolaan Keuangan Publik?
4. Bagaimana Akuntabilitas Publik Keuangan Daerah?
5. Bagaimana Penataan Pegelolaan Keuangan Daerah?
6. Bagaimana Impkementasi Akuntanbilitas dan Transparansi
Pengelolaan Keuangan Daerah?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka


maksud serta tujuan penelitian ini adalah mengetahui Teori Keuangan
Publik, Konsep Akuntabilitas dan Transparansi, Mekanisme Pengelolaan
Keuangan Publik, Akuntabilitas Publik Keuangan Daerah, Penataan
Pegelolaan Keuangan Daerah, serta Impkementasi Akuntanbilitas dan
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keuangan Publik
Menurut Richard A. Musgrave, keuangan publik (public finance)
merupakan ilmu yang mempelajari tentang aktivitas-aktivitas ekonomi
pemerintah sebagai unit. Adapun dalam pandangan Carl C. Plehm,
keuangan publik merupakan ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
dana-dana oleh pemerintah untuk memenuhi pembayaran kegiatan
pemerintah. Karena itu, definisi di atas menjadikan istilah keuangan publik
identik dengan istilah keuangan negara, ekonomi publik, dan ekonomi
sektor public. Dalam pandangan Harvey S. Rossen, “public finance is the
branch of economics that studies the taxing and spending activities of
government”(keuangan publik merupakan cabang ekonomi yang mengkaji
aktivitas perpajakan dan pengeluaran pemerintah). Isu-isu penting dalam
studi keuangan publik bukanlah persoalan keuangan meskipun
berhubungan dengan aspek keuangan, melainkan masalah utama yang
berhubungan dengan sumber-sumber riil. Kajian public finance
menggunakan analisis positif dan normatif.
Analisis posiitif menekankan isu-isu tentang sebab dan akibat sesuatu,
sedangkan analisis normatif memfokuskan isu-isu etika dalam keuangan
publik. Karena itu, Harvey S. Rossen menilai keuangan publik modern
terkait dengan fungsi-fungsi mikroekonomi pemerintah, bagaimana
pemerintah melakukan dan mengatur alokasi sumber-sumber dan
distribusi pendapatan. Pada bagian penting lainnya, fungsi makroekonomi
pemerintah terkait dengan penggunaan pajak, pengeluaran, dan kebijakan
moneter yang pada tingkat penyelesaian pengangguran dan tingkat harga. 2
Keuangan publik merupakan studi tentang intervensi pemerintah
dalam mengatur pasar (market place). Dengan pandangan yang berbeda,
menurut orientasi aliran Continental, keuangan publik merupakan studi

2
M Suparmoko., Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta (2003): BPFE.

3
tentang bagaimana masyarakat berpartisipasi melalui institusi politik dan
fiskal untuk mencapai pola-pola dan tujuan-tujuan fiskal. Pengertian
keuangan publik menurut aliran Continental ini diikuti pula oleh
Buchanan. Istilah public finance untuk kajian ekonomi di Indonesia
biasanya menggunakan istilah ilmu keuangan negara. Dalam pandangan
Soetrisno PH, ilmu keuangan negara adalah ilmu yang mempelajari atau
menela’ah tentang pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh
pemerintah dan negara.
Sedangkan dalam pandangan M. Suparmoko, ilmu keuangan negara
adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-
kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomiterutama mengenai
penerimaan dan pengeluarannya beserta dengan pengaruh-pengaruhnya di
dalam perekonomian tersebut. Di negara-negara “Anglo Saxon”, keuangan
publik atau keuangan negara sebagai ilmu dipandang sebagai cabang ilmu
ekonomi, sedangkan di daratan Eropa, keuangan negara dipandang sebagai
suatu cabang ilmu politik. Menurut Nurdjaman Arsjad, dkk. Dalam
kepustakaan di negara-negara “anglo saxis”, keuangan negara sering
disebut “public finance”, istilah “publik” sering membingungkan dan
bukanlah merupakan istilah yang pas (precise term). Dalam kepustakaan
keuangan negara (public finance), istilah “publik” biasa diartikan
“pemerintah” (government).3
Menurut Suparmoko dan juga Cullis & Jones, “public sector” dan
“pemerintah” adalah identik, bahkan telah dikatakan pula bahwa studi
keuangan negara adalah identik dengan studi peranan dan kegiatan
pemerintah pada sektor publik. dalam arti luas sebenarnya istilah “publik”
tidak hanya menggambarkan kegiatan pemerintah saja, namun
menggambarkan pula “utility” (yang menangani kebutuhan atau hajat
hidup orang banyak), dan juga kegiatan perhimpunan amal (charitable
associations). 4 Istilah “public finance” seperti yang telah dijelaskan di
mukadiinterprestasikan dalam arti sempit yakni “government finance”

3
M Suparmoko., Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta (2003): BPFE.
4
Ibid. Hal 2

4
(keuangan pemerintah), sedang makna “finance” (keuangan), yakni
menggambarkan segala kegiatan (pemerintah) di dalam mencari sumber-
sumber dana (sources of fund) dan kemudian bagaimana dana-dana
tersebut digunakan (uses of fund) untuk mencapai tujuan-tujuan
pemerintah. Berdasarkan uraian tentang arti keuangan publik, maka
disiplin ini paling tidak memiliki ruang lingkup yang mencakup:
1. Pengeluaran negara; mekanisme melalui pengeluaran negara
pemerintah mengembangkan jalannya keuangan dalam perekonomian
yang sesuai dengan pola permintaan dan penawaran. Dalam
melaksanakan fungsinya pemerintah tidak hanya menggunakan uang,
tetapi juga meliputi sumber daya ekonomi termasuk penggunaan
sumber daya manusia, alam, peralatan, modal, serta barang-barang
jasa lainnya;
2. Penerimaan negara; membahas tentang beberapa sumber dari mana
negara memperolehpendapatan/dana;
3. Administrasi negara; menyangkut tentang semua kegiatan keuangan
termasuk segalapermasalahan tentang administrasi negara;
4. Stabilisasi dan pertumbuhan; membahas mengenai kebijaksanaan-
kebijaksanaan ekonomi pemerintah dalam suatu saat dan situasi
tertentu;
5. Pengaruh dari anggaran penerimaan dan belanja negara terhadap
perekonomian, terutama pengaruhnya terhadap pencapaian
tujuankegiatan ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas
harga-harga, distribusi pendapatan, dan peningkatan efisiensi, serta
penciptaan kesempatan kerja. 5

Dengan demikian, keuangan publik atau keuangan negara merupakan


salah satu studi tentang apa yang seharusnya atau merupakan ilmu
ekonomi normatif. misalnya kita ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu
seperti pertumbuhan ekonomi atau distribusi penghasilan yang lebih
merata, maka kita harus menentukan suatu kebijakan yang harus kita
terapkan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. keuangan publik

5
M Suparmoko., Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta (2003): BPFE.

5
sebagaimana ilmu pengetahuan sosial lainnya bersifat positif dan normatif.
keuangan publik sebagai studi ilmu dapat dibagi ke dalam “positive public
finance” dan “normative public finance”. Keuangan publik “positif”
adalah studi tentang fakta, keadaan dan hubungan antar variabel yang
berkenaan dengan usaha pemerintah di dalam mencari dana dan
menggunakan dana, misalnya bagaimana sistem perpajakan dan struktur
perpajakan dewasa ini, menela’ah keadaan dan sistem anggaran dewasa ini
dan lain sebagainya.

Jadi, dalam “positive public finance”, kita berusaha menggambarkan,


menjelaskan, sertameramalkan tentang apa yang terjadi dalam keuangan
negara. Adapun keuangan publik “normative” adalah studi keuangan
negara tentang etika dan nilai pandang (value judgement), yakni
bagaimana kegiatan keuangan negara, perpajakan, pengeluaran dan
pinjaman negara bisa menciptakan efisiensi alokasi sumber daya,
stabilisasi ekonomi makro, pemerataan atau distribusi pendapatan dan lain
sebagainya. Jadi, studi “normative public finance” lebih banyak berkisar
pada daerah permasalahan kebijakan keuangan negara (fiscal policy). Hal
ini dipengaruhi oleh pandangan ideologi, yang dibedakan dalam dua
pendekatan utama, sebagaimana dijelaskan Harvey S. Rossen, yaitu:
organic view of government, dan mechanistic view of government.

B. Konsep Akuntabilitas dan Transparansi


Menurut keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN)
No.589/IX/6/Y/99 dalam Sitompul (2003), akuntabilitas diartikan sebagai
kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab
dan menjelaskan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan
kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak/berkewenangan
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. 6 Oleh karena itu,
pemberlakuan undang-undang otonomi daerah harus dapat meningkatkan
daya inovatif dari pemerintah daerah untuk dapat memberikan laporan

6
Idhar Yahya., Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah. Banda Aceh 2006

6
pertanggung jawaban mengenai pengelolaan keuangan daerah dari segi
efisiensi dan efektivitas kepada DPRD maupun masyarakat luas.7
Osborne (1992) dalam Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa
Akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa, yang
mana, dan bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan jawaban tersebut
antara lain, apa yang harus dipertanggungjawabkan, mengapa
pertanggungjawaban harus diserahkan, kepada siapa pertanggungjawaban
diserahkan, siapa yang bertanggung jawab terhadap berbagai bagian
kegiatan dalam masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring
dengan kewenangan yang memadai, dan lain sebagainya.
Konsep pelayanan ini dalam akuntabilitas belum memadai, maka
harus diikuti dengan jiwa eterpreneurship pada pihak-pihak yang
melaksanakan akuntabilitas. Konsep pelayanan dalam akuntabilitas selain
harus diikuti dengan jiwa eterpreneurship juga harus diikuti dengan jiwa
responsiveness. Hal ini harus dilakukan agar pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dapat dilakukan secara cepat dan tanggap dalam
melayani stakeholder sesuai dengan karakteristik Good Governance
menurut UNDP dan Word Bank. Selain itu, dalam pengantar Standar
Akuntasi Pemerintah dinyatakan bahwa salah satu upaya nyata untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip waktu.8
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tantang
Perbendaharaan Negara Pasal 58 ayat (1) dinyatakan bahwa dalam rangka
meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan
menyelenggarakan sistem pengadilan intern di lingkungan pemerintahan
secara menyeluruh.

7
Idhar Yahya., Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah. Banda Aceh 2006
8
Ibid. Hal 2

7
Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam suasana yang
transparan dan demokratis serta adanya kebebasan dalam mengemukakan
pendapat. Oleh karena itu, pemerintah harus betul-betul menyadari bahwa
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan dari publik.
Katz (2004) menyatakan bahwa transparansi merupakan proses
demokrasi yang esensial di mana setiap warga negara dapat melihat secara
terbuka dan jelas atas aktivitas dari pemerintah mereka daripada
membiarkan aktivitas tersebut dirahasiakan. Jiwa dari sistem ini adalah
kemampuan dari setiap warga negara untuk memperoleh informasi melalui
akuntabilitas pejabat pemerintah atas kegiatan yang mereka lakukan.
Setiap warga negara berhak mengetahui (right to know) untuk setiap
aktivitas penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh setiap
pejabat negara baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dengan adanya transparansi maka diharapkan setiap warga negara dapat
berperan aktif dalam melakukan pengawasan atas jalannya pemerintahan.

C. Mekanisme Pengelolaan Keuangan Publik


Dengan meningkatnya sumber-sumber keuangan Negara, sistem
pengelolaan keuangan publik yang baik menjadi jauh lebih penting dalam
rangka menjamin mutu pengeluaran anggaran serta mengurangi risiko
tindak korupsi. Dengan semakin besarnya jumlah sumber daya keuangan
publik yang akan dibelanjakan pemerintah, tuntutan perencanaan,
penganggaran, dan tata cara pelaksanaan anggaran juga akan semakin
besar. Modernisasi sistem, proses, dan institusi dalam siklus anggaran
diperlukan agar peningkatan pengeluaran tersebut mencapai sasaran
priorotas program pemerintah, seperti pengentasan kemiskinan dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. 9
Membahas tentang keuangan public atau keuangan Negara maka kita
tidak bisa jauh dari yang namanya Anggaran Pendapatan dan Belanja

9
Azizah Azis., Pengelolaa Sektor-Sektor Publik Ekonomi dalam Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah.(2018)

8
Negara (APBN). Anggaran Negara menjadi sangat penting, karena
rencana tersebut merupakan keputusan politik antara pemerintah dan
badan legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sehingga apa
yangtercantum dalam anggaran pendapatan, anggaran belanja dan
anggaran pembiayaan merupakan hasil perhitungan yang kemudian
merupakan kebijakan politik yang menyangkut keuangan Negara.
"Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003 menyebutkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan Negara yang prosesnya dimulai dari Perencanaan APBN,
Penyususnan APBN, Pembahasan APBN, Penetapan APBN, Palaksanaan
APBN, Palaporan dan Pencatatan APBN, dan Pemeriksaan dan
Pertanggungjawaban APBN. Dari beberapa proses tersebut kemudian
nantinya diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
mendapatkan persetujuan. "
Sejak tahun anggaran 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN
disusun dalam bentuk rekening scontro. Disebelah debet dicantumkan
semua penerimaan dan disebalah kredit dicantumkan semua pengeluaran.
Mulai tahun anggaran 2000 struktur dan format APBN disusun dalam
bentuk stafel. Struktur APBN yang demikian itu disesuaikan dengan
standar yang berlaku secara internasional sebagaimana digunakan dalam
statistik keuangan pemerintah. Pada bulan Maret tahun 2003 seiring
dengan diundangkanya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, UU
keuangan Negara mengamanakan format baru yang disebut format
anggaran terpadu, yakni tidak ada pemisahan antara anggaran belanja rutin
dan anggaran belanja pembangunan, tetapi digabungkan menjadi satu.10
Pengaturan kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara
sebagaimana disebutkan didalam UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
keuangan Negara pasal 6 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. "Presiden: selaku Kepala pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan

10
Azizah Azis., Pengelolaa Sektor-Sektor Publik Ekonomi dalam Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah.(2018)

9
pemerintahan. Sebagian dari kekusaan tersebut dikuasakan atau
diserahkan.
2. Menteri keuangan: selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan Negara yang dipisahkan.
3. Menteri atau pimpinan lembaga: pengguna anggaran atau pengguna
barang kementrian Negara atau Lembaga yang dimpimpinnya.
4. Gubernur, Walikota, Bupati: selaku kepala pemerintahan di daerah
dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
5. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter yang meliputi anatara
lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan
undang-undang.

Pada Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman


Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007 menyatakan bahwa “APBD
harus disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip pokok anggaran
sektor publik, sebagai berikut: (a) Partisipasi Masyarakat, (b) Transparansi
dan Akuntabilitas Anggaran, (c) Disiplin Anggaran, (d) Keadilan
Anggaran, (e) Efisiensi dan Efektivias Anggaran dan (f) Taat Asas”.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (PP 58/2005,
pasal 1)

D. Akuntabilitas Publik Keuangan Daerah


Kualitas Pemerintahan Daerah yang baik (good governance) tidak
hanya ditentukan oleh akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat
dan supremasi hukum. Namun, kualitas pemerintahan yang baik juga
ditentukan oleh faktorfaktor lain seperti responsiveness, consessus
orientation, equity efficiency, effectiveness dan strategic vision. Hal ini
sesuai dengan karakteristik pelaksanaan pemerintahan yang baik menurut

10
UNDP dan Word Bank. 11Menurut Mardismo (2004), akuntabilitas publik
keuangan daerah adalah pemberian informasi dan pengungkapan
(disclosure) atas aktivitas dan kinerja keuangan daereah kepada semua
pihak yang berkepentingan (stakeholder) sehingga hak-hak publik, yaitu
hak untuk tau (right to know), hak untuk diberi informasi (right to be kept
information), dan hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to
be listened to) dapat terpenuhi. Mardiasmo (2004) menyatakan bahwa
akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas internal dan akuntabilitas
eksternal. Akuntabilitas internal merupakan pertanggungjawaban kepada
pihak-pihak internal yang berkepentingan seperti pegawai, pejabat
pengelola keuangan negara, dan badan legislatif. Sedangkan akuntabilitas
eksternal adalah pertanggungjawaban kepada pihak-pihak luar yang
berkepentingan, seperti pembayar pajak, media massa, pemberi dana
bantuan, dan investor atau kreditor.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dinyatakan bahwa Kepala Daerah merupakan pengelola
keuangan daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam mengelola
keuangan daerah dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan
kepada Biro/Bagian Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil
pemerintah daerah kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta
kepada Kepala Satuan Kerja/Dinas selaku pengguna anggaran.
Biro/Bagian Keuangan sebagai pembantu Kepala Daerah dalam bidang
keuangan pada hakekatnya adalah manajer keuangan atau Chief Financial
Officer (CFO) Pemerintah Daerah, sementara setiap Kepala Satuan
Kerja/Dinas pada hakekatnya adalah manajer operasional atau Chief
Operational Officer (COO) Pemerintah Daerah. Mardiasmo (2004)
menyatakan bahwa “stakeholder yang beragam memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu informasi yang dibutuhkan juga
berbeda-beda. Untuk memenuhi kebutuhan seluruh stakeholder tersebut

11
Besse Herani, Analisis Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik dalam Mewujudkan
Good Governance pada Pemerintahan Kota Makassar. Makasar (2016)

11
diperlukan kerangka konseptual (conceptual framework) yang
komprehensif.
Kerangka konseptual akuntabilitas publik dapat dibangun di atas dasar
empat komponen. Pertama, adanya sistem pelaporan keuangan. Kedua,
adanya sistem pengukuran kinerja. Ketiga, dilakukannya audit. Sektor
publik. Keempat, berfungsinya saluran akuntabilitas publik (channel of
public accountability).
Semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas
harus dijadikan acuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada
umumnya dan proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah pada
khususnya. Sebagai penjebaran dari Undang-undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan
Daerah Pemerintah mengeluarkan PP. No 58 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, kemudian Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang
pedoman pengelolaan keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas
Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan
Daerah. 12

E. Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah


Melalui desentralisasi fiskal, Pemerintah Daerah dituntut untuk
mengelola keuangan daerah secara akuntabel dan transparan. Dengan
kebijakan normatif yang ada, pemerintah daerah diberi kesempatan untuk
melakukan perubahan kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan daerah.
Dasar-dasar yang melatarbelakangi perubahan adalah : pertama, perubahan
paradigma penyelenggaraan pemerintahan seiring otonomi daerah dan
desentralisasi, kedua, semangat reinventing governance dan good
governance, dan ketiga, realitas regulasi dan instrumen pengelolaan
keuangan daerah dalam bentuk peraturan pelaksanaan yang baru dan
mendorong terciptanya iklim investasi yang baik. 13 Hak Pemerintah

12
Besse Herani, Analisis Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik dalam Mewujudkan
Good Governance pada Pemerintahan Kota Makassar. Makasar (2016)
13
W. Andayani ., Akuntansi Sektor Publik.(2007)

12
Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah adalah: (1) memungut pajak
dan restribusi daerah serta mengelola kekayaan daerah; (2) memperoleh
dana perimbangan, dan (3) melakukan pinjaman. Dalam melaksanakan
hak tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk: (1)
mengelola sumber keuangan daerah secara efektif, efisien, transparan,
akuntabel dan taat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku; (2) menyinergikan kebijakan pembangunan daerah dan kebijakan
nasional; serta (3) melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada
pemerintah pusat dan masyarakat.

F. Impelentasi Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan


Daerah
Pencapaian kinerja organisasi pemerintah biasanya memang
dihubungkan dengan konsep 3E. Hal ini sesuai dengan konsep Value For
Money (Mulgan, 1997) yang merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen yaitu ekonomis, efisiensi
dan efektivitas. Namu tiga elemen ini saja sebenarnya tidak cukup dan
perlu ditambah dengan dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan
pemerataan atau kesetaraan (equility). 14Artinya bahwa penggunaan uang
publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja
tetapi dilakukan secara merata.

14
Idhar Yahya., Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah. Banda Aceh 2006

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Isu-isu penting dalam studi keuangan publik bukanlah persoalan
keuangan meskipun berhubungan dengan aspek keuangan, melainkan
masalah utama yang berhubungan dengan sumber-sumber riil.
Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam suasana yang
transparan dan demokratis serta adanya kebebasan dalam mengemukakan
pendapat.
Membahas tentang keuangan public atau keuangan Negara maka kita
tidak bisa jauh dari yang namanya Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Anggaran Negara menjadi sangat penting, karena
rencana tersebut merupakan keputusan politik antara pemerintah dan
badan legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sehingga apa
yangtercantum dalam anggaran pendapatan, anggaran belanja dan
anggaran pembiayaan merupakan hasil perhitungan yang kemudian
merupakan kebijakan politik yang menyangkut keuangan Negara.
Kualitas Pemerintahan Daerah yang baik (good governance) tidak
hanya ditentukan oleh akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat
dan supremasi hukum. Namun, kualitas pemerintahan yang baik juga
ditentukan oleh faktorfaktor lain seperti responsiveness, consessus
orientation, equity efficiency, effectiveness dan strategic vision.
Melalui desentralisasi fiskal, Pemerintah Daerah dituntut untuk
mengelola keuangan daerah secara akuntabel dan transparan.
Pencapaian kinerja organisasi pemerintah biasanya memang
dihubungkan dengan konsep 3E yaitu ekonomis, efisiensi, efektivitas

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat
dan menambah wawasan kita semua. Kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sehingga,
di masa depan kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andayani W, 2007. Akuntansi Sektor Publik.


https://scholar.google.co.id/scholar?q=pengelolaan+akuntansi+sektor+pub
lik&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart. Diakses 26 September 2022

Azis Azizah, 2018. Pengelolaa Sektor-Sektor Publik Ekonomi dalam Kompilasi


Hukum Ekonomi Syariah.
https://jurnal.iainbone.ac.id/index.php/ekspose/article/download/120/68.
Diakses 24 September 2022.

Herani Besse, 2016. Analisis Kebijakan Pengelolaan Keuangan Sektor Publik


dalam Mewujudkan Good Governance pada Pemerintahan Kota
Makassar.https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/16672-Full_Text.pdf.
Diakses 26 September 2022.

Suparmoko M, 2003. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:


BPFE.

Yahya Idhar, 2006. Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan


Daerah.
https://scholar.google.co.id/scholar?q=pengelolaan+akuntansi+sektor+pub
lik&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart. Diakses 25 September 2022.

15

Anda mungkin juga menyukai