Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN

Do Not Resuscitate (DNR)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN


JL. KAPTEN TENDEAN NO 9A, JAKARTA SELATAN
TAHUN 2017
DNR ( Do Not Resuscitate )

I.PENGERTIAN

DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang


memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. Hal ini berarti
bahwa dokter,perawat, dan tenaga emergensi medis tidak akan melakukan
usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung pasien berhenti.

CPR atau cardiopulmonary resuscitation adalah suatu prosedur medis


yang digunakan untuk mengembalikan fungsi jantung (sirkulasi) dan
pernapasan spontan pasien bila seorang pasien mengalami kegagala jantung
maupun pernapasan. CPR melibatkan ventilasi paru (resusitasi mulut ke
mulut atau mulut ke hidung) dan kompresi dinding dada untuk
mempertahankan perfusi ke jaringan organ vital selama dilakukan upaya-
upaya untuk mengembalikan respirasi dan ritme jantung yang spontan. CPR
lanjut melibatkan DC shock, insersi tube untuk membuka jalan napas, injeksi
obat-obatan ke jantung dan untuk kasus-kasus ekstrim pijat jantung langsung
(melibatkan operasi bedah toraks).Perintah DNR untuk pasien harus tertulis
baik di catatan medis pasien maupun di catatan yang dibawa pasien sehari-
hari, di rumah sakit atau keperawatan,atau untuk pasien di rumah. Perintah
DNR di rumah sakit memberitahukan kepada staf medis untuk tidak berusaha
menghidupkan pasien kembali sekalipun terjadi henti jantung. Bila kasusnya
terjadi di rumah, maka perintah DNR berarti bahwa staf medis dan tenaga
emergensi tidak boleh melakukan usaha resusitasi maupun mentransfer
pasien ke rumah sakit untuk CPR.

II.TUJUAN

Untuk menyediakan suatu proses di mana pasien bisa memilih


prosedur yang nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis
emergensi dalam kasus henti jantung atau henti napas.

III.RUANG LINGKUP
Rumah sakit menghormati hak pasien dan keluarga dalam menolak
tindakan resusitasi atau pengobatan bantuan hidup dasar. Penolakan
resusitasi dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten dalam
mengambil keputusan. Pasien yang tidak bisa membuat keputusan terhadap
dirinya (belum cukup umur, gangguan kesadaran mental dan fisik ) diwakilkan
kepada anggota keluarga atau wali yang ditunjuk.

1) GUIDELINES:
a. Menghormati keinginan pasien dan keluarganya :

Kecuali perintah DNR dituliskan oleh dokter untuk seorang


pasien, maka dalam kasus-kasus henti jantung dan henti napas,
tenaga emergensi wajib melakukan tindakan resusitasi.

Ketika memutuskan untuk menuliskan perintah DNR, dokter


tidak boleh mengesampingkan keinginan pasien maupun walinya.

Perintah DNR dapat dibatalkan (atau gelang DNR dapat


dimusnahkan).

b. Kriteria DNR

Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang


kompeten mengambil keputusan, telah mendapat penjelasan dari
dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten,
keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat,atau wali yang sah
yang ditunjuk oleh pengadilan,

Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal di bawah ini dapat


menjadi bahan diskusi perihal DNR dengan pasien/walinya:

1. Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan


rendah atau CPR hanya menunda proses kematian yang alami
2. Pasien tidak sadar secara permanen
3. Pasien berada pada kondisi terminal
4. Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian
dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan.
IV.TATA LAKSANA
1) Prosedur Penolakan Resusitasi di Rumah Sakit
2) Dokter Penanggung Jawab Pasien menjelaskan tentang pentingnya
resusitasi atau pengobatan bantuan hidup dasar
3) Pasien atau keluarga / wali yang ditunjuk mengisi formulir penolakan
resusitasi.

Prosedur yang direkomendasikan:

1) Meminta informed consent dari pasien atau walinya


2) Mengisi formulir DNR. Tempatkan kopi atau salinan pada rekam medis
pasien dan serahkan juga salinan pada pasien atau keluarga dan
caregiver.
3) Menginstruksikan pasien atau caregiver memasang formulir DNR
ditempat-tempat yang mudah dilihat seperti headboard, bedstand, pintu
kamar atau kulkas
4) Dapat juga meminta pasien mengenakan gelang DNR di pergelangan
tangan atau kaki (jika memungkinkan)
5) Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya,
revisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam
medis.Bila keputusan DNR dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang
DNR dimusnahkan

Perintah DNR harus mencakup hal-hal di bawah ini:

1) Diagnosis
2) Alasan DNR
3) Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
4) Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa

Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau


dokter yang merawat, atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR
direkam medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) harus
dimusnahkan
V.DOKUMENTASI
1) Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara RS
dengan mengunakan format yang sudah disediakan oleh Rekam Medis
2) Penolakan pemberian DNR ( Do Not Resusitate ) atau jangan lakukan
resusitasi dengan mengisi formulir keputusan DNR.
3) Seluruh tindakan yang dilakukan di catat dalam catatan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai