Anda di halaman 1dari 165

Review DED Masjid Agung

(Redesign Interior & Lansekap)

USULAN TEKNIS- 1
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

6.1 PENDEKATAN
Dalam melaksanakan pekerjaan ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang
bersifat mengkerucut dari atas kebawah karena pembangunan masjid agung ini merupakan
cerminan atau menjadi ikon jantung kawasan pula.

Pembangunan Masjid Agung Kota Bogor merupakan pembangunan sarana ibadah dengn
proses bongkar berdirikan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ibadah. Sebagai
salah satu ikon Kota Bogor maka design eksisting memerlukan re-design baik ekterior,
interior maupun lansekap agar kebutuhan keterhubungan anatara masjid agung, alun-alun
dan site sekitar dapat terlihat harmonis. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan
punbersifat lebih luas karena diharpkan nantinya ada kesinambungan dengan lansekap
lainnya disekitar.

Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan Kerja agar
didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam penyusunan desain
ini akan dilakukan metode :

USULAN TEKNIS- 2
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

1) Penyusunan team yang representatif dan kualitatif.


Menyadari akan singkatnya waktu yang tersedia kami berhati – hati didalam menugaskan
tenaga ahli yang kami miliki guna penanganan pekerjaan desain baik yang tergolong
dalam pekerjaan standard maupun Non standard.
Organisasi Team dipimpin oleh Team Leader mempunyai akses penuh terhadap sumber
daya yang dimiliki oleh Perusahaan menyangkut peralatan dan Personal, termasuk
didalamnya kewenangan meumutuskan permasalahan teknis dilapangan sebatas
tuntutan kontrak.
2) Identifikasi dan koordinasi kegiatan terhadap unsur – unsur yang terkait.
Pengenalan terhadap unsur – unsur terkait sebagai “Stake Holder” pada kegiatan
Perencanaan ini sangatlah diperlukan karena dengan pengenalan ini Team kami dapat
lebih cepat mengambil suatu lagkah – langkah pemecahan masalah yang timbul dengan
mengakomodir berbagai input / masukan pihak – pihak yang terakit didalam proses
perencanaan ini.
Selanjutnya Koordinasi yang rutin baik bersifat formal maupun informasl perlu dibangun
dan dilaksanakan. Koordinasi tersebut secara formal terkemas dalam kegiatan :
- Kegiatan Pengumpulan informasi dan data – data sekunder.
- Diskusi dan Pemaparan Hasil / Konsep Perancangan.
- Asistensi Hasil Perancangan baik kepada User, Pengguna Anggaran maupun
unsure Teknis terkait.
3) Pengenalan permasalahan
Pengenalan permasalahan sedini mungkin guna mempersiapkan tindakan antisipasi.
Yang kami maksudkan disini adalah kami akan melakukan survey pendahuluan secermat
dan sedetail mungkin sehingga dapat kami prediksikan permasalahan – permasalahan
yang mungkin timbul untuk kemudian kami informasikan kepada pengguna anggaran /
unsur teknis untuk dibicarakan dan dicarikan pemecahan terhadap masalah tersebut
sehingga didalam proses desain nantinya sudah dapat menjadi masukan – masukan
baru.
4) “Quick Information” / aktif menggali informasi dan data terbaru.
Mendukung point “3” diatas sebagai wujud keaktifan didalam penangan perencanaan ini,
Identifikasi permasalahan saja kurang memenuhi kebutuhan, oleh karenanya secara
terjadwal dilakukan Koordinasi / pertemuan rutin dengan pengelola kegiatan (tim Teknis

USULAN TEKNIS- 3
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

proyek), guna menggali informasi baru disamping komunikasi informal yang dilakukan.
Mengingat jangka waktu kegiatan yang cukup singkat.

5) Studi Observasi
Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini. Pada
proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain, diagram rancangan
kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga didapatkan luas bangunan yang
dibutuhkan, dan penggunaan ruang.
6) Studi Literatur
Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-
karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan ini. Beberapa referensi
yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan kebutuhan yang dibutuhkan setiap
orang yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat
pekerjaannya.
Studi literature juga dilakukan melalui internet untuk mencari literature mengenai contoh
bangunan kantor yang baiks dan mampu diterapkan di Indonesia dan tentu saja
menyesuaikan dengan kondisi Indonesia.
7) Analisa data dan Perancangan
Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan dalam
penghitungan secara manual dan dengan program simulasi bangunan seperti
Autodesk Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisi kesesuaian suhu
dengan kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program AutoCad.
8) Studi Bimbingan
Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi tugas yang
merupakan pengguna gedung kantor merupakan sumber data dan masukan sebagai
penyesuaian desain dengan keinginan pengguna bangunan.
6.1.1 PENDEKATAN ENVIROMENTAL

Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi dalam jumlah
yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang digunakan berasal dari energy
fosil yang tidak dapat diperbarui untuk memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan
beberapa problem, yaitu:

 Nasional

Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu 2010-2018


mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan pemakaian energi di dunia rata

USULAN TEKNIS- 4
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

rata 1,2%/tahun, negara negara APEC 2,6%/tahun) yang diakibatkan beberapa


faktor yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan
masyarakat.

 Global

Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang CO2 dalam
jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan dan terus menerus yang
pada akhirnya menimbulkan efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan
global (global warming).

SUSTAINABLE DESIGN

Sustainable design (desain berkelanjutan) merupakan reaksi dari krisis lingkungan


global. Sustainable design (juga mengarah pada green design, eco design, atau design
for environment) adalah seni mendesain objek fisik dan lingkungan sekitarnya untuk
keseimbangan prinsip berkelanjutan dengan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.

 Sustainable Construction Elements

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong


pembangunan bangunan ber-arsitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan dan
selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi,
membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan
bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan (green product).

USULAN TEKNIS- 5
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Bangunan hijau mensyaratkan layout desain bangunan (10 persen), konsumsi dan
pengelolaan air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30 persen), bahan
bangunan (15 persen), kualitas udara dalam (20 persen), dan terobosan inovasi
(teknologi, operasional) sebesar 15 persen. Skala bangunan dan proporsi
ruang terbuka harus memerhatikan koefisien dasar bangunan (KDB) dan
koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70 persen ruang terbangun berbanding
30-60 persen untuk ruang hijau untuk bernapas dan menyerap air.

 Tingkat Sustainable Bangunan

Ke-sustainable-an suatu bangunan dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya


adalah tolak ukur yang digunakan The Leadership in Energy and Environment
Design (LEED) System menggunakan beberapa faktor yang harus dianalisa
terlebih dahulu sebelum merencanakan sebuah desain bangunan beserta
lingkungannya, yaitu:

a. Perencanaan kawasan
b. Penggunaan air yang efisien
c. Energi and lingkungan
d. Pemanfaatan material dan sumber daya mineral
e. Kualitas udara dalam ruangan
f. Proses Inovasi dan desain/konstruksi
 Penerapan Teori Sustainable/Berkelanjutan

Konsep berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana namun kompleks,


sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multi-dimensi dan multi-interpretasi.
Karena adanya multi-dimensi dan multi-interpretasi ini, para ahli sepakat untuk
sementara mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh Komisi Brundtland
yang menyatakan bahwa:

“pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan


generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka”

Konsep keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh dengan adanya lima alternatif
pengertian sebagai berikut:

 Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang


diperoleh masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak
menurun sepanjang waktu (non-declining consumption).

USULAN TEKNIS- 6
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian


rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa mendatang.
 Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam (natural capital
stock) tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining).
 Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumberdaya alam.
 Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan
dandaya tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.

Dalam hal ini ada 3 prinsip kunci pembanguan yang berkelanjutan yang menjadi
tujuan konstruksi, yaitu :

a. Penggunaan Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan

Industri mengembangkan prinsip untuk lebih mengutamakan penggunaan


sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan mengurangi penggunaan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Aktivitas pembangunan bergantung
pada ketersedian sumber daya alam yang kuat (steady supply of resources),
sehingga untuk itu perlu untuk mengatur pemanfaatannya secara lebih efisien
dalam proses operasi sebisa mungkin, walaupun sudah banyak penelitian yang
menemukan cara meminimalisasi penggunaan bahan baku ini. Ini tidak dapat
diasumsikan bahwa permintaan akan kebutuhan bahan-bahan baku tersebut
akan berkurang.

USULAN TEKNIS- 7
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Selain sinar matahari, supply sumberdaya alam sangat terbatas. Sehingga


menipisnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan rusaknya
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (seperti hutan) harus dapat
diminimalisasi agar aktivitas pembangunan dapat berkelanjutan dalam jangka
waktu lebih lama. Dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan,
terdapat dua kaidah yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan, yaitu:

 Untuk sumberdaya alam yang terbarukan (renewable resources): Laju


pemanenan harus lebih kecil atau sama dengan laju regenerasi (produksi
lestari).
 Untuk masalah lingkungan: Laju pembuangan (limbah) harus lebih kecil
atau setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan.
b. Memelihara Kelangsungan Hidup Ekologi (Environmental Equity)

Tantangan yang utama bagi pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana


upaya untuk mencapai suatu keadilan bagi antargenerasi dan antarmasyarakat
(intergenerational and intersociental equity). Menghabiskan sumberdaya alam
dan merusak kualitas ekologi demi mencapai tujuan jangka pendek dapat
membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Ketidakadilan antarmasyarakat juga muncul, sebagai fakta bahwa
tidak adanya keseimbangan penggunaan sumberdaya alam antara negara maju
dengan negara berkembang, dimana terjadi ketidaksesuaian atau keseimbangan
penggunaan sumberdaya alam yang digunakan negara-negara maju
dibandingkan negara-negara berkembang. Ketidakadilan ini juga muncul di
Amerika, masyarakat yang memiliki pendapatan di bawah rata-rata lebih
merasakan dampak-dampak pencemaran lingkungan dari industri, sebab di
kalangan masyarakat ini pula mereka lebih rentan terhadap resiko-resiko
kesehatan dan zat-zat berbahaya/beracun. Deklarasi Rio pada tahun 1992 telah
dengan tegas menyatakan bahwa setiap Negara harus memelihara kelangsungn
hidup ekologi sistem alami. Deklarasi Rio telah mengatur bahwa “Dalam rangka
mempertahankan lingkungan, pendekatan pencegahan harus diterapkan secara
menyeluruh oleh negara sesuai dengan kemampuannya. Apabila terdapat
ancaman serius atau kerusakan yang tak dapat dipulihkan, kekurangan ilmu
pengetahuan seharusnya tidak dipakai sebagai alasan penundaan pengukuran
biaya untuk mencegah penurunan kualitas lingkungan”.

USULAN TEKNIS- 8
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Desain arsitektur adalah sebuah proses untuk mewujudkan sebuah visi.


Menerapkannya dalam langkah nyata dengan pemilihan material dan

penentuan sistem struktur yang layak dan sesuai dengan karakter site- nya. Hal
yang dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

a. Menganalisa keadaan lingkungan alamnya, seperti topografi, karakter iklim,


keadaan tanah dan hidrologinya, flora dan faunanya, serta keadaan
udaranya.
b. Belajar dengan mengamati spirit of the place, lansekap, dan kebudayaannya.
c. Harmonisasi dengan masyarakat setempat, hal ini karena biasanya
bangunan tidak berdiri sendiri.
 Faktor-faktor Penentu Sustainable Design
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistenable desain adalah:
a. Site/Lokasi Bangunan

Site merupakan faktor besar dalam penentuan sebuah desain.


Berbagai faktor berpengaruh tergantung pada site.

 Kondisi Cuaca

Sumber panas utama bagi permukaan bumi adalah matahari (Jacobson,


2002). Setelah melewati atmosphere bumi sinar matahari diurai menjadi
komponen- komponen antara lain sinar inframerah yang menyebabkan
naiknya suhu dipermukaan bumi. Semua bagian setting yang menghambat
sinar matahari baik dalam bentuk gelombang panjang maupun energi thermal
dianggap dapat mengurangi suhu di permukaan bumi. Oleh karena itu dapat
dihipotesakan bahwa suhu di suatu lingkungan akan dipengaruhi oleh
bayangan yang ditimbulkan oleh bangunan dan vegetasi.

USULAN TEKNIS- 9
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Topografi

Dengan mengetahui topografi lahan akan memudahkan penentuan solusi


desain bangunan. Perataan lahan akan mempermudah desain bangunan
yang sama tinggi.

Namun disisi lain dengan adanya perbedaan ketinggian tanah, akan memberi
kesan yang menarik dan berfariasi pada lingkungan. Pada tapak yang
memiliki perbedaan ketinggian atau topografi miring, pengelompokan
bangunan cenderung ditempatkan secara informal sesuai dengan kondisi
konturnya. Dalam pemecahan perancangan secara tradisional (konvensional)
pada puncak bukit, efek dari bentuk bangunan terlihat secara nyata yaitu
jalan-jalan dan bagian depan bangunan berbentuk kurva yang secara teratur
mengikuti kontur.

 Pencahayaan

Penggunaan warna dinding diberi warna muda karena mampu menyerap


sebagian radiasi matahari dengan baik daripada warna gelap. Bahan pelapis
dengan warna terang dapat mengurangi cooling load hingga 40 %. Untuk
permukaan gedung dapat dipilih material yang cenderung memantulkan
panas daripada menyerapnya. Atau material yang mempunyai kemampuan
insulasi yang tinggi sehingga panas tidak masuk ke dalam interior bangunan.

 Vegetasi

Membuat hijau di sekitar gedung/bangunan dengan memberi banyak lahan


tanaman, hal in dapat dilakukan dengan memberikan pepohonan di halaman
depan, belakang atau tengah gedung/bangunan (bila sudah terlanjur tidak
ada halaman tanahnya, dapat diberikan tanaman dalam pot) agar terjadi
penyaringan udara yang masuk ke gedung tersebut, sehingga terdapat udara
yang lebih segar. Dapat juga dengan memberikan unsur tanaman/pepohonan
pada atap gedung/bangunan, hal ini sudah mulai banyak dilakukan.
Sehingga berguna agar sinar matahari tidak dipantulkan tapi dapat dserap
oleh tumbuhan tersebut dan udara di bawah atap juga tidak terlalu panas.

USULAN TEKNIS- 10
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Angin

Dalam perencanaan orientasi tidak hanya perlu memperhatikan sinar


matahari yang mengakibatkan panas saja, melainkan juga arah angin
yang memberi kesejukan. Udara yang bergerak atau angin mampu
menurunkan suhu dan mempercepat proses penguapan sehingga
memberikan efek penyegaran. Kecepatan angin yang nikmat yaitu yang
memiliki batas kecepatan 0,1-0,15 m/second.

- menempatkan vegetasi sebagai penyegar dan penghalang matahari

Gambar 1. Peletakan Vegetasi Sebagai Penyejuk

- Pemakaian kisi-kisi pada bukaan


- Pemanfaatan wing-wall, untuk mengarahkan angin masuk ke dalam
bangunan.

Gambar 2. Wing Wall Pada Jendela


 Kecepatan Penguapan

Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan


temperatur dan efektifitas lebih tinggi serta memerlukan laju penguapan air
lebih rendah. Semakin tinggi temperatur dan semakin rendah RH, udara
masuk semakin besar penurunan temperatur dan efektifitas evaporative
cooler; temperatur air yang rendah membuat laju penguapan air berkurang.

USULAN TEKNIS- 11
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Evaporative cooler dan Air Conditioner dapat dikolaborasikan untuk


membuat pendingin ruangan yang ramah lingkungan dan hemat energi
serta udara yang dihasilkan karena kaya Oksigen sangat baik dipakai
terutama di rumah sakit.

Gambar 3. Cara kerja Evaporative cooling

 Arah Sinar Matahari

Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan


menguntungkan terdapat sebagai kompromi antara letak gedung berarah
dari timur ke barat dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Dari
hasil penelitian Ken Yeang didapatkan bahwa untuk iklim tropis,
bangunan umumnya memiliki orientasi ke utara - selatan dan serong 5o dari
sumbu utara - selatan. Maka, mengorientasikan bangunan pada arah utara-
selatan di iklim tropis dengan menegakluruskan arah datangnya angin bisa
menjadi salah satu solusi.

Gambar 4. Orientasi Bangunan Pada Iklim Tropis

USULAN TEKNIS- 12
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung


dari panas matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah
satu strategi yang dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar
matahari dan angin.

Gambar 5. Horizontal Shade (Kiri) dan Louvre System (Kanan)

 Orientasi Pedestrian

Orientasi pedestrian didefinisikan sebagai rancangan lingkungan dalam


sekala manusia.

Bangunan harus didesain untuk menciptakan perbedaan level dengan jalan


dan memberi kenyamanan bagi pejalan kaki.Pintu, pedestrian, jendela, dan
elemen pendukung jalan harus diperhitungkan untuk memciptakan
kenyamanan bagi pejalan kaki dan memberi ruang yang cukup.

Gambar 6. Pedestrian

Kenyamanan pedestrian dapat ditingkatkan dengan memperhatikan desain


bangunan, lokasi, sempadan, dan orientasi.

USULAN TEKNIS- 13
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Gambar 7. Perletakan pedestrian

Berjalan akan terasa nyaman jika pembangunan memakai dimensi yang


tepat. Kesesuaian ini dapat dilihat ketika seorang anak berjalan dengan
aman atau seseorang merasa nyaman bersepeda dan juga seseorang
berjalan menuju kantornya. Sebuah pedestrian harus menawarkan berbagai
rute untuk menuju keberbagai tempat pilihan. Diperlukan ruang khusus
pemberhentian pada pedestrian untuk mengatasi kepadatan dan juga
sebagai tempat istirahat bagi yang kelelahan.

Pohon perindang sepanjang jalan akan menambah rasa nyaman bagi pejalan
kaki. Ruang pedestrian yang lapang akan memudahkan dan terasa
menyenangkan.

Beberapa hal yang diperlukan dalam pedestrian:

- Keselamatan dan kenyamanan; pedestrian yang dekat dengan tempat


tujuan dan jelas antara batasan pedestrian dan juga terdapat tempat
penyeberangan.
- Tujuan; berbagai pilihan tujuan yang ditawarkan yang dapat diakses
melalui pedestrian.

USULAN TEKNIS- 14
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Menyenangkan; terdapat pohon, tempat pemberhentian dan elemen-


elemen pendukung jalan.
 Micro climatic building/Iklim Mikro

Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar bangunan. Iklim
mikro memiliki dampak yang sangat penting dalam penggunaan energi dan
kinerja dari sebuah bangunan.

Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah dengan
mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat perlindungan dari
unsur- unsur alam yang berbahaya.

Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:

- Orientasi bangunan
- Lokasi objek disekitarnya
- Kondisi landskap sekitar

Iklim mikro berpengaruh terhadap penentuan bentuk bangunan dan


bagaimana bangunan tersebut diletakkan disuatu lokasi dan perletakan
lokasi ruangan dalam gedung.

Zonasi dan orientasi bangunan dapat memiliki dampak yang besar pada pola
konsumsi energi bangunan.

Pohon dapat memberikan naungan ketika cahaya dan panas matahari terlalu
kuat.

b. Efisiensi Infrastruktur

 Ketersediaan Air Bersih

Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur air. Sumber air
dimanfaatkan seefisien mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian air
yang tidak perlu. Sumber air baik dari PDAM maupun dari sumur setempat
merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan mengurangi dampak
pengurangan air tanah secara berlebihan.

Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya
pembelian di PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.

 Pengolahan Air Limbah

USULAN TEKNIS- 15
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water,
grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.

Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan
limbah mandiri. Limbah-limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali
ke area pengolahan.

Sistem ini menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di dearah


tersebut. Berbeda dengan sistem saluran air kota yang mengalirkan air ke
sistem pembuangan sehingga air tidak teresap ke tanah didearah tersebut.

Gambar 8. Wastewater collection

 Drainase banjir/Strorm drainage

Strorm drainage bisa juga disebut sebagai saluran pembuangan kota.


Saluran ini memuat segala limbah buangan cair yang ada di jalan.

Saluran pembuangan ini berfungsi menampung air hujan yang turun dijalan
untuk mengatasi banjir. Saluran ini terpisah dengan saluran pembuangan
limbah rumah tangga. Saluran pembuangan (storm drainage) selain
menampung air hujan, biasanya juga bercampur dengan oli atau bahan
bakar bensin atau solar yang tercecer di jalan.

Pada bukaan penerimaan saluran diberi penutup agar sampah sampah tidak
masuk kedalam saluran. Sehingga tidak mengganggu pembuangan.

USULAN TEKNIS- 16
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Gambar 9. Storm drainage

c. Energi Alternatif

Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert, 1994), yaitu:

1) Meminimalkan konsumsi sumber daya


2) Memaksimalkan pemanfaatan kembali (re-use) sumber daya
3) Menggunakan sumber daya yang terbarukan (renewable) dan didaur
ulang (recycleable)
4) Melestarikan lingkungan alam
5) Menciptakan lingkungan yang sehat dan tidak berbahaya
6) Menjadikan kualitas sebagai tujuan dalam membangun
 Konfigurasi dan Bentuk Bangunan

Iklim Indonesia adalah iklim tropis. Sebuah bentuk bangunan diharapkan


mengacu pada aturan-aturan yang ada dalam membangunan bangunan
tropis. Sehingga meminimalisir bentuk yang merugikan dan menyesuaikan
ukuran ruang sesuai dengan kebutuhan namun tetap mengacu standard
bangunan tropis. Sehingga didapat efisiensi dalam bentuk, dan ukuran
bangunan.

Bangunan jangan sampai memiliki bangunan yang gemuk. Sebisa mungkin


memiliki bangunan yang memanjang sehingga pengudaraan dan
pencahayaan alami dapat berjalan baik.

USULAN TEKNIS- 17
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Material/bahan

Memilih material ramah lingkungan menjadi penting karena tidak hanya


semata-mata demi kelestarian alam, tetapi juga sebenarnya jauh lebih efisien
dan hemat dari segi estimasi biaya jangka panjang.

pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari
sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan
sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak
bertentangan dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan
material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan yang mengandung racun
seperti asbeston.

Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan


misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti semen instan yang
praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu.

Selain memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak mencemarkan material


ramah lingkungan sebaiknya terbuat dari bahan daur ulang, atau setidaknya
tidak menghabiskan sumber daya alam, bahkan dapat memberikan nilai
tambah pada lingkungan dan harus didukung 3R yaitu Reused
(memanfaatkan kembali material yang masih bisa dipakai) Reduce

USULAN TEKNIS- 18
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

(mengurangi pemakaian material yang berlebihan) serta Recycle (mendaur


ulang material agat bermanfaat kembali).

d. Penghematan energi

 Kaca

Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus.
Beberapa penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang
dapat menyaring radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan
pendingin udara.

Terdapat tiga jenis kaca yang dikategorikan penghemat energi.

- Kaca Warna

Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya
berwarna biru kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring
panas hingga suhu dalam ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang
baik mempunyai sifat seperti kaca film pada mobil. Ia mampu membuat
Anda melihat pemandangan luar nampak jernih, namun menyaring
jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

- Kaca Pantul

Kaca ini sering dijumpai di gedung perkantoran. Kaca ini menyaring


panas lebih banyak daripada jenis lain. Ada satu kekurangan dari kaca

USULAN TEKNIS- 19
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

pantul adalah pandangan dari dalam akan kurang indah karena terjadi
distorsi.

- Kaca Low-e, Low Emissivity

Diartikan kaca rendah emisi. Kaca ini menjaga suhu di dalam ruang tetap
tinggi. Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah diisi lapisan udara
kosong dan lapisan metal transparan.Kaca jenis ini pun memantulkan
sinar ultraviolet. Untuk iklim Indonesia, kaca macam ini tidak disarankan,
karena hawa panas tetap berada di dalam ruang. Menjadikan ruang
bertambah panas. Jenis ini populer digunakan di negara sub tropis.

Gambar 10. Frame double wall

 Insulator

Isolasi termal pada bangunan adalah faktor penting untuk mencapai


kenyamanan termal untuk penghuninya. Insulasi panas yang tidak diinginkan
akan merugikan dan dapat menurunkan efektifitas energi sistem
pemanas atau pendingin. Dalam pengertian lain isolasi dapat hanya
penyesuaian pada bahan isolasi yang digunakan untuk menghambat
hilangnya panas ruang, seperti: selulosa, kaca wol, wol batuan, plastik, busa
urethane, vermikulit, dan tanah. Tetapi dapat juga menggunakan desain
khusus dan teknik khusus untuk mengatasi perpindahan panas atau
konduksi, radiasi dan konveksi.

USULAN TEKNIS- 20
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Masalah kualitas konstruksi termasuk uap memadai hambatan, dan masalah


dengan rancangan-pemeriksaan. Selain itu, sifat dan densitas bahan isolasi
itu sendiri sangat penting. Sebagai contoh, menurut Leah Twings, Kualitas
Manager Kepatuhan Textrafine Isolasi, fiberglass bahan isolasi yang
terbuat dari serat-serat pendek berlapis kaca tidak begitu tahan lama
seperti isolasi yang terbuat dari untaian serat panjang kaca.

 Pencahayaan

Lampu pijar pada dasarnya merupakan lampu ruang yang menghasilkan


panas selain juga mengeluarkan cahaya. Hal ini sangat tidak efisien,
membuang sebagian besar energi yang di konsumsi dan menjadikannya
sebagai panas yang tidak diinginkan. Salah satu lampu yang merupakan
lampu hemat energy adalah lampu LED.

Lampu LED menghemat energi yang digunakan sampai 48% (berarti


penghematan tagihan listrik) ditambah dengan kecilnya panas yang
dihasilkan oleh lampu LED. Hal ini membuat bangunan tidak perlu
menyalakan mesin pendingin ruangan (AC) dalam posisi maksimal, yang
berarti terjadi penghematan lagi.

Keuntungan dari lampu LED:

- Lampu LED tidak mengandung Mercury


- Jauh lebih hemat dalam hal pemakain listrik
- Daya tahan lebih lama, yaitu 60x lebih lama dibanding dengan tipe
lampu
- Incandescent dan 10x lebih lama dibanding tipe Fluorescent.
- Lampu LED juga tidak menghasilkan panas sehingga dapat
menghemat pemakaian AC (air conditioning).

USULAN TEKNIS- 21
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Daylighting

Sistem pencahayaan alami terutama dipakai pada siang hari dengan


memanfaatkan cahaya matahari, pemasukan sinar matahari ke dalam
ruangan diusahakan mencapai tingkat kenyamanan pencahayaan tertentu
seperti yang diharapkan. Pada prinsipnya, dalam ruangan dengan lubang
pencahayaan yang tetap, semakin ke dalam semakin menurun intensitas
cahaya yang diterima. Guna mencapai kualitas kenyamanan yang
diisyaratkan semakin lebar ruangan/bangunan, semakin luas pula lubang
pencahayaannya.

USULAN TEKNIS- 22
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Untuk menanggulangi radiasi panas sinar matahari yang akan


mengurangi kenyamanan penghawaan dan menyebabkan kesilauan di
daerah iklim tropis, selain diusahakan sesedikit mungkin sisi bangunan
dan bukaan-bukaan ruangan yang terkena sinar matahari langsung, juga
dengan membuat penghalang sinar matahari (sun shading, sun screen).

e. Air

 Zero-run-off

Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang
terbuang ke saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan
sebagai penyiram tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah
diresapkan di area tanaman. Kalau muatan resapan berlebihan, baru
dilakukan pembuangan ke saluran pembuangan kota.

USULAN TEKNIS- 23
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Grey water system

Pemanfaatan grey water akan mengurangi pembebanan pada air tanah.


Dengan memanfaatakan lagi grey water sama halnya memanfaatkan air dua
kali atau lebih namun tepat dalam penggunaannya.

Pemanfaatan grey water misalanya air buangan dari wastafel dapat


dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Ataupun air bekas cucian setelah
mengalami proses penyaringan dapat pula dimanfaatkan untuk menyirami
taman.

Gambar 11. Pemanfaatan limbah rumah tangga

f. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah merupakan proses pengumpulan, pengangkutan,


pengolahan, daur ulang atau pembuangan dan pemantauan bahan-bahan
limbah. Istilah ini digunakan berkaitan dengan bahan-bahan buangan yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia dan umumnya dilakukan untuk mengurangi
dampak negatif pada kesehatan, di lingkungan atau estetika lingkungan.
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya yang
terbuang atau terkurangi. Sistem pengelolaan limbah ini mengolah limbah padat,
cair, gas atau radioaktif zat, dengan metode yang berbeda dan bidang keahlian
untuk masing-masing.

 Konsep pengelolaan limbah

USULAN TEKNIS- 24
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Ada sejumlah konsep pengolahan limbah yang paling umum, konsep-konsep


luas yang digunakan meliputi:

- Waste hierarchy/Reused, redused, Recycled (3R)

Mengacu pada mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang,


yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan limbah sesuai dengan
keinginan mereka dalam hal minimisasi limbah. Hirarki limbah
merupakan landasan dari berbagai strategi meminimisasi limbah. Tujuan
dari hirarki ini untuk memaksimalkan manfaat dari produk dan
meminimalisasi jumlah limbah.

Gambar 12. Waste hierarchy

- Extended producer responsibility

Adalah suatu strategi yang untuk mempromosikan menyatukan semua


biaya yang berkaitan dengan produk selama produk tersebut masih ada
(termasuk akhir biaya pembuangan akhir) ke dalam harga produk. Hal ini
dimaksudkan untuk memaksakan tanggung jawaban atas seluruh siklus
hidup produk dan kemasan yang dipasarkan. Berarti perusahaan yang
memproduksi, impor dan atau menjual produk yang diperlukan untuk
bertanggung jawab atas produk.

- Polluter pays principle

Prinsip di mana pihak yang mencemari membayar terhadap dampak


terhadap lingkungan yang terjadi. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, umumnya ini mengacu pada persyaratan limbah untuk membayar
sesuai limbah yang dibuang.

USULAN TEKNIS- 25
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

6.1.2 PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG

Kantor pemerintahan dalam Pedoman Teknis Gedung Negara (2002:1) adalah tempat
untuk keperluan dinas yang menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN atau APBD. Bangunan Kantor pemerintahan
atau biasanya dikenal dengan bangunan gedung negara dalam Pedoman Teknis Gedung
Negara (2002:1) dibedakan atas:

a) Bangunan Gedung Negara Pusat, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaantugas pusat/nasional.
b) Bangunan Gedung Negara Provinsi yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaan tugas otonomi Provinsi,
c) Bangunan Gedung Negara kabupaten atau Kota, yaitu bangunan gedung untuk
keperluan dinas pelaksanaan tugas otonomi Kabupaten/Kota,
d) Bangunan gedung Negara BUMN/BUMD, yaitu bangunan gedung untuk keperluan
dinas pelaksanaan tugas BUMN/BUMD.

Sebagai upaya peningkatan pelayanan pemerintah Daerah secara efisiensi dan


efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar
pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada
daerah.

Untuk menghitung luas ruang bangunan gedung Kantor yang diperlukan dalam
Departeman Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002:6), dijelaskan bahwa dihitung
berdasarkan ketentuan gedung Kantor pemerintahan yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana dengan standar luas ruang rata-rata sebesar 9,6 m² per-personil.

USULAN TEKNIS- 26
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Gambar Standar Luasan Gedung Kantor Pemerintahan Tidak Sederhana

Untuk bangunan yang memerlukan ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan


masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri di luar luas ruangan untuk seluruh
personil yang akan ditampung.

Gambar. Spesifikasi teknis bangunan gedung pemerintah-1

USULAN TEKNIS- 27
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Spesifikasi teknis bangunan gedung pemerintah-2

Spesifikasi teknis bangunan gedung pemerintah-3

USULAN TEKNIS- 28
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Persyaratan Teknis Bangunan Perkantoran Pemerintah


Persyaratan teknis bangunan pemerintahan ini dimaksudkan sebagai acuan untuk
persyaratan teknis yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan
penyelenggaraan bangunan pemerintahan. Persyaratan ini bertujuan untuk dapat
terwujudnya bangunan pemerintahan sesuaifungsi yang ditetapkan dan yang
memenuhi persyaratan teknis.
a. Tata letak dan fungsi bangunan

Bangunan yang akan didirikan disesuaikan dengan peruntukan lokasi yang diatur
dalam ketentuan tataruang dan tata bangunan dilokasi yang bersangkutan.
Ketentuan tata ruang dan tata bangunan disesuaikan dengan RTRW Daerah,
RRTR, dan RTBL. Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan
memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur lingkungan yang ada
disekitarnya atau yang mampu sebagai pedoman arsitektur teladan bagi
lingkungannya. Setiap bangunan gedung yangdidirikan berdampingan dengan
bangunan yang dilestarikan. Bentuk bangunan gedung juga harus dirancang dan
dipertimbangkan terciptanya ruang luarbangunan yang nyaman dan serasi
terhadap lingkunganya.

Fungsi dan klasifikasi bangunan merupakan acuan untuk persyaratan teknis


bangunan gedung, baik ditinjau darisegi intensitas banguanan arsitektur dan
lingkungan, keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan, maupun dari segi
keserasian bangunan terhadap lingkungannya. Penetapan fungsi dan klasifikasi
bangunan yang bersifat sementara harus dengan mempertimbangkan tingkat,
permanensi, keamanan, pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya
kebakaran, dan sanitasi yang memadai. Setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan. Selain terdiri dari ruang-ruang
dengan fungsi utama, juga dilengkapi dengan ruang fungsi penunjang, serta
dilengkapi pula dengan instalasi dan kelengkapan bangunan yang dapat
menjamin terselenggaranya fungsi bangunan.

b. Intensitas bangunan

Persyaratan kinerja dari ketentuan kepadatan dan ketinggian bangunan


ditentukan oleh:

USULAN TEKNIS- 29
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Kemampuannya dalam menjaga keseimbangan daya dukung lahan dan


optimalnya intensitas pembangunan,
 Kemampuannya dalam mencerminkan keserasian bangunan dengan
lingkungan,
 Kemampuannya dalam menjamin kesehatan dan kenyamanan pengguna
serta masyarakat pada umumnya.
 Setiap bangunan pemerintah dapat dibangun dengan KDB naksimal 50%
dan KDH minimal 20%. Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
 Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang
diperhitungkan sampai batas dinding terluar;
 Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang
tingginya lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh 100
%;
 Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya
dibatasi oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m diataslantai ruangan dihitung 50
%, selama tidak melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan sesuai
dengan KDB yang ditetapkan;
 Overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya
tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;
 Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di
atas lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
 Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan
dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari KLB yang ditetapkan,
selebihnya diperhitungkan 50 % terhadap KLB;
 Ramp dan tangga terbuka dihitung 50 %,selama tidak melebihi l0% dari luas
lantai dasar yang diperkenankan;
 Dalam perhitungan KDB dan KLB, luastapak yang diperhitungkan adalah
yang dibelakang GSJ.
c. Sirkulasi dan fasilitas parkir

Setiap bangunan Kantor diwajibkan menyediakan area parkir kendaraan sesuai


dengan jumlah area parkir yang proporsional dengan jumlah luas lantai
bangunan. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus saling mendukung, antara
sirkulasi eksternal dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai

USULAN TEKNIS- 30
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

bangunan dengan sarana transportasinya. Sirkulasi harus memberikan


pencapaian yang mudah dan jelas, baik yang bersifat pelayanan publik maupun
pribadi. Tempat parkir kendaraan mempunyai beberapa metode parkir (Todd,
1987: 104) antara lain:

 Parkir tegak lurus, sistem yang paling efisien dari segi banyaknya mobil yang
diparkir terhadap permukaan yang dibutuhkan.
 Parkir sudut, efisiensi tergantung sudut yang digunakan semakin dekat
dengan 90° dan semakin efisien petak parkir tersebut.
 Parkir pararel, parkir yang paling sulit bagi ruang gerak pengemudi,
menciptakan masalah keamanan karena terjadi sepanjang jalur jalan atau
daerah parkir.

Bentuk Tempat Parkir

 Persyaratan Tata Ruang


a. Tata Ruang dan Fleksibilitas Ruang

Aktifitas utama dalam perKantoran adalah kegiatan penyampaian informasi


dengan cara berkomunikasi antar bagianuntuk mengambil suatu keputusan yang
dibutuhkan. Hal ini menimbulkan berbagai penafsiran terhadap ukuran
perKantoran, pengorganisasian, teknologi, maupun manajemen komunikasi.
Aktifitas di dalam ruang kerja berpengaruh besar dalam usaha penataan ruang
Kantor, yang secara garis besar dapat dirumuskan sebagai tindakan penyusunan
alat-alat Kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang
menimbulkan kepuasaan bekerja bagi para pegawai.

USULAN TEKNIS- 31
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Kantor sebagai lingkungan fisik buatan, pengaturan ruang kerja di dalamnya


dapat memberikan pengaruh pada persepsi pegawai terhadap lingkungan dan
pekerjaan mereka. Pengaturan serta penggunaan ruang kerja di Kantor dapat
dibuat untuk menciptakan batasan-batasan dalam interaksi antara satu individu
dengan indiviu lain, mewujudkan pola interaksi yang diinginkanantara sesama
pegawai maupun dengan atasan, serta memberikan kesan dan status seseorang
dalam organisasi.

Tujuan penyusunan tata ruang Kantor yang baik Gymildred (1975:162) adalah:

 Pekerjaan di Kantor itudalam pelaksanaanya dapat mencapai jarak yang


sependek mungkin.
 Memberikan kesadaran akan memiliki dan kesadaran akan mengabdi kepada
pekerjaan.
 Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar.
 Segenap ruang dipergunakan secara efisien untuk keperluan pekerjaan.
 Kesehatan dak kepuasaan bekerja para pegawai dapat
terpelihara.Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara
memuaskan.
 Pihak luar yang mengunjungi Kantor yang bersangkutan mendapat kesan
yang baik tentang organisasi tersebut.
 Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan
mudah diubah sewaktu-waktu diperlukan.

Menurut Gymildred (1975:165) tata ruang perkantoran dapat dibedakan menjadi


dua yaitu:

 Tata ruang terpisah-pisah

Pada susunan ini ruangan untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa satuan.
Pembagian itu dapat terjadi karena keadaan gedungnya yang terdiri atas
kamarkamar maupun memang sengaja dibuat pemisah buatan dari sekat-
sekat yang membatasi pergerakan, sehingga pelaksanaan fungsi tiap-tiap
seksi dilakukan pada ruang kerja yang terpisah-pisah. Keuntungan dari tata
ruang model ini adalah:

USULAN TEKNIS- 32
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Pegawai dapat tenang bekerja karenatidak terganggu oleh lalu-lalang


pegawai atau tamu.
- Pembicaraan-pembicaraan yang bersifat rahasia dapat terjamin tidak
terdengar oleh pegawai lain atau orang yang tidak berkepentingan.
- Keamanan atas surat-surat, data dan catatan lain-lain pada meja atau
lemari dapat lebih terjamin.
- Penataan ruangan dapat ditangani sendiri oleh pegawai yang
bersangkutan, sesuai dengan selera dan kebutuhannya.
 Tata ruang yang terbuka

Menurut susunan ini ruang kerja yang bersangkutan tidak dipisah-pisahkan.


Jadi semua aktivitasnya dilaksanakan pada satu ruang besar terbuka, tidak
lagi dipisah-pisahkan menurut kamar atau pedengan-pedengan buatan.
Susunan ruang kerja yang terbuka memiliki keuntungan dan kerugian, seperti
dijelaskan oleh Mcekijat (1995:16), keuntungan yang akan diperoleh, antara
lain :

 Pengawasan yang lebih baik


 Penghematan dalam luas lantai.
 Fleksibilitas tata ruang yang lebih besar.
 Penghematan dalam penerangan, secara minimal dapat hanya
menggunakan penerangan umum dalam ruangan.
 Penempatan dan penggunaan mesin-mesin dan perlengkapan yang lebih
baik.
 Pengurangan aktivitas bepergian pegawai.

Kerugian yang akan terjadi adalah:

 Suasana yang tidak berhubungan dengan perorangan (privacy).


 Suara yang gaduh dan dapat mendorong kondisi-kondisi yang ramai
(bercampur aduk dalam satu ruangan).
 Sukar memperoleh ventilasi dan pemanasan yang sesuai untuk tiap orang.

Dalam perencanaan sebuah Kantor DPRD Kabupaten Tana Tidung, fleksibilitas


ruang ditujukan untuk menghilangkan kebosanan akibat tata ruang dalam yang
monoton. Dalam arti ruang yang telah terbentuk, dalam waktu-waktu tertentu
memungkinkan untuk diubah elemen-elemen pengisinya. Selain itu juga
dimaksudkan untuk memenuhi kemungkinan terjadinya perubahan terhadap

USULAN TEKNIS- 33
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

fungsi, pembatasan, kapasitas, dan susunan pengisi ruang untuk prediksi 15


tahun mendatang.

Unsur-unsur fleksibilitas ruang adalah sistem modul, yang merupakan unit ukuran
terkecil yang paling efisien dan sesuai dengan bangunan dan digunakan sebagai
dasar untuk menentukan dimensi ruang dan komponen-komponen ruang dalam
bentuk kelipatannya. Modul juga merupakan standar untuk menentukan ukuran
dan proporsi yang harmonis, serta sebagai unit fungsional dan pengulangan
dimensi dalam perencanaan struktur.

Tiap ruang dalam sebuah Kantor akan mempunyai modul tertentu sesuai dengan
fungsinya untuk mencapai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Ini dimaksudkan agar
tidak terjadinya pemborosan ruang yang akan sangat berpengaruh terhadap
pembiayaan secara keseluruhan.

Penentuan modul sebuah Kantor dapat didasarkan pada:

 Modul dasar, yaitu unit terkecil untuk menentukan jarak, dimensi, interval
komponen bangunan atau ruang. Secara international nilai dari modul
ditetapkan 10 cm.
 Modul perencanaan, merupakan kelipatan modul dasar yang digunakan
untuk menentukan dimensi komponen banunan yang lebih besar, misalnya
6m, 9m.
 Modul manusia, berkembang sejak dicetuskan oleh Le Corbusier, merupakan
dimensi gerak dasar manusia dan dimensi manusianya sendiri.
 Modul fungsi, untuk mendapatkannya harus dicari unit fungsinya untuk
mendapatkan dimensi, sehingga dapat dipakai untuk menata
perletakkaperabot dan sebagainya.
 Modul bahan, merupakan dimensi bahan finishing.
 Modul struktur, digunakan untuk menentukkan letak dan jarak kolom dan
balok, sehingga ruang tersebut akan musah dibuat pembagiannya.
b. Organisasi Ruang Dalam dan Luar bangunan

Menurut Ariyanti (2000), Organisasi dalam Kantor menunjukkan tugas dan


tanggung jawab, jalur komunikasi, serta kekuasaan atau wewenang yang dimiliki
setiap individu. Ada tiga bentuk struktur dasar dalam organisasi Kantor yang
berpengaruh terhadap penataan ruang di dalam bangunan, yaitu:

 Bentuk hirarki penuh (pure hierarchical)

USULAN TEKNIS- 34
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Terdapat hirarki yang jelas, dengan kekuasaan tertinggi ada pada orang yang
berada paling atas atau sesuai dengan garis vertikal. Komunikasi dan aliran
informasi biasanya hanya dari atas ke bawah mengikuti hirarki kekuasaan,
hubungan antara atasan dan bawahan bersifat formal. Hubungan antara
individu atau sub organisasi bersifat independen,tidak saling tergantung,
bahkan terjadi kompetisi. Individu yang berada di tingkat hirarki yang tinggi
memiliki rasa tanggung kalimantanb yang besar terhadap keberhasilan kerja

 Bentuk non-hierarchical/participate group

Terdiri dari kelompok-kelompok kerja yang masing-masing memiliki seorang


pemimpin dan hampir tidak terdapat hirarki antara anggotanya. Komunikasi
terjalin dengan baik antara setiap anggota kelompok. Dengan demikian,
setiap anggota memiliki tanggung kalimantanb penuh terhadap hasil kerja.
Hubungan antar kelompok dapat bersifat independen dan tidak saling
tergantung, bahkan memunculkan kompetisi antar individu. Individu yang
berada pada tingkat hirarki yang paling tinggi memiliki tanggung kalimantanb
yang besar terhadap keberhasilan kerja dan melakukan kontrol penuh
terhadap proses kerja.

 Bentuk campuran atau kompicks (mixed/complex)

Terdiri dari kelompok kerja yang masing-masing memiliki seorang pemimpin


dan hampir tidak terdapat hirarki antara anggota. Komunikasi terjalin dengan
baik dan setiap anggota memiliki tanggung kalimantanb penuh terhadap hasil
kerja. Pemimpin berfungsi sebagai penghubung dengan kelompok kerja yang
lain dan hubungan antar kelompok dapat bersifat independen.

Dari beberapa struktur dasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah struktur
organisasi membutuhkan tingkat interaksi tertentu antar individu di dalamnya,
yang juga berkaitan dengan pekerjaan di sebuah Kantor. Jenis-jenis pekerjaan
yang memerlukan ketergantungan satu sama lain, dimana hasil kerja tiap
kelompok berpengaruh padakeberhasilan kerja secara keseluruhan,
menggunakan struktur organisasi yang memungkinkan hubungan yang dekat
antar anggota di dalamnya. Sebaliknya, jenis pekerjaan independen dapat
dilakukan secara individual karena antara pekerjaan yang satu dengan yang
lainnya tidak ada ketergantungan dan biasanya menggunakan struktur organisasi
yang memiliki hirarki yang jelas.

USULAN TEKNIS- 35
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Selain itu dalam menetapkan pengorganisasian ruang sebuah Kantor harus juga
memperhatikan beberapa azas untuk mencapai suatu ruang yang efektif.

Menurut Gie (1984:163), terdapat beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu :

 Azas mengenai jarak terpendek

Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang
terbaik adalah yang memungkinkan proses penyelesaian sesuatu pekerjaan
menempuh jarak yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini garis lurus antara
2 titik adalah jarak yang terpendek. Dalam menyusun tempat kerja dan
menempatkan alat-alat, hendaknya azas ini dijalankan sejauh mungkin.

 Azas mengenai rangkaian kerja

Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang
terbaik adalah yang menempatkan para pegawai dan alat-alat Kantor menurut
rangkaian yang sejalan dengan urut-urutan penyelesaianpekerjaan yang
bersangkutan. Azas ini merupakan kelengkapan dari azasmengenai jarak
terpendek. Jarak terdekat, tercapai kalau para pekerja atau alat-alat ditaruh
berderet-deret menurut urutan proses penyelesaian pekerjaan tersebut.
Menurut azas ini suatupekerjaan harus senantiasa bergerak maju dari
permulaan dikerjakan sampai selesainya, tidak ada gerak mundur atau
menyilang. Hal ini tidak berarti bahwa jalan yang ditempuh harus selalu
berbentuk garis lurus, yang terpenting adalah proses itu selalu mengarah
maju ke muka menuju ke penyelesaian, bisa garis bersiku-siku atau lingkaran.

 Azas mengenai penggunaan segenap ruang

Suatu tata ruang yang terbaik adalah yang mempergunakan sepenuhnya


semua ruang yang ada. Ruang itu tidak hanya berupa luas lantai saja (ruang
datar), melainkan juga ruang yang vertikal ke atas maupun ke bawah, jadi
tidak ada ruang yang dibiarkan tidak terpakai.

 Azas mengenai perubahan susunan tempat kerja

Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang
terbaik adalah yang dapat diubah atau disusun kembali dengan tidak
terlampau sukar atau tidak memakan biaya yang besar.

USULAN TEKNIS- 36
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Penataan ruang dalam tapak juga memiliki potensi-potensi untuk menegaskan


dan menonjolkan ruang-ruang luar, menyesuaikan tapak, mengali entrance,
sirkulasi, serta pengelompokan yang sesuai fungsi. Penataan ruang dalam tapak
diharapkan bersifat komunikatif tidak lepas dari potensi yang dimilikinya.
Beberapa pola organisasi yang digunakan untuk menghubungkan /
mengabungkan ruang dan massa (Ching, 2000: 189-223), yaitu :

 Organisasi terpusat

Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari
sejumlah ruang sekunder, serta dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang
pusat yang luas dan dominan.

 Organisasi linier

Organisasi linier terdiri dari ruang-ruang berulang yang serupa dalam bentuk,
ukuran, dan fungsi. Bentuk organisasi bersifat linear fleksibel, tanggap
terhadap kondisi tapak, dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan
topografi.

 Organisasi radial

Memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun linear. Organisasi ini


terdiri dari ruang pusat yang dominan dimana sejumlah organisasi linier
berkembang menurut jari-jarinya, dan bersifat ekstrovert yang mengembang
keluar lingkupnya. Susunan ini menghasilan suatu pola dinamis yang secara
visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang pusatnya.

 Organisasi cluster

Organisasi yang mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan


suatu ruang terhadap ruang lainnya. Polanya tidak berasal dari konsep
geometri yang kaku, maka bentuk organisasi cluster selalu luwes, dan dapat
menerima perturnbuhan, serta perubahan tanpa mempengaruhi karakternya.

 Organisasi grid

Grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titik-titik yang
menetapkan pertemuan-pertemuan dari dua pasang garis sejajar.

USULAN TEKNIS- 37
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Pola Organisasi Ruang dan Massa

Komposisi ruang di dalam bangunan dapat mempergunakan paduan antara pola-


pola organisasi tersebut di atas, dengan pertimbangan kejelasan dan
keterpaduan antar fungsi. Sedangkan untuk pengabungan antara kelompok
aktivitas yang relatif berbeda pada komplek bangunan dapat dilakukan dengan
mengunakan beberapa jenis pola hubungan (Warpani, 1999 dalam Ayodya,
2001:II. 18-19), yaitu:

 Link, pola hubungan yang mengunakan suatu jalur penghubung yang


sekaligus berfungsi sebagai area transisi pada kedua kelompok
massabangunan yang dihubungkan. Selain mengunakan jalur sirkulasi
sebagai penghubung, pada pola ini juga mengunakan ruang sebagai transisi.
 Mixed, pola hubungan ini kedua komplek bangunan akan berbaur, namun
masih terdapat pengelompokan aktifitas berdasarkan fungsinya
masingmasing.

Pola pengunaan hubungan diatas harus memperhatikan pada kesamaan dari


pendekatan objek dan aktifitas. Pedoman utama dalam menentukan orientasi
penyebaran - penentuan ruang di dalam tapak dalam suatu lingkungan binaan
adalah dengan memprioritaskan urutan fungsional suatu ruangt dalam tapak.
Pernyataan Ishar (1992) memberi penjelasan tentang pembagian urutan /
peringkat peletakan dari bangunan yang disebut hirarki (kesan ruang), pembagian
dapat berupa letak, ukuran, dan lainnya yang diharapkan mampu mencerminkan
nilai ruang secara umum / khusus.

USULAN TEKNIS- 38
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Persyaratan Sirkulasi Bangunan


a. Sirkulasi Dalam dan Luar Bangunan

Sirkulasi terbagi atas sirkulasi di dalam bangunan dan di luar bangunan. Menurut
Laksmiwati (1989), macam-macam pola sirkulasi antara lain:

 Sirkulasi di luar bangunan

Direncanakan untuk mendukung eksistensibangunan yang berfungsi sebagai


pengarah menuju suatu sasaran atau tujuanyang diinginkan tapak. suatu
halangan yang dapat menghambat kualitas konsep informatif, efektif dan
efisien, dengan pengertian:

 Informatif

Dapat dengan mudah menentukan sendiri pencapaian menuju lokasi


bangunan dengan memperjelas arah dan point of interest dari bangunan itu
sendiri.

 Efektif dan efisien

Efektif dalam arti dapat membantumempercepat pencapaian tanpa halangan


yang berarti, sehingga dapat meningkatkan efisiensi terhadap waktu

USULAN TEKNIS- 39
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

perjalanannya. Sirkulasi pada sebuah bangunan perKantoran lebih


menekankan pada:

- Efisiensi (kedekatan).
- Kejelasan (informatif) dan kelancaran (keterbukaan, keleluasaan).
- Kesesuaian dengan fungsi.
b. Sirkulasi Dalam Bangunan

Berdasarkan sifat perpindahannya, terdiri atas sirkulasi horizontal dan sirkulasi


vertikal.

 Sirkulasi horizontal

Sirkulasi horisontal menghubungkan setiap fungsi kegiatan suatu ruang


dengan ruang lainnya di lantai tersebut. Perencanaan ruang-ruang sirkulasi
ini merupakan masalah yang rumit dan kompleksyang melibatkan faktor-
faktor seperti volume aliran waktu dan jarak majukedepan yang ditempuh,
kecepatan jalan, serta panjang antrian. Ruang sirkulasi horisontal mencakup
antara lain: koridor, lobby, selasar untuk pejalan kaki, plaza, area sirkulasi
dan tempatterbuka luas. Sirkulasi horisontal masih dapat dibagi lagi menjadi
berikut:

- Sirkulasi Linear, memungkinkan kejelasan dan kelancaran, pola sirkulasi


ini sesuai untuk aktivitas yang harus diselesaikan melalui beberapa
tahap. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh sirkulasi linear memiliki nilai
kedudukan yang sama. Menghubungkan dan mengorganisir ruang-ruang
di sepanjang bentangnya. Dapat pula menjadi dinding atau pagar untuk
memisahkan ruang-ruang dikiri-kanannya menjadi dua kawasan yang
berbeda serta mengelilingi dan merangkum bentukbentuk ruang lain ke
dalam sebuah kawasan. Agar tidak terkesan panjang dan monoton,
sirkulasi koridor pada Kantor dapat dirancang secara informatif
(dilengkapi informasi-informasi yang jelas) dan komunikatif berupa
elemen-elemen arsitektural yang tata sedemikian rupa pada koridor.
- Sirkulasi Radial, kejelasan masih bisa tercapai, pola sirkulasi ini sesuai
untuk ruang-ruang publik yang berfungsi sebagai ruang orientasi seperti
hall. Kelebihan pada sirkulasi ini adalah daya tampung yang cukup besar,
sehingga biasa juga dipakai pada ruangruang bersama.

USULAN TEKNIS- 40
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Sirkulasi Organik, kurang terdapat adanya kejelasan dan dapat


membingungkan karena kurang sistematis. Pola sirkulasi ini memang
cocok untuk diterapkan pada bangunan fungsi rekreatif, tetapi pada
fungsi sebuah Kantor kurang dapat mendukung kelancaran suatu
kegiatan didalamnya.
 Sirkulasi vertikal

Menghubungkan setiap fungsi kegiatan suatu lantai dengan lantaidi atas atau
dibawahnya. Tidak satupun ruang publik yang dapat berfungsi tanpa
prasarana sirkulasi vertikal yang memadai. Jika prasarana ini tidak dirancang
dengan mempertimbangkan aspek ukuran tubuh manusia, nilai efisiensi dari
penggunaan prasarana ini akan hilang. Terlebih lagi, keamanan perorangan
dari pemakai dapat terancam. Hal yang lebih penting lagiadalah dalam
perancangan tangga.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang sirkulasi


bangunan, (Hakim. 1987), yaitu:

 Syarat-syarat sirkulasi

Syarat-syarat sirkulasi meliputi (Hakim, 1987):

- Urut-urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah.
- Aman dalam arti persilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau
dihindarkan sama sekali dan bottle neck (jalan masuk yang sempit) harus
dihilangkan.
- Menghindari adanya crossing antar pengunjung, pegawai, barang, dan
servis.
- Informasi yang jelas dalam memberikan arah yang harus
dituju.Perletakan elemen-elemen arsitektural akan sangat membantu
mengarahkan agar tidak tersesat(informatif-komunikatif).
 Pencapaian ke bangunan

Dapat secara langsung (frontal), tersamar atau berputar. Pencapaian secara


frontal akan mengarah langsung dan lurus ke obyek yang dituju tetapi
memiliki kesan pandangan visual obyek terasa jauh. Pencapaian
tersamarakan memperkuat efek perspektif yang dituju serta jalur dapat
dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak squence sebelum mencapai
obyek. Pencapaian memutar akan lebihmemperlambat pencapaian dan

USULAN TEKNIS- 41
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

memperbanyak squence, tetapi dapat lebihmemperlihatkan tampak tiga


dimensi dari obyek yang mengelilinginya.

Pencapaian Bangunan

 Konfigurasi jalan

Sifat konfigurasi jalan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peta organisasi


ruang-ruang yang dihubungkannya, Konfigurasi jalan dapat memperkuat
organisasi dengan mensejajarkan polanyaatau dapat dibuat sangat berbeda
dengan bentuk organisasi ruang dan berfungsi sebagai fisik perlawanan
visual terhadap keadaan yang ada.

 Persyaratan Tata Bangunan

Menurut Edwart T White (1989), penempatan bangunan pada tapak atau kaitan
terhadap bangunan lain sangat penting.Faktor-faktor yang mempengaruhi tata letak
bangunan adalah:

- Orientasi terhadap iklim, matahari, angin dan pemandangan yang merupakan


pertimbangan dasar,
- Penataan yang sesuai dengan topografi,
- Kebisingan dapat dikendalikandengan tata perletakan bangunan,
- Bahan-bahan tanaman baik pepohonan maupun tanaman perdu adalah bagian
yang terpadu dari rancangan tapak,
- Keamanan tapak, konsepnya ruang terlindung yang mencangkup penempatan
bangunan, pengawasan yang ketat terhadap jalan masuk kedalam dari tapak,
serta pengawasan visual dari semua daerah umum.

Menurut Ching (1985), gubahan massa yang berkarakter dinamis, antara lain dicapai
dengan:

- Gubahan massa tunggal asimetris


- Gubahan massa majemuk simetris maupun asimetris.

USULAN TEKNIS- 42
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Gubahan massa yang dinamis dapat dicapai pula dengan berusaha tampil unik
dengan konteks kawasan sekitar (Hendradiningsih, 1982), misalnya:

- Pengkontrasan skala bangunan dengan bangunan sekitar,


- Pengkontrasan gaya arsitektur banunan dengan gaya arsitektur lingkungan
sekitar,
- Penambahan elemen-elemen unik tertentu.

Penataan massa yang baik harus ada hubungan kesatuan antar massa dan tapak.
Disamping itu, menurut Ching (2000: 320) penataan massa tidak hanya berupa
aturan geometrik tetapi lebih pada suatu kondisi dimana setiap bagian dari seluruh
komposisi saling berhubungan dengan bagian lain dengan tujuan untuk
menghasilkan suatu susunan yang harmonis. Dalam penataan massa harus ada
suatu keterpaduan, seperti halnya Ishar (1992: 79) keterpaduan merupakan
kesatuan di dalam pola lingkungan binaan yang mempertimbangkan dari setiap
aspek, dan akan membentuk tatanan massa keseluruhan yang harmonis. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan pengolahan tapak, antara lain:

 Faktor-faktor alam
- Dasar geologi dan bentuk lahan untuk mengetahui struktur lapisan tanah
digunakan untuk kelayakan pendirian bangunan,
- Topografi, untuk mengetahui keadaan kontur tanah,
- Hidrologi, untuk mengetahuipola drainase pada tapak. Unsur-unsur hidrografi
mempunyai sifat menunjang pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
lahan, dan mempunyai peranan utama dalam pembuatan sistem drainase
tapak dengan memanfaatkan pola drainase ke daerah aliran air yang ada.
 Faktor-faktor kultur
- Tata guna lahan yang sesuai denganperaturan-peraturan yang berlaku,
sehingga pola peruntukkan lahan tidak berubah dan gangguan dari luar
tapak dapat dikurangi.
- Hubungan atau kjeterkaitan, adanya hubungan dengan lingkungan itu sendiri
dan pencapaian menuju lokasi,
- Lalu lintas dan transit, hubungan pola lau lintas yang ada satu sama lain dan
hubungan dengan tapak,
- Kepadatan dan zoning, terdiri dari peraturan dan persyaratan pendirian
bangunan,

USULAN TEKNIS- 43
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Utilitas, saranan utilitas harus berada di tempat terbuka untuk memudahkan


pemeliharaan,
- Faktor sejarah, pengaruh nilai sejarah yang relevan dapat dipertimbangkan
dalam proses perancangan,
- Bangunan-bangunan yang ada sanagt mempengaruhi tata letak secara fisik
pada rencana tapak yang baru dan sangat membantu dalam menetapkan
pola drainase serta pembentukkan lahan pada tapak.
 Faktor-faktor estetika
- Bentuk-bentuk alam, tapak yang mempunyai bentuk-bentuk alam seperti
tanah,air, atau tumbuhan yang unik merupakan pemandangan yang bagus
dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
- Pola ruang, yaitu kemampuan tapak untuk pemandangan, ruang, dan sekuen
dalam perencanaan tapak baru.

Dalam perencanaan ruang luar bangunan pemerintahan juga harus memperhatikan


hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain yang kontinu dan
berurutan. Fungsi ruang terbuka umum dapat dibedakan sebagai berikut:

- Tempat komunikasi sosial,


- Tempat peralihan, menunggu,
- Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan,
- Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain,

USULAN TEKNIS- 44
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan.


-
6.1.3 PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
 BANGUNAN SEDERHANA

Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter


sederhana serta memiliki kom- pleksitas dan teknologi sederhana. Masa penjaminan
kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun.

Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:

- gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung
kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m²;
- bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
- gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
- gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2
lantai.

 BANGUNAN TIDAK SEDERHANA

Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan


karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak
sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat
10 (sepuluh) tahun.

USULAN TEKNIS- 45
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain:

- gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor dengan
luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2 lantai;
- bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
- gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;
- gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan
dasar/ lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.
 BANGUNAN KHUSUS

Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki


penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa penjaminan
kegagalan bangunan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:

- Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden;


- wisma negara;
- gedung instalasi nuklir;
- gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan
persyaratan khusus;
- gedung laboratorium;
- gedung terminal udara/laut/darat;
- stasiun kereta api;
- stadion olah raga;
- rumah tahanan;
- gudang benda berbahaya;
- gedung bersifat monumental; dan
- gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.

USULAN TEKNIS- 46
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 TIPE BANGUNAN RUMAH NEGARA

Untuk bangunan rumah negara, disamping klasifikasinya berdasarkan klasifikasi


bangunan gedung negara tersebut di atas, juga digolongkan berdasarkan tipe
yang didasarkan pada tingkat jabatan penghuninya dan golongan kepangkatan.

Untuk jabatan tertentu program ruang dan luasan Rumah Negara dapat disesuaikan
mengacu pada tuntutan operasional jabatan.

USULAN TEKNIS- 47
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG NEGARA

 GEDUNG KANTOR

Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan,


dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi


sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil;
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil;
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang- ruang khusus atau
ruang pelayanan masyarakat,

kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebu- tuhan ruang) diluar luas
ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.

Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan
ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya. Standar
Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada Tabel C.

 RUMAH NEGARA

Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, sebagai
berikut:

Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah
Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel D. Luas teras beratap dihitung
50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%.

USULAN TEKNIS- 48
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

1. Dalam hal besaran luas lahan telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah setempat, maka standar luas lahan
dapat disesuaikan;
2. Dalam hal rumah negara dibangun dalam bentuk bangunan gedung
bertingkat/rumah susun, maka luas lahan tersebut tidak berlaku, disesuaikan
dengan kebutuhan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah;
3. Toleransi maksimal kelebihan luas tanah berdasarkan lokasi Rumah
Negara:
 DKI Jakarta : 20 %
 Ibu Kota Provinsi : 30 %
 Ibukota Kab/Kota : 40 %
 Perdesaan : 50 %

Perkecualian terhadap butir 3 apabila sesuai dengan ketentuan RTRW setempat


atau letak tanah disudut.

 STANDAR LUAS GEDUNG NEGARA LAINNYA

Standar luas gedung negara lainnya, seperti: sekolah/ universitas, rumah sakit, dan
lainnya mengikuti ketentuan- ketentuan luas ruang yang dikeluarkan oleh instansi
yang bersangkutan.

PERSYARATAN ADMINISTRATIF

Setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan administratif baik pada
tahap pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan bangunan gedung negara.

Persyaratan administratif bangunan gedung negara meliputi pemenuhan persyaratan:

 DOKUMEN PEMBIAYAAN

Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus disertai/memiliki


bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan tersebut
yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
atau dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan
Kuasa Pengguna Anggaran/ Kepala Satuan Kerja. Dalam dokumen pembiayaan
pem- bangunan bangunan gedung negara sudah termasuk:

a. biaya perencanaan teknis;

b. pelaksanaan konstruksi fisik;

USULAN TEKNIS- 49
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;

d. biaya pengelolaan kegiatan.

 STATUS HAK ATAS TANAH

Setiap bangunan gedung negara harus memiliki kejelasan tentang status hak atas
tanah di lokasi tempat bangunan gedung negara berdiri. Kejelasan status atas tanah
ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Status hak atas tanah ini dapat
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga
pemerintah /negara yang bersangkutan.

Dalam hal tanah yang status haknya berupa hak guna usaha dan/atau
kepemilikannya dikuasai sementara oleh pihak lain, harus disertai izin pemanfaatan
yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau
pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan
gedung di atas tanah tersebut.

 STATUS KEPEMILIKAN

Status kepemilikan bangunan gedung negara merupakan surat bukti kepemilikan


bangunan gedung sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam hal terdapat
pengalihan hak kepemilikan bangunan gedung, pemilik yang baru wajib memenuhi
ketentuan sesuai peraturan perundang- undangan.

 PERIZINAN

USULAN TEKNIS- 50
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen perizinan yang
berupa: Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau
keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan
penyesuaian.

 DOKUMEN PERENCANAAN

Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan, yang


dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa
Perencana Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain
Prototipe dari bangunan gedung negara yang bersangkutan.

 DOKUMEN PEMBANGUNAN

Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen pembangunan


yang terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
Dokumen Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings,
hasil uji coba/test run operational, Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari
penyedia jasa konstruksi), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.

 DOKUMEN PENDAFTARAN

Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen pendaftaran untuk


pencatatan dan penetapan Huruf Daftar Nomor ( HDNo ) meliputi Fotokopi:

USULAN TEKNIS- 51
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

a. Dokumen Pembiayaan/DIPA (otorisasi pembiayaan);


b. Sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
c. Status kepemilikan bangunan gedung;
d. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
e. Berita Acara Serah Terima I dan II;
f. As built drawings (gambar sesuai pelaksanaan konstruksi)
g. disertai arsip gambar/legger;
h. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Sertifikat Laik
i. Fungsi (SLF); dan
j. Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa
konstruksi).
PERSYARATAN TEKNIS

Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan


yang diatur dalam:

- Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;


- Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
- Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan;
- Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Teknis Aksesibilitas dan Fasilitas pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Penyusunan RTBL;
- Peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung; serta
- Standar teknis dan pedoman teknis yang dipersyaratkan.

Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap dan jelas
pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen Perencanaan.

USULAN TEKNIS- 52
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai
berikut:

 PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi


ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung
negara dari segi tata bangunan dan lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan
dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan
pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Kabupaten/ Kota atau Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yaitu:

 Peruntukan lokasi

Setiap bangunan gedung negara harus diselenggara-kan sesuai dengan


peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota dan/atau RTBL
yang bersangkutan.

 Koefisien dasar bangunan (KDB)

Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan yang diatur


dalam peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang
bersangkutan.

USULAN TEKNIS- 53
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Koefisien lantai bangunan (KLB)

Ketentuan besarnya koefisien lantai bangunan mengikuti ketentuan yang diatur


dalam peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang
bersangkutan.

 Ketinggian bangunan

Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan


peraturan daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi,
maksimum adalah 8 lantai.

Untuk bangunan gedung negara yang akan dibangun lebih dari 8 lantai, harus
mendapat persetujuan dari:

- Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri/Ketua Lembaga, untuk bangunan


gedung negara yang pembiayaannya bersumber dari APBN dan/atau APBD;
- Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri Negara BUMN, untuk bangunan
gedung negara yang pembiayaannya bersumber dari anggaran BUMN.
 Ketinggian langit-langit

USULAN TEKNIS- 54
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80 meter


dihitung dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang
pertemuan, dan bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian
langit-langit khusus, agar mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
dipersyaratkan.

 Jarak antar blok/massa bangunan

Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang


bangunan gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus
mempertimbangkan hal-hal seperti:

1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;


2) Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencaha- yaan;
3) Kenyamanan;
4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
 Koefisien daerah hijau (KDH)

Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung
negara, sepanjang tidak ber- tentangan dengan peraturan daerah setempat
tentang bangunan gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan

1) daerah resapan air;

2) ruang terbuka hijau kabupaten/kota.

USULAN TEKNIS- 55
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus
mempunyai KDH minimum sebesar 15%.

 Garis sempadan bangunan

Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadan bangunan maupun


garis sempadan pagar harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL,
peraturan daerah tentang bangunan gedung, atau peraturan daerah tentang
garis sempadan bangunan untuk lokasi yang bersangkutan.

 Wujud arsitektur

Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria sebagai


berikut:

1) mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara;


2) seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungan- nya;
3) indah namun tidak berlebihan;
4) efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan maupun
dalam pemeliharaannya;
5) mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam menerapkan
perkembangan arsitektur dan rekayasa; dan
6) mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah
maupun langgam arsitektur- nya.

USULAN TEKNIS- 56
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan

Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana


bangunan yang memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan
sebagai pekerjaan non-standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus
ada pada bangunan gedung negara, seperti:

- Sarana parkir kendaraan;


- Sarana untuk penyandang cacat dan lansia;
- Sarana penyediaan air minum;
- Sarana drainase, limbah, dan sampah;
- Sarana ruang terbuka hijau;
- Sarana hidran kebakaran halaman;
- Sarana pencahayaan halaman;
- Sarana jalan masuk dan keluar;
- Penyediaan fasilitas ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi/ibu, toilet, dan
fasilitas komunikasi dan informasi.

USULAN TEKNIS- 57
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Asuransi


- Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus memenuhi
persyaratan K3 sesuai yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/ 1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Satuan Kerja Konstruksi, dan atau peraturan
penggantinya;
- Ketentuan asuransi pembangunan bangunan gedung negara sesuai
dengan peraturan per- undang -undangan.

 PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

Bahan bangunan untuk bangunan gedung negara harus memenuhi SNI yang
dipersyaratkan, diupayakan meng- gunakan bahan bangunan setempat/produksi
dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan
sistem fabrikasi. Spesifikasi teknis bahan bangunan gedung negara meliputi
ketentuan-ketentuan:

 Bahan penutup lantai

USULAN TEKNIS- 58
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Bahan penutup lantai menggunakan bahan teraso, keramik, papan kayu,


vinyl, marmer, homogenius tile dan karpet yang disesuaikan dengan fungsi
ruang dan klasifikasi bangunannya;
- Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan
sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan.

 Bahan dinding

Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau partisi, dengan
ketentuan sebagai berikut:

- Bahan dinding pengisi : batu bata, beton ringan, bata tela, batako, papan
kayu, kaca dengan rangka kayu/aluminium, panel GRC dan/atau aluminium;
- Bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca, calsium board, particle
board, dan/atau gypsum-board dengan rangka kayu kelas kuat II atau rangka

USULAN TEKNIS- 59
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

lainnya, yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai dengan
fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
- Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan
sesuai jenis bahan dinding yang digunakan;
- Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat lanjutan/menengah,
rumah negara, dan bangunan gedung lainnya yang telah ada komponen pra-
cetaknya, bahan dindingnya dapat menggunakan bahan pracetak yang telah
ada.

 Bahan langit-langit

Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup langit-langit:

1) Bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang memenuhi standar


teknis, untuk penutup langit-langit kayu lapis atau yang setara, digunakan
rangka kayu klas kuat II dengan ukuran minimum:
- 4/6 cm untuk balok pembagi dan balok penggantung;
- 6/12 cm untuk balok rangka utama; dan

USULAN TEKNIS- 60
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- 5/10 cm untuk balok tepi;


- Besi hollow atau metal furring 40 mm x 40 mm dan 40 mm x 20 mm
lengkap dengan besi penggantung Ø 8 mm dan pengikatnya.
Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan kerangka aluminium
yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan;
2) Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik, gypsum, atau
sejenis yang disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunannya;
3) Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan
sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan.

 Bahan penutup atap


1) Bahan penutup atap bangunan gedung negara harus memenuhi ketentuan
yang diatur dalam SNI yang berlaku tentang bahan penutup atap, baik
berupa atap beton, genteng, metal, fibrecement, calsium board, sirap, seng,
aluminium, maupun asbes/asbes gelombang. Untuk penutup atap dari bahan
beton harus diberikan lapisan kedap air (water proofing). Penggunaan bahan
penutup atap disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta
kondisi daerahnya;

USULAN TEKNIS- 61
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

2) Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi Standar


Nasional Indonesia. Untuk penutup atap genteng digunakan rangka kayu
kelas kuat II dengan ukuran:
- 2/3 cm untuk reng atau 3/4 cm untuk reng genteng beton;
- 4/6 cm atau 5/7 cm untuk kaso, dengan jarak antar kaso disesuaikan
ukuran penampang kaso.
3) Bahan kerangka penutup atap non kayu:
- Gording baja profil C, dengan ukuran minimal 125 x 50 x 20 x 3,2;
- Kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250 x150 x 8 x 7;
- Baja ringan (light steel);
- Beton plat tebal minimum 12 cm.
 Bahan kosen dan daun pintu/jendela
Bahan kosen dan daun pintu/jendela mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1) digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II dengan ukuran jadi minimum 5,5 cm
x 11 cm dan dicat kayu atau dipelitur sesuai persyaratan standar yang
berlaku;
2) rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu lapis/teakwood digunakan
kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 3,5 cm x 10 cm, khusus untuk

USULAN TEKNIS- 62
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

ambang bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu dilapis dengan kayu
lapis yang dicat atau dipelitur;
3) Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dicat kayu
atau dipelitur;
4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dengan ukuran
rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur;
5) Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan aluminium ukuran
rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
6) Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan
fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
7) Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan pintu
baja BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran.

 Bahan struktur
Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu
maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
Bahan Bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan
SNI yang sesuai dengan bahan/struktur konstruksi yang bersangkutan.
Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung negara
tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan

USULAN TEKNIS- 63
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

bangunan, khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya setempat


dengan tetap harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya sesuai
dengan peruntukan yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti
ketentuan yang diatur dalam SNI.
PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN

Struktur bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety)


dan kelayanan (serviceability) serta SNI konstruksi bangunan gedung, yang dibuktikan
dengan analisis struktur sesuai ketentuan. Spesifikasi teknis struktur bangunan gedung
negara secara umum meliputi ketentuan-ketentuan:
 STRUKTUR PONDASI
1) Struktur pondasi harus diperhitungkan mampu menjamin kinerja
bangunan sesuai fungsinya dan dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban hidup, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin
dan gempa termasuk stabilitas lereng apabila didirikan di lokasi yang berlereng.
Untuk daerah yang jenis tanahnya berpasir atau lereng dengan kemiringan di
atas 15° jenis pondasinya disesuaikan dengan bentuk massa bangunan gedung
untuk menghindari terjadinya likuifaksi (liquifaction) pada saat terjadi gempa;

2) Pondasi bangunan gedung negara disesuaikan dengan kondisi tanah/lahan,


beban yang dipikul, dan klasifikasi bangunannya. Untuk bangunan yang
dibangun di atas tanah/lahan yang kondisinya memerlukan penyelesaian
pondasi secara khusus, maka kekurangan biayanya dapat diajukan secara
khusus di luar biaya standar sebagai biaya pekerjaan pondasi non-standar;

USULAN TEKNIS- 64
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Untuk pondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 lantai atau pada lokasi dengan
kondisi khusus maka perhitungan pondasi harus didukung dengan penye- lidikan
kondisi tanah/lahan secara teliti.

 STRUKTUR LANTAI
Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Struktur lantai kayu

- dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-
balok anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran balok minimum 6/12 cm;
- balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus dilapis
bahan pengawet terlebih dahulu;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.

b. Struktur lantai beton

- lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi lapisan
pasir di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm, dan lantai
kerja dari beton tumbuk setebal 5 cm;
- bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari
10 cm dan pada daerah balok (¼ bentang pelat) harus digunakan tulangan
rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.

USULAN TEKNIS- 65
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

c. Struktur lantai baja

- tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada lendutan masih
dalam batas kenyamanan;
- sambungan-sambungannya harus rapat betul dan bagian yang tertutup harus
dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah timbulnya korosi;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.

 STRUKTUR KOLOM
a. Struktur kolom kayu

- Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm;


- Mutu Bahan dan kekuatan yang digunakan harussesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.
b. Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata:

- besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4 buah Ø 8 mm dengan jarak


sengkang maksimum 20 cm;
- adukan pasangan bata yang digunakan sekurang-
- kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan 1PC : 3
PS;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harussesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.
c. Struktur Kolom beton bertulang:

- kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai tebal minimum
15 cm diberi tulangan minimum 4 buah Ø 12 mm dengan jarak sengkang
maksimum 15 cm;
- selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.
d. Struktur kolom baja:

- kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum 150;


- kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus
mempunyai minimum 2 sumbu simetris;
- sambungan antara kolom baja pada bangunan

USULAN TEKNIS- 66
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan
kolom, dan harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom;
- sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan las
listrik, sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan baut mutu
tinggi;
- penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin,x
- harus berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat
kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan dalam SNI yang dipersyaratkan.

e. Struktur Dinding Geser

- Dinding geser harus direncanakan untuk secara bersama-sama dengan


struktur secara keseluruhan agar mampu memikul beban yang
diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-
beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik beban
muatan tetap maupun muatan beban sementara yang timbul akibat gempa
dan angin;
- Dinding geser mempunyai ketebalan sesuai dengan ketentuan dalam SNI.
 STRUKTUR ATAP
a. Umum

- konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan- perhitungan yang


dilakukan secara keilmuan/ keahlian teknis yang sesuai;

USULAN TEKNIS- 67
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahancpenutup atap yang akan


digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan kebocoran;
- bidang atap harus merupakan bidang yang rata,
- kecuali dikehendaki bentuk-bentuk khusus.
b. Struktur rangka atap kayu

- ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang dinormalisir;
- rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang diper-syaratkan.
c. Struktur rangka atap beton bertulang

Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.

d. Struktur rangka atap baja

- sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa baut,
paku keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada Pedoman
Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung;
- rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan;
- untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat
lanjutan/menengah, dan rumah negara yang telah ada komponen fabrikasi,
struktur rangka atapnya dapat menggunanakan komponen prefabrikasi yang
telah ada.

USULAN TEKNIS- 68
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Persyaratan struktur bangunan sebagaimana butir 3 huruf a s.d. d di atas secara


lebih rinci mengikuti ketentuan yang diatur dalam SNI yang dipersyaratkan.
 STRUKTUR BETON PRACETAK
1) Komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung negara dapat berupa
komponen pelat, balok, kolom dan/atau panel dinding;
2) Perencanaan komponen struktur beton pracetak dan sambungannya harus
mempertimbangkan semua kondisi pembebanan dan “kekangan” deformasi
mulai dari saat pabrikasi awal, hingga selesainya pelaksanaan struktur, termasuk
pembongkaran cetak- an, penyimpanan, pengangkutan, dan pemasangan;
3) Gaya-gaya antar komponen-komponen struktur dapat disalurkan menggunakan
sambungan grouting, kunci geser, sambungan mekanis, sambungan baja
tulangan, pelapisan dengan beton bertulang cor setempat, atau kombinasi;
4) Sistem struktur beton pracetak boleh digunakan bila dapat ditunjukan dengan
pengujian dan analisis bahwa sistem yang diusulkan akan mempunyai kekuatan
dan “ketegaran” yang minimal sama dengan yang dimiliki oleh struktur beton
monolit yang setara;

5) Komponen dan sistem lantai beton pracetak


- Sistem lantai pracetak harus direncanakan agar mampu menghubungkan
komponen struktur hingga terbentuk sistem penahan beban lateral

USULAN TEKNIS- 69
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- (kondisi diafragma kaku). Sambungan antara diafragma dan komponen-


komponen struktur yang ditopang lateral harus mempunyai kekuatan tarik
nominal minimal 45 KN/m;
- Komponen pelat lantai yang direncanakankomposit dengan beton cor
setempat harus memiliki tebal minimum 50 mm;
- Komponen pelat lantai yang direncanakan tidak komposit dengan beton
cor setempat harus memiliki tebal minimum 65 mm;
6) Komponen kolom pracetak harus memiliki kuat tarik nominal tidak kurang dari
1,5 luas penampang kotor (Ag dalam KN);
7) Komponen panel dinding pracetak harus mempunyai minimum dua tulangan
pengikat per panel dengan memiliki kuat tarik nominal tidak kurang dari 45 KN
per tulangan pengikat;
8) Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
 BASEMEN
1) Pada galian basemen harus dilakukan perhitungan terinci mengenai keamanan
galian;
2) Untuk dapat melakukan perhitungan keamanan galian, harus dilakukan test
tanah yang dapat mendukung perhitungan tersebut sesuai standar teknis dan
pedoman teknis serta ketentuan peraturan perundang- undangan;
3) Angka keamanan untuk stabilitas galian harus memenuhi syarat sesuai
standar teknis dan pedoman teknis serta ketentuan peraturan perundang-
undangan. Faktor keamanan yang diperhitungkan adalah dalam aspek sistem
galian, sistem penahan beban lateral, heave dan blow in;
4) Analisis pemompaan air tanah (dewatering) harus memperhatikan keamanan
lingkungan dan memper- hitungkan urutan pelaksanaan pekerjaan. Analisis
dewatering perlu dilakukan berdasarkan parameter- parameter desain dari suatu
uji pemompaan (pumping test);
5) Bagian basemen yang ditempati oleh peralatan utilitas bangunan yang rentan
terhadap air harus diberi perlindungan khusus jika bangunan gedung negara
terletak di daerah banjir.

PERSYARATAN UTILITAS BANGUNAN

USULAN TEKNIS- 70
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Utilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan gedung negara harus memenuhi
SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung negara meliputi
ketentuan- ketentuan:
 AIR MINUM
1) Setiap pembangunan baru bangunan gedung negara harus dilengkapi
dengan prasarana air minum yang memenuhi standar kualitas, cukup
jumlahnya dan disediakan dari saluran air berlangganan kota (PDAM), atau
sumur, jumlah kebutuhan minimum 100 lt/orang/hari;
2) Setiap bangunan gedung negara, selain rumah negara (yang bukan
dalam bentuk rumah susun), harus menyediakan air minum untuk keperluan
pemadaman kebakaran dengan mengikuti keten- tuan SNI yang
dipersyaratkan, reservoir minimum menyediakan air untuk kebutuhan 45 menit
operasi pemadaman api sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan;
3) Bahan pipa yang digunakan dan pemasangannya harus mengikuti ketentuan
teknis yang ditetapkan.

 PEMBUANGAN AIR KOTOR


1) Pada dasarnya pembuangan air kotor yang berasal dari dapur, kamar mandi,
dan tempat cuci, harus dibuang atau dialirkan ke saluran umum kota;
2) Semua air kotor yang berasal dari dapur, kamar mandi, dan tempat cuci,
pembuangannya harus melalui pipa tertutup dan/atau terbuka sesuai dengan
persyaratan yang berlaku;
3) Dalam hal ketentuan dalam butir 1) tersebut tidak mungkin dilaksanakan, karena
belum terjangkau oleh saluran umum kota atau sebab-sebab lain yang dapat
diterima oleh instansi teknis yang berwenang, maka pembuangan air kotor harus
dilakukan melalui proses pengolahan dan/atau peresapan;
4) Air kotor dari kakus harus dimasukkan ke dalam septictank yang mengikuti
standar yang berlaku.
 PEMBUANGAN LIMBAH
1) Setiap bangunan gedung negara yang dalam pemanfaatannya mengeluarkan
limbah domestik cair atau padat harus dilengkapi dengan tempat
penampungan dan pengolahan limbah, sesuai dengan ketentuan;

USULAN TEKNIS- 71
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan kedap air,
dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.
 PEMBUANGAN SAMPAH
1) Setiap bangunan gedung negara harus menyediakan tempat sampah dan
penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan dengan volume
sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan ketentuan, produk
sampah minimum 3,0 lt/orang/hari;
2) Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan kedap air,
mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan
sampah dari Dinas Kebersihan setempat;
3) Gedung negara dengan fungsi tertentu (seperti: rumah sakit, gedung percetakan
uang negara) harus dilengkapi incenerator sampah sendiri;
4) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.

 SALURAN AIR HUJAN


1) Pada dasarnya air hujan harus ditahan lebih lama di dalam tanah sebelum
dialirkan ke saluran umum kota, untuk keperluan penyediaan dan
pelestarian air tanah;
2) Air hujan dapat dialirkan ke sumur resapan melalui proses peresapan atau cara
lain dengan persetujuan instansi teknis yang terkait;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.

 SARANA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN


Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai fasilitas pencegahan dan
penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam:
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan; dan
- Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Daerah
tentang Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran;
beserta standar-standar teknis yang terkait.

USULAN TEKNIS- 72
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 INSTALASI LISTRIK
1) Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar hasil perhitungan
yang sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik;
2) Setiap bangunan gedung negara yang dipergunakan untuk kepentingan umum,
bangunan khusus, dan gedung kantor tingkat Kementerian/Lembaga, harus
memiliki pembangkit listrik darurat sebagai cadangan, yang catudayanya dapat
memenuhi kesinambungan pelayanan, berupa genset darurat dengan minimum
3) 40 % daya terpasang;
4) Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harus memenuhi syarat
keamanan terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan, knalpot diberi sillencer dan dinding rumah genset diberi
peredam bunyi.
 PENERANGAN DAN PENCAHAYAAN
1) Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang dalam bangunan

USULAN TEKNIS- 73
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

tersebut, sehingga kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan dapat


terjamin;
2) Ketentuan teknis dan besaran dari pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan mengikuti standar dan pedoman teknis yang berlaku.

 PENGHAWAAN DAN PENGKONDISIAN UDARA


1) Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai sistem penghawaan/ventilasi
alami dan buatan yang cukup untuk menjamin sirkulasi udara yang segar di
dalam ruang dan bangunan;
2) Dalam hal tidak dimungkinkan menggunakan sistem penghawaan atau ventilasi
alami, dapat menggunakan sistem penghawaan buatan dan/atau pengkondisian
udara dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi;
3) Pemilihan jenis alat pengkondisian udara harus sesuai dengan fungsi
bangunan, dan perletakan instalasinya tidak mengganggu wujud bangunan;
4) Ketentuan teknis sistem penghawaan/ventilasi alami dan buatan serta
pengkondisian udara yang lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman
teknis yang berlaku.

 SARANA TRANSPORTASI DALAM BANGUNAN GEDUNG

USULAN TEKNIS- 74
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

1) Setiap bangunan gedung negara bertingkat harus dilengkapi dengan sarana


transportasi vertikal yang aman, nyaman, berupa tangga, ramp, eskalator,
dan/atau elevator (lif);
2) Penempatan, jumlah tangga dan ramp harus memperhatikan fungsi dan
luasan bangunan gedung, konstruksinya harus kuat/kokoh, dan sudut
kemiringannya tidak boleh melebihi 35˚, khusus untuk ramp aksesibilitas
kemiringannya tidak boleh melebihi 7˚;
3) Penggunaan eskalator dapat dipertimbangkan untuk pemenuhan kebutuhan
khusus dengan memper- hatikan keselamatan pengguna dan keamanan
konstruksinya;
4) Penggunaan lif harus diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah
pengguna, waktu tunggu, dan jumlah lantai bangunan;
5) Pemilihan jenis lif harus mempertimbangkan kemu- dahan bagi penyandang
cacat, lanjut usia dan kebutuhan khusus;
6) Salah satu ruang lif harus menggunakan selubung lif dengan dinding tahan api
yang dapat digunakan sebagai lif kebakaran;
7) Ketentuan teknis tangga, ramp, eskalator dan elevator (lif) yang lebih rinci harus
mengikuti standar dan pedoman teknis.

 SARANA KOMUNIKASI
1) Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan
sarana komunikasi intern dan ekstern;
2) Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus berdasarkan pada fungsi
bangunan dan kewajaran kebutuhan;
3) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis.

 SISTEM PENANGKAL/PROTEKSI PETIR


1) Penentuan jenis dan jumlah sarana sistem penangkal/proteksi petir
untuk bangunan gedung negara harus berdasarkan perhitungan yang
mengacu pada lokasi bangunan, fungsi dan kewajaran kebutuhan;
2) Ketentuan teknis sistem penangkal/proteksi petir yang lebih rinci harus
mengikuti standar dan pedoman teknis.

USULAN TEKNIS- 75
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 INSTALASI GAS
1) Instalasi gas yang dimaksud meliputi:
- instalasi gas pembakaran seperti gas kota dan gas elpiji;
- instalasi gas medis, seperti gas oksigen (O2), gas dinitro oksida (N2O), gas
carbon dioksida (CO2) dan udara tekan medis.
2) Ketentuan teknis instalasi gas yang lebih rinci harus mengikuti standar dan
pedoman teknis.

 KEBISINGAN DAN GETARAN


1) Bangunan gedung negara harus memperhitungkan batas tingkat kebisingan dan
atau getaran sesuai dengan fungsinya, dengan mempertimbangkan kenyamanan
dan kesehatan sesuai diatur dalam standar teknis yang dipersyaratkan;

USULAN TEKNIS- 76
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

2) Untuk bangunan gedung negara yang karena fungsinya mensyaratkan baku


tingkat kebisingan dan/atau getaran tertentu, agar mengacu pada hasil analisis
mengenai dampak lingkungan yang telah dilakukan atau ditetapkan oleh ahli.

 AKSESIBILITAS DAN FASILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN YANG


BERKEBUTUHAN KHUSUS
1) Bangunan gedung negara yang berfungsi untuk pelayanan umum harus
dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan kemudahan bagi penyandang
cacat dan yang berkebutuhan khusus antara lain lansia, ibu hamil dan menyusui,
seperti rambu dan marka, parkir, ram, tangga, lif, kamar mandi dan peturasan,
wastafel, jalur pemandu, telepon, dan ruang ibu dan anak;
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai aksesibilitas bagi penyandang cacat dan yang
berkebutuhan khusus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Aksesibilitas dan
Fasilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN

Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan dari
bencana atau keadaan darurat, serta harus memenuhi persyaratan standar sarana
penyelamatan bangunan sesuai SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknis sarana
penyelamatan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan:
 TANGGA DARURAT
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3 lantai, harus
mempunyai tangga darurat/penyelamatan minimal 2 buah dengan jarak
maksimum 45 m (bila menggunakan sprinkler jarak bisa 1,5 kali);
2) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu tahan api,
minimum 2 jam, dengan arah pembukaan ke tangga dan dapat menutup secara
otomatis dan dilengkapi fan untuk memberi tekanan positif. Pintu harus
dilengkapi dengan lampu dan petunjuk KELUAR atau EXIT yang menyala saat
listrik/PLN mati. Lampu exit dipasok dari bateri UPS terpusat;
3) Tangga darurat/penyelamatan yang terletak di dalam bangunan harus
dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan bebas asap,
pencapaian mudah, serta jarak pencapaian maksimum 45 m dan min 9 m;
4) Lebar tangga darurat/penyelamatan minimum adalah 1,20 m;

USULAN TEKNIS- 77
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

5) Tangga darurat/penyelamatan tidak boleh berben-tuk tangga melingkar


vertikal, exit pada lantai dasar langsung kearah luar;
6) Ketentuan lebih lanjut tentang tangga darurat / penyelamatan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam standar teknis.

 PINTU DARURAT
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 buah;

USULAN TEKNIS- 78
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

2) Lebar pintu darurat minimum 100 cm, membuka ke arah tangga


penyelamatan, kecuali pada lantai dasar membuka kearah luar (halaman);
3) Jarak pintu darurat maksimum dalam radius/jarak capai 25 meter dari
setiap titik posisi orang dalam satu blok bangunan gedung;
4) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
 PENCAHAYAAN DARURAT DAN TANDA PENUNJUK ARAH EXIT
1) Setiap bangunan gedung negara untuk pelayanan dan kepentingan umum
seperti: kantor, pasar, rumah sakit, rumah negara bertingkat (rumah susun),
asrama, sekolah, dan tempat ibadah harus dilengkapi dengan pencahayaan
darurat dan tanda penunjuk arah KELUAR/EXIT yang menyala saat keadaan
darurat;
2) Tanda KELUAR/EXIT atau panah penunjuk arah harus ditempatkan pada
persimpangan koridor, jalan ke luar menuju ruang tangga darurat, balkon atau
teras, dan pintu menuju tangga darurat;
3) Ketentuan lebih lanjut tentang pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah
KELUAR/EXIT yang lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis.
 KORIDOR/SELASAR
1) Lebar koridor bersih minimum 1,80 m;
2) Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau arah keluar yang terdekat
tidak boleh lebih dari 25 m;
3) Koridor harus dilengkapi dengan tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah
ke pintu darurat atau arah keluar;
4) Panjang gang buntu maximum 15 m apabila dilengkapi dengan sprinkler dan
9 m tanpa sprinkler.

USULAN TEKNIS- 79
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 SISTEM PERINGATAN BAHAYA


1) Setiap bangunan gedung negara untuk pelayanan dan kepentingan umum
seperti: kantor, pasar, rumah sakit, rumah negara bertingkat (rumah susun),
asrama, sekolah, dan tempat ibadah harus dilengkapi dengan sistem komunikasi
internal dan sistem peringatan bahaya;
2) Sistem peringatan bahaya dan komunikasi internal tersebut mengacu pada
ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
 FASILITAS PENYELAMATAN
Setiap lantai bangunan gedung negara harus diberi fasilitas penyelamatan
berupa meja yang cukup kuat, sarana evakuasi yang memadai sebagai fasilitas
perlindungan saat terjadi bencana mengacu pada ketentuan SNI yang
dipersyaratkan.
6.1.4 PENDEKATAN NORMATIF

Pendekatan normatif dalam pekerjaan ini menekankan pada kajian terhadap produk
peraturan dan kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah yang terkait dengan
Pekerjaan Review DED Masjid Agung (Redsign Interior dan Lansekap). Pendekatan
normatif yang digunakan dalam penyusunan pekerjaan ini, pada dasarnya merupakan

USULAN TEKNIS- 80
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

pendekatan yang digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan dan strategi berdasarkan
data dan informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan perundangan
yang terkait dengan substansi pekerjaan ini, yaitu terkait dengan rencana pengembangan
kawasan potensial, arahan pemanfaatan ruang kawasan dan arahan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan ataupun tapak kawasan. Terkait dengan pekerjaan ini,
pendekatan normatif ini tidak dipandang sekedar sebagai pendekatan untuk merumuskan
kebijakan yang sifatnya konseptual.

Pendekatan ini dilakukan mulai dari bagaimana kondisi dan permasalahan kawasan dilihat
sampai dengan perumusan kebijakan dan strategi yang tepat untuk kondisi dan
permasalahan yang ada. Oleh sebab itu perlu juga dengan membandingkan kondisi
eksisting dengan kriteria dan standar yang ada.

Konsep dasar dari pendekatan normatif adalah bahwa proses pembangunan kawasan
bertumpu pada prosedur/skema tertentu, dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian atas tujuan yang akan dicapai. Landasan
normatif dalam melaksanakan pekerjaan ini, dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu landasan
normatif yang bersifat umum, yaitu produk-produk peraturan di tingkat pusat yang berlaku
untuk seluruh wilayah kajian, dan landasan normatif yang bersifat kewilayahan, yaitu produk-
produk peraturan di tingkat daerah yang hanya berlaku di level wilayah kajian.

Pada dasarnya pendekatan normatif dalam pekerjaan ini akan digunakan dalam seluruh
proses pelaksanaan kegiatan. Baik itu pada proses penyusunan maupun dalam peningkatan
kegiatan pekerjaan ini. Pendekatan normatif akan digunakan dalam setiap kegiatan yang
terkait dengan kajian dan analisis kebijakan dan strategi serta produk-produk peraturan
daerah yang dijadikan acuan dalam pengembangan dan pembangunan kawasan
perencanaan.

Pendekatan normatif dalam kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder,
seperti ketentuan perundangan dan kebijakan, identifikasi guna lahan, identifikasi
kelembagaan, kajian literatur mengenai kasus terkait, standar-standar dan literatur yang
yang berkaitan dengan Pekerjaan Review DED Masjid Agung (Redsign Interior dan
Lansekap) seperti guna lahan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang,
eksterior bangunan, bangunan-bangunan dan prasarana serta perencanaan tapak kawasan.

6.1.5 PENDEKATAN EKSTRAPLOITATIF

USULAN TEKNIS- 81
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Pendekatan ektraploitatif yaitu pendekatan perencanaan atas dasar fakta dan kecendrungan
perkembangan yang terjadi akibat pendayagunaan aspek fisik, sosial dan ekonomi, baik
dalam struktur tata ruang kawasan maupun regional yang selama ini telah terjadi.

Asumsi Pendekatan Ekstrapolatif

1. Keajegan (persistence): Pola yang terjadi di masa lalu akan tetap terjadi di masa
mendatang. Mis: jika konsumsi energi di masa lalu meningkat, ia akan selalu
meningkat di masa depan.
2. Keteraturan (regularity): Variasi di masa lalu akan secara teratur muncul di masa
depan. Mis: jika banjir besar di Jakarta terjadi setiap 16 tahun sekali, pola yang sama
akan terjadi lagi.
3. Keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) data: Ketepatan ramalan tergantung
kepada keandalan dan kesahihan data yg tersedia. Mis: data tentang laporan
kejahatan seringkali tidak sesuai dengan insiden kejahatan yg sesungguhnya, data
ttg gaji bukan ukuran tepat dari pendapatan merupakan masyarakat.

6.1.6 PENDEKATAN PARTIDIPATIF DAN FASILITATIF

Dalam proses kegiatan pekerjaan ini, selain berkaitan dengan dokumen-dokumen


perencanaan pembangunan (development plan) dan perencanaan ruang (spatial plan) serta
produk-produk kebijakan dan strategi pengembangan kawasan yang terkait lainnya, tidak
terlepas dari keterlibatan pemerintah daerah, masyarakat dan stakeholder kota lainnya,
sebagai pengendali, pelaksana dan pemanfaat dan sebagai pihak yang terkena dampak
positif maupun negatif dari pelaksanaan pembangunan kota itu sendiri. Oleh karena itu
dalam penyusunan pekerjaan ini digunakan beberapa model pelibatan para pelaku
pembangunan untuk mengikutsertakan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan ini.

Pada dasarnya Penyusunan kegiatan pekerjaan ini dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholder yang terkait dengan pengembangan kawasan. Pelibatan
seluruh stakeholder terkait diakomodasi melalui forum-forum diskusi dan konsultasi publik,
untuk memperoleh saran, masukan dan penyepakatan terhadap rumusan kebijakan dan
strategi yang disusun.

USULAN TEKNIS- 82
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Dengan demikian selain melalui penjaringan aspirasi, pelibatan stakeholder dalam kegiatan
penyusunan pekerjaan ini juga dilakukan dengan melaui pembahasan-pembahasan melalui
forum-forum diskusi dan konsultasi publik untuk mengkaji lebih lanjut hasil analisis dan
perumusan strategi yang dibuat. Manfaat penggunaan pendekatan tersebut adalah untuk
meminimalkan konflik berbagai kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir yang
menguntungkan untuk semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah
jaminan kelancaran implementasi hasil kajian ini di kemudian hari.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemerintah Kota melalui Dinas Cipta Karya, Tata Ruang
dan Kebersihan Kota Tasikmalaya bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan penyusunan
pekerjaan ini. Peran fasilitasi ini antara lain dilakukan dengan memberikan pendampingan
kepada daerah serta seluruh stakeholder terkait kegiatan penyusunan pekerjaan ini.
Beberapa aspek yang terkait dengan pendekatan partisipatif dan fasilitatif dalam kegiatan
penyusunan pekerjaan ini dijelaskan berikut:

1. Kemitraan

Kegiatan penyusunan pekerjaan ini, adalah pendekatan yang bercirikan top down namun
sekaligus memiliki nuansa partnership atau kemitraan. Berbeda dengan paradigma
sentralisasi dalam mekanisme pengambilan keputusan publik pada konsep otoriter,
mekanisme top down dalam bantek lebih didasarkan pertimbanganakan adanya kebutuhan
memberikan bantuan secara teknis (technical assistance) sehingga akan dapat
meningkatkan kapasitas aparat Pemerintah Daerah.

Pendekatan kemitraan (partnership) disini diartikan sebagai adanya posisi kemitraan antara
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Dinas terkait dan Pihak Konsultan.
Meskipun ada perbedaan tingkatan, namun masing-masing pihak berusaha untuk dapat
bekerjasama dan memberikan pemahaman kesetaraan hubungan, sehingga dapat terjalin
kerjasama yang kompak untuk mencapai tujuan bersama.

2. Perencanaan Partisipatif

Gambar 5.1

USULAN TEKNIS- 83
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Keterlibatan Pelaku Pembangunan dalam Penyusunan rencana

Bentuk Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menurut hirarkhi rencana yang
diindikasikan dalam PP No. 69 Tahun 1996 (Pasal-Pasal di BAB III dari PP 69/96):

 Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan.

 Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan.

 Pemberian masukan dalam perumusan rencana tata ruang.

 Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan


strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang.

 Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana.

 Kerja sama dalam penelitian dan pengembangan.

 Bantuan tenaga ahli.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of
Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak terlibat akan
saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan keputusan serta
sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam
proses partisipasi tersebut disebut sebagai stakeholder. Karenanya, pemahaman mengenai
partisipasi akan selalu berkaitan dengan pemahaman mengenai stakeholder, kepentingan-
kepentingannya, serta pelibatannya.

Perencanaan partisipatif di Indonesia didefinisikan sebagai upaya perencanaan yang


dilakukan bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran

USULAN TEKNIS- 84
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi
sumber daya masyarakat. Definisi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan pemahaman dari
UNDP, dimana perencanaan partisipatif merupakan upaya perencanaan yang
melibatkan/mengikutsertakan seluruh stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut,
stakeholder selaku pemeran dapat terdiri dari kelompok pemerintah, swasta, dan
masyarakat umum. Dengan pemahaman tersebut, perencanaan secara partisipatif sudah
tentu melibatkan berbagai komunitas secara menyeluruh.

Upaya perencanaan partisipatif menghadirkan proses perencanaan terstruktur yang terdiri


dari aspek-aspek:

 Kerjasama guna membangun konsensus

 Komunikasi kelompok stakeholder yang efektif, serta

 Proses implementasi rencana guna mengubah berbagai ide / pemikiran menjadi


kegiatan yang produktif dan penyelesaiannya yang maksimal.

Dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan pekerjaan ini akan dilakukan serangkaian


kegiatan diskusi / seminar dan pengumpulan data/informasi. Pendekatan perencanaan
partisipatif pada intinya merupakan usaha penyelesaian persoalan yang menjadi target
pekerjaan secara aktif dengan melakukan pelibatan semua stakeholder terkait, baik sektoral
maupun wilayah di tingkat daerah, serta para pakar dan pihak lainnya.

Model perencanaan partisipatif dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan pekerjaan ini


dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan, sebagaimana telah diungkapkan dalam
pengantar bab di atas, yaitu diskusi dan konsultasi publik. Model diskusi yang digunakan
dalam perencanaan partisipatif ini adalah focus group discussion (FGD) dan konsultasi
publik.

Pendekatan partisipasi stakeholder yang digunakan untuk penyelesaian kegiatan ini bukan
sekedar mengajak para stakeholder tersebut untuk mendengar dan memberi masukan saja.
Para stakeholder juga didorong untuk ingin tahu hingga akhirnya bersedia untuk terlibat aktif
memberikan masukan. Keikutsertaan tersebut sudah mengarah pada suatu kebutuhan
bukan lagi suatu paksaan.

Namun demikian disadari bahwa penggunaan perencanaan partisipatif akan menimbulkan


berbagai persoalan dalam prosesnya, terutama masalah keterbatasan waktu. Masalah ini
akan dicoba diminimalkan melalui persiapan materi dan pelaksanaan yang matang,

USULAN TEKNIS- 85
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

sehingga kesepakatan dapat dengan segera dicapai tanpa mengurangi kebebasan


stakeholders untuk mengeluarkan aspirasi dan pendapatnya.

3. Perencanaan Kapasitas

Mengingat dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan pekerjaan ini dilakukan secara


partisipatif, maka diharapkan adanya keterlibatan stakeholder secara utuh dalam tiap proses
pelaksanaan pekerjaan. Bahwasannya keterlibatan tersebut diharapkan tidak hanya bersifat
pasif namun juga aktif dari para stakeholder yang terkait. Oleh sebab itu diperlukan adanya
kapasitas dan pemahaman yang cukup memadai mengenai persoalan-persoalan yang
terkait dengan pengembangan dan pembangunan kawasan dan solusi-solusi strategis atas
persoalan tersebut.

Mengingat hal-hal diatas, maka konsultan akan memfasilitasi peningkatan kapasitas dan
pemahaman para stakeholder terkait dengan rencana pemanfaatan ruang kawasan,
pembangunan dan pengembangan kawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan. Diketahui dalam menyelenggarakan kegiatan penyusunan pekerjaan ini diperlukan
sebuah teamwork yang solid, bersifat multisektoral dan komprehensif. Teamwork yang
dibangun bukan merupakan implikasi dari sebuah power sharingtetapi lebih merupakan team
work yang bersifat kemitraan dan sinergis. Oleh karenanya mengingat kompleksnya masalah
juga, maka para pelaku dituntut untuk berbagi peran dan fungsi di dalam penyelenggaraan
kegiatan penyusunan pekerjaan ini.

6.1.7 PENDEKATAN TEKNIS AKADEMIS


1. Perencanaan Eksploratif

Pendekatan eksploratif dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan pekerjaan ini digunakan


untuk mendapatkan gambaran yang seluas-luasnya mengenai persoalan-persoalan yang
terkait pemanfaatan, pembangunan, pengembangan dan pengendalian kawasan.

Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus. Pendekatan


ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data & informasi maupun dalam proses
analisis.

 Dalam proses pengumpulan data & informasi, pendekatan eksploratif digunakan


mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga eksplorasi

USULAN TEKNIS- 86
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

literatur yang diperlukan dalam mendukung kegiatan perumusan. Sifat pendekatan


eksploratif yang menerus akan memungkinkan terjadinya pembaharuan data dan
informasi berdasarkan hasil temuan terakhir.

 Pendekatan eksploratif juga memungkinkan proses pengumpulan data yang


memanfaatkan sumber informasi secara luas, tidak terbatas pada ahli yang sudah
berpengalaman dalam bidangnya ataupun pelaku pembangunan yang terkait
langsung dengan upaya pengendalian pemanfaatan ruang, namun juga dari
berbagai literatur dalam dan luar negeri, baik dalam bentuk buku maupun tulisan
singkat yang memuat mengenai teori-teori ataupun studi-studi terkait dengan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam pendekatan eksploratif ini sangat
memungkinkan diperoleh informasi-informasi tambahan dari sumber yang tidak
diprediksi sebelumnya.

Eksplorasi dalam proses analisis dilakukan guna mengelaborasi perumusan kebijakan dan
strategi pengembangan kota dan penyusunan strategi pengembgangan permukiman dan
infrastruktur permukiman. Proses eksplorasi ini mendorong kepada pemahaman yang
mendalam terhadap aspek yang dikaji, melalui seluruh dokumen dan informasi yang berhasil
dikumpulkan.

2. Pendekatan Komprehensif

Pendekatan Komprehensif memandang bahwa untuk menghasilkan suatu produk Kebijakan


dan Strategi yang baik perlu adanya pemahaman yang menyeluruh mengenai wilayah dan
persoalan yang akan direncanakan atau dipecahkan, tidak hanya pada saat pengumpulan
data dan analisis saja, melainkan sampai pada kebijakan dan strategi yang dibangun. Kata
“komprehensif” dalam konteks pendekatan ini merujuk pada upaya memahami suatu
permasalahan dari sudut pandang semua aspek kehidupan mulai dari aspek ekonomi,
politik, sosial budaya, sampai dengan pertahanan keamanan.

USULAN TEKNIS- 87
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Semua aspek tersebut dalam cara pandang ini dilihat sebagai satu kesatuan rantai
kehidupan yang saling terkait satu dengan yang lain. Selain itu kata komprehensif juga
mengandung pemahaman bahwa suatu wilayah dimana persoalan tersebut akan dipecahkan
dipandang sebagai satu kesatuan sistem yang di dalamnya terdiri dari berbagai sub sistem-
sub sistem yang saling terkait, termasuk dalam kaitannya dengan lingkup wilayah
administrasi (konstelasi regional, nasional, dan internasional).

Dalam kaitannya dengan keterkaitan antar aspek ini, dalam pendekatan yang bersifat
komprehensif dipandang sebagai suatu bentuk konsep kedinamisan dimana aspek
kehidupan yang satu mempengaruhi aspek kehidupan yang lain dan begitu seterusnya.
Tidak dapat ditentukan aspek mana yang menjadi awal dan akhir. Semua aspek dapat
menjadi sebab dan menjadi aibat yang saling terkait. Aspek-aspek kehidupan tersebut dalam
penanganannya didasarkan pada suatu kerangka acuan yang disebut dengan keterpaduan.

3. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan

Pendekatan pembangunan berkelanjutan merupakan suatu pendekatan dalam perencanaan


yang memandang bahwa pembangunan bukan merupakan suatu kegiatan yang sesaat
melainkan suatu kegiatan yang berlangsung secara kontinyu dan tidak pernah berhenti
seiring dengan perkembangan jaman. Pendekatan ini menekankan pada keseimbangan
ekosistem, antara ekosistem buatan dengan ekosistem alamiah. Dalam perencanaan
pembangunan kesesuaian ekologi dan sumber daya alam penting artinya agar
pembangunan yang terjadi tidak terbatas dalam tahun rencana yang disusun saja.

USULAN TEKNIS- 88
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Pendekatan pembangunan berkelanjutan dalam kegiatan bertujuan untuk menghasilkan


suatu konsep kebijakan dan strategi pengembangan kawasan yang berwawasan lingkungan,
namun bukan berarti menjadikan kepentingan lingkungan sebagai segala-galanya. Dalam
pendekatan ini yang dipentingkan adalah keseimbangan antara pembangunan lingkungan
dan non-lingkungan (ekonomi, sosial, teknologi, dan sebagainya) sehingga dicapai suatu
kondisi pembangunan yang harmonis. Dalam pendekatan ini ada tiga prinsip dasar yang
dipegang, yaitu (Haughton dan Hunter, 1994) :

 Prinsip persamaan antar generasi, yaitu pengaruh pada kemampuan generasi


yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka harus
dipertimbangkan. Prinsip ini dikenal juga sebagai principle of futurity.

 Prinsip keadilan sosial, yaitu keberlanjutan mensyaratkan bahwa pengontrolan


keseluruhan distribusi sumber daya harus merata.

 Prinsip tanggungjawab transfontier, yaitu bahwa dampak dari aktivitas manusia


seharusnya tidak melibatkan suatu pemindahan geografis yang tidak seimbang
dari masalah lingkungan. Dalam prinsip ini terdapat perlindungan terhadap
kualitas dari lingkungan.

USULAN TEKNIS- 89
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan ini terkait juga dengan penciptaan


keberlanjutan masyarakat / komunitas (sustainable communities) tempat dimana suatu
komunitas ingin tinggal dan bekerja pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Konsep pembangunan berkelanjutan akan dapat terus berlanjut jika terdapat masyarakat
yang terus berlanjut pula. Dalam sustainable communities, masyarakat menciptakan suatu
komunitas seperti yang dikehendaki oleh masyarakat sehingga dapat tercipta suatu
keberlanjutan dalam komunitas tersebut. Sustainable communities ini akan dapat
dikembangkan dimana banyak ”pemain” dalam peran yang berbeda-beda dan dengan
ketertarikan dan nilai yang berbeda dalam suatu aliran informasi yang berharga dan mereka
memiliki kesempatan untuk bergabung dalam suatu proses pembelajaran dan respon inovatif
terhadap perubahan lingkungan dan perubahan lainnya (Innes dan Booher, 2000).

a. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif dilakukan untuk menyeimbangkan pendekatan normative sehingga


diperoleh sebuah perencanaan yang komprehensif dan berkelanjutan. Aspek kualitatif yang
muncul di lokasi kegiatan seperti aspek sosial, budaya, dan politik lokal harus dapat
dipertimbangkan sehingga dapat mencerminkan keunikan lokal di setiap lokasi kegiatan dan
menghasilkan sebuah produk pengaturan yang memiliki visi berkelanjutan. Kajian kualitatif
dapat dilakukan dengan menggunakan metode desk study dan dapat menggunakan data
sekunder dan primer. Selain itu pendekatan kualitatif juga dilakukan melalui kajian terhadap
persepsi dan preferensi terhadap materi Zoning Regulation baik dari hasil wawancara,
kuisioner maupun diskusi. Pencatatan lapangan, dokumentasi visual dan digital dan
sejenisnya diperlukan untuk mengidentifikasi guna lahan maupun kegiatan pemanfaatan
ruang.

Kedua data tersebut dielaborasikan ke dalam analisis–analisis keruangan, pemanfaatan


ruang, dan hal lain yang berkorelasi dengan kegiatan penyusunan pekerjaan ini.

Hasil dari pengolahan data secara desk study dari dua pendekatan tersebut dipertajam
dengan diskusi dan konsultasi dengan stakeholder lain (Pemerintah Pusat dan Daerah,
masyarakat lokal, swasta, LSM, dan perguruan tinggi) sehingga memenuhi aspek partisipatif
dan dengan demikian aspek kesepakatan dalam produk pengaturan dapat tercapai.

1. Pendekatan Pengembangan Wilayah

Dalam pendekatan ini akan dilakukan penelaahan terhadap kegiatan penyusunan pekerjaan
ini dalam kaitannya dengan tata ruang wilayah perencanaan. Selain itu akan mencoba

USULAN TEKNIS- 90
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

mengetahui hubungan interaksi antar wilayah yang menjadi objek penelitian di wilayah
perencanaan.

Di masa datang keberhasilan penataan ruang sangat tergantung pada kebijakan pemerintah
daerah terutama dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena itu,
setiap pemerintah daerah harus mampu mengembangkan visi pengembangan wilayahnya
masing-masing sesuai dengan citra, nilai, arah dan tujuan yang akan memberikan arah
masa depan wilayah yang bersangkutan.

Pada tingkat nasional, dengan karakteristik wilayah yang terdiri dari 300-an daerah otonom,
maka visi pengembangan wilayah yang sejalan dengan tuntutan perubahan yang terjadi
adalah menciptakan wilayah-wilayah/unit-unit otonom dalam suatu jaringan (network) yang
kuat, dimana tiap unit-unit otonom tersebut diarahkan untuk mampu bersaing menjadi pusat
dari jaringan tersebut. Sebagai konsekuensinya, setiap daerah harus mampu memiliki
keunggulan yang spesifik. Dengan demikian, arah pengembangan wilayah menjadi lebih
jelas yakni mengarah pada penciptaan spesialisasi. Sedangkan pada tingkat daerah, dalam
mengembangkan visinya, setiap daerah dituntut untuk mampu :

 Mengidentifikasikan kapabilitas dan tindakan dari daerah lainnya sebagai wilayah


pesaing

 Mengenali penggerak dan pengaruh dari lingkungan ekstemal.

 Menilai kebutuhan, hambatan dan kapabilitas wilayahnya sendiri.

2. Deliniasi Kawasan Perencanaan

Dalam pendekatan ini akan dilakukan penelaahan kembali mengenai kawasan perencanaan
yang akan menjadi wilayah kajian ditinjau dari beberapa faktor antara lain:

 Kebijaksanaan pengembangan daerah, khususnya daerah perkotaan yang berada


di sekitar wilayah perencanaan yang memberikan kecenderungan perkembangan
terhadap kawasan perencanaan.

 Kondisi Fisik buatan, yaitu meninjau kondisi pembangunan setiap daerah yang
memiliki tingkat perkembangan tinggi yang mempengaruhi terhadap penyatuan
fisik terhadap kawasan perkotaan.

 Kondisi sosial perekonomian, yaitu perkembangan ekonomi makro di setiap


daerah yang berdekatan kawasan perencanaan

3. Identifikasi Potensi dan Permasalahan

USULAN TEKNIS- 91
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Pada dasarnya setiap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah menginginkan


perkembangan dan pertumbuhan wilayah ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Maka
sebagai bahan untuk mengetahui bagaimana arah perkembangan wilayah untuk selanjutnya,
maka harus diketahui beberapa potensi dan permasalahan yang terdapat di wilayah
perencanaan diantaranya melalui:

 Review potensi dan permasalahan berdasarkan RTR yang masuk ke dalam


wilayah perencanaan yang telah ada sebelumnnya.

 Pengkajian mengenai data dan informasi mengenai karakteristik wilayah


perencanaan berdasarkan data dan informasi yang terbaru.

4. Pendekatan Secara Aspiratif Terhadap Pengembangan Kawasan

Perubahan strutur dan tata ruang wilayah merupakan suatu proses dalam paradigma
perkembangan wilayah itu sendiri. Maka dalam proses pembangunan dan pengelolaannya
akan melibatkan beberapa elemen yang terkait didalamnya antara lain stakeholder yang
berada di wilayah perencanaan. Keterlibatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

 Pemerintah Pusat sebagai pembantu pemerintah daerah dalam merumuskan Pola


Pemanfaatan Ruang.

 Pemerintah daerah sebagai pelaksana pembangunan dan pengelola sumberdaya


yang terdapat di wilayahnya.

 Swasta yang berperan sebagai penanam modal yang berpengaruh terhadap


implementasi pembangunan secara fisik dan perekonomian baik makro maupun
mikro.

 Masyarakat.

6.2 METODOLOGI
Untuk memberikan gambaran mengenai metode yang akan digunakan oleh Konsultan
dalam menangani pekerjaan ini, maka pada sub Bab ini kami uraikan metode yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

USULAN TEKNIS- 92
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja, maka kegiatan yang akan dilakukan dalam
melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

6.2.1 PERSIAPAN
 Persiapan dasar berupa penyiapan secara administrasi, mobilisasi tim pelaksana,
penetapan pola pelaksanaan

 Menyusun Jadwal Pelaksanaan dan membuat Struktur Organisasi

 Persiapan teknis berupa penyiapan format pengumpulan data dan informasi serta
perangkat survey lainnya yang akan digunakan untuk kegiatan lapangan

 Persiapan penyiapan alat ukur yang memadai

6.2.2 SURVEY LAPANGAN

Melakukan survey lapangan untuk megumpulkan data primer dan sekunder berkaitan
dengan penyusunan rencana teknis dan desain, meliputi antara lain:

 Survey lapangan untuk identifikasi dan inventarisasi data teknis dan informasi serta
pengetesan tanah dan jaringan utilitas lainnya.

 Melakukan survey investigasi/penyelidikan tanah (sondir, test laboratorium)

6.2.3 PELAKSANAAN KEGIATAN PELAPORAN


 Pengumpulan data sekunder dan primer serta informasi kegiatan di balai dengan
metode wawancara, in-depth interview.

USULAN TEKNIS- 93
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Melakukan koordinasi dengan instansi terkait berkenaan dengan Perencanaan


Bangunan Gedung Negara.

 Pengelolaan dan menyiapkan data termasuk Analisa Daya Dukung Tanah serta
proses pendokumentasian hasil analisis.

 Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penyusunan Review DED
Masjid Agung.

 Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penataan ruangan gedung
Review DED Masjid Agung.

 Penyedia jasa diharuskan menyiapkan gambar teknis dengan ukuran A3 den


spesifikasi teknis pekerjaan dan bahan yanag diperlukan serta menyusun
Engineering Estimate (EE).

 Penyediaan jasa diharuskan menyerahkan laporan, antara lain:

- Laporan Pendahuluan

- Laporan Antara

- Draft Laporan Akhir

- Laporan Akhir

USULAN TEKNIS- 94
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Gambar Teknis

- Spesifikasi teknis

- Rencana Anggaran Biaya (RAB/EE)

 Berdasarkan metodologi yang disampaikan dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja


tersebut maka konsutan menyusun metodologi pelaksanaan pekerjaan Review DED
Masjid Agung, sebagaimana yang digambarkan dalam flowchart sebagai berikut:

USULAN TEKNIS- 95
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

USULAN TEKNIS- 96
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

6.2.4 TAHAP TEKNIS DAN PENGEMBANGAN

PENGUMPULAN DATA

Dalam perencanaan teknis, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari
sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data
sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan
sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data.  Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list,
kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.

1) Angket

Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang
dijadikan responden untuk dijawabnya.

Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit
dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma
Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip
pengukuran dan penampilan fisik.

Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :

 Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

USULAN TEKNIS- 97
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.


Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris
pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
 Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup
maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2) Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik
ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

 Participant Observation

Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

USULAN TEKNIS- 98
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Non participant Observation

Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan


observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses
yang sedang diamati.

Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang
mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui
makna yang terkandung di dalam peristiwa.

3) Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara
sumber atau sumber data.

Sebelum melakukan pengumpulan data konsultan akan menyiapkan format-format


furmulir yang digunakan dalam dalam proses pengumpulan data dan informasi.

Data Primer dan Sekunder yang mendukung data perencanaan bangunan yang
dibutuhkan antara lain:

1. Luas bangunan yang akan direncanakan.


2. Luas bangunan Satker.
3. Jumah pegawai/orang yang akan menempati.
4. Data kondisi Jaringan Elektrikal Eksisting
5. Data kondisi Sistem Air Bersih Eksisting
6. Data kondisi Sistem Air Kotor Eksisting
7. Data kondisi Sistem Drainase Eksisting
8. Data-data yang berkaitan dengan pola kerja dari satuan kerja

Dari proses pengumpulan data ini diharapkan dapat mengetahui permasalahan-


permasalahan yang dapat mempengaruhi desain dari bangunan yang direncanakan.

REVIEW STUDI TERDAHULU

Analisa awal dilakukan dengan menggunakan data dan laporan yang berhasil
dikumpulkan. Fokus analisa awal ini adalah konsultan akan melakukan seleksi, tabulasi,
evaluasi dan analisa data tersebut yang nantinya akan dapat digunakan untuk menyusun
program kerja.

USULAN TEKNIS- 99
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Untuk dapat memahami dan mengevaluasi kondisi aktual, konsultan akan melakukan
kajian yang cukup mendalam berkaitan dengan sejarah (historis) konsep awal Detail
desain.

Dengan mempelajari konsep awal pengembangan, evaluasi data sekunder, dan


peninjauan lapangan pendahuluan diharapkan sudah dapat ditarik kesimpulan
sementara mengenai problem yang terjadi serta memudahkan untuk menyusun program
kerja detail.

PENYUSUNAN RENCANA MUTU KONTRAK

Dengan bekal hasil analisa awal, rencana kerja untuk survey dan analisa akan dapat
dilaksanakan secara cepat. Rencana kerja yang disusun merupakan review dan
pendetailan dari rencana kerja serta metode yang telah dibuat dalam Dokumen
Penawaran Teknis, meliputi :

- Struktur organisasi & tenaga pelaksana


- Jangka waktu pelaksanaan dan jumlah man month personil yang terlibat
- Rencana penanganan proyek (definitif)

USULAN TEKNIS- 100


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Rencana daftar dan schedule peralatan yang akan digunakan


- Rencana dan metode untuk kegiatan survey lapangan

TAHAPAN PRA-RENCANA

SURVEI TOPOGRAFI

Perencanaan teknis, dimulai dari tahap pekerjaan pengukuran/topografi dan selanjutnya


dilakukan penggambaran dan analisa desain infrastruktur. Pendekatan teknis atau
metode untuk pelaksanaan pekerjaan pengukuran (survei topografi) dalam Pekerjaan ini
adalah sebagai berikut :

 PEMASANGAN BENCH MARK (BM) DAN CONTROL POINT (CP)

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemasangan BM di lapangan,


diantaranya adalah :

- Patok beton (Bench Mark = BM) yang akan dipasang mempunyai ukuran 20 x 20
x 90 cm dan dipakai sebagai kerangka utama dalam pemetaan situasi.
- Patok beton pembantu (Control Point = CP) dipasang sebagai patok pendamping
untuk orientasi arah dan untuk memudahkan dalam uji petik (cross check). CP
mempunyai ukuran dengan diameter 10 x 60 cm.

USULAN TEKNIS- 101


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Dalam pemasangan BM/CP akan disesuaikan pula untuk kebutuhan pengukuran


trase sungai, sehingga patok-patok ini dapat dipakai untuk pengukuran trase
sungai.
- Penentuan rencana lokasi pemasangan BM dilakukan atas dasar sketsa rencana
jalur kerangka utama, yaitu dengan interval maksimum 2,00 Km (detail desain)
dan 5,00 Km (studi kelayakan). CP dipasang dengan interval maksimum 2 Km
(detail desain).
- Pemasangan BM/CP akan ditempatkan pada lokasi yang aman dan stabil, serta
mudah diketemukan kembali.
- Bagian BM/CP yang muncul di permukaan adalah + 20 cm.
- Penomoran BM dicantumkan pada marmer (12 x 12) cm dengan cara cekungan,
sedangkan untuk CP dibuat dalam ukuran (8 x 8) cm. Dibuat foto BM/CP untuk
deskripsi BM/CP.

USULAN TEKNIS- 102


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Bench Mark (BM)

USULAN TEKNIS- 103


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Control Point (CP)

Pemasangan Patok Kayu

- Pemasangan patok ditempatkan pada jalur kerangka dan dipasang sepanjang


sungai dengan interval jarak 50 m untuk trase yang lurus dan 25 m pada trase
yang berbelok (detail desain), serta 100 m untuk trase yang lurus dan 50 m pada
daerah kritis (studi kelayakan).
- Patok kayu yang dipasang berukuran diameter 8 – 10 cm x 60 – 70 cm.
- Patok kayu dipasang di lokasi yang aman dan stabil, dan bagian atas yang
muncul + 20 cm di permukaan.
- Untuk titik centring dipasang paku seng.
- Bagian atas patok dicat warna merah dengan tulisan warna hitam untuk
membedakannya dengan patok yang dipasang pihak lain.
- Pemberian simbol (nama) patok yang tidak mengikuti trase sungai diberi simbol a,
b, c dan seterusnya.
- Pemberian simbol (nama) patok yang mengikuti sungai diberi simbol sesuai nama
sungainya.

USULAN TEKNIS- 104


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 PEMBUATAN DISKRIPSI BM
- Bentuk formulir dan cara pengisian dibuat sesuai format yang telah ditentukan.
- Sketsa lokasi dan keterangan letak BM/CP, dibuat sejelas mungkin untuk
memudahkan dalam pencarian BM/CP dikemudian hari.
- Foto BM/CP dibuat dalam posisi close-up dan posisi penampakan daerah
sekitarnya. Pemotretan diusahakan dibuat sedemikian rupa, agar nomor BM/CP
dan keterangan yang diperlukan tampak jelas pada foto.
- Foto, sketsa data koordinat (X,Y), data elevasi (z) dan keterangan lokasi BM/CP
dicantumkan pula dalam format standar tersebut.

USULAN TEKNIS- 105


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 PENGUKURAN POLIGON

Pengukuran poligon dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak beserta azimuth
awal sebagai penentu arah Utara.

a. Pengukuran Sudut

Sudut ukur diukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Total Station.
Dimana aplikasi pada alat tersebut sudah menggunakan metode digital. Untuk
alat ukur dengan sistem manual Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang
merupakan hasil rata-rata dari pengukuran .

Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis dan dicek
dengan menggunakan meetband.

Gambar ilustrasi alat ukur sudut yang akan digunakan

USULAN TEKNIS- 106


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Gambar Pengukuran Sudut Antara dua Titik

b. Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:

- Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif


pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.
- Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat
satu dengan yang lainnya.
- Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan
pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:

- Alat ukur yang digunakan Total station dengan Jumlah seri pengamatan 4
seri (pagi hari) Tempat pengamatan, titik awal (BM.1) Dengan melihat
metoda pengamatan azimuth astronomis pada dibawah, Azimuth Target (αT)
adalah:
αT = αM + 
atau
αT = αM + ( T – M )

USULAN TEKNIS- 107


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Dimana:

αT = azimuth ke target

αM = azimuth pusat matahari

T = bacaan jurusan mendatar ke target

M = bacaan jurusan mendatar ke matahari

 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target

Gambar Pengamatan Azimuth Astronomi

c. Hitungan Poligon

Poligon dihitung dengan cara sebagai berikut :

sudut = (n  2)  180°  f

Dimana :

sudut = jumlah sudut dalam / sudut luar

n = jumlah titik Poligon

a,b,c, ..f = besar sudut

d1,d2,..d6 = jarak antar titik Poligon

 = kesalahan sudut yang besarnya sudah ditentukan (104 √ n)

USULAN TEKNIS- 108


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

d. Hitungan Koordinat

Koordinat masing-masing titik Poligon dihitung dengan cara berikut :

Xb = Xa + dab Sin ab  X

Xb = Ya + dab Cos ab  X

Dimana :

Xa, Ya = Koordinat titik A

Xb, Yb = Koordinat titik B

dab = Jarak datar antara titik A ke titik B

ab = Azimuth sisi titik A ke titik B

x, y = Koreksi

 PENGUKURAN WATERPASS

Jalur waterpass mengikuti jalur poligon dan melalui titik referensi. Mengingat
persyaratan ketelitian yang diminta di dalam KAK/TOR, maka agar didapat hasil yang
baik dan memenuhi persyaratan tersebut, dalam pelaksanaannya akan diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :

 Jenis alat ukur yang akan digunakan adalah alat sipat datar yang termasuk dalam
orde 2, yaitu Waterpass Automatic yang sederajat dengan Wild NAK-2, misalnya
Zeiss Ni-2 atau Sokkisha B2-A.
 Metoda pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
- Setiap pagi sebelum memulai pengukuran, dilakukan pemeriksaan garis visir
alat ukur.
- Jika garis visir tidak baik, maka alat harus diganti atau diperbaiki, akan tetapi
apabila ternyata terjadi kesalahan garis visir mencapai 0,05 mm/m, maka alat
tersebut akan dikalibrasi terlebih dahulu.

USULAN TEKNIS- 109


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Pengukuran Waterpass dilakukan untuk mengetahui perbedaan ketinggian antara


dua titik, sehingga apaila salah satu titik diketahui ketinggiannya maka titik
selanjutnya dapat diketahui ketinggiannya. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan
gambar sebagai berikut :

HA-B = bb – bd

Dimana :

HA-B = Beda tinggi antara titik A dan titik B

bb = Bacaan rambu belakang

bd = Bacaan rambu depan

A, B = Titik yang di Observasi

Sehingga untuk mengetahui tinggi titik B dapat dicari dengan persamaan :

HB = HA + HA-B

USULAN TEKNIS- 110


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Dimana :

HA = Tinggi titik A

Rute pengukuran waterpass mengikuti rute pengukuran poligon dengan pembagian


loop seperti pengukuran poligon. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal atau
waterpass, harus diukur dengan spesifikasi sebagai berikut :

- Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan menggunakan
alat waterpass Wild Nak-2 atau yang sejenis.
- Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar dari 50
meter.
- Baud-baud tripod ( statip ) tidak boleh longgar, sambungan rambu harus lurus
betul serta perpindahan skala rambu pada sambungan harus tepat, serta rambu
harus menggunakan nivo rambu.
- Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat pengukuran.
- Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai dengan
maksimal 2750.
- Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas, benang
tengah dan benang bawah.
- Pengukuran sipat datar dilakukan setelah BM dipasang, serta semua BM
eksisiting dan BM baru terpasang harus dilalui pengukuran waterpass.
- Slaag per seksi diusahakan genap dan jumlah jarak muka diusahakan sama
dengan jarak belakang.

USULAN TEKNIS- 111


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Pada jalur terikat, pengukuran dilakukan pergi-pulang dan pada jalur terbuka
pengukuran dilakukan pergi-pulang dan double stand.
- Kesalahan beda tinggi yang dicapai harus lebih kecil dari 7 mmD, dimana D
adalah jumlah panjang jalur pengukuran dalam kilometer.
- Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan sistematis, jika
ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali didekatnya, serta tidak
diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan tinta koreksi.
- Pekerjaan hitungan waterpass harus diselesaikan di lapangan, agar bila terjadi
kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran kembali hingga
benar.
- Perataan hitungan waterpass dilakukan dengan perataan metode Bouwditch.

a. Pengukuran Titik Detail/Situasi

Pengambilan detail dilakukan terhadap setiap permukaan tanah dan setiap


perbedaan terain yang cukup menyolok (lebih dari 1,0 m). Dalam hal
pengambilan terain ini, untuk cukup memudahkan interpolasi kontur dalam
penggambaran, maka secara ideal detail diambil pada setiap jarak 2 x 2 cm skala
gambar (dalam hal ini kita ambil skala gambar 1 : 500). Jadi disini detail minimal
akan diambil setiap jarak 2 cm (x 500) x 2 cm (x 500) setiap 10 x 10 m di
lapangan.

USULAN TEKNIS- 112


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Dasar utama untuk pengambilan titik detail adalah dilihat dari skala gambar/peta
yang akan dibuat, yaitu skala 1 : 5.000. Dalam skala tersebut, berarti 1 cm
digambar adalah 50 m di lapangan, jadi seandaianya diambil kerapatan titik detail
digambar diambil rata-rata berjarak 1 mm, maka kerapatan titik detail di lapangan
harus berkisar 50 mm.

Metode yang diambil untuk pengambilan situasi detail ini adalah raai dan voorstral
dengan perhitungan beda tinggi dan jarak datar secara tachymetri dengan setiap
raai ataupun setiap seizlag diikatkan pada titik-titik poligon sebagai referensi.

Data yang dicatat dari setiap bidikan titik detail untuk situasi adalah :

- Sudut horizontal/arah/azimuth (untuk ploting detail).


- Sudut vertikal (untuk hitungan beda tinggi).
- Jarak optis

Disamping hal-hal tersebut di atas, dalam pengukuran detail situasi perlu


diperhatikan untuk pengambilan detail :

- Rumah, bangunan sekolah, kantor, mesjid, dll.


- Bangunan irigasi dan saluran yang ada.
- Jalan negara, jalan desa, jalan setapak, sungai dan arahnya, dll.
- Batas desa, batas vegetasi yang berupa sawah, ladang, tegal, kebun, hutan,
dll.

Untuk pemetaan situasi sungai, data profil melintang dapat digunakan, tetapi
masih diperlukan pengukuran detail tambahan untuk dapat menggambarkan
detail lainnya yang tidak diukur pada waktu pengukuran tampang melintang.

Alat ukur yang digunakan adalah Total Station yang mempunyai ketelitian 5 detik.

Pengukuran situasi untuk mengetahui kondisi daerah sekitar, secara detail


sehingga dari penggambaran hasil pengukuran yang dihasilkan dapat
direncanakan tata letak bangunan utama maupun bangunan penunjang dengan
tepat dan optimal.

HAB = bb – bd

Dimana :

D = jarak datar

h = sudut vertical

USULAN TEKNIS- 113


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

bt = bacaan benang tengah

ti = tinggi instrumen

HAB = beda tinggi antara titik A dan B

Untuk besaran jarak (D) diperoleh dengan persamaan :

D = AY Cos2.h

Dimana :

D = jarak datar

A = besaran konstanta alat (100)

Y = benang atas – benang bawah

h = sudut vertikal

b. Pengukuran Penampang Memanjang

Pengukuran ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui as dasar sungai yang ada
(existing), agradasi dan degradasi yang terjadi, serta dapat pula untuk
menghitung volume bahan galian golongan C yang dapat dieksploitir (jika ada).

Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu/as sungai.

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran penampang memanjang adalah


sama dengan yang digunakan pada pengukuran titik kontrol horizontal, yaitu Total
Station dan dilakukan bersamaan dengan pengukuran penampang melintang.

USULAN TEKNIS- 114


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Titik referensi yang dipakai adalah titik kerangka utama.

Pengukuran sifat datar (waterpass) harus dilakukan setelah (BM)


dipasang.Bidikan rambu harus antara interval 0.5 m dan 2.75 m (untuk rambu
yang 3 meter).

Jarak bidik dari alat ke rambu maksimum 50 m.

Pada jalur yang terikat / tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pulang-
pergi, sedangkan jalur yang terbuka diukur dengan cara pergi- pulang dan stand
ganda (double stand).

Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang yakni : benang atas,
benang tengah dan benang bawah untuk stand I dan stand II. Penempatan alat
ukur diusahakan ditengah-tengah antara rambu muka dan rambu belakang,
setidak-tidaknya jumlah antara jarak ke muka = jumlah jarak ke belakang.

Jumlah berdiri alat dalam satu seksi pergi pulang diusahakan genap. Ujung seksi
ukuran pergi pulang dibuat pada BM yang telah dipasang pada setiap bangunan
dan jika jarak BM tidak mungkin ditempuh dalam satu hari, dipasang BM
( 20x20x100 ) cm diantara kedua BM yang telah ada. Pengukuran pergi pulang

USULAN TEKNIS- 115


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

diselesaikan dalam satu hari, dan jika refraksi udara mempengaruhi garis bidik
maka pengukuran dihentikan.

Data hasil pembacaan ditulis dengan ball-point warna hitam agar dapat di foto
copy dengan jelas dan tidak mudah dihapus.

Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10" D, dimana D = jumlah


jarak dalm kilometer.

Pelaksanaan pengukuran setiap titik diilustrasikan seperti pada Gambar di


bawah.

Gambar Pengukuran levelling

c. Pengukuran Penampang Melintang

- Pengukuran profil melintang dilakukan pada setiap titik memanjang dan dibuat
tegak lurus sungai atau jalur profil memanjang.
- Pengukuran profil melintang dilakukan tiap interval 50 m (SID) dan 100 m
(FS) untuk sungai yang relatif lurus dan landai, serta 25 m (SID) dan 50 m
(FS) untuk sungai yang menikung dan berbukit.
- Lebar untuk profil melintang diambil 50 m ke kiri dan 50 ke kanan dari tepi
sungai.

USULAN TEKNIS- 116


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Alat ukur yang digunakan Theodolith Wild T-O atau yang sederajat.

 PEKERJAAN KANTOR

Pekerjaan kantor (studio) dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pekerjaan Hitungan

Setelah hitungan awal pekerjaan pengukuran dilapangan terutama hitungan


kerangka kontrol horisontal dan vertical diselesaikan, maka proses selanjutnya
adalah penghitungan data secara simultan. Hitungan-hitungan yang dilakukan
adalah hitungan untuk data cross section dan detil situasi. Pekerjaan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan calculator maupun dengan menggunakan
bantuan Personal Computer program Excel. Tahapan pekerjaan perhitungan ini
meliputi :

- Pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan, sehingga kalau ada


kesalahan dapat segera diulang untuk segera dapat diperbaiki.
- Stasiun pengamatan matahari dicantumkan dalam seketsa.

USULAN TEKNIS- 117


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Hitungan poligon dan sipat datar menggunakan metode perataan bowditch.


- Pada gambar seketsa dicantumkan pula salah penutup sudut poligon beserta
jumlah titik, salah linier poligon beserta harga toleransi, serta jumlah jarak.
- Perhitungan koordinat dilakukan dengan proyeksi UTM.
b. Pekerjaan Penggambaran

Pekerjaan penggambaran dilakukan setelah pekerjaan hitungan selesai


dilakukan, penggambaran dilaksanakan dalam dua tahap yaitu proses
penggambaran draft pada media kertas putih. Setelah gambar draft ini disetujui
oleh pihak proyek, maka tahapan selanjutnya adalah proses pengeplotan gambar
pada media kertas kalkir dengan menggunakan program AutoCad. Adapun
spesifikasi penggambaran ini adalah sebagai berikut :

- Kertas yang digunakan adalah kertas kalkir 80/85 gram, dengan format sesuai
dengan standar proyek.
- Garis silang grid dibuat setiap 10 cm.
- Gambar draft harus disetujui oleh Direksi sebelum dikalkir.
- Semua Titik Referensi, BM eksisting yang terdapat dilapangan dan CP hasil
pemasangan baru harus digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan
dilengkapi dengan koordinat dan elevasi.
- Pada setiap interval 5 ( lima ) garis kontur dibuat tebal sebagai contour index.
- Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan yang ada di
lapangan.
- Penarikan kontur lembah, alur atau sadel bukit harus ada data elevasinya.
- Overlap peta sebesar 5 cm.
- Gambar dan keterangan mengenai kampung, sungai, jalan, sawah, bangunan
dan detil lainnya dicantumkan secara jelas.
- Interval kontur untuk peta ikhtisar diambil 2,5 meter untuk daerah datar dan 5
meter untuk daerah berbukit.
- Format gambar dan etiket peta sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
- Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon Raai digambar dengan
sistem koordinat.
- Skala penggambaran untuk penampang melintang daerah genangan adalah 1
: 500 untuk skala horisontal dan 1 : 200 untuk skala vertikal.

USULAN TEKNIS- 118


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

- Skala penggambaran profil memanjang adalah 1: 500 skala horisontal dan


skala 1 : 200 untuk daerah tapak dan genangan.

INVESTIGASI TANAH

Penyelidikan mekanika tanah di lapangan, kegiatan penyelidikan dilakukan pada lokasi-


lokasi yang akan ditentukan bersama dengan pengawas lapangan. Penyelidikan
lapangan ini terdiri dari :

 SONDIR

Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan tanah/


kekerasan tanah lapisan tanah, pekerjaan ini dilakukan dengan alat sondir atau
Cone Penetrometer Tes (CPT). Hasil cone penetration test disajikan dalam
bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahan konus dan friksi selubung, tes
ini dapat menentukan lapisan lapisan tanah berdasarkan pada korelasi tahanan
ujung konus dan daya lekat tanah setiap kedalam sondir, kemudian dapat digunakan
untuk mengetahui elevasi tanah lapisan keras dan menghitung daya dukung pondasi
yang diletakkan pada tanah tersebut.

Interpretasi hasil sondir didapat dengan mengkorelasikan nilai nilai tahanan konus
(qc) dan friction dengan konsistensi tanah lempung dan kepadatan suatu
lapiasn pasir seperti yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel Hubungan antar konsistensi dengan tekanan konus

Tekanan Konus qc Undrained Cohesion


Konsistensi tanah
( kg/cm2 ) ( T/m2 )

USULAN TEKNIS- 119


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Very Soft < 2,50 < 1,25


Soft 2,50 – 5,0 1,25 – 2,50
Medium Stiff 5,0– 10,0 2,50 – 5,0
Uji penetrasi kerucut statis atau uji sondir banyak digunakan diindonesia, di samping
uji SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi kepadatan
tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah – tanah
berkerikil dan berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena
mengalami kesulitan dalam menembus tanah. Nilai –nilai tahanan kerucut statis atau
tahanan konus (q˛) yang diperoleh dari pengujian, dapat dikorelasikan secara
langsung dengan kapasitas dukung tanah dan penurunan pada fondasi – fondasi
dangkal dan fondasi tiang. Ujung alat ini terdiri dari kerusut baja yang mempunyai
sudut kemiringan 60°dan berdiameter 35,7 mm atau mempunyai luas tampang 1000
mm². Salah atu macam alat sondir dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
mengukur tahanan ujung dan tahanan gesek dari selimut silinder mata sondirnya.

Cara penggunaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekanan dan mata sondir
secara terpisah, melalui alata penekanan mekanis atau dengan tangan yang
memberikan gerakan kebawah. Kecepatan penekanan kira – kira 10 mm/detik.
Pembacaan tahanan kerucut statis atau tahan konus dilakukan dengan melihat arloji
pengukur. Nilai q˛ adalah besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas
penampangnya. Pembacaan arloji pengukur, dilakukan pada tiap – tiap penetrasi
sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesek selimut alat sondir dicatat. Dari
sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau tahanan konus yang menyajikan
nialai ke duanya.

USULAN TEKNIS- 120


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan
Campanella (1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q˛) dengan rasio gesekan
Rf, untuk mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, Rf adalah rasio gesekan
( Fricition ratio ) yang merupakan perbandingan antara gesekan selimut local, fs
( gaya gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimutnya atau
disebut gesek satuan ) dengan tahanan konus q˛ atau rasio gesekan dinyatakan
oleh persamaan:

Rf = fs/q˛ x100%

USULAN TEKNIS- 121


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Mesin pembeban hidraulik

Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:

a) Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang
diletakkan pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak bergerak pada
waktu pengujian;
b) Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan hidraulik
yang dapat digerakkan naik/turun;
c) Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi
dorong dan penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang
dalam dan pipa dorong;
d) Pada penekan hidraulik terpasang 2 buah manometer yang digunakan untuk
membaca tekanan hidraulik yang terjadi pada waktu penekanan batang dalam,
pipa dorong dan konus (tunggal atau ganda). Untuk pembacaan tekanan
rendah disarankan menggunakan manometer berkapasitas 0 Mpa s.d 2 MPa
dengan ketelitian 0,05 Mpa. Untuk pembacaan tekanan menengah digunakan
manometer berkapasitas 0 MPa s.d 5 MPa dengan ketelitian 0,05 MPa, dan
untuk pembacaan tekanan tinggi digunakan manometer berkapasitas 0 MPa s.d
25 MPa dengan ketelitian 0,1 MPa.

USULAN TEKNIS- 122


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda)

Peralatan Pengujian

Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

USULAN TEKNIS- 123


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

a) Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %;


b) Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik:
- untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %;
- untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;
c) Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan
dilengkapi alat yang sesuai, seperti mesin pembeban hidraulik;

Rincian penekan hidraulik

d) Alat perlengkapan mesin pembeban harus mempunyai kekakuan yang


memadai, dan diletakkan di atas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah
pada waktu pengujian;
e) Pada alat sondir ringan (< 200 kg) biasanya tidak dapat tembus untuk 2 m s.d 3
m sehingga datanya tidak bermanfaat;
f) Pada alat sondir berat (> 200 kg) digunakan sistem angker; namun di daerah
tanah lunak tidak dapat digunakan kecuali dengan pemberian beban
menggunakan karung- karung pasir.

USULAN TEKNIS- 124


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

MULAI UJI SONDIR

PERSIAPAN SEBELUM PENGUJIAN

Siapkan lubang sedalam 65 cm untuk


penusukan pertama. PROSEDUR PENGUJIAN (PENEKANAN
Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah PIPA DORONG)
sesuai
letak rangka pembeban.
Dirikan batang dalam dan pipa dorong di
Setel rangka pembeban, sehingga
bawah penekan hidraulik pada kedudukan yang
pembeban berdiri vertikal
tepat.
Pasang manometer untuk tanah lunak 0 s.d
Dorong / tarik kunci pengatur pada kedudukan
2
siap tekan, sehingga penekan hidraulik hanya
MPa dan 0 s.d 5 MPa atau untuk tanah
akan menekan pipa dorong.
keras 0 s.d 5MPa dan 0 s.d 20 MPa
Putar engkol searah jarum jam (kecepatan 10
Periksa sistem hidraulik dengan menekan
s.d 20
piston hidraulik menggunakan kunci
mm/s), sehingga gigi penekan dan penekan
piston, dan bila
hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar
kurang tambahkan oli serta cegah
sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai
terjadinya gelembung udara dalam sistem.
interval pengujian.
Tempatkan rangka pembeban, sehingga
Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan
penekan hidraulik berada tepat di atasnya.
batangdalam dengan menarik kunci pengatur,
Pasang balok-balok penjepit pada jangkar
sehingga penekan hidraulik menekan batang
dan kencangkan dengan memutar baut
dalam saja.
pengencang
Sambungkan konus ganda dengan batang
dalam dan batang dorong serta kepala
pipa dorong.
PROSEDUR PENGUJIAN (PENEKANAN
BATANG DALAM)

Baca perlawanan konus pada penekan batang


dalam sedalam kira-kira 4 cm pertama. Baca
jumlah perlawanan geser dan perlawanan konus
padapenekan batang sedalam ± 4 cm yang ke-
dua dan catat pada formulir kolom Tw.

Apakah
LANJUT PENGUJIAN
qc < kapasitas
PADA KEDALAMAN 20
alat?
CM BERIKUTNYA

PERHITUNGAN DAN
PEMBUATAN GRAFIK
Perhitungan formulir 1
Pembuatan grafik hasil uji sondir

SELESAI

Flowchart Pengujian Sondir

USULAN TEKNIS- 125


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

USULAN TEKNIS- 126


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Persiapan pengujian

Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan
linggis sedalam sekitar 5 cm;
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai
dengan letak rangka pembeban;
c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa
untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci
piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara
dalam sistem;
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di
atasnya;
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan
memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat
kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian,
tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
h) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta
kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar
sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa
ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.

Prosedur pengujian

Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20
cm sesuai interval pengujian;

USULAN TEKNIS- 127


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik


kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja;
e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus
berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa
dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.

Pembacaan hasil pengujian

Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut:

a) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira
4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 4) dan catat pada formulir (Lampiran
C) pada kolom Cw ;
b) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan
batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 4) dan
catat pada formulir (Lampiran C) pada kolom Tw.

Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir

USULAN TEKNIS- 128


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Pengulangan langkah-langkah pengujian

Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai perlawanan konus


mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga kedalaman
maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku
baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat.

Penyelesaian pengujian

a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik
kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
b) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

Contoh formulir hasil uji penetrasi konus statik (sondir)

Tabel formulir hasil uji penetrasi konus statik

Lokasi : Penanggung jawab :

No. sondir : Tanggal :


Kedalama fsx20cm Tf kPa-
Cw Tw Kw qc fs Rf
n kPa/100 cm/100

Penguji Penyelia

( ) ( )

USULAN TEKNIS- 129


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 PENGUJIAN LABORATORIUM
a. Penentuan Kadar Air

Tanah asli dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 ± 5o C selama tidak kurang
dari 16 jam. Nilai kadar air yang dinyatakan dalam persen didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat air yang terkandung didalam tanah dengan berat
tanah kering. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2216-80.

b. Penentuan Berat Isi Tanah

Merupakan pengujian rutin dalam setiap pelaksanaan penyelidikan tanah yang


didapatkan dengan menimbang berat massa tanah yang terdapat dalam volume
cetakan (ring baja). Berat isi tanah dinyatakan sebagai perbandingan antara
berat tanah dengan volume tanah, dengan notasi γwet dalam satuan gr/cm3.
Dengan diketahui kadar air dalam tanah, maka dapat ditentukan pula besarnya
berat isi tanah kering dengan menggunakan rumus

USULAN TEKNIS- 130


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

γ wet
γ dry =
( w + 1)

Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2937-83.

c. Penentuan Berat Jenis Tanah

Dalam pengujian ini digunakan contoh tanah terganggu yang sudah dikeringkan
menggunakan oven. Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini berupa
piknometer dengan kapasitas 50 ml. Berat jenis tanah didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat isi kering butiran tanah dengan berat isi air suling
pada suhu 4o C. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 854-83.

d. Permeabilitas Tanah

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien rembesan dari tanah (k).
Pengujian untuk tanah yang bersifat lempung menggunakan alat uji
permeabilitas dengan tinggi tidak tetap (falling head permeability test). Metode
pengujian mengikuti aturan ASTM D 2434-68.

USULAN TEKNIS- 131


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

e. Pengujian Konsolidasi

Pengujian konsolidasi silakukan untuk memperolah nilai koefisien konsolidasi


(Cv), indeks pemampatan (Cc) dan besarnya angka pori awal (eo). Benda uji
yang sudah dijenuhkan diberi tegangan secara bertahap mulai dari 0,25 kg/cm2
sampai dengan 8,0 kg/cm2, dimana pada masing-masing pembebanan dicatat
besarnya penurunan yang terjadi pada waktu 0.25, 1.00, 2.15, 4.00, 6.15, 9.00,
12.15, 16.00, 25.00 dan 36.00 menit. Dengan menggunakan cara Taylor
diperoleh waktu yang diperlukan untuk terjadinya derajat konsolidasi sebesar
90% yang disebut dengan T90, yang digunakan untuk menentukan besarnya
nilai Cv dan Cc. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2435-80.

f. Kuat Tekan Bebas

Pengujian kuat tekan bebas (unconfined test) dilakukan untuk memperoleh nilai
kohesi tanah (c), dengan sudut geser tanah () yang mendekati (0) nol.
Percobaan ini sangat sesuai untuk mencari nilai kohesi tanah (c) untuk tanah
berbutir halus (lanau-lempung). Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D
2166-85.

g. Pemadatan Tanah Standar

Pengujian konsolidasi dilakukan untuk memperoleh nilai kadar air optimum


(wopt) dan berat isi kering maksimum tanah yang sudah dipadatkan (γdry maks).
Benda diuji dibuat dalam ukuran (mold) standar dengan ukuran tinggi cetakan
11,5 cm dan diameter 10,5 cm dengan jumlah lapis 3 lapisan dan jumlah
tumbukan 25 kali tiap lapisnya, sedangkan berat penumbuk standar sebesar 2,5
kg. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 1556.

INVESTIGASI KONDISI EKSISTING

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data primer keadaan lapangan yang kemudian
akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan tahapan kegiatan perancangan berikutnya.
Untuk pekerjaan perancangan struktur ini, survey yang dilakukan adalah survey
ketersediaan bahan-bahan bangunan setempat, survey demografis/keadaan
kependudukan disekitar lokasi pekerjaan, survey kondisi geometeorologi dan keadaan
seismic.

USULAN TEKNIS- 132


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

a. Seismo-Geometorologi

Data seismic dan geometeorologi diperoleh dengan melakukan study atas sumber-
sumber sekunder yang dipublikasi oleh badan-badan resmi yang berwewenang
pada hal-hal dimaksud.

b. Survei Demografis

Survei ini bertujuan untuk memperoleh dokumentasi keadaan kependudukan,


termasuk kepemilikan lahan dilokasi pekerjaan. Survei ini dilakukan secara sekunder
seperti survey geometeorologi.

c. Ketersediaan Bahan-Bahan Bangunan Lokal

Survey ini bertujuan untuk memperoleh data tersedianya bahan-bahan bangunan


disekitar lokasi pekerjaan yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan konstruksi, baik
bahan-bahan sumber alam maupun bahan bangunan yang disediakan masyarakat
setempat. Survei ini dilakukan dengan cara pengamatan lapangan dan investigasi
langsung pada masyarakat setempat (wawancara).

PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN

kriteria dibidang perencanaan pembangunan gedung yang harus menjadi perhatian


dari Konsultan Perencana adalah :

 ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN


 Dalam hal Perencanaan site, luasan maupun
bentuk dan penampilan arsitektur modern dengan
tidak meninggalkan ciri khas / budaya lokal.
 Perencanaan juga harus menunjang kemungkinan
pengembangan fasilitas/sarana dari bangunan
dimaksud yang akan datang serta kemungkinan
pentahapan pelaksanaan pembangunannya.
 Menjamin terwujudnya Tata Ruang Hijau yang
dapat memberikan keseimbangan dan keserasian
bangunan terhadap lingkungannya.
 Menjamin bangunan Gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.

USULAN TEKNIS- 133


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 STRUKTUR BANGUNAN
 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban
yang timbul akibat prilaku alam dan manusia.
 Menjamin keselamatan manusia dan kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
 Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan
oleh kegagalan struktur.

 KETAHANAN TERHADAP KEBAKARAN :


 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat prilaku alam dan manusia.
 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa
sehingga mampu secara struktur, stabil selama kebakaran sehingga:
- Cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman.
- Cukup waktu bagi mobil kebakaran memasuki lokasi kebakaran untuk
memadamkan api.
- Dapat menghindari kerusakan pada property lainnya.

USULAN TEKNIS- 134


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR


 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak,
aman dan nyaman, kedalam bangunan dan fasilitas serta layanan
didalamnya.
 Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat
evakuasi dalam keadaan darurat.
 Menjamin tersedianya aksesbelitas bagi penyandang cacat,khususnya untuk
bangunan bertingkat.
 TRANSPORTASI DALAM GEDUNG
 Tersedianya sarana transportasi yang layak, aman, dan nyaman didalam
gedung
 Tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat.
 Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya
 Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informative didalam
bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat.
 Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila
terjadi keadaan darurat.
 INSTALASI LISTRIK, PENANGKAL PETIR, KOMUNIKASI DAN TSI
 Terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
 Terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dari bahaya
akibat petir.
 Tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai fungsinya.
 Terwujudnya sarana instalasi teknologi system informasi yang memadai dalam
menunjang kelancaran terselenggaranya online integrated system.
 SANITASI DALAM BANGUNAN
 Tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang terselenggaranya
kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara baik.

USULAN TEKNIS- 135


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 VENTILASI DAN PENGKONDISIAN UDARA


 Terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup,baik alam maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara
baik.
 PENCAHAYAAN
 Terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup baik alami maupun buatan
dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai
dengan fungsinya.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan
secara baik.
 KEBISINGAN DAN GETARAN
 Terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara dan getaran
yang tidak diinginkan
 Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak negative suara dan getaran perlu melakukan upaya
pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan lingkungan.
A. TAHAPAN PENGEMBANGAN RENCANA

Adapun jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pra-perencanaan atau pra-
desain antara lain adalah sebagai berikut :

PEMBUATAN SITE PLAN

Pembuatan Site Plan, yang menampilkan gedung rencana, yang sebelumnya dilakukan
kajian terhadap kondisi dan karakteristik site yang meliputi :

 Analisa terhadap Orientasi Matahari


 Analisa terhadap Arah Angin
 Analisa terhadap Kondisi Kemiringan Site.
 Analisa terhadap Kebisingan./Sirkulasi
 Analisa terhadap Lingkungan Sekitar
 Analisa terhadap Kondisi Tanah

USULAN TEKNIS- 136


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Dalam perencanaan site maka faktor yang mendukung termasuk potensi exsisting yang
ada harus dimanfaatkan sebagai elemen pendukung dalam perencanaan Site.

Secara garis besar, faktor-faktor pendukung tersebut :

 Alam : Sinar Matahari, angin dan topografi/countur tanah


 Lingkungan : Pola lingkungan dan view
 Exisisting : Jalan, Jaringan Utilitas, Pohon-pohon, Posisi Site

Gambar berikut adalah salah satu contoh Perencanaan Site yang didasarkan atas
kajian terhadap beberapa faktor pendukung yang telah disebutkan diatas.

Seluruh faktor akan dimanfaatkan untuk membentuk site plan/tapak yang sesuai dengan
kebutuhan bangunan Gedung Rencana dalam perencanaan site bangunan disusun
sebagai berikut :

a. Konsep Makro

Sebagai suatu kompleks Hunian maka perencanaan site plan harus menjadi satu
kesatuan dengan bagunan lainnya sebagai bagian dari sub sistem lingkungan.

- Pola pendenahan perletakan bangunan dan ruangan harus berdasarkan


fungsi dan aktifitas, yang juga harus mampu menampung kemungkinan
pengembangan fasilitas/sarana dari bangunan yang ada dimasa mendatang,

USULAN TEKNIS- 137


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

serta kemungkinan pentahapan pelaksanaan dengan tetap mempertimbangkan


efesiensi penggunaan tanah dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam
master plan.
- Sistem sirkulasi yang akan diterapkan mampu mendukung pola hubungan fungsi
yang jelas dan mengalir sehingga seluruh ruang yang direncanakan dapat
berfungsi secara efektif dan efisien.
- Pencapaian kompleks, akan diupayakan semudah dan senyaman mungkin
dengan memperhatikan peranan dari pintu masuk utama dan pintu samping
(main & site entrance).
b. Konsep Mikro

- Penataan bangunan pada tapak menuju pada perkembangan yang dinamis


baik secara kualifikasi maupun kuantitas dengan tetap memperhatikan fisik tapak
dan orientasi.
- Penyusunan pola massa disamping berpedoman pada sifat dan hubungan
aktifitas kegiatan yang ada, juga didasarkan pada kriteria kebutuhan kelompok
fungsi di dalam bangunan itu sendiri.
- Kesatuan tata massa juga diciptakan melalui dukungan elemen- elemen
perancangan, termasuk sistem utilitas, tata ruang luar dan penghijauan.
- Penampilan arsitektur secara keseluruhan kompleks mencerminkan adanya
kesatuan yang harmonis/keserasian dengan lingkungannya ddan memunculkan
budaya arsitektur lokal yang menarik dan bernilai.

PERENCANAAN BANGUNAN

Perencanaan Bangunan meliputi pembuatan gambar Pra Disain (sebagai bahan diskusi
dan presentasi) dan Gambar Disain beserta Detail-Detail Konstruksinya, pembuatan
Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS), pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB),
Perhitungan Struktur, Gambar Perspektif dan Laporan-Laporan Perencanaan,
Pembuatan Disain Pelataran Parkir, Pembangunan Disain jalan, Disain Pagar, conblok
canstin, penataan halaman, Pos Jaga dan sebagainya.

Pembuatan Disain Saluran Drainase dan gorong-gorong.Penempatan, Septick Tank,


Tangki air, Penangkal Petir dan sebagainya.

USULAN TEKNIS- 138


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

B. TAHAPAN RENCANA DETAIL


PENGEMBANGAN RENCANA BANGUNAN

Sesuai dengan dasar falsafah sebagaimana bangunanan fasilitas hunian lainnya, maka
secara umum penampilan bangunan memberikan kesan menarik nyaman dan terjamin
keamanannya, sebagai suatu aspek yang dibutuhkan pada Fasilitas hunian yang sangan
Representatif.

 PENAMPILAN ARSITEKTUR

Pola perencanaan tata ruang akan memperlihatkan aspek efisiensi fungsi melalui
penciptaan ruang-ruang yang tidak terbuang dengan sudut-sudut dinding tidak lebih
kecil dari 90 derajat. Sedangkan penampilan bentuk, mengutamakan keserasian
lingkungan, tanpa meninggalkan ciri-ciri budaya tradisional.

Dalam Visualisasi bangunan Gedung Rencana, disain interior merupakan


pengembangan dari konsep bangunan itu sendiri. Disain interior ini terpadu dengan
perencanaan lingkungan untuk menciptakan efisiensi kerja yang tinggi. Disain
bangunan rencana, harus dirancang agar menimbulkan kesan bahwa gedung
tersebut aman, modern, agresif namun konservatif. Kesan ini harus terlihat mulai dari
pintu masuk gedung, loby, dan ruang-ruang lainnya.

USULAN TEKNIS- 139


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Bangunan Gedung Rencana harus menjunjung tinggi pentingnya lingkungan


kerja yang efisien untuk menimbulkan kreativitas bagi penghuninya. Hal inilah yang
melandasi kerangka kerja disain ruang, disain interior harus merupakan paduan
harmonis antara pemakai ruangan, furniture, warna-warna dan penerangan dengan
disain dari bangunan itu sendiri. Kombinasi dari unsur-unsur tersebut menghasilakan
bangunan untuk aktifitas hunian yang mencerminkan identitas baru yang normative.

 PERENCANAAN RUANGAN

Prinsip dasar pengembangan perencanaan ruangan adalah untuk memberikan kesan


yang hangat dan berwibawa serta memberikan kemungkinan terhadap perubahan-
perubahan diwaktu mendatang. Pendekatan ini membagi ruang hunian dalam dua
kategori, yakni:

USULAN TEKNIS- 140


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

1) Permanen Dan Fleksibel

Citra yang ramah dapat dilihat dari ruangan-ruangannya yang indah dan
menyenangkan untuk dimasuki, mulai dari pintu masuk dilantai dasar menuju
keloby , kemudian ke Ruangan Kamar masing- masing.

Ruang disamping loby dan ruang aktivitas pegawai, teras, toilet, gudang, parkir,
merupakan ruang permanent.

2) Penampilan Bangunan Secara Total

Konsep dari Penampilan bangunan secara Total dapat diartikan bahwa kondisi
nyata bangunan yang ada dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pengguna gedung.

Peneliti dari CBPD mengidentifikasi enam criteria penampilan bangunan yang


baik, yang mempunyai kualitas tinggi sebagai ruang kerja. Kriteria tersebut adalah
:

a. Kualitas Panas (thermal)

Biasanya masalah yang timbul adanya sumber panas dari peralatan kantor,
radiasi dari efek panas didekat peralatan kantor dan tidak adanya atau
kurangnya sirkulasi udara dalam ruangan

b. Kualitas Udara (suhu udara)

Biasanya masalah yang timbul adalah adanya udara/gas yang keluar dari
peralatan kelengkapan ruangan, kabel-kabel, tidak adanya control udara
bersih, penggeseran/perubahan tata letak untuk menghidari silau dari
matahari

c. Kualitas Akustik

Masalah ini timbul karena adanya printer yang tidak menggunakan tutup,
suara dari keyboard dan disk driver dan suara-suara yang ditimbulkan oleh
peralatan yang menggunakan teknologi baru.

d. Kualitas Visual

Masalah timbul karena adanya silau dari jendela, pantulan dari lampu dan
jendela pada layer monitor, sakit kepala/pusing dan sakit mata/lelah karena
konsentrasi mata kelayar monitor yang terus menerus.

USULAN TEKNIS- 141


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

e. Kualitas Spasial/Ruangan

Adanya kabel-kabel yang terbuka, dan penggantian kabel, kertas-kertas dari


printer yang berlebihan diatas meja, tempat kerja yang tertutup peralatan
kantor, tempat duduk yang tidak baik terhadap posisi layer monitor sehingga
terjadi kecapaian tangan dan punggung terhadap keyboard dan duduk
berlama- lama diatas kursi.

f. Integritas Bangunan

Masalah timbul karena tidak diperhitungkannya berat dari peralatan kantor


yang akan dipasang/ dipakai dan diperlukannya ruangan yang bebas debu.

 STRUKTUR BANGUNAN

Sebelum dilakukan analisis terhadap Struktur Bangunan terlebih dahulu dilakukan


penelitian terhadap kondisi tanah di lokasi perencanaan. Proses penelitian terhadap
kondisi/struktur tanah (untuk mengetahui daya dukung tanah) dapat dilakukan
dengan melakukan Sondir dan Boring

1) Uraian Umum

Karena tanah tidak homogen dan regangannya tidaklah sama dengan sifat
dinamis benda elastis padat. Tegangan didalam tanah pondasi yang disebabkan
oleh beban garis atau beban merata dengan cara menjumlahkan tegangan-
tegangan akibat

beban terpusat yang bekerja pada permukaan tanah atau didalam tanah.

Ada semacam gejala yang sering tampak apabila penimbunan dilakukan pada
lapisan bawah, pondasi lapisan tanah jelek. Tanah mempunyai sifat untuk
meningkatkan kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat tekanan.
Apabila beban yang bekerja pada tanah pondasi telah melampaui daya
dukung batasnya/tegangan geser yang ditimbulkan didalam tanah pondasi
melampaui ketahanan geser tanah pondasi, maka akan berakibat keruntuhan
geser dari tanah pondasi

2) Uraian Khusus

Tanah pondasi biasanya merupakan bahan yang susunannya amat rumit dan
beraneka ragam . Walaupun sifat fisik dan mekaniknya dapat diketahui dengan
penyelidikan tanah atau pengujian tanah, namun hasilnya tidak sesuai benar

USULAN TEKNIS- 142


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

dengan kenyataannya. Tidak seperti pada beton atau baja yang hasil
penyelidikannya dan pengujiannya dapat dipercaya.

Data pemboran lapisan geologi atau hasil pengujian tanah adalah hanya pada
suatu titik yang dipilih sembarang, sehingga untuk mengambil kesimpulan
apakah hanya itu merupakan sifat-sifat keseluruhan tanah pondasi, harus diteliti
berdasarkan latar belakang geologi mengenai pembentukan tanah pondasi
tersebut.

Untuk melaksanakan survey pada tanah dasar yang jelek, maka dianjurkan
cara kerjanya sebagai berikut :

Mula-mula harus dilakukan survey pendahuluan untuk mengetahui penyebaran


lapisan tanah yang buruk dan garis besar sifat mekanik setelah mempelajari sifat-
sifat dinamik struktur berdasarkan survey pendahuluan.

Kedua dengan ketelitian yang lebih tinggi adalah dengan pemeriksaan secara
kasar mengenai daya dukung tanah atau penurunan, yakni untuk menjernihkan
hal-hal yang meragukan sehingga dapat disediakan hasil-hasil penyelidikan atau
pengujian untuk analisa dinamik bagi perencanaan.

Perancangan structural suatu struktur bangunan gedung adalah suatu kegiatan


prosedural sekuensial yang menyeluruh/komprehensif, meliputi beberapa aspek dan
bertujuan untuk menghasilkan suatu perangkat dokumen perencanaan yang
kemudian berperan sebagai pedoman, aturan, batasan bagi pihak pemilik
bangunan dan pelaksana konstruksi dalam melakukan pekerjaan konstruksi
merealisasikan struktur bangunan yang didinginkan. Kegiatan perancangan ini
meliputi beberapa tahapan sekuensial yaitu, survey,penentuan alternative
rancangan, pemilihan rancangan, penghitungan perancangan dan
dokumentasi hasil rancangan.

Bagian ini akan memaparkan tahapan perencanaan struktural yang diperlukan


dalam perancangan struktur gedung yang akan direncanakan.

1) Penentuan Alternatif Rancangan


Tahap penentuan Alternatif Rancangan adalah suatu tahapan dalam keseluruhan
kegiatan perancangan structural bangunan gedung yang didalamnya dilakukan
penentuan alternative-alternatif rancangan berdasarkan dokumentasi hasil
kegiatan tahapan survey.
a. Bangunan Atas

USULAN TEKNIS- 143


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Study teknis atas dokumentasi hasil survey dapat mengindikasikan bahwa


untuk bangunan atas, jenis-jenis berikut ini adalah efisien dan dapat dipilih
untuk konstruksi bangunan Gedung yang akan direncanakan :
- Struktur Portal beton bertulang untuk frame utama Bangunan
Gedung
- Beton dengan mutu/kekuatan normal dapat dipakai untuk konstruksi ini.
Mutu beton yang diusulkan adalah (20 MPa, 25MPa,30 MPa).
Terhadap beban seismic,portal daktilitas penuh adalah cukup tepat untuk
struktur bangunan ini.
- Struktur Portal Baja untuk frame utama Bangunan Gedung
- Alternatif yang lain adalah portal baja untuk struktur bangunan gedung.
Mutu baja yang diusulkan adalah ST.37 (= 1600kg/cm²). Terhadap
pembebanan seismic dan pembebanan lateral lainnya beberapa jenis
portal yang dapat dipilih untuk struktur utama bangunan gedung ini adalah
Portal Baja Lentur.
- jika struktur bangunan atap tudung diperlukan maka rangka batang
kayu atau rangka batang baja dapat dipilih sebagai struktur rangka atap
gedung ini.
- Struktur sekunder yang terpisah dari Struktur Utama.
Agar prilaku struktur utama terhadap pembebanan seismic dapat
diprediksi dengan baik , struktur-struktur sekunder seperti tangga, menara,
bingkai jendela dan panel kaca atau panel dari bahan-bahan getas lainnya,
dipisahkan secara structural dari struktur utama.Koneksi fleksibel pada badan
bangunan dapat diadakan pada posisi yang tepat jika denah bangunan
sedemikian rupa sehingga tanpa koneksi fleksibel prediksi prilaku seismic
bangunan tak dapat dipastikan.
b. Bangunan Bawah
Studi teknis atas dokumentasi hasil studi eksplorasi tanah mengindikasikan
bahwa jenis-jenis struktur dan ketentuan-
ketentuan strukturil berikut ini diperlukan dan dapat dipilih bagi konstruksi
bangunan bawah gedung yang akan direncanakan :
 Fondasi Telapak
Masyarakat konstruksi di Kupang dan daerah sekitarnya lebih mengenal
pondasi jenis ini dengan nama Footplat. Pondasi ini mentransfer beban
bangunan atas dari kolom kelapisan tanah pendukung melalui suatu

USULAN TEKNIS- 144


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

telapak beton bertulang. Pondasi ini dapat dipilih bagi tanah dengan daya
dukung sedang atau tinggi, dengan lapisan tanah keras/pendukung tidak
lebih dalam dari 2,4 m di bawah permukaan tanah.
 Pondasi Lajur Beton
Pondasi ini mentransfer beban bangunan atas dari kolom- kolom struktur
bangunan atas kelapisan tanah pendukung melalui suatu system balok
beton brtulang yang dibangun mengikuti lajur denah dinding bangunan.
Pondasi jenis ini dapat dipilih sebagai struktur pondasi jika tanah
pendukung adalah tanah lunak dan ada kemungkinan terjadi perbedaan
penurunan akibat perbedaan kecepatan konsolidasi diantara titik-titik
beban pada lapisan tanah pendukung atau akibat pembebanan tak
seragam dari kolom-kolom bangunan atas.
 Pondasi Tiang
Pondasi jenis ini mentransfer beban bangunan atas dari kolom kelapisan
tanah pendukung melalui tiang-tiang structural yang dipasang dibawah
kolom. Pondasi ini menjadi pilihan jika tanah pendukung adlah tanah
lunak/sangat lunak dan kedalaman muka air tanah tidak terlalu dalam.
Jika lapisan tanah pendukung berada pada kedalaman sekitar 4 s/d 12
meter dibawah permukaan tanah maka jenis borred pile, atau sumuran
dari bahan beton, dapat dilipilih untuk pondasi bangunan ini. Jika
kedalaman tanah keras berada lebih daripada 12 meter dibawah
permukaan maka pondasi tiang jenis Tiang Pancang haruslah dipilih
sebagai pondasi bangunan ini. Pondasi
tiang pancang kayu, beton bertulang atau baja dapat menjadi alternative
pondasi bangunan ini.
 Pondasi Pelataran ( Bassement Foundation )
Pondasi jenis ini mentransfer beban bangunan atas kelapisan tanah
pendukung melalui struktur plat. Pada umumnya dari beton bertulang
yang dibangun pada daerah denah bangunan dibawah struktur bangunan
atas. Pondasi jenis ini dipilih jika bangunan berada diatas tanah yang
sangat lunak, dan berplastisitas yang besar. Pondasi jenis ini cukup
baik untuk mengatasi masalah structural yang ditimbulkan oleh perbedaan
penurunan. Pondasi pelataran ini juga dapat memberikan tambahan ruang
bawah tanah sebagai suatu pelataran (basement), sehingga pondasi ini
disebut Pondasi Pelataran.

USULAN TEKNIS- 145


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

2) Pemilihan Rancangan
Pada tahap ini diadakan perhitungan preliminaries atas alternative- alternatif
rancangan yang dikemukakan pada tahap Penentuan Alternatif Rancangan,
untuk menentukan alternative rancangan yang terpilih. Pertimbangan pemilihan
alternative rancangan didasarkan menurut prioritas berturut-turut pada hal
kekuatan, kestabilan, keawetan, ekonomis dan keindahan.
a. Kekuatan
Suatu system struktur harus mampu memikul semua beban yang akan
membebani struktur tersebut seumur hidup, tanpa mengalami kegagalan
struktur: hancur, rubuh dan yang lain serupa itu, yang sedemikian sehingga
struktur tersebut tidak dapat memberikan kegunaan, tidak dapat berfungsi
sebagaimana dimaksudkan dan diharapkan.
b. Kestabilan
Suatu system struktur yang tidak akan mengalami perpindahan seluruh atau
bagian-bagiannya ketika dibebani, yang sedemikian sehingga tidak dapat
memberikan kegunaan dan tidak dapat berfungsi sebagaimana yang
dimaksudkan dan diharapkan darinya. Ketidakstabilan suatu struktur dapat
berupa berguling, berpindah, bergetar, melendut dll.
c. Kenyamanan
Suatu system struktur yang tidak berperilaku sedemikian sehingga
memberikan ketidaknyamanan kepada pemakai/penghuni struktur tersebut.
Ketidaknyamanan dapat terjadi jika struktur terlihat melendut dengan
lendutan yang ekstrim, bergetar atau berguncang dengan vibrasi yang
besar, memiliki bagian-bagian yang menonjol atau bergantung di atas tempat
penghunian dll.
d. Keawetan
Suatu system struktur dengan bahan yang tahan terhadap pengaruh merusak
dari lingkugan sekitarnya.
e. Ekonomis
Suatu system struktur yang berharga terjangkau baik dalam konstruksi,
pemakaian maupun pemeliharaannya. Termasuk dalam pokok ini adalah
struktur yang dapat dibangun dengan tidak terlalu sukar, dan dapat dijangkau
oleh pengguna/pemakai.
f. Keindahan

USULAN TEKNIS- 146


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Suatu system struktur yang memiliki bentuk dan penampilan teksturall


yang serasi dengan keindahan lingkungannya, indah dan menarik hati.
Berdasarkan dokumentasi hasil kedua tahapan sebelumnya dan dengan
mengacu pada pokok-pokok pemilihan rancang atas, dilakukan perhitungan
preliminaris untuk memilih alternatif rancangan yang unggul.

3) Perhitungan Rancangan
Pada tahap ini, dilakukan perihtungan-perhitungan yang lengkap dan teliti
(rigorous) atas rancangan terpilih untuk memastikan kekuatan, kestabilan dan
kenyamanan. Pada tahap ini pula dilakukan perubahan-perubahan
perbaikan atas rancangan terpilih sesuai performansi struktur yang diharapkan,
sehingga dari tahapan ini akan dihasilkan rencana bentuk dan keadaan akhir
bangunan. Perhitungan rancangan meliputi perhitungan perencanaan kekuatan
dan kestabilan struktur, perhitungan biaya bangunan.
a. Perencanaan Bangunan Atas
Dewasa ini beberapa metode canggih telah tersedia dalam bentuk piranti
lunak analisa struktur dan dapat dipakai untuk maksud ini. Beberapa piranti
lunak untuk analisa desain struktur tersebut antara lain Structural Analysis
Program (SAP). Metoda-metoda konvensional untuk maksud ini adalah antara
lain Momem Distribution Method yang biasa dikenal dengan cara cross,
takabeya dll.
b. Perencanaan Bangunan Bawah
Perencanaan bangunan bawah dapat pula dilakukan dengan piranti lunak-
piranti lunak yang disebutkan di atas. Pada umumnya analisa dan desain
bangunan bawah tidaklah serumit pada bangunan atas sehingga metoda-
metoda konvensional masih dapat dipakai dengan tidak terlalu memberatkan
dan menyulitkan untuk maksud ini.

4) Dokumentasi Hasil Rancangan


Perhitungan perencanaan kekuatan dan kestabilan struktur didokumentasi
dalam tiga atau empat dokumen yaitu, Analisa dan Desain Struktur, Gambar
Rencana, Rencana Kerja, dan Syarat- Syarat. Jika diperlukan maka pada
ketiga dokumen ini ditambahkan ketentuan pemeliharaan bangunan.
Perhitungan biaya bangunan didokumentasi dalam rencana Anggaran Biaya
Bangunan (RAB).

USULAN TEKNIS- 147


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

a. Analisa dan Desain Struktur


Dokumen ini berisi seluruh perhitungan analisa dan desain kekuatan dan
kestabilan struktur.
b. Gambar Rencana
Dokumen ini adalah gambar teknis yang lengkap, yang menunjukkan ukuran,
bentuk, cara pemasangan dll dari setiap elemen struktur bangunan yang akan
di bangun.
c. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Dokumen ini berisi segala ketentuan terperinci pelaksanaan pekerjaan
konstruksi bangunan secara praktikal/operasional. Hal-hal yang diatur dalam
RKS ini adalah mutu (kekuatan dan keawatan) struktur yang dapat dipakai
atau yang harus dicapai, metoda pelaksanaan dan ketentuan/syarat-syarat
palaksanaan konstruksi bangunan dimaksud.
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Dokumen ini berisi perhitungan biaya dari konstruksi bangunan dimaksud.
Biasanya RAB hanya berisi perhitungan biayakonstruksi bangunan, akan
tetapi sebenarnya RAB harus memuat perhitungan biaya seluruh
pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan bangunan yaitu biaya survei dan
perencanaan, biaya konstruksi dan biaya pemeliharaan.

 BAHAN MATERIAL
Bahan atau material yang akan digunakan disamping dari segi keawetan, akan
mempertimbangkan pola penggunaan bahan. dari segi arsitektural, maka
penggunaan material diserasikan dengan faktor lingkungan, cuaca (iklim) dan
seharmonis mungkin dengan tetap memberikan kesan menarik untuk mendukung
penampilan bangunan dengan budaya lokal.

 PERENCANAAN UTILITAS
Suatu Sistem Bangunan Gedung Rencana memiliki empat komponen penting
yaitu (1). Sistem Otomatisasi Hunian, (2). Sistem Otomatisasi Bangunan,(3). Fasilitas
Telekomunikasi dan (4). Engineering Bangunan yang terdiri atas Arsitektur
Bangunan, Lingkungan Bangunan dan Struktur Bangunan.
Disamping empat komponen utama diatas agar suatu bangunan i dapat bekerja
dengan baik diperlukan banyak komponen pendukung lainnya. Komponen
pendukung ini tidak bisa diabaikan, karena komponen utama tidak akan bisa bekerja

USULAN TEKNIS- 148


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

baik atau bahkan sama sekali tidak bisa bekerja tanpanya. Pada akhirnya pula,
kinerja komponen pendukung ini akan turut menentukan kinerja komponen utama
dari suatu Bangunan.
Oleh karena itu, pembahasan dalam bagian ini akan mencakup semua subsistem
utama dan subsistem pendukung yang dipakai pada Bangunan Gedung. Bahasan
pertama adalah Sistem Otomatisasi Hunian. Subsistem dalam Sistem Otomatisasi
Bangunan yang akan dibahas meliputi Sistem Pengkondisian Udara (Tata Udara),
Sistem Pencahayaan, Sistem Telekomunikasi, Sistem Keamanan, dan Sistem
Kebakaran. Pembahasan meliputi cara kerja secara umum, control yang dipakai, dan
peralatan yang digunakan. Selanjutnya system pendukung yang akan dicakup
meliputi Sistem Kelistrikan, Sistem Suplai Air, system Pengkabelan, Sistem Tata
Suara dan terakhir Sistem Transportasi.
1) Sistem Otomasi Hunian
Gedung Rencana dirancang untuk menampung otomasi komunikasi yang
canggih. Tulang punggung system ini disebut Broadband Local Area Network
(Boardband LAN) yang memungkinkan tercapainya fleksilibitas maksimal.
Sebagai alat penunjang, dalam gedung pemerintahan juga terpasang Sistem
Manajemen Informasi/Management Information System (MIS). Keuntungan Local
Area Network (LAN) dan MIS adalah :
1. Setiap orang yang menggunakan Personal Computer (PC) atau terminal
dapat secara mudah berhubungan dengan mainframe.
2. Printer dapat ditempatkan dimana saja.
3. PC dapat berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa 75% informasi digunakan dalam divisi yang sama,
15% digunakan dalam gedung yang sama, dan 10% digunakan untuk keluar
gedung. Jaringan LAN yang terpasang digedung bank,memiliki keuntungan
jangka panjang sebagai berikut :
1. Peralatan dapat dipindahkan dengan mudah. Setiap Floor Outlet Box (FOB)
disetiap lantai dapat menerima suatu terminal, PC, atau printer.
2. Dapat mnggunakan printer dengan type yang hemat biaya.
3. Biaya sambungan PC ke Komputer mainframe dapat dihemat sampai 50%.
Sistem akan menciptakan “bangunan tanpa kertas di gedung ini dengan tidak
menggunakan lagi kertas untuk komunikasi dalam gedung. Electrinic mail (e–
mail) adalah bagian dari paket peranti lunak Sistem Penerima (Reception
System) yang dipadukan dengan LAN dan sistem telepon. Hal ini memungkinkan

USULAN TEKNIS- 149


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

direkamnya sistem telepon, pemesanan ruang rapat, pemberitahuan kedatangan


tamu, dan sebagainya
Dalam operasi perkantoran internasional modern fasilitas audio-visual canggih
pada semua ruang rapat utama biasa digunakan.Sistem ini akan dapat
diintegrasikan langsung pada LAN dan memiliki kemampuan yang sudah
terpasang didalamnya, sehingga dapat meningkatkan kecanggihan decision room
bilamana diperlukan.
a. Jaringan Komputer Lokal
Jaringan Komputer Lokal (Local Area Network/ LAN) merupakan suatu sistem
komunikasi data yang menghubungkan computer atau peralatan komunikasi
data dengan kecepatan taransmisi yang tinggi dalam suatu gedung baru di
dalam kompleks bangunan.
LAN dapat dirancang dengan bermacam teknologi dan disusun dengan
konfigurasi berbeda. Beberapa alasan dalam pemilihan LAN adalah :
1. Untuk menghubungkan sekumpulan computer yang berbeda pada satu
atau beberapa gedung yang berdekatan .
2. Untuk mengambil keuntungan dari pembagian fungsi komputasi
karena adanya beberapa computer yang mengerjakan tugas
berbeda-beda.
LAN dapat diklasifikasikan dalam 3 cara, yaitu :
1. Menurut media transmisi yang digunakan.
Media yang digunakan mencakup kabel koaksial, twisted pair cable,
transmisi radio, dan optic fibre (serat optic).
2. Menurut topologi jaringan.
Hal ini berkaitan dengan cara mengintegrasikan peralatan komunikasi
data dalam suatu jaringan. Jenis topologi jaringan yang dapat digunakan
antara lain ;Star, Loops, Bus, Tree, dan Mesh.
3. Menurut model transmisinya.
Hal ini berkaitan dengan cara menyampaikan informasi dari suatu tempat
ke tempat lainnya.

b. Media Transmisi
Media transmisi merupakan factor penting untuk dipertimbangkan dalam
penggunaan LAN karena kinerja yang baik dari LAN bergantung pada
karateristik media transmisi yang cocok. Faktor-faktor lain yang harus

USULAN TEKNIS- 150


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

dipertimbangkan dalam memilih media transmisi yang akan digunakan


diantaranya ;
1. Bandwidth
Bandwidth merupakan lebar bidang frekuensi yang dapat digunakan
secara efisien oleh system. Secara tidak langsung bandwidth merupakan
ukuran dari kecepatan transmisi yang dapat didukung oleh sistem karena
makin tinggi kecepatan transmisi yang digunakan, makin besar
bandwidth yang diperlukan.
2. Konektivitas
Ada beberapa media transmisi yang cocok dipergunakan sebagai
penyalur informasi yang menyebar (troadcast information), dan adapula
yang cocok dipergunakan dalam hubungan point to point. Beberapa media
juga memerlukan peralatan tambahan sebagai pengulang (repeater) untuk
menyampaikan sinyal jarak jauh.
3. Luas wilayah cakupan
Jarak maksimum antar stasiun dalam suatu saluran luas wilayah yang
dapat dicakup oleh LAN tanpa kehilangan kekuatan sinyal atau
pengurangan kualitas pelayanan, tidak bergantung hanya pada
karateristik media transmisi saja.
4. Noise Immunity
Media transmisi yang ideal digunakan untuk mnyalurkan informasi adalah
media yang bebas dari interfensi luar. Namun pada praktiknya
hal ini tidak mungkin diperoleh. Pengurangan noise hanya bisa
ditempuh dengan memilih daerah yang akan dilalui media transmisi
dalam noise yang rendah.
5. Keamanan (security)
Beberapa media transmisi dapat memancarkan sinyal kedaerah
sekelilingnya sehingga memungkinkan sinyal yang sedang ditransmisikan
akan ditangkap orang yang tidak berkepentingan. Pemilihan jenis media
transmisi harus diawali dengan analisa kebutuhan, yaitu memusatkan
perhatian terhadap pengaruh noise dari lingkungan, kebutuhan akan
kerahasiaan, dan jarak antar terminal.
c. Topologi LAN
Dalam teknologi LAN dikenal beberapa macam topologi yang masing- masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Macam-macan topologi tersebut adalah :

USULAN TEKNIS- 151


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

1. Topologi Star
Topologi Star merupakan topologi yang sudah pada umumnya. Sistem
telepon dikonfigurasikan sebagai Star dengan saluran- saluran
transmisinya yang dihubungkan dari sentral Switcing (tombol) ke
setiap pemakai. Jaringan komputer topologi Star tersebut analog
dengan system telepon, tetapi yang bertindak sebagai sentral adalah
sebuah host computer dengan berbagai perlengkapannya yang
meliputi ; hard disk, program aplikasi, program control, dan lain lain.
Kebaikan topologi ini yaitu, (1) transfer file cepat, (2) kendali file terpusat
(3) implementasinya mudah karena tiap stasiun langsung dihubungkan
ke prosesor, (4) antar muka jaringan (network interface) lebih
sederhana dan biasanya lebih murah disbanding topologi ring atau bus (5)
cocok untuk sistem dengan jumlah staiun kecil. Sedangkan kelemahannya
adalah: (1) pusat merupakan titik kegagalan system dan (2) memerlukan
lebih banyak kabel dibanding topologi lain.
2. Topologi Ring
Dalam topologi ring, paket data berputar kesatu arah sepanjang ring.
Pengulang bank (intelligent repearter) dibutuhkan oleh setiap node untuk
mensirkulasikan paket data sepanjang ring. Repeater ini mempunyai
fungsi melakukan receive transmission, listen, dan forward, serta
melakukan by pass apabila stasiun tempat repeater rusak. Dalam topologi
ring, pengaksesan media dapat dilakukan dengan menggunakan bit-bit
tertentu yang disebut token, yang berputar sepanjang ring. Apabila
sebuah stasiun ingin mengirimkan data, maka harus menunggu sampai
token itu tampak, kemudian token akan mengirimkan datanya ke saluran.
Kebaikan topologi ring adalah: (1) Jarak antar node bisa lebih jauh
dibanding topologi lain, karena setiap node memberikan sinyal secara
tetap; dan (2) baik untuk instalasi yang besar. Sedangkan kelemahannya
yaitu; (1) apabila repeater rusak, system akan terganggu ; (2) kinerja
system akan dipengaruhi oleh penambahan atau pengurangan node; (3)
sulit menambah node karena system harus dimatikan dahulu; dan (4)
karena masing-masing node memerlukan repeater, maka harga system
akan menjadi mahal.
3. Topologi Bus

USULAN TEKNIS- 152


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Topologi Bus menggunakan satu kabel panjang tempat node-node


dihubungkan. Dalam topologi ini, node bisa merupakan computer yang
dihubungkan langsung dengan bus, atau multistation melalui perantara
cluster box (terminal server). Selain itu, paket-paket data ditransmisikan
secara broadcast sehingga seluruh peralatan dapat mengetahui paket
yang sedang dikirim. Hal penting dalam topologi ini adalah terminasi yang
dipergunakan harus mempunyai impedansi karakteristik saluran, yang
berfungsi mencegah terjadinya pantulan sinyal.
Kebaikan dari topologi bus adalah; (1) mudah penyambungannya ; (2)
penambahan atau pengurangan node dapat dilakukan tanpa menggangu
kelancaran system; (3) kerusakan yang terjadi pada node tidak akan
menyebabkan system berhenti bekerja; (4) fleksibilitas pertumnuhan
untuk masa depan cukup tinggi.
Sedangkan kelemahannya : (1) kinerja system akan menurun jika beban
lalulintas bertambah karena mudah terjadi tabrakan sinyal data; (2) biaya
tambahan diperlukan untuk tiap peralatan.
d. Konsep Dasar LAN
Local Area Network mempunyai beberapa karakteristik antara lain ;
1. Kecepatan transmisinya tinggi, yaitu 10 MI/detik sehubungan dengan
antarmuka (interface) antarterminal.
2. Menggunakan komponen berkualitas tinggi supaya jaringan mencapai
realiblitas tinggi.
3. Memiliki pengembangan yang fleksibel yang meliputi fungsigateway
(pintu terbang) ke jaringan telepon.
Dengan beberapa karakteristik di atas, LAN dapat mengubah lingkungan
kerja dan mengurangi keterlambatan proses penyampaian informasi dengan
kecepatan tinggi.
2) Sistem Pengkondisian Udara
Gedung Rencana harus memiliki system manajemen energi yang canggih untuk
kenyamanan dan efisiensi kerja. Gedung ini dapat menerapkan system
pendingin chilled water yang disuplay oleh mesin chiller atau dengan system Air
Cooled . Sistem kontrolnya memakai Variable Air Volume (VAV), yang
dihubungkan dengan sebuah Variable Speed Driver (VSD) pada udara dalam
ruangan sehingga dapat memberikan kesejukan yang sesuai untuk ruangan
tersebut. Hal ini berarti selain memberikan kenyamanan juga penghematan.

USULAN TEKNIS- 153


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Ketika memikirkan masalah lingkungan ruangan dari sebuah bangunan,


pekerjaan tata udara (AC) menjadi hal yang penting. Ada dua klasifikasi standar
lingkungan ruangan, yaitu standar untuk operasional bisa bekerja dengan
nyaman, dan standar berdasarkan pada jenis dan system peralatan yang akan
diinstalasi didalam gedung. Kisaran temperature yang optimal untuk peralatan
otomasi perkantoran adalah 17-28°C, sedangkan kelembaban (Relative of
humidity) yang optimal yaitu 40 - 70%.
a. Sistem Tata Udara yang diperlukan
Spesifikasi system tata udara (AC) yang diperlukan untuk suatu gedung
pemerintahan adalah sebagai berikut :
1. Fleksibilitas
Sistem Tata Udara bergantung pada heat generation yang akan
menaikkan beban biaya serta system on-off dari peralatan yang dipakai
didalam gedung.
2. Individualitas
Pada gedung yang bersekat-sekat, aliran udara akan terganggu. Oleh
karena itu sering dilakukan pemasangan AC secara individual langsung
bagi masing-masing orang.
3. Pengukuran Pendinginan yang simultan dan bebas panas
Khusus untuk daerah peralatan otomasi kantor harus ada zonifikasi tata
udara. Sumber panas dan unit AC hendaknya dipasang sedemikian rupa
sehingga memudahkan pemanasan dan pendinginan.
4. Pengukuran untuk Tata Udara 24 jam
Tata udara gedung berjalan 24 jam, oleh karena itu pendinginan
peralatanpun berjalan selama 24 jam.
5. Keandalan, Keamanan dan kemudahan pemeliharaan
Fasilitas pencegah kebakaran dan disain seismic memerlukan peraturan
pemerintah. Tetapi keamanan merupakan sesuatu yang harus
dipertimbangkan dalam gedung kantor pemerintahan. Oleh karena itu
diperlukan system fasilitas pendingin AC bagi peralatan- peralatan yang
paling penting
6. Kelembaban
Kelembaban ruangan harus dapat diatur dalam standar kenyamanan.
Kelembaban yang terlalu rendah memungkinkan terjadinya electic static.
Sebaliknya bila kelembaban terlalu tinggi bisa menyebabkan penghuni

USULAN TEKNIS- 154


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

berkeringat dan mempercepat kerusakan peralatan yang ada. Akan lebih


baik apabila digunakan metode water spray dengan instalasi system water
treatment. Hal ini akan dapat mencegah bercampurnya zat kalsium dan
magnesium diudara yang bisa mengakibatkan kerusakan bangunan.
Cara kerja system Pengkondisian Udara diatur oleh computer Sistem
Otomasi Bangunan (SOB). Apabila ada karyawan yang masih tinggal
disuatu ruangan sesuai jam kerja, ia dapat memberitahu ruang pusat
kendali (SOB-Room) dengan menekan tombol telepon dan SOB akan
bekerja sesuai dengan permintaan, atau mereka dapat pula langsung
berbicara dengan operator SOB.
b. Air Handling Unit (AHU)
Air Handling Unit (AHU) berguna untuk mendinginkan ruangan disetiap lantai.
Ada tiga jenis AHU, yaitu AHU tipe variable Air Volume (VAV), AHU tipe
Constant Air Volume (CAV), dan AHU tipe Variable Referigerator
Volume (VRV).

3) Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan juga diatur dengan cara yang sama dengan Sistem
Pengkondisian Udara. Setiap lantai memiliki sejumlah sirkit dengan beberapa
pola pencahayaan yang masing-masing dapat diatur secara individual. Digital
Operated Switches (DOS) dapat mengatur pencahayaan dimalam hari. Tombol
memungkinkan pemakai ruangan mengatur pencahayaan alami siang hari
(daylight sensor) dapat mengatur pencahayaan suatu ruangan dengan cara
mematikan pencahayaan secara bertahap.
a. Konsep Perencanaan Pencahayaan pada Otomasi Bangunan
Perencanaan Pencahayaan pada otomasi bangunan meliputi :
1. Kondisi Lampu yang diperlukan
Pekerja pada otomasi bangunan bekerjasama dengan layer
CRT,manuscript, keyboard dan lingkungan. Hal ini yang membuat mata
akan cepat lelah. Karena itu ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
tentang kondisi lampu-lampu untuk otomasi kantor.
a. Iluminasi (penerangan) yang benar pada meja kerja.
b. Shielding Reflection dari lampu dan jendela dilayar CRT.
c. Distribusi yang benar dari cahaya keseluruh ruangan.

USULAN TEKNIS- 155


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

2. Kategori Lampu (lighting), meliputi :


a. Ambient lighting, type ini berupa pencahayaan tidak langsung dari
langit-langit atau dinding.
b. Accent Lighting, tipe lampu ini dipasang untuk menyediakan
berkas cahaya, warna dan kontras.
c. Task Lighting, sejenis lampu diatas meja, spot light, indirect
lighting.
d. Derajat kehomogenan
b. Perencanaan Tata Lampu
Cahaya didalam ruangan pada dasarnya harus bisa memperbaiki kualitas
ruang otomasi kantor berupa control terhadap silau dari distribusi kuat terang.
Klasifikasi otomasi Bangunan hunian adalah sebagai berikut
1. Bangunan pada umumnya pada sebagian ruangan ada peralatan otomasi.
2. Ruang khusus otomasi perlengkapan dan alat otomasi yang terpasang
terpisah dari bangunan umum.
c. Sistem Lampu
Ada tiga system lampu yang biasa digunakan sebagai kelengkapan otomasi
bangunan, yaitu :
1. Sistem Penerangan Lampu umum.
Didalam ruangan Bangunan, luminance controlled fluorescent lamp akan
dipasang melintang permukaan CRT, sementara untuk menjaga
kuat cahaya pada sisi horizontal digunakan sumber cahaya dari kanan
dan kiri. Disini tidak diijinkan penerangan yang terlalu kuat, karena ceiling
akan menjadi gelap. Keadaan ini tidak membuat nyaman suasana kerja,
kecuali dipasang lampu yang menjadikan ceiling keatas.
2. Indirect lighting signal
Indirect lighting signal yang memakai lampu TL digunakan untuk
menciptakan suasana yang moderat dengan penerangan keseluruh
ruangan. Lampu TL gantung akan lebih efektif. Apabila lampu ini
dirasakan kurang, maka bisa ditambah dengan lampu wall washer (Lihat
gambar)
3. Sistem TAL

USULAN TEKNIS- 156


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Sistem lampu ini menggunakan ambient lighting. Pencahayaan diperoleh


dari cahaya lampu tidak langsung, karena tidak terjadi campuran sinar
yang memantul kelayar CRT/monitor.

d. Kontrol Pencahayaan
Tidak semua lampu digedung dikontrol oleh Sistem Otomasi Bangunan
(SOB), melainkan ada daerah yang tidak dikontrol oleh SOB meliputi daerah
yang bukan lantai typical.
Rangkaian pencahayaan di daerah yang disebutkan diatas (bukan lantai
typical) dikontrol dari Main Circuit Breaker (MCB) atau saklar local. Rangkaian
pencahayaan didaerah yang dikontrol oleh system pencahayaan diatur
sedemikian rupa sehingga setiap pencahayaan disetiap lantai dikontrol oleh
dua buah Digital Lighting Controller (DLC). Satu DLC melayani salah satu
bagian gedung, dan yang lain lagi melayani bagian lain.
Agar lampu bisa menyala (ON), semua saklar (termasuk MCB), Relay Pack,
GERelay, dan saklar local) harus ditutup (OFF). Untuk memastikan bahwa
lampu dikontrol dan dimonitor secara benar di Ruang Sistem Otomasi
Bangunan, pengawas perlu menjsgs main incoming dan MCB agar selalu
menyala setiap saat dan penggunaan saklar lampu harus dilakukan lewat
DLC.
4) Sistem Telekomonikasi
Gedung Rencana memakai Private Addres Brand Excharge (PABX) digital
modern yang menunjang Integrated Service Data Network (ISDN) yang
merupakan paduan dari suara, data dan video dengan standard internasional.
Seluruh jaringan kerja digedung ini benar-benar fleksibel dan dirancang agar
dapat disesuaikan dengan perkembangan dimasa mendatang. Sistem yang
dipasang sebanyak mungkin dengan kemungkinan tambahan bila diperlukan
dimasa datang.
Disamping PABX, gedung juga dilengkapi fasilitas Telekomunikasi
sebagai berikut:
1. Direct Lines; Facsimile; CCM; Dealing System.
2. Telex
3. Lease Channel; Reuters; Telerate; Tele Trac.
4. Lease ChannelData; Computer Center.
5. Lease Channel Data; Computer Center kekantor lain.

USULAN TEKNIS- 157


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Untuk masa mendatang gedung rencana juga dapat dilengkapi dengan satelit dan
saluran microwave. Sistem Telekomunikasi ini juga dapat dipadukan dengan
System Otomasi Bangunan (SOB) yang memungkinkan pengelola mengatur
Sistem Pengkondisian Udara dan Sistem Pencahayaan sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu juga dipadukan dengan system Sistem Otomasi
bangunan melalui Sistem Penerima (Reception System).
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa Sistem Telekomunikasi meliputi :
1. Telepon kunci multifungsi.
Sistem ini dipergunakan untuk mengontrol penggunaan telepon, lamanya
percakapan, menyalurkan/mendistribusikan kesaluran cabang, dan
penggunaan lainnya.
2. Teleks
Sistem ini hampir sama dengan system tulisan jarak jauh, hanya saja
menggunakan metode lain seperti, penggunaan huruf morse atau kode-kode
lainnya
3. Komunikasi dengan Komputer
Komunikasi dengan computer pribadi (PC) adalah sangat praktis sehingga
akan menghemat waktu dan biaya. Komunikasi antar karyawan dalam satu
kantor maupun dengan kantor yang lain dapat menggunakan Jaringan Area
Lokal atau Local Area Network (LAN). Sedangkan komunikasi dengan jarak
yang sangat jauh dapat dilakukan dengan internet atau mungkin dengan
system lainnya yang sejenis.
4. Faksimil dan Video
Sistem komunikasi jarak jauh dengan menggunakan faksimili dan video juga
akan menghemat waktu dan biaya. Dengan faksimili kita dapat mengirim
tulisan maupun gambar-gambar, sedangkan dengan video kita dapat
mengirim gambar hidup sesuai dengan apa yang direkam dalam video
tersebut.
5. Surat Elektronik (e-mail)
Sistem ini sudah mulai banyak dipakai karena dengan system e-mail orang
dapat mengirim berita kapan saja dan dimana saja sehingga tidak
bergantung pada situasi dan kondisi sipenerima. Penerima akan
membuka dan membaca kapan saja bilamana diperlukan.
6. Biaya Penulisan yang sedikit

USULAN TEKNIS- 158


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Dengan system ini, semua biaya pengiriman surat atau berita akan lebih
sedikit sehingga akan terjadi penghematan dalam melakukan kegiatan .
7. Komunikasi dengan Radio Satelit
Selain beberapa system diatas, komunikasi dengan radio satelit juga
menawarkan alternative biaya dan waktu yang lebih baik. Semua komunikasi
akan menggunakan radio dengan memanfaatkan jaringan satelit yang
ada
5) Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik pada bangunan Gedung Rencana disuplay dari jaringan
Distribusi Listrik Tegangan Menengah dari PLN yang tersambung ke Gardu
Hubung. Dari Gardu Hubung ini disalurkan melalui kabel tanah
ke High Voltage Medium Distribution Panel (HVMDP) gedung. Selanjutnya
daya listrik disalurkan keTransformator sesuai dengan kapasitas yang diperlukan
menggunakan sistem busduct Pada HVMDP harus ada pula suplay dari Genset
sebagai sumberdaya cadangan bila PLN padam.
a. Sistem Kerja Normal/Darurat
Sistim kerja normal/darurat adalah sebagai berikut :
1. Dalam keadaan suplay dari PLN normal (tidak padam), masing-
masing trafo bekerja sendiri melayani beban secara radial, tidak boleh
secara parallel.
2. Suplay antara Genset dan PLN bekerja secara interlock, tidak boleh
parallel.
b. Uninterruptable Power Supply (UPS) System
Uninterruptable Power Supply (UPS) System dipasang pada gedung
pendidikan untuk memasok semua kebutuhan daya bagi Sistem Otomatis
Bangunan (SOB), Sistem Keamanan dan Sistem CCTV. Sistem ini
dicadangkan untuk waktu back up (cadangan) minimal lima menit dipasok dari
unit batarai perawatan.
Sistem yang dirancang memiliki fasilitas maintenance bypass dari
commercial mains, sehingga daya tetap tersedia saat unit UPS diperbaiki.
Baterai cadangan adalah dari jenis baterai lead acid maintenance free yang
tidak memerlukan topping up apapun, ditambah unit UPS dengan control
protektifnya sendiri yang akan membuat system mudah dioperasikan dan
dirawat.

USULAN TEKNIS- 159


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Sistem UPS dirancang untuk memberikan suatu daya tiga fasa yang
teregulasi dengan stabilitas frekuensi tinggi dibawah beban dan kondisi
pasokan yang bervariasi. Sistem bersama dengan baterai cadangan
memungkinkan pasok keluaran selama kondisi transien dan
pemadaman. Dalam kondisi tiadanya pasok masukan, beban akan
dipertahankan selama periode waktu tertentu (lima menit). Bagi gedung
rencana, pasokan utama didukung oleh generator yang secara otomatis akan
menyala saat terjadi pemadaman aliran listrik. Begitu generator sudah online
system akan dialihkan kembali kepasokan utama dan mengisi ulang baterai
cadangan. Dibawah kondisi kesalahan UPS, beban akan dialihkan secara
otomatis tanpa pemutusan kesupai bypass yang dihubungkan dengan modul
UPS.
Aspek lainnya adalah mains supply maintenance bypass. Ini memungkinkan
pengalihan beban secara manual dari UPS ke commercial mains yang
memungkinkan pemutusan unit UPS untuk tujuan pemeliharaan atau
memperbaiki kerusakan. Saat berada dalam pasokan maintenance bypass,
beban diactu dari commercial mains dan tidak dilindungi dari dari gangguan
pasokan.
Aspek dan manfaat dari Uninterruptable Power Supplay (UPS) antara lain
sebagai berikut :
1. UPS online tanpa pemutusan;
2. Saklar statis pulse to bypass ekslusif untuk membersihkan beban lebih
atau kegagalan cabang;
3. Kompensasi fasa individual untuk menyeimbangkan
tegangansecara akurat bahkan dibawah kondisi pembebanan fasa
tidak seimbang;
4. Setiap komponen aktif adalah burnt-in ekuivalen dengan 8-10 bulan
operasi memakai program perputaran tes yang dipercepat;
5. Jumlah komponen aktifyang minimal memberikan keandalan tinggi dan
memaksimalkan waktu antar kesalahan;
6. Sistem control utama yang sederhana hanya empat kartu control;
7. Power walk- in sejati untuk tegangan dan arus untuk mengurangi ukuran
Generator set;
8. Kemampuan beban lebih sampai 150% Pada tegangan penuh;
9. Filter masukan RFI;

USULAN TEKNIS- 160


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

10. Termasuk saklar statis dan maintenance bypass;


11. Standart spilt bypass.

Beberapa kelebihan system UPS bagi Sistem Bangunan antara lain :


1. Memberikan daya “bersih” dan bebas distorsi kepada beban;
2. Menekan semua harmonic dan fluktuasi dari mains incoming supply;
3. Memberikan keluaran daya stabil dan dapat dikalibrasi dari incoming
power;
4. Memberikan daya uniterruptable kepada beban dengan cara cadangan
baterai dalam kondisi kegagalan daya utama;
5. Sistem UPS bagi gedung dihubungkan setelah generator set. Ini akan
memberikan daya yang hampir kontinyiu kepada beban.
6. Selama pemutusan daya system UPS memberikan daya sementara
Generator Set dinyalakan;
7. Transfer ulang daya secara otomatis dari static bypass begitu
generator set telah berjalan stabil.
8. Aspek tambahan dari maintenance bypass memberikan transsi daya ke
daya komersial langsung sementara sistem UPS sedang diservis.
6) Sistem Pasokan Air
Air untuk gedung rencana dipasok Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
setempat dan ditampung dalam sebuah penampungan yaitu tangki air. Air dari
tangki tersebut lalu disalurkan ke Deep Well untuk dicampur dengan air tanah. Air
dari Deep Well kemudian dikembalikan lagi ke Break Tank untuk dialirkan ke
Ground Tank dibawah tanah. Selanjutnya air dari Ground Tank dihisap oleh
pompa-pompa yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Air yang dihisap
tadi kemudian disalurkan ketangki-tangki pembagi dilantai atas.
Air tersebut harus memenuhi standar WHO (World Health Organization) atau
EPA (Environtmental Protection Agency) Amerika Serikat supaya: 1) air layak
untuk diiminum (drinking water); dan 2) Supaya tidak merusak peralatan-
peralatan plumbing maupun sanitasi atau semua peralatan yang
mengkonsumsi air.

7) Sistem Pengkabelan

USULAN TEKNIS- 161


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

Sistem pengkabelan merupakan hal penting dalam sebuah gedung, karena


banyak peralatan bergantung kepadanya. Dalam gedung rencana, diterapkan
system jaringan yang fleksibel (Flexibel Delivery Sistem). Pelayanan diberikan ke
semua lantai melalui jaringan sebagai berikut :
1. Pertama melalui Vertical Rises menuju ke Wire Nodes, kemudian
didistribusikan ke Trunking Grid dibawah lantai, dan muncul di Floor Outlet
Box (FOB) serta layer computer. Peningkatan Sistem Otomatis
Gedung dan Sistem Telekomunikasi dapat dilakukan dengan mudah tanpa
memgganggu jaringan yang ada.
2. Floor Outlet Box (FOB) ditempatkan dalam panel dan dapat dipindahkan
letakknya dalam radius 1,5 m agar penempatan semua peralatan kantor,
mebel, dan pratisi dapat dilaksanakan secara fleksibel yang menutupi jaringan
kabel tersebut, ditutup dengan karpet tile dan dapat diangkat serta diganti
dengan mudah.
Sistem pengkabelan pada otomasi bangunan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan dengan ruangan untuk kabel-kabel.
Ruang ini berupa metal duct (pipa logam) agar mudah menghilangkan atau
menambahkan kabel-kabel. Setiap meja ada saluran untuk telepon dari kabel
otomasi bangunan.
2. Partisi yang bersisi kabel didalamnya.
Kondisis ini sama dengan penjelasan pada poin 1.
3. Kabel-kabel di bawah karpet.
Sistem ini dikembangkan oleh NASA, Amerika Serikat, dan diperkenalkan
untuk kantor. Fleksibilitas untuk mengubah layout sangat besar. Tempat kabel
disediakan di deck plate dari asal kabel melalui insert studs terdekat. Duct
dipakai untuk mengembangkan panel.
4. Free Acces Floor
Paling populer dalam system ini, hanya di dekat tempat computer, akan
menampakkan konsentrasi kabel-kabel.
5. Lantai dengan system perkantoran (Office System Floor).
Lebih murah daripada free acces floor. Tingginya 30 – 200 mm. Terdapat
pada unit terpisah untuk sinyal dari kebel listrik (power)
6. Floor Duct
7. Trunk route dan Trench Duct
8. Pipa Kabel ( Wire Duct )

USULAN TEKNIS- 162


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

9. Kabel dibawah Lantai


10. Sistem pengkabelan pool
11. Sistem transmisi sinar infra merah
Sistem ini digunakan untuk sinyal computer dan sebagainya yang akan
dipakai untuk telekomunikasi dimasa depan.

8) Sistem Keamanan
Sistem Keamanan di Bangunan seperti Gedung Rencana bertujuan melindungi
dan memonitor fasilitas-fasilitas gedung dari pihak yang tidak berkepentingan.
Sistem Keamanan berupa Pass Ultra System khusus dirancang bagi intelligent
building . Sensor-sensor yang ditempatkan didaerah tertentu dapat dimonitor
lewat bantuan Video Display Terminal (VDT).
Pass Ultra Siystem mempunyai sub system keamanan CCTV (Closed Circuit
Television) yang dihubungkan melalui Unit Alarm Interface kekeluaran terminal
control yang mengumpulkan semua informasi serta memonitor daerah
pengamanan. Di Ruang Pusat Kendali Keamanan (SCAR Room) terdapat
sejumlah monitor yang terhubung ke CCTV (kamera pemantau) yang berada di
Lapangan. Setiap monitor menampilakan gambar dari beberapa kamera secara
berurutan untuk memantau tiap CCTV yang disebar diseluruh gedung. Pass Ultra
adalah suatu CPU untuk pemrograman kartu pengenal.
Prinsip yang dipakai dalam Sistem Keamanan Gedung rencana adalah :
1. Mencegah orang untuk memasuki suatu daerah.
2. Mendeteksi orang yang memasuki daerah tertentu.
3. Memonitor daerah yang diamankan.
4. Card Access Control bagi orang tertentu.
5. Pengamanan dan perlindungan.

9) Sistem Kebakaran
Gedung Rencana harus dilengkapi dengan Sistem Keamanan yang memenuhi
standard dan Peraturan Daerah tempat gedung tersebut berdomisili.
Kelengkapan itu terdiri atas :
1. Tangga Darurat pada dua sisi Gedung
2. Alat penaik tekanan udara.
3. Fire Sprinkler.

USULAN TEKNIS- 163


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

4. Fire Hydrant.
5. Fire Alarm.
6. Portable Fire Extinguisher.
7. Detektor Asap dan Panas
8. Persediaan Air dibeberapa lantai
9. Alat komunikasi HT dan plug in telephon hand set disetiap loby fireman lift
(Lift petugas Pemadam Kebakaran) yang dihubungkan langsung kepusat
pengendali.
Sistem Kebakaran ini diintegrasikan dengan Sistem Pengkondisian Udara,
Sistem Pencahayaan, dan Sistem Transportasi lewat Intelocking Main Control
Fire Alrm (MCFA). Bila pada gedung terjadi kebakaran, alarm akan berbunyi
baik secara otomatis maupun secara manual.
Informasi diruang control akan menunjukkan tempat terjadinya kebakaran dan
informasi ini diteruskan kepada petugas Pemadam Kebakaran dan regu
penolong. Semua Lift secara otomatis akan kembali kelantai dasar dan pintunya
akan terbuka.

10) Sistem Tata Suara


Sistem Tata Suara terbagi menjadi system A untuk keperluan Back- Ground
Music dan Emergency Unit dan system B untuk keperluan Car Call.
Sistem A terdiri atas :
1. Cassette Deck, sebagai sumber suara.
2. Radio, sebagai penerima suara.
3. Preamp Unit, sebagai penguat awal.
4. Power Amflifier, sebagai penguat akhir.
5. Channel Selector, tombol pemilih kelompok pengeras suara yang akan
diaktifkan.
6. Mikrofon, untuk menyampaikan pengumuman/panggilan.
7. Monitor Unit, untuk mengecek hasil suara.
8. Chime Unit, sumber nada untuk melakukan panggilan. Sistem B untuk Car
Call terdiri atas :
 Pusat Car Call meliputi Mikrofon untuk panggilan, Preamp Unit
sebagai penguat awal, Power Amflifier sebagai penguat akhir, dan
Speaker Selector untuk pemilihan kelompok pengeras suara.

USULAN TEKNIS- 164


Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)

 Remote Control yang meliputi indicator, Power On, Occupation, dan


Monitor.

11) Sistem Transportasi


Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pertama pada perencanaan
bangunan bertingkat adalah masalah transportasi vertical umumnya dan
transportasi manusia khususnya. Alat untuk transportasi vertical dalam bangunan
bertingkat adalah tangga untuk bangunan yang jumlah lantainya maksimal
3 lantaiI. Alat transportasi vertical dalam bangunan bertingkat tersebut akan
memakan volume gedung yang akan menentukan efisiensi gedung.
Pemilihan kapasitas lokasi tangga akan menentukan jumlah tangga yang
mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung,terutama kegiatan pelayanan
kepada masyarakat
Pada dasarnya Konsep Penempatan Tangga dalam Bangunan adalah sebagai
berikut:
1. Mudah dijangkau
2. Mudah dilihat.
3. Pelayanan yang optimal pada setiap ruangan
4. Nyaman dan aman.

USULAN TEKNIS- 165

Anda mungkin juga menyukai