USULAN TEKNIS- 1
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
6.1 PENDEKATAN
Dalam melaksanakan pekerjaan ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang
bersifat mengkerucut dari atas kebawah karena pembangunan masjid agung ini merupakan
cerminan atau menjadi ikon jantung kawasan pula.
Pembangunan Masjid Agung Kota Bogor merupakan pembangunan sarana ibadah dengn
proses bongkar berdirikan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ibadah. Sebagai
salah satu ikon Kota Bogor maka design eksisting memerlukan re-design baik ekterior,
interior maupun lansekap agar kebutuhan keterhubungan anatara masjid agung, alun-alun
dan site sekitar dapat terlihat harmonis. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan
punbersifat lebih luas karena diharpkan nantinya ada kesinambungan dengan lansekap
lainnya disekitar.
Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan Kerja agar
didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam penyusunan desain
ini akan dilakukan metode :
USULAN TEKNIS- 2
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 3
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
proyek), guna menggali informasi baru disamping komunikasi informal yang dilakukan.
Mengingat jangka waktu kegiatan yang cukup singkat.
5) Studi Observasi
Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini. Pada
proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain, diagram rancangan
kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga didapatkan luas bangunan yang
dibutuhkan, dan penggunaan ruang.
6) Studi Literatur
Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-
karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan ini. Beberapa referensi
yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan kebutuhan yang dibutuhkan setiap
orang yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat
pekerjaannya.
Studi literature juga dilakukan melalui internet untuk mencari literature mengenai contoh
bangunan kantor yang baiks dan mampu diterapkan di Indonesia dan tentu saja
menyesuaikan dengan kondisi Indonesia.
7) Analisa data dan Perancangan
Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan dalam
penghitungan secara manual dan dengan program simulasi bangunan seperti
Autodesk Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisi kesesuaian suhu
dengan kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program AutoCad.
8) Studi Bimbingan
Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi tugas yang
merupakan pengguna gedung kantor merupakan sumber data dan masukan sebagai
penyesuaian desain dengan keinginan pengguna bangunan.
6.1.1 PENDEKATAN ENVIROMENTAL
Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi dalam jumlah
yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang digunakan berasal dari energy
fosil yang tidak dapat diperbarui untuk memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan
beberapa problem, yaitu:
Nasional
USULAN TEKNIS- 4
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Global
Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang CO2 dalam
jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan dan terus menerus yang
pada akhirnya menimbulkan efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan
global (global warming).
SUSTAINABLE DESIGN
USULAN TEKNIS- 5
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Bangunan hijau mensyaratkan layout desain bangunan (10 persen), konsumsi dan
pengelolaan air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30 persen), bahan
bangunan (15 persen), kualitas udara dalam (20 persen), dan terobosan inovasi
(teknologi, operasional) sebesar 15 persen. Skala bangunan dan proporsi
ruang terbuka harus memerhatikan koefisien dasar bangunan (KDB) dan
koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70 persen ruang terbangun berbanding
30-60 persen untuk ruang hijau untuk bernapas dan menyerap air.
a. Perencanaan kawasan
b. Penggunaan air yang efisien
c. Energi and lingkungan
d. Pemanfaatan material dan sumber daya mineral
e. Kualitas udara dalam ruangan
f. Proses Inovasi dan desain/konstruksi
Penerapan Teori Sustainable/Berkelanjutan
Konsep keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh dengan adanya lima alternatif
pengertian sebagai berikut:
USULAN TEKNIS- 6
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Dalam hal ini ada 3 prinsip kunci pembanguan yang berkelanjutan yang menjadi
tujuan konstruksi, yaitu :
USULAN TEKNIS- 7
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 8
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
penentuan sistem struktur yang layak dan sesuai dengan karakter site- nya. Hal
yang dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
Kondisi Cuaca
USULAN TEKNIS- 9
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Topografi
Namun disisi lain dengan adanya perbedaan ketinggian tanah, akan memberi
kesan yang menarik dan berfariasi pada lingkungan. Pada tapak yang
memiliki perbedaan ketinggian atau topografi miring, pengelompokan
bangunan cenderung ditempatkan secara informal sesuai dengan kondisi
konturnya. Dalam pemecahan perancangan secara tradisional (konvensional)
pada puncak bukit, efek dari bentuk bangunan terlihat secara nyata yaitu
jalan-jalan dan bagian depan bangunan berbentuk kurva yang secara teratur
mengikuti kontur.
Pencahayaan
Vegetasi
USULAN TEKNIS- 10
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Angin
USULAN TEKNIS- 11
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 12
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Orientasi Pedestrian
Gambar 6. Pedestrian
USULAN TEKNIS- 13
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Pohon perindang sepanjang jalan akan menambah rasa nyaman bagi pejalan
kaki. Ruang pedestrian yang lapang akan memudahkan dan terasa
menyenangkan.
USULAN TEKNIS- 14
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar bangunan. Iklim
mikro memiliki dampak yang sangat penting dalam penggunaan energi dan
kinerja dari sebuah bangunan.
Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah dengan
mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat perlindungan dari
unsur- unsur alam yang berbahaya.
- Orientasi bangunan
- Lokasi objek disekitarnya
- Kondisi landskap sekitar
Zonasi dan orientasi bangunan dapat memiliki dampak yang besar pada pola
konsumsi energi bangunan.
Pohon dapat memberikan naungan ketika cahaya dan panas matahari terlalu
kuat.
b. Efisiensi Infrastruktur
Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur air. Sumber air
dimanfaatkan seefisien mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian air
yang tidak perlu. Sumber air baik dari PDAM maupun dari sumur setempat
merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan mengurangi dampak
pengurangan air tanah secara berlebihan.
Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya
pembelian di PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.
USULAN TEKNIS- 15
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water,
grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan
limbah mandiri. Limbah-limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali
ke area pengolahan.
Saluran pembuangan ini berfungsi menampung air hujan yang turun dijalan
untuk mengatasi banjir. Saluran ini terpisah dengan saluran pembuangan
limbah rumah tangga. Saluran pembuangan (storm drainage) selain
menampung air hujan, biasanya juga bercampur dengan oli atau bahan
bakar bensin atau solar yang tercecer di jalan.
Pada bukaan penerimaan saluran diberi penutup agar sampah sampah tidak
masuk kedalam saluran. Sehingga tidak mengganggu pembuangan.
USULAN TEKNIS- 16
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
c. Energi Alternatif
Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert, 1994), yaitu:
USULAN TEKNIS- 17
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Material/bahan
pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari
sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan
sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak
bertentangan dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan
material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan yang mengandung racun
seperti asbeston.
USULAN TEKNIS- 18
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
d. Penghematan energi
Kaca
Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus.
Beberapa penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang
dapat menyaring radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan
pendingin udara.
- Kaca Warna
Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya
berwarna biru kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring
panas hingga suhu dalam ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang
baik mempunyai sifat seperti kaca film pada mobil. Ia mampu membuat
Anda melihat pemandangan luar nampak jernih, namun menyaring
jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
- Kaca Pantul
USULAN TEKNIS- 19
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
pantul adalah pandangan dari dalam akan kurang indah karena terjadi
distorsi.
Diartikan kaca rendah emisi. Kaca ini menjaga suhu di dalam ruang tetap
tinggi. Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah diisi lapisan udara
kosong dan lapisan metal transparan.Kaca jenis ini pun memantulkan
sinar ultraviolet. Untuk iklim Indonesia, kaca macam ini tidak disarankan,
karena hawa panas tetap berada di dalam ruang. Menjadikan ruang
bertambah panas. Jenis ini populer digunakan di negara sub tropis.
Insulator
USULAN TEKNIS- 20
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Pencahayaan
USULAN TEKNIS- 21
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Daylighting
USULAN TEKNIS- 22
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
e. Air
Zero-run-off
Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang
terbuang ke saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan
sebagai penyiram tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah
diresapkan di area tanaman. Kalau muatan resapan berlebihan, baru
dilakukan pembuangan ke saluran pembuangan kota.
USULAN TEKNIS- 23
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
f. Pengelolaan Sampah
USULAN TEKNIS- 24
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 25
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Kantor pemerintahan dalam Pedoman Teknis Gedung Negara (2002:1) adalah tempat
untuk keperluan dinas yang menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN atau APBD. Bangunan Kantor pemerintahan
atau biasanya dikenal dengan bangunan gedung negara dalam Pedoman Teknis Gedung
Negara (2002:1) dibedakan atas:
a) Bangunan Gedung Negara Pusat, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaantugas pusat/nasional.
b) Bangunan Gedung Negara Provinsi yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaan tugas otonomi Provinsi,
c) Bangunan Gedung Negara kabupaten atau Kota, yaitu bangunan gedung untuk
keperluan dinas pelaksanaan tugas otonomi Kabupaten/Kota,
d) Bangunan gedung Negara BUMN/BUMD, yaitu bangunan gedung untuk keperluan
dinas pelaksanaan tugas BUMN/BUMD.
Untuk menghitung luas ruang bangunan gedung Kantor yang diperlukan dalam
Departeman Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002:6), dijelaskan bahwa dihitung
berdasarkan ketentuan gedung Kantor pemerintahan yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana dengan standar luas ruang rata-rata sebesar 9,6 m² per-personil.
USULAN TEKNIS- 26
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 27
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 28
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Bangunan yang akan didirikan disesuaikan dengan peruntukan lokasi yang diatur
dalam ketentuan tataruang dan tata bangunan dilokasi yang bersangkutan.
Ketentuan tata ruang dan tata bangunan disesuaikan dengan RTRW Daerah,
RRTR, dan RTBL. Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan
memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur lingkungan yang ada
disekitarnya atau yang mampu sebagai pedoman arsitektur teladan bagi
lingkungannya. Setiap bangunan gedung yangdidirikan berdampingan dengan
bangunan yang dilestarikan. Bentuk bangunan gedung juga harus dirancang dan
dipertimbangkan terciptanya ruang luarbangunan yang nyaman dan serasi
terhadap lingkunganya.
b. Intensitas bangunan
USULAN TEKNIS- 29
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 30
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Parkir tegak lurus, sistem yang paling efisien dari segi banyaknya mobil yang
diparkir terhadap permukaan yang dibutuhkan.
Parkir sudut, efisiensi tergantung sudut yang digunakan semakin dekat
dengan 90° dan semakin efisien petak parkir tersebut.
Parkir pararel, parkir yang paling sulit bagi ruang gerak pengemudi,
menciptakan masalah keamanan karena terjadi sepanjang jalur jalan atau
daerah parkir.
USULAN TEKNIS- 31
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Tujuan penyusunan tata ruang Kantor yang baik Gymildred (1975:162) adalah:
Pada susunan ini ruangan untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa satuan.
Pembagian itu dapat terjadi karena keadaan gedungnya yang terdiri atas
kamarkamar maupun memang sengaja dibuat pemisah buatan dari sekat-
sekat yang membatasi pergerakan, sehingga pelaksanaan fungsi tiap-tiap
seksi dilakukan pada ruang kerja yang terpisah-pisah. Keuntungan dari tata
ruang model ini adalah:
USULAN TEKNIS- 32
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 33
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Unsur-unsur fleksibilitas ruang adalah sistem modul, yang merupakan unit ukuran
terkecil yang paling efisien dan sesuai dengan bangunan dan digunakan sebagai
dasar untuk menentukan dimensi ruang dan komponen-komponen ruang dalam
bentuk kelipatannya. Modul juga merupakan standar untuk menentukan ukuran
dan proporsi yang harmonis, serta sebagai unit fungsional dan pengulangan
dimensi dalam perencanaan struktur.
Tiap ruang dalam sebuah Kantor akan mempunyai modul tertentu sesuai dengan
fungsinya untuk mencapai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Ini dimaksudkan agar
tidak terjadinya pemborosan ruang yang akan sangat berpengaruh terhadap
pembiayaan secara keseluruhan.
Modul dasar, yaitu unit terkecil untuk menentukan jarak, dimensi, interval
komponen bangunan atau ruang. Secara international nilai dari modul
ditetapkan 10 cm.
Modul perencanaan, merupakan kelipatan modul dasar yang digunakan
untuk menentukan dimensi komponen banunan yang lebih besar, misalnya
6m, 9m.
Modul manusia, berkembang sejak dicetuskan oleh Le Corbusier, merupakan
dimensi gerak dasar manusia dan dimensi manusianya sendiri.
Modul fungsi, untuk mendapatkannya harus dicari unit fungsinya untuk
mendapatkan dimensi, sehingga dapat dipakai untuk menata
perletakkaperabot dan sebagainya.
Modul bahan, merupakan dimensi bahan finishing.
Modul struktur, digunakan untuk menentukkan letak dan jarak kolom dan
balok, sehingga ruang tersebut akan musah dibuat pembagiannya.
b. Organisasi Ruang Dalam dan Luar bangunan
USULAN TEKNIS- 34
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Terdapat hirarki yang jelas, dengan kekuasaan tertinggi ada pada orang yang
berada paling atas atau sesuai dengan garis vertikal. Komunikasi dan aliran
informasi biasanya hanya dari atas ke bawah mengikuti hirarki kekuasaan,
hubungan antara atasan dan bawahan bersifat formal. Hubungan antara
individu atau sub organisasi bersifat independen,tidak saling tergantung,
bahkan terjadi kompetisi. Individu yang berada di tingkat hirarki yang tinggi
memiliki rasa tanggung kalimantanb yang besar terhadap keberhasilan kerja
Dari beberapa struktur dasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah struktur
organisasi membutuhkan tingkat interaksi tertentu antar individu di dalamnya,
yang juga berkaitan dengan pekerjaan di sebuah Kantor. Jenis-jenis pekerjaan
yang memerlukan ketergantungan satu sama lain, dimana hasil kerja tiap
kelompok berpengaruh padakeberhasilan kerja secara keseluruhan,
menggunakan struktur organisasi yang memungkinkan hubungan yang dekat
antar anggota di dalamnya. Sebaliknya, jenis pekerjaan independen dapat
dilakukan secara individual karena antara pekerjaan yang satu dengan yang
lainnya tidak ada ketergantungan dan biasanya menggunakan struktur organisasi
yang memiliki hirarki yang jelas.
USULAN TEKNIS- 35
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Selain itu dalam menetapkan pengorganisasian ruang sebuah Kantor harus juga
memperhatikan beberapa azas untuk mencapai suatu ruang yang efektif.
Menurut Gie (1984:163), terdapat beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu :
Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang
terbaik adalah yang memungkinkan proses penyelesaian sesuatu pekerjaan
menempuh jarak yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini garis lurus antara
2 titik adalah jarak yang terpendek. Dalam menyusun tempat kerja dan
menempatkan alat-alat, hendaknya azas ini dijalankan sejauh mungkin.
Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang
terbaik adalah yang menempatkan para pegawai dan alat-alat Kantor menurut
rangkaian yang sejalan dengan urut-urutan penyelesaianpekerjaan yang
bersangkutan. Azas ini merupakan kelengkapan dari azasmengenai jarak
terpendek. Jarak terdekat, tercapai kalau para pekerja atau alat-alat ditaruh
berderet-deret menurut urutan proses penyelesaian pekerjaan tersebut.
Menurut azas ini suatupekerjaan harus senantiasa bergerak maju dari
permulaan dikerjakan sampai selesainya, tidak ada gerak mundur atau
menyilang. Hal ini tidak berarti bahwa jalan yang ditempuh harus selalu
berbentuk garis lurus, yang terpenting adalah proses itu selalu mengarah
maju ke muka menuju ke penyelesaian, bisa garis bersiku-siku atau lingkaran.
Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang
terbaik adalah yang dapat diubah atau disusun kembali dengan tidak
terlampau sukar atau tidak memakan biaya yang besar.
USULAN TEKNIS- 36
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Organisasi terpusat
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari
sejumlah ruang sekunder, serta dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang
pusat yang luas dan dominan.
Organisasi linier
Organisasi linier terdiri dari ruang-ruang berulang yang serupa dalam bentuk,
ukuran, dan fungsi. Bentuk organisasi bersifat linear fleksibel, tanggap
terhadap kondisi tapak, dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan
topografi.
Organisasi radial
Organisasi cluster
Organisasi grid
Grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titik-titik yang
menetapkan pertemuan-pertemuan dari dua pasang garis sejajar.
USULAN TEKNIS- 37
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 38
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Sirkulasi terbagi atas sirkulasi di dalam bangunan dan di luar bangunan. Menurut
Laksmiwati (1989), macam-macam pola sirkulasi antara lain:
Informatif
USULAN TEKNIS- 39
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
- Efisiensi (kedekatan).
- Kejelasan (informatif) dan kelancaran (keterbukaan, keleluasaan).
- Kesesuaian dengan fungsi.
b. Sirkulasi Dalam Bangunan
Sirkulasi horizontal
USULAN TEKNIS- 40
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Menghubungkan setiap fungsi kegiatan suatu lantai dengan lantaidi atas atau
dibawahnya. Tidak satupun ruang publik yang dapat berfungsi tanpa
prasarana sirkulasi vertikal yang memadai. Jika prasarana ini tidak dirancang
dengan mempertimbangkan aspek ukuran tubuh manusia, nilai efisiensi dari
penggunaan prasarana ini akan hilang. Terlebih lagi, keamanan perorangan
dari pemakai dapat terancam. Hal yang lebih penting lagiadalah dalam
perancangan tangga.
Syarat-syarat sirkulasi
- Urut-urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah.
- Aman dalam arti persilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau
dihindarkan sama sekali dan bottle neck (jalan masuk yang sempit) harus
dihilangkan.
- Menghindari adanya crossing antar pengunjung, pegawai, barang, dan
servis.
- Informasi yang jelas dalam memberikan arah yang harus
dituju.Perletakan elemen-elemen arsitektural akan sangat membantu
mengarahkan agar tidak tersesat(informatif-komunikatif).
Pencapaian ke bangunan
USULAN TEKNIS- 41
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Pencapaian Bangunan
Konfigurasi jalan
Menurut Edwart T White (1989), penempatan bangunan pada tapak atau kaitan
terhadap bangunan lain sangat penting.Faktor-faktor yang mempengaruhi tata letak
bangunan adalah:
Menurut Ching (1985), gubahan massa yang berkarakter dinamis, antara lain dicapai
dengan:
USULAN TEKNIS- 42
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Gubahan massa yang dinamis dapat dicapai pula dengan berusaha tampil unik
dengan konteks kawasan sekitar (Hendradiningsih, 1982), misalnya:
Penataan massa yang baik harus ada hubungan kesatuan antar massa dan tapak.
Disamping itu, menurut Ching (2000: 320) penataan massa tidak hanya berupa
aturan geometrik tetapi lebih pada suatu kondisi dimana setiap bagian dari seluruh
komposisi saling berhubungan dengan bagian lain dengan tujuan untuk
menghasilkan suatu susunan yang harmonis. Dalam penataan massa harus ada
suatu keterpaduan, seperti halnya Ishar (1992: 79) keterpaduan merupakan
kesatuan di dalam pola lingkungan binaan yang mempertimbangkan dari setiap
aspek, dan akan membentuk tatanan massa keseluruhan yang harmonis. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan pengolahan tapak, antara lain:
Faktor-faktor alam
- Dasar geologi dan bentuk lahan untuk mengetahui struktur lapisan tanah
digunakan untuk kelayakan pendirian bangunan,
- Topografi, untuk mengetahui keadaan kontur tanah,
- Hidrologi, untuk mengetahuipola drainase pada tapak. Unsur-unsur hidrografi
mempunyai sifat menunjang pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
lahan, dan mempunyai peranan utama dalam pembuatan sistem drainase
tapak dengan memanfaatkan pola drainase ke daerah aliran air yang ada.
Faktor-faktor kultur
- Tata guna lahan yang sesuai denganperaturan-peraturan yang berlaku,
sehingga pola peruntukkan lahan tidak berubah dan gangguan dari luar
tapak dapat dikurangi.
- Hubungan atau kjeterkaitan, adanya hubungan dengan lingkungan itu sendiri
dan pencapaian menuju lokasi,
- Lalu lintas dan transit, hubungan pola lau lintas yang ada satu sama lain dan
hubungan dengan tapak,
- Kepadatan dan zoning, terdiri dari peraturan dan persyaratan pendirian
bangunan,
USULAN TEKNIS- 43
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 44
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
- gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung
kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m²;
- bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
- gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
- gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2
lantai.
USULAN TEKNIS- 45
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
- gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor dengan
luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2 lantai;
- bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
- gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;
- gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan
dasar/ lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.
BANGUNAN KHUSUS
USULAN TEKNIS- 46
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Untuk jabatan tertentu program ruang dan luasan Rumah Negara dapat disesuaikan
mengacu pada tuntutan operasional jabatan.
USULAN TEKNIS- 47
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
GEDUNG KANTOR
kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebu- tuhan ruang) diluar luas
ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.
Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan
ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya. Standar
Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada Tabel C.
RUMAH NEGARA
Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, sebagai
berikut:
Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah
Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel D. Luas teras beratap dihitung
50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%.
USULAN TEKNIS- 48
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
1. Dalam hal besaran luas lahan telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah setempat, maka standar luas lahan
dapat disesuaikan;
2. Dalam hal rumah negara dibangun dalam bentuk bangunan gedung
bertingkat/rumah susun, maka luas lahan tersebut tidak berlaku, disesuaikan
dengan kebutuhan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah;
3. Toleransi maksimal kelebihan luas tanah berdasarkan lokasi Rumah
Negara:
DKI Jakarta : 20 %
Ibu Kota Provinsi : 30 %
Ibukota Kab/Kota : 40 %
Perdesaan : 50 %
Standar luas gedung negara lainnya, seperti: sekolah/ universitas, rumah sakit, dan
lainnya mengikuti ketentuan- ketentuan luas ruang yang dikeluarkan oleh instansi
yang bersangkutan.
PERSYARATAN ADMINISTRATIF
Setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan administratif baik pada
tahap pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan bangunan gedung negara.
DOKUMEN PEMBIAYAAN
USULAN TEKNIS- 49
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki kejelasan tentang status hak atas
tanah di lokasi tempat bangunan gedung negara berdiri. Kejelasan status atas tanah
ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Status hak atas tanah ini dapat
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga
pemerintah /negara yang bersangkutan.
Dalam hal tanah yang status haknya berupa hak guna usaha dan/atau
kepemilikannya dikuasai sementara oleh pihak lain, harus disertai izin pemanfaatan
yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau
pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan
gedung di atas tanah tersebut.
STATUS KEPEMILIKAN
PERIZINAN
USULAN TEKNIS- 50
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen perizinan yang
berupa: Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau
keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan
penyesuaian.
DOKUMEN PERENCANAAN
DOKUMEN PEMBANGUNAN
DOKUMEN PENDAFTARAN
USULAN TEKNIS- 51
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap dan jelas
pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen Perencanaan.
USULAN TEKNIS- 52
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai
berikut:
Peruntukan lokasi
USULAN TEKNIS- 53
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Ketinggian bangunan
Untuk bangunan gedung negara yang akan dibangun lebih dari 8 lantai, harus
mendapat persetujuan dari:
USULAN TEKNIS- 54
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung
negara, sepanjang tidak ber- tentangan dengan peraturan daerah setempat
tentang bangunan gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan
USULAN TEKNIS- 55
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus
mempunyai KDH minimum sebesar 15%.
Wujud arsitektur
USULAN TEKNIS- 56
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 57
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Bahan bangunan untuk bangunan gedung negara harus memenuhi SNI yang
dipersyaratkan, diupayakan meng- gunakan bahan bangunan setempat/produksi
dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan
sistem fabrikasi. Spesifikasi teknis bahan bangunan gedung negara meliputi
ketentuan-ketentuan:
USULAN TEKNIS- 58
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Bahan dinding
Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau partisi, dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Bahan dinding pengisi : batu bata, beton ringan, bata tela, batako, papan
kayu, kaca dengan rangka kayu/aluminium, panel GRC dan/atau aluminium;
- Bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca, calsium board, particle
board, dan/atau gypsum-board dengan rangka kayu kelas kuat II atau rangka
USULAN TEKNIS- 59
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
lainnya, yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai dengan
fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
- Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan
sesuai jenis bahan dinding yang digunakan;
- Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat lanjutan/menengah,
rumah negara, dan bangunan gedung lainnya yang telah ada komponen pra-
cetaknya, bahan dindingnya dapat menggunakan bahan pracetak yang telah
ada.
Bahan langit-langit
USULAN TEKNIS- 60
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 61
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 62
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
ambang bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu dilapis dengan kayu
lapis yang dicat atau dipelitur;
3) Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dicat kayu
atau dipelitur;
4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dengan ukuran
rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur;
5) Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan aluminium ukuran
rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
6) Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan
fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
7) Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan pintu
baja BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran.
Bahan struktur
Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu
maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
Bahan Bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan
SNI yang sesuai dengan bahan/struktur konstruksi yang bersangkutan.
Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung negara
tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan
USULAN TEKNIS- 63
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 64
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Untuk pondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 lantai atau pada lokasi dengan
kondisi khusus maka perhitungan pondasi harus didukung dengan penye- lidikan
kondisi tanah/lahan secara teliti.
STRUKTUR LANTAI
Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Struktur lantai kayu
- dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-
balok anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran balok minimum 6/12 cm;
- balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus dilapis
bahan pengawet terlebih dahulu;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
- lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi lapisan
pasir di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm, dan lantai
kerja dari beton tumbuk setebal 5 cm;
- bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari
10 cm dan pada daerah balok (¼ bentang pelat) harus digunakan tulangan
rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
USULAN TEKNIS- 65
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
- tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada lendutan masih
dalam batas kenyamanan;
- sambungan-sambungannya harus rapat betul dan bagian yang tertutup harus
dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah timbulnya korosi;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.
STRUKTUR KOLOM
a. Struktur kolom kayu
- kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai tebal minimum
15 cm diberi tulangan minimum 4 buah Ø 12 mm dengan jarak sengkang
maksimum 15 cm;
- selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.
d. Struktur kolom baja:
USULAN TEKNIS- 66
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
- bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan
kolom, dan harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom;
- sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan las
listrik, sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan baut mutu
tinggi;
- penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin,x
- harus berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat
kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan dalam SNI yang dipersyaratkan.
USULAN TEKNIS- 67
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
- ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang dinormalisir;
- rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang diper-syaratkan.
c. Struktur rangka atap beton bertulang
Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan.
- sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa baut,
paku keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada Pedoman
Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung;
- rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
SNI yang dipersyaratkan;
- untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat
lanjutan/menengah, dan rumah negara yang telah ada komponen fabrikasi,
struktur rangka atapnya dapat menggunanakan komponen prefabrikasi yang
telah ada.
USULAN TEKNIS- 68
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 69
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 70
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Utilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan gedung negara harus memenuhi
SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung negara meliputi
ketentuan- ketentuan:
AIR MINUM
1) Setiap pembangunan baru bangunan gedung negara harus dilengkapi
dengan prasarana air minum yang memenuhi standar kualitas, cukup
jumlahnya dan disediakan dari saluran air berlangganan kota (PDAM), atau
sumur, jumlah kebutuhan minimum 100 lt/orang/hari;
2) Setiap bangunan gedung negara, selain rumah negara (yang bukan
dalam bentuk rumah susun), harus menyediakan air minum untuk keperluan
pemadaman kebakaran dengan mengikuti keten- tuan SNI yang
dipersyaratkan, reservoir minimum menyediakan air untuk kebutuhan 45 menit
operasi pemadaman api sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan;
3) Bahan pipa yang digunakan dan pemasangannya harus mengikuti ketentuan
teknis yang ditetapkan.
USULAN TEKNIS- 71
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan kedap air,
dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.
PEMBUANGAN SAMPAH
1) Setiap bangunan gedung negara harus menyediakan tempat sampah dan
penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan dengan volume
sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan ketentuan, produk
sampah minimum 3,0 lt/orang/hari;
2) Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan kedap air,
mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan
sampah dari Dinas Kebersihan setempat;
3) Gedung negara dengan fungsi tertentu (seperti: rumah sakit, gedung percetakan
uang negara) harus dilengkapi incenerator sampah sendiri;
4) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.
USULAN TEKNIS- 72
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
INSTALASI LISTRIK
1) Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar hasil perhitungan
yang sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik;
2) Setiap bangunan gedung negara yang dipergunakan untuk kepentingan umum,
bangunan khusus, dan gedung kantor tingkat Kementerian/Lembaga, harus
memiliki pembangkit listrik darurat sebagai cadangan, yang catudayanya dapat
memenuhi kesinambungan pelayanan, berupa genset darurat dengan minimum
3) 40 % daya terpasang;
4) Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harus memenuhi syarat
keamanan terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan, knalpot diberi sillencer dan dinding rumah genset diberi
peredam bunyi.
PENERANGAN DAN PENCAHAYAAN
1) Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang dalam bangunan
USULAN TEKNIS- 73
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 74
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
SARANA KOMUNIKASI
1) Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan
sarana komunikasi intern dan ekstern;
2) Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus berdasarkan pada fungsi
bangunan dan kewajaran kebutuhan;
3) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis.
USULAN TEKNIS- 75
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
INSTALASI GAS
1) Instalasi gas yang dimaksud meliputi:
- instalasi gas pembakaran seperti gas kota dan gas elpiji;
- instalasi gas medis, seperti gas oksigen (O2), gas dinitro oksida (N2O), gas
carbon dioksida (CO2) dan udara tekan medis.
2) Ketentuan teknis instalasi gas yang lebih rinci harus mengikuti standar dan
pedoman teknis.
USULAN TEKNIS- 76
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan dari
bencana atau keadaan darurat, serta harus memenuhi persyaratan standar sarana
penyelamatan bangunan sesuai SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknis sarana
penyelamatan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan:
TANGGA DARURAT
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3 lantai, harus
mempunyai tangga darurat/penyelamatan minimal 2 buah dengan jarak
maksimum 45 m (bila menggunakan sprinkler jarak bisa 1,5 kali);
2) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu tahan api,
minimum 2 jam, dengan arah pembukaan ke tangga dan dapat menutup secara
otomatis dan dilengkapi fan untuk memberi tekanan positif. Pintu harus
dilengkapi dengan lampu dan petunjuk KELUAR atau EXIT yang menyala saat
listrik/PLN mati. Lampu exit dipasok dari bateri UPS terpusat;
3) Tangga darurat/penyelamatan yang terletak di dalam bangunan harus
dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan bebas asap,
pencapaian mudah, serta jarak pencapaian maksimum 45 m dan min 9 m;
4) Lebar tangga darurat/penyelamatan minimum adalah 1,20 m;
USULAN TEKNIS- 77
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
PINTU DARURAT
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 buah;
USULAN TEKNIS- 78
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 79
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Pendekatan normatif dalam pekerjaan ini menekankan pada kajian terhadap produk
peraturan dan kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah yang terkait dengan
Pekerjaan Review DED Masjid Agung (Redsign Interior dan Lansekap). Pendekatan
normatif yang digunakan dalam penyusunan pekerjaan ini, pada dasarnya merupakan
USULAN TEKNIS- 80
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
pendekatan yang digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan dan strategi berdasarkan
data dan informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan perundangan
yang terkait dengan substansi pekerjaan ini, yaitu terkait dengan rencana pengembangan
kawasan potensial, arahan pemanfaatan ruang kawasan dan arahan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan ataupun tapak kawasan. Terkait dengan pekerjaan ini,
pendekatan normatif ini tidak dipandang sekedar sebagai pendekatan untuk merumuskan
kebijakan yang sifatnya konseptual.
Pendekatan ini dilakukan mulai dari bagaimana kondisi dan permasalahan kawasan dilihat
sampai dengan perumusan kebijakan dan strategi yang tepat untuk kondisi dan
permasalahan yang ada. Oleh sebab itu perlu juga dengan membandingkan kondisi
eksisting dengan kriteria dan standar yang ada.
Konsep dasar dari pendekatan normatif adalah bahwa proses pembangunan kawasan
bertumpu pada prosedur/skema tertentu, dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian atas tujuan yang akan dicapai. Landasan
normatif dalam melaksanakan pekerjaan ini, dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu landasan
normatif yang bersifat umum, yaitu produk-produk peraturan di tingkat pusat yang berlaku
untuk seluruh wilayah kajian, dan landasan normatif yang bersifat kewilayahan, yaitu produk-
produk peraturan di tingkat daerah yang hanya berlaku di level wilayah kajian.
Pada dasarnya pendekatan normatif dalam pekerjaan ini akan digunakan dalam seluruh
proses pelaksanaan kegiatan. Baik itu pada proses penyusunan maupun dalam peningkatan
kegiatan pekerjaan ini. Pendekatan normatif akan digunakan dalam setiap kegiatan yang
terkait dengan kajian dan analisis kebijakan dan strategi serta produk-produk peraturan
daerah yang dijadikan acuan dalam pengembangan dan pembangunan kawasan
perencanaan.
Pendekatan normatif dalam kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder,
seperti ketentuan perundangan dan kebijakan, identifikasi guna lahan, identifikasi
kelembagaan, kajian literatur mengenai kasus terkait, standar-standar dan literatur yang
yang berkaitan dengan Pekerjaan Review DED Masjid Agung (Redsign Interior dan
Lansekap) seperti guna lahan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang,
eksterior bangunan, bangunan-bangunan dan prasarana serta perencanaan tapak kawasan.
USULAN TEKNIS- 81
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Pendekatan ektraploitatif yaitu pendekatan perencanaan atas dasar fakta dan kecendrungan
perkembangan yang terjadi akibat pendayagunaan aspek fisik, sosial dan ekonomi, baik
dalam struktur tata ruang kawasan maupun regional yang selama ini telah terjadi.
1. Keajegan (persistence): Pola yang terjadi di masa lalu akan tetap terjadi di masa
mendatang. Mis: jika konsumsi energi di masa lalu meningkat, ia akan selalu
meningkat di masa depan.
2. Keteraturan (regularity): Variasi di masa lalu akan secara teratur muncul di masa
depan. Mis: jika banjir besar di Jakarta terjadi setiap 16 tahun sekali, pola yang sama
akan terjadi lagi.
3. Keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) data: Ketepatan ramalan tergantung
kepada keandalan dan kesahihan data yg tersedia. Mis: data tentang laporan
kejahatan seringkali tidak sesuai dengan insiden kejahatan yg sesungguhnya, data
ttg gaji bukan ukuran tepat dari pendapatan merupakan masyarakat.
Pada dasarnya Penyusunan kegiatan pekerjaan ini dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholder yang terkait dengan pengembangan kawasan. Pelibatan
seluruh stakeholder terkait diakomodasi melalui forum-forum diskusi dan konsultasi publik,
untuk memperoleh saran, masukan dan penyepakatan terhadap rumusan kebijakan dan
strategi yang disusun.
USULAN TEKNIS- 82
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Dengan demikian selain melalui penjaringan aspirasi, pelibatan stakeholder dalam kegiatan
penyusunan pekerjaan ini juga dilakukan dengan melaui pembahasan-pembahasan melalui
forum-forum diskusi dan konsultasi publik untuk mengkaji lebih lanjut hasil analisis dan
perumusan strategi yang dibuat. Manfaat penggunaan pendekatan tersebut adalah untuk
meminimalkan konflik berbagai kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir yang
menguntungkan untuk semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah
jaminan kelancaran implementasi hasil kajian ini di kemudian hari.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemerintah Kota melalui Dinas Cipta Karya, Tata Ruang
dan Kebersihan Kota Tasikmalaya bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan penyusunan
pekerjaan ini. Peran fasilitasi ini antara lain dilakukan dengan memberikan pendampingan
kepada daerah serta seluruh stakeholder terkait kegiatan penyusunan pekerjaan ini.
Beberapa aspek yang terkait dengan pendekatan partisipatif dan fasilitatif dalam kegiatan
penyusunan pekerjaan ini dijelaskan berikut:
1. Kemitraan
Kegiatan penyusunan pekerjaan ini, adalah pendekatan yang bercirikan top down namun
sekaligus memiliki nuansa partnership atau kemitraan. Berbeda dengan paradigma
sentralisasi dalam mekanisme pengambilan keputusan publik pada konsep otoriter,
mekanisme top down dalam bantek lebih didasarkan pertimbanganakan adanya kebutuhan
memberikan bantuan secara teknis (technical assistance) sehingga akan dapat
meningkatkan kapasitas aparat Pemerintah Daerah.
Pendekatan kemitraan (partnership) disini diartikan sebagai adanya posisi kemitraan antara
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Dinas terkait dan Pihak Konsultan.
Meskipun ada perbedaan tingkatan, namun masing-masing pihak berusaha untuk dapat
bekerjasama dan memberikan pemahaman kesetaraan hubungan, sehingga dapat terjalin
kerjasama yang kompak untuk mencapai tujuan bersama.
2. Perencanaan Partisipatif
Gambar 5.1
USULAN TEKNIS- 83
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Bentuk Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menurut hirarkhi rencana yang
diindikasikan dalam PP No. 69 Tahun 1996 (Pasal-Pasal di BAB III dari PP 69/96):
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of
Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak terlibat akan
saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan keputusan serta
sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam
proses partisipasi tersebut disebut sebagai stakeholder. Karenanya, pemahaman mengenai
partisipasi akan selalu berkaitan dengan pemahaman mengenai stakeholder, kepentingan-
kepentingannya, serta pelibatannya.
USULAN TEKNIS- 84
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi
sumber daya masyarakat. Definisi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan pemahaman dari
UNDP, dimana perencanaan partisipatif merupakan upaya perencanaan yang
melibatkan/mengikutsertakan seluruh stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut,
stakeholder selaku pemeran dapat terdiri dari kelompok pemerintah, swasta, dan
masyarakat umum. Dengan pemahaman tersebut, perencanaan secara partisipatif sudah
tentu melibatkan berbagai komunitas secara menyeluruh.
Pendekatan partisipasi stakeholder yang digunakan untuk penyelesaian kegiatan ini bukan
sekedar mengajak para stakeholder tersebut untuk mendengar dan memberi masukan saja.
Para stakeholder juga didorong untuk ingin tahu hingga akhirnya bersedia untuk terlibat aktif
memberikan masukan. Keikutsertaan tersebut sudah mengarah pada suatu kebutuhan
bukan lagi suatu paksaan.
USULAN TEKNIS- 85
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
3. Perencanaan Kapasitas
Mengingat hal-hal diatas, maka konsultan akan memfasilitasi peningkatan kapasitas dan
pemahaman para stakeholder terkait dengan rencana pemanfaatan ruang kawasan,
pembangunan dan pengembangan kawasan serta pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan. Diketahui dalam menyelenggarakan kegiatan penyusunan pekerjaan ini diperlukan
sebuah teamwork yang solid, bersifat multisektoral dan komprehensif. Teamwork yang
dibangun bukan merupakan implikasi dari sebuah power sharingtetapi lebih merupakan team
work yang bersifat kemitraan dan sinergis. Oleh karenanya mengingat kompleksnya masalah
juga, maka para pelaku dituntut untuk berbagi peran dan fungsi di dalam penyelenggaraan
kegiatan penyusunan pekerjaan ini.
USULAN TEKNIS- 86
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Eksplorasi dalam proses analisis dilakukan guna mengelaborasi perumusan kebijakan dan
strategi pengembangan kota dan penyusunan strategi pengembgangan permukiman dan
infrastruktur permukiman. Proses eksplorasi ini mendorong kepada pemahaman yang
mendalam terhadap aspek yang dikaji, melalui seluruh dokumen dan informasi yang berhasil
dikumpulkan.
2. Pendekatan Komprehensif
USULAN TEKNIS- 87
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Semua aspek tersebut dalam cara pandang ini dilihat sebagai satu kesatuan rantai
kehidupan yang saling terkait satu dengan yang lain. Selain itu kata komprehensif juga
mengandung pemahaman bahwa suatu wilayah dimana persoalan tersebut akan dipecahkan
dipandang sebagai satu kesatuan sistem yang di dalamnya terdiri dari berbagai sub sistem-
sub sistem yang saling terkait, termasuk dalam kaitannya dengan lingkup wilayah
administrasi (konstelasi regional, nasional, dan internasional).
Dalam kaitannya dengan keterkaitan antar aspek ini, dalam pendekatan yang bersifat
komprehensif dipandang sebagai suatu bentuk konsep kedinamisan dimana aspek
kehidupan yang satu mempengaruhi aspek kehidupan yang lain dan begitu seterusnya.
Tidak dapat ditentukan aspek mana yang menjadi awal dan akhir. Semua aspek dapat
menjadi sebab dan menjadi aibat yang saling terkait. Aspek-aspek kehidupan tersebut dalam
penanganannya didasarkan pada suatu kerangka acuan yang disebut dengan keterpaduan.
USULAN TEKNIS- 88
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 89
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
a. Pendekatan Kualitatif
Hasil dari pengolahan data secara desk study dari dua pendekatan tersebut dipertajam
dengan diskusi dan konsultasi dengan stakeholder lain (Pemerintah Pusat dan Daerah,
masyarakat lokal, swasta, LSM, dan perguruan tinggi) sehingga memenuhi aspek partisipatif
dan dengan demikian aspek kesepakatan dalam produk pengaturan dapat tercapai.
Dalam pendekatan ini akan dilakukan penelaahan terhadap kegiatan penyusunan pekerjaan
ini dalam kaitannya dengan tata ruang wilayah perencanaan. Selain itu akan mencoba
USULAN TEKNIS- 90
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
mengetahui hubungan interaksi antar wilayah yang menjadi objek penelitian di wilayah
perencanaan.
Di masa datang keberhasilan penataan ruang sangat tergantung pada kebijakan pemerintah
daerah terutama dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena itu,
setiap pemerintah daerah harus mampu mengembangkan visi pengembangan wilayahnya
masing-masing sesuai dengan citra, nilai, arah dan tujuan yang akan memberikan arah
masa depan wilayah yang bersangkutan.
Pada tingkat nasional, dengan karakteristik wilayah yang terdiri dari 300-an daerah otonom,
maka visi pengembangan wilayah yang sejalan dengan tuntutan perubahan yang terjadi
adalah menciptakan wilayah-wilayah/unit-unit otonom dalam suatu jaringan (network) yang
kuat, dimana tiap unit-unit otonom tersebut diarahkan untuk mampu bersaing menjadi pusat
dari jaringan tersebut. Sebagai konsekuensinya, setiap daerah harus mampu memiliki
keunggulan yang spesifik. Dengan demikian, arah pengembangan wilayah menjadi lebih
jelas yakni mengarah pada penciptaan spesialisasi. Sedangkan pada tingkat daerah, dalam
mengembangkan visinya, setiap daerah dituntut untuk mampu :
Dalam pendekatan ini akan dilakukan penelaahan kembali mengenai kawasan perencanaan
yang akan menjadi wilayah kajian ditinjau dari beberapa faktor antara lain:
Kondisi Fisik buatan, yaitu meninjau kondisi pembangunan setiap daerah yang
memiliki tingkat perkembangan tinggi yang mempengaruhi terhadap penyatuan
fisik terhadap kawasan perkotaan.
USULAN TEKNIS- 91
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Perubahan strutur dan tata ruang wilayah merupakan suatu proses dalam paradigma
perkembangan wilayah itu sendiri. Maka dalam proses pembangunan dan pengelolaannya
akan melibatkan beberapa elemen yang terkait didalamnya antara lain stakeholder yang
berada di wilayah perencanaan. Keterlibatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Masyarakat.
6.2 METODOLOGI
Untuk memberikan gambaran mengenai metode yang akan digunakan oleh Konsultan
dalam menangani pekerjaan ini, maka pada sub Bab ini kami uraikan metode yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
USULAN TEKNIS- 92
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja, maka kegiatan yang akan dilakukan dalam
melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
6.2.1 PERSIAPAN
Persiapan dasar berupa penyiapan secara administrasi, mobilisasi tim pelaksana,
penetapan pola pelaksanaan
Persiapan teknis berupa penyiapan format pengumpulan data dan informasi serta
perangkat survey lainnya yang akan digunakan untuk kegiatan lapangan
Melakukan survey lapangan untuk megumpulkan data primer dan sekunder berkaitan
dengan penyusunan rencana teknis dan desain, meliputi antara lain:
Survey lapangan untuk identifikasi dan inventarisasi data teknis dan informasi serta
pengetesan tanah dan jaringan utilitas lainnya.
USULAN TEKNIS- 93
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Pengelolaan dan menyiapkan data termasuk Analisa Daya Dukung Tanah serta
proses pendokumentasian hasil analisis.
Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penyusunan Review DED
Masjid Agung.
Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penataan ruangan gedung
Review DED Masjid Agung.
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Laporan Akhir
USULAN TEKNIS- 94
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
- Gambar Teknis
- Spesifikasi teknis
USULAN TEKNIS- 95
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
USULAN TEKNIS- 96
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
PENGUMPULAN DATA
Dalam perencanaan teknis, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari
sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data
sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan
sebagainya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.
1) Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang
dijadikan responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit
dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma
Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip
pengukuran dan penampilan fisik.
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur
maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
USULAN TEKNIS- 97
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik
ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
USULAN TEKNIS- 98
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang
mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui
makna yang terkandung di dalam peristiwa.
3) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara
sumber atau sumber data.
Data Primer dan Sekunder yang mendukung data perencanaan bangunan yang
dibutuhkan antara lain:
Analisa awal dilakukan dengan menggunakan data dan laporan yang berhasil
dikumpulkan. Fokus analisa awal ini adalah konsultan akan melakukan seleksi, tabulasi,
evaluasi dan analisa data tersebut yang nantinya akan dapat digunakan untuk menyusun
program kerja.
USULAN TEKNIS- 99
Review DED Masjid Agung
(Redesign Interior & Lansekap)
Untuk dapat memahami dan mengevaluasi kondisi aktual, konsultan akan melakukan
kajian yang cukup mendalam berkaitan dengan sejarah (historis) konsep awal Detail
desain.
Dengan bekal hasil analisa awal, rencana kerja untuk survey dan analisa akan dapat
dilaksanakan secara cepat. Rencana kerja yang disusun merupakan review dan
pendetailan dari rencana kerja serta metode yang telah dibuat dalam Dokumen
Penawaran Teknis, meliputi :
TAHAPAN PRA-RENCANA
SURVEI TOPOGRAFI
- Patok beton (Bench Mark = BM) yang akan dipasang mempunyai ukuran 20 x 20
x 90 cm dan dipakai sebagai kerangka utama dalam pemetaan situasi.
- Patok beton pembantu (Control Point = CP) dipasang sebagai patok pendamping
untuk orientasi arah dan untuk memudahkan dalam uji petik (cross check). CP
mempunyai ukuran dengan diameter 10 x 60 cm.
PEMBUATAN DISKRIPSI BM
- Bentuk formulir dan cara pengisian dibuat sesuai format yang telah ditentukan.
- Sketsa lokasi dan keterangan letak BM/CP, dibuat sejelas mungkin untuk
memudahkan dalam pencarian BM/CP dikemudian hari.
- Foto BM/CP dibuat dalam posisi close-up dan posisi penampakan daerah
sekitarnya. Pemotretan diusahakan dibuat sedemikian rupa, agar nomor BM/CP
dan keterangan yang diperlukan tampak jelas pada foto.
- Foto, sketsa data koordinat (X,Y), data elevasi (z) dan keterangan lokasi BM/CP
dicantumkan pula dalam format standar tersebut.
PENGUKURAN POLIGON
Pengukuran poligon dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak beserta azimuth
awal sebagai penentu arah Utara.
a. Pengukuran Sudut
Sudut ukur diukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Total Station.
Dimana aplikasi pada alat tersebut sudah menggunakan metode digital. Untuk
alat ukur dengan sistem manual Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang
merupakan hasil rata-rata dari pengukuran .
Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis dan dicek
dengan menggunakan meetband.
- Alat ukur yang digunakan Total station dengan Jumlah seri pengamatan 4
seri (pagi hari) Tempat pengamatan, titik awal (BM.1) Dengan melihat
metoda pengamatan azimuth astronomis pada dibawah, Azimuth Target (αT)
adalah:
αT = αM +
atau
αT = αM + ( T – M )
Dimana:
αT = azimuth ke target
c. Hitungan Poligon
sudut = (n 2) 180° f
Dimana :
d. Hitungan Koordinat
Dimana :
x, y = Koreksi
PENGUKURAN WATERPASS
Jalur waterpass mengikuti jalur poligon dan melalui titik referensi. Mengingat
persyaratan ketelitian yang diminta di dalam KAK/TOR, maka agar didapat hasil yang
baik dan memenuhi persyaratan tersebut, dalam pelaksanaannya akan diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
Jenis alat ukur yang akan digunakan adalah alat sipat datar yang termasuk dalam
orde 2, yaitu Waterpass Automatic yang sederajat dengan Wild NAK-2, misalnya
Zeiss Ni-2 atau Sokkisha B2-A.
Metoda pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
- Setiap pagi sebelum memulai pengukuran, dilakukan pemeriksaan garis visir
alat ukur.
- Jika garis visir tidak baik, maka alat harus diganti atau diperbaiki, akan tetapi
apabila ternyata terjadi kesalahan garis visir mencapai 0,05 mm/m, maka alat
tersebut akan dikalibrasi terlebih dahulu.
HA-B = bb – bd
Dimana :
HB = HA + HA-B
Dimana :
HA = Tinggi titik A
- Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan menggunakan
alat waterpass Wild Nak-2 atau yang sejenis.
- Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar dari 50
meter.
- Baud-baud tripod ( statip ) tidak boleh longgar, sambungan rambu harus lurus
betul serta perpindahan skala rambu pada sambungan harus tepat, serta rambu
harus menggunakan nivo rambu.
- Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat pengukuran.
- Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai dengan
maksimal 2750.
- Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas, benang
tengah dan benang bawah.
- Pengukuran sipat datar dilakukan setelah BM dipasang, serta semua BM
eksisiting dan BM baru terpasang harus dilalui pengukuran waterpass.
- Slaag per seksi diusahakan genap dan jumlah jarak muka diusahakan sama
dengan jarak belakang.
- Pada jalur terikat, pengukuran dilakukan pergi-pulang dan pada jalur terbuka
pengukuran dilakukan pergi-pulang dan double stand.
- Kesalahan beda tinggi yang dicapai harus lebih kecil dari 7 mmD, dimana D
adalah jumlah panjang jalur pengukuran dalam kilometer.
- Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan sistematis, jika
ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali didekatnya, serta tidak
diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan tinta koreksi.
- Pekerjaan hitungan waterpass harus diselesaikan di lapangan, agar bila terjadi
kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran kembali hingga
benar.
- Perataan hitungan waterpass dilakukan dengan perataan metode Bouwditch.
Dasar utama untuk pengambilan titik detail adalah dilihat dari skala gambar/peta
yang akan dibuat, yaitu skala 1 : 5.000. Dalam skala tersebut, berarti 1 cm
digambar adalah 50 m di lapangan, jadi seandaianya diambil kerapatan titik detail
digambar diambil rata-rata berjarak 1 mm, maka kerapatan titik detail di lapangan
harus berkisar 50 mm.
Metode yang diambil untuk pengambilan situasi detail ini adalah raai dan voorstral
dengan perhitungan beda tinggi dan jarak datar secara tachymetri dengan setiap
raai ataupun setiap seizlag diikatkan pada titik-titik poligon sebagai referensi.
Data yang dicatat dari setiap bidikan titik detail untuk situasi adalah :
Untuk pemetaan situasi sungai, data profil melintang dapat digunakan, tetapi
masih diperlukan pengukuran detail tambahan untuk dapat menggambarkan
detail lainnya yang tidak diukur pada waktu pengukuran tampang melintang.
Alat ukur yang digunakan adalah Total Station yang mempunyai ketelitian 5 detik.
HAB = bb – bd
Dimana :
D = jarak datar
h = sudut vertical
ti = tinggi instrumen
D = AY Cos2.h
Dimana :
D = jarak datar
h = sudut vertikal
Pengukuran ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui as dasar sungai yang ada
(existing), agradasi dan degradasi yang terjadi, serta dapat pula untuk
menghitung volume bahan galian golongan C yang dapat dieksploitir (jika ada).
Pada jalur yang terikat / tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pulang-
pergi, sedangkan jalur yang terbuka diukur dengan cara pergi- pulang dan stand
ganda (double stand).
Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang yakni : benang atas,
benang tengah dan benang bawah untuk stand I dan stand II. Penempatan alat
ukur diusahakan ditengah-tengah antara rambu muka dan rambu belakang,
setidak-tidaknya jumlah antara jarak ke muka = jumlah jarak ke belakang.
Jumlah berdiri alat dalam satu seksi pergi pulang diusahakan genap. Ujung seksi
ukuran pergi pulang dibuat pada BM yang telah dipasang pada setiap bangunan
dan jika jarak BM tidak mungkin ditempuh dalam satu hari, dipasang BM
( 20x20x100 ) cm diantara kedua BM yang telah ada. Pengukuran pergi pulang
diselesaikan dalam satu hari, dan jika refraksi udara mempengaruhi garis bidik
maka pengukuran dihentikan.
Data hasil pembacaan ditulis dengan ball-point warna hitam agar dapat di foto
copy dengan jelas dan tidak mudah dihapus.
- Pengukuran profil melintang dilakukan pada setiap titik memanjang dan dibuat
tegak lurus sungai atau jalur profil memanjang.
- Pengukuran profil melintang dilakukan tiap interval 50 m (SID) dan 100 m
(FS) untuk sungai yang relatif lurus dan landai, serta 25 m (SID) dan 50 m
(FS) untuk sungai yang menikung dan berbukit.
- Lebar untuk profil melintang diambil 50 m ke kiri dan 50 ke kanan dari tepi
sungai.
- Alat ukur yang digunakan Theodolith Wild T-O atau yang sederajat.
PEKERJAAN KANTOR
a. Pekerjaan Hitungan
- Kertas yang digunakan adalah kertas kalkir 80/85 gram, dengan format sesuai
dengan standar proyek.
- Garis silang grid dibuat setiap 10 cm.
- Gambar draft harus disetujui oleh Direksi sebelum dikalkir.
- Semua Titik Referensi, BM eksisting yang terdapat dilapangan dan CP hasil
pemasangan baru harus digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan
dilengkapi dengan koordinat dan elevasi.
- Pada setiap interval 5 ( lima ) garis kontur dibuat tebal sebagai contour index.
- Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan yang ada di
lapangan.
- Penarikan kontur lembah, alur atau sadel bukit harus ada data elevasinya.
- Overlap peta sebesar 5 cm.
- Gambar dan keterangan mengenai kampung, sungai, jalan, sawah, bangunan
dan detil lainnya dicantumkan secara jelas.
- Interval kontur untuk peta ikhtisar diambil 2,5 meter untuk daerah datar dan 5
meter untuk daerah berbukit.
- Format gambar dan etiket peta sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
- Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon Raai digambar dengan
sistem koordinat.
- Skala penggambaran untuk penampang melintang daerah genangan adalah 1
: 500 untuk skala horisontal dan 1 : 200 untuk skala vertikal.
INVESTIGASI TANAH
SONDIR
Interpretasi hasil sondir didapat dengan mengkorelasikan nilai nilai tahanan konus
(qc) dan friction dengan konsistensi tanah lempung dan kepadatan suatu
lapiasn pasir seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Cara penggunaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekanan dan mata sondir
secara terpisah, melalui alata penekanan mekanis atau dengan tangan yang
memberikan gerakan kebawah. Kecepatan penekanan kira – kira 10 mm/detik.
Pembacaan tahanan kerucut statis atau tahan konus dilakukan dengan melihat arloji
pengukur. Nilai q˛ adalah besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas
penampangnya. Pembacaan arloji pengukur, dilakukan pada tiap – tiap penetrasi
sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesek selimut alat sondir dicatat. Dari
sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau tahanan konus yang menyajikan
nialai ke duanya.
Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan
Campanella (1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q˛) dengan rasio gesekan
Rf, untuk mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, Rf adalah rasio gesekan
( Fricition ratio ) yang merupakan perbandingan antara gesekan selimut local, fs
( gaya gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimutnya atau
disebut gesek satuan ) dengan tahanan konus q˛ atau rasio gesekan dinyatakan
oleh persamaan:
Rf = fs/q˛ x100%
a) Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang
diletakkan pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak bergerak pada
waktu pengujian;
b) Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan hidraulik
yang dapat digerakkan naik/turun;
c) Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi
dorong dan penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang
dalam dan pipa dorong;
d) Pada penekan hidraulik terpasang 2 buah manometer yang digunakan untuk
membaca tekanan hidraulik yang terjadi pada waktu penekanan batang dalam,
pipa dorong dan konus (tunggal atau ganda). Untuk pembacaan tekanan
rendah disarankan menggunakan manometer berkapasitas 0 Mpa s.d 2 MPa
dengan ketelitian 0,05 Mpa. Untuk pembacaan tekanan menengah digunakan
manometer berkapasitas 0 MPa s.d 5 MPa dengan ketelitian 0,05 MPa, dan
untuk pembacaan tekanan tinggi digunakan manometer berkapasitas 0 MPa s.d
25 MPa dengan ketelitian 0,1 MPa.
Peralatan Pengujian
Apakah
LANJUT PENGUJIAN
qc < kapasitas
PADA KEDALAMAN 20
alat?
CM BERIKUTNYA
PERHITUNGAN DAN
PEMBUATAN GRAFIK
Perhitungan formulir 1
Pembuatan grafik hasil uji sondir
SELESAI
Persiapan pengujian
a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan
linggis sedalam sekitar 5 cm;
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai
dengan letak rangka pembeban;
c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa
untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci
piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara
dalam sistem;
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di
atasnya;
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan
memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat
kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian,
tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
h) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta
kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar
sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa
ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.
Prosedur pengujian
a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20
cm sesuai interval pengujian;
a) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira
4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 4) dan catat pada formulir (Lampiran
C) pada kolom Cw ;
b) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan
batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 4) dan
catat pada formulir (Lampiran C) pada kolom Tw.
Penyelesaian pengujian
a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik
kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
b) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.
Penguji Penyelia
( ) ( )
PENGUJIAN LABORATORIUM
a. Penentuan Kadar Air
Tanah asli dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 ± 5o C selama tidak kurang
dari 16 jam. Nilai kadar air yang dinyatakan dalam persen didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat air yang terkandung didalam tanah dengan berat
tanah kering. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2216-80.
γ wet
γ dry =
( w + 1)
Dalam pengujian ini digunakan contoh tanah terganggu yang sudah dikeringkan
menggunakan oven. Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini berupa
piknometer dengan kapasitas 50 ml. Berat jenis tanah didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat isi kering butiran tanah dengan berat isi air suling
pada suhu 4o C. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 854-83.
d. Permeabilitas Tanah
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien rembesan dari tanah (k).
Pengujian untuk tanah yang bersifat lempung menggunakan alat uji
permeabilitas dengan tinggi tidak tetap (falling head permeability test). Metode
pengujian mengikuti aturan ASTM D 2434-68.
e. Pengujian Konsolidasi
Pengujian kuat tekan bebas (unconfined test) dilakukan untuk memperoleh nilai
kohesi tanah (c), dengan sudut geser tanah () yang mendekati (0) nol.
Percobaan ini sangat sesuai untuk mencari nilai kohesi tanah (c) untuk tanah
berbutir halus (lanau-lempung). Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D
2166-85.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data primer keadaan lapangan yang kemudian
akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan tahapan kegiatan perancangan berikutnya.
Untuk pekerjaan perancangan struktur ini, survey yang dilakukan adalah survey
ketersediaan bahan-bahan bangunan setempat, survey demografis/keadaan
kependudukan disekitar lokasi pekerjaan, survey kondisi geometeorologi dan keadaan
seismic.
a. Seismo-Geometorologi
Data seismic dan geometeorologi diperoleh dengan melakukan study atas sumber-
sumber sekunder yang dipublikasi oleh badan-badan resmi yang berwewenang
pada hal-hal dimaksud.
b. Survei Demografis
STRUKTUR BANGUNAN
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban
yang timbul akibat prilaku alam dan manusia.
Menjamin keselamatan manusia dan kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan
oleh kegagalan struktur.
Adapun jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pra-perencanaan atau pra-
desain antara lain adalah sebagai berikut :
Pembuatan Site Plan, yang menampilkan gedung rencana, yang sebelumnya dilakukan
kajian terhadap kondisi dan karakteristik site yang meliputi :
Dalam perencanaan site maka faktor yang mendukung termasuk potensi exsisting yang
ada harus dimanfaatkan sebagai elemen pendukung dalam perencanaan Site.
Gambar berikut adalah salah satu contoh Perencanaan Site yang didasarkan atas
kajian terhadap beberapa faktor pendukung yang telah disebutkan diatas.
Seluruh faktor akan dimanfaatkan untuk membentuk site plan/tapak yang sesuai dengan
kebutuhan bangunan Gedung Rencana dalam perencanaan site bangunan disusun
sebagai berikut :
a. Konsep Makro
Sebagai suatu kompleks Hunian maka perencanaan site plan harus menjadi satu
kesatuan dengan bagunan lainnya sebagai bagian dari sub sistem lingkungan.
PERENCANAAN BANGUNAN
Perencanaan Bangunan meliputi pembuatan gambar Pra Disain (sebagai bahan diskusi
dan presentasi) dan Gambar Disain beserta Detail-Detail Konstruksinya, pembuatan
Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS), pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB),
Perhitungan Struktur, Gambar Perspektif dan Laporan-Laporan Perencanaan,
Pembuatan Disain Pelataran Parkir, Pembangunan Disain jalan, Disain Pagar, conblok
canstin, penataan halaman, Pos Jaga dan sebagainya.
Sesuai dengan dasar falsafah sebagaimana bangunanan fasilitas hunian lainnya, maka
secara umum penampilan bangunan memberikan kesan menarik nyaman dan terjamin
keamanannya, sebagai suatu aspek yang dibutuhkan pada Fasilitas hunian yang sangan
Representatif.
PENAMPILAN ARSITEKTUR
Pola perencanaan tata ruang akan memperlihatkan aspek efisiensi fungsi melalui
penciptaan ruang-ruang yang tidak terbuang dengan sudut-sudut dinding tidak lebih
kecil dari 90 derajat. Sedangkan penampilan bentuk, mengutamakan keserasian
lingkungan, tanpa meninggalkan ciri-ciri budaya tradisional.
PERENCANAAN RUANGAN
Citra yang ramah dapat dilihat dari ruangan-ruangannya yang indah dan
menyenangkan untuk dimasuki, mulai dari pintu masuk dilantai dasar menuju
keloby , kemudian ke Ruangan Kamar masing- masing.
Ruang disamping loby dan ruang aktivitas pegawai, teras, toilet, gudang, parkir,
merupakan ruang permanent.
Konsep dari Penampilan bangunan secara Total dapat diartikan bahwa kondisi
nyata bangunan yang ada dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pengguna gedung.
Biasanya masalah yang timbul adanya sumber panas dari peralatan kantor,
radiasi dari efek panas didekat peralatan kantor dan tidak adanya atau
kurangnya sirkulasi udara dalam ruangan
Biasanya masalah yang timbul adalah adanya udara/gas yang keluar dari
peralatan kelengkapan ruangan, kabel-kabel, tidak adanya control udara
bersih, penggeseran/perubahan tata letak untuk menghidari silau dari
matahari
c. Kualitas Akustik
Masalah ini timbul karena adanya printer yang tidak menggunakan tutup,
suara dari keyboard dan disk driver dan suara-suara yang ditimbulkan oleh
peralatan yang menggunakan teknologi baru.
d. Kualitas Visual
Masalah timbul karena adanya silau dari jendela, pantulan dari lampu dan
jendela pada layer monitor, sakit kepala/pusing dan sakit mata/lelah karena
konsentrasi mata kelayar monitor yang terus menerus.
e. Kualitas Spasial/Ruangan
f. Integritas Bangunan
STRUKTUR BANGUNAN
1) Uraian Umum
Karena tanah tidak homogen dan regangannya tidaklah sama dengan sifat
dinamis benda elastis padat. Tegangan didalam tanah pondasi yang disebabkan
oleh beban garis atau beban merata dengan cara menjumlahkan tegangan-
tegangan akibat
beban terpusat yang bekerja pada permukaan tanah atau didalam tanah.
Ada semacam gejala yang sering tampak apabila penimbunan dilakukan pada
lapisan bawah, pondasi lapisan tanah jelek. Tanah mempunyai sifat untuk
meningkatkan kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat tekanan.
Apabila beban yang bekerja pada tanah pondasi telah melampaui daya
dukung batasnya/tegangan geser yang ditimbulkan didalam tanah pondasi
melampaui ketahanan geser tanah pondasi, maka akan berakibat keruntuhan
geser dari tanah pondasi
2) Uraian Khusus
Tanah pondasi biasanya merupakan bahan yang susunannya amat rumit dan
beraneka ragam . Walaupun sifat fisik dan mekaniknya dapat diketahui dengan
penyelidikan tanah atau pengujian tanah, namun hasilnya tidak sesuai benar
dengan kenyataannya. Tidak seperti pada beton atau baja yang hasil
penyelidikannya dan pengujiannya dapat dipercaya.
Data pemboran lapisan geologi atau hasil pengujian tanah adalah hanya pada
suatu titik yang dipilih sembarang, sehingga untuk mengambil kesimpulan
apakah hanya itu merupakan sifat-sifat keseluruhan tanah pondasi, harus diteliti
berdasarkan latar belakang geologi mengenai pembentukan tanah pondasi
tersebut.
Untuk melaksanakan survey pada tanah dasar yang jelek, maka dianjurkan
cara kerjanya sebagai berikut :
Kedua dengan ketelitian yang lebih tinggi adalah dengan pemeriksaan secara
kasar mengenai daya dukung tanah atau penurunan, yakni untuk menjernihkan
hal-hal yang meragukan sehingga dapat disediakan hasil-hasil penyelidikan atau
pengujian untuk analisa dinamik bagi perencanaan.
telapak beton bertulang. Pondasi ini dapat dipilih bagi tanah dengan daya
dukung sedang atau tinggi, dengan lapisan tanah keras/pendukung tidak
lebih dalam dari 2,4 m di bawah permukaan tanah.
Pondasi Lajur Beton
Pondasi ini mentransfer beban bangunan atas dari kolom- kolom struktur
bangunan atas kelapisan tanah pendukung melalui suatu system balok
beton brtulang yang dibangun mengikuti lajur denah dinding bangunan.
Pondasi jenis ini dapat dipilih sebagai struktur pondasi jika tanah
pendukung adalah tanah lunak dan ada kemungkinan terjadi perbedaan
penurunan akibat perbedaan kecepatan konsolidasi diantara titik-titik
beban pada lapisan tanah pendukung atau akibat pembebanan tak
seragam dari kolom-kolom bangunan atas.
Pondasi Tiang
Pondasi jenis ini mentransfer beban bangunan atas dari kolom kelapisan
tanah pendukung melalui tiang-tiang structural yang dipasang dibawah
kolom. Pondasi ini menjadi pilihan jika tanah pendukung adlah tanah
lunak/sangat lunak dan kedalaman muka air tanah tidak terlalu dalam.
Jika lapisan tanah pendukung berada pada kedalaman sekitar 4 s/d 12
meter dibawah permukaan tanah maka jenis borred pile, atau sumuran
dari bahan beton, dapat dilipilih untuk pondasi bangunan ini. Jika
kedalaman tanah keras berada lebih daripada 12 meter dibawah
permukaan maka pondasi tiang jenis Tiang Pancang haruslah dipilih
sebagai pondasi bangunan ini. Pondasi
tiang pancang kayu, beton bertulang atau baja dapat menjadi alternative
pondasi bangunan ini.
Pondasi Pelataran ( Bassement Foundation )
Pondasi jenis ini mentransfer beban bangunan atas kelapisan tanah
pendukung melalui struktur plat. Pada umumnya dari beton bertulang
yang dibangun pada daerah denah bangunan dibawah struktur bangunan
atas. Pondasi jenis ini dipilih jika bangunan berada diatas tanah yang
sangat lunak, dan berplastisitas yang besar. Pondasi jenis ini cukup
baik untuk mengatasi masalah structural yang ditimbulkan oleh perbedaan
penurunan. Pondasi pelataran ini juga dapat memberikan tambahan ruang
bawah tanah sebagai suatu pelataran (basement), sehingga pondasi ini
disebut Pondasi Pelataran.
2) Pemilihan Rancangan
Pada tahap ini diadakan perhitungan preliminaries atas alternative- alternatif
rancangan yang dikemukakan pada tahap Penentuan Alternatif Rancangan,
untuk menentukan alternative rancangan yang terpilih. Pertimbangan pemilihan
alternative rancangan didasarkan menurut prioritas berturut-turut pada hal
kekuatan, kestabilan, keawetan, ekonomis dan keindahan.
a. Kekuatan
Suatu system struktur harus mampu memikul semua beban yang akan
membebani struktur tersebut seumur hidup, tanpa mengalami kegagalan
struktur: hancur, rubuh dan yang lain serupa itu, yang sedemikian sehingga
struktur tersebut tidak dapat memberikan kegunaan, tidak dapat berfungsi
sebagaimana dimaksudkan dan diharapkan.
b. Kestabilan
Suatu system struktur yang tidak akan mengalami perpindahan seluruh atau
bagian-bagiannya ketika dibebani, yang sedemikian sehingga tidak dapat
memberikan kegunaan dan tidak dapat berfungsi sebagaimana yang
dimaksudkan dan diharapkan darinya. Ketidakstabilan suatu struktur dapat
berupa berguling, berpindah, bergetar, melendut dll.
c. Kenyamanan
Suatu system struktur yang tidak berperilaku sedemikian sehingga
memberikan ketidaknyamanan kepada pemakai/penghuni struktur tersebut.
Ketidaknyamanan dapat terjadi jika struktur terlihat melendut dengan
lendutan yang ekstrim, bergetar atau berguncang dengan vibrasi yang
besar, memiliki bagian-bagian yang menonjol atau bergantung di atas tempat
penghunian dll.
d. Keawetan
Suatu system struktur dengan bahan yang tahan terhadap pengaruh merusak
dari lingkugan sekitarnya.
e. Ekonomis
Suatu system struktur yang berharga terjangkau baik dalam konstruksi,
pemakaian maupun pemeliharaannya. Termasuk dalam pokok ini adalah
struktur yang dapat dibangun dengan tidak terlalu sukar, dan dapat dijangkau
oleh pengguna/pemakai.
f. Keindahan
3) Perhitungan Rancangan
Pada tahap ini, dilakukan perihtungan-perhitungan yang lengkap dan teliti
(rigorous) atas rancangan terpilih untuk memastikan kekuatan, kestabilan dan
kenyamanan. Pada tahap ini pula dilakukan perubahan-perubahan
perbaikan atas rancangan terpilih sesuai performansi struktur yang diharapkan,
sehingga dari tahapan ini akan dihasilkan rencana bentuk dan keadaan akhir
bangunan. Perhitungan rancangan meliputi perhitungan perencanaan kekuatan
dan kestabilan struktur, perhitungan biaya bangunan.
a. Perencanaan Bangunan Atas
Dewasa ini beberapa metode canggih telah tersedia dalam bentuk piranti
lunak analisa struktur dan dapat dipakai untuk maksud ini. Beberapa piranti
lunak untuk analisa desain struktur tersebut antara lain Structural Analysis
Program (SAP). Metoda-metoda konvensional untuk maksud ini adalah antara
lain Momem Distribution Method yang biasa dikenal dengan cara cross,
takabeya dll.
b. Perencanaan Bangunan Bawah
Perencanaan bangunan bawah dapat pula dilakukan dengan piranti lunak-
piranti lunak yang disebutkan di atas. Pada umumnya analisa dan desain
bangunan bawah tidaklah serumit pada bangunan atas sehingga metoda-
metoda konvensional masih dapat dipakai dengan tidak terlalu memberatkan
dan menyulitkan untuk maksud ini.
BAHAN MATERIAL
Bahan atau material yang akan digunakan disamping dari segi keawetan, akan
mempertimbangkan pola penggunaan bahan. dari segi arsitektural, maka
penggunaan material diserasikan dengan faktor lingkungan, cuaca (iklim) dan
seharmonis mungkin dengan tetap memberikan kesan menarik untuk mendukung
penampilan bangunan dengan budaya lokal.
PERENCANAAN UTILITAS
Suatu Sistem Bangunan Gedung Rencana memiliki empat komponen penting
yaitu (1). Sistem Otomatisasi Hunian, (2). Sistem Otomatisasi Bangunan,(3). Fasilitas
Telekomunikasi dan (4). Engineering Bangunan yang terdiri atas Arsitektur
Bangunan, Lingkungan Bangunan dan Struktur Bangunan.
Disamping empat komponen utama diatas agar suatu bangunan i dapat bekerja
dengan baik diperlukan banyak komponen pendukung lainnya. Komponen
pendukung ini tidak bisa diabaikan, karena komponen utama tidak akan bisa bekerja
baik atau bahkan sama sekali tidak bisa bekerja tanpanya. Pada akhirnya pula,
kinerja komponen pendukung ini akan turut menentukan kinerja komponen utama
dari suatu Bangunan.
Oleh karena itu, pembahasan dalam bagian ini akan mencakup semua subsistem
utama dan subsistem pendukung yang dipakai pada Bangunan Gedung. Bahasan
pertama adalah Sistem Otomatisasi Hunian. Subsistem dalam Sistem Otomatisasi
Bangunan yang akan dibahas meliputi Sistem Pengkondisian Udara (Tata Udara),
Sistem Pencahayaan, Sistem Telekomunikasi, Sistem Keamanan, dan Sistem
Kebakaran. Pembahasan meliputi cara kerja secara umum, control yang dipakai, dan
peralatan yang digunakan. Selanjutnya system pendukung yang akan dicakup
meliputi Sistem Kelistrikan, Sistem Suplai Air, system Pengkabelan, Sistem Tata
Suara dan terakhir Sistem Transportasi.
1) Sistem Otomasi Hunian
Gedung Rencana dirancang untuk menampung otomasi komunikasi yang
canggih. Tulang punggung system ini disebut Broadband Local Area Network
(Boardband LAN) yang memungkinkan tercapainya fleksilibitas maksimal.
Sebagai alat penunjang, dalam gedung pemerintahan juga terpasang Sistem
Manajemen Informasi/Management Information System (MIS). Keuntungan Local
Area Network (LAN) dan MIS adalah :
1. Setiap orang yang menggunakan Personal Computer (PC) atau terminal
dapat secara mudah berhubungan dengan mainframe.
2. Printer dapat ditempatkan dimana saja.
3. PC dapat berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Penelitian menunjukkan bahwa 75% informasi digunakan dalam divisi yang sama,
15% digunakan dalam gedung yang sama, dan 10% digunakan untuk keluar
gedung. Jaringan LAN yang terpasang digedung bank,memiliki keuntungan
jangka panjang sebagai berikut :
1. Peralatan dapat dipindahkan dengan mudah. Setiap Floor Outlet Box (FOB)
disetiap lantai dapat menerima suatu terminal, PC, atau printer.
2. Dapat mnggunakan printer dengan type yang hemat biaya.
3. Biaya sambungan PC ke Komputer mainframe dapat dihemat sampai 50%.
Sistem akan menciptakan “bangunan tanpa kertas di gedung ini dengan tidak
menggunakan lagi kertas untuk komunikasi dalam gedung. Electrinic mail (e–
mail) adalah bagian dari paket peranti lunak Sistem Penerima (Reception
System) yang dipadukan dengan LAN dan sistem telepon. Hal ini memungkinkan
b. Media Transmisi
Media transmisi merupakan factor penting untuk dipertimbangkan dalam
penggunaan LAN karena kinerja yang baik dari LAN bergantung pada
karateristik media transmisi yang cocok. Faktor-faktor lain yang harus
1. Topologi Star
Topologi Star merupakan topologi yang sudah pada umumnya. Sistem
telepon dikonfigurasikan sebagai Star dengan saluran- saluran
transmisinya yang dihubungkan dari sentral Switcing (tombol) ke
setiap pemakai. Jaringan komputer topologi Star tersebut analog
dengan system telepon, tetapi yang bertindak sebagai sentral adalah
sebuah host computer dengan berbagai perlengkapannya yang
meliputi ; hard disk, program aplikasi, program control, dan lain lain.
Kebaikan topologi ini yaitu, (1) transfer file cepat, (2) kendali file terpusat
(3) implementasinya mudah karena tiap stasiun langsung dihubungkan
ke prosesor, (4) antar muka jaringan (network interface) lebih
sederhana dan biasanya lebih murah disbanding topologi ring atau bus (5)
cocok untuk sistem dengan jumlah staiun kecil. Sedangkan kelemahannya
adalah: (1) pusat merupakan titik kegagalan system dan (2) memerlukan
lebih banyak kabel dibanding topologi lain.
2. Topologi Ring
Dalam topologi ring, paket data berputar kesatu arah sepanjang ring.
Pengulang bank (intelligent repearter) dibutuhkan oleh setiap node untuk
mensirkulasikan paket data sepanjang ring. Repeater ini mempunyai
fungsi melakukan receive transmission, listen, dan forward, serta
melakukan by pass apabila stasiun tempat repeater rusak. Dalam topologi
ring, pengaksesan media dapat dilakukan dengan menggunakan bit-bit
tertentu yang disebut token, yang berputar sepanjang ring. Apabila
sebuah stasiun ingin mengirimkan data, maka harus menunggu sampai
token itu tampak, kemudian token akan mengirimkan datanya ke saluran.
Kebaikan topologi ring adalah: (1) Jarak antar node bisa lebih jauh
dibanding topologi lain, karena setiap node memberikan sinyal secara
tetap; dan (2) baik untuk instalasi yang besar. Sedangkan kelemahannya
yaitu; (1) apabila repeater rusak, system akan terganggu ; (2) kinerja
system akan dipengaruhi oleh penambahan atau pengurangan node; (3)
sulit menambah node karena system harus dimatikan dahulu; dan (4)
karena masing-masing node memerlukan repeater, maka harga system
akan menjadi mahal.
3. Topologi Bus
3) Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan juga diatur dengan cara yang sama dengan Sistem
Pengkondisian Udara. Setiap lantai memiliki sejumlah sirkit dengan beberapa
pola pencahayaan yang masing-masing dapat diatur secara individual. Digital
Operated Switches (DOS) dapat mengatur pencahayaan dimalam hari. Tombol
memungkinkan pemakai ruangan mengatur pencahayaan alami siang hari
(daylight sensor) dapat mengatur pencahayaan suatu ruangan dengan cara
mematikan pencahayaan secara bertahap.
a. Konsep Perencanaan Pencahayaan pada Otomasi Bangunan
Perencanaan Pencahayaan pada otomasi bangunan meliputi :
1. Kondisi Lampu yang diperlukan
Pekerja pada otomasi bangunan bekerjasama dengan layer
CRT,manuscript, keyboard dan lingkungan. Hal ini yang membuat mata
akan cepat lelah. Karena itu ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
tentang kondisi lampu-lampu untuk otomasi kantor.
a. Iluminasi (penerangan) yang benar pada meja kerja.
b. Shielding Reflection dari lampu dan jendela dilayar CRT.
c. Distribusi yang benar dari cahaya keseluruh ruangan.
d. Kontrol Pencahayaan
Tidak semua lampu digedung dikontrol oleh Sistem Otomasi Bangunan
(SOB), melainkan ada daerah yang tidak dikontrol oleh SOB meliputi daerah
yang bukan lantai typical.
Rangkaian pencahayaan di daerah yang disebutkan diatas (bukan lantai
typical) dikontrol dari Main Circuit Breaker (MCB) atau saklar local. Rangkaian
pencahayaan didaerah yang dikontrol oleh system pencahayaan diatur
sedemikian rupa sehingga setiap pencahayaan disetiap lantai dikontrol oleh
dua buah Digital Lighting Controller (DLC). Satu DLC melayani salah satu
bagian gedung, dan yang lain lagi melayani bagian lain.
Agar lampu bisa menyala (ON), semua saklar (termasuk MCB), Relay Pack,
GERelay, dan saklar local) harus ditutup (OFF). Untuk memastikan bahwa
lampu dikontrol dan dimonitor secara benar di Ruang Sistem Otomasi
Bangunan, pengawas perlu menjsgs main incoming dan MCB agar selalu
menyala setiap saat dan penggunaan saklar lampu harus dilakukan lewat
DLC.
4) Sistem Telekomonikasi
Gedung Rencana memakai Private Addres Brand Excharge (PABX) digital
modern yang menunjang Integrated Service Data Network (ISDN) yang
merupakan paduan dari suara, data dan video dengan standard internasional.
Seluruh jaringan kerja digedung ini benar-benar fleksibel dan dirancang agar
dapat disesuaikan dengan perkembangan dimasa mendatang. Sistem yang
dipasang sebanyak mungkin dengan kemungkinan tambahan bila diperlukan
dimasa datang.
Disamping PABX, gedung juga dilengkapi fasilitas Telekomunikasi
sebagai berikut:
1. Direct Lines; Facsimile; CCM; Dealing System.
2. Telex
3. Lease Channel; Reuters; Telerate; Tele Trac.
4. Lease ChannelData; Computer Center.
5. Lease Channel Data; Computer Center kekantor lain.
Untuk masa mendatang gedung rencana juga dapat dilengkapi dengan satelit dan
saluran microwave. Sistem Telekomunikasi ini juga dapat dipadukan dengan
System Otomasi Bangunan (SOB) yang memungkinkan pengelola mengatur
Sistem Pengkondisian Udara dan Sistem Pencahayaan sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu juga dipadukan dengan system Sistem Otomasi
bangunan melalui Sistem Penerima (Reception System).
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa Sistem Telekomunikasi meliputi :
1. Telepon kunci multifungsi.
Sistem ini dipergunakan untuk mengontrol penggunaan telepon, lamanya
percakapan, menyalurkan/mendistribusikan kesaluran cabang, dan
penggunaan lainnya.
2. Teleks
Sistem ini hampir sama dengan system tulisan jarak jauh, hanya saja
menggunakan metode lain seperti, penggunaan huruf morse atau kode-kode
lainnya
3. Komunikasi dengan Komputer
Komunikasi dengan computer pribadi (PC) adalah sangat praktis sehingga
akan menghemat waktu dan biaya. Komunikasi antar karyawan dalam satu
kantor maupun dengan kantor yang lain dapat menggunakan Jaringan Area
Lokal atau Local Area Network (LAN). Sedangkan komunikasi dengan jarak
yang sangat jauh dapat dilakukan dengan internet atau mungkin dengan
system lainnya yang sejenis.
4. Faksimil dan Video
Sistem komunikasi jarak jauh dengan menggunakan faksimili dan video juga
akan menghemat waktu dan biaya. Dengan faksimili kita dapat mengirim
tulisan maupun gambar-gambar, sedangkan dengan video kita dapat
mengirim gambar hidup sesuai dengan apa yang direkam dalam video
tersebut.
5. Surat Elektronik (e-mail)
Sistem ini sudah mulai banyak dipakai karena dengan system e-mail orang
dapat mengirim berita kapan saja dan dimana saja sehingga tidak
bergantung pada situasi dan kondisi sipenerima. Penerima akan
membuka dan membaca kapan saja bilamana diperlukan.
6. Biaya Penulisan yang sedikit
Dengan system ini, semua biaya pengiriman surat atau berita akan lebih
sedikit sehingga akan terjadi penghematan dalam melakukan kegiatan .
7. Komunikasi dengan Radio Satelit
Selain beberapa system diatas, komunikasi dengan radio satelit juga
menawarkan alternative biaya dan waktu yang lebih baik. Semua komunikasi
akan menggunakan radio dengan memanfaatkan jaringan satelit yang
ada
5) Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik pada bangunan Gedung Rencana disuplay dari jaringan
Distribusi Listrik Tegangan Menengah dari PLN yang tersambung ke Gardu
Hubung. Dari Gardu Hubung ini disalurkan melalui kabel tanah
ke High Voltage Medium Distribution Panel (HVMDP) gedung. Selanjutnya
daya listrik disalurkan keTransformator sesuai dengan kapasitas yang diperlukan
menggunakan sistem busduct Pada HVMDP harus ada pula suplay dari Genset
sebagai sumberdaya cadangan bila PLN padam.
a. Sistem Kerja Normal/Darurat
Sistim kerja normal/darurat adalah sebagai berikut :
1. Dalam keadaan suplay dari PLN normal (tidak padam), masing-
masing trafo bekerja sendiri melayani beban secara radial, tidak boleh
secara parallel.
2. Suplay antara Genset dan PLN bekerja secara interlock, tidak boleh
parallel.
b. Uninterruptable Power Supply (UPS) System
Uninterruptable Power Supply (UPS) System dipasang pada gedung
pendidikan untuk memasok semua kebutuhan daya bagi Sistem Otomatis
Bangunan (SOB), Sistem Keamanan dan Sistem CCTV. Sistem ini
dicadangkan untuk waktu back up (cadangan) minimal lima menit dipasok dari
unit batarai perawatan.
Sistem yang dirancang memiliki fasilitas maintenance bypass dari
commercial mains, sehingga daya tetap tersedia saat unit UPS diperbaiki.
Baterai cadangan adalah dari jenis baterai lead acid maintenance free yang
tidak memerlukan topping up apapun, ditambah unit UPS dengan control
protektifnya sendiri yang akan membuat system mudah dioperasikan dan
dirawat.
Sistem UPS dirancang untuk memberikan suatu daya tiga fasa yang
teregulasi dengan stabilitas frekuensi tinggi dibawah beban dan kondisi
pasokan yang bervariasi. Sistem bersama dengan baterai cadangan
memungkinkan pasok keluaran selama kondisi transien dan
pemadaman. Dalam kondisi tiadanya pasok masukan, beban akan
dipertahankan selama periode waktu tertentu (lima menit). Bagi gedung
rencana, pasokan utama didukung oleh generator yang secara otomatis akan
menyala saat terjadi pemadaman aliran listrik. Begitu generator sudah online
system akan dialihkan kembali kepasokan utama dan mengisi ulang baterai
cadangan. Dibawah kondisi kesalahan UPS, beban akan dialihkan secara
otomatis tanpa pemutusan kesupai bypass yang dihubungkan dengan modul
UPS.
Aspek lainnya adalah mains supply maintenance bypass. Ini memungkinkan
pengalihan beban secara manual dari UPS ke commercial mains yang
memungkinkan pemutusan unit UPS untuk tujuan pemeliharaan atau
memperbaiki kerusakan. Saat berada dalam pasokan maintenance bypass,
beban diactu dari commercial mains dan tidak dilindungi dari dari gangguan
pasokan.
Aspek dan manfaat dari Uninterruptable Power Supplay (UPS) antara lain
sebagai berikut :
1. UPS online tanpa pemutusan;
2. Saklar statis pulse to bypass ekslusif untuk membersihkan beban lebih
atau kegagalan cabang;
3. Kompensasi fasa individual untuk menyeimbangkan
tegangansecara akurat bahkan dibawah kondisi pembebanan fasa
tidak seimbang;
4. Setiap komponen aktif adalah burnt-in ekuivalen dengan 8-10 bulan
operasi memakai program perputaran tes yang dipercepat;
5. Jumlah komponen aktifyang minimal memberikan keandalan tinggi dan
memaksimalkan waktu antar kesalahan;
6. Sistem control utama yang sederhana hanya empat kartu control;
7. Power walk- in sejati untuk tegangan dan arus untuk mengurangi ukuran
Generator set;
8. Kemampuan beban lebih sampai 150% Pada tegangan penuh;
9. Filter masukan RFI;
7) Sistem Pengkabelan
8) Sistem Keamanan
Sistem Keamanan di Bangunan seperti Gedung Rencana bertujuan melindungi
dan memonitor fasilitas-fasilitas gedung dari pihak yang tidak berkepentingan.
Sistem Keamanan berupa Pass Ultra System khusus dirancang bagi intelligent
building . Sensor-sensor yang ditempatkan didaerah tertentu dapat dimonitor
lewat bantuan Video Display Terminal (VDT).
Pass Ultra Siystem mempunyai sub system keamanan CCTV (Closed Circuit
Television) yang dihubungkan melalui Unit Alarm Interface kekeluaran terminal
control yang mengumpulkan semua informasi serta memonitor daerah
pengamanan. Di Ruang Pusat Kendali Keamanan (SCAR Room) terdapat
sejumlah monitor yang terhubung ke CCTV (kamera pemantau) yang berada di
Lapangan. Setiap monitor menampilakan gambar dari beberapa kamera secara
berurutan untuk memantau tiap CCTV yang disebar diseluruh gedung. Pass Ultra
adalah suatu CPU untuk pemrograman kartu pengenal.
Prinsip yang dipakai dalam Sistem Keamanan Gedung rencana adalah :
1. Mencegah orang untuk memasuki suatu daerah.
2. Mendeteksi orang yang memasuki daerah tertentu.
3. Memonitor daerah yang diamankan.
4. Card Access Control bagi orang tertentu.
5. Pengamanan dan perlindungan.
9) Sistem Kebakaran
Gedung Rencana harus dilengkapi dengan Sistem Keamanan yang memenuhi
standard dan Peraturan Daerah tempat gedung tersebut berdomisili.
Kelengkapan itu terdiri atas :
1. Tangga Darurat pada dua sisi Gedung
2. Alat penaik tekanan udara.
3. Fire Sprinkler.
4. Fire Hydrant.
5. Fire Alarm.
6. Portable Fire Extinguisher.
7. Detektor Asap dan Panas
8. Persediaan Air dibeberapa lantai
9. Alat komunikasi HT dan plug in telephon hand set disetiap loby fireman lift
(Lift petugas Pemadam Kebakaran) yang dihubungkan langsung kepusat
pengendali.
Sistem Kebakaran ini diintegrasikan dengan Sistem Pengkondisian Udara,
Sistem Pencahayaan, dan Sistem Transportasi lewat Intelocking Main Control
Fire Alrm (MCFA). Bila pada gedung terjadi kebakaran, alarm akan berbunyi
baik secara otomatis maupun secara manual.
Informasi diruang control akan menunjukkan tempat terjadinya kebakaran dan
informasi ini diteruskan kepada petugas Pemadam Kebakaran dan regu
penolong. Semua Lift secara otomatis akan kembali kelantai dasar dan pintunya
akan terbuka.