Oleh kelompok 1:
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Akademik...............................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................................3
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Identitas.......................................................................................................................4
2.2 Isi Jurnal.......................................................................................................................4
BAB III TINJAUAN KASUS JURNAL
3.1 Terminologi Oksitosin...............................................................................................11
3.1.1 Definisi Oksitosin.............................................................................................11
3.1.2 Kegunaan dan Fungsi Oksitosin.......................................................................11
3.1.3 Indikasi Medis Oksitosin .................................................................................11
3.1.4 Kontraindikasi Oksitosin..................................................................................12
3.1.5 Sediaan dan Dosis Oksitosin dalam Pelayanan Kebidanan..............................12
3.1.6 Efek Samping Oksitosin...................................................................................12
3.1.7 Waktu Paruh Oksitosin.....................................................................................12
3.1.8 Toksisitas Oksitosin..........................................................................................12
3.2 Farmakologi Oksitosin dalam Persalinan..................................................................13
3.2.1 Farmakodinamik Oksitosin...............................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan................................................................................................................17
4.2 Saran..........................................................................................................................17
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementerian
Kesehatan RI, 2018). Sesaat setelah persalinan, bayi baru lahir mengalami berbagai
adaptasi untuk dapat menyesuaikan diri dari lingkungan intrauterine ke lingkungan
ekstrauterine. Adaptasi awal inilah yang akan membantu bayi dapat hidup mandiri
sebagai satu individu baru. Bayi memerlukan pemantauan optimal untuk
memastikan masa transisi dari lingkungan intrauterine ke lingkungan ekstrauterine
berlangsung dengan baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan tepat yang
dapat membantunya melalui masa transisi dengan baik (Bobak, 2018).
Periode bayi baru lahir atau neonatus merupakan periode paling kritis
penyumbang angka kematian terbesar pada kelompok bayi berusia 0-12 bulan.
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi pada periode
neonatal. Berdasarkan laporan kematian bayi secara global menurut WHO (World
Health Organization) pada tahun 2018, secara global 2.5 juta kematian bayi terjadi
pada bulan pertama kehidupan, sekitar 7000 kematian bayi baru lahir terjadi setiap
1 3
hari dimana kematian terjadi pada hari pertama kehidupan dan kematian terjadi
4 4
pada minggu pertama kehidupan. Akibatnya, angka kematian neonatal secara
global mengalami peningkatan dari 39.41% pada tahun 1990 menjadi 45.49% pada
tahun 2018. Kematian neonatal yang terjadi dalam 28 hari pertama kehidupan
sebagian besar disebabkan oleh kondisi maupun penyakit yang dialami bayi serta
kurangnya kualitas dan keterampilan dalam memberikan perawatan saat lahir, pada
saat segera setelah lahir maupun pada bulan pertama kehidupan. Kelahiran
premature, komplikasi terkait intrapartum seperti sindrom gawat nafas, infeksi dan
cacat lahir (birth defect) merupakan penyebab utama kematian neonatal (WHO,
2019).
Hingga saat ini, sindrom gawat nafas (Respiratory Distress Syndrome) menjadi
alasan utama terjadinya peningkatan angka morbiditas dan mortalitas bayi baru
lahir. Hal ini karena sindrom gawat nafas dapat menyebabkan rupture alveolar,
perdarahan intracranial, kejang, perdarahan paru-paru, penumotoraks sekunder,
Bronchopulmonary dysplasia (BPD) serta retinopati. Sindrom gawat nafas lebih
sering dialami oleh bayi yang lahir dengan kondisi paru-paru belum berkembang
dengan sempurna sehingga resiko sindrom gawat nafas ini akan semakin meningkat
pada bayi yang lahir premature. Pada berbagai penelitian disebutkan bahwa
semakin premature usia bayi maka semakin tinggi resiko sindrom gawat nafas pada
saat setelah lahir. Menurut, >50% insiden sindrom gawat nafas dialami oleh bayi
yang lahir dengan usia <28 minggu dan <5% dialami oleh bayi yang lahir dengan
usia >37 minggu (Dyer, 2019). Beberapa kondisi yang secara umum dapat
meningkatkan resiko terjadinya sindrom gawat nafas pada bayi baru lahir baik
premature maupun aterm antara lain persalinan secara SC, sepsis serta diabetes
melitus pada maternal (Aynalem et al., 2020).
Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan nasional, upaya
penurunan angka kematian bayi merupakan bagian penting dalam Program
Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang antara lain dijabarkan dalam Visi
Anak Indonesia 2015 untuk menuju anak Indonesia yang sehat. Strategi nasional
bagi upaya penurunan kematian bayi adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayan
masyarakat, meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintas sektor, dan
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak yang komprehensif dan
berkualitas. Beberapa program lain yang telah dilaksanakan antara lain Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Bantuan 15
Operasional Kesehatan (BOK) ke puskesmas di kabupaten/kota; Safe Motherhood
Initiative, program yang memastikan semua perempuan mendapatkan perawatan
yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya
(tahun 1990); dan Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996 (Mi’raj, 2017). Selain itu,
telah dilakukan penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang
bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
kepada masyarakat. Upaya lainnya yaitu strategi Making Pregnancy Safer (tahun
2000). Selanjutnya pada tahun 2012 diluncurkan Program Expanding Maternal and
Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan neonatal sebesar
25% (Rahmi, 2016). Dari program-program yang telah dicanangkan oleh
pemerintah tersebut dapat diketahui bahwa salah satu tenaga kesehatan yang
berperan penting dalam upaya penurunan AKI dan AKB di Indonesia adalah bidan.
Menurut Permenkes nomor 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya,
dengan tingginya kasus-kasus sindrom gawat nafas pada bayi baru lahir diharapkan
bidan mampu melakukan deteksi dini sehingga penatalaksanaan medis yang lebih
lanjut dapat diberikan sesegera mungkin sehingga menurunkan angka morbiditas
dan resiko mortalitas pada bayi baru lahir akibat sindrom gawat nafas.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peran analisis gas darah dalam memprediksi sindrom gawat nafas
dalam jurnal “Predict Respiratory Distress Syndrome By Umbilical Cord Blood
Gas Analysis In Newborns With Reassuring Apgar Score”?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui peran penggunaan analisis gas darah sebagai
prediktor sindrom gawat nafas berdasarkan jurnal rujukan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui komponen atau parameter yang diukur pada analisis gas darah
sebagai prediktor sindrom gawat nafas berdasarkan jurnal rujukan.
2) Mengetahui akurasi parameter yang diukur pada analisis gas darah sebagai
prediktor sindrom gawat nafas berdasarkan jurnal rujukan.
3) Mengetahui hubungan patofisiologi terjadinya sindrom gawat nafas
pdengan arameter yang diukur pada analisis gas darah.
1.4 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Akademik
Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait peran analisis gas darah dalam memprediksi terjadinya sindrom gawat
nafas pada bayi baru lahir.
1.3.2 Manfaat Praktis
1) Mampu mengetahui penatalaksanaan lanjutan pada persalinan beresiko tinggi
maupun pada bayi baru lahir yang mengalami sindrom gawat nafas.
2) Mampu mengidentifikasi bayi baru lahir dengan sindrom gawat nafas.
3) Mengetahui batasan penatalaksanaan yang dapat dilakukan bidan secara
mandiri pada kasus bayi baru lahir dengan sindrom gawat nafas.
4) Mengetahui aspek stabilisasi dan rujukan bayi baru lahir dengan sindrom gawat
nafas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi & Rahardjo, 2012).
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru.
Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama hyaline membran desease
(HMD) atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan
membran hialin yang melapisi alveoli (Surasmi, dkk, 2003).
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu,
faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan. Faktor ibu meliputi hipoksia
pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau
lebih, sosial ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, dan lain-lain.
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil,
plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus
meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-
lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru. Sementara afiksia
neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi
beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini disebabkan karena adanya
masalah-masalah kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi & Rahardjo, 2012).
2.4 Patofisiologi
Gambar 1. Patofisiologi Respiratory Distress Syndrome
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, B. R., & Aryani, N. P. (2022). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding
Management.
Arayıcı, S. Can Base Excess Be Used For Predict To Neonatal Sepsis In Preterm
Newborns?. Mediterranean Journal of Hematology and Infectious Diseases,
2019, 11(1), e2019014. doi:10.4084/mjhid.2019.014.
Aynalem, Y. A., Mekonen, H., Akalu, T. Y., Habtewold, T. D., Endalamaw, A.,
Petrucka, P. M., & Shiferaw, W. S. Incidence of respiratory distress and its
predictors among neonates admitted to the neonatal intensive care unit, Black
Lion Specialized Hospital, Addis Ababa, Ethiopia. PLOS ONE, 2020, 15(7),
e0235544. doi:10.1371/journal.pone.0235544.
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Dyer, J. Neonatal Respiratory Distress Syndrome: Tackling A Worldwide Problem.
ePub, 2019, 44 (1)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6336202/pdf/
ptj4401012.pdf
Ferreira, C., Melo, Â., Fachada, A., Solheiro, H., & Nogueira Martins, N. Umbilical
Cord Blood Gas Analysis, Obstetric Performance and Perinatal Outcome.
Revista Brasileira de Ginecologia e Obstetrícia / RBGO Gynecology and
Obstetrics, 2018. doi:10.1055/s-0038-1675187
Gregorio HO., Rojas DM., Spilsburry MA., Lozano MG., Ortega MT., Hernandez
SAO., Aparicio PS., Necoechea RR., Gonzales RH., Escamilla RU., Garcia
DV. Importance of blood gas measurements in perinatal asphyxia and
alternatives to restore the acid base balance status to improve the newborn
performance. American Journal of Biochemistry and Biotechnology, 2017, 3
(3) : 131-140. DOI: https://doi.org/10.3844/ajbbsp. 2007.131.140
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar
Dan Rujukan. Jakarta : Kemenkes RI.
Khemani, R. G., Smith, L., Lopez-Fernandez, Y. M., Kwok, J., Morzov, R., Klein, M. J.,
… Lillie, J. Paediatric acute respiratory distress syndrome incidence and
epidemiology (PARDIE): an international, observational study. The Lancet
Respiratory Medicine, 2018, doi:10.1016/s2213-2600(18)30344-8
Mcpherson, C., & Wambach, J. A. (2018). Prevention and Treatment of Respiratory
Distress Syndrome in Preterm Neonates. 169–177.
PMK RI Nomor.28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
WHO. 2019. Newborns : Reducing Mortality. Geneva: World Health
Organization Diakses Dari
Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-Sheets/Detail/Newborns-Reducing-
Mortality
Yadav, S., Lee, B., & Kamity, R. (2021). Neonatal Respiratory Distress Syndrome. -:
StatPearls https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560779/?report=classic.