Anda di halaman 1dari 22

HUKUM

KELUARGA
⚫AKIBAT
HUKUM PERKAWINAN
⚫PENGAKUAN DAN PENGESAHAN ANAK
Akibat Hukum Perkawinan

 Terhadap kedudukan
suami-istri
 Terhadap kedudukan harta
kekayaan
 Terhadap kedudukan anak
Kedudukan Suami ~ Istri

KUHPerdata (Pasal 103 – 118 ) Undang-Undang No.1/1974


 Suami sebagai kepala  Suami sebagai kepala
keluarga dan istri sebagai keluarga dan istri sebagai
ibu rumah tangga ibu rumah tangga

 Hak dan kedudukan suami-  Hak dan kedudukan suami-


istri tidak seimbang (istri istri seimbang, masing-
tidak cakap di dalam masing pihak berhak
lapangan hukum harta melakukan perbuatan
kekayaan) hukum

 Istri tidak cakap, tidak  Istri cakap, dapat


dapat melakukan melakukan perbuatan
perbuatan hukum dan hukum dan menghadap ke
menghadap ke muka muka hakim
hakim (harus dengan izin
atau bantuan suami)
 Suami-istri menentukan
domisili bersama-sama
 Suami yang menentukan
domisili, istri mengikuti
Kedudukan Suami ~ Istri

 Pasal 1678 KUHPerdata :


Tidak diperbolehkan selama perkawinan
penghibahan antara suami dan istri, kecuali barang-
barang yang tidak seberapa harganya.

 Pasal 1601 (i) KUHPerdata :


Tidak diperbolehkan adanya perjanjian perburuhan
antara suami dan istri.

 Pasal 1467 KUHPerdata :


Tidak diperbolehkan adanya perjanjian jual-beli
antara suami dan istri.
Kedudukan Harta
Kekayaan
KUHPerdata Undang-Undang
No.1/1974 (Pasal 35-36)
(Pasal 119-138)
 Asas persatuan harta
 Asas umum : terjadi
persatuan bulat kekayaan Harta selama perkawinan
(pasal 119), meliputi : menjadi harta bersama dan
terhadap perbuatan
- benda bergerak/tetap hukumnya harus mendapat
persetujuan dari pasangan
- hasil, penghasilan dan (suami/istri)
untung
- utang-utang
 Harta bawaan masing-
- kerugian-kerugian (pasal masing suami dan istri serta
120, 121) harta benda yang diperoleh
masing-masing sebagai
hadiah atau warisan adalah
di bawah penguasaan
 Pengecualian : diadakan masing-masing
perjanjian perkawinan
terhadap aktiva + pasiva
untuk menyimpang dari asas
umum harta kekayaan.
Perjanjian Kawin

KUHPerdata ( Pasal 149) Undang-Undang No.1/1974 (Pasal


29)
 Setelah perkawinan berlangsung,
perjanjian kawin tidak boleh diubah  Perjanjian kawin tidak dapat
dengan cara apapun. diubah kecuali ada persetujuan
 Perjanjian kawin dibuat dengan akta di antara suami-istri.
notaris sebelum perkawinan
dilangsungkan.  Perjanjian kawin dibuat secara
tertulis (isinya bebas) yang
 Perjanjian kawin mengenai : disahkan oleh pegawai
pencatat nikah sebelum atau
o Pemisahan sama sekali
pada waktu berlangsung
→ ditetapkan jumlah yg harus perkawinan.
disumbangkan istri tiap tahun
untuk kebutuhan rumah  Perjanjian kawin yang
tangga dan pendidikan anak- melanggar ketentuan Undang-
anak. Undang, kesusilaan dan agama
o Persatuan hasil-pendapatan tidak dapat disahkan.
→ kerugian menjadi tanggung  Perjanjian kawin mulai
jawab suami berlangsung sejak perkawinan
dilangsungkan.
o Persatuan untung-rugi
 Perjanjian kawin harus dimuat
→ segala untung dan rugi di dalam Akta Perkawinan
selama perkawinan harus
dipikul bersama-sama (Pasal 12 huruf h PP 9/75)
→ ada perhitungan jika
persatuan berakhir
Perjanjian Kawin

Putusan Mahkamah Konstitusi


No.69/PUU-XIII/2015, tanggal 26 Oktober
2016 menetapkan bahwa:
pada waktu sebelum dilangsungkan
atau selama dalam ikatan perkawinan,
kedua belah pihak atas persetujuan
bersama dapat mengajukan perjanjian
tertulis yang disahkan oleh Pegawai
Pencatat Perkawinan atau Notaris,
setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga, sepanjang pihak
III tersangkut.
Kedudukan Anak

 KUHPerdata mengenal 3 macam anak, yaitu:


- anak sah
- anak luar kawin yang diakui
- anak luar kawin yang tidak diakui
Kedudukan Anak

KUHPerdata Undang-Undang
No.1/1974 (Pasal 42 –
(Pasal 250 – 289) 44)

1. Anak sah adalah 1. Anak yang sah


anak yang lahir dari adalah anak yang
perkawinan yang dilahirkan dalam
sah antara ayah dan atau dari perkawinan
ibunya. yang sah.
2. Kedudukan anak 2. Kedudukan anak
ditentukan pada ditentukan oleh
saat dilahirkan dan status perkawinan
status perkawinan orang tua dan
orang tuanya. dibuktikan dengan
akte kelahiran.
Kedudukan Anak

ANAK SAH (Pasal 250 – 271 a KUHPerdata)


 Pasal 250

Anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan memperoleh suami


sebagai bapaknya.

 Pasal 251

Sahnya anak yang dilahirkan sebelum hari ke-180 dari perkawinan, dapat diingkari
oleh suami, dengan pengecualian :

✓ Bila sebelum perkawinan, suami telah mengetahui kehamilan ;

✓ Bila pada waktu dibuat akta kelahiran, suami hadir dan


menandatanganinya;

✓ Bila anak yang dilahirkan meninggal.

 Pasal 253

Suami tidak dapat mengingkari keabsahan anak atas dasar perzinahan kecuali
bila kelahiran anaknya dirahasiakan darinya dan ia harus membuktikan bahwa ia
bukan ayah anak yang bersangkutan.

 Pasal 255

anak yang dilahirkan 300 hari setelah bubarnya perkawinan adalah tidak sah.
Kedudukan Anak

ANAK LUAR KAWIN (Pasal 272 – 289


KUHPerdata)
 Anak luar kawin ada 3 jenis :
✓ anak yang lahir dari ayah dan ibu, tetapi
antara mereka tidak terdapat larangan untuk
kawin → anak dapat diakui dan disahkan
✓ Anak yang lahir dari ayah dan ibu yang
dilarang kawin oleh undang-undang (anak
sumbang/anak alam) → anak ini tidak dapat
disahkan maupun diakui kecuali ada izin
presiden /Menteri Kehakiman
✓ Anak yang lahir dari ayah dan ibu dimana
salah satu pihak atau kedua-duanya masih
terikat perkawinan dengan orang lain (anak
zinah) → anak tidak dapat diakui dan
disahkan
Kedudukan Anak

 Undang-Undang Perkawinan hanya mengenal


kedudukan anak sebagai :
- anak sah
- anak tidak sah
 Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau
sebagai akibat perkawinan yang sah.
 Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya.
→ Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010
 Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang
dilahirkan istrinya bilamana terbukti istrinya berzinah
dan anak tersebut hasil perzinahan.
 Pengadilan yang menentukan kedudukan seorang
anak sah atau tidak atas permintaan yang
berkepentingan.
Pengakuan dan Pengesahan
Anak

 MenurutKUHPerdata, anak
sumbang/anak alam dan
anak luar kawin
kedudukannya dapat
diperbaiki dengan pengakuan
oleh “ayah” atau pengesahan
oleh “ayah dan ibunya”.
Pengakuan Anak
(KUHPerdata)
 Perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh seorang laki-
laki yang berusia minimal 19 tahun untuk bertanggung
jawab atas kelahiran seorang anak (luar kawin) dengan
persetujuan ibu anak itu (selama ibu masih hidup).
 Pengakuan harus dilakukan ayah biologisnya.
 Pengakuan harus dilakukan dengan akta autentik :
❖ Dicantumkan di dalam akta kelahiran anak
❖ Dalam akta perkawinan ayah-ibu, apabila mereka kemudian
kawin
❖ Dibuat di hadapan pegawai catatan sipil (pasal 281 KUHPerdata)
❖ Akta notaris yang dibuat khusus untuk itu.
 Pengakuan dapat dibedakan menjadi :
❖ Pengakuan sukarela
❖ Pengakuan yang dipaksakan
Pengakuan Anak
(KUHPerdata)
 Akibat Pengakuan :
❖ Adanya hubungan keperdataan dengan ayah
(biologis)-nya, sebelum pengakuan hubungan
keperdataan hanya dengan ibunya.
❖ Diberi batasan oleh pasal 285 KUHPerdata bahwa
pengakuan anak tidak boleh merugikan istri atau
suami serta anak-anak sah dari perkawinan yang
ada.
Pengakuan Anak ( UU
Adminduk)
Berdasarkan pasal 49 UU No.24 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No.23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan :
1. Pengakuan anak wajib dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 hari sejak
tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan
disetujui oleh ibu yang bersangkutan.
2. Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak
yang orang tuanya melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama, tetapi belum sah
menurut hukum negara.
3. Berdasarkan laporan, Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak
dan menerbitkan Akta Pengakuan Anak.
Pengesahan Anak
(KUHPerdata)
Dapat dilakukan dengan cara :
 Perkawinan orang tua (Pasal 277 KUHPerdata)
❖ Pengesahan itu dapat dilakukan sebelum atau sekaligus
dalam akta perkawinannya
❖ Pengesahan anak sumbang hanya dapat disahkan pada
saat perkawinan orang tua yang memperoleh dispensasi
yang telah diberikan oleh presiden melalui Menteri
Kehakiman.

 Surat Pengesahan
Pengesahan dengan surat pengesahan ini dilakukan apabila:
❖ Orang tua lalai mengesahkan anak-anaknya sebelum atau
pada saat dilangsungkannya perkawinan (pasal 274
KUHPerdata) ;
❖ Terjadi hal-hal sebagaimana disebutkan dalam pasal 275 ayat
1e dan 2e KUHPerdata.
Pengesahan Anak
(KUHPerdata)
 Surat Pengesahan diberikan oleh Presiden
melalui Menteri Kehakiman dengan
mendapatkan pertimbangan MA setelah
mendengar keluarga sedarah (wangsa)
pemohon.

 Pasal 279 KUHPerdata : pengesahan dapat


dilakukan juga terhadap anak-anak yang
sudah meninggal asal saja mereka itu
mempunyai keturunan yang masih hidup
sehingga dengan pengesahan itu
keturunannya akan memperoleh
keuntungan.
Pengesahan Anak
(KUHPerdata)
 Jika pengesahan itu dilakukan karena perkawinan
orang tua maka keadaan anak yang disahkan itu
akan sama dengan anak-anak yang dilahirkan di
dalam perkawinan (Pasal 277 KUHPerdata) ;
 Jika pengesahan itu dilakukan dengan surat
pengesahan, maka akan diperoleh akibat hukum
yang lebih terbatas :
➢ pengesahan baru berlaku pada saat surat
pengesahan itu diberikan ;
➢ Pengesahan itu dalam hal pewarisan tidak boleh
merugikan anak-anak sah yang sudah ada
sebelum pengesahan itu dilakukan ;
➢ Pengesahan itu tidak berlaku dalam pewarisan
terhadap para wangsa yang lain kecuali mereka
memberi izin untuk pengesahan itu.
Pengesahan Anak ( UU Adminduk)

Berdasarkan pasal 50 UU No.24 Tahun 2013 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang No.23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan
1. Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang
tua kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 hari
sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan
melakukan perkawinan dan mendapatkan akta
perkawinan.
2. Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan yang
sah menurut hukum agama dan hukum negara.
3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada
register akta pengesahan anak dan menerbitkan
kutipan akta pengesahan anak.
Link Video Penjelasan

 https://youtu.be/FNafgjUsDpQ

 https://youtu.be/3hyELK5xOBo
TUGAS

Paulus Ariyanto (usia ketika melangsungkan perkawinan: 25 tahun, agama:


Katolik) dan Mira Asmara (usia ketika melangsungkan perkawinan: 18
Tahun, agama: Islam) telah melangsungkan perkawinan di gereja pada 25
Februari 2019, namun perkawinan tersebut belum dicatatkan di kantor
Catatan Sipil. Mereka telah dikaruniai seorang anak bernama Sylvia
Ariyanto yang lahir pada 25 Desember 2019.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah perkawinan antara Paulus dan Mira adalah perkawinan yang
sah? Apabila jawaban anda perkawinan tersebut tidak sah, jelaskan
syarat-syarat perkawinan yang tidak terpenuhi!
2. Apakah Sylvia Ariyanto adalah anak yang sah dari pasangan Paulus
dan Mira? Apabila jawaban anda Sylvia bukan merupakan anak
yang sah, jelaskan upaya hukum apa yang dapat dilakukan orang
tua Sylvia agar Sylvia dapat menjadi anak yang sah!
Berikan penjelasan disertai dengan dasar hukum dalam jawaban-
jawaban anda!

Anda mungkin juga menyukai