Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL

PREEKLAMSIA DENGAN MASALAH NYERI AKUT


DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

IMROATUL HAMIDAH
NIM. P1337420119335

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG KELAS KENDAL


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
2022

i
ASUHAN KEPERAWATAN
ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL
PREEKLAMSIA DENGAN MASALAH NYERI AKUT
DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL

KAYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya


Keperawatan Pada Program Studi D III Keperawatan Semarang kelas
kendal

IMROATUL HAMIDAH
NIM. P1337420119335

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG KELAS KENDAL


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
2022

ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,


atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan Karya Tulis
Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia
Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal sesuai dengan
waktu yang direncanakan.
Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat
adanya dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara materi maupun moral
dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah yaitu kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Marsum, B.E, S.Pd, M.HP selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd, M.N selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
3. Bapak Dr. Sudirman, MN selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
Semarang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang
4. Ibu Elisa, S.Kep,Ns., M.Kep selaku ketua penguji hasil proposal karya tulis
ilmiah.
5. Bapak Wagiyo, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat.selaku penguji hasil proposal karya tulis
ilmiah.
6. Ibu Titik Sapartinah, S.SiT., S.Kep., M.Kes selaku pembimbing sekaligus
penguji hasil proposal karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan
bimbingan dan motivasi dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah
7. Seluruh dosen, staff dan karyawan/i Program Studi Keperawatan Semarang
Kelas Kendal Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah memberikan
bimbingan atau masukan dan kesabarannya dalam membimbing penulis.
8. Bapak Prayitno, dan Ibu Jumiati, orang tua tercinta yang telah menjadi motivasi
bagi penulis untuk terus semangat dalam menyelesaikan laporan karya tulis ini.

vi
9. Rekan – rekan satu kelompok bimbingan keperawatan maternitas yang selalu
kompak dan selalu memberi masukan
10. Teman-teman Keperawatan yang telah melewati susah, sedih, dan mengajarkan
arti sebuah kekeluargaan di dalam kelas selama 3 tahun di D III Keperawatan
Semarang kelas Kendal.
11. Kepala RSUD Dr.H.Soewondo Kendal yang telah memberi kesempatan untuk
mengambil kasus laporan Karya Tulis Ilmiah.
12. Kepada Ny.N dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden.
13. Kepada Ny.S dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden.
14. Serta semua pihak yang yang telah membantu dan memberikan masukan dalam
penyusunan hasil karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
Penulis berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat
khususnya untuk pengelolaan klien dengan Asuhan Keperawatan Antenatal Care
Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD
Dr.H.Soewondo Kendal.Penulis menyadari bahwa laporan Karya Tulis Ilmiah
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik untuk perbaikan
penulisan karya ilmiah pada masa mendatang sangat penulis harapkan.

Semarang, 13 Juni 2022

Imroatul Hamidah
NIM. P1337420119335

vii
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL
PREEKLAMSIA DENGAN MASALAH NYERI AKUT
DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL

Imroatul Hamidah1, Elisa2, Wagiyo2, Titik Sapartinah2


1
Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Semarang Kelas Kendal
2
Dosen Jurusan Keperawatan Semarang
Email: Hamidahim476@Gmail.Com

Abstrak

Latar Belakang: Fenomena preeklamsia di dunia terdapat sepuluh juta wanita


mengalami preeklamsia setiap tahunnya. Di seluruh dunia sekitar 76.000 wanita
hamil yang meninggal setiap tahun karena preeklamsia dan gangguan hipertensi
pada kehamilan. Preeklamsia di sebabkan oleh usia, IMT, privaginam, dan nutrisi.
Pada preeklamsia berat di dapati gejala berupa nyeri kepala yang hebat, dikarenakan
aliran darah dan O2 yang menuju ke otak mengalami hambatan. Upaya yang
dilakukan untuk mengurangi nyeri kepala yaitu dengan melakukan teknik distraksi,
salah satu teknik distraksi yang dilakukan yaitu dengan terapi musik. Terapi musik
dapat mengalihkan nyeri yang dirasakan oleh ibu hamil dengan preeklamsia.
Tujuan: karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan implementasiterapi
musik pada pasien dengan nyeri akut yang terjadi pada ibu hamil dengan
preeklamsia.
Metode: metode yang digunakan adalah studi kasus yang menggunakanpendekatan
proses keperawaran dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam
kasus yang dipilih yaitu Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut. Sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 2 ibu hamil preeklamsia dengan masalah nyeri akut.
Hasil: setelah diberikan intervensi dan dilakukan implementasi keperawatan
didapati hasil bahwa terjadi penurunan skala nyeri kepala pada ibu hamil
preeklamsia melalui penerapan terapi musik.

Kata kunci : preeklamsia, nyeri akut, terapi musik

viii
ANTENATAL CARE NURSING CARE FOR PREGNANT MOTHERS
PREECLAMSIA WITH ACUTE PAIN
At Dr. H. SOEWONDO KENDAL Hospital

Imroatul Hamidah1, Elisa2, Wagiyo2, Titik Sapartinah2


1Student of the DIII Nursing Study Program Semarang Kendal Class
2 Lecturer in Semarang Nursing Department
Email: Hamidahim476@Gmail.com

Abstract

Background: The phenomenon of preeclampsia in the world there are ten million
women experience preeclampsia every year. Worldwide, about 76,000 pregnant
women die each year from preeclampsia and hypertensive disorders of pregnancy.
Preeclampsia is caused by age, BMI, privaginam, and nutrition. In severe
preeclampsia, symptoms are found in the form of severe headaches, because the
flow of blood and O2 to the brain is blocked. Efforts are being made to reduce
headaches by using distraction techniques, one of the distraction techniques is
music therapy. Music therapy can divert the pain felt by pregnant women with
preeclampsia.
Purpose: This scientific paper aims to describe the implementation of music
therapy in patients with acute pain that occurs in pregnant women with
preeclampsia.
Method: The method used is a case study that uses a nursing process approach by
focusing on one of the important issues in the selected case, namely Antenatal Care
Nursing for Pregnant Women with Preeclampsia with Acute Pain Problems. The
samples used in this study were 2 preeclampsia pregnant women with acute pain
problems.
Results: after the intervention was given and the nursing implementation was
carried out, it was found that there was a decrease in the headache scale in
preeclampsia pregnant women through the application of music therapy.

Keywords : preeclampsia, acute pain, music therapy

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i


HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................... 5
D. Manfaat .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Antenatal Care ................................................... 8
B. Konsep Dasar Preeklamsia........................................................ 9
C. Konsep Dasar Nyeri Akut ............................................................... 21
D. Konsep asuhan keperawatan preeklamsia ....................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ...................................................................... 31
B. Subjek Penelitian............................................................................. 31
C. Fokus studi ...................................................................................... 31
D. Tempat dan Waktu .......................................................................... 32
E. Pengumpulan Data .......................................................................... 32
x
F. Analisis Data ................................................................................... 33
G. Etika penelitian................................................................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ................................................................................................ 36
B. Pembahasan ..................................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Patway preeklamsia ..................................................................... 20

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Klien........................................................................ 36


Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan ............................................................... 37
Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................. 38
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ................................................................. 42
Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 43
Table 4.6 Terapi Medis ......................................................................... 44
Table 4.7 Analisa Data .......................................................................... 45
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 45
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan ........................................................ 46
Tabel 4.10 Impelentasi Keperawatan ...................................................... 47
Tabel 4.11 Evaluasi keperawatan ........................................................... 54

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Pendahuluan


Lampiran 2 : Surat Ijin Kasus
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Klien
Lampiran 5 : SAP dan leaflet
Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 7 : Lembar Bimbingan

xiv
DAFTAR SINGKATAN

IMT : Indeks Masa Tubuh


HLA : Human Leucocyte Antigen
HELLP : Haemolysis, Elevated Liver Enzymes, And Low Platelet Count
ANC : Antenatal Care
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
DJJ : Detak Jantung Janin
TFU : Tinggi Fundus Uteri
PEB : Preeklamsia Berat
GCS : Glasgow Coma Scale
CRT :Cardiac Resynchronization Therapy

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel
sperma sehingga terjadi fertilisasi, pada lanjutkan implantasi sampai lahirnya
janin. (Syaiful et al…2019) dan (Yuliani, Musdalifah dan Suparmi
2017).Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa alamiah dan hal yang
sangat dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran bayinya.
persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun dari setiap proses persalinan
yang terjadi dapat beresiko mengalami komplikasi selama persalinan. Hal
tersebut dapat memperburuk kondisi baik ibu maupun bayi selama persalinan
sehingga berdampak terjadinya kematian pada ibu dan bayi (Winancy, 2019).
Fenomena preeklamsia di dunia terdapat sepuluh juta wanita
mengalami preeklamsia setiap tahunnya. Di seluruh dunia sekitar 76.000
wanita hamil yang meninggal setiap tahun oleh karena preeklamsia dan
gangguan hipertensi pada kehamilan lainnya, dan jumlah bayi yang meninggal
karena gangguan ini sekitar 500.000 per tahun. Preeklamsia dan hubungannya
dengan gangguan hipertensi dalam kehamilan memengaruhi 5-8% dari seluruh
kelahiran di Amerika Serikat. Tingkat insiden untuk preeklamsia di Amerika
Serikat, Kanada, dan Eropa Barat berkisar 2-5%. Di negara berkembang,
prevalensi preeklamsia dan eklamsia berkisar mulai dari 4% dari semua
kehamilan sampai 18% di beberapa bagian Afrika. Di Amerika Latin,
preeklamsia merupakan penyebab pertama dari kematian maternal (Patricia C.
Warouw, 2016).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan suatu indikator derajat
kesehatan dan kematian pada ibu saat hamil dan melahirkan. Tingginya AKI
menunjukan bahwa rendahnya keadaan ekonomi dan fasilitas kesehatan dalam
pelayanan antenatal serta obstetrik. Penyebab AKI dapat terjadi karena adanya
penyebab pribadi serta tidak eksklusif, penyebab pribadi diakibatkan sebab
komplikasi di waktu kehamilan atau persalinan dan penyebab tidak langsung

1
2

diakibatkan asal penyakit yang telah ada atau penyakit yang didapat sewaktu
hamil serta berpengaruh pada kehamilan atau persalinan (Pratiwi, 2020).
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kematian ibu
(AKI) masih sangat tinggi, kurang lebih 810 perempuan meninggal akibat
komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari, dan
sekitar 295 000 perempuan meninggal sesudah kehamilan dan saat persalinan.
Angka kematian ibu di negara berkembang mencapai 462/100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan pada negara maju sebesar 11/100.000 kelahiran hidup
(WHO, 2020).
Menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) insiden
preeklamsi di Indonesia adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%. Prevalensi
preeklamsia di Indonesia pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu mencapai
(AKI) 4.999 kasus.Tahun 2016 mengalami sedikit penurunan menjadi 4.912
kasus.Tahun 2017 mengalami penurunan yang sedikit tajam menjadi sebanyak
1.712 kasus.Penyebab kematian ibu masih didominasi oleh tiga penyebab
utama yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Perdarahan
mencapai 24,5%, hipertensi dalam kehamilan mencapai 29,6% dan infeksi
mencapai 25,6% (Dinkes Jateng, 2019).
Berdasarkan data riskesdas prevalansi preeklamsia di jawa tengah pada
tahun 2015 merupakan penyebab kematian utama ibu, sedangkan pada tahun
2016 preeklamsia menjadi penyebab kematian nomer dua setelah perdarahan
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018). Secara umum terjadi
penurunan kematian ibu selama periode 2015 – 2019 dari 111,16 menjadi 76,9
per 100.000 kelahiran hidup. Sebesar 64,18 persen kematian maternal di
provinsi jawa tengah terjadi pada waktu nifas, sebesar 25,72 persen pada
waktu hamil, dan 10,10 persen pada waktu persalinan. Sedangkan untuk
Angka kematian ibu dikota Kendal berjumlah 10 kasus (Dinkes Jateng,
2019).Dari data yang di dapatkan kejadian preeklamsi pada ibu hamil
merupakan sasaran pertama untuk menurunkan angka kematian ibu karena
dapat dilakukan deteksi dini dan pencegahan.
3

Faktor – faktor maternal penyebab preeklamsia yang berhubungan


dengan terjadinya preklampsia adalah usia, IMT, privaginam, dan nutrisi
berupa vitamin B12. Faktor yang paling sering terjadi pada usia< 20 dan > 35
tahun. Beberapa jurnal menggungkapkan bahwa usia cenderung menjadi
factor penyebab preeklampsia, selanjutya ibu hamil dengan obesitas yang
memiliki IMT ≥ 25 kg/m2 dapat berhubungan dengan kejadian preeklamsi,
paritas dan riwayat penyakit jarang terjadi preklamsia tetapi dapat menjadi
faktor resiko (Pratiwi, 2020).
Menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa Beberapa faktor
risiko kejadian preeklampsia yaitu primigravida atau >10 tahun sejak
kelahiran terakhir, riwayat preeklampsia sebelumnya, riwayat keluarga dengan
preeklampsia, kehamilan kembar, kondisi medis tertentu, usia 40 tahun,
obesitas, dan fertilitas (Safitri & Kesehatan Kendari, 2017).
Pada Preeklampsia ringan, gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada
preeklampsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala terutama
daerah frontalis, rasa nyeri, gangguan mata, penglihatan menjadi kabur, mual
muntah, gangguan pernafasan sampai sianosis, dan terjadi gangguan
kesadaran (Novita R, 2017).
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan
preeklampsia, seperti melalui pelayanan kesehatan ibu hamil. Pelayanan
kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal
sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi waktu
minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0- 12 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu) dan
minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
lahir).Melakukan pemeriksaan 10 T dan memberikan pelayanan antenatal care
terpadu. Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi pada kehamilan seperti
preeklampsia (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019).
4

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Kendal dalam


mengatasi komplikasi kehamilan yaitu dengan melakukan pelayanan di semua
puskesmas yang berada di kota Kendal, namun jika keadaan ibu dan janin
dirasa kurang baik maka dari puskesmas melakukan rujukan di rumah sakit
umum daerah Kendal. Tata cara pemindahan neonates yang membutuhkan
perawatan lebih yaitu dari Ponek ke ruang NICU sesuai dengan kebijakan
pelayanan di RSUD Kendal (Dinkes Kota Kendal, 2019)
Preeklamsia atau yang biasa disebut kehamilan dengan hipertensi,
tidak seperti hipertensi pada umumnya namun mempunyai kaitan erat dengan
angka kesakitan dan kematian yang tinggi baik pada ibu maupun janin
(Sabattani, dkk ,2016).
Nyeri pada pasien preeklamsia dapat diatasi dengan melakukan
relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri, salah satunya dengan mendengarkan
musik. Tujuan terapi musik klasik adalah membantu mengekspresikan
perasaan, mengurangi ketegangan otot, dan menurunkan kecemasan pre
operasi. Efek biologis dari mendengarkan musik klasik akan menurunkan dan
meningkatkan energi otot, frekuensi nafas dan nadi menjadi teratur, tekanan
darah stabil, dan fungsi endokrin (Qulsum, 2011). Musik melalui saraf
koklearis ditangkap, diteruskan ke saraf otak dan diotak musik akan
mempengaruhi hipofisis untuk melepaskan endorfin sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri. Rangsangan musik juga mengaktivasi jalur-jalur
spesifik di dalam beberapa otak, seperti sistem limbik yang berhubungan
dengan perilaku emosional, sistem limbik teraktivasi dan individu menjadi
rileks (Qulsum, 2011).
Berdasarkan sumber penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa penalatalaksanaan manajemen nyeri dengan menggunakan terapi musik
di Indonesia dan luar negeri masih banyak yang belum diterapkan dilapangan.
Diantaranya perawat hanya melakukan pemberian obat anti nyeri. Untuk
mengurangi intensitas nyeri pada pasien post operasi, intervensi
penatalaksanaan terhadap nyeri pasien sangat diperlukan seperti memotivasi
pasien dan memberikan distraksi.
5

Berdasarkan kondisi tersebut peran perawat sangat penting untuk


membantu dan mempersiapkan kondisi ibu hamil yang akan melakukan
persalinan juga pada saat setelah persalinan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
preeklampsia bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa
nifas serta mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan. Serta
mengurangi nyeri pada pasien preeklamsia. Asuhan keperawatan pada pasien
dengan preeklamsia untuk meningkatkan penyesuaian diri pasien dalam
menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan kondisinya pasca
melahirkan serta memfasilitasi potensi pasien untuk beradaptasi dalam
menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya.
Berdasarkan data dan informasi diatas, maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus preeklampsia sebagai bahan karya tulis ilmiah dengan judul
“Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di
Rsud Bendan Pekalongan”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Soewondo
Kendal.
6

2. Tujuan Khusus
a. Mepaparkan hasil pengkajian pada klien dengan masalah Antenatal
Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di
RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan klien dengan masalah Antenatal
Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di
RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
c. Memaparkan perencanaan untuk mengatasi masalah klien dengan
masalah Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah
Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
d. Memaparkan tindakan keperawatan yang di lakukan untuk mengatasi
klien dengan masalah Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia
Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
e. Memaparkan hasil evaluasi klien dengan Antenatal Care Pada Ibu
Hamil Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD
Dr.H.Seowondo Kendal.
f. Membahas hasil asuhan keperawatan sejak pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi, melalui proses
komparasi 2 kasus berdasarkan sumber-sumber primer yang relevan.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian KTI ini diharapkan memberikan sumbangan untuk
meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam pemberihan
Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia
Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
2. Manfaat praktis
a. Peningkatan Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan KTI diharapkan memberikan konstribusi dalam
peningkatan kualitas pelayanan Asuhan Keperawatan khususnya pada
7

klien dengan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan


Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
b. Peningkatan kesehatan masyarakat
Hasil penulisan KTI diharapkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif khususnya bagi
klien dengan masalah Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia
Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Antenatal Care


1. Definisi
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksakan keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan pada
ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya
(Anik S, 2015).
2. Tujuan Antenatal care
Menurut manuba 2007 dalam (Anik S, 2015):
a. Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,
persalinan, dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,
persalinan, dan nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta perinatal.
3. Fungsi Antenatal Care
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan
resiko tinggi dan merujuk bila perlu
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.

8
9

B. Konsep Dasar Preeklamsia


1. Definisi
Peekelamsia merupakan kelainan multi sistemik yang terjadi di
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi serta edema, dapat di
sertai proteinuria, biasanya terjadi di usia kehamilan 20 minggu ke atas
atau dalam triwulan ketiga dalam kehamilan, sering terjadi pada kehamilan
37 minggu. Hal tersebut Dapat terjadi sesudah persalinan dan sebelum
persalinan.Preeklamsia adalah sindroma spesifik kehamilan yang terutama
berkaitan dengan kurangannya perfusi organ akibat vasospasme dan
aktivasi endotel, yang bermanisfestasi dengan adanya peningkatan tekanan
darah dan proteinurea. Preeklamsia dapat berkembang dari ringan, sedang,
berat dan dapat berlanjut menjadi eklamsia (Diana Christine Lalenoh,
2018).
Preeklampsia merupakan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
pada usia kehamilan 20 minggu hingga setelah persalinanyang di tandai
dengan peningkatan tekanan darah menjadi 140/90 mmHg (Sitomorang,
2016).
Preeklampsia adalah penyakit sistemik bukan hanya ditandai
dengan hipertensi, tapi juga disertai peningkatan resistensi pembuluh
darah, disfungsi endotel difusi, proteinuria, dan koagulopati.Preeklamsia
adalah suatu kelainan multisistem spesifik pada kehamilan yang ibu hamil
(melalui disfungsi pembuluh darah) maupun janin (melalui hambatan pada
pertumbuhan janin). Kelainan tesebut ditandai dengan adanya vasospasme
dan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer yang menyebabkan
penurunan perfusi organ (Biomass, 2019).
2. Etiologi
Menurut beberapa teori Saat ini Penyebab utama preeklamsia masih
belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia
diawali dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi
menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam
kandungan(Indrieni, 2020).
10

Salah satu teori menyebutkan ada beberapa factor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya preeklamsia (Avtarina, 2021):
a. Primigravida dan multigravida
b. Diabetes mellitus
c. Riwayat preeklamsia atau eklamsia pada kehamilan yang lalu
d. Penyakit ginjal kronis dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
e. Obesitas
f. Riwayat keluarga dengan preekelamsia
3. Klasifikasi
Preeklamsia di bagi menjadi 2 jenis (Tutik Ekasari, 2019):
a. Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan adalah hipertensi yang muncul setelah kehamian
lebih dari 20 minggu atau mendekati persalinan, yang diikuti dengan
adanya proteinurea, namun dapat juga terjadi sebelum umur kehamilan
20 minggu. Tanda – tanda preeklamsia ringan adalah sebagai berikut :
1) Kenaikan tekanan darah diastolic 15 mmhg atau lebih dari 90
mmhg atau tekanan diastolic melebihi 110 mmhg.
2) Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmhg hingga mencapai 140
mmhg.
3) Protein urin positif 1, edema pada kaki, jari, tangan, dan muka.
b. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat merupakan kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah lebih dari 160/110 mmhg.
Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria yaitu Jumlah
urine kurang dari 500 cc per 2 jam di serta adanya edema pada paru –
paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan
rasa nyeri pada epigastrium.
4. Manisfestasi klinis
Preeklamsia adalah kumpulan kumpulan dari gejala – gejala yang
terjadi pada masa kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan edema.
Gambaran klinik preekalamsia dimulai dengan adanya kenaikan berat
11

badan yang di ikuti edema kaki dan tangan, kenaikan tekanan darah, dan
terjadi proteinurea (Saraswati, 2016)
Tanda gelaja lain yang sering di temukan pada Ibu hamil yang
mengalami preeklamsia yaitu sakit kepala hebat dan sakit di ulu hati yang
di sebabkan oleh regangan selaput hati oleh perdarahan atau edemadan
sakit karena adanya perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan,
seperti penglihatan menjadi kabur hingga mengalami kebutaan. Hal
tersebut di sebabkan oleh pembekakan selaput pembuluh darah dan edema
(Tutik Ekasari, 2019).
Selain itu ada beberapa tanda dan gejala lain yang muncul ketika
terjadi preeklamsia :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion
Penelitian terbaru saat ini menunjukkan rendahnya hubungan
antara kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga
kondisi protein urin positif( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria
pemberatan preeklampsia atau yang sering di sebut preeklamsia berat.
Penelitian terbaru menunjukan bahwa criteria tersebut tidak dikategorikan
preeklamsia ringan, dikarenakan setiap preeklamsia merupakan kondisi
yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan mordibitas dan
mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (POGI, 2016) dan
(Indrieni, 2020).
12

5. Patofisiologis
Preeklamsia dapat terjadi pada kehamilan yang melibatkan banyak
faktor imunologi.Pada kehamilan harus terjadi suatu imuno- tolerance
terhadapt faktor paternal.Gangguan atau hilangnya tolerasi imunologi
dapat menghasilkan disregulasi imunologi pada kehamilan yang
merupakan salah satu darifaktor penyebab preeklamsia.
Pada kehamilan terjadi interaksi self – non self serta penolakan atau
rejection melalui mekanisme interaksi antara HLA dan sel Unk.Laporan
terbaru bahwa kasus preeklamsia jumlah HLA-G lebih sedikit
dibandingkan dengan kehamilan normal.Sehingga menyebabkan reaksi
imunologi yang diregulasi oleh Th1 dan Th2. Saat terjadi preeklamsia
rasio Th1 / Th2 berubah sehingga interleukin pro inflamasi lebih dominan
di bandingan dengan anti inflamasi.Terdapat interleukin pro inflamasi dan
hypoxia yang timbul dapat menyebabkan keluarnya mikropartikel atau
debris yang bersifat oksidatif yang beredar secara sistemik. Debris tersebut
dapat menimbulkan reaksi imflamasi, mengaktifkan reaksi endothelial
vascular yang akan terlihat pada gambaran phenotype klinis.
Preeklamsia adalah sindroma yang dapat mempengaruhi organ :
a. System kardiovaskuler
b. Koagulasi dan hematologi
c. Volume darah
d. Ginjal
e. Liver
f. Perfusi utero plasental
g. Aspek klinis akus
h. Dapat timbul anterpartum, intrapartum, dan post partum
i. Gejalanya dapat preekalamsia ringan ataupun berat
j. Gejala klinis bervariasi luas
k. Gejala hipertensi dan proteinurea sering tidak dirasakan oleh pasien.
(Akbar et al., 2020)
13

6. Komplikasi
Komplikasi terberat yang terjadi pada pasien preeklampsia adalah
kematian ibu dan janin. Namun terdapat beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu dan janin. Komplikasi tersebut adalah sebagai berikut
(Marianti, 2017) :
a. Bagi ibu
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah, yang di
ikuti olehmeningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah
trombosit.
2) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Stroke hemoragik, hal tersebut ditandai dengan pecahnya
pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh
darah. pada saat seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel
otak akanmengalami kerusakan yang di sebabkan karena adanya
penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak
mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah,
kondisi inilah yang menyebabkankerusakan otak atau bahkan
kematian.
b. Bagi janin
1) Prematuritas.
2) Kematian Janin.
3) Terhambatnya pertumbuhan janin.
4) Asfiksia Neonatorum.
14

7. Penatalaksanaan
Sesuai dengan kebijakan pemerintah penanganan yang tepat untuk
penderita preeklamsia adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Ringan
Penderita preeklamsia ringan dengan kondisi yang baik perlu
melakukan istirahat yang cukup, mengurangi aktivitas fisik dan
memperbaiki asupan gizi serta protein. Penderita preeklamsia ringan
sebaiknya di rawat inap, namun dengan pertimbangan efisiensi,
perawatan penderita dapat dilakukan di luar RS dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Rawat jalan dengan melakukan istirahat yang cukup
(berbaring/tidur miring); diet cukup protein, rendah karbohidrat,
dan lemak, dan penderita diminta datang ke rumah sakit 1 kali
dalam seminggu.
2) Rawat inap dengan penderita preeklamsia ringan harus dirawat di
RS bila gejala klinis tidak membaik setelah 2 minggu pengobatan
rawat jalan serta timbul salah satu atau lebih gejala dan tanda
preeklamsia berat.
b. Preeklamsia Berat
Penderita preeklamsia berat dapat ditangani secara konservatif
maupun aktif.Pada perawatan konservatif, kehamilannya
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal, sedangkan pada
perawatan aktif kehamilannya segera diakhiri/diterminasi setelah
pengobatan medisinal.Perawatan yang penting pada preeklamsia berat
ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklamsia dan eklamsia
mempunya resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan
oliguria.Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi
faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguria
ialah hipovolemia vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan
gradien tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure.
Monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan
15

(melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan


pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan
dikeluarkan melalui urin.Dipasang foley catheter untuk mengukur
pengeluaran urin.Pemberian obat antikejang.
c. Antenatal care 10T
1) Timbang berat badan dan tinggi badan (T1)
Pengukuran tinggi badan relatif sekali dilakukan pada
ketika ANC ini dilakukan buat mengetahui berukuran panggul mak
hamil.Hal ini sangat penting dilakukan buat mendeteksi faktor
resiko terhadap kehamilan yang tak jarang berhubungan dengan
keadaan rongga panggul. Penimbangan berat badan dilakukan
setiap kali pada waktu melakukan kunjungan ANC. Ini dilakukan
buat mengetahui faktor resiko berasal kelebihan berat badan pada
ketika kehamilan dapat menaikkan resiko komplikasi selama hamil
dan ketika persalinan mirip tekanan darah tinggi saat hamil
(hipertensi gestasional), (diabetes gestasional) bayi besar, serta
kelahiran cesar adapun ibu hamil menggunakan berat badan kurang
selama kehamilan dapat menaikkan resiko bayi lahir prematur
(kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), oleh sebab itu sebaiknya berat badan berada di kisaran
normal selama kehamilan.
2) Pengukuran Tekanan Darah (T2)
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali melakukan
kunjungan dengan normal 120/80 mmHg.Hal ini dilakukan untuk
mendeteksi apakah tekanan darah normal atau tidak, tekanan darah
yang tinggi yang mencapai 180/100 mmHg dapat membuat ibu
mengalami keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat
bahkan sampai kejang - kejang.Tekanan darah yang rendah dapat
menyebabkan pusing dan lemah.
16

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILa) (T3)


Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali
diawal kunjungan ANC ini dilakukan untuk mengetahui status gizi
ibu hamil menggunakan normal 23 cm, Jika didapati kurang dari
23,lima cm centimeter maka perlu perhatian khusus wacana asupan
gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil kurang gizi maka daya tahan
tubuh untuk melawan kuman akan melemah dan simpel sakit juga
infeksi, keadaan ini tidak baik bagi pertumbuhan janin yang
dikandungnya dan juga dapat mengakibatkan anemia yang
mengakibatkan buruk pada proses persalinan yang akan memicu
terjadinya perdarahan.
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada
waktu usia kehamilan masuk 22-24 minggu menggunakan alat
ukur capiler, dan dapat juga menggunakan pita ukur, hal ini
dilakukan untuk mengetahui usia kehamilan dan tafsiran berat
badan janin dan agar terhindar berasal resiko persalinan lewat
waktu yang membuahkan di gawat janin.
5) Pengukuran Persentasi Janin serta Detak Jantung Janin (DJJ) (T5)
Memilih persentasi janin dilakukan di akhir trimester III
untuk menentukan di bagian terbawah janin kepala , atau kepala
janin belum masuk panggul berarti terdapat kelainan letak panggul
sempit atau ada persoalan lain. Pengukuran detak jantung janin
dilakukan memakai stetoskop monoaural atau doppler menjadi
acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin khususnya denyut
jantung janin dalam rahim dengan detak jantung janin yg normal
nya 120x / menit dilakukan di ibu hamil pada akhir minggu ke 20.
6) Skrining TT (Tetanus Toksoid) (T6)
Menanyakan pada ibu hamil jumlah vaksin yang sudah
diperoleh dan sudah mendapatkan imunisasi TT, secara idealnya
17

WUS (perempuan Usia fertile) menerima imunisasi TT sebanyak 5


kali (long life) mulai asal TT1 hingga TT5.
7) Pemberian Tablet Fe (T7)
Zat besi adalah unsur pembentukan sel darah merah
diperlukan oleh bunda hamil guna mencegah terjadinya anemia
atau kurang darah selamakehamilan. Pemberian tablet besi atau
Tablet Tambah Darah (TTD) diberikan pada bunda hamil sebesar
satu tablet (60mg) setiap hari berturu-turut selama 90 hari selama
masa kehamilan, usahakan memasuki bulan kelima kehamilan.
TTD mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 ml besi
elemental serta 0,25 mg asam folat baik diminum dengan air jeruk
yang mengandung vitamin C buat mempermudah penyerapan.
8) Investigasi Laboratorium (rutin serta spesifik) (T8)
Investigasi laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal
jelek yg mampu mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk
skrining/mendeteksi jika terdapat kelainan.
9) Tatalaksana atau penanaganan khusus (T9)
Sesuai yang akan terjadi investigasi di atas serta hasil
pemeriksaan laboratorium, atau setiap kelainan yang ditemukan
pada ibu hamil wajib ditangani sesuai dengan standar kewenangan
kesehatan.Kasuskasus yang tidak bisa ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
10) Temu wicara (Konseling) (T10)
Temu wicara atau konseling dilakukan disetiap kunjungan
antenatal meliputi :
a) Istirahat yang cukup pada saat kehamilan sekitar 9 – 10 jam per
hari , serta tidak bekerja terlalu berat.
b) Prilaku hidup bersih dan sehat, dengan menjaga kebersihan
badan selama kehamilanya misalnya mencuci tangan sebelum
makan, mandi 2 kali sehari menggunakan sabun dan menjaga
18

personal hygiene dan terhindardari suasana lembab dan


melakukan olah raga ringan.
c) Peran suami / famili pada kehamilan serta perencanaan
persalinan dengan memberi dukungan mental serta menyiapkan
biaya persalinan dan kebutuhan bayi lainya serta transportasi
dan donor darah.
8. Preeklamsia pada masa pandemi covid 19
Maraknya pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia ternyata
berdampak pada system kesehatan perempuan, salah satunya pada proses
kehamilan. Berdasarkan data penelitian yang dikeluarkan United Nations
Population Fund (UNFPA), badan PBB di bidang kesehatan seksual dan
reproduksi, mengungkapkan dampak Covid-19 pada skala besar pada
perempuan. Kondisi tersebut dikarenakan system kesehatan mengalami
kelebihan beban, penutupan fasilitas atau hanya tersedianya pelayanan
terbatas pada perempuan dan anak. Beberapa perempuan juga akan
memilih untuk melewatkan pemeriksaan medis yang penting di karenakan
ketakutannya tertular virus corona. Dirktur Eksekutif UNFPA Dr. Natalia
Kanem mengungkapkan data baru menunjukkan dampak bencana Covid-
19 yang di waktu dekat yang akan dialami oleh wanita serta anak secara
global. "Pandemi ini akan memperparah ketidaksetaraan, jutaan
perempuan serta anak sekarang beresiko kehilangan kemampuan untuk
merencanakan keluarga mereka, melindungi tubuh dan drajat kesehatan
mereka”.Kekhawatiran tentang penularan vertikal dari ibu yang terinfeksi
kebayinya yang belum lahir melalui plasenta saat ini belum diketahui
dengan baik.Sejauh ini, tidak ada virus yang ditemukan dalam ASI dan
cairan ketuban dari wanita yang terinfeksi.Hal tersebut memungkinkan ibu
hamil tidak bisa menularkan virus kebayi melalui ASI dan tidak melewati
plasenta kebayi saat ibu hamil.Dapat diketahui bahwa salah satu gejala
preeklampsia merupakan tekanan darah tinggi, pada sebagian besar ibu
yang terinfeksi virus covid-19 mengalami tekanan darah tinggi serta
penyakit jantung yang membuat ibu hamil yang terinfeksi virus tersebut
19

juga memiliki resiko preeklampsia lebih besar (preeklampsia foundation,


2020).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan (2021) tingkat
kecemasan ibu hamil trimester tiga pada masa pandemic tidak terlalu
tinggi.Terdapat perbedaan kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III
pada primigravida dengan multigravida di era pandemic covid
19.Kecemasan yang terjadi pada ibu hamil trimester III di era pandemic
covid-19 banyak dialami oleh ibu hamil primigravida, sedangkan pada ibu
hamil multigravida lebih banyak tidak mengalami kecemasan (Rozikhan,
2021).
20

9. Pathway preeklamsia

Faktor resiko :
Primigravida

Preeklamsia

Perfusi ke jaringan menurun

Aliran darah Edema


berkurang

Co2 menurun Edema paru


Nyeri akut Edema
serebral
(D.0077)
Perfusi dispnea
perifer tidak Spasme
efektif arteriol
retina
pola nafas tidak
(D.0009)
efektif

(D.0005) Pandangan
kabur

Gangguan presepsi sensori


penglihatan

(D.0085)

Bagan 2.1 Patway preeklamsia


21

C. Konsep Dasar Nyeri Akut


1. Definsi
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan actual maupun potensial atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan (Tamsuri, 2007). Nyeri merupakan masalah
yang memiliki prioritas tinggi. Nyeri menandakan bahaya fisiologis dan
psikologis bagi kesehatan pemulihan. Nyeri berat dianggap sebagai situasi
darurat yang patut mendapat perhatian dan penanganan yang tepat.
(Kozier, dkk, 2010).
Nyeri adalah suatu kondisi subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak mengenakan berhubungan dengan kerusakan jaringan actual
atau potensial yang dirasakan dalam kejadian terjadi kerusakan (Potter dan
Perry, 2012).
2. Fisiologi nyeri
Terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan hingga
pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri, terdapat
rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks yaitu :
a. Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius diubah menjadi
aktivitas elektrik pada ujung saraf sensorik (reseptor) terkait.
b. Proses berikutnya, yaitu transmisi dalam proses ini terlibat tiga
komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls
ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls
yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak
dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbale balik antara thalamus
dan cortex.
c. Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan
mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu telah ditemukan di
system saraf pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di
medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan jika terjadi relaksasi atau obat
analgetika seperti morfin.
22

d. Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang di


transmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama
sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi
tersebut juga tidak jelas. Sangat di sayangkan karena nyeri secara
mendasar merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang
sehingga sangat sulit untuk memahaminya.
3. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri akut
Nyeri akut yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari tiga bulan.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan, yang berlangsung lebih dari tiga bulan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).
4. Pengukuran intensitas nyeri
a. Verbal Descriptor Scale (VDS)
Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang terdiri dari
tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang
sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diurutkan dari "tidak terasa
nyeri" sampai "nyeri yang tidak tertahan".Perawat menunjukkan klien
tentang skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri terbaru yang dirasakannya.Perawat juga menanyakan seberapa
jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa
tidak menyakitkan.Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah
kategori untuk mendeskripsikan rasa nyeri (Potter &Perry 2005).
23

b. Visual Analog Scale (VAS)


VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus. Skala ini memberikankebebasan penuh pads klien
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS merupakan pengukur
keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih
satu kata (Potter & Perry 2005).
c. Intensitas nyeri
1) skala 0 tidak terjadi nyeri,
2) skala 1 sampai 3, rasa nyeri seperti gatal atau tersetrum atau nyut-
nyutan atau melilit atau terpukul atau perih atau mules.
3) skala 4 sampai 6, seperti ham atau kaku atau tertekan atau sulit
bergerak atau terbakar atau ditusuk-tusuk.
4) Sangat nyeri pada skala 7 sampai 9 tetapi masih dapat dikontrol
oleh klien. Intensitas nyeri sangat berat pads skala 10 nyeri tidak
terkontrol (Potter & Perry 2005).
5. Penatalaksanaan Nyeri
a. Farmakologi
Manajemen farmakologi yang dilakukan adalah pemberian analgesik
atau obat penghilang rasa sakit. Penatalaksanaan farmakologi adalah
pemberian obat untuk mengurangi nyeri. Obat-obatan yang diberikan
dapat digolongkan ke dalam:
1) Analgesik narkotik Analgesik narkotik terdiri dari berbagai
derivate opium seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat
memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini
mengadakan ikatan dengan reseptor opiate dan mengaktifkan
penekanan nyeri endogen pada susunan saraf pusat.
2) Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan
ibuprofen selain memeliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti
inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan
24

penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari


jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi.
b. Non farmakologi
1) Relaksasi adalah kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, dan emosi pada nyeri.
2) Distraksi
teknik distraksi yaitu salah satunya dengan teknik mendengarkan
musik. Musik menghasilkan perubahan status kesadaran melalui
bunyi, kesunyian, ruang, dan waktu. Pada keadaan perawatan akut,
mendengarkan musik klasik dapat memberikan hasil yang sangat
efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasca operasi pasien.
(Djamal, 2015).
Terapi musik juga dapat mempengaruhi fungsi fungsi
fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung, tekanan darah, dapat
menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada saat
stress, serta dapat merangsang pelepasan hormone endofrin dan
hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan
dalam penurunan nyeri (Young dan Koopsen, (2007) dalam Nurul
(2018).
Perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif di berbagai
situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai melakukan suatu
kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau
mendengarkan musik. Perawat sebagai tenaga professional yang
banyak menghabiskan waktu dengan pasien dibandingkan dengan
tenaga professional medis lainnya seharusnya dapat memberikan.
(Muhammad dan Yuli, 2019)
25

D. Konsep asuhan keperawatan preeklamsia


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu kegiatan pemeriksaan
dan peninjauan terhadap situasai atau kondisi yang dialami pasien untuk
tujuan perumusan masalah diagnosa keperawatan. Dalam proses
pengkajian keperawatan terdapat suatu metode sistematis yaitu mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat
rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut (Harahap a, d 2020).
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan di analisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah (Hia, 2019).
Proses pengkajian mencakup: pengumpulan data, penyusunan
data, validasi data, pencatatan data. Pengumpulan data merupakan hal
yang utama dalam pengkajian awal pasien dan merupakan proses yang
kontinyu untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk asuhan
keperawatan ( Wiratama ,2019 ).
Hal – hal yang perlu di identifikasi meliputi :
a. Identitas Pasien
1) nama pasien: untuk mengidentifikasi pasien dalam pemberian obat
dan berbagai pemberian pelayanan asuhan keperawatan
2) Umur: (pada penderita preekalmpsia umur sangat mempengaruhi
karena hamil ketika usia diatas 35 tahun rentan terhadap terjadinya
preekalmpsia, untuk pemberian obat sesuai dosis
3) Agama: untuk mengetahui koping dan keyakinan pasien
4) suku bangsa: orang yang berkulit hitam mempengaruhi resiko
preeklampsia
5) pendidikan: untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien
tentang riwayat penyakit preekalmpsia
26

6) pekerjaan: untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial


ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut
7) status perkawinan: untuk mengetahui apakah anak yang akan
dilahirkannya merupakan suatu keingiinan atau bukan
8) alamat: untuk mengetahui tempat tinggal pasien
9) diagnosa medis: untuk mengetahui apakah penyakit yang di derita
pasien
10) Tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor rekam
medik : untuk mengetahui apakah pasien mulai dirawat rumah
sakit dan untuk menentukan asuhan keperawatan (shinta., 2020).
b. Identitas keluarga pasien
1) Nama : untuk mengidentifikasi nama penanggung jawab pasien.
2) Umur : untuk mengetahui umur penanggung jawab pasien.
3) Alamat : untuk mengetahui alamat penanggung jawab pasien.
4) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan penanggung
jawab pasien.
5) Pekerjaan : untuk mengetahui jenis pekerjaan pasien.
6) Hubungan dengan klien : untuk mengetahui hubungan penanggung
jawab dengan klien.
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat hipertensi sebelum hamil
Preeklamsia pada hipertensi kronik merupakan penderita yang
sudah menderia penyakit hipertensi sebelum hamil. Ibu hamil yang
memiliki riwayat hipertensi akan mempunyai resiko lebih besar
mengalami super imposed preeklamsia. Hal tersebut karena
hipertensi yang di derita sebelum kehamilan sudah menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh dan di tambah dengan masa kehamilan
menyebabkan tubuh berkerja lebih berat lagi dapat menimbulkan
odem dan proteinurea. Hal tersebut yang di sebut dengan super
imposed preeklamsia (Rahmawati N, 2016).
27

2) Ibu dengan obesitas


Ibu hamil dengan obesitas merupakan ancaman yang serius untuk
ternyadinya penyakit hipertensi, jantung dan diabetes militus. 60
persen ibu dengan diabetes memiliki riwayat hipertensi
(Rahmawati N, 2016).
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pada penderita preeklamsia biasanya seorang ibu merasa sakit kepala
di daerah frontal.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga yang mempunyai riwayat preeklamsia dapat memungkinkan
keluarga yang lain mengalami preeklamsia.
f. Riwayat perkawinan
Umur pernikahan merupakan suatu yang penting karena berpengaruh
dalam status reproduksi.
g. Pemeriksaan fisik
Seorang yang mengalami preeklamsia biasanya mengalami keadaan
seperti berikut :
1) Keadaan umum : lemah
2) Kepala : edema pada wajah
3) Mata : konungtivities, edema pada retina
4) Abdomen : pemeriksaan leopold
5) Ektermitas : edema kaki, tangan dan jari
6) Pernafasan : hiper refleksia
7) Genitourinaria : oliguria , proteinurea
8) Pemeriksaan janin : jantung tidak teratur, gerakan janin melemah
h. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
a) Hemoglobin menurun
b) Hematokrit meningkat
c) Trombosit menurun
28

2) Urinalis
a) Adanya protein dalam urin
3) Tes kimia darah
Asam urat meningkat
i. Data sosial ekonomi
Seseorang yang mengalami preeklamsia cenderung dalam
kategori ekonomi rendah, karena kurangnya konsumsi protein dan
kurang paham mengenai pemeriksaan antenatal.
j. Data psikologis
Ibu hamil dengan preeklamsia biasanya berada dalam kondisi
yang labil dan mudah marah, ibu terlalu khawatir dengan keadaan
kandungannya. Ibu takut jika anaknya lahir akan cacat atau meninggal
dunia .hal tersebut menyebabkan ibu takut untuk melahirkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan atau sering di sebut Diagnosa keperawatan
adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah
kesehatan dan proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung secara aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan(Indrieni, 2020).
Menurut (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017)diagnosa keperawatan
yang muncul pada kasus preeklampsi sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia (D.0077)

3. Intervensi keperawatan
Setelah di tentukan diagnosa keperawatan , selanjunya adalah tahap
perencanaankeperawatan. Tahap perencanaan adalah menentukan prioritas
diagnose keperawatan,penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan
intervensi keperawatan (Purba, 2019).
29

Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi


keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dan (tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2018).
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan intracranial yang meningkat
(D.0077)
1) Tujuan umum : setelah di lakukan tindakan keperawatan dengan
waktu tertentu di harapkan nyeri berkurang dan hilang.
2) Kriteria hasil :
a) Pasien tidak merasakan nyeri
b) Nyeri pasien berkurang
c) Perfusi ke jaringan meningkat
3) Intervensi
a) Utama : managemen nyeri.
(1) Identifikasi skala nyeri.
(2) Identifikasi factor memperberat dan memperingan nyeri.
(3) Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (
relaksasi, terapi musik )
(4) Jelaskan stategi meredakan nyeri
(5) Kolaborasi pemberian analgetik.
4. Implementasi keperawatan
Impelemtasi keperawatan merupakan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan yang di kembangkan selama tahap perencanaan.
Implementasi mencakup penyelesaian tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah di tentukan dalam tahap intervensi dan menilai
kemajuan atau keberhasilan dari criteria hasil (Deborah Siregar, 2021).
Kegiatan dalam pelaksanaan implementasi meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien hingga sesudah pelaksaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Indrieni, 2020)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses dalak asuhan
keperawatan, hal tersebut menentukan keberhasilan yang cipaikeluaran
30

dari tindakan. Evaluasi merupakan kegiatan mengkaji respon pasien


terhadap tindakan keperawtan yang telah dilakukan dengan mengacu pada
standar atau criteria hasil yang telah di tetapkan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan membuat hubungan baik dengan
klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan yang diberikan oleh
perawat, sehingga perawat dapat mengambi keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
c. Melanjutkan rencana tindakan keperawatan (Ballsy C A Pangkey,
2021)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini adalah studi kasus yang menggunakan pendekatan proses
keperawaran dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam
kasus yang dipilih yaitu Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.
Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang mengarah pada pencarian
data dan informasi melalui dokumen baik tertulis, foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Studi
kasus bertujuan untuk mendapatkan informasi yang relevan sesuai dengan
masalah yang akan diteliti dan mengkaji hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono, 2012).

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien yang mengalami
preeklamsia pada kehamilan primigravida trimester tiga. Dua orang tersebut
merupakan pasien yang di rawat di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal yang
bernama Ny.N dan Ny.S.
Teknik yang digunakan adalah teknik convenience sampling (non-
probability sampling) dimana subjek dipilih karena keinginan peneliti
(Wiratna Sujarweni, 2014).

C. Fokus studi
Fokus studi pada penelitian ini adalah asuhan keperawatan Antenatal
Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD
Dr.H.Seowondo Kendal yang dimulai dengan tahap pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi , dan evaluasi.

31
32

D. Tempat dan Waktu


Tempat yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian pada asuhan
keperawatan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah
Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal pada Tanggal 15 februari
sampai 02 maret 2022.

E. Pengumpulan Data
Terdapat 2 cara dalam pengumpulan data, yaitu :
1. Instrumen
1) Format asuhan keperawatan
2) Alat kesehatan
3) Alat tulis
2. Metode Pengumpulan data
1) Wawancara
Wawancara adalah percakapan tanya jawab untuk
memperoleh informasi dan penjelasan untuk mengumpulkan
informasi, dilakukan dengan cara tatap muka atau tanpa tatap
muka yaitu dengan telekomunikasi. Anamnesis atau wawancara dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a) Autoanamnesis adalah wawancara medis yang dilakukan secara
langsung antara dokter dan pasien itu sendiri,
b) Alloanamnesis dilakukan oleh dokter dengan keluarga pasien
yang membawa pasien tersebut ke dokter (Markum, 2018).
Hasil wawancara berupa identitas, keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga.
2) Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambaran riil
suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Hasil observasi meliputi pengkajian head to toe.
33

3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terdiri dari :
a) Inspeksi
Inspeksi adalah teknik yang dapat dilakukan dengan proses
observasi yang dilaksanakan secara sistemik.
b) Palpasi
Palpasi adalah teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan
indera peraba, pada palpasi ini hal yang harus di lakukan yaitu
melakukan pemeriksaan reflek patella.
c) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri kanan pada
setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.Perkusi
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsistensi jaringan.contoh suara-suara yang dihasilkan antara lain
sonor, redup, pekak/ timpani.
d) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.
4) Dokumentasi
Dokumentasi lebih mengarah pada bukti konkret seperti hasil
laboratorium, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan
penunjang lainnya. Dokumentasi dapat dilakukan di buku KIA dan
rekam medis pasien.

F. Analisis Data
Analisis data dimulai dengan mengemukakan dan mengelompokkan
data fokus sesuai dengan fakta, berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
baik dari hasil wawancara, observasi langsung, pemeriksaan fisik, maupun
hasil dari dokumentasi rekam medis dan hasil laboratorium.Kemudian data
34

dibandingkan dengan tinjauan pustaka untuk menentukan masalah


keperawatan yang terjadi dan memprioritaskan masalah keperawatan tersebut.
Setelah itu dapat dilakukan penyusunan rencana keperawatan dan tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien. Data
yang dipaparkan berupa asuhan keperawatan preeklamsia pada kehamilan
primigravida trimester tiga disajikan secara narasi. Analisis data dilakukan
untuk menilai kesenjangan antara teori dan fakta dari respon pasien dalam
pengelolaan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Preeklamsia Dengan Masalah
Nyeri Akut Di RSUD Dr.H.Seowondo Kendal.

G. Etika penelitian
Dalam penelitian keperawatan yang berhubungan dengan prinsip etik
yaitu:
1. Informed Consent (Persetujuan Partisipan)
Persetujuan partisipan adalah informed consent antara peneliti
dengan responden dengan memberikan surat lembar persetujuan.
Bertujuan agar subjek mengerti maksud dan penelitian dan dapat
mengetahui dampaknya. Informed consent diberikan sebelum peneliti
akan memeulai dan memberikan selembar kertas persetujuan
untuk menjadi responden. Akan tetapi jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghargai keputusan dan menghargai hak responden.
Data yang harus ada pada lembar informed consent adalah tujuan
akan dilakukan penelitian. Data dan jenis yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah di hubungi untuk informasi selanjutnya.
Pada penelitian yang telah dilakukan, klien bersedia menandatangani surat
lembar persetujuan menjadi klien.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Anonomity adalah suatu masalah etika keperawatan yang
mempunyai jaminan dalam penggunaan subjek penelti dengan tidak
memberikan atau tidak mencantumkan nama responden dengan
35

lengkap pada lembar data dan hanya menuliskan inisial atau kode
nama pada lembar pengumpulan da atau lembar hasil penelitian yang akan
diajukan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality merupakan masalah etika keperawatan dengan harus
memberikan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi, data dan
masalah lainnya. Semua informasi dijamin untuk kerhasiaannya dan
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran lokasi penelitian
Studi kasus ini dilakukan di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal yang
terletak di Jl. Laut No.21, Ngilir, Kecamatan. Kendal, Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah. Dari data dan Informasi yang dihimpun rumah sakit kendal
sudah ada sebelum kemerdekaan, namun tidak ada kepastian tahun berapa
Rumah Sakit Kendal didirikan. RSUD Dr.H.Soewondo Kendal merupakan
rumah sakit kelas B sebagai rujukan utama masyarakat daerah Kendal.
Fasilitas Pelayanan pada RSUD dr. H. Soewondo Kendal meliputi
berbagai jenis pelayanan seperti: Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat
Inap, Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Elektro Medik, Pelayanan
General Check Up, dan Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Pada studi kasus ini peneliti melakukan studi kasus di ruang mawar
bawah, yang berisikan 3 tempat tidur dalam satu kamar, ruangan ini di
tujukan untuk pasien yang mengalami masalah pada saat kehamilan dan
menjelang kelahiran. Adapun perawat/bidan yang mengelola klien
berjumlah 10 orang. Sedangkan dokter SPOG berjumlah 4 orang.
Kasus yang di dapatkan pada ruang mawar bawah di rawat inap ini
seperti kehamilan dengan anemia, PEB , KPD, dan berbagai masalah
kehamilan lainnya yang mengharuskan ibu hamil melahirkan dengan
section caesaria.
2. Pengkajian
Identitas pasien Klien 1 Klien 2
Nama Ny. N Ny. S
Umur 31 Tahun 27 tahun
Pekerjaan Ibu rumah tangga Karyawan swasta
Alamat Ngampel Pegandon
Status perkawinan Menikah Menikah
Nomer registrasi 6276XX 6277XX
Diagnosa medis G1P0A0 PEB 38 Mgg G1P0A0 PEB 32Mgg
Tabel 4.1 Identitas Klien.

36
37

3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan Klien 1 Klien 2
Keluhan utama Saat dilakukan Saat dilakukan
pengkajian pasien pengkajian pasien
mengeluh pusing mengeluh nyeri
kepala

Riwayat kesehatan Pasien datang ke IGD Pasien datang ke


sekarang RSUD Kendal di antar IDG RSUD Kendal
oleh keluarganya rujukan dari
dengan keluhan pusing, puskesmas pegandon
sesak mules mules, dan di antar oleh
keluar darah flek , keluarganya dengan
pasien hamil 38 mgg keluhan nyeri kepala
PEB. hebat,lemas, sesak
dengan riwayat
hipertensi, pasien
hamil G1P0A0 PEB
32 Mgg

Riwayat kesehatan Pasien mengatakan 2 Pasien mengatakan


dulu bulan yang lalu pernah ini pertama kalinya
di rawat di RSI Kendal di rawat di rumah
dengan keluhan pusing sakit selama masa
hebat dengan riwayat kehamilan .
hipertensi

Riwayat kesehatan Pasien mengatakan Pasien mengatakan


keluarga dalam keluarganya dalam keluarganya
tidak ada yang memiliki riwayat
memiliki riwayat penyakit hipertensi.
penyakit menular dan
keturunan.

Riwayat obstetri : G1P0A0, umur


Riwayat kehamilan G1P0A0 , umur kehamilan 32
sekarang kehamilan 38 minggu, minggu , tafsiran
taksiran persalinan 23 kelahiran 01 mei
februari 2022 (HPHT 2022 (HPHT 08
16 mei 2021) Agustus 2021)

Riwayat kehamilan Pasien mengatakan


dan persalinan Pasien mengatakan ini ini merupakan
merupakan kehamilan kehamilan pertama
pertama
Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan
38

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Keadaan umum Pasien tampak lemah Pasien tampak
dengan posisi supine lemah dengan
pasien terpasang infus posisi supine dan
RL dan kateter terpasang infus RL
Kesadaran GCS : M6E4V5 GCS : M6E4V5
Composmentis Composmentis
tanda – tanda vital
TD : 170 / 110 mmhg 160/100 mmhg
Suhu : 37,0 °C 36,4 °C
Nadi : 100 x/menit 89 x/menit
RR : 28 x/menit 26 x/menit

Tinggi badan dan Sebelum kehamilan : Sebelum kehamilan


berat badan TB : 160 cm TB : 157 cm
BB : 50 kg BB : 46 kg
Setelah kehamilan : Setelah kehamilan
TB : 160 cm TB : 157 cm
BB : 68 Kg BB : 58 Kg

Nyeri / kenyamanan P : pusing P : pusing


Q : tertusuk – tusuk Q : tertusuk – tusuk
R : kepala R : kepala
S:7 S:6
T : hilang timbul T : hilang timbul

Kepala Bentuk lonjong , kulit Bentuk kepala


kepala bersih, rambut bulat, kulit kepala
hitam bergelombang bersih, rambut
hitam lurus
Mata Sclera putih, Sclera putih,
konjungtiva merah konjungtiva merah
muda, kornea jernih, muda, kornea
reflek cahaya (+),pupil jernih, reflek
isokor cahaya (+),pupil
isokor

Hidung Tidak ada pernafasan Tidak ada


cuping hidung, posisi pernafasan cuping
septum nasal ditengah, hidung, posisi
lubang hidung simetris, septum nasal
bersih tidak ada polip ditengah, lubang
hidung simetris,
bersih tidak ada
polip
39

Rongga mulut dan Bibir kecoklatan, Bibir merah


lidah mukosa lembab, letak mudah, mukosa
uvula simetris ditengah lembab, letak uvula
simetris ditengah

Telinga Simetris ,tampak bersih Simetris ,tampak


dan tidak ada bersih dan tidak
pembengkakan dan ada pembengkakan
tidak ada masalah dan tidak ada
pendengaran masalah
pendengaran
Leher Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening Tidak ada
dan Tiroid, letak trakea pembesaran
ditengah kelenjar getah
bening dan Tiroid,
letak trakea
Paru – paru Inspeksi : kedua paru ditengah
mengembang simetris, Inspeksi : kedua
tidak terdapat retraksi paru mengembang
dinding dada simetris, tidak
Palpasi : gerakan terdapat retraksi
simestris pada setiap dinding dada
pernafasan Palpasi : gerakan
Perkusi : resonansi simestris pada
terdengar diseluruh setiap pernafasan
permukaan paru Perkusi : resonansi
Auskultasi : vesikuler terdengar diseluruh
permukaan paru
Auskultasi :
vesikuler
Payudara Inspeksi :
Bentuk dada simetris, Inspeksi :
payudara simetris, Bentuk dada
putting susu menonjol, simetris, payudara
terjadi hiperpigmentasi simetris, putting
aerola, Irama nafas susu menonjol,
teratur, tidak ada otot Irama nafas teratur,
bantu pernafasan. tidak ada otot bantu
pernafasan.
Palpasi:
Vocal premitus anterior Palpasi:
dan posterior dada Vocal premitus
getaran kanan dan kiri anterior dan
sama, ekspansi paru posterior dada
anterior dan posterior getaran kanan dan
40

dada pengembangan kiri sama, ekspansi


kanan dan kiri sama, paru anterior dan
Konsistensi Payudara posterior dada
kenyal dan agak keras , pengembangan
tidak ada nyeri tekan kanan dan kiri
pada payudara, sama, Konsistensi
Payudara kenyal
dan agak keras ,
tidak ada nyeri
tekan pada
Perkusi: payudara,
Sonor. Perkusi:
Auskultasi: Sonor
Suara Nafas vesikuler Auskultasi:
tidak ada bunyi nafas Suara Nafas
tambahan. vesikuler tidak ada
bunyi nafas
tambahan.
Jantung Inspeksi:
CRT < 2 detik, tidak Inspeksi:
ada sianosis CRT < 2 detik,
Palpasi: Akral hangat tidak ada sianosis
Perkusi: Batas atas ICS Palpasi: Akral
2 line sternal kiri, Batas hangat
bawah ICS 4 Perkusi: Batas atas
midclavicula kiri, Batas ICS 2 line sternal
kanan ICS 4 line kanan kiri, Batas bawah
ICS 4 midclavicula
kiri, Batas kanan
Auskultasi: BJ II Aorta ICS 4 line kanan
bunyi tunggal irama Auskultasi: BJ II
regular intensita kuat, Aorta bunyi
BJ II Pulmonal bunyi tunggal irama
tunggal irama regular, regular intensita
BJ I Trikuspidalis bunyi kuat, BJ II
tunggal, irama regular, Pulmonal bunyi
BJ I Mitral bunyi tunggal irama
tunggal, irama regular. regular, BJ I
Tidak ada bunyi Trikuspidalis bunyi
jantung tambahan. tunggal, irama
regular, BJ I Mitral
bunyi tunggal,
irama regular.
Tidak ada bunyi
jantung tambahan.
41

Abdomen Inspeksi:
Bentuk bulat simetris,
terdapat bayangan vena Inspeksi:
tidak ada benjolan , Bentuk bulat
terdapat garis hitam simetris, terdapat
sejajar dengan pusar bayangan vena
tidak ada benjolan ,
terdapat garis hitam
Auskultasi: sejajar dengan
DJJ : 138 X/menit pusar
Auskultasi:
Palpasi: DJJ : 125 X/menit
Leopold I : teraba
bokong Palpasi:
Leopold II : teraba Leopold I : fundus
bagian kerasteraba bulat, lunak
memanjang di kanan tidak melenting
perut ibu dan teraba (bokong)
bagian kecil janin di Leopold II : pada
kiri perut ibu perut bagian kiri
Leopold III : teraba ibu teraba
kepala dan tidak bisa punggung, bagian
digoyangkan kanan teraba
Leopold IV : tangan ekstremitas
pemeriksa konvergen Leopold III :
TFU : 33 cm bagian terbawah
Konsistensi : Keras janin teraba bulat,
(boggy) keras dan
melenting (kepala)
Leopold IV :
kepala belum
masuk panggul
(konvergen)
TFU : 29 cm
Tidak ada oedema dan Konsistensi : Keras
Genetalia tidak ada varises, (boggy)
keputihan normal, tidak
berbau dengan jumlah Tidak ada oedema
sedikit. dan tidak ada
varises, keputihan
Tidak ada hemoroid normal, tidak
Anus berbau dengan
Pergerakan sendi bebas jumlah sedikit.
Musculoskeletal dan Turgor Baik Tidak ada
integument hemoroid
Ektermitas atas :
42

Ekstermitas Terpasang infus di Pergerakan sendi


tangan sebelah kiri bebas Turgor Baik
Ekstermitas bawah :
tejadi odema pada Ektermitas atas :
kedua kaki Terpasang infus di
tangan sebelah kiri
Klien tidak Ekstermitas bawah
Seksualitas dan berhubungan dengan : tejadi odema pada
reproduksi suaminya di kehamilan kedua kaki
trimester 3
Klien tidak
berhubungan
dengan suaminya
di kehamilan
trimester 3
Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik

5. Pola aktivitas harian


Pola Klien 1 Klien 2
aktivitas Rumah RS Rumah RS
sehari hari
Nutrisi Nafsu Nafsu makan Nafsu Nafsu makan
makan sedikit makan sedikit
lahap berkurang, lahap berkurang,
,makan pasien ,makan pasien
pagi, siang mencoba pagi, siang mencoba
dan malam. menghabskan dan malam. menghabskan
Tidak ada 1 porsi yang Tidak ada 1 porsi yang
masalah di sediakan masalah di sediakan
dan di rumah dan di rumah
pantangan sakit pantangan sakit
khusus khusus

BAK dan BAK : 7 – BAK : 5 –


BAB 8 x / hari BAK : 7 – 8 6 X/hari BAK : 5 – 6
BAB: 1 x / hari BAB 1 X/hari
x/hari, BAB: 1 x/hari, BAB 1
Konsistensi x/hari, Konsistensi x/hari,
padat, fases Konsistensi lembek, Konsistensi
lembek dan padat, fases feses padat, fases
mudah di sulit untuk mudah di mudah di
keluarkan dikelurakan keluarkan keluarkan
dan harus
mengejan
43

Istirahat dan Tidur siang Tidur siang


Tidur sekitar 1 Tidur siang sekitar 2 Tidur siang 1
jam, dan 30 menit , jam, dan jam, dan
tidur dan tidur tidur tidur malam
malam 6 – malam 7 – 8 malam 7 – 4 – 5 jam,
7 jam, sering 8 jam, sering
dengan terbangun dengan terbangun
kualitas karena sering kualitas karena tidak
tidur yang BAK tidur baik nyaman
baik dengan posisi
tidurnya
Personal Mandi 2 Mandi 2
hygine kali Mandi 1 kali, kali
kadang Mandi 1 kali,
hanya sibin kadang
hanya sibin
Data Pasien merasa gembira Pasien merasa gembira
psikologis dengan kehamilannya dengan kehamilannya

Data Interaksi baik, hubungan Interaksi baik, hubungan


psikososial dengan orang lain sangat dengan orang lain sangat
baik, tidak ada masalah baik, tidak ada masalah
dalam keluarga dalam keluarga

Management Ketika muncul masalah Ketika muncul masalah


koping dalam keluarga selalu dalam keluarga selalu
diselesaikan dengan diselesaikan dengan
musyawarah musyawarah
Spiritual Sebelum sakit pasien selalu
Sebelum sakit pasien selalu solat 5 waktu, setelah sakit
solat 5 waktu, setelah sakit pasien solat dengan
pasien solat dengan berbaring
berbaring
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hasil Nilai Satuan
Klien 1 Klien 2 normal
Tanggal 14 – 02 – 27 – 02 –
pemeriksaan 2022 2022
Hemoglobin 13.2 12.4 12.0-16.0 g/dL
Leokosit 8.50 9.30 4.80-10.80 10^3/µl
Trombosit 198 340 150-450 10^3/µl
Eritrosit 42.0 39.2 37.0-54.0 10^6/µl
Hematocrit 41.5 44.1 38,8–50 %
44

Protein +3 +2 -
urine
Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang
7. Terapi Medis
Nama obat Dosis Sediaan Rute
Klien 1 Infus RL 24 tpm Iv
Cetorolac 3x1 Ampul Iv
Sefoperazon 1x1 Vial Iv
Candesartan 1 x 16 mg Tablet Oral
Spironolactone 1 x 25 mg Tablet Oral
Klien 2 Infus RL 24 tpm Iv
Ranitidine 1 x 50 mg Ampul Iv
Pamol 3 x 500mg Tablet Oral
Candesartan 1 x 16 mg Tablet Oral
Spironolactone 1 x 25 mg Tablet Oral
Table 4.6 Terapi Medis

8. Analisa Data
Analisa data Penyebab Masalah
Klien 1 Tekanan intracranial Nyeri akut
DS : meningkat
- Pasien
mengatakan nyeri
kepala
P : pusing
Q : tertusuk – tusuk
R : kepala
S:7
T : hilang timbul

DO :
- Pasien tampak
kesakitan
- TD : 170 / 110
mmhg
- Suhu : 37,0 °C
- Nadi : 100 x/menit
- RR : 28 x/menit
45

Klien 2 Tekanan intracranial Nyeri akut


DS : meningkat
- Pasien
mengatakan nyeri
kepala
P : pusing
Q : tertusuk – tusuk
R : kepala
S:6
T : hilang timbul

DO :
- Pasien tampak
kesakitan
- TD : 160/100
mmhg
- Suhu : 36,4 °C
- Nadi : 89 x/menit
- RR :26 x/menit
Table 4.7 Analisa Data

9. Diagnosa Keperawatan
No Klien 1 Klien 2
urut Hari / Diagnosa Hari / Diagnosa
tanggal keperawatan tanggal Keperawatan
1. 15 – 02 Nyeri akut 28 – 02 Nyeri akut
– 2022 berhubungan – 2022 berhubungan
dengan tekanan dengan tekanan
intracranial yang intracranial yang
meningkat meningkat
(D.0077) (D.0077)

DS : DS :
- Pasien - Pasien
mengatakan mengatakan
nyeri nyeri
kepala kepala
-
P : pusing
Q : tertusuk – P : pusing
46

tusuk Q : tertusuk –
R : kepala tusuk
S:7 R : kepala
T : hilang timbul S:6
T : hilang timbul
DO :
- Pasien DO :
tampak - Pasien
kesakitan tampak
- TD : 170 / kesakitan
110 mmhg - TD :
- Suhu : 37,0 160/100
°C mmhg
- Nadi : 100 - Suhu : 36,4
x/menit °C
- RR : 28 - Nadi : 89
x/menit x/menit
- Protein : + - RR :26
3 x/menit
- Protein : +
2
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan
10. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Nyeri akut setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan keperawatan ( I.08238)
dengan selama 3 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
tekanan diharapkan tingkat nyeri karakteristik nyeri,
intracranial menurun.Kriteria hasil : durasi, frekuensi,
yang Tingkat nyeri (L.08066) intensitas nyeri
meningkat - Pasien - Identifikasi skala
(D.0077) mengatakan nyeri nyeri
berkurang dari - Berikan terapi non
ringan ke sedang farmakologis
- Pasien untuk mengurangi
menunjukkan rasanyeri ( terapi
ekspresi wajah music )
tenang - Ajarkan teknik non
- Pasien dapat farmakologis
beristirahat untuk mengurangi
dengan nyaman nyeri
- kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
47

perlu
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan

11. Implementasi Keperawatan


Klien Diagnosa Hari / Tindakan Respon
keperawatan tanggal
1 Nyeri akut 15 – 02 mengidentifikasi DS :
berhubungan – 2022 lokasi, - Pasien
dengan Jam karakteristik mengataka
tekanan 09.00 nyeri, durasi, n nyeri
intracranial frekuensi, kepala
yang intensitas nyeri P : pusing
meningkat Q : tertusuk –
(D.0077) tusuk
R : kepala
S:7
T : hilang timbul

DO : pasien
tampak kesakitan,
pasien lebih
banyak diam,
pasien memegangi
kepala dengan
memejamkan mata
15 – 02 Memberikan terapi DS : Pasien
– 2022 non farmakoligi mengatakan
Jam untuk mengurangi mendengarkan
09.00 nyeri musik ini
- memberika membuatnya
n terapi semakin merasa
musik pusing , mules
klasik mules yang di
Mozart . rasakannya
semakin sering .

DO : pasien
tampak kesakitan
15 – 02 Memberikan terapi DS : pasien
2022 farmakologi mengatakan
Jam - inj pusing masih
10.00 cetorolac sangat terasa
- inj
48

candesartan DO : pasien
- Spironolact tampak
one memejamkan mata
TD : 160 / 110
mmhg
Suhu : 36, 2 °C
Nadi : 100 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %
15 – 02 Mengidentifikasi DS : pasien
2022 skala nyeri pasien mengatakan skala
Jam nyeri 6
13.00
15 – 02 Memberikan terapi DS : pasien
2022 non farmakoligi mengatakan musik
Jam untuk mengurangi ini lebih
13.10 nyeri membuatnya
- Memberika tenang dari paa
n terapi musik sebelumnya,
musik religi pasien juga
mengatakan music
religi dapat
membantunya
mengurangi rasa
pusing.

DO : pasien
tampak
memejamkan mata
saat mendengarkan
musik.
15 – 02 Mengukur tanda DO :
2022 tanda vital pasien TD : 140 / 90
Jam mmhg
14.00 Suhu : 36, 5 °C
Nadi : 100 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %
16 – 02 Mengidentifikasi DO :
– 2022 skala nyeri Skala nyeri : 4
Jam
08.00
16 – 02 Mengukur tekanan DS : -
– 2022 darah pasien DO :
Jam TD : 140/90 mmhg
08.30
16 – 02 Memberikan obat DO : tidak ada
– 2022 injeksi alergi obat injeksi
49

Jam - Inj
10.00 cetorolac
- Inj
Spironolact
one
16 – 02 Mengganti cairan
– 2022 infus pasien
Jam - RL 24 tpm
13.00 Memasang nasal
kanul 3 lpm
16 – 02 Melakukan DO :
– 2022 pengukuran tanda – TD : 150 / 104
Jam tanda vital klien mmhg
14.00 Suhu : 36, 8 °C
Nadi : 89 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %
17 – 02 Mengidentifikasi DS : pasien
– 2022 skala nyeri mengatakan
Jam pusing sudah
09.00 berkurang, namun
masih sering terasa

DO : skala nyeri :
3
17 – 02 Memberikan terapi DS : Pasien
– 2022 non farmakoligi mengatakan
Jam untuk mengurangi mendengarkan
12.00 nyeri musik religi
- Memberika membuatnya lebih
n terapi rileks dan tenang ,
musik religi
DO : Pasien
tampak tenang saat
mendengarkan
musik reigi
17 – 02 Mengevaluasi skala DS : Pasien
– 2022 nyeri setelah terapi mengatakan
Jam music pusing masih
13.00 sedikit dirasakan

DO : skala nyeri :
2
17 – 02 Memberikan terapi DO : tidak ada
– 2022 farmakologi alergi obat injeksi
Jam - inj
14.00 cetorolac
- inj
50

candesartan
- inj
Spironolact
one
18 – 02 Mengkaji kondisi DS : Pasien
– 2022 pasien terkini mengatakan sudah
Jam tidak pusing,
08.00 pasien mengatakan
masih merasakan
nyeri bekas operasi
Caesar

DO : pasien
tampak lebih segar
dan bersemangat
18 – 02 Mengukur tanda – DO :
– 2022 tanda vital pasien TD : 130 / 89
Jam mmhg
09.00 Suhu : 36, 1 °C
Nadi : 100 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %
2 Nyeri akut 28 – 02 mengidentifikasi DS : pasien
berhubungan – 2022 lokasi, mengatakan nyeri
dengan Jam karakteristik kepala,
tekanan 10.00 nyeri, durasi, P : pusing
intrakraial frekuensi, Q : tertusuk –
meningkat intensitas nyeri tusuk
(D.0077) R : kepala
S:6
T : hilang timbul

DO : Pasien
tampak meringis
menahan sakit, dan
memegang kepala.
28 – 02 Memberikan terapi DS : Pasien
– 2022 non farmakoligi mengatakan
Jam untuk mengurangi sedikit lebih
13.00 nyeri nyaman, pusing
- memberika sedikit berkurang,
n terapi namun masih
musik sangat terasa
klasik
Mozart . DO : pasien
tampak
memejamkan mata
dan mendengarkan
51

alunan musik
28 – 02 Memberikan terapi DO : tidak ada
– 2022 farmakologi alergi obat injeksi
Jam - inj
14.00 cetorolac
- inj
candesartan
- Spironolact
one
01 – 03 mengidentifikasi DS : pasien
– 2022 lokasi, mengatakan nyeri
Jam karakteristik kepala,
09.00 nyeri, durasi, P : pusing
frekuensi, Q : tertusuk –
intensitas nyeri tusuk
R : kepala
S:4
T : hilang timbul
01 – 03 Memberikan terapi DS : Pasien
– 2022 non farmakoligi mengatakan
Jam untuk mengurangi mendengarkan
10.00 nyeri musik tersebut
- memberika dapat membuatnya
n terapi lebih rileks dan
musik mengurangi pusing
klasik di kepalanya
Mozart .
DO : pasien lebih
banyak berbicara
dari pada
sebelumnya,
namun pasien
masih sering
menutup mata
01 – 03 Memberikan terapi DO : Tidak ada
– 2022 farmakologi alergi obat injeksi
Jam - inj
13.00 cetorolac
- inj
candesartan
- inj
Spironolact
one

01 – 03 Memberikan pamol DS : -
– 2022 infus DO : suhu 36,7 °C
Jam
13.00
52

02 – 03 mengidentifikasi DS : pasien
– 2022 lokasi, mengatakan nyeri
Jam karakteristik kepala sudah
15.00 nyeri, durasi, sangat berkurang
frekuensi, ,
intensitas nyeri P : pusing
Q : tertusuk –
tusuk
R : kepala
S:2
T : hilang timbul

DO : Pasien
tampak masih
lemas namun
terlihat lebih
bersemangat
02 – 03 Memberikan terapi DS : pasien
– 2022 non farmakoligi mengatakan
Jam untuk mengurangi mendengarkan
15.30 nyeri lagu tersebut
- memberika sangat membantu
n terapi untuk mengalihkan
musik focus terhadap
klasik nyeri, pasien juga
Mozart . mengatakan music
klasik tersebut
sekarang lebih
sering di
dengarkan.

DO : pasien
tampak
bersemangat
bercerita, wajah
sedikit pucat
TD : 130 / 88
mmhg
N : 88 x/Menit
RR : 24 x/ menit
Suhu : 36,1 °C
Spo2 : 99 %

02 – 03 Melepas infus
– 2022 pasien
Jam - pasien
16.30 pulang
Tabel 4.10 Impelentasi Keperawatan
53

12. Evaluasi Keperawatan


Klien Diagnosa Hari / Evaluasi
keperawatan tanggal
1 Nyeri akut 15 – 02 S :
berhubungan - 2022 pasien mengatakan pusing
dengan tekanan Jam ,sakit kepala, dan mules
intracranial 14.00 mules
meningkat P : pusing
(D.0077) Q : tertusuk – tusuk
R : kepala
S:7
T : hilang timbul

O:
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 160 / 110 mmhg
Suhu : 36, 5 °C
Nadi : 100 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik,
durasi, dan skala nyeri
- Berikan terapi non
farmakologi , terapi
musik religi
- Monitor ttv
- Rencana SC
- Berikan terapi
farmakologi sesuai
resep dokter
- inj cetorolac
- inj candesartan
- inj Spironolactone
16 – 02 S :
- 2022 pasien mengatakan sedikit
Jam pusing ,namun sangat terasa
14.00 P : pusing
Q : tertusuk – tusuk
R : kepala
S:4
54

T : hilang timbul

O:
Pasien post SC,
Kesadaran : composmentis
TD : 150 / 104 mmhg
Suhu : 36, 8 °C
Nadi : 89 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik,
durasi, dan skala nyeri
- Berikan terapi non
farmakologi , terapi
musik religi
- Monitor ttv
- Berikan terapi
farmakologi sesuai
resep dokter
- inj cetorolac
- inj candesartan
- inj Spironolactone

17 – 02 S:
- 2022 pasien mengatakan pusing
Jam sudah berkurang, namun
14.00 masih sering terasa
P : pusing
Q : tertusuk – tusuk
R : kepala
S:3
T : hilang timbul

O:
Pasien post SC,
Kesadaran : composmentis
TD : 140 / 90 mmhg
Suhu : 36, 5 °C
Nadi : 89 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %

A : masalah belum teratasi


55

P : lanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik,
durasi, dan skala nyeri
- Berikan terapi non
farmakologi , terapi
musik religi
- Monitor ttv
- Berikan terapi
farmakologi sesuai
resep dokter
- inj cetorolac
- inj candesartan
- inj Spironolactone

18 – 02 S :
- 2022 pasien mengatakan sudah
Jam tidak pusing
14.00

O:
TD : 130 / 89 mmhg
Suhu : 36, 1 °C
Nadi : 100 x/menit
RR : 24 x / menit
Spo2 : 100 %

A : masalah teratasi
P : pasien pulang
2 Nyeri akut 28 – 02 S :
berhubungan – 2022 pasien mengatakan nyeri
dengan tekanan Jam kepala,
intracranial 14.00 P : pusing
meningkat Q : tertusuk – tusuk
(D.0077) R : kepala
S:6
T : hilang timbul

O:
Pasien tampak meringis
menahan sakit, dan
memegang kepala.
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 150 / 100 mmhg
N : 89 x/Menit
RR : 22 x/ menit
56

Suhu : 36 °C
Spo2 : 99 %
A: Msalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik,
durasi, dan skala nyeri
- Berikan terapi non
farmakologi , terapi
musik klasik Mozart
- Monitor ttv
- Berikan terapi
farmakologi sesuai
resep dokter
- inj cetorolac
- inj candesartan
- inj Spironolactone

01 – 03 S:
– 2022 pasien mengatakan pusing
Jam berkurang , namun akan
14.00 sangat terasa ketika membuka
mata.

O:
pasien tampak memejamkan
mata
TD : 140 / 102 mmhg
N : 100 x/Menit
RR : 24 x/ menit
Suhu : 37,8 °C
Spo2 : 99 %

A: Msalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik,
durasi, dan skala nyeri
- Berikan terapi non
farmakologi , terapi
musik klasik Mozart
- Monitor ttv
- Berikan terapi
farmakologi sesuai
resep dokter
- inj cetorolac
- inj candesartan
57

- inj Spironolactone
02 – 03 S:
– 2022 pasien mengatakan sudah
Jam tidak pusing
14.00 O:
pasien tampak bersemangat
bercerita, wajah sedikit pucat
TD : 130 / 88 mmhg
N : 88 x/Menit
RR : 24 x/ menit
Suhu : 36,1 °C
Spo2 : 99 %
A : masalah teratasi, pasien
pulang
P : - lakukan terapi non
farmakologi terapi music jika
pusing kembali di rasakan
Tabel 4.11 Evaluasi keperawatan
B. Pembahasan
Pada sub bab ini penulis fokus membahas kesenjangan yang ada pada
kondisi riil dilapangan, dengan konsep teori yang ada mengenai masalah
keperawatan yang ditemukan penulis pada saat melakukan pengkajian,
perumusan masalah, rencana keperawatan, tindakan keperawatan sampai
evaluasi keperawatan. Pada Ny. N dilakukan pada tanggal 15 sampai 18
Februari 2022 dan pada Ny. S dilakukan pada tanggal 28 Februari sampai 02
Maret 2022.
1. Pengkajian
Pengkajian pengelolaan keperawatan nyeri pada Ny. N dengan
diagnosa G1P0A0 PEB 38 Mgg, dan Ny. S dengan diagnosa G1P0A0
PEB 32 Mgg di Ruang Mawar RSUD Dr.H. Soewondo Kendal
ditemukan data :
Pengajian klien 1 ditemukan data, klien mengatakan pusing, sesak
mules mules, keluar darah flek dengan kehamilan 38 minggu. Di lakukan
pengukuran tanda tanda vital dengan hasil Tekanan Darah : 160 / 110
mmhg ,Suhu : 36, 5 °C, Nadi : 100 x/menit , RR : 24 x / menit , Spo2 : 100
%, klien sebelumnya pernah di rawat di RS dengan keluhan pusing yang
sangat hebat , klien juga memiliki riwayat hipertensi.
58

Sedangkan untuk klien 2 di temukan data, klien mengatakan nyeri


kepala hebat,lemas, sesak klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi,
di lakukan pengukuran tanda – tanda vital di peroleh hasil Tekanan Darah
: 150 / 100 mmhg , N : 89 x/Menit , RR : 22 x/ menit , Suhu : 36 °C, Spo2
: 99 %. Pada kedua kasus di tersebut keduanya merupakan kehamilan
pertama atau seding di sebut dengan primigravida.
Sesuai dengan pernyataan Sitomorang (2016) Preeklampsia
merupakan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil pada usia kehamilan 20
minggu hingga setelah persalinan yang di tandai dengan peningkatan
tekanan darah menjadi 140/90 mmHg. Hal ini di buktikan dengan
tingginya tekanan darah dari kedua klien tersebut, klien sama sama
memiliki riwayat hipertensi. Tekanan darah tinggi pada ibu hamil dapat
menyebabkan preeklamsia bahkan eklamsia , sangat berbahaya untuk ibu
dan juga janin.
Pada pre eklamsi darah yang dipompa keseluruh tubuh membawa
nutrisi dan oksigen yang presentasenya menurun. Hal ini berdampak
pada suplai ke jaringan otak yang menyebabkan penurunan kadar O2 di
otak sehingga menyebabkan nyeri kepala.
Sesuai dengan pengkajian yang dilakukan nyeri yang di rasakan oleh klien
1 atau Ny. N termasuk kategori nyeri berat karena berskala nyeri 7 berbeda
dengan klien 2 atau Ny.S nyeri yang dirasakan klien lebih rendah dari pada
Ny.N karena Ny.S mengatakan skala nyeri yang dia rasakan 6 dan
termasuk kategori nyeri ringan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan menjadi fokus
studi kasus adalah nyeri akut yang merupakan keadaan tidak nyaman
atau pusing berlebih yang dirasakan oleh klien yang menyebabkan klien
dirawat dirumah sakit, dengan kode D.0077, (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Dengan gejala dan tanda mayor, subjektif : mengeluh nyeri,
objektif: tampak meringis, berfikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur. Sedangkan gejala dan tanda minor, objektif:
59

tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,


proses berfikir terganggu, menarik diri. Diagnosa ini ditegakan
berdasarkan analisa masalah dan dampak dari tekanan darah tinggi yang
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial sehingga terjadi
nyeri kepala.
3. Perencanaan keperawatan
Berdasarkan masalah keperawatan yang sama dengan diagnosis
nyeri akut pada Ny. N dan Ny. S, penulis menetapkan intervensi
keperawatan yang bertujuan agar setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, diharapkan masalah pasien dapat teratasi dengan
kriteria hasil nyeri berkurang atau hilang, ekspresi wajah tenang dan dapat
beristirahat dengan nyaman (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan buku SDKI yaitu :
a. Identifikasi karaktersistik, lokasi, durasi, frekeunsi dan skala nyeri
yang d rasakan klien , tujuan dari tindakan tersebut untuk mengetahui
penyebab pasti nyeri yang di rasakan klien agar dapat di lakukan
tindakan selanjutnya.
b. Monitor tanda – tanda vital, hal ini dilakukan agar penulis dapat
memantau tanda tanda vital klien menginat bahwa klien memiliki
darah tinggi agar hal tersebut segera di tangani.
c. Berikan terapi non farmakologi , pada kasus ini penulis melakukan
teknik distraksi yaitu dengan melakukan terapi musik.
d. Kolaborasi dalam pemeberian terapi farmakologi, dalam tindakan ini
penulis memberikan terapi obat sesuai dengan arahan dari dokter.
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri
akut pada klien ibu hamil denan preeklamsia, pada Ny.N di laksanakan
pada tanggal 15 – 18 february 2022 sedangkan Ny. S dilakukan tindakan
pada tanggal 28 february – 02 maret 2022.
Pada kedua klien tersebut pada hari pertama dilakukan identifikasi
krakteristik, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri. Ny. Mengatakan Pusing
60

hebat dan memiliki riwayat darah tinggi, didapat data objektif klien
tampak kesakitan dan memegangi kepalanya dengan P (paliatif) : pusing
/nyeri kepala, Q (Quality) : nyeri seperti tertusuk – tusuk , R (region) :
kepala, S (skala): 7 , T (time) : nyeri hilang timbul. Sedangakn pada Ny.S ,
klien mengatakan pusing dan nyeri kepala, di dapat data objektifnya yaitu
klien tampak meringis dan memegangi kepalanya dengan P (paliatif) :
pusing /nyeri kepala, Q (Quality) : nyeri seperti tertusuk – tusuk , R
(region) : kepala, S (skala): 6 , T (time) : nyeri hilang timbul. Skala nyeri
dilakukan dengan metode visual analog scale (VAS).
Pada hari kedua dilakukan terapi non farmakologi untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh klien, dalam hal ini penulis
melakukan teknik distraksi dengan metode terapi musik, music yang
dipilih yaitu sesuai dengan kondisi klien. Pada Ny.N Diberikan terapi
musik religi sedangkan pada Ny. S diberikan terapi musik klasik Mozart.
Perbedaan jenis musik tersebut di sebabkan karena adanya perbedaan jenis
musik yang disukai oleh pasien. Rangsangan musik mengaktivasi jalur-
jalur spesifik di dalam beberapa otak, seperti sistem limbik yang
berhubungan dengan perilaku emosional, sistem limbik teraktivasi dan
individu menjadi rileks (Qulsum, 2011).
Pada hari ketiga ,klien masih di lakukan terapi musik yang sama
dengan hari sebelumnya, selain itu penulis juga melakukan identifikasi
skala nyeri klien untuk melakukan evaluasi dari tindakan sebelumnya.
Selain terapi musik pada ketiga hari tersebut penulis juga memonitor tanda
– tan da vital klien, karena nyeri kepala yang terjadi pada klien disebabkan
karena tekanan darah tinggi, sehingga penulis selalu memantau tekanan
darah klien, pada hari ketiga ini didapati hasil pada Ny.N TD : 140 / 90
mmhg, Suhu : 36, 5 °C, Nadi : 89 x/menit , RR : 24 x / menit , Spo2 : 100
%, sedangkan pada Ny.S didapat hasil TD : 130 / 88 mmhg, N : 88
x/Menit, RR : 24 x/ menit, Suhu : 36,1 °C, Spo2 : 99 %. Pada ketiga hari
tersebut sesuai dengan advis dokter penulis juga memberikan terapi obat
injeksi yaitu injeksi ceterolac untuk meredakan nyeri dan injeksi
candesartan dan spironolakton untuk menurunkan tekanan darah.
61

Pada klien 1 atau Ny.N dilakukan perawatan selama 4 hari, karena


klien post SC pada tanggal 16 february 2022 sehingga pada hari keempat
dilakukan tindakan yang sama pada hari hari sebelumnya, yaitu dilakukan
identifikasi skala nyeri, Ny.N mengatakan nyeri kepala sudah tidak terasa,
dengan skala nyeri 1 , selain itu dilakukan juga mengukuran tanda tanda
vital dengan hasil TD : 130 / 89 mmhg ,Suhu : 36, 1 °C, Nadi : 100
x/menit , RR : 24 x / menit , Spo2 : 100 %.
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari pada Ny.
N dan Ny. S dengan masalah keperawatan nyeri akut dan dievaluasi pula
selama tiga hari menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment,
Planning). Hasil evaluasi pada hari ketiga ditemukan data kedua klien
mengatakan nyeri kepala berkurang, dan pusing sudah tidak terasa .Kedua
klien juga mengatakan sudah lebih baik dan merasa tidak selemah
hari-hari sebelumnya.
Namun pada klien Ny.N masih terjadi tekanan darah tinggi yaitu
140/90 mmhg , sehingga klien belum di anjurkan untuk pulang karena
klien juga post SC sehingga klien masih harus dilakukan perawatan untuk
luka post SC dan penurunan tekanan darahnya.
Kriteria hasil yang didapat dari kedua klien juga berbeda, pada
klien Ny. S kriteria hasil semuanya sudah dapat tercapai pada hari ketiga
dengan tekanan darah yang sudah stabil, sehingga klien di ijinkan untuk
pulang. Klien dengan kehamilan 28 minggu juga tidak dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan penulis Pada Ny. N dilakukan pada tanggal 15 sampai 18
Februari 2022 dan pada Ny. S dilakukan pada tanggal 28 Februari sampai 02
Maret 2022 dengan gangguan nyeri akut pada ibu hamil dengan pre eklamsia
di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal , dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada hasil pengkajian kedua pasien ditemukan sama-sama memiliki
keluhan mengalami nyeri kepala hebat dengan Ny.N Skala 7 dan Ny.S
skala 6. Pada kedua klien tersebut sama – sama memiliki riwayat
hipertensi.
2. Diagnosis Keperawatan yang timbul sesuai dengan masalah keperawatan
pada kedua pasien adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis.
3. Rencana keperawatan yang dilakukan dengan kriteria hasil, skala nyeri
berkurang atau hilang , wajah tidak menunjukan kesakitan, klien dapat
beristirahat dengan nyaman dan tekanan darah dalam batas normal.
Dilakukan dengan rencana tindakan yaitu identifikasi Identifikasi lokasi,
karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri, Identifikasi skala
nyeri, Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasanyeri (
terapi music ), Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri,
kolaborasi pemberian analgetik.
4. Setelah dilakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan
rencana keperawatan baik Ny.N maupun Ny. S memiliki respon yang baik
dan kooperatif selama tindakan asuhan keperawatan dilaksanakan. Kedua
pasien memahami tujuan dari teknik distraksi yaitu untuk mengurangi
nyeri yang dia rasakan. Klien juga melakukan sesuai dengan arahan dan
saran dari penulis.

62
63

5. Evaluasi pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24


jam, penulis mengevaluasi sesuai dengan tujuan kriteria hasil dan
rencana keperawatan. Klien sudah diperbolehkan pulang dengan syarat
tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan klien keletihan.
Klien juga harus menjaga pola makan agar tekanan darah klien tidak
meningkat.

B. Saran
Setelah diberikannya “Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ibu
Hamil Preeklamsia Dengan Masalah Nyeri Akut ” diharapkan tindakan yang
telah dilakukan dapat dilanjutkan untuk mencapai kriteria hasil maksimal
hasil. Selain itu, penulis memiliki saran dan harapan seperti berikut ini :
1. Praktisi Keperawatan
Dalam mengelola klien dengan masalah nyeri akut pada ibu hamil dengan
pre eklamsia diharapkan praktisi keperawatan ikut serta dalam teknik
distraksi terapi musik , selain itu perlu pengawasan dalam pelaksanaan
tindakan pada klien.
2. Bagi institusi Pendidikan
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bacaan dan
alternatif referensi pembelajaran bagi mahasiswa khususnya dalam
pengelolaan klien dengan masalah nyeri akut pada ibu hamil dengan pre
eklamsia.
3. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan keluarga memberikan motivasi dan dukungan untuk
pelaksanaan teknik distraksi terapi musik khususnya saat pasien sudah
pulang sehingga masalah pasien dapat teratasi. Selain kepatuhan
terhadap tindakan, dukungan dan motivasi juga merupakan faktor
penyembuhan bagi pasien

Anda mungkin juga menyukai