PENGELUARAN)
1
dalam pelaksanaan hak dan kewajiban Instansi Pemerintah sebagai pemotong dan/atau
pemungut pajak.
Instansi Pemerintah mempunyai kewajiban perpajakan yang agak berbeda dengan
wajib pajak badan dan orang pribadi.
Hal ini terjadi karena Instansi Pemerintah hanya mempunyai kewajiban Pemotongan
dan Pemungutan atas pengeluaran/belanja barang/jasa/modal yang sumber dananya
berasal dari APBN dan/atau APBD.
Pengertian APBN dan/atau APBD termasuk juga penerimaan pemerintah yang tidak
dimasukkan dalam APBN dan/atau APBD seperti penerimaan dari masyarakat yang
diterima oleh BLU (Badan Layanan Umum) dan penerimaan Desa yang tertuang dalam
APBDes yang tidak berasal dari APBN dan/atau APBD.
2
4. Melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas Belanja Barang (nilai pengadaan lebih
dari Rp.2.000.000 (dua juta rupiah) tidak termasuk PPN) dengan tarif 1.5 % dari
DPP (dasar pengenaan pajak), apabila rekanan tidak mempunyai NPWP tarif
pajak menjadi 1.5% + 1.5 % (atau 3 %) dari obyek PPh Pasal 22/DPP PPN,
melakukan penyetoran paling lambat pada saat pembayaran dan melaporkan
paling lambat tanggal 14 bulan berikut.
5. Melakukan Pemotongan PPh Pasal 23 atas belanja jasa dengan tarif 2 % dari
obyek PPh Pasal 23/DPP PPN, apabila rekanan tidak mempunyai NPWP tarif
pajak menjadi 2% + 2 % (atau 4 %) dari obyek PPh Pasal 23/DPP PPN, melakukan
penyetoran paling lambat tanggal 10 bulan berikut dan melaporkan paling
lambat tanggal 20 bulan berikut. Dengan kode jenis setoran (MAP) 411124-100.
6. Melakukan Pemotongan PPh Pasal 4 (2) atas belanja jasa obyek PPh Pasal 4 (2)
dengan tarif 2 %, 3 % atau 4 % dari obyek PPh Pasal 4 (2)/DPP PPN, melakukan
penyetoran paling lambat tanggal 10 bulan berikut dan melaporkan paling
lambat tanggal 20 bulan berikut. Dengan kode jenis setoran (MAP) untuk jasa
perawatan gedung 411128-409.
7. Melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 atas belanja pegawai, melakukan
penyetoran paling lambat tanggal 10 bulan berikut dan melaporkan paling
lambat tanggal 20 bulan berikut, dengan ketentuan :
a. Untuk Gaji PNS dipotong PPh Pasal 21 sesuai Tarif Pajak Pasal 17 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
b. Untuk Penghasilan PNS selain dari gaji PNS Golongan II ke bawah tidak
dipotong PPh Pasal 21.
c. Untuk Penghasilan PNS selain dari gaji PNS Golongan III dipotong PPh Pasal 21
Final sebesar 5 % dari nilai bruto
d. Untuk Penghasilan PNS selain dari gaji PNS Golongan IV dipotong PPh Pasal 21
Final sebesar 15 % dari nilai bruto.
e. Untuk Pegawai tidak tetap non PNS (wiyata bakti atau pegawai honorer)
dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5 % dari nilai bruto jika nilainya diatas PTKP per
bulan.
f. Untuk bukan pegawai (hanya menerima penghasilan sekali) non PNS dipotong
PPh Pasal 21 sebesar 5 % x 50 % x nilai bruto.
3
g. Untuk bukan pegawai (yang menerima penghasilan lebih dari sekali) non PNS
dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5 % x 50 % x ( dari nilai bruto – PTKP) dengan
syarat yang bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan
hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong PPh
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya
apabila tidak memenuhi syarat maka dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5 % x 50
% dari nilai bruto (penghasilan kena pajak kumulatif).
h. Tarif PPh Pasal 21 non final dikenakan sebesar 5 % + (20 % x 5 %) atau 6 %
kepada penerima penghasilan yang tidak mempunyai NPWP.
i. Kode jenis setoran PPh Pasal 21 final : 411121-402
j. Kode jenis setoran PPh Pasal 21 non final : 411121-100
8. Untuk PPh Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 4 (2) dilakukan pelaporan pajak apabila
ada transaksi, apabila tidak ada tidak perlu lapor.
9. Apabila rekanan tidak mempunyai NPWP maka tetap disetor atas nama rekanan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. NPWP : 00.000.000.0-(kode KPP).000 (KPP Purwokerto : 00.000.000.0-
521.000)
b. Nama : Nama Toko / Orang / Badan Pemilik barang/jasa
c. Alamat : Alamat Toko / Orang / Badan Pemilik barang/jasa
10. Sanksi administrasi bagi Instansi Pemerintah yang tidak melaksanakan kewajiban
penyetoran dan pelaporan pajak adalah akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Sanksi tidak setor PPN adalah sebesar bunga sesuai ketentuan x bulan
terlambat x PPN yang seharusnya disetor.
b. Sanksi tidak lapor SPT Masa PPN adalah sebesar Rp.500.000,-
c. Sanksi tidak setor PPh Pasal 21 adalah sebesar bunga sesuai ketentuan x bulan
terlambat x PPh Pasal 21 yang seharusnya disetor.
d. Sanksi tidak lapor SPT Masa PPh Pasal 21 adalah sebesar Rp.100.000,-
e. Sanksi tidak setor PPh Pasal 22 adalah sebesar bunga sesuai ketentuan x bulan
terlambat x PPh Pasal 22 yang seharusnya disetor.
f. Sanksi tidak lapor SPT Masa PPh Pasal 22 adalah sebesar Rp.100.000,-
4
g. Sanksi tidak setor PPh Pasal 23 adalah sebesar bunga sesuai ketentuan x bulan
terlambat x PPh Pasal 23 yang seharusnya disetor.
h. Sanksi tidak lapor SPT Masa PPh Pasal 23 adalah sebesar Rp.100.000,-
i. Sanksi tidak setor PPh Pasal 4 (2) adalah sebesar bunga sesuai ketentuan x
bulan terlambat x PPh Pasal 4 (2) yang seharusnya disetor.
j. Sanksi tidak lapor SPT Masa PPh Pasal 4 (2) adalah sebesar Rp.100.000,
Referensi :
https://www.wibowopajak.com/2012/01/pajak-untuk-bendahara-pemerintah.html