Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

FAKTOR PEMBATAS DISTRIBUSI VERTIKAL

Dosen Pembimbing : Prof. Bambang Irawan

Disusun oleh :
1. Siti Fatimatuz Zahra (081811433092)
2. Sephia Tiara Marviella (081811433096)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas dari suatu ekosistem memiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu karakter dalam
komunitas adalah keragaman jenis organisme penyusunnya. Keragaman sebuah komunitas
dalam suatu ekosistem tidak hanya digambarkan dengan jenis organismenya saja, akan tetapi
disertai komposisi jumlah individu setiap jenis. Dalam komunitas hewan juga dipelajari tentang
distribusi. Pola distribusi hewan dapat secara seragam, acak, atau berkelompok, baik distribusi
horizontal maupun vertikal. Distribusi ini berkaitan dengan kondisi lingkungannya,  seperti
ketersediaan pangan, atau adanya pembatas berupa faktor fisik lainnya.
Distribusi fauna di suatu area tergantung pada keadaan faktor fisika-kimia lingkungan dan
sifat biologis fauna itu sendiri. Faktor fisika-kimia lingkungan walaupun berdekatan namun tidak
persis sama, demikian juga tersedianya makanan bagihewan, dan ikut menentukan hewan tanah
kebanyakan hidup berkelompok. Distribusi suatu jenis di komunitasnya dapat memberikan
gambaran hubungan antar jenis, dan bentuk distribusi suatu hewan di habitatnya. Perubahan
bentuk distribusi suatu jenis hewan sering berhubungan dengan adanya perubahan dari ukuran
populasinya. Adanya kompetisi, tingkat kematian tinggi misalnya, akan menurunkan ukuran
populasi, dan bentuk distribusinya akan berubah dari bentuk yang berkelompok menjadi lebih
random. Kepadatan populasi suatu jenis kelompok hewan tanah dapat dinyatakan dalam bentuk
jumlah per unit. Kebanyakan hewan di alam distribusinya mengelompok, yang mana mereka
memilih hidup pada habitat yang paling sesuai baginya, baik sesuai dengan faktor fisika-kimia
tanah maupun ketersediaan makanan (Suin 2012). Perubahan vegetasi akan sangat berpengaruh
terhadap komposisi faunanya. Perbedaan distribusi dan kelimpahan hewan ini terutama adalah
pengaruh dari perbedaan faktor fisika lingkungan (Suin dalam Elya 2008).
Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan distribusi vertikal dalam studi ekologi hewan?
2. Faktor apa saja yang menjadi pembatas distribusi vertical ?

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Distribusi vertikal
Distribusi atau pola penyebaran populasi adalah pergerakan individu ke dalam atau ke luar
populasi. Individu tersebut dapat berupa larva, spora, biji dari tumbuhan, dan hewan serat
manusia. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makan,
menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, perilaku kawin atau
faktor fisik lainnya.
Distribusi vertikal fauna di suatu area tergantung pada keadaan faktor fisika-kimia
lingkungan dan sifat biologis fauna itu sendiri, utamanya adalah perbedaan ketinggian. Distribusi
hewan di alam dapat dikelompokkan atas tiga bentuk, yaitu : 1) bentuk teratur (uniform), yaitu
yang individu-individunya tersebar teratur di lokasi penyebarannya, 2) bentuk random, di mana
individu-individu tersebar secara sembarangan di daerah tersebut, 3) berkelompok (clump), di
mana individu-individu selalu mengelompok dan jarang ditemukan sendiri-sendiri. Faktor fisika-
kimia tanah walaupun berdekatan tidak persis sama, demikian juga tersedianya makanan bagi
hewan tanah di sana, dan ikut menentukan hewan tanah kebanyakan hidup berkelompok.
Distribusi suatu jenis di komunitasnya dapat memberikan gambaran hubungan antar jenis, dan
bentuk distribusi suatu hewan di habitatnya sangat menentukan cara pengambilan contoh dan
metoda analisis datanya. Perubahan bentuk distribusi suatu jenis hewan sering berhubungan
dengan adanya perubahan dari ukuran populasinya. Adanya kompetisi, tingkat kematian tinggi
misalnya, akan menurunkan ukuran populasi, dan bentuk distribusinya akan berubah dari bentuk
yang berkelompok menjadi lebih random. Kepadatan populasi suatu jenis kelompok hewan tanah
dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah per unit. Kebanyakan hewan di alam distribusinya
mengelompok, yang mana mereka memilih hidup pada habitat yang paling sesuai baginya, baik
sesuai dengan faktor fisika-kimia tanah maupun ketersediaan makanan (Suin 2012). Komunitas
hewan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan faktor abiotik.
Kedua faktor ini sangat menentukan komposisi hewan yang hidup di suatu habitat. Perubahan
vegetasi akan sangat berpengaruh terhadap komposisi faunanya. Perbedaan distribusi dan
kelimpahan hewan ini terutama adalah pengaruh dari perbedaan faktor fisika lingkungan (Suin
dalam Elya 2008).
2.1 Faktor pembatas distribusi vertikal
Secara umum, kondisi parameter fisika-kimia lingkungan juga mempengaruhi keberadaan
hewan . Berikut ini beberapa parameter fisika-kimia yang mempengaruhi keberadaan hewan.
1. Suhu Udara
Suhu lingkungan merupakan faktor yang penting dalam distribusi organisme karena
efeknya terhadap proses biologis. Sel-sel mungkin pecah jika air yang dikandung membeku
(pada suhu di bawah 0oC), dan protein-protein kebanyakan organisme terdenaturasi pada suhu di
atas 45oC. Selain itu, hanya sedikit organisme yang dapat mempetahankan metabolisme aktif
pada suhu rendah atau amat tinggi.
2. Intensitas Cahaya
Sinar matahari yang diserap organisme-organisme fotosintetik menyediakan energi yang
menjadi pendorong kebanyakan ekosistem, dan 16 sinar matahari yang terlalu sedikit dapat
membatasi distribusi spesies fotosintetik. Terlalu banyak sinar juga dapat membatasi kesintasan
organisme. Atmosfer lebih sedikit di tempat yang lebih tinggi, sehingga lebih sedikit menyerap
radiasi ultraviolet, sehingga sinar matahari lebih mungkin merusak DNA dan protein di
lingkungan. (Campbell, 2010)
3. Kelembapan
Kelembapan udara di suatu lingkungan mempengaruhi keberadaan hewan. Kelembapan
adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer. Besarnya tergantung dari
masuknya uap air ke dalam atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan,
danau, dan sungai, dan maupun dari air tanah. Disamping itu terjadi pula proses transpirasi, yaitu
penguapan dari tmbuh-tumbuhan. Sedangkan banyaknya air di dalam udara bergantung kepada
banyak faktor, antara lain adalah ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan
angin.

Selain faktor lingkungan (abiotik), faktor biotik juga turut mempengaruuhi distribusi vertikal
suatu jenis hewan. Faktor biotik merupakan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Faktor
biotik ini juga saling mempengaruhi distribusi spesies lain. Dengan adanya predasi, parasitisme,
kompetisi, dan penyakit mengakibatkan adanya batasan distribusi spesies lain. Contoh umum
faktor biotik yang membatasi distribusi spesies lain yaitu organisme yang memakan dapat
membatasi distribusi organisme yang dimakan.
4. Pertumbuhan populasi
Pertumbuhan populasi pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu pertambahan
dan pengurangan jumlah anggota populasi. Pertumbuhan populasi yang cepat mengakibatkan
tingginya jumlah anggota populasi, hal ini mengakibatkan populasi tersebut mendominasi
komunitas. Adanya dominasi dari suatu populasi menyebabkan adanya populasi lain yang
terkalahkan, selanjutnya terjadi pengurangan populasi penyusun komunitas. Berkurangnya
populasi penyusun komunitas berarti mengurangi pula keanekaragaman komunitas tersebut.
Selain itu masa perkembangan dan tingkat produktivitas dari setiap jenis hewan tidak terjadi
bersamaan, pada waktu masa reproduktif, maka jumlah individu dalam populasi tersebut banyak,
sedangkan pada waktu tidak reproduktif maka jumlahnya sedikit. Adanya perbedaan masa
reproduksi mengakibatkan bervariasinya jumlah anggota penyusun populasi, hal ini dapat
memengaruhi nilai kemerataan dan kekayaan populasi dan pada akhirnya juga memengaruhi
keanekaragamannya.
5. Interaksi antar spesies
Suatu komunitas ataupun ekosistem terdapat faktor pembatas berupa keterbatasan
sumberdaya, baik berupa makanan, maupun tempat hidup, di dalam komunitas maupun
ekosistem terjadi interaksi anggota penyusun populasi. Interaksi antar spesies ini meliputi
kompetisi dan pemangsaan. Misalnya pada kumbang tinja. Keberadaan kumbang tinja erat
kaitannya dengan satwa, karena ia sangat tergantung kepada tinja satwa sebagai sumber
pakan dan substrat untuk melakukan reproduksinya. menyatakan bahwa kumbang tinja
penting sebagai indikator biologi, dimana pada lingkungan yang berbeda akan
mempunyai struktur dan distribusi kumbang tinja yang berbeda pula (Davis dan Sulton,
1998 dalam Kahono dan Setiadi 2007) .
6. Kompetisi
Distribusi hewan yang berkecenderungan untuk mengelompok mengakibatkan semakin
besarnya kompetisi, baik antar anggota populasi itu sendiri maupun dengan anggota populasi
lainnya. Penyebaran hewan secara berkelompok dapat meningkatkan kompetisi. Adanya
kompetisi pada serangga tanah dapat menyebabkan pertambahan dan pengurangan jenis maupun
jumlah penyusun komunitas yang akhirnya memengaruhi keanekaragaman komunitas tersebut
(Campbell 2010).
Pada kelompok hewan tanah, distribusi vertikal juga banyak dipengaruhi oleh faktor fisik
kimia dari tanah. Misalnya pada cacing tanah, Suin (2012) menjelaskan bahwa kepadatan
populasi cacing tanah sangat tergantung pada faktor fisik-kimia tanah dan tersedianya makanan
yang cukup bagi cacing tanah. Pada tanah yang berbeda faktor fisik-kimia tanahnya tentu
kepadatan cacing tanahnya berbeda. Demikian juga jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada
suatu daerah sangat menentukan jenis cacing tanah dan kepadatan populsinya di daerah tersebut.
pH tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor
pembatas penyebaran dan spesiesnya. Menurut Edwards & Lofty (1977), cacing tanah sangat
sensitif terhadap keasaman tanah, karena itu pH merupakan faktor pembatas dalam menentukan
jumlah spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. Cacing tanah menyukai pH tanah sekitar
5,8 – 7,2 penyebaran vertikal maupun horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah.
BAB 3 KESIMPULAN
1. Distribusi adalah pergerakan individu kedalam atau keluar populasi. Penyebaran populasi
dapat disebabkan karena dorongan mencari makan, menhindarkan diri dari luar predator,
pengaruh iklim, terbawa air atau angin, perilaku lain atau faktor fisik lainnya
2. Faktor pembatas dalam distribusi vertikal yaitu suhu udara, intensitas cahaya,
kelembapan, pertumbuhan populasi, interaksi antar spesies, dan kompetisi

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil. A and Reece, Jane. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan jilid 3. Jakarta: Erlangga
Davis AJ and Sulton SL. 1998. The effect of rainforest canopy loss on arboreal dung
beetles in Borneo: implications for measurement of biodiversity in derived tropical
ecosyatems. Diversity and Distributions 4,167-475.
Edwards C.A. & Lofty J.R. 1972. Biology of Earthworm. London: Chapman & Hall. 
Kahono, S., & Setiadi, L. K. 2007. Diversity and vertical distributions of scarabaeids dungbeetles
(Coleoptera: Scarabaeidae) in the tropical mountaineous rainforest of Gede Pangrango
National Park, West Java, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 8(2).
Suin, D. N. M. 2012. Ekologi hewan tanah. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai