A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno: Philosophia, yang terdiri atas dua kata
: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensia). Jadi
secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom).
Orang yang berfilsafat disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Filsafat merupakan cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan atau teori yang
sering tidak bertujuan praktis, tetapi teoretis. Filsafat selalu memandang sebab-sebab
terdalam, tercapai dengan akal budi murni. Filsafat membantu untuk mendalami
pernyataan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya yang dapat
dipelajari secara sistematik dan historis.
Ada beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof yaitu :
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh
realitas.
2. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan
oleh berbagai bidang pengetahuan.
3. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk
mengatakan apa yang Anda lihat.
Banyak pengertian definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para
filsuf. Menurut Merriam Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat
berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang
kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat
manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori
pengetahuan.
Diberikan juga pengertian kata hikmah (sophos) yang merupakan salah satu makna
dari falsafat yaitu mencintai hikmah. Fuad Iframi, Ibnu Mundzir, Al-Jurjani dan Ibn Sina
memberikan pengertian hikmah yang secara tekstual berbeda namun secara
kontekstual tetap sejalan. Salah satu diantaranya yang didefinisikan oleh Ibn Sina.
Menurutnya hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan
menggambarkan segala urusan dan mebenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori
maupun praktik menurut kadar kemampuan seseorang.
Berdasarkan beberapa komentar yang telah dipaparkan oleh para pakar di atas,
maka penulis menyimpulkan secara sederhana dan dominan bahwa filsafat itu : Filein
(Mencintai) dan sophia (kebijaksanaa). Dengan demikian filsafat adalah ilmu yang
mencintai dan mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan mengenai semua hal melalui
sebab-sebab terakhir yang didapati melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari dan
menjelaskan hakekat dari segala sesuatu.
Oleh karena itu Filsafat pada perisipnya adalah induk semua ilmu, demikian kata
kaum filosof. Pada awalnya, cakupan obyek filsafat memang jauh lebih luas
dibandingkan dengan ilmu. Keterbatasan ilmu hanya pada obyek kajian yang bersifat
empiris saja, sementara obyek kajian filsafat mencakupi seluruhnya yaitu baik yang
bersifat empiris maupun yang bersifat non-empiris. Dalam perjalanan selanjutnya, ilmu
semakin berkembang dengan pesatnya sehingga ilmu itu sudah terlepas dari induknya
dan menyebabkan tindakan ilmu semakin liar, arogan dan kompartementalisasi antara
satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Dengan kondisi seperti itu, diperlukan
pemersatu visi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Filsafat sebagai induk ilmu
pengetahuan diharapkan dapat berperan kembali sebagaimana fungsinya untuk
mengayomi semua bidang ilmu agar dapat berjalan pada jalurnya yaitu ilmu untuk
kemaslahatan manusia.
B. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang berarti : mengerti,
memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science (pengetahuan).
Menurut kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, logis dengan menggunakan metode tertentu dan bersifat empiris. Asley
Montagu, seorang Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa
ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang
sedang dikaji.
Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Ilmu merupakan mata kita
terhadap berbagai kekurangan. Ilmu tidak mengikat apresiasi kita terhadap ilmu itu
sendiri. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan
kebenarannya telah teruji secara empiris. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya
aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan
interaksi di antara aktivitas, metode dan pengetahuan dapat digambarkan sebagai
bagan segitiga penyusun menjadi ilmu.
Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan sekaligus akan
menyadari bahwa pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun dinamis
seirama dengan perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai
ilmu yang dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah
tidak sesuai dengan zaman. Disinilah perlunya kita selalu berusaha untuk
mengembangkan dan sekaligus memperbaharui ilmu. Kita menyadari bahwa untuk
memahami hakekat suatu kejadian atau hukum-hukum kausalitas itu tidak cukup hanya
mengandal sumber daya indrawi semata (seperti dengan mata, pendengaran,
penciuman, dan perasa) saja akan tetapi perlu perenungan yang sangat mendalam
dengan menggunakan akal, budi dan hati (jiwa). Disinilah perlunya umat Islam
berfilsafat ilmu. Bila sementara orang menganggap berfilsafat itu haram karena akan
membuat manusia murtad dari ajaran Tuhan, maka sesungguhnya pandangan seperti
ini perlu dilakukan kajian yang mendalam. Hal yang perlu menjadi bekal bila seseorang
ingin berfilsafat adalah dasar pengetahuan yang kuat tentang berbagai hal, dan
memiliki kecerdasan spiritual yang dapat menghubungkan hukum-hukum sebab akibat
dan senantiasa mempunyai kedekatan hubungan dengan Sang Pencipta melalui
ketaatan melaksanakan ajaran-Nya sehingga ilmunya menjadi terbimbing dan terarah.
Objek dari ilmu itu sendiri adalah ilmu merupakan suatu berkah penyelamat bagi
umat manusia. Ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal baik buruk, dan si
pemilik pengetahuan itulah yang mempunyai sikap. Atau dengan kata lain, netralitas
ilmu terletak pada epistemologinya, jika hitam katakan hitam, jika putih katakan putih;
tanpa berpihak pada siapapun selain kebenaran.
Salah satu sub-bagian dari bagian ini adalah penjelasan tentang pengertian ilmu dan
filsafat ilmu. Dijelaskan bahwa ilmu adalah bagian dari penegtahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Sementara pengetahuan adalah informasi yang berupa
common sense yang belum tersusun secara sistematis baik mengenai metafisik
maupun fisik. Penulisan ini juga menyimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian
secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat ilmu perlu menjawab
persoalan ontologis (esensi, hakikat, obyek telaah), epistemologis (cara, proses,
prosedure, mekanisme) dan aksiologis (manfaat, guna, untuk apa).
Pada makalah ini juga dijelaskan bahwa pengetahuan secara empiris yaitu
pengetahuan yang didapat melalui pengalaman dan terbukti kebenarannya. John Locke
adalah bapak empirisme dengan teori tabula rasanya. Kelemahan dari teori ini terletak
pada kelemahan/keterbatasan indera sebagai pengumpul pengalaman. Teori yang
kedua adalah rasionalisme yang lebih mengutamakan pada kemampuan akal sebagai
dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan
akal melalui kegiatan menangkap obyek. Intuisi adalah salah satu sumber pengetahuan
yang merupakan hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi, demikian yang dikatakan
oleh Henry Bergson. Sumber pengetahuan tertinggi adalah wahyu yang merupakan
penyampaian pengetahuan langsung dari Allah SWT melalui nabi dan rasul-Nya tanpa
upaya, tanpa bersusah payah dan tanpa memerlukan waktu untuk mendapatkannya.
Pengetahuan para nabi dan rasul terjadi atas kehendak Allah SWT dengan mensucikan
jiwa mereka dan diterangkan-Nya jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran melalui
wahyu.
1 Ontologi ilmu
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan
yang koheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat
tentang apa dan bagaimana sebuah kebenaran itu. Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhirya menentukan pendapat
bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana kebenaran itu
ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
2 Epistemologi ilmu
3 Aksiologi llmu
Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan
kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik
ataupun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai
suatu kondisi (condition) yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
E. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Menurut Sejumlah Ahli
Filsafat ilmu sampai tahun sembilan puluhan telah berkembang pesat sehingga
menjadi bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Ruang lingkup
sebagaimana yang dibahas para filsuf dapat dikemukakkan secara ringkas oleh
sejumlah ahli antara lain Peter Angeles, A. Cornelius Benjamin, Israel Scheffer dan
J.J.C. Smart.
Pertama, menurut Peter Angeles, ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang
utma: (i) Telaah mengenai berbagai konsep, pranggapan dan metode ilmu berikut
analisis, perluasan dan penyusunannya dalam memperoleh yang lebih baik dan
cermat.(ii) Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut
strukturnya. (iii) Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu. (iv) Telaah
mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penerapan
dan pemahaman manusia.
Kedua, A. Cornelius Benjamin. Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam
empat bidang: (i) Logika ilmu yang berlawanan dengan epistemologi ilmu. (ii) Filsafat
ilmu kealaman yang berlawanan dengan filsafat ilmu kemanusian. (iii) Filsafat ilmu yang
berlawanan dengan telaah masalah filsafati dari sesuatu ilmu khusus. (iv) Filsafat ilmu
yang berlawanan dengan sejarah ilmu.
Ketiga, Israel Scheffter. Lingkupannya dibagi menjadi tiga bidang yaitu: (i) Peranan
ilmu dalam masyarakat. (ii) Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu. (iii) Landasan-
Landasan ilmu.
Keempat, J.J.C. Smart. Filsuf ini menganggap filsafat ilmu yang mempunyai dua
komponen utama yaitu: (i) bahasan analitis dan metodologis tentang ilmu. (ii)
penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan problem.
KESIMPULAN
1. Filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan
mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang didapati melalui penalaran
atau akal budi. Filsafat merupakan cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan atau
teori yang sering tidak bertujuan praktis, tetapi teoretis. Filsafat selalu memandang
sebab-sebab terdalam, tercapai dengan akal budi murni. Filsafat membantu untuk
mendalami pernyataan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya
yang dapat dipelajari secara sistematik dan historis.
2. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakekat prinsip tentang hal yang
sedang dikaji.
3. Filsafat Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat sebagai
proses berfikir yang sistematis dan radikal. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu
terhadap lambang-lambang dan struktur penalaran tentang sistem lambang yang
digunakan. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar
konsep, sangka wacana dan postulat mengenai ilmu.
4. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu adalah Ilmu membatasi lingkup pada batasan
pengalaman manusia. Hal ini sebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun
kebenaran secara empiris. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian yang
berada dalam lingkup pengalaman manusia. Ruang lingkup filsafat ilmu terutama
diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi
ilmu, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.