Anda di halaman 1dari 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan faktor penting dalam

meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan setiap insan di seluruh

dunia. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dan pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala

bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat (Pasal 19 UU No. 36 Tahun 2009). Salah satu

upaya tersebut yaitu dengan peningkatan ketersediaan dan pemerataan

fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas di setiap daerah.

(Bappenas, 2009) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai

penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama memiliki tanggung jawab

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang

secara administratif berdomisili di wilayah kerjanya.Dengan adanya

puskesmas diharapkan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan

bermutu dengan akses termudah dan biaya yang terjangkau (Bappenas,

2009).

Sistem kesehatan nasional di selengarakan dan di arahkan dalam

rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yaitu kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam rangka mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia


2

untuk dapat hidup layak dan produktif, untuk itu diperlukan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terkendali biaya dan mutu.

Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh

perlindungan kesehatannya dan negara bertanggungjawab mengatur agar

terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.(Muh Anwar 2014)

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio psiko, sosial, dan

spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu, keluarga dan

masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia (Asmuji, 2012).

Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

mendefinisikan Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan

kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang

dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan Perawat

Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang

memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi

dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenagannya (Depkes RI,

2002 dalam Aisiyah 2004).

Keadaan kurangnya kepuasan pasien terjadi kerena tuntutan

kebutuhan pasien semakin meningkat namun tidak diiringi dengan

perbaikan tindakan perawat (Achadiat, 2006). Layanan keperawatan dan

kepuasan pasien menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan


3

pelayanan kesehatan di puskesmas. Kepuasan pasien akan terpenuhi bila

pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan harapan mereka. Apabila

pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan harapan pasien maka

pasien akan merasa tidak puas (Tjiptono, 2004).

Perawat harus mampu memberikan pelayanan keperawatan yang

optimal sesuai standar pelayanan keperawatan yang telah ada. Hal tersebut

dikarenakan kepuasan pasien merupakan indikator keberhasilan pelayanan

keperawatan. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang

memegang peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan

kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi

pasien (Potter & Perry, 2005).

Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama 24

jam melayani pasien. Keperawatan sering disebut juga ujung tombak dari

pelayanan yang ada di Rumah sakit maupun Puskesmas, sebagai pelaksana

asuhan keperawatan, perawat selama 24 jam berada di dekat pasien,

sehingga perawat memegang peranan yang cukup dominan dalam rangka

memberikan kepuasan kepada pelanggan atau pasien. Pelayanan

keperawatan bersifat komprehensif, mencakup pelayanan bio- psiko-

sosiokultural dan spiritual.Dalam kepuasan hal terpenting adalah persepsi

pelanggan, bukan hal-hal yang aktual seperti yang dipikirkan produsen

atau pemberi jasa, sehingga masyarakat sering menilai baik buruknya


4

pelayanan di instalasi tergantung bagaimana kinerja dari perawat

(Nursalam, 2002).

Kepuasan pasien menurut Kotler adalah perasaan senang atau

kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi

atau kesannya terhadap kinerja atau hasil sebuah produk dan harapan-

harapannya (Nursalam, 2011). Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien

terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan pasien sebelum

menerima jasa pelayanan dengan sesudah menerima jasa layanan.

Kepuasan pasien didasarkan pada terpenuhi atau terlampauinya

harapan pasien. Loyalitas pelanggan dan profitabilitas perusahaan yang

maksimal dalam jangka panjang diperoleh melalui kepuasan

pasien.Puskesmas dalam upayanya meningkatkan pelayanan dan

meningkatkan kepuasan pasien perlu mengadakan sistem pengukuran

kepuasan pelanggan untuk dapat mengetahui kebutuhan dan harapan

pasien mengingat bahwa harapan merupakan standar pembanding untuk

menilai kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan.Hasil pengukuran

kepuasan pelanggan yang objektif dan akurat dapat membantu puskesmas

dalam merumuskan bentuk pelayanan yang lebih baik. (The Leadership

Factor, 2006)

Masyarakat atau pasien melihat pelayanan kesehatan yang bermutu

sebagai suatu pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang

dirasakannya dan diselanggarakan dengan cara yang sopan dan santun,

tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta


5

mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien ini

sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi

pengobatan dan mau datang berobat kembali (Pohan, 2003).

Parasuraman (2009), menyatakan bahwa ada dua faktor utama

yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expective service (pelayanan yang

diharapkan) dan perceived service (pelayanan yang diterima). Kepuasan

pasien berpengaruhi secara signifikan terhadap kepercayaan pelanggan dan

kemudian kepercayaan pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap

kesetiaan pasien (Irawan, 2012).Keperawatan sebagai suatu bidang profesi

dapat terus dikembangkan dan terintegrasi sepenuhnya dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan.Berdasarkan Undang- Undang No. 23/92 tentang

kesehatan mengatakan bahwa profesi keperawatan adalah merupakan

profesi tersendiri yang setara dan mitra dari disiplin profesi kesehatan

lainnya.Dalam melakukan registrasi dan praktik keperawatan, perawat

diberi lisensi sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 647/ Menkes/

SK/IV/2000 (Ismaini, 2013).

Peran optimal perawat dalam menentukan kepuasan pasien telah

berkembang dan mengarah pada tuntutan akan pengetahuan,sikap dan

keterampilan yang adekuat untuk mendukung gerakan keselamatan pasien.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan perawat dalam melaksanakan

tindakan keperawatan dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Perawat diharapkan mampu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko dan merupakan sikap yang paling
6

tinggi. Salah satu hak pasien yang harus dipenuhi adalah hak memperoleh

keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di rumah sakit ( UU

No.44/2009 pada pasal 32 tentang rumah sakit).

Pelayanan keperawatan memiliki peranan yang penting dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas secara keseluruhan

terutama puskesmas perawatan (puskesmas rawat inap). Jumlah tenaga

perawat merupakan tenaga paling banyak bila dibandingkan dengan tenaga

kesehatan lainnya, sehingga perannya menjadi penentu dalam pelayanan

kesehatan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit. Selain itu, perawat

berinteraksi dengan pasien selama 24 jam untuk melaksanakan layanan

keperawatan. Keberhasilan pelayanan puskesmas sangat tergantung pada

kinerja perawat puskesmas dalam melaksanakan layanan keperawatan di

puskesmas. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 128/MENKES/SK/II

/2004 bahwa misi dari puskesmas salah satunya yakni memelihara dan

meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan,

yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat.

Menurut Sumijatun (2010, p.88) permasalahan pelayanan

keperawatan di negara Indonesia adalah banyaknya perawat yang belum

melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standar. Di sebagian besar

tatanan pelayanan keperawatan, masih terbatas melakukan kegiatan-

kegiatan yang belum memenuhi kaedah asuhan keperawatan secara

profesional yang bertanggung jawab.


7

Proses keperawatan bukan merupakan hal yang baru, melainkan

pada situasi nyata pelaksanaannya yang masih mengalami hambatan.

Hambatan mungkin disebabkan oleh belum memadainya kemampuan dan

skil yang dimiliki oleh perawat tersebut atau dukungan dari puskesmas

(Budi Anna, dkk 2006).

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan

dalam pemberian Asuhan Keperawatan klien pada semua tatanan

pelayanan kesehatan. Khususnya di Idonesia, proses keperawatan

merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan. Namun, pada kenyataannya banyak perawat

merasa terbebani dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan (Budi Anna, dkk 2006).

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu

pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien

dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan

dengan menggunakan proses keperawatan (Budi Anna, dkk 2006).

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan

masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan

asuhan keperawatan. Standar asuhan yang tercantum dalam Standar

Praktik Klinis Keperawatan terdiri dari lima fase asuhan keperawatan: 1)

Pengkajian; 2) Diagnosa; 3) Perencanaan; 4) Implementasi; dan 5)


8

Evaluasi. Salah satu manfaat dari penerapan asuhan keperawatan yang

baik adalah meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dalam bidang

keperawatan.

Puskesmas Wangi-Wangi merupakan salah satu Puskesmas yang

berada di pulau Wangi-Wangi yang merupakan bagian dari gugusan

kepulauan Wakatobi. Puskesmas Wangi-Wangi terletak di Kelurahan

Pongo, Puskesmas Wangi-Wangi masuk dalam wilayah Kecamatan

Wangi-Wangi Induk Kabupaten Wakatobi. Luas Wilayah kerja Puskesmas

Wangi-Wangi berkisar 141,05 Km2, yang terdiri dari 12 wilayah kerja

yaitu Kelurahan Pongo, Kelurahan Wanci, Kelurahan Wandoka,

Kelurahan Wandoka Utara, Kelurahan Wandoka Selatan, Desa Pada Raya,

Desa Tindoi, Desa Tindoi Timur, Desa Waginopo, Desa Posalu, Desa

Maleko, DesaPookambua.

Puskesmas Wangi-Wangi sebelah utara berbatasan dengan Desa

Sombu, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Mandati II, sebelah

timur berbatasan dengan Desa Wungka, dan sebelah barat berbatasan

dengan Laut Wanci.

Sumber daya tenaga kesehatan yang di miliki Puskesmas Wangi-

Wangi berjumlah 96 orang yang terdiri dari 56 orang Pegai Negeri Sipil,

diantaranya Dokter 3 orang, Apoteker 1 orang, perawat 20 orang,

Administrator keperawatan 2 orang, Promosi Kesehatan 1 orang,

Epidemologi 2 orang, Administrator Kesehatan 2 orang, Bidan 17 orang,

Gizi 2 orang, Sanitarian 2 orang, Analisis Kesehatan 1 orang, Perawat Gigi


9

2 orang, dan Perekam Medis 1 orang. Serta tenaga Honorer berjumlah 40

orang, diantaranya Farmasi 1 orang, Perawat 7 orang, Administrator

keperawatan 4 orang, Promosi Kesehatan 1 orang, Epidemologi 2 orang,

Administrator Kesehatan 2 orang, Bidan 20 orang, Sanitarian 2 orang, dan

Perawat Gigi 1 orang.

Berdasarkan data kunjungan pasien puskesmas Wangi-Wangi dua

tahun terakhir yaitu pada tahun 2016 dengan Jumlah kunjungan 4.798

(yang di rawat inap 106 pasien) dan pada tahun 2017 adalah 3.476

kunjungan (yang di rawat inap 82 pasien) untuk semua jenis pelayanan

kesehatan. Bila di lihat dari data kunjungan pasien di Puskesmas Wangi-

Wangi dapat di ketahui bahwa adanya penurunan kunjungan pasien dari

tahun 2016 sampai 2017. Penurunan jumlah kunjungan masyarakat ke

puskesmas dapat disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap

pelayanan puskesmas. Adanya ketidakpuasan ini menunjukkan bahwa

pelayanan yang diberikan puskesmas belum mampu memenuhi harapan

masyarakat. (Supriyanto dan Ernawaty, 2010)

Dari hasil survey awal dengan mengunakan metode wawancara

kepada 13 pasien didapatkan 8 dari 13 pasien mengatakan tidak puas

dengan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terkhususnya

tenaga perawat di puskesmas Wangi-Wangi. Ketidakpuasan pasien

macakup beberapa hal yaitu: tindakan perawat yang kurang tanggap dalam

melakukan proses keperawatan, kurangnya komunikasi efektif kepada

pasien dan keluarga serta lambatnya penanganan keperawatan yang di


10

terima oleh pasien. Disisi lain asuhan keperawatan yang baik sangat

dibutuhkan pasien, karena dapat membantu proses penyembuhan pasien.

Sehingga berdasarkan data tersebut peneliti tertarik ingin mengetahui

Hubungan Proses Keperawatan dengan Kepuasan Pasien Yang Pernah

Menggunakan Jasa Pelayanan Rawat Inap Di Puskesmas Wangi-Wangi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Proses Keperawatan Dengan Kepuasan

Pasien Yang Pernah Menggunakanan Jasa Pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

2. Apakah ada hubungan penentuan diagnosa dengan kepuasan pasien yang

pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

3. Apakah ada hubungan perencanaan (Planing) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat

inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

4. Apakah ada hubungan implementasi pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018


11

5. Apakah ada hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat

inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan proses keperawatan dengan kepuasan

pasien yang pernah menggunakanan Jasa pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan

jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi tahun 2018

b) Untuk mengetahui hubungan penentuan diagnosa dengan kepuasan

pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

c) Untuk mengetahui hubungan perencanaan (Planing) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan

jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi tahun 2018


12

d) Untuk mengetahui hubungan implementasi pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun

2018

e) Untuk mengetahui hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan

jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a) Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi manajemen

Puskesmas Wangi-Wangi khususnya bidang keperawatan untuk lebih

meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan.

b) Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya

khasana ilmu pengetahuan dan bahan bacaan dibidang keperawatan.

c) Bagi masyarakat

Memberikan informasi pada masyarakat tentang mutu

pelayanan, kualitas pelayanan serta standar pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan keperawatan di Puskesmas Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi.
13

2. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam

memperluas wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang

diperoleh selama di mengikuti pendidikan di Stikes MW Kendari.


14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Kepuasan

1. Pengertian

Kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah

memenuhi harapannya. Jadi kepuasan pelanggan adalah hasil dari

akumulasi konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau

jasa (Irawan, 2003 dalam Abdul Muhith, 2014)

Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang

merupakan hasil dari perbandingan penampilan atau outcome produk yang

dirasakan dalam hubungan yang dirasakan seseorang (Philip Kother dalam

Astuti Ardi 2016). Menurut Oliver dalam Astuti Ardi (2016), kepuasan

merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan

merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan

harapaan.

Kepuasan adalah model kesenjangan antara harapan (standar

kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan

(Woodruff dan Gardial, 2002 dalam Abdul Muhith, 2014).

Kepuasan pelanggan merupakan perasaan senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja atau hasil


15

produk yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan

(Kotler dalam Astuti Ardi, 2016).

Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan perawat.

Pelayanan keperawatan adalah semua upaya yang dilakukan perawat

sebagai profesi untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan jasa yang

diberikan. Suatu pelayan dapat dikatakan prima ditentukan berdasarkan

jasa yang diberikan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dan

menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima

(memuaskan atau mengecewakan) (Wijono dalam Astuti Ardi, 2016).

Kepuasan pasien adalah sebagai respon berupa perasaan puas yang

timbul karena pengalaman suatu produk, atau sebagian kecil dari

pengalaman itu. Kepuasan pelanggan akan meningkat apabila perusahaan

mampu memahami tuntutan, pemenuhan harapan dan mewujudkan nilai

pelanggan (Buttle, 2007 dalam Astuti Ardi, 2016).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Menurut Muninjaya dalam Abdul Muhith (2014) kepuasan

pengguna jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu:

a. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan

diterimanya. Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan

penting karena pelayanan kesehatan adalah high personnel contact.


16

b. Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh petugas

kesehatan.sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan

berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (complience).

c. Biaya (cost), artinya tingginya biaya pelayanan akan dianggap

sebagai sumber moral hazard bagi pasien dan keluarganya.

d. Penampilan fisik (kerapian petugas), artinya kondisi kebersihan

dan kenyamanan ruangan (tangibility).

e. Jaminan keamanan ditunjukan oleh petugas kesehatan (assurance),

ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk

pada faktor ini.

f. Keandalan dan keterampilan (reability) petugas kesehatan dalam

memberikan perawatan.

g. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien

(responsiveness).

Menurut pendapat Wendy Leebov dalam Astuti Ardi (2014), ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, antara lain:

a. Faktor kompetensi

Pengalaman memberikan pelayanan medis atau keperawatan

seperti: dokter, perawat, resepsionis dan staf lainnya. Menurut

Cleveland Clinic Foundation (1986), pelanggan membuat

kesimpulan terutama menyangkut keahlian provider menurut

faktor-faktor berikut :
17

1) Keterampilan memeriksa seorang dokter

2) Kemungkinan pengobatan yang diberikan

3) Obat yang diberikan

4) Keterampilan penggunaan teknologi medis

5) Tipe masalah medis yang ditangani dokter

6) Keterlibatan dokter dalam peneilitian.

b. Faktor pembiyaan

Mengenai uang jasa dapat bersifat controversial, terlalu murah atau

terlalu mahal. Tergantung pelayanan dan perasaan serta sikap

penerimaan pasien. Biaya pelayanan atau perawatan merupakan

faktor yang sangat diperhatikan oleh pasien. Pengeluaran biaya

yang sepadan dengan perolehan jasa pelayanan kesehatan yang

diberikan akan seiringan dengan kepuasan paisen.

c. Faktor lingkungan

1) Kebersihan fasilitas, keindahan gedung dan halaman

2) Kondisi bangunan

3) Kemudahan menemukan tempat pelayanan

4) Lingkungan kerja yang tidak semrawut

5) Ukuran luas fasilitas ruangan

6) Halaman parker yang aman dan lapang.

d. Faktor system atau kemudahan menemukan tempat pelayanan

1) Efisiensi peyananan yang disediakan

2) Kemampuan memperoleh janji yang tepat


18

3) Waktu tunggu dokter

4) Faktor kelembutan atau Hubungan Antar Manusia (HAM)

5) Kepedulian dokter atau para medis pada pasien dan

keluarga

6) Kemauan dan kemampuan berkomunikasi dokter atau para

medis pada pasien dengan keluarga

7) Waktu yang digunakan dokter dengan pasien

8) Pemenuhan kebutuhan emosional pasien

9) Kesediaan membatu pasien

10) Keterampilan pelayanan interpersonal kepada pasien

11) Penampilan staf yang tidak berpengalaman dan

berperilaku kasar pada pasien

12) Lembur staf yang melelahkan sehingga mengganggu

HAM.

e. Faktor kenyamanan dan keistimewaan

Faktor ini tidak terlalu sulit untuk dilakukan, namun cukup

berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Suatu kenyamanan dan

keistimewaan yang diberikan kepada pasien dan keluarga akan

memberikan kekuatan dan kepuasan kepada mereka, karena merasa

dihargai, diistimewakan, diperhatikan dan mengurangi kecemasan.

Kenyamanan dan keistimewaan yang utama adalah keramahan,

kesabaran petugas, kecepatan, kecermatan dan kesungguhan

pelayanan.
19

f. Faktor waktu pelyanan

Masalah waktu dalam pelayanan sering menjadi penyebab utama

ketidak puasan pelanggan termaksud pasien, seperti :

1) Waktu tunggu yang lama

2) Kurangnya waktu dokter dalam pemeriksaan

3) Waktu untuk mendapatkan rujukan

4) Waktu untuk pemeriksaan laboratorium, radiologi,

transfuse darah.

3. Mengukur Kepuasan pelanggan

Menurut Freddy Rangkuti dalam Astuti Ardi (2016), kepuasan

pelanggan dapat di ukur melalui dua pendekatan, anatara lain :

a. Pendekatan tradisional

Pada pendekatan tradisional ini pelanggan diminta memberikan

penilaian atas masing-masing indikator produk yang mereka nikmati.

Penilaian biasa pake skala Likert, yaitu dengan cara memberikan

peringkat dari 1 (Sangat tidak puas) sampai dengan 5 (sangat puas).

Pelanggan diminta memberikan penilaian terhadap produk atau jasa

yang mereka pilih secara keseluruhan.

Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan melalui

variable penelitian untuk fenomena sosial spesifik, seperti sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok. Kelemahan dari

pendekatan tradisional adalah hanyalah mengukur tinggak kepuasan

yang bersifat kuantitatif, sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang


20

bersifat kualitatif seperti “Apakah anda ingin menggunakan ingin

menggunakan jasa ini lagi?” jarang sekali ditanyakan.

b. Analisis secara deskriptif

Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk memberikan

informasi mengenai karakteristik variable penelitian yang utama dan

data demografi responden. Termasuk didalamnya penelitian deskriptif

adalah apabila ingin mengetahui potensi pasar dan daya beli konsumen

terhadap produduk tertentu.

4. Determinan faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien

Menurut Pasuraman dalam Astuti Ardi (2016), ada lima

determinan faktor kualitas jasa pelayanan yang berhubungan dengan

kepuasan pasien, antara lain:

1. Keandalan (reliability)

Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan cepat

dan terpercaya.

2. Responsiviness

Kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan

cepat atau tanggap.

3. Keyakian

Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk

menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.


21

4. Empati

Empati merupakan syarat untuk peduli, member perhatian bagi

pelanggan.

5. Berwujud

Penampilan fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.

B. Tinjauan Teori Tentang Proses Keperawatan

1. Pengertian

Proses keperawatan adalah langkah-langkah sistematik untuk

menentukan masalah klien, merencanakan penyelesaian masalah,

mengimplemenasikan dan mengevaluasi apakah rencana yang dibuat

efekif dalam menyelesaikan maalah yang terjadi. (Yura Walsh dalam

Zaidin Ali, 2002).

Proses keperawatan adalah suatu proses penilaian masalah yang

dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke

paraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematik untuk mengenal

dan membantu memenuhi kebutuhan khusus pasien. (Depkes RI dan JICA

dalam Zaidin Ali, 2002).

Menurut Herbes dalam Zaidin Ali (2002), Proses keperawatan

adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematik untuk mengkaji

dan mengdiagnosis status kesehatan pasien/klien, merumuskan hasil yang

dicapai, menentukan intervensi, dan mengevaluasi mutu dan hasil usaha

yang dilakukan terhadap pasien/klien.


22

Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang

ilmiah, sistemastis, dinamis, dan terus menerus serta berkesinambungan

dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari

pengkajian (pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah)

diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan,

dan penilaian tindakan keperawatan.

2. Tahap-Tahap Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langka awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau

informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan, dan dianalisa

untuk menentukan diagnose keperawatan.

Tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data,

mengelompokan data dan menganalisa data sehingga ditemukan

diagnosa keperawatan.

Manfaat pengkajian keperawatan adalah membantu

mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan klien, kekuatan dan

kebutuhan klien serta merumuskan diagnose keperawatan. (Jumadi

Gaffar, 1999).

b. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

atau masalah kesehatan actual atau potensi. Tujuannya adalah

mengidentifikasi: pertama, adanya masalah aktual berdasarkan respon


23

klien terhadap masalah atau penyakit; kedua, faktor-faktoryang

berkontribusi atau penyebab adanya masalah; ketiga, kemampuan klien

mencegah atau menghilangkan masalah.

Diagnosa keperawatan merupakan formulasi kunci dari proses

keperawatan karena merupakan client rensponses by health problem

atau respon client terhadap adanya masalah kesehatan. Oleh karena itu

diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia

berdasarkan pada teori Dasar Abraham Maslon, memperlihatkan

respon individu/client terhadap penyakit dan kondisi yang di alaminya

Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman dalam

pemberian asuhan keperawatan karena menggambarkan status masalah

kesehatan serta penyebab adanya masalah tersebut, membedakan

diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis serta menyamakan

kesatuan bahasa antara perawat dalam pemberian asuhan keperawatan

secara komprehensif.

c. Intervensi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu di buat

perencanaa intervensif keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk

mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan

klien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah penentuan diagnosa

keperawatan, penetapan sasaran dan tujuan, penetapan kriteria evaluasi

dan merumuskan intervensi keperawatan.


24

Proses Penentuan Prioritas

Proses ini di mulai dengan membuat prioritas diagnosa

keperawatan. Urutan prioritas keperawatan menunjukan masalah

tersebut menjadi prioritas untuk di lakukan intervensi keperawatan.

Meskipun demikian tidak berarti bahwa satu diagnosa harus di

pecahkan dahulu secara total baru kemudian mengerjakan diagnosa

berikutnya. Biasanya beberapa diagnosa keperawatan dapat di atasi

secara bersamaan.

Penetapan Sasaran Dan Tujuan

Pada proses ini dilakukan setelah penetapan urutan prioritas

diagnosa keperawatan. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dalam

mengurangi atau mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan. Sedangkan tujuan menggambarkan penampilan, hasil

atau perilaku klien yang berhubungan dengan sasaran. Perencanaan

tujuan dan manfaat dalam merancang, mengimplementasikan dan

mengevaluasi asuhan keperawatan kepada klien.

Penentuan Kriteria Evaluasi

Kriteria adalah standar yang dipakai untuk mengevaluasi

penampilan klien. Kriteria diperlukan apabila tujuan belum spesifik

dan tidak dapat diukur.

d. Rencana Intervensi
25

Adalah bagian akhir dari perencanaan dimana perawat

memutuskan strategi dan intervensi keperawatan yang akan dilakukan.

Strategi dan tindakan yang dilakukan diarahkan langsung pada etiologi

atau faktor pendukung dari diagnosa keperawatan.

e. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan

oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika

melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan

rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan

interpersonal intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan

dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan

psikologi di lindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan

dan pelaporan.

Ada tiga fase implementasi keperawatan (Griffit, et all, 1986) yaitu

fase persiapan meliputi pengetahuan tentang rencana validasi rencana,

pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana,

persiapan klien dan lingkungan. Kedua fase oprerasional merupakan

puncak implementasi dengan intervensi independ, atau mandiri,

dependen atau tidak mandiri serta interdependen atau sering disebut

intervensi kolaborasi. Ketiga, fase terminasi, merupakan terminasi

perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.


26

f. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evalausi terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan.

Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, kualitas

data, teratasi atau tidaknya masalah klien. Serta pencapaian tujuan,

serta ketepatan intervensi keperawatan. Akhirnya, penggunaan proses

keperawatan secara tepat pada praktek keperawatan akan member

keuntungan pada klien dan perawat. Kualitas asuhan keperawatan

diharapkan dapat diharapkan. Perawat dapat mendomenstrasikan

tanggung jawab dan tanggung gugatnya yang merupakan salah satu

ciri profesi dan yang amat penting adalah menjamin efesiensi dan

efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.

3. Tujuan Proses Keperawatan

Tujuan proses keperawatan adalah agar diperoleh hasil asuhan

keperawatan yang bermutu, efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan

dan agar pelaksanaanya dilakukan secara sistematis, dinamis, dan

berkelanjutan.

4. Fungsi Proses Keperawatan

Proses keperawatan berfungsi sebagai berikut.

1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah

bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien

melalui asuhan keperawatan.


27

2. Memberikan ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui

pendekatan pemecahan dan pendekatan komunikasi yang efektif

dan efisien.

3. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang

optimal sesuai dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya

dibidang kesehatan.

5. Azas-Azas Proses Keperawatan

Dalam pelaksaan proses keperawatan dianut azas-azas sebagai berikut:

1. Keterbukaan, kebersamaan, dan kemitraan.

2. Manfaat, semua kebutuhan/tindakan yang diambil harus

bermanfaat bagi kepentingan pasien, tenaga keperawatan, dan

institusi.

3. Interdependensi, terdapat saling ketergantungan antara tenaga

keperawatan dalam merawat pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan

kerja sama yang baik diantara keduanya.

4. Saling menguntungkan, masing-masing pihak yang terlibat dalam

hal ini perawat, klien dan institusi memperoleh kepuasan.

6. Aspek-Aspek Proses Keperawatan

Aspek-aspek proses keperawatan

1. Strategi dalam memberikan asuhan keperawatan baik pada

individu, keluarga, dan masyarakat.

2. Bersifat ilmiah, karena metode ini melekat pada badan ilmu

keperawatan.
28

3. Sistematis karena melalui proses yang berurutan dimulai dari

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi.

4. Dilaksakan secara terus menerus baik pada individu yang sakit

maupun seha.

5. Memiliki lima langkah utama, yaitu:

a. Pengkajian, yang meliputi pengumpulan data, analisis data,

perumusan maalah kesehatan/keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan, meliputi penentuan perioritas masalah

keperawatan dan perumusan diagnosis keperawatan. Diagnosis

keperawatan mempunyai cirri tersendiri, karena lebih

menekankan kepada masalah kurang pengetahuan,

ketidakmauan dan ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan

hidup sehari-hari akibat penyakit yang dideritta.

c. Perencanaan, meliputi penentuan tujuan, tindakan dan evaluasi.

d. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

e. Evaluasi, meliputi penilaian proses (pengkajian, diagnosis,

tindakan) dan penilaian hasil tindakan.

f. Berkesinambungan dari satu siagnosis keperawatan ke

diagnosis keperawatan lainnya.

7. Manfaat Penggunaan Proses Keperawatan

Manfaat penggunaan proses keperawatan, meliputi:

1. Strategi dalam memberikan asuhan keperawatan baik pada

individu, keluarga, dan masyarakat.


29

2. Bersifat ilmiah, karena metode ini melekat pada badan ilmu

keperawatan.

3. Sistematis karena melalui proses yang berurutan dimulai dari

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi.

4. Dilaksakan secara terus menerus baik pada individu yang sakit

maupun seha.

5. Memiliki lima langkah utama, yaitu:

a. Pengkajian, yang meliputi pengumpulan data, analisis data,

perumusan maalah kesehatan/keperawatan.

b. Diagnosis keperawatan, meliputi penentuan perioritas masalah

keperawatan dan perumusan diagnosis keperawatan. Diagnosis

keperawatan mempunyai cirri tersendiri, karena lebih

menekankan kepada masalah kurang pengetahuan,

ketidakmauan dan ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan

hidup sehari-hari akibat penyakit yang dideritta.

c. Perencanaan, meliputi penentuan tujuan, tindakan dan evaluasi.

d. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

e. Evaluasi, meliputi penilaian proses (pengkajian, diagnosis,

tindakan) dan penilaian hasil tindakan.

f. Berkesinambungan dari satu siagnosis keperawatan ke

diagnosis keperawatan lainnya.


30

C. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) adalah suatu unit

pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan

kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang

kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam

suatu wilayah tertentu.

Para ahli mendefinisikan puskesmas sesuai dengan perkembangan

dan tuntutan pelayanan kesehatan, di antaranya sebagai berikut.

a. Azrul azwar (1980). Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah

suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan

pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah

kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.

b. Departemen kesehatan RI (1981). Pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang

langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-

usaha kesehatan pokok.

c. Departemen kesehatan RI (1987). Puskesmas adalah sebagai pusat

pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan

membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan


31

kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk

kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

d. Departemen kesehatan RI (1991). Puskesmas adalah suatu kesatuan

organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

2. Visi Dan Misi Puskesmas

Visi :

Gambaran masyarakat di masa depan yang ingin di capai melalui

pembangunan pusat kesehatan adalah sebagai berikut.

a) Masyarakat hidup dalam lingkungan dan prilaku hidup sehat.

b) Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata.

c) Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah

Republik Indonesia.

Misi :

Misi puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan yang dapat

di lakukan melalui berbagai upaya di antaranya adalah sebagai bebrikut:

a) Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa.

b) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.


32

c) Mengadakan peralatan dan obat-obatan yang disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat.

d) Mengembangkan pembangunan kesehatan masyarakat desa

(PKMD).

3. Kegiatan Pokok Puskesmas

Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru, ada 20

usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Usaha

pokok kesehatan sangat tergantung pada faktor tenaga, sarana dan

prasarana, biaya yang tersedia, serta kemampuan manajemen dari tiap-

tiap puskesmas. Berikut ini adalah kegiatan pokok puskesmas.

a. Upaya kesehatan ibu dan anak

1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui,

bayi, anak, balita, dan anak prasekolah.

2. Memberikan nasihat tentang makanan guna mencegah gizi buruk.

3. Imunisasi.

4. Pemberian nasihat mengenai perkembangan anak dan cara

menstimulasinya.

5. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan anak prasekolah untuk

penyakit ringan.

b. Upaya keluarga berencana

1) Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan calon

ibu yang mengunjungi KIA.


33

2) Mengadakan kursus keluarga berencana kepada dukun yang

kemudian akan bekerja sebagai penggerak calon peserta keluarga

berencana.

3) Memasang IUD, cara-cara penggunaan pil, dan kondom dengan

memberi saranannya.

c. Upaya perbaikan gizi

1) Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi.

2) Mengembangkan program perbaikan gizi.

3) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.

d. Upaya kesehatan lingkungan

Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang dilakukan staf

puskesmas di antaranya adalah :

1) Penyehatan air bersih.

2) Penyehatan pembuangan kotoran.

3) Penyehatan lingkungan perumahan.

4) Penyehatan air buangan/limbah.

5) Pengawasan sanitasi tempat umum.

6) Penyehatan makanan dan minuman.

7) Pelaksanaan peraturan perundangan.

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

1) Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit.

2) Melaporkan kasus penyakit menular.

3) Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk.


34

4) Tindakan permulaan untuk menahan penyakit menular.

5) Menyembuhkan penderita, hingga tidak lagi menjadi sumber

infeksi.

6) Pemberian imunisasi.

7) Pemberantasan vektor.

8) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

f. Upaya pengobatan

1) Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui pengkajian

riwayat penyakit, mengadakan pemeriksaan fisik, mengadakan

pemeriksaan laboratorium, dan membuat diagnosis.

2) Melaksanakan tindakan pengobatan.

3) Melakukan upaya rujukan.

g. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat

1) Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh petugas di

klinik, rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat.

2) Ditingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri,

tetapi ditingkat kabupaten diadakan tenaga-tenaga koordinasi

penyuluhan kesehatan.

4. Fungsi Puskesmas

Ada tiga fungsi pokok puskesmas, di antara yaitu:

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.


35

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

a. Meransang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknik materi dan

rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat.

d. Memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program puskesmas.


36

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

Dalam memberikan pelayanan keperawatan harus terdapat integrasi

yang harmonis antara seluruh komponen pelayanan keperawatan. Komponen-

komponen tersebut mencakup pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi pelayanan keperawatan.

Dalam menciptakan kepuasan suatu pelayanan kesehatan, hal ini

dihubungkan oleh adanya komunikasi, emphaty, tangibility, assurance,

reliability, dan responsiveness. Apabila pelayanan yang diberikan khususnya

pelayanan keperawatan terutama pada proses keperawatannya diberikan

berdasarkan penerapan standar serta penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan maka diharapkan pasien akan memiliki persepsi yang sama yaitu

puas akan pelayanan yang kita berikan dari kepuasan tersebut akan

menimbulkan keyakinan terhadap jasa pelayanan sehingga dari sini akan

timbul minat untuk menggunakan jasa pelayanan keperawatan kembali,

manakala berobat kembali.

Saat ini pelayanan keperawatan di Puskesmas Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi banyak mengalami permasalahan sehingga banyak

pasien atau keluarga pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan yang
37

diberikan. Diharapkan dengan penelitian ini akan terjadi pelayanan

keperawatan yang baik sehingga dapat memuaskan pasien.

Dari uraian di atas maka kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat

pada gambar di bawah ini :

B. Kerangka Konsep

Pengkajian

Diagnosa

Intervensi Kepuasan Pasien

Implementasi

Evaluasi

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Menunjukkan Adanya Hubungan

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi :

a) Variabel Bebas (Independent Variable)


38

Variabel Bebas (independent Variable) dalam penelitian ini adalah

kepuasan pasien pada proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

b) Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah

kepuasan pasien.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a) Kepuasan pasien

Kepuasan pasien yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

tingkat perasaan pasien setelah membandingkan kinerja perawat yang

dirasakan dibandingkan dengan harapannya pada proses keperawatan yang

meliputi pelayanan perawatan, pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

Pelaksanaan penilaian merujuk kepada skala Likert, dimana

setiap pertanyaan mempunyai scoring 1-5 yaitu :

a. Skor 5 : Bila responden menjawab sangat puas

b. Skor 4 : Bila responden menjawab puas

c. Skor 3 : Bila responden menjawab kurang puas

d. Skor 2 : Bila responden menjawab tidak puas

e. Skor 1 : Bila responden menjawab sangat tidak puas.

Kriteria Obyektif :

- Puas : apabila responden menjawab ≥ 50 % dari total

skor
39

- Tidak Puas : apabila responden menjawab < 50 % dari total

skor

(Sugiyono, 2011).

b) Proses Keperawatan

Adalah metode sistematis yang digunakan perawat untuk

memenuhi kebutuhan pasien secara biologis, psikologis, sosial dan

spiritual melalui tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan keperawatan,

implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan.

a) Pengkajian

Pengkajian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pengumpulan data dasar klien secara kontinyu, terdiri dari riwayat

kesehatan, pengkajian fisik, review catatan kesehatan klien,

literatur, hasil konsultasi dengan tim kesehatan lainnya, dan orang-

orang dekat klien. Selain itu beberapa tahapan seperti mengucapkan

salam dan memperkenalkan diri pada pasien.

Kriteria penilaian pada pengkajian didasarkan atas skala

Guttman, jumlah pertanyaan keseluruhan sebanyak 10 (sepuluh)

nomor, jika jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi

nilai 0

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

R
Rumus: I= K
40

Dimana : I = Interval (100%)

R = kisaran nilai tertinggi – nilai terendah

(100%- 0% = 100%)

K = jumlah kategori = 2 (baik dan tidak)

Jadi Intervalnya : I = 100/2 = 50%

Kriteria Obyektif :

- Baik : apabila responden menjawab ≥ 50 % dari total

skor

- Tidak Baik : apabila responden menjawab < 50 % dari total

skor

(Sugiyono, 2011).

b) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata maupun

potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang

pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat

untuk melakukannya.

Kriteria penilaian pada diagnosa keperawatan didasarkan

atas skala Guttman, jumlah pertanyaan keseluruhan sebanyak 10

(sepuluh) nomor, jika jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban

“tidak” diberi nilai 0

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)


41

Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

R
Rumus: I=
K

Dimana : I = Interval (100%)

R = kisaran nilai tertinggi – nilai terendah

(100%- 0% = 100%)

K = jumlah kategori = 2 (baik dan kurang)

Jadi Intervalnya : I = 100/2 = 50%

Kriteria Obyektif :

- Baik : apabila responden menjawab ≥ 50 % dari total

skor

- Tidak Baik : apabila responden menjawab < 50 % dari total

skor

(Sugiyono, 2011).

c) Perencanaan Keperawatan

Perencanaan Keperawatan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya

kebutuhan pasien.

Kriteria penilaian pada perencanaan keperawatan

didasarkan atas skala Guttman, jumlah pertanyaan keseluruhan


42

sebanyak 10 (sepuluh) nomor, jika jawaban “ya” diberi nilai 1 dan

jawaban “tidak” diberi nilai 0

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

R
Rumus: I= K

Dimana : I = Interval (100%)

R = kisaran nilai tertinggi – nilai terendah

(100%- 0% = 100%)

K = jumlah kategori = 2 (baik dan kurang)

Jadi Intervalnya : I = 100/2 = 50%

Kriteria Obyektif :

- Baik : apabila responden menjawab ≥ 50 % dari total

skor

- Tidak Baik : apabila responden menjawab < 50 % dari

total skor

(Sugiyono, 2011).

d) Implementasi

Implementasi keperawatan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal.

Kriteria penilaian pada implementasi didasarkan atas skala

Guttman, jumlah pertanyaan keseluruhan sebanyak 10 (sepuluh)


43

nomor, jika jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi

nilai 0

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

R
Rumus: I=
K

Dimana : I = Interval (100%)

R = kisaran nilai tertinggi – nilai terendah

(100%- 0% = 100%)

K = jumlah kategori = 2 (baik dan kurang)

Jadi Intervalnya : I = 100/2 = 50%

Kriteria Obyektif :

- Baik : apabila responden menjawab ≥ 50 % dari

total skor

- Tidak Baik : apabila responden menjawab < 50 % dari total

skor

(Sugiyono, 2011).

e) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah proses keperawatan yang dilakukan secara periodik, sistematis

dan terencana untuk menilai perkembangan pasien setelah

pelaksanaan tindakan keperawatan

Kriteria penelitian pada evaluasi keperawatan didasarkan

atas skala Guttman, jumlah pertanyaan keseluruhan sebanyak 10


44

(sepuluh) nomor, jika jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak”

diberi nilai 0

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

R
Rumus: I=
K

Dimana : I = Interval (100%)

R = kisaran nilai tertinggi – nilai terendah

(100%- 0% = 100%)

K = jumlah kategori = 2 (baik dan kurang)

Jadi Intervalnya : I = 100/2 = 50%

Kriteria Obyektif :

- Baik : apabila responden menjawab ≥ 50 % dari total

skor

- Tidak Baik : apabila responden menjawab < 50 % dari total

skor

(Sugiyono, 2011).

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol

a. Tidak ada hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun

2018
45

b. Tidak ada hubungan penentuan diagnosa dengan kepuasan pasien yang

pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

c. Tidak ada hubungan perencanaan (Planing) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun

2018

d. Tidak ada hubungan implementasi pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

e. Tidak ada hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun

2018.

2. Hipotesis Alternatif

a. Ada hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun

2018

b. Ada hubungan penentuan diagnosa dengan kepuasan pasien yang

pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018


46

c. Ada hubungan perencanaan (Planing) pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

d. Ada hubungan implementasi pelayanan keperawatan dengan kepuasan

pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018

e. Ada hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan keperawatan terhadap

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018.


47

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Survey analitik (Notoadmodjo,

2012) yang menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study, dimana

data-data variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan pada saat yang

bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan pada wilayah kerja

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tahun 2018.

2. Waktu

Dalam penelitian ini akan dilaksakan pada bulan juni-juli tahun

2018.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang

pernah menggunakan jasa pelayanan unit rawat inap di Puskemas Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi sebanyak 36 pasien.

2. Sampel

a) Cara Penarikan Sampel


48

Sampel ini ditarik secara "Sistematik Random Sampling" dari

pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi sebanyak 33 orang

yang di peroleh dengan menggunakan rumus di bawah ini :

n =

1 + N ( d )²

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Besarnya Populasi

d = Tingkat Kepercayaan (0,05) ( Nursalam., 2013).

36

n =

1+36 (0,05)²

36

n =

1+36 (0,0025)

36

n =

1+0,09
49

36

n =

1,09

n = 33,02 dibulatkan menjadi 33 Orang

b) Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

- Pasien yang pernah dirawat.

- Pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik.

- Bila pasien anak- anak, maka yang diwawancarai adalah orang

tuanya.

- Pasien bersedia diteliti.

- Bisa membaca dan menulis.

2) Kriteria Eklusi

- Pasien yang tidak pernah dirawat.

- Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

- Pasien tidak bersedia diteliti.

- Bisa membaca dan menulis.

D. Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data berupa kuesioner. Data yang dihasilkan dalam

penelitian ini terdiri atas 2 (dua) :

1. Data Primer
50

Jenis data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah

kepuasan pasien pada proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta kepuasan pasien

dalam menggunakan jasa pelayanan keperawatan yang diperoleh dari

kuesioner yang akan dibagikan kepada responden sesuai dengan jumlah

responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui bagian Informasi dan Administrasi

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

E. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan

komputer dengan program SPSS meliputi editing, coding, entry data,

cleaning dan analysis data. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi.

a) Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan hasil pengambilan data

yang telah dilakukan yakni menyangkut kebenaran serta kelengkapan

pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada responden.

b) Coding

Tahap pengkodean ini dimulai dengan pembuatan daftar variabel,

lalu membuat daftar coding yang disesuaikan dengan daftar variabel

yang telah dibuat.


51

c) Entry Data

Pelaksanaan entry data dilakukan dengan terlebih dahulu

membuat program entry data pada Program SPSS sesuai dengan

variabel yang diteliti untuk mempermudah proses analisis hasil

penelitian, kemudian data-data yang telah terkumpul dari hasil

kuesioner dimasukkan (dientry) ke dalam komputer berdasarkan

program entry data yang telah dibuat sebelumnya.

d) Cleaning Data

Setelah dilakukan entry data, maka langkah selanjutnya adalah

cleaning data. Hal ini dimaksudkan karena pada saat entry data peneliti

melakukan kesalahan dalam pengentrian data yang disebabkan karena

faktor kelelahan atau kesalahan melihat dan membaca data koding

sehingga dilakukan cleaning data atau perbaikan sebelum dilakukan

analisis data.

2. Analisis Data

a) Analisis Univariat

Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk

mengetahui distribusi frekuensi dari tiap- tiap variabel yang diteliti

Sedangkan dalam penjelasan data , maka digunakan rumus :

f
X = xk
n

Keterangan :

X : Prsentase variabel yang diteliti

n : Jumlah sampel
52

f : Kriteria penelitian terhadap responden

k: Konstanta 100 (100%)

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk meliat hubungan masing-

masing variabel Independent dan variabel Dependent dengan

menggunakan uji Chi kuadrat.

Rumus Chi square sebagai berikut :


2
(fo−f h)
X 2 =∑
fh

Keterangan :

X2 = Hasil pengamatan

fo = frekuensi observasi

fh = frekuensi harapan

Kriteria pengujian hipotesis :

Batas kemaknaan (α) yang digunakan adalah 0,05

Penilaian :

1) Apabila x2hitung > x2tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

ada hubungan antara variable independen dengan variabel

dependen
53

2) Apabila x2hitung < x2tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya

tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

F. Etika Penelitian

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Sebelum menjadi responden, subjek penelitian diminta menandatangani

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Jika subjek bersedia diteliti

maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak

untuk diteliti, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anomity (Tanpa nama)

Responden tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner, peneliti

hanya meminta nomor kuesioner.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Responden yang memberikan informasi dijaga kerahasiaannya oleh

peneliti. Data hanya disajikan kepada kelompok tertentu yang

berhubungan dengan penelitian.


54

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Puskesmas Wangi-Wangi merupakan salah satu Puskesmas yang berada

di pulau Wangi-Wangi yang merupakan bagian dari gugusan kepulauan

Wakatobi. Puskesmas Wangi-Wangi terletak di Kelurahan Pongo, Puskesmas

Wangi-Wangi masuk dalam wilayah Kecamatan Wangi-Wangi Induk

Kabupaten Wakatobi. Luas Wilayah kerja Puskesmas Wangi-Wangi berkisar

141,05 Km2, yang terdiri dari 12 wilayah kerja yaitu Kelurahan Pongo,

Kelurahan Wanci, Kelurahan Wandoka, Kelurahan Wandoka Utara,

Kelurahan Wandoka Selatan, Desa Pada Raya, Desa Tindoi, Desa Tindoi

Timur, Desa Waginopo, Desa Posalu, Desa Maleko, DesaPookambua.

Puskesmas Wangi-Wangi sebelah utara berbatasan dengan Desa

Sombu, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Mandati II, sebelah


55

timur berbatasan dengan Desa Wungka, dan sebelah barat berbatasan dengan

Laut Wanci.

2. Keadaan Penduduk

Berdasarkan Pendataan Keluaraga Sehat yang telah dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Wangi-Wangi pada tahun 2017, jumlah penduduk

wilayah kerja Puskesmas Wangi-Wangi sebanyak 12.269 jiwa, tingkat

kepadatan penduduk sebesar 120,97 jiwa/km². Kepadatan tertinggi terdapat di

kelurahan Wandoka Selatan sebesar 1386,96 jiwa/km², di ikuti kelurahan

Wandoka sebesar 821,19 jiwa/km² dan kelurahan Wanci sebesar 580,23

Jiwa/km², disusul Tindoi Timur sebesar 36,96 jiwa/km². Tabel berikut

memberikan informasi yang lengkap tentang luas wilayah, jumlah penduduk,

jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk.

Tabel 1

Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan

NO Desa/kelurahan Luas Jumlah Jumlah Rata- Kepadatan

wilayah penduduk rumah rata jiwa penduduk per

(km²) tangga km²

1 Pongo 11,06 1933 758 3,73 174,77

2 Wanci 7,98 3367 847 3,79 421,93

3 Pada Raya Makmur 26,59 1274 333 3,59 47,91

4 Wandoka 1,51 899 241 3,92 595.36

5 Wandoka Selatan 0,92 1103 284 3,90 1198.91

6 Wandoka Utara 5,88 903 229 4,04 153.57


56

7 Tindoi 25,54 735 300 3,77 28.77

8 Tindoi Timur 14,53 392 156 3,84 26.97

9 Waginopo 12,24 474 135 4,07 38.72

10 Posalu 11,3 481 141 3,01 42.56

11 Maleko 21,96 414 151 3,73 18.85

12 Pookambua 1,54 294 86 3,99 190.90

JUMLAH 141,05 12.269 3.672 3,78 2939.22

Sumber : Data Sekunder

Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Wangi-Wangi

bermukim di sepanjang wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama

nelayan dan sebagian yang lain di pegunungan dan bekerja sebagai petani.

Fakta ini mempengaruhi prilaku masyarakat terhadap kesehatan.

Berdasarkan letak geografisnya, desa-desa yang berada di pesisir yaitu

kelurahan Pongo, kelurahan Wanci, kelurahan Wandoka, kelurahan Wandoka

Selatan dan Wandoka Utara. Sedangkan desa Pada Raya Makmur, desa

Tindoi, desa Tindoi Timur, desa Posalu, desa Maleko, dan desa Pookambua

termasuk pada desa pegunungan.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang di ukur dalam

menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Wilayah kerja

Puskesmas Wangi-Wangi yang terdiri atas desa pesisir dan desa pegunungan,

sehingga sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan,

pedagang dan bertani. Penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Wangi-


57

Wangi mempunyai rasio beban tanggungan pada tahun 2017 sebesar 51,29%.

Hal ini berarti 100 penduduk yang masih produktif menanggung 51 orang

yang belum / sudah tidak produktif.

B. Hasil Penelitian

Dari penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Wangi Kab. Wakatobi mulai tanggal 08 juni sampai 28 juni 2018 dan telah

dilakukan pengolahan data maka diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 2

Distribusi responden berdasarkan umur

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Umur Jumlah Persen

1 15-30 Tahun 14 42,4

2 31-40 Tahun 13 39,4

3 > 41 Tahun 6 18,2

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018


58

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden tertinggi pada

kelompok 15-30 tahun sebanyak 14 responden (42,4%) dan terendah

pada kelompok umur < 41 tahun sebanyak 6 responden (18,2%).

b. Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Jenis Kelamin Jumlah Persen

1 Laki-Laki 17 51,5

2 Perempuan 16 48,5

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah respoden tertinggi adalah

laki-laki sebanyak 17 responden (51,5%) dan selebihnya adalah

perempuan sebanyak 16 responden (48,5%).

c. Tingkat Pendidikan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan


59

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Pendidikan Jumlah Persen

1 D3 7 21,2

2 S1 9 27,3

3 SMA 14 42,4

4 SMP 3 9,1

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4 menujukkan bahwa responden tertinggi tingkat

pendidikan adalah SMA 14 responden (42,4%) dan terendah adalah

SMP sebanyak 3 responden (9,1%).

d. Riwayat Perawatan

Distribusi responden berdasarkan riwayat perawatan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5

Distribusi responden berdasarkan riwayat responden

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Riwayat Responden Jumlah Persen

1 Satu kali 25 75,8

2 > Satu kali 8 24,2

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018


60

Tabel 5 menujukkan bahwa riwayat responden yang terbanyak

adalah dengan riwayat perawatan satu kali sebanyak 25 responden

(75,8 %) dan dengan riwayat perawatan lebih dari 1 kali yaitu

sebanyak 8 responden (24,2 %).

e. Lama Perawatan

Distribusi responden berdasarkan lama perawatan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 6

Distribusi responden berdasarkan lama perawatan

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Lama Perawatan (Hari) Jumlah Persen

1 1–2 26 78,8

2 >2 7 21,2

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 6 menujukkan bahwa lama perawatan responden yang

paling banyak dengan lama perawatan antara 1 – 2 hari yaitu sebanyak

26 responden (78,8 %) dan yang paling sedikit yaitu dengan lama

perawatan > 2 hari yaitu sebanyak 7 responden (21,2 %).

2. Analisis Univariat

a. Pengkajian Responden

Distribusi responden berdasarkan pengkajian dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :


61

Tabel 7

Distribusi responden berdasarkan pengkajian

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Pengkajian Jumlah Persen

1 Baik 15 45,5

2 Tidak Baik 18 54,5

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 7 menunjukan bahwa distribusi pengkajian responden

pada kategori baik sebanyak 15 responden (45,5%) dan tidak baik

sebanyak 18 responden (54,5%).

b. Penentuan Diagnosa

Distribusi responden berdasarkan Penetuan Diagnosa dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8

Distribusi responden berdasarkan penentuan diagnosa

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Penentuan Diagnosa Jumlah Persen

1 Baik 14 42,4

2 Tidak Baik 19 57,6

Jumlah 33 100
62

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 8 menunjukan bahwa distribusi penentuan diagnosa

responden pada kategori baik sebanyak 14 responden (42,4%) dan

tidak baik sebanyak 19 responden (57,6%).

c. Perencanaan

Distribusi responden berdasarkan perencanaan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 9

Distribusi responden berdasarkan perencanaan

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Perencanaan Jumlah Persen

1 Baik 14 42,4

2 Tidak Baik 19 57,6

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 9 menunjukan bahwa distribusi perencanaan responden

pada kategori baik sebanyak 14 responden (42,4%) dan tidak baik

sebanyak 19 responden (57,6%).

d. Implementasi

Distribusi responden berdasarkan implementasi dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 10
63

Distribusi responden berdasarkan implementasi

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Implementasi Jumlah Persen

1 Baik 17 51,5

2 Tidak Baik 16 48,5

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 10 menunjukan bahwa distribusi implementasi responden

pada kategori baik sebanyak 17 responden (51,5%) dan tidak baik

sebanyak 16 responden (48,5%).

e. Evaluasi

Distribusi responden berdasarkan evaluasi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 11

Distribusi responden berdasarkan evaluasi

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Evaluasi Jumlah Persen

1 Baik 19 57,6

2 Tidak Baik 14 42,4

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018


64

Tabel 11 menunjukan bahwa distribusi evaluasi responden

pada kategori baik sebanyak 19 responden (57,6%) dan tidak baik

sebanyak 14 responden (42,4%).

f. Kepuasan Pasien

Distribusi responden berdasarkan kepuasan pasien dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 12

Distribusi responden berdasarkan kepuasan paisen

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

No Kepuasaan Klien Jumlah Persen

1 Puas 13 39.4

2 Tidak Puas 20 60.6

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 12 menunjukan menunjukan bahwa distribusi kepuasan

pasien pada kategori puas sebanyak 13 responden (39.4%), dan

kategori tidak puas sebanyak 20 responden (60.6%).

3. Analisis Bivariat
65

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen data yang dianalisis adalah

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi dengan

kepuasan pasien.

a. Hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien

Hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 13

Hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

Kepuasan Pasien

Tidak X2
Pengkajian Puas ∑ %
Puas Hit

n % n %

Baik 10 66,7 5 33,3 15 100

Tidak Baik 3 16,7 15 83,3 18 100 8,567

Jumlah 13 39,4 20 60,6 33 100


66

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 33 total responden terdapat

15 responden yang pengkajianya baik, dengan 10 responden (66,7%)

yang puas dan terdapat 5 responden (33,3%) tidak puas. Sedangkan

dari 18 responden yang pengkajiannya tidak baik, terdapat 3

responden (16,7%) yang puas, dan 15 responden (83,3%) yang tidak

puas.

Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

nilai X2hitung > x2tabel (8,567 > 3,841), maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi pada

taraf kepercayaan (α = 0,05).

Sedangkan kekuatan hubungan antara kedua variabel dengan

menggunakan uji koefisien phi = 0,510 yang artinya pengkajian

(Assesment) pelayanan keperawatan mempunyai keeratan hubungan

yang sedang dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi Tahun 2018.

b. Hubungan penentuan diagnosa dengan kepuasan pasien

Hubungan penentuan diagnosa dengan kepuasan pasien dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 14
67

Hubungan penentuan diagnosa dengan kepuasan pasien yang pernah

menggunakan jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

Kepuasan Pasien

Tidak X2
Diagnosa Puas ∑ %
Puas Hit

n % n %

Baik 9 64,3 5 35,7 14 100

Tidak Baik 4 21,1 15 78,9 19 100 6,310

Jumlah 13 39,4 22 60,6 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 33 total responden terdapat

14 responden yang pengkajianya baik, dengan 9 responden (64,3%)

yang puas dan terdapat 5 responden (35,7%) tidak puas. Sedangkan

dari 19 responden yang pengkajiannya tidak baik, terdapat 4

responden (21,1%) yang puas, dan 15 responden (78,9%) yang tidak

puas.

Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

nilai X2hitung > x2tabel (6,310 > 3,841), maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada hubungan penentuan diagnosa pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi pada

taraf kepercayaan (α = 0,05).


68

Sedangkan kekuatan hubungan antara kedua variabel dengan

menggunakan uji koefisien phi = 0,437 artinya penentuan diagnosa

keperawatan mempunyai keeratan hubungan yang sedang dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018.

c. Hubungan perencanaan (Planing) pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien

Hubungan perencanaan (Planing) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 15

Hubungan perencanaan (Planing) pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

Kepuasan Pasien

Tidak X2
Perencanaan Puas ∑ %
Puas Hit

n % n %

Baik 9 64,3 5 35,7 14 100

Tidak Baik 4 21,1 15 78,9 19 100 6,310

Jumlah 13 39,4 20 60,6 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 33 total responden terdapat

14 responden yang pengkajianya baik, dengan 9 responden (64,3%)


69

yang puas dan terdapat 5 responden (35,7%) tidak puas. Sedangkan

dari 19 responden yang pengkajiannya tidak baik, terdapat 4

responden (21,1%) yang puas, dan 15 responden (78,9%) yang tidak

puas.

Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

nilai X2hitung > x2tabel (6,310 > 3,841), maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada hubungan perencanaan (Planing) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi pada

taraf kepercayaan (α = 0,05).

Sedangkan kekuatan hubungan antara kedua variabel dengan

menggunakan uji koefisien phi = 0,437 artinya perencanaan (Planing)

pelayanan keperawatan mempunyai keeratan hubungan yang sedang

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun

2018.

d. Hubungan implementasi pelayanan keperawatan dengan kepuasan

pasien

Hubungan implementasi pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien dapat dilihat pada tabel berikut :


70

Tabel 16

Hubungan implementasi pelayanan keperawatan dengan kepuasan

pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

Kepuasan Pasien

Tidak X2
Implementasi Puas ∑ %
Puas Hit

n % n %

10
Baik 10 58,8 7 41,2 17
0

10
16 5,544
Tidak Baik 3 18,8 13 81,2 0

10
33
Jumlah 13 39,4 20 60,6 0

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 33 total responden terdapat

17 responden yang pengkajianya baik, dengan 10 responden (58,8%)

yang puas dan terdapat 7 responden (41,2%) tidak puas. Sedangkan

dari 16 responden yang pengkajiannya tidak baik, terdapat 3

responden (18,8%) yang puas, dan 13 responden (81,2%) yang tidak

puas.
71

Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

nilai X2hitung > x2tabel (5,544 > 3,841), maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada hubungan implementasi pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi pada taraf

kepercayaan (α = 0,05).

Sedangkan kekuatan hubungan antara kedua variabel dengan

menggunakan uji koefisien phi = 0,410 artinya implementasi

pelayanan keperawatan mempunyai keeratan hubungan yang sedang

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun

2018.

e. Hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan keperawatan dengan

kepuasan klien

Hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan klien dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 17

Hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap

di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2018

Evaluasi Kepuasan Pasien % X2

Puas Tidak ∑ Hit

Puas
72

n % n %

Baik 11 57,9 8 42,1 19 100

Tidak Baik 2 14,3 12 85,7 14 100 6,421

Jumlah 13 39,4 20 60,6 33 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 33 total responden terdapat

19 responden yang pengkajianya baik, dengan 11 responden (57,9%)

yang puas dan terdapat 8 responden (42,1%) tidak puas. Sedangkan

dari 14 responden yang pengkajiannya tidak baik, terdapat 2

responden (14,3%) yang puas, dan 12 responden (85,7%) yang tidak

puas..

Hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

nilai X2hitung > x2tabel (6,421 > 3,841), maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada hubungan evaluasi (Evaluation) pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi pada

taraf kepercayaan (α = 0,05).

Sedangkan kekuatan hubungan antara kedua variabel dengan

menggunakan uji koefisien phi = 0,441 artinya evaluasi (Evaluation)

pelayanan keperawatan mempunyai keeratan hubungan yang sedang

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan

rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun

2018.
73

B. Pembahasan

Setelah dilakukan pengolahan data, dan analisis data, selanjutnya

dilakukan pembahasan hasil masing-masing variabel.

1. Pengkajian

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi responden

berdasarkan pengkajian lebih banyak pada kategori tidak baik sebanyak

18 responden (54,5%) sedangkan yang baik sebanyak 15 responden

(45,5%).

Sedangkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi

Square diperoleh nilai X2hitung > X2tabel (8,567 > 3,841), maka Ho ditolak

dan Ha diterima artinya ada hubungan pengkajian (Assesment) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan

diketahui berbagai permasalahan yang ada.

Pengkajian merupakan dasar utama atau langka awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau

informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan, dan dianalisa

untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan pengkajian

keperawatan adalah mengumpulkan data, mengelompokan data dan

menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan.


74

Masih adanya pasien yang merasa kurang pada proses pengkajian

yang dilakukan oleh perawat, disebabkan ada beberapa perawat yang

jarang mengucapkan salam kepada pasien ketika perawat ingin mengkaji

kondisi pasien untuk pertama kalinya, komunikasi terapeutik tidak

dilakukan perawat pada pasien maupun keluarga pasien saat melakukan

pengkajian. Selain itu perawat juga jarang bahkan tidak pernah

memperkenalkan diri kepada pasien saat melakukan pengkajian dan tidak

menjelaskan tujuan dilakukannya pengkajian.

Profesi keperawatan harus selalau berfokus pada pasien/klien

Perhatian yang diberikan perawat dapat dilakukan dengan

memperlihatkan sikap caring kepada pasien. Perhatian perawat dapat

dimulai dari pertama pelanggan kontak dengan perawat saat masuk

keruang perawatan, bagaimana cara perawat menerima pelanggan dengan

memperkenalkan diri, menggunakan bahasa, gerak tubuh dan ekspresi

yang terkesan memperhatikan pelanggan.

Masih ada perawat di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi yang kurang memperhatikan pasien dengan baik hal ini

dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan perawat tentang asuhan

keperawatan dan kurang perdulinya manajemen terhadap hal tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Amaruzzaman

(2009) bahwa ada hubungan pelayanan pengkajian keperawatan Terhadap

Kepuasan Pasien Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum

Sigli (p value = 0,000)


75

2. Diagnosa

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi responden

berdasarkan penentuan diagnosa lebih banyak pada kategori tidak baik

sebanyak 19 responden (57.6%) dan yang baik sebanyak 14 responden

(42.4%).

Sedangkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi

Square diperoleh nilai X2hitung > X2tabel (6,310 > 3,841), maka Ho ditolak

dan Ha diterima artinya ada hubungan diagnosa keperawatan dengan

kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat inap di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

Diagnosis keperawatan merupakan langkah kedua dalam tahapan

proses keperawatan. Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis

mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari

masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.

Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman dalam

pemberian asuhan keperawatan karena menggambarkan status masalah

kesehatan serta penyebab adanya masalah tersebut, membedakan

diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis serta menyamakan

kesatuan bahasa antara perawat dalam pemberian asuhan keperawatan

secara komprehensif.

Berdasarkan observasi dilokasi penelitian terlihat bahwa perawat

belum optimal dalam memberikan pelayanan kepada pasien seperti

penjelasan perawat mengenai kondisi kesehatan pasien dengan jelas dan


76

lengkap, kurangnya penjelasan perawat kepada pasien tentang hal-hal

yang perlu dihindari pasca tindakan, kurangnya dukungan mental perawat

kepada pasien saat perawat memberitahu kondisi keadaan pasien.

Dengan melihat masalah diatas, ini disebabkan oleh sumber daya

manusia yang masih kurang profesional serta kinerja perawat dari segi

kehandalan dalam mendiagnosa relatif masih kurang. Inti dari terjadinya

masalah ini adalah tidak terlaksananya Standar Operasional Prosedur

(SOP) pelayanan yang sudah ada, dimana sebagian besar perawat di

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi belum menjalankan

standar tersebut sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga

banyak tindakan-tindakan pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan

harapan pasien maupun keluarganya.

Upaya mengatasi masalah ini perlu ada kebijakan oleh

penyelenggara pelayanan dalam hal ini adalah pengelola Puskesmas

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi itu sendiri dengan melakukan

peningkatan sumber daya manusia yang handal dan profesional melalui

pelatihan-pelatihan kepada perawat, sehingga standar pelayanan dapat

berjalan secara profesional.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Sukardjo,

(2011), yang menyatakan bahwa ada mutu pelayanan keperawatan berupa

diagnosa berhubngan dengan kepuasan pasien Rawat Inap Di Rumah

Sakit Islam Sultan Agung Semarang (p value = 0,001).

3. Perencanaan
77

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi responden

berdasarkan perencanaan lebih banyak pada kategori tidak baik sebanyak

19 responden (57.6%) dan yang baik sebanyak 14 responden (42.4%).

Sedangkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi

Square diperoleh nilai X2hitung > X2tabel (6,310 > 3,841), maka Ho diterima

dan Ha ditolak artinya ada hubungan perencanaan (Planing) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

Tahap perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses

keperawatan yang merupakan suatu proses penyusunan berbagai

intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan

atau mengurangi masalah-masalah pasien.

Dari penilaian pasien mengenai perencanaan tindakan

keperawatan mengenai masih adanya perawat yang dalam perencanaan

keperawatan dinilai kurang baik karena dalam melakukan perencanaan,

Perawat tidak pernah melibatkan pasien maupun keluarga pasien. Selain

itu perawat juga tidak pernah meminta pendapat pasien maupun keluarga

pasien untuk setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.

Perencanaan yang dilakukan perawat terhadap pasien mempunyai

hubungan yang siginifikan dengan kepuasan pasien. Yang masih adanya

perawat di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi tidak

melakukan perencanaan dengan baik.


78

Interaksi perawat yang baik sangat dibutuhkan oleh pasien. Pasien

akan merasa nyaman berkomunikasi dengan perawat berkaitan dengan

keluhan penyakit dideritanya. Perawat yang mampu berinteraksi dengan

baik mampu menggunakan proses keperawatan sebagai metode

penyelasaian masalah pasien dalam semua tingkatan umur, dan

mengindentifikasi serta mengatasi respons manusia terhadap masalah

kesehatan maupun kebutuhan pasien.

Komunikasi yang jelas akan meningkatkan hubungan yang

harmonis. Komunikasi perawat dengan pasien harus sesuai dengan

keahlian/disiplin ilmu yang dikuasai perawat dengan baik sehingga tidak

terjadi kerancuan tentang perencanaan yang dilakukan oleh perawat.

4. Implementasi

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi responden

berdasarkan implementasi lebih banyak pada kategori baik sebanyak 17

responden (51,5%) dan tidak baik sebanyak 16 responden (48,5%).

Sedangkan dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji

Chi Square diperoleh nilai X2hitung > X2tabel (5,544 > 3,841), maka Ho

ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan implementasi pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

Tahap pelaksanaan atau implementasi merupakan langkah

keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai


79

strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan

dalam rencana tindakan keperawatan.

Dalam melakukan tindakan perawat selalu memaksakan

kehendaknya kepada pasien, perawat tidak pernah bertanya atau meminta

pendapat kepada pasien untuk setiap tindakan yang dilakukan kepada

pasien, apakah sudah sesuai dengan kondisi dan keinginan pasien. Faktor

ini yang menyebabkan ketidak puasan pasien pada proses implementasi

ini.

Masih adanya sikap perawat seperti di atas dalam melakukan

tindakan keperawatan di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

sangat mengganggu pelayanan terhadap pasien. Hal ini dimungkinkan

karena pihak Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi dalam

melakukan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kemampuan

perawat tidak dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis.

Implementasi merupakan Reliabilitas perawat berupa kehandalan

perawat dalam melayani pasien di rumah sakit, seperti kecepatan dalam

menangani pelanggan. Hal ini penting karena apabila keluhan itu tidak

segera ditanggapi, maka rasa tidak puas terhadap pelayanan keperawatan

akan menjadi permanent/menetap dan tidak dapat diubah lagi.

Penelitian Rahmulyono di Puskesmas Depok Sleman (2008) juga

menunjukkan bahwa kemampu pahaman dalam melakukan tindakan

keperawatan memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

5. Evaluasi
80

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi responden

berdasarkan evaluasi baik sebanyak 19 responden (57,6%) dan kategori

tidak baik sebanyak 14 responden (42,4%).

Sedangkan dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji

Chi Square diperoleh nilai X2hitung > X2tabel (6,421 > 3,841), maka Ho

ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan evaluasi (Evaluation)

pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah

menggunakan jasa pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan

dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak.

Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, kualitas

data, teratasi atau tidaknya masalah klien. Serta pencapaian tujuan, serta

ketepatan intervensi keperawatan. Akhirnya, penggunaan proses

keperawatan secara tepat pada praktek keperawatan akan member

keuntungan pada klien dan perawat.

Penilaian rendahnya upaya evaluasi yang dilakukan oleh perawat

menurut responden berupa jarangnya mengontrol keadaan pasien secara

teratur pagi, sore dan malam, ketika pasien membutuhkan bantuan

perawat tidak berada di tempat, kurangnya kesabaran perawat yang relatif

masih kurang dalam menghadapi kebutuhan juga selalu dikelukan pasien


81

Dengan melihat rendahnnya upaya evaluasi yang dilakukan oleh

perawat di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi maka, perlu

dilakukan upaya peningkatan profesionalisme bagi petugas melalui

pelatihan-pelatihan, sikap yang ramah terhadap pasien, serta menjalin

hubungan komunikasi yang baik dengan pasien maupun keluarganya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bambang Purwoko

(2009) yang menyatakan bahwa kepuasan pasien sangat erat pengaruhnya

dengan proses keperawatan berupa evaluasi perawatan oleh petugas

perawat.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dipembahasan pada Bab sebelumnya, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang sedang antara pengkajian (Assesment) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi


82

2. Ada hubungan yang sedang antara penentuan diagnosa pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

3. Ada hubungan yang sedang antara perencanaan (Planing) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

4. Ada hubungan yang sedang antara implementasi pelayanan keperawatan

dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa pelayanan rawat

inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

5. Ada hubungan yang sedang antara evaluasi (Evaluation) pelayanan

keperawatan dengan kepuasan pasien yang pernah menggunakan jasa

pelayanan rawat inap di Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil uraian dari kesimpulan, maka dapat

disarankan sebagai berikut :

1. Disarankan kepada pihak Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

dan perawat agar memperbaiki manejemen khusunya perhatian awal

kepada pasien pada proses keperawatan.


83

2. Disarankan kepada pihak Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

agar menjalankan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan

sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan.

3. Disarankan kepada perawat Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi agar melaksanakan pelayanan prima untuk mencapai tujuan

yang optimal.

4. Disarankan kepada perawat Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi agar terus meningkatkan sikap profesionalime dalam

melakukan pelayanan di unit keperawatan.

5. Disarankan kepada perawat Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi agar terus meningkatkan pengetahuannya melalui pendidikan

dan pelatihan formal maupun nonformal.

Anda mungkin juga menyukai