Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN ZAKAT UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS

USAHA PRODUKTIF BAGI MASYARAKAT

(STUDI KHASUS BAZNAS JAKARTA BARAT)


SKIRPSI
Skripsi Ini Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Mendaptkan Gelar sarjana Starata
Satu dalam Bidang Ekonomi Syariah dan Bisnis (S.E)

Oleh:
AKHMAD SIDIK JAUHARI
NIM: 18160093

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL-----------------------------------------------------------------i
ABSTRAK ----------------------------------------------------------------------------ii
HALAMAN PERSETUJUAN ----------------------------------------------------iii
HALAMAN PENGESAHAN------------------------------------------------------iv
MOTTO -------------------------------------------------------------------------------v
PERSEMBAHAN--------------------------------------------------------------------vi
RIWAYAT HIDUP------------------------------------------------------------------vii
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------viii
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------ix
DAFTAR TABEL--------------------------------------------------------------------x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah-----------------------------------------------------10
B. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------11
C. Tujuaan Penelitian------------------------------------------------------------12
D. Manfaat Penelitian -----------------------------------------------------------12
E. Sistematiaka penulisan-------------------------------------------------------13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Efektifitas----------------------------------------------------------------------15
B. Pengertian zakat---------------------------------------------------------------16
C. Zakat Produktif----------------------------------------------------------------17
1. Pengertian Zakat Produktif----------------------------------------------18
2. Dasar Hukum Zakat Produktif------------------------------------------19
3. Tujuan Zakat Produktif--------------------------------------------------20
4. Distribusi Zakat Produktif-----------------------------------------------21
5. Sistyem Pengelolaan Zakat Produktif---------------------------------22
D. Usaha Produktif---------------------------------------------------------------23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ----------------------------------------------------25
1. Jenis Penelitian-----------------------------------------------------------26
2. Sifat penelitian------------------------------------------------------------27
B. Sumber Data-------------------------------------------------------------------28
1. Sumber Data Primer-----------------------------------------------------29
2. Sumber Data Sekunder--------------------------------------------------30
C. Teknik Pengumpulan Data--------------------------------------------------31
1. Wawancara----------------------------------------------------------------32
2. Dokumentasi--------------------------------------------------------------33
D. Teknik Penjamin Kebebasan Data------------------------------------------34
E. Teknis Analisis Data---------------------------------------------------------36
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Basnas Jakarta Barat-----------------------------------37
B. Bentuk Zakat Produktif dan Pengelolan di Baznas Kabupaten Jakarta
Barat----------------------------------------------------------------------------38
C. Cara Pendistribusian Zakat Produktif di Baznas Jakarta Barat---------39
D. Analisi Sisitem Pengelolaan Zakat Untuk Meningkatkan Usaha
Produktif Masyarakat (Studi kasus Basnas kab Jakarta Barat)---------40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan--------------------------------------------------------------------41
B. Saran----------------------------------------------------------------------------42
DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------43
LAMPIRAN-LAMPIRA------------------------------------------------------------44
RIWAYAT HIDUP------------------------------------------------------------------45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu ibadah yang di wajibkan oleh Allah

SWT kepada kaum muslimin. Perintah zakat di dalam Al qur’an hampir

sama wajibnya dengan shalat dan puasa. Zakat merupakan salah satu

rukun Islam yang ketiga setelah salah satu dari dua kalimat syahadat dan

mendirikan sholat. Zakat mempunyai kedudukan dan posisi yang penting

karena keberadaanya menyangkup aspek kehidupan masyarakat dan salah

satu upaya memperkuat dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Terutama bagi umat muslim yang keadaanya memperhatinkan. Pentingya

menunaikan zakat, dikarenakan pentingnya perintah untuk melaksanakan

zakat ini mempunyai misi sosial yang sangat jelas bagi kemaslahatan

umat. Tujuan dari zakat yaitu memecahkan problem kemiskinan,

meratakan pendapatan ekonomi umat, meningkatkan kesejahtraan umat

sekaligus negara. Inilah betapa pentingya menunaikan zakat sebagai salah

satu rukun islam yang lima.

Zakat menurut Bahasa adalah mensucikan diri dan tumbuh

berkembang atau memberkahi. Zakat menurut syara’ adalah kewajiban

dengan jumlah tertentu, harta tertentu, untuk diberikan kepada golongan

orang orang tertentu. Dinamakan zakat, karena harta itu akan bertambah
karena memberkahi, disebabkan berkah, karena orang yang menerima

zakat mendoakan kepada orang yang memberi zakat tersebut.

Maksud dari jumlah harta tertentu ialah yang wajib di keluarkan

zakatnya yang sudah di tetapkan dan terdapat dalam Al-quran dan hadist

yaitu hasil dari pertanian, perdagangan, emas, perak dan harta rikaz.

Hanya zakat itulah yang sudah berjalan dan menjadi sumber sejak dari

zaman nabi Muhammad SAW. Namun dengan seiringan berkembangnya

perekonomian, sumber zakat mengalami perkembangan seperti halnya,

zakat mal atau bisa disebut dari kekayaan yang didapat dari gaji/ upah,

pendapatan, honorium atau penghasilan yang di dapat dari kerja yang telah

mencapai nisab yang di sebut dengan dengan zakat profesi.

Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada pekerjaan

professional tertentu, baik digunakan dengan individu, Bersama Lembaga

atau bersama-sama dengan orang lain, yang dapat menghasilkan uang

yang memenuhi nisab. Adapun penghasilan yang paling sering

menghasilkan yaitu seperti seorang dokter, advokat, insyinyur, seniman,

motivator, pengacara, dan lain sebagainya.

Dalam istilah ekonomi, zakat diartikan sebagai transfer kekayaan

dari suatu golongoan orang yang kaya kepada golongan orang yang

miskin. Zakat, infak atau sedekah adalah sesuatu ibadah yang bermanfaat,

menentukan dan penting dari sisi individual maupun dari sisi

pembangungan kesejahtraan ekonomi umat banyak. Salain sebagai ibadah

zakat juga memiliki ikatan yang sangat kuat dari sisi ukuran sosial
masyarakat atau umat, karena secara bentuk, penggunaan seacara

fungsional atau material memiliki peranan aktif dalam memecahkan

permasalahan umat seperti halnya peningkatan kualitas hidup kaum

dhuafa, peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan

ekonomi. Zakat juga Sebagai doktrin ibadah, zakat bersifat wajib bagi

umat muslim yang mampu mengeluarkan zakat. Tindakan ini tentu akan

berdampak perubahan tertentu yang bersifat ekonomis, contohnya saja,

seperti seseorang yang menerima zakat bisa dimanfaatkan sebagai

kebutuhan konsumsi atau produksi, meskipun pada dasarnya zakat

merupakan ibadah kepada Allah, juga mempunya arti ekonomi.

Sehubungn dengan pendapat diatas, bahwa dengan pendekatan

ekonomi, zakat juga bisa berkembang menjadi konsep kemasyarakatan

(muammalah), yaitu konsep tentang bagaimana cara manusia melakuakn

kehidupan bermasyarakat, termasuk didalamya dalam bentuk ekonomi.

Oleh karena itu penyerahan zakat sebaiknya melaui badan amil

zakat agar dimanfaatkan dengan efektif. Pemanfaatan yang efektif adalah

pengguanaan yang tepat dengan tujuaan dan jatuh kepada orang yang

berhak menerima zakat secara tepat. Dalam pendistirubusian zakat ada dua

macam, yaitu zakat konsumtif dan zakat produktif. Zakat konsumtif adalah

tidak hanya di gunakan untuk hal hal yang konsumtif saja, tetapi juga

untuk hal hal yang bersifat produktif, dalam penggunaan zakat konsumtif

apabila sasaran pendayagunaan yaitu fakir miskin yang memerlukan

makanan secara segera atau instan, apabila fakir miskin tersebut menerima
zakat dalam bentuk produktif maka harta atau zakat tersebut akan cepat

habis.

Badan amil zakat nasional (BAZNAS) adalah Lembaga yang

melakukan pengelolan zakat secara nasional. BAZNAS merupakan

Lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung

jawab kepada presiden melalui mentri agama, baznas bertempat di ibu kota

neagara. BAZNAS terdiri diri dari unsur pemerintah dan masyarakat,

tugas dari BAZNAS yaitu mengumpulkan, mendistribusikan, dan

memanfaatkan zakat termasuk infak, sedekah, dan lain lain sesuai dengan

ketentuan agama islam. Sedangkan LAZ (Lembaga Amil Zakat) adalah

Lembaga pengelola zakat, infaq, shadaqah yang berkhidmat untuk

peningkatan kesejahtraan umat dalam bidang Pendidikan, Kesehatan,

dakwah, sosial, dan ekonomi serta dapat pengukuhan dari pemerintah.

keberadan dari BAZNAS dan LAZ merupakan salah satu hal penting yang

terdapat dalam Undang- Undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelola

zakat dan Undang-Undang no. 23 Tahun 2011 yaitu tentang bagaimana

pengelola zakat yang di lakukan oleh badan, Lembaga atau pemerintah

Badan Amil Zakat yang professional tentunya bukan hanya sekedar

kumpulan orang yang memungut zakat saja, melainkan para ahli syariat

yang akan menentukan pembagian zakat secara merata atau skala prioritas,

skala prioritas adalah daftar kebutuhan sesorang mulai dari yang

terpenting hingga yang dapat ditunda dalam pemenuhanya. Pengelolan

zakat pada zaman sekarang harus benar-benar teliti dan diperhatikan,


sehingga zakat bisa tersalurkan secara cepat. Pengelola zakat ada berbagai

macam caranya yang terpenting targetnya zakat tercapai. Hal inilah yang

mendorong dari BAZNAZ dan LAZ untuk mengurus zakat sebaik

baiknya.

Salah satu dari Badan Amil Zakat yang resmi yang di Kelola oleh

pemerintah yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten

Jakarta Barat. BAZNAS kabupaten Jakarta Barat pada tanggal 28 Febuari

2019 di keluarkanya peraturan gubernur nomor 03 tahun 2019 tentang

penyelesaian tugas dan fungsi dari badan amil zakat, infaq dan sedekah,

menandakan perhatian yang serius dari pemerintah dalam

mendayagunakan potensi yang ada di daerah tersebut yaitu kabupaten

Jakarta barat. BAZNAS kabupaten Jakarta Barat berwenang mengelola

dana zakat, infaq, shadaqah, waris, wasiat, hibah, dan kafarat dari

masyarakat, perorangan pada dinas instansi atau Lembaga,

BUMN/BUMD, perusahan tingkat Kabupaten Jakarta Barat.

BAZNAS Kabupaten Jakarta Barat dengan visinya yaitu “menjadi

simpul kolaborasi kebaikan dalam memajukan dan membahagiakan warga

Jakarta,” melalui disivisi pendayagunaan telah mencoba mendyagunakan

dana zakat sebagai pemberian modal usaha yang tujuanya adalah supaya

zakat tersebut dapat berkembang sehingga zakat terrcapai.

Dalam menyelenggarakan tugasnya baznas menjalankan beberapa

hal yaitu
1. Perencanaan pengumpulan dana zakat, pendistribusian, dan

pemanfaatan zakat dengan cara menyalurkan zakat kepada mustahik

yang berhak menerimanya, dengan mengelola zakat dengan

professional dan terwujudnya ksejahtraan sosial.

2. Pelaksanaan pengumpulan dana zakat, pendistribusian, dan

pemanfaatan zakat dengan cara membangun masyarakat dengan cara

memberi motivasi, mengumpulkan zakat serta memberikan kesadaran

kepada para mustahik untuk mengeluarkan zakatnya, zakat yang sudah

terkumpul harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan

menjunjung tinggi keterbukaan Baznas pada masyarakat.

3. Pengeorganisasian pengempulan dana zakat, pendistribusian, dan

pemanfaatan dana zakat. Dibutukan leader atau pemimpin yang

memiliki reputasi yang baik, SDM professional, system jangka

Panjang, system yang kokoh , job desk yang jelas untuk semua amil.

4. Pelaporan pengumpulan dana zakat, pendistribusian, pemanfaatan dana

zakat. Pengawasan dilakukan pada awal dan pada saat berlangsungnya

pemnfaatan zakat. Keterbukaan pengumpulan, kejelasan pelaporan dan

ketetapan penyaluran zakat. Seacara structural, tim pengawas disebut

internal audit atau fungsi penilaian independent, yang hadir setiap hari,

sedangkan DPS atau perwakilan dari dewan Syariah nasional tidak

harus setiap hari.

Di Jakarta Barat pemanfaatan zakat yang dikelola oleh BAZNAS

masih belum berjalan secara optimal, hal tersebut disebabkan beberapa hal
yang menjadi persoalan dalam pengumpulan zakat. Pengelolan zakat

masih terbatas, maksudnya terbatas adalah zakat umumnya diberkan

langsung kepada mustahiq. Biasanya amil zakat bukanlah pekerjaan yang

permanen, namun amil zakat hanya ditunjukan Ketika ada aktivitas, seperti

zakat fitrah. Kemudian zakat yang diberikan bersifat konsumtif dan harta

zakat terbatas, yang secara terdapat di dalam AL-qur’an dan Hadist.

Sedangkan pungutan zakat harta biasanya dilakukan oleh pengurus masjid.

Dengan system pengelolan zakat yang masih terbatas dan tradisional itu

sulit untuk mengetahui seberapa besar jumlah zakat yang sudah terkumpul.

Untuk kabupaten Jakarta Barat saja potensi zakat yang ada

cakupnya sangat besar, contohnya saja pada tahun 2011 Baznas Jakarta

Barat mengelola zakat, infaq, shadaqah sebesar 2,32 Milyar, dan untuk

zakat sendiri Rp. 550.000,00 dan dana ini terus meningkat dari tahun

ketahunya. Kemudian pada tahun 2018 pengelolaan zakat menjadi

menurun. Dikarenakan pengelolaan zakat belum optimal. Dari data yang

diperoleh bahwa penerima terbesar yaitu mayoritas dari kalangan guru,

pegawai negri sipil (PNS) dan para mustahiq yang aktif membayarkan

zakatnya. Sedangkan dari kalangan pejabat pemerintah kota, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan para pengusaha lainya belum

mengeluarkan zakatnya.

Melihat catatan yang tertera di atas belum berjalan secara optimal,

karena bantuan dana zakat produktif dari tahun 2011-2018 tersebut hanya

berbentuk zakat uang. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Jakarta


Barat adalah Lembaga yang berperan dalam pengembangan dan

pemanfaatan harta zakat untuk mensejahtrakan masyarakat Jakarta Barat

yang menjadi program dari pemerintah Jakarta Barat. Berbicara tentang

pengembangan pengelola zakat dan pemanfaatan zakat ini, mampu

membantu masyarakat Jakarta Barat agar masyarakat bisa menanfaatkan

zakat tersebut dengan sebaik baiknya, sehingga dapat memberikan

tambahan penghasilan guna menopang kehidupan disektor ekonomi

meraka dalam jangka waktu panjang.

syarat utama untuk menununjang kesuksesan zakat dalam

merealisasikan maksud dan tujuaan, serta pangaruhya yaitu menetapkan

konsep perluasan wajib zakat di kabupaten Jakarta Barat, yang tercakup

dalam konsep ini adalah bahwa semua harta yang berkembang mempunyai

tanggungan wajib zakat dan berpotensi sebagai inventasi bagi penanganan

angka kemiskinan.

Pendayagunaan zakat dapat digolongkan empat kategori yaitu :

1. Zakat produktif kreatif, dalam bentuk ini dimasukan semua

pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam berbentuk

modal, yang modal tersebut dipergunakan baik untuk

membangangun sebuah proyek sosial, maupun untuk

menambah modal sesorang pedagang atau pengusaha kecil.


2. Zakat produktif tradisonal, yaitu zakat yang berbentuk barang

produktif, misalnya kambing, sapi, mesinjahit, alat-alat

pertukangan, pertanian dan lain sebagainya.

3. Zakat konsumtif kreatif yaitu zakat yang diwujudkan dalam

bentuk lainnya sepertti misalnya di berikan dalam bentuk

beasiswa, dan lain sebagainya

4. Zakat konsumtif tradisonal, yaitu zakat yang diberikan kepada

sesorang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan oleh

orang bersangkutan, misalnya seperti zakat fitrah, zakat yang

diberikan kepada fakir miskin, kepada korban bencana alam

dan lain sebagainya

Pemanfaatan yang terdapat didalam kategori pertama dan ketiga itu

sangat penting dikembangkan dikarenakan pendayagunaanya mendekati

hakikat zakat yang baik , dikarenaka terkandung dalam fungsi dari ibadah

maupun dalam kedudukanya sebagai dana untuk masyarakat.

Dengan adanya zakat tersebut yang dalam bentuk pemanfaatan

zakat sebagai usaha produksi dapat memungkinkan terciptanya Aktulisasi

atau keinginan zakat dalam menciptakan masyarakat adil dan Makmur,

dalam pandang sudut ekonomi. Suatu pencapaian yang baik, apabila kita

mampu menjadikan zakat menjalankan peran yang sesungguhnya secara

optimal. Sehingga bisa mempersembahkan hasil yang memuaskan dan

positif bagi kaum muslimin dan agama islam di era sekarang ini. Namun

hal itu harus berjalan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh pakar yang
benar-benar paham dan mempunyai kemampuan untuk menjalankan zakat

secara optimal.

Maka konsep inilah yang kita usung sebagai zakat produktif, zakat

yang memungkinkan efektinya tujuan zakat. Dengan demikian zakat

bukanlah sebagai tujuan saja , tetapi sebagai alat mencapai tujuan, di

maksud sebagai alat yaitu mewujudkan keadilan sosial dalam

menghilangkan kemiskinan.

Untuk lebih terciptaya masyarakat yang sejahtera aka dibentuklah

program dana zakat bergulir, bertujuaan untuk membantu masyarakat

untuk meningkatkan ekonomi, terutama untuk golongan fakir miskin.

Pemberian zakat produktif ini sudah diresmikan sejak Badan Amil Zakat

nasional di dirikan. Tujuaanya untuk memberikan bantuan modal usaha,

misalnya ternak kambing, ternak sapi, bertani bagi kaum dhuafa untuk

membentuk kelompok petani dan peternak agar mampu berusaha dengan

baik.

Dana yang dapat dari dana bergulir merupakan terhimpun dalam

bentuk dana zakat, infaq, wakaf dan shadaqah dari para muzzaki , yang

mana dari dana terkumpul inilah akan disalurkan kepada meraka yang

layak dibantu.

Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa optimalisasi pengelolan

zakat di sebabkan oleh factor manajerialnya , mulai dari perancangan

sampai pengawasan pengelola zakat tersebut, sehingga peniliti tertarik


untuk di teliti dan dikaji. Sebagai usaha untuk mengetahui lebih mendalam

terhadap praktik pengelolaan pendistribusian zakat di BAZNAS kabupaten

Jakarta Barat maka dari itu peneliti bermaksud mengangkat judul

penelitisan mengenai “Pengeloaan Zakat untuk Meningkatkan Efektifitas

Usaha Produktif Untuk Masyrakat” studi kasus Baznas kabupaten Jakarta

Barat.

Anda mungkin juga menyukai