Anda di halaman 1dari 19

1.

F3 : Upaya KIA serta KB


Judul Laporan : Antenatal Care (ANC) pada Kehamilan Energi Kronis (KEK)
Tanggal : 30-11-2020
Peserta : Ibu Hamil dengan KEK

Latar Belakang :
Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) Kehamilan sebagai keadaan fisiologis
dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan
harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat
dikenal lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah pada
trimester terakhir dapat merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema ditubuh bagian atas
seperti muka dan lengan terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre
eklamsi.
Menurut data kesehatan Indonesia angka kematian ibu (AKI) dinilai masih cukup tinggi,
sekitar 228/100.000 pada tahun 2007, demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya
angka kematian bayi baru lahir (neonatal). Menurut data, penyebab kematian ibu dikarenakan
adanya komplikasi dan 28% diantaranya terjadi perdarahan dan infeksi dimasa kehamilan dan
persalinan. Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan
Anemia Gizi Besi (AGB). Salah satu golongan rawan gizi yang menjadi sasaran program
adalah remaja, karena biasanya pada remaja sering terjadi masalah anemia, defisiensi besi
dan kelebihan atau kekurangan berat badan. Tahun 2004 37% balita (bawah lima tahun/bayi)
kekurangan berat badan (28% kekurangan berat badan sedang dan 9% kekurangan berat
badan akut (a llitle beat confused about it) (sumber Susenas 2004). Pemerintah mempunyai
program makanan tambahan sehingga perempuan dan anak-anak yang terdeteksi memiliki
berat badan kurang akan diberi makanan tambahan dan saran ketika mereka dating ke
puskesmas untuk memantau pertumbuhan.
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang
kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perumbuhan tubuh baik
fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh
sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama
maka akan terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut sangat memprihatinkan,
mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam). Di Indonesia
batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan
resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu
hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya
dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka
tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR. Ibu hamil
dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.
Permasalahan
Sebagian besar ibu hamil tidak sadar bahwa dirinya sedang mengalami kondisi KEK.
Keadaan tersebut sering ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan kehamilan di
puskesmas atau praktik dokter. Kejadian KEK pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat berdampak pada kualitas gizi ibu & janin, angka prematuritas, BBLR hingga
angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian KEKa pada kehamilan, seorang ibu harus
mengetahui tanda & gejala KEK pada ibu hamil.

Perencanaan dan Intervensi


Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan langsung terhadap pasien
mengenai kehamilannya yang sekarang yang masuk dalam kategori kehamilan risiko tinggi.
Intervensi dilakukan dengan cara melakukan wawancara serta pemeriksaan secara langsung
kepada ibu hamil dan edukasi selama ANC. Selain itu, direncanakan untuk berdiskusi dengan
bidan menekankan perlunya perencanaan persalinan yang terbaik bagi pasien. Edukasi yang
disampaikan berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Apa itu KEK
2. Penyebab KEK dalam kehamilan
3. Bahaya KEK dalam kehamilan bagi ibu dan janin
4. Cara mengatasi KEK dalam kehamilan
5. Cara mencegah KEK dalam kehamilan
Metode yang digunakan dengan penyuluhan yang dilaksanakan secara langsung di ruang
pelatihan Puskesmas Pasundan,

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship bersama dengan bidan Puskesmas Pasundan
pada tanggal 1 Desember 2021 di ruang pelatihan Puskesmas Pasundan yang dihadiri
langsung oleh setiap pasien KEK setelah dilakukan pemeriksaan ANC.

Monitoring
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan melalui informasi perkembangan ANC oleh bidan
setiap bulannya dan suami pasien yang kontrol rutin ke Puskesmas Kampung Bugis
Monitoring dan evaluasi meliputi:
1. Apakah pasien melaksanakan ANC rutin setiap bulan
2. Kondisi ibu dan tanda-tanda kegawatan
3. Kondisi janin meliputi DJJ dan taksiran berat janin
4. Perencanaan persalinan yang dilakukan pasien dan keluarga pasien
- Apakah sudah menyiapkan berkas jamkesmas
- Apakah sudah memutuskan untuk bersalin dimana
5. Perubahan pola hidup dan pola makan pasien
Jika terdapat permasalahan dapat dipecahkan bersama bidan Puskesmas Kampung Bugis
dan dilakukan kunjungan rumah atau home visit bila diperlukan. Jika masalah masih belum
bisa dipecahkan, bisa didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari staf Puskesmas
Kampung Bugis yang lain. Sampai laporan ini dibuat, masih perlu didiskusikan kembali
perencanaan persalinan yang terbaik bersama bidan dan keluarga pasien.

Evaluasi
Banyaknya pasien yang mengantri & menunggu di ruang tunggu membuat waktu
penyuluhan terhadap tiap pasien yang KEK tidak bisa terlalu lama sehingga diharapkan
media-media penyuluhan yang ada mudah di akses melalui media sosial Puskesmas
Kampung Bugis serta dapat disebarluaskan agar masyarakat luas bisa mendapatkan informasi
mengenai KEK Pada Ibu Hamil secara optimal.

2. F3 : Upaya KIA serta KB


Judul Laporan : Mengenalkan Berbagai Metode Kontrasepsi sebagai Salah Satu
Upaya Merencanakan Kehamilan
Tanggal : 1 Desember 2020
Peserta : Pasien Catin (calon pengantin) serta pasien akseptor KB

Latar Belakang :
Survei Penduduk 2010 menyebutkan populasi penduduk Kabupaten Sleman mencapai
1,1 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,97 %. LPP Sleman tersebut
lebih tinggi dari LPP DIY (1,93 %) dan laju LPP nasional (1,49 %), serta jauh di atas target
nasional yaitu 1,1 %. Jurnal Kependudukan menyebutkan bahwa pada tahun 2015 akan
terjadi lonjakan penduduk. Penduduk Sleman akan meningkat lebih pesat dibanding
pertambahan penduduk pada tahun-tahun berikutnya.

Selain permasalahan laju pertumbuhan penduduk tersebut, terdapat permasalahan


khusus di dalamnya berupa perkembangan kelompok umur 20-24 tahun yang sangat tinggi.
Dalam lima tahun ke depan kelompok usia ini sudah menjadi pasangan usia subur dan
mempunyai anak sehingga diperkirakan akan ada banyak kelahiran yang berkontribusi pada
pertambahan jumlah penduduk yang luar biasa banyaknya disumbang dari kelompok umur
ini. Jika selama kurun waktu masa reproduksi sehat pasangan usia subur dari kelompok umur
20-24 ini tidak melakukan program Keluarga Berencana (KB), tentu akan terjadi
pertambahan penduduk yang pesat tidak hanya sekedar lonjakan penduduk tetapi akan terjadi
ledakan penduduk.
Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak yakni
dua untuk setiap keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita
dan menyelamatkan kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
wanita untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindari
kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara
menurunkan kesuburan.
Menurut WHO (World Health Organisation), KB adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. Menurut data
WHO setiap tahun lebih dari 600.000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan saat
melahirkan, 99% kematian terjadi di negara berkembang. Pencegahan dan penurunan angka
kematian ibu merupakan salah satu alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana.
Program keluarga berencana dapat menurunkan angka kematian ibu dalam beberapa cara.
Keluarga berencana dapat menyebabkan penurunan jumlah kelahiran karena setiap kehamilan
yang berkaitan dengan beberapa resiko dapat dihindari. Keluarga berencana juga dapat
mengurangi kehamilan yang tidak tepat waktunya misalnya kehamilan pada wanita yang
sangat muda dan pada wanita yang sudah tua. KB membantu menurunkan jumlah kehamilan
yang tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan selalu menjadi ancaman bagi
kesehatan wanita (World Health Organization, 2007).

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu masih tinggi yaitu 359 per
100.000 kelahiran hidup. Seringnya ditemukan 4 T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat
jarak antar kelahiran, dan terlalu banyak anak yang dilahirkan) merupakan salah satu faktor
yang berperan terhadap angka kematian ibu.

Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya penting untuk
mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu. Data menunjukkan bahwa cakupan
kesertaan KB aktif atau Contraceptive Prevalence Rate hanya meningkat 0,5% dari 57,4%
(SDKI 2012) menjadi 57,9%, angka kehamilan pada remaja atau Age Specific Fertility Rate
15-19 tahun masih tinggi, yaitu 48/1000 perempuan usia 15-19 tahun. Belum optimalnya
indikator-indikator yang tercapai tersebut berkontribusi pada stagnannya Total Fertility Rate
dan berdampak pada tingginya angka kematian ibu di Indonesia.

Untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana tersebut pemerintah membentuk


suatu badan yang khusus menangani hal tersebut yaitu Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Melalui badan inilah program-program keluarga berencana
dilaksanakan di tiap daerah-daerah di Indonesia baik di pedesaan maupun di kota-kota di
seluruh Indonesia yang kegiatannya dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan yang
bekerjasama dengan masyarakat (Hartanto, 2004).

Sebagai petugas kesehatan, dalam memberikan pelayanan keluarga berencana kepada


masyarakat tentu harus memperkenalkan atau mempromosikan beberapa metode kontrasepsi.
Komponen dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE (Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan kontrasepsi (PK), pelayanan infertilitas,
pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik,
tes keganasan, adopsi (Hanafi Hartanto, 2004). Secara pendekatan sosioekonomi
pengontrolan kelahiran penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan memberi efek yang
positif terhadap kebahagian keluarga juga lingkungan sekitar (Cunningham, 2005).

Pada dasarnya pelayanan kontrasepsi dapat dibagi sesuai dengan sasaran yang akan
dicapainya. Peserta wanita berumur di bawah 20 tahun dengan alasan menunda kehamilan
diutamakan pemakaian kontrasepsi pil oral, sedangkan penggunaan kondom tidak
disarankan karena biasanya pasangan muda masih tinggi frekuesi bersenggamanya
sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam mencegah kehamilan. Dapat juga
digunakan IUD-Mini (Intra Uterine Device Mini) terutama pada calon peserta yang
kontraindikasi terhadap pil oral. Pada peserta umur 20-30 tahun dengan alasan
menjarangkan kehamilan maka segera setelah anak pertama lahir dianjurkan untuk
memakai IUD (Intra Uterine Device) sebagai pilihan utama dan kegagalan kontrasepsi di
sini bukanlah suatu kesalahan program. Pada peserta di atas 30 tahun dengan alasan tidak
mau hamil maka pilihan utama adalah kontrasepsi mantap, pil oral kurang dianjurkan karena
usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi (Hanafi Hartanto, 2004).
Permasalahan
Permasalahan yang muncul adalah sebagian besar masyarakat hanya mengetahui metode
kontrasepsi berupa pil dan suntik. Masyarakat belum banyak mengetahui informasi metode
kontrasepsi lain.

Perencanaan dan Intervensi


Metode intervensi yang digunakan adalah dengan melakukan penyuluhan dan diskusi
secara langsung kepada pasien yang akan menikah maupun telah menikah dan berencana
untuk KB yang datang ke poli KIA Puskesmas Kampung Bugis. Materi penyuluhan berfokus
untuk menjelaskan tujuan dan fungsi KB serta memberikan contoh pilihan metode
kontrasepsi yang dapat digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet. Selama kegiatan
penyuluhan juga digunakan untuk mendata peserta yang pernah menggunakan KB namun
selanjutnya tidak melanjutkan penggunaan (drop-out) dan menanyakan sebab
ketidakberlanjutan program. Peserta yang berminat menggunakan KB atau ingin melakukan
pemeriksaan lebih lanjut diarahkan untuk datang ke puskesmas.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship bersama dengan bidan Puskesmas
Pasundan pada tanggal 8 Desember 2021 di ruang poli KIA Puskesmas Pasundan yang
dihadiri langsung oleh pasien.

Monitoring
Monitoring dengan metode penjelasan & tanya jawab melalui pamflet di ruang poli KIA
Puskesmas Pasundan dapat terlaksana sesuai dengan rencana dan target pelaksanaan.
Antusiasme pasien saat membaca panmlet serta sesi tanya jawab sudah cukup
menjelaskan bagaimana penyuluhan telah efektif dalam menambah wawasan pasien
mengenai berbagai pilihan metode konttrasepsi yang pas & cocok bagi masing-masing
individu.

Evaluasi
Banyaknya pasien yang mengantri & menunggu di ruang tunggu membuat waktu
penyuluhan terhadap tiap pasien yang ingin KB tidak bisa terlalu lama sehingga diharapkan
media-media penyuluhan yang ada mudah di akses melalui media sosial Puskesmas Pasundan
serta dapat disebarluaskan agar masyarakat luas bisa mendapatkan informasi mengenai
berbagai pilihan metode kontrasepsi secara optimal.

3. F3 : Upaya KIA serta KB


Judul Laporan : Pemberian dan Penyuluhan Imunisasi Balita
Tanggal : 22 november 2020
Peserta : Masyarakat

Latar Belakang :
Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak didalam
kandungan ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak mencukupi untuk melindungi anak
dari berbagai penyakit infeksi dan menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat
kekebalan buatan agar anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi
adalah suatu upaya pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu sehingga walaupun
nantinya orang tersebut mendapat infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacat.
Anak yang diimunisasi akan terhindar dari ancaman penyakit yang ganas dan menular
tanpa bantuan pengobatan (Markum, 1997).
Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai Indonesia
Sehat 2010. Oleh karena itu, sekurang-kurangnya 70% dari penduduk suatu daerah harus
mendapat imunisasi dasar yang meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT.
Namun di Indonesia masih banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat
dicegah dengan imunisasi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi untuk
meningkatkan pemahaman keluarga tentang pentingnya imuisasi dasar pada balita agar
keluarga mau mengimunisasikan anaknya.

Permasalahan
WHO (1991) melaporkan bahwa diperkirakan 1.7 juta bayi dan anak-anak
meninggal karena penyakit infeksi seperti, campak, difteri, pertusis, tetanus, dan TBC.
Disamping itu Indonesia di kelompokkan sebagai daerah endemik sedang sampai tinggi
Hepatitis B di dunia. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat
Indonesia tentang imunisasi dan pentingnya imunisasi bagi bayi.
Warga masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas Kampung Bugis
khususnya para ibu-ibu yang masih mempunyai balita ternyata masih banyak diantara
mereka yang kurang memahami arti pentingnya imunisasi bagi anak mereka. Selain
ketidaktahuan keluarga tentang pentingnya imunisasi untuk melindungi anak-anaknya
dari penyakit infeksi dan menular, banyak juga diantara mereka yang lebih
mementingkan pekerjaan misalnya bekerja di pasar daripada mengantarkan anak-anak
mereka ke posyandu atau tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi. Hal
ini dimungkinkan juga karena tingkat pendidikan & wawasan masyarakat yang masih
tergolong rendah.

Perencanaan dan Intervensi


Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya kesehatan anak dalam hal ini
pemberian imunisasi adalah dengan mengadakan pemberian imunisasi dasar lengkap di
posyandu-posyandu dan sekolah-sekolah. Puskesmas Pasundan mempunyai beberapa
posyandu yang sudah berjalan dengan baik selama ini, hampir semua ibu yang mepunyai
balita membawa anak mereka ke posyandu untuk imunisasi dll, meskipun masih ada juga
beberapa diantaranya yang tidak dengan alasan keterbatasan waktu dan kurangnya sarana
transportasi. Banyak juga diantara mereka yang ke posyandu untuk imunisasi namun
tidak sesuai jadwal. Sehingga perlu dilakukan suatu intervensi terhadap para ibu
mengenai hal tersebut. Dipilih metode penyuluhan yang dilakukan secara bersamaan
dengan posyandu untuk memanfaatkan waktu yang tersedia agar lebih efektif. Intervensi
menggunakan alat bantu berupa powerpoint dan leaflet bergambar, serta diskusi terbuka,
agar para peserta dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan.
Target penyuluhan adalah para ibu yang memiliki balita di wilayah kerja
Puskesmas Pasundan.

Pelaksanaan
Penyuluhan dan pemberian imunisasi balita dilakukan di ruang tunggu serta di ruang
imunisasi Puskesmas Pasundan. Hampir seluruh kegiatan dimulai sekitar pukul 08.00
WIB dan berakhir pada pukul 11.00 WIB. Kegiatan diawali dengan melakukan
penyuluhan. Kegiatan penyuluhan imunisasi balita mengiringi rangkaian penyuluhan
terkait lainnya, yaitu tentang ASI eksklusif dan gizi balita/makanan pendamping ASI.
Penjelasan mengenai imunisasi balita yang diinformasikan antara lain meliputi:

1. Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.


2. Menjelaskan tujuan imunisasi.
3. Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.
4. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi.
5. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.
6. Menjelaskan cara pemberian imunisasi.
7. Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Menjelaskan tempat pelayanan imunisasi.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian penimbangan berat badan dan tinggi
badan terhadap balita, kemudian mencatatnya ke dalam KMS. Setelah itu dilakukan
pemberian imunisasi pada para balita yang datang, imunisasi yang diberikan adalah
imunisasi yang sesuai jadwal dari masing-masing balita.

Monitoring
Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi balita di Puskesmas Pasundan
berjalan dengan lancar dan baik. Semua balita yang datang untuk imunisasi diberikan
imunisasi kecuali bagi balita yang tidak sesuai jadwal (usianya belum sesuai dengan
jadwal pemberian).
Sementara itu, untuk kegiatan penyuluhan, mayoritas para ibu mengikuti
penyuluhan sampai selesai. Penyuluhan dilakukan dengan metode diskusi agar lebih
akrab dan memudahkan peserta yang hadir untuk memahami materi. Respons peserta
cukup baik yang ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan, dan
mengajukan pertanyaan. Selain itu, saat penyuluhan, sangat terbantu karena tersedia
soundsystem yang memudahkan pembicara menyampaikan materi secara efektif.
Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya ketersediaan tempat yang
terbatas karena bergabung dengan pasien-pasien yang berobat ke poli lainnya selain poli
imunisasi. Selain itu, terdapat pula beberapa ibu-ibu yang perhatiannya terhadap
penyuluhan menjadi terganggu karena anak balitanya menangis atau terlalu aktif.
Untuk perkembangan ke depan diharapkan para balita di wilayah Puskesmas
Kampung Bugis menjalani imunisasi lengkap sesuai jadwal, sehingga terbebas dari
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan dibutuhkan peran serta aktif
dari para kader supaya kegiatan posyandu berjalan lancar.

Evaluasi
Beberapa peserta & pegawai tidak fokus saat penyuluhan karena penyuluhan
dilakukan sembari dilakukan pemanggilan resep pasien dari bagian apotek, namun
kondisi ini tertangani karena video yang diputar berulang sehingga seluruh pegawai dan
peserta dapat menyaksikan video edukasi tersebut.

4. F3 : Upaya KIA serta KB


Judul Laporan : Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu hamil Mengenai Pentingnya
Konsumsi Tablet Fe Selama Kehamilan di Puskesmas Pasundan
Tanggal : 02 Desember 2020
Peserta : Masyarakat

Latar Belakang :
Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu hamil disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
nifas, dan bukan karena sebab lain misalnya kecelakaan, terjatuh, dll untuk setiap 100.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Menurut SDKI (2012), Indonesia didalam jumlah
Kematian Ibu, 359 per 100.000 kelahiran hidup, hal disebabkan oleh Penyebab langsung
antara lain komplikasi perdarahan yang bisa terjadi selama masa kehamilan, eklamsia,
infeksi, nifas, partus macet, emboli, dll, sedangkan untuk penyebab tidak langsung antara lain
yaitu gangguan pada masa kehamilan contohnya seperti kekurangan energi protein,
kekurangan energi kronis, dan anemia (Depkes RI, 2013). Di dunia 34 % ibu hamil dengan
anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang. Menurut WHO pada tahun 2005,
terdapat anemia dalam kehamilan sebanyak 55% di seluruh dunia. Berdasarkan Riskesdas
2013, terdapat37,1% ibu hamil anemia,yaitu ibuhamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0
gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan
perdesaan (37,8%). Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil dengan anemia. Ibu hamil dengan anemia
sebagian besar sekitar 62,3% berupa anemia defisiensi besi (ADB) (WHO,2005).
Menurut Riskesdas 2013 sekitar 89,1% ibu mengkonsumsi zat besiselama kehamilan
namun hanya33,3% yang mendapatkan tablet besi hingga lebih dari 90 tablet. Pemberian
tablet besi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil,
mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan, dapat meningkatkan asupan nutrisi
bagi janin dan dapat menurunkan angka kematian ibu karena anemia ataupun perdarahan
(Kemenkes,2013).
Dengan demikian, upaya intervensi menjadi sangat penting karena akan memberikan
wawasan keilmuan yang lebih luas. Selain itu, harapan kedepan agar cakupan pemeriksaan
Hb pada ibu hamil dan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya konsumsi tablet Fe dapat
mengalami peningkatan.

Permasalahan
1. Tidak semua ibu hamil di Samarinda memeriksakan kehamilan di puskesmas
sehingga sulit untuk mengontrol tablet FE
2. Sebagian ibu hamil masih belum sadar tentang pentingnya mengkonsumsi tablet FE
selama kehamilan
3. Banyak keluhan dari efek samping tablet FE seperti mual sehingga banyak ibu hamil
yang enggan meminum.
4. Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya anemia pada ibu hamil dan skrining awal
anemia pada kehamilan.
5. Sebagian besar ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil tidak didampingi oleh
suami ataupun keluarga, sehingga keluarga juga masih banyak yang belum paham
tentang pentingnya tablet FE

Perencanaan dan Intervensi


Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan langsung terhadap pasien
mengenai kehamilannya yang sekarang yang masuk dalam kategori kehamilan risiko tinggi.
Intervensi dilakukan dengan cara melakukan wawancara serta pemeriksaan secara langsung
kepada ibu hamil dan edukasi selama ANC. Selain itu, direncanakan untuk berdiskusi dengan
bidan menekankan perlunya perencanaan persalinan yang terbaik bagi pasien. Edukasi yang
disampaikan berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

6. Apa itu anemia


7. Penyebab anemia dalam kehamilan
8. Bahaya anemia dalam kehamilan bagi ibu dan janin
9. Cara mengatasi anemia dalam kehamilan
10. Cara mencegah anemia dalam kehamilan

Metode yang digunakan dengan penyuluhan yang dilaksanakan secara langsung di ruang
pelatihan Puskesmas Pasundan.
Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship bersama dengan tim promkes Puskesmas
Pasundan pada tanggal 19 Januari 2022 di ruang tunggu Puskesmas Pasundan yang dihadiri
oleh pasien KIA yang mengalami anemia pada kehamilan.

Monitoring

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan melalui informasi perkembangan ANC oleh bidan
setiap bulannya dan suami pasien yang kontrol rutin ke Puskesmas Kampung Bugis
Monitoring dan evaluasi meliputi:

1. Apakah pasien melaksanakan ANC rutin setiap bulan

2. Kondisi ibu dan tanda-tanda kegawatan

3. Kondisi janin meliputi DJJ dan taksiran berat janin

4. Perencanaan persalinan yang dilakukan pasien dan keluarga pasien

- Apakah sudah menyiapkan berkas jamkesmas

- Apakah sudah memutuskan untuk bersalin dimana

5. Perubahan pola hidup dan pola makan pasien

Jika terdapat permasalahan dapat dipecahkan bersama bidan Puskesmas Kampung Bugis
dan dilakukan kunjungan rumah atau home visit bila diperlukan. Jika masalah masih belum
bisa dipecahkan, bisa didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari staf Puskesmas
Kampung Bugis yang lain. Sampai laporan ini dibuat, masih perlu didiskusikan kembali
perencanaan persalinan yang terbaik bersama bidan dan keluarga pasien.

Evaluasi

Banyaknya pasien yang mengantri & menunggu di ruang tunggu membuat waktu
penyuluhan terhadap tiap ibu hamil yang anemia tidak bisa terlalu lama sehingga diharapkan
media-media penyuluhan yang ada mudah di akses melalui media sosial Puskesmas
Kampung Bugis serta dapat disebarluaskan agar masyarakat luas bisa mendapatkan informasi
mengenai anemia Pada Ibu Hamil secara optimal.

5. F3 : Upaya KIA serta KB


Judul Laporan : Penyuluhan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
Tanggal : 15 Desember 2020
Peserta : Masyarakat

Latar Belakang :
Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan
stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
angka kesertaan ber-KB (Contraceptive Prevalence Rate=CPR) dan unmet need. Kedua
indikator merupakan indikator tambahan pada tujuan kelima Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu peningkatan kesejahteraan ibu dimana indikator utamanya adalah
persalinan oleh tenaga kesehatan yang dihubungkan dengan Angka Kematian Ibu (AKI).
Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, maka akan semakin rendah angka
kematian ibu. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan KB tidak semata-mata untuk
pengendalian penduduk namun akan berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan
bayi.
Kesehatan reproduksi dalam Program Kependudukan Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) adalah kegiatan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi
yang didalamnya menyangkut peningkatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak. Kondisi
saat ini tentang kesehatan reproduksi sangat mengkhawatirkan seperti Kelangsungan Hidup
Ibu, Bayi dan Anak di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terlihat dari masih tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi. Rasio kematian ibu di Indonesia
diperkirakan sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008-2012.
Dibandingkan dengan target, rasio kematian ibu yang merupakan salah satu indikator
Millenium Development Goals (MDG’s) yang harus dicapai tahun 2015 yaitu 102 per
100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum memenuhi target atau perlu
diturunkan lagi.
Salah satu program Keluarga Berencana untuk menurunkan AKI yaitu dengan KB Pasca
Persalinan. KB Pasca Persalinan adalah penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas
sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah melahirkan
Oleh karena itu, KB pasca persalinan diharapkan dapat menurunkan kejadian kehamilan
dengan jarak yang terlalu dekat sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menghindari
terjadinya komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang sering menyebabkan
kematian ibu.

Permasalahan
Namun dalam kenyataannya, pelayanan KB pasca persalinan ini belum terlaksana dengan
baik, terbukti dengan banyaknya pasien yang datang ke poli KIA untuk kontrol pasca
persalinan namun belum mengetahui metode kontrasepsi apa yang cocok untuk mereka.

Perencanaan dan Intervensi


Berdasarkan permasalahan tersebut maka di rencanakan untuk melakukan penyuluhan
mengenai KB pasca persalinan, diharapkan masyarakat mendapat informasi secara lengkap,
jelas dan benar sebelum mendapatkan pelayanan kontrasepsi. Pelayanan KB pasca persalinan
akan berjalan dengan baik bila didahului dengan edukasi yang baik, maka diharapkan dengan
adanya penyuluhan ini cakupan pelayanan KB pasca persalinan meningkat, sehingga dapat
menekan Angka Kematian Ibu (AKI)

Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada tanggal 9 Februari 2022 di Poli KIA Puskesmas
Pasundan yang dihadiri langsung oleh pasien yang datang untuk kontrol pasca persalinan.
Materi Penyuluhan berfokus pada :
1. Pengertian mengenai KB Pasca persalinan
2. Latar belakang pentingnya KB Pasca Persalinan dan upaya KB pasca persalinan
diharapkan dapat menurunkan kejadian kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat
sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menghindari terjadinya komplikasi
dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang sering menyebabkan kematian ibu.
3. Memberikan informasi-informasi penting yang meliputi:
- Jenis- Jenis KB Pasca Persalinan
- Efektivitas dari metode kontrasepsi
- Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
- Kembalinya kesuburan setelah melahirkan
- Efek samping jangka pendek dan jangka panjang
- Waktunya dimulainya kontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan pada:
i. Status menyusui
ii. Metode kntrasepsi yang dipilih
iii. Tujuan reproduksi untuk membatasi atau hanya memberi jarak
.

Monitoring
Di akhir penyuluhan peserta dipersilahkan untuk bertanya. Kemudian peserta diberi
kesempatan untuk dapat mengingat kembali materi penyuluhan yang sudah diberikan dengan
cara Pemateri memberikan pertanyaan kepada peserta seputar materi tersebut, seperti apa saja
jenis-jenis KB Pasca persalinan, keuntungan dan kerugian dari jenis-jenis KB. Sebagian besar
peserta dapat mengingat informasi tersebut dan diharapkan dapat mengimplementasikannya.

Evaluasi
Banyaknya pasien yang mengantri & menunggu di ruang tunggu membuat waktu
penyuluhan terhadap tiap pasien yang KEK tidak bisa terlalu lama sehingga diharapkan
media-media penyuluhan yang ada mudah di akses melalui media sosial Puskesmas
Kampung Bugis serta dapat disebarluaskan agar masyarakat luas bisa mendapatkan informasi
mengenai KEK Pada Ibu Hamil secara optimal.

6. F3 : Upaya KIA serta KB


Judul Laporan : Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

Tanggal : 17 Desember 2020


Peserta : Masyarakat

Latar Belakang :
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara
lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak
anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa
hamil hingga melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir
dengan selamat. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan
sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup
anak agarmencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial
serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genenetiknya. Adapun dasar
hukum diantaranya, yaitu:

i. UUD 1945 pasal 28B ayat 2 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.” Selanjutnya Pasal 28H Ayat 1 menegaskan bahwa
“setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan”;
ii. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
iii. Undang-undang RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA)

Permasalahan
Salah satu upaya untuk mendapatkan anak yang sehat tumbuh kembangnya adalah
dengan melakukan upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak atau yang
dikenal dengan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Stimulasi
adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengganti orang tua
(pengasuh), anggota keluarga ain, atau jika anak telah masuk PAUD maka menjadi tanggung
jawab lembaga untuk mambantu stimulasinya. Deteksi adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah. Intervensi adalah suatu tindakan tertentu pada anak yang mempunyai perkembangan
dan kemampuan menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya. Penyimpangan
perkembangan biasa terjadi pada salah satu atau ebih kemampuan anak yaitu kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak. Masa 5
tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa
ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang kembali, maka masa balita disebut
sebagai “masa keemasan”(golden period), ”jendela kesempatan (window of opportunity) dan
“masa kritis”(critical period). Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada “masa kritis” tersebut di atas. Dengan
ditemukannya secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang pada anak, maka
intervensi yang akan dilakukan tentunya akan lebih mudah dan fokus dilaksanakan dan selain
itu tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” yang cukup dalam membuat rencana
tindakan/intervensi yang sesuai.

Perencanaan dan Intervensi


Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di
tingkat puskesmas dan jaringannya, yaitu :
1.Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, bertujuan untuk mengetahui dan menemukan
status gizi kurang/buruk. Dilakukan dengan cara menggunakan pengukuran berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB) dan pengukuran lingkar kepala anak.
2.Deteksi dini penyimpanan perkembangan, bertujuan untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. Dilakukan
dengan cara skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra
skrining (KPSP), Tes Daya Dengar (TTD) dan Tes Daya Lihat (TDL).
3.Deteksi dini penyimpanan mental emosional, bertujuan untuk mengetahui adanya masalah
mental emosional, autisme, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Dilakukan
dengan cara deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah dengan
menggunakan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME), Deteksi Dini Autis pada anak
prasekolah (menggunakan checklist for autism toddlers pada anak umur 18-36 bulan), deteksi
dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperkaktivitas (GPPH) pada anak pra sekolah
(menggunakan formulir deteksi dini GPPH).

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship setelah dilakukan koordinasi materi
penyuluhan bersama dengan tim MTBS Puskesmas Pasundan pada tanggal 9 Februari 2022
di ruang tunggu Puskesmas Pasundan yang dihadiri oleh masyarakat.

Monitoring
Metode yang dilakukan dengan Penyuluhan dan pemutaran video di ruang tunggu
Puskesmas Pasundan dapat terlaksana sesuai dengan rencana dan target pelaksanaan.
Masyarakat terlihat antusias dalam menyaksikan penyuluhan.

Evaluasi
Banyaknya pasien yang berlalu lalang sedikit mengganggu fokus masyarakat yang
menyaksikan penyuluhan, namun hal ini dapat teratasi karena video diputar berulang
sehingga masyarakat dapat menyaksikan ulang informasi yang ada dalam video.

7. F3 : Upaya KIA serta KB


Judul Laporan : Melakukan ANC di Poli KIA Puskesmas Kampung Bugis
Tanggal : 05 Januari 2021
Peserta : Masyarakat

Latar Belakang :
Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan angka kematian ibu dan perinatal
tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masihh
memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Penyebab utama
kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, gestosis dan anestesia. ANgka kematian ibu dan
bayi di Indonesia masih tinggi yaitu angka kematian ibu rata-rata 307/100.000 kelahiran
hidup sedangkan target dari Millenium Development Goals 2015 adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Sementara untuk angka kematian bayi sebesar 26,9/1000 kelahiran hidup.
Adapun target dari MDGs 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian
ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi
pemeriksaan antenatal care yang tidak teratur. Pada pemeriksaan dan pemantauan antenatal
dilakukan dengan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi
kehamilan.

Permasalahan
Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya antenatal care untuk menilai keadaan
kesehatan ibu dan janin dan memberikan kesempatan untuk menentukan kelainan secara dini
serta perkembangan dari keluhan pada kunjungan sebelumnya.

Perencanaan dan Intervensi


Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan langsung terhadap pasien
mengenai kehamilannya. Intervensi dilakukan dengan cara melakukan wawancara serta
pemeriksaan secara langsung kepada ibu hamil dan edukasi selama ANC. Selain itu,
direncanakan untuk berdiskusi dengan bidan menekankan perlunya perencanaan persalinan
yang terbaik bagi pasien. Edukasi yang disampaikan berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:
1. Apa itu ANC
2. Penyebab berbagai penyulit dalam kehamilan
3. Pentingnya ANC bagi ibu dan janin
Metode yang digunakan dengan penyuluhan yang dilaksanakan secara langsung di ruang poli
KIA Puskesmas Kampung Bugis,

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internship bersama dengan bidan Puskesmas Kampung
Bugis pada tanggal 05 Januari 2021 di poli KIA Puskesmas Kampung Bugis yang dihadiri
langsung oleh pasien yang akan kontrol kehamilan maupun calon pengantin.

Monitoring
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan melalui informasi perkembangan ANC oleh bidan
setiap bulannya dan suami pasien yang kontrol rutin ke Puskesmas Kampung Bugis
Monitoring dan evaluasi meliputi:
1. Apakah pasien melaksanakan ANC rutin setiap bulan
2. Kondisi ibu dan tanda-tanda kegawatan
3. Kondisi janin meliputi DJJ dan taksiran berat janin
4. Perencanaan persalinan yang dilakukan pasien dan keluarga pasien
- Apakah sudah menyiapkan berkas jamkesmas
- Apakah sudah memutuskan untuk bersalin dimana
5. Perubahan pola hidup dan pola makan pasien
Jika terdapat permasalahan dapat dipecahkan bersama bidan Puskesmas Kampung Bugis
dan dilakukan kunjungan rumah atau home visit bila diperlukan. Jika masalah masih belum
bisa dipecahkan, bisa didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari staf Puskesmas
Kampung Bugis yang lain. Sampai laporan ini dibuat, masih perlu didiskusikan kembali
perencanaan persalinan yang terbaik bersama bidan dan keluarga pasien.

Evaluasi
Banyaknya pasien yang mengantri & menunggu di ruang tunggu membuat waktu
penyuluhan terhadap tiap pasien tidak bisa terlalu lama sehingga diharapkan media-media
penyuluhan yang ada mudah di akses melalui media sosial Puskesmas Kampung Bugis serta
dapat disebarluaskan agar masyarakat luas bisa mendapatkan informasi mengenai pentingnya
ANC (antenatal care) pada ibu hamil secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai