Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Permintaan pasar terhadap komoditas perikanan dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik untuk pasar lokal maupun pasar internasional. Pada umumnya komoditas perikanan ini merupakan ikan-ikan ekonomis penting seperti kerapu, beronang, kuwe, kakap, napoleon, nila merah dan sebagainya yang biasa diperoleh dari penangkapan di alam. Ikan-ikan ekonomis dari hasil penangkapan tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat. Akan tetapi karena dari tahun ke tahun terjadi peningkatan penangkapan yang berlebihan (over fishing), pada akhirnya akan mengakibatkan kepunahan pada beberapa spesies. Oleh karena itu budidaya perikanan laut (Marine Culture) merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Salah satu sektor produk andalan hasil perikanan yang dimanfaatkan untuk budidaya perikanan laut (Marine Culture) dan meningkatkan pendapatan dari perikanan adalah ikan hias. Ikan hias laut termasuk populer di masyarakat baik dalam maupun di luar negeri. Warna dan bentuknya unik dan beraneka ragam, dan terumbu karang merupakan habitat dari berbagai jenis ikan konsumsi maupun ikan hias tersebut. Walaupun jenis ikan hias laut sangat unik dan beraneka ragam tetapi dibandingkan jenis-jenis ikan yang lain, ikan kuwe (Gnathanodon specisous) merupakan ikan hias laut dan ikan karang yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dikenal dengan nama Golden trevally, ikan ini dapat digunakan sebagai ikan hias laut dengan nama ikan Pidana kuning. Termasuk famili dari jenis ikan Carangidae. Ikan kuwe (Gnathanodon speciosus) mempunyai beberapa keunggulan komparatif, antara lain mampu hidup dalam kondisi kepadatan yang tinggi (150 ekor/meter persegi), mempunyai laju pertumbuhan tinggi, sangat

tanggap terhadap penambahan pakan dari ikan rucah, konversi pakan cukup efisien dan digemari konsumen. Ciri umum dari ikan kuwe ini adalah memiliki tubuh pipih memanjang dengan warna keperakan dan memiliki bintik hitam pada bagian tutup insang. Benih ikan kuwe ini dapat mencapai juvenil pada umur 30 35 hari dan pertumbuhannya relatif cepat dengan ukuran panjang 23,9-26,6 cm, pada bobot 282,2-383,9 gr dapat dipelihara selama 7-9,5 bulan. Ikan ini biasanya hidup pada perairan pantai yang dangkal, karang dan batu karang,termasuk species benthopelagic. Ikan Kuwe memiliki panjang tubuh 60 cm, hidup pada kedalaman 12 m dan sering ditemukan pada laut tropis dan sub tropis. Jenis ikan kuwe yang sering didapat dari penangkapan di alam diantaranya ikan kuwe Mangali yang berwarna agak kekuning kuningan dengan garis garis hitam dari perairan Suralaya, Banten, kuwe Rambe yang berbentuk seperti potongan permata, yaitu mendekati bentuk segi lima dari perairan Suralaya,kuwe Lilin yang berbentuk lebih aerodinamis, lebih gempal dan perlawanannya lebih hebat, dan kuwe Gerong yang merupakan jenis ikan kuwe terbesar di perairan Suralaya, tidak mudah tertangkap karena paling cerdas diantara jenis ikan kuwe laennya Di Indonesia, terdapat 3 jenis ikan kuwe yaitu Bluefin Trevally (Caranx melampygus) yang banyak terdapat di perairan Sibolga, Sambas, dan Sukabumi ; Tille Trevally (Caranx tile) yang banyak terdapat di perairan Jakarta, Medan, Sibolga, Cilacap, Trenggalek, dan Serang ; dan Bigeye Trevally (Caranx sexfaciatus) yang banyak terdapat di perairan Padang, Sibolga, Jakarta, dan Cirebon. Benih ikan kuwe dapat mencapai juvenil pada umur 30-35 hari dan pertumbuhannya relatif cepat. Ikan kuwe berpeluang sebagai species kandidat yang dapat dikembangkan dalam usaha budidaya. Oleh karena itu perbenihan ikan kuwe tepat dilakukan karena produksi massal benih ikan Pidana kuning atau Golden trevally (Gnathanodon speciosus, Forsskall) dapat dimanfaatkan untuk komersialisasi sebagai ikan hias laut yang berkelanjutan.

1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kerja secara langsung tentang penngembangan komoditas perikanan khususnya dalam teknik pembenihan ikan kuwe (Gnathanodon speciosus, Forsskall) dengan memadukan teori yang dipelajari dan kenyataan praktis di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten BulelengBali. 1.3 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapang ini dilakukan dari tanggal 3 Juli 2008 sampai 3 Agustus 2008 di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali. 1.4 Metode dan Teknik Pengambilan Data 1.4.1 Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data yang digunakan pada Praktrk Kerja Lapang ini adalah metode survey, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian di suatu daerah tertentu. Pelaksanaan metode ini tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan pembahasan tentang data tersebut. Data diolah secara deskriptif, baik data sekunder maupun data primer. 1.4.2 Teknik Pengambilan Data Pengambilan data selama Praktek Kerja Lapang dilakukan dengan mengambil dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder, dimana data

primer dikumpulkan dengan cara mencatat data hasil observasi, wawancara serta partisipasi aktif, sedangkan data sekunder diperoleh langsung dari lapangan. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya langsung, diamatai dan dicatat untuk pertama kalinya. Metode pengambilan data primer dapat diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan partisipasi aktif di lapangan. a. Observasi Pengumpulan data dengan metode observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana seseorang mengadakan pengamatan secara langsung tanpa alat bantu terhadap gejala-gejala subyek yang diamati. Dalam hal ini aktif melibatkan diri secara langsung dalam penelitian. Pada Praktek Kerja Lapang ini observasi yang dilakukan adalah dengan cara mengamati dan mencatat kegiatan apa yang dilakukan dalam usaha pembenihan ikan Kuwe (Gnathanodon speciosus) seperti persiapan sarana dan prasarana pembenihan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dalam usaha tersebut. b. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan melalui proses timbal balik. Wawancara dilakukan dengan pembimbing lapangan, teknisi lapangan, karyawan dan perorangan yang terkait dengan pembenihan ikan kuwe, sejarah Balai, struktur organisasi dan masalah yang dihadapi selama kegiatan pembenihan berlangsung. Pengumpulan data sangat diperlukan karena dilakukan secara langsung. c. Partisipasi aktif Partisipasi aktif adalah metode pengumpulan data dengan mengikuti pelaksanaan kegiatan atau ikut berperan dalam kegiatan yang dilakukan di lokasi. Kegiatan ini meliputi persiapan dan seleksi induk, proses pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pengelolaan benih, pembuatan pakan, pemberian pakan, tes kualitas air, dan pemeriksaan hama dan penyakit pada ikan kuwe.

Data sekunder adalah data yang diambil baik dari laporan-laporan terdahulu maupun dari laporan Balai. Data sekunder dari Balai meliputi keadaan Balai dan keadaan daerah dimulai dari sejarah berdiri, struktur organisasi, letak geografis, sarana dan prasarana, serta tenaga kerja. Data sekunder ini juga diperoleh dari laporan-laporan, pustaka, lembaga pemerintahan, lembaga penelitian, swasta, atau masyarakat yang terkait hubungannya dengan usaha pembenihan ikan Kuwe (Gnathanodon speciosus, Forsskall).

Anda mungkin juga menyukai