Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FILSAFAT PANCASILA

“Kampanye hitam terkait SARA dan politik identitas akan mewarnai Pilpres
2019”

 
 

Oleh :

FITRIAN HANDITTA PRAMESTI

(32318415)

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN

PRODI D3 FARMASI REGULER SORE

Bab I

Latar belakang

Pancasila adalah sebagai dasar Negara Indonesia, yang memegang peranan penting
dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai ideology bangsa
pancasila memegang peranan penting dalam membentuk pola pikir bangsa Indonesia
sehingga dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradap di dunia.

Kita patut bangga dan bersyukur jika kita dilahirkan di tanah Indonesia. Selain
keelokan dan subur alamnya, Indonesia adalah Negara yang paling unik dibandingkan
dengan Negara-negara lainnya di muka bumi. Banyknya hingga ratusan bahkan
mungkin ribuan suku dan etnis yang berada di Indonesia. Dari yang berkulit putih,
sawo matang, coklat hingga hitam. Dari yang bermata sipit, sedang hingga
lebar/belok. Beraneka ragam budaya, adat istiadat, bahasa, agama dan lain
sebagainya.

Indonesia ada karena perjuangan para pahlawan yang berjuang dengan bercucuran
darah dan bertaruh nyawa.Mengorbankan jiwa dan raganya demi mewujudkan
Indonesia Merdeka. Mengingat akan kesadaran keanekaragaman suku dan agama,
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun oleh para pendiri bangsa dengan
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dan Pancasila sebagai pondasi dan landasan hidup
berbangsa dan bernegara. 

Rumusan masalah

Adapun permasalah dalam makalah “Peran Pancasila Terhadap SARA” adalah


sebagai berikut :

a. Apa yang dimaksud dengan SARA?

b. Contoh kasus terkaitnya isu SARA dalam pilkada DKI Jakarta

c. Mengetahui cara penyelesaian kasus SARA dengan pancasila


 

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian dari SARA

SARA (Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan) adalah berbagai pandangan
dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan,
agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan
kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan
golongan dapat dikatakan sebagai tindakan SARA. Tindakan ini dianggap
melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada
manusia. Konflik ini biasanya ada karena keegoisan seseorang atau kelompok yang
dilakukan dengan jalan kekerasan. Hal ini bisa juga disebabkan karena hal sepele,
seperti tersinggung, diledek atau hal-hal yang sekiranya tidak perlu dibesar-besarkan.

SARA digolongkan menjadi 3 kategori :

1. Individual : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh individu atau


kelompok. Yang termasuk kategori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang
bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri
maupun golongan.
2. Institusional : merupakan tindaka SARA yang dilakukan oleh suatu institusi,
termasuk Negara, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membuat
peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
3. Kultural :merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif
malelaui struktur budaya masyarakat.

Dalam perngertian lain SARA disebut juga diskriminatif. Diskriminatif merupakan


suatu kejadian yang biasanya dijumpai dalam masyarakat, yang disebabkan karena
kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, ras, agama
dan karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminatif.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Yang artinya setiap orang mempunyai
pendirian berbeda dan perasaan yang berbeda antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain. Dari perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik sosial, sebab
dalam menjalin hubungan sosial seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Maka dari itu  kita dapat meredakan konflik dengan cara bersosialisasi
dengan cara lain, seperti berdiskusi atau bermusyawarah dengan yang lain agar kita
dapat mengetahui dan memahami sisi atau pendapat dari orang lain tersebut.
Contoh kasus

Kampanye hitam terkait SARA dan politik identitas akan mewarnai Pilpres
2019

kedua kubu agaknya akan memanfaatkan isu itu, dengan kadar proporsional
masing-masing. Karena, baimanapun juga, itu sangat sensitif untuk mempengaruhi
perilaku pemilih di Pilpres 2019.

Komitmen anti kampanye hitam yang ditunjukkan elit politik kubu Jokowi dan
Prabowo, menurut peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Ahmad Khoirul Umam.
tidak bisa menggambarkan sepenuhnya kerja mesin politik di tingkat ba

Walaupun dari masing-masing kubu menyatakan bahwa tidak akan ada politik
SARA dalam berkampanye, tetapi ditinjau dari sejauh ini pernyataan tersebut tidak
bisa menjamin bahwa benar-benar kampanye bersih dari SARA. Setiap kubu partai
politik telah membentengi diri mereka dari isu-isu tersebut, tapi tidak bisa di pungkiri
bahwa setiap kampanye dalam politik akan selalu terkait dengan SARA.

Karena ditinjau dari bukti yang telah ada, SARA sangat berpengaruh dalam
pemikiran warga masyarakat dalam memilih. Contohnya dari segi agama, salah satu
tak-tik partai politik saat ini juga sudah menunjukkan bahwa masyarakat akan lebih
tertarik dengan mengusung satu tema saja misalnya “Agama”.

Warga masyarakat akan lebih tertarik dengan sesuatu yang satu aliran, satu paham
dan satu golongan. Maka dari itu jika dalam kampanye kali ini tidak ada sesuatu yang
mengandung unsur sara, rasanya tidak benar. Tetapi pada kenyataannya dua kubu
tersebut membentengi dengan tetap tidak akan mengikut campurkan SARA dalam
politiknya.

Mereka menganggap isu seperti itu segaja digulirkan kedua kubu di wilayah
tertentu yang tipe pemilihnya memiliki kadar sensitif cukup tinggi soal isu
agama.Bagi mereka yang berada di wilayah dengan level edukasi yang relatif rendah,
atau mereka dengan tingkat keagamaan yang taat, isu itu akan sangat efektif.
Tetapi saat dimintai komentar terhadap kemungkinan adanya 'tim siluman' yang
sengaja dibentuk dua kubu pendukung capres untuk bertugas melakukan praktik
kampanye hitam, Wakil ketua timses pasangan capres Prabowo-Sandiaga, Mardani
Ali Sera mengatakan, pihaknya tetap berusaha bersikap transparan.

Merujuk pada peraturan KPU dan Bawaslu, pihaknya sepenuhnya mendukung


pelaksanaa kampany positif dan negatif, tetapi tidak menolerir kampanye hitam. jika
terbukti ada praktik kampanye hitam dilakukan anggota tim sukses masing-masing,
maka pihaknya akan bertanggungjawab. "Dan KPU bisa memberikan kartu merah
atau kuning," katanya.

Namun demikian, apabila itu pelakunya di luar struktur tim sukses yang terdaftar
resmi di KPU, pihaknya menyerahkan kepada kepolisian untuk menindaklanjutinya.

Isu SARA bersifat lebih menyerang pada orang, bahwa dia kelompok tersebut dan
bukan dalam kerangka menegakkan identitas kelompok tertentu. Lebih banyak keluar,
menyerang, bersifat menekan atau menurunkan elektabilitas seseorang daripada
menaikkan elektabilitas.

Menurut survey, efek politik sara lebih besar daripada politik Uang. Politik uang
efeknya hanya 30%, yang berarti 100 orang yang mendapat uang maka mungkin 30
saja yang memilih. Sementara SARA dapat saja berdampak melintasi batas-batas
daerah tertentu. Yang memungkinkan akan lebih banyak pemilih sesuai dengan politik
SARA yang di jalankan

Bab III

Kesimpulan :

Berdasarkan fakta yang telah saya dapatkan, di indonesia sering terjadi politik yang
mengandung unsur sara di dalamnya. Bahkan ketika masing-masing partai pilitik
menyatakan bahwa mereka menggunakan permainan yang bersih sekalipun pasti ada
unsur SARA di dalamnya. Jadi kembali lagi kita menanggapinya seperti apa. Kita
sebagai warga masyarakat harus pintar-pintar dalam menyaring informasi dan
pengaruh politik yang ada. Karena SARA tidak baik dalam lingkungan politik yang
terkesan mengkotak-kotak kan golongan.

Anda mungkin juga menyukai