Anda di halaman 1dari 4

Nama : Larasati Lathifunnisa’

NIM : 22/503806/SA/21834

Kelas : B

Mahasiswa UM Rilis Produk Boardgame untuk

Mengenalkan Kebudayaan Lokal pada Anak Sekolah Dasar

Mahasiswa Universitas Negeri Malang kembali membuktikan kreativitas dan Inovasinya


dalam bidang pendidikan . Tim CULGA yang diketuai oleh Khusnul Khotimah dengan
anggotanya Riska Aprilia, Silva Nabilla, Indah Sukmawati, dan Putri Lutviasari berhasil
mengangkat kebudayaan lokal menjadi sebuah media edukasi berbentuk boardgame. 

Boardgame yang diberi nama CULGA yang merupakan singkatan dari Culture Game
Education menjadi solusi pengenalan kebudayaan lokal kepada anak sekolah dasar dengan
media yang interaktif dan menyenangkan.

CULGA bukan hanya memperkenalkan kebudayaan lokal pada anak, namun juga menjadi
media yang dapat mengasah alur berfikir melalui pertanyaan dan tantangan yang mampu
meningkatkan kognitif dan psikomotorik anak. 

Keunggulan CULGA disbanding produk lain yakni media pengenalan kebudayaan tidak
hanya bersifat 2 dimensi, namun juga media 3 dimensi dengan adanya video animasi pada
setiap museum yang ditautkan mealui kode QR.

Melalui boardgame CULGA, siswa diajak untuk mengenal berbagai kebudayaan lokal,
makanan, dan barang-barang yang identik dengan daerah tersebut. Saat ini, CULGA hadir
dengan edisi Jawa Timur sehingga pembahasan kebudayaan lokal focus terhadap kebudayaan
lokal yang ada di Jawa Timur.

Kesesuaian CULGA sebagai media pembembelajaran dikaitkan dengan dasar pembuatan


CULGA yakni KD 3.2 dan 4.2 mata pelajaran IPS yakni memahami keragaman sosial,
budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia. CULGA
diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta siswa sekolah dasar pada budaya lokal.

Resensi Artikel tentang Kebudayaan


Pembukaan

Artikel dengan judul ‘Mahasiswa UM Rilis Produk Boardgame untuk Mengenalkan


Kebudayaan Lokal pada Anak Sekolah Dasar’ di tulis oleh Khusnul Khotimah, seorang
mahasiswa sekaligus ketua pencipta game edukasi tentang budaya yang memiliki rasa cinta
terhadap menulis. Artikel tersebut menceritakan tentang bagaimana cara memainkan game
CULGA serta mengedukasi anak Sekolah Dasar tentang kebudayaan di suatu daerah. Artikel
tersebut diunggah di blog Kompasiana dan dapat di akses melalui tautan berikut .
(https://www.kompasiana.com/khusnulkhotimah6410/630f3f0885349c4284665603/
mahasiswa-um-rilis-produk-boardgame-untuk-mengenalkan-kebudayaan-lokal-pada-anak-
sekolah-dasar)

Hipotesis

Budaya di Indonesia mulai luntur dan digantikan oleh budaya negara asing yang sudah
menjamur diberbagai tempat. Salah satu contohnya saat ini banyak masyarakat kita yang
gemar memakai baju branded luar negeri. Meskipun buatan dalam negeri tetapi motif dan
desainnya terpengaruh dari desain luar negeri sehingga produk lokal seperti batik yang sudah
diakui dan diberi penghargaan oleh UNESCO malah jarang di pakai selain untuk acara
formal maupun seragam sekolah. Bahkan seragam sekolah yang dulunya sama dimasing-
masing tingkat, sekarang banyak sekolah yang menggunakan seragam sekolah sesuai
kebijakan sekolah masing-masing. Bahkan ada yang mengikuti model-model seragam dari
sekolah luar negeri. Sehingga meninggalkan ciri khas dan esensi pemakaian seragam
tersebut.

Selain pakaian, ada juga kebudayaan Indonesia yang mulai ditinggalkan yaitu lagu-lagu
daerah yang digantikan oleh lagu-lagu pop. Bahkan generasi muda saat ini tergila-gila dan
lebih menyukai musik K-POP atau Korean Pop yang di nyanyikan oleh musisi-musisi dari
Korea Selatan. Sehingga sangat mempengaruhi perilaku dan sikap mereka yang lebih
condong meniru perilaku dan budaya artis K-POP dengan meninggalkan budaya ketimuran
kita. Dari dua contoh permasalahan tersebut kita perlu mengembangkan kelestarian budaya
Indonesia seperti yang dilakukan Khusnul dan teman-temannya.

Artikel ini, menggambarkan bagaimana caranya Khusnul dan teman-teman melalui CULGA
mengajak siswa untuk mengenal lebih dalam tentang budaya lokal, makanan khas daerah, dan
barang-barang khas daerah. Sehingga siswa tahu kebudayaan yang berada di Jawa Timur
karena game ini baru hadir dalam edisi Jawa Timur. Yang diharapkan dapat mengedukasi
anak-anak Sekolah Dasar mengenal kebudayaan lokal dengan media yang interaktif dan
menyenangkan. Tidak hanya itu dengan media yang mereka lakukan harapannya dapat
mengasah alur fikir anak menjadi lebih mencintai budaya Indonesia.

Isi

‘Kesesuaian CULGA sebagai media pembembelajaran dikaitkan dengan dasar pembuatan


CULGA yakni KD 3.2 dan 4.2 mata pelajaran IPS yakni memahami keragaman sosial,
budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia. CULGA
diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta siswa sekolah dasar pada budaya lokal.’

Dalam paragraf tersebut terdapat kata yang salah dalam penulisan ejaan dan belum sesuai
dengan tata bahasa Indonesia. Padahal dalam setiap penulisan karya sastra, artikel, jurnal, dll
harus menggunakan kata dan penulisan ejaan yang tepat. Karena dengan ejaan yang salah,
pembaca akan sulit memahami informasi yang diberikan oleh sang penulis.

Contohnya pada kata yang digaris bawahi dan ditebalkan adalah salah satu penulisaan ejaan
yang salah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penulisan ejaan kata ‘pembembelajaran’
seharusnya ditulis ‘pembelajaran’ yang memiliki arti proses, cara, pembuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Sehingga pembaca tahu bahwa pembelajaran adalah
proses kegiatan belajar.

Penutup

Artikel ‘Mahasiswa UM Rilis Produk Boardgame untuk Mengenalkan Kebudayaan Lokal


pada Anak Sekolah Dasar’ merupakan artikel non ilmiah atau artikel yang ditulis menurut
fakta pribadi tanpa mengandalkan penelitian lebih dulu. Seperti artikel ini yang ditulis tanpa
mencantumkan bukti yang akurat. Bahkan sistematika penyusunan artikel yang sangat
berbeda. Artikel ini menceritakan pengalaman sang penulis yang berhasil menciptakan game
edukasi anak Sekolah Dasar untuk mengenal budaya lokal. Namun , adabeberapa kesalahan
dari artikel tersebut. Contohnya penulisan ejaan yang terdapat di dalam artikel yang membuat
pembaca bingung menafsirkannya.Selain itu artikel tersebut belum dapat menggambarkan
dengan jelas latar belakang mereka membuat game CULGA.
Walaupun masih ada kekurangan paling tidak artikel terebut dapat memotivasi orang lain
terutama guru untuk mengembangkan aplikasi atau media pembelajaran yang menarik.
Sehingga pelajar tidak merasa bosan saat kegiatan belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai