Anda di halaman 1dari 63

Konsep Dasar K3 Sehat, Kesehatan Kerja, Risiko & Hazard

Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan


(Somatik, Perilaku, Lingkungan, Ergonomi, Pengorganisasian
Pekerjaan, Budaya Kerja)

Herlina Lidiyawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep


Konsep Dasar K3 Sehat
Sehat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial
seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan
kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi
dengan lingkungan dan pekerjaannya.
K3 Sehat itu untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya
baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Konsep Keselamatan & Kesehatan Kerja
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya
Fungsi Kesehatan Kerja
1. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dan bahaya kesehatan di
tempat kerja
2. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik kerja
termasuk desain tempat kerja
3. Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang Kesehatan kerja dan APD
4. Melaksanakan surveilan terhadap Kesehatan kerja
5. Terlibat proses rehabilitasi
6. Mengelola P3K dan Tindakan darurat
Risiko & Hazard Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan
• Risiko adalah kemungkinan atau peluang suatu hazard menjadi kenyataan
biasanya karena pajanan, frekuensi, dan konsekuensi
• Hazard adalah suatu keadaan atau kondisi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi menimbulkan kerugian (injury atau penyakit) bagi manusia
khususnya bagi para pekerja
Risiko & Hazard Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan
1. Somatik
2. Perilaku
3. Lingkungan
4. Ergonomik
5. Pengorganisasian pekerjaan
6. Budaya Kerja
Risiko & Hazard Somatik,
• Hazard somatik adalah sumber bahaya yang sudah ada pada tubuh
manusia yang disebut dengan faktor resiko contohnya DM, Hipertensi,
Obesitas dan Asma
• Faktor risiko merupakan bagian dari Epidemiologi. Epidemiologi adalah
ilmu terapan yang mempelajari tentang penyebab kejadian penyakit
atau masalah kesehatan pada suatu kelompok-bukan Individu.
• Epidemiologi terbagi menjadi dua yaitu:
1. Jika penyakit yang dikaji adalah penyakit menular dinamakan
Etiologi.
2. Jika penyakit yang dikaji adalah penyakit tidak menular dinamakan
Faktor Risiko.
• Etiologi adalah kunci atau faktor penyebab biologis dari suatu penyakit
infeksi, terjadi karena adanya infeksi mikro organisme seperti virus
atau bakteri.
• Faktor risiko adalah karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala
penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik
berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya
(beberapa individu lainnya dalam suatu kelompok).
Hazard Perilaku
Hazard perilaku kesehatan (behavioral hazard), yaitu hazard yang
terkait dengan perilaku pekerja atau suatu keadaan atau reaksi individu
terhadap rangsangan atau lingkungan
Hazard Perilaku
1. Merokok
2. Pola makan
3. Minuma alkohol
4. Workaholic
5. Efek kesehatan : PJK, DM, Stroke, Stress
6. Pengendalian pola hidup sehat
Hazard Lingkungan
1. Bising
Campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu
penyebab penyakit lingkungan
Aspek Berkaitan Dengan Kebisingan
1. Jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan
2. Menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi,
yang akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja
3. Pajanan kebisingan yang tinggi biasanya lebih 85 DbA pada jangka waktu
tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis
4. Tuli permanen
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi
dalam 3 kategori :
1. Occupational noise
Bising yang berhubungan dengan pekerjaan yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin
ditempat kerja
2. Audible noise
Bising pendengaran yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 8000Hz
3. Impuls noise
Bising impulsive bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak misalnya pukulan
palu, tembakan bedil.
Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat meningkatkan tekanan darah, peningkatan nadi, konstriksi pembuluh
darah perifer terutama tangan dan kaki, pucat, dan gangguan sensoris, pusing atau sakit
kepala, vertigo.
2. Gangguan Psikologis
Berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur dan cepat marah. Bila
kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa
gastritis, jantung, stress, kelelahan dan lain-lain
3. Gangguan Komunikasi
Disebabkan masking effect atau bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang
jelas atau gangguan kejelasan suara
4. Gangguan Keseimbangan
Menyebabkan kesan berjalan di ruangan angkasa atau melayang, yang dapat
menimbulkan gangguan fisiologis berupa vertigo
5. Efek Pada Pendengaran
Menyebabkan tuli progresif
Alat Pelindung Diri dari Kebisingan
1. Pemantauan kebisingan
Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound Level Meter (SLM)
dan untuk personal monitoring digunakan Noise Dosimeter
Alat Pelindung Diri dari Kebisingan
2. Alat Pelindung Pendengaran
Upaya terakhir dalam upaya pencegahan gangguan pendengaran ada 2 jenis
a. Ear plug (sumbat telinga)
b. Ear muff (tutup telinga)
2. Suhu
• Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja, namun
disisi lain dapat pula menurunkan prestasi kerja.
• Kenaikan suhu pada batas tertentu dapat menimbulkan semangat yang
akan merangsang prestasi kerja, tetapi setelah melewati ambang batas
tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang
dapat mengakibatkan terganggunya prestasi kerja.
Dampak Suhu Terhadap Tubuh
a. Heat Rash
b. Heat Syncope
c. Heat Cramp
d. Heat Exhaustion
e. Heat Stroke
f. Multiorgan-dysfunction Syndrome Continuum
a. Heat Rash merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit
akibat tekanan panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab
dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan pakaian. Penyakit ini
mungkin terjadi pada sebagaian kecil area kulit atau bagian tubuh. Meskipun
telah diobati pada area yang sakit produksi keringat tidak akan kembali normal
untuk 4 sampai 6 minggu.
b. Heat Syncope adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari
gangguan ini adalah pening dan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas
pada waktu yang cukup lama.
c. Heat Cramp merupakan penyakit yang menimbulkan gejala seperti rasa nyeri
dan kejang pada kaki, tangan dan abdomen banyak mengeluarkan keringat. Hal
ini disebabkan karena ketidak seimbangan cairan dan garam selama melakukan
kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas.
d. Heat Exhaustion merupakan penyakit yang diakibatkan oleh berkurangnya
cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang
dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air yang diminum selama terkena
panas. Gejalanya adalah keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening,
mual, pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara
(37°C – 40°C).
e. Heat Stroke merupakan penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa
yang terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab.
Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit ini
adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C atau lebih, panas, kulit
kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, tidak ada keringat di tubuh
korban, pening, menggigil, mual, pusing, kebingungan mental dan pingsan.
f. Multiorgan-dysfunction Syndrome Continuum merupakan rangkaian sindrom
atau gangguan yang terjadi pada lebih dari satu atau sebagian anggota
tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.
3. Pencahayaan
a. Efek pencahayaan yang buruk berefek pada mata tidak nyaman, mata
lelah, sakit kepala, iritasi, mata berair, mata merah, sakit kepala,
berkurangnya kemampuan melihat dan menyebabkan kecelakaan
b. Efek pencahayaan yang baik dapat meningkatkan semangat kerja,
prodiktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan kenyamanan
lingkungan kerja, dan mengurangi kecelakaan kerja
Hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Sumber pencahayaan
2) Keadaan lingkungan tempat kerja
3) Tenaga kerjanya
4. Frosbite
Frostbite adalah membekunya sebagian organ tubuh yang terpapar oleh suhu
dingin yang berlebihan. Frostbite umumnya terjadi pada suhu 0°C (32°F), bisa
terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi umumnya lebih sering muncul di area
tangan, kaki, telinga, hidung, dan dagu.
Gejala Frostbite Berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Tingkat 1: Frostnip
merupakan bentuk paling ringan dari frostbite. Kondisi ini dapat menyebabkan kulit
menjadi kemerahan atau putih pucat dan terasa sangat dingin. Jika dibiarkan, lama-
kelamaan kondisi ini bisa menyebabkan bagian tubuh yang mengalami frostnip menjadi
mati rasa.
2. Tingkat 2: Superficial Frostbite
Superficial frostbite atau radang dingin dangkal ditandai dengan kulit yang
membengkak dan berwarna pucat atau kebiruan. Pada tingkat ini, kristal es mulai
terbentuk di jaringan kulit sehingga kulit terasa kasar dan keras. Kondisi ini terkadang
juga dapat menimbulkan ice burn
Gejala Frostbite Berdasarkan Tingkat Keparahannya

3. Tingkat 3: Deep Frostbite


Merupakan frostbite yang sudah parah. Kondisi ini ditandai dengan kulit yang mengalami
mati rasa dan tampak kebiruan. Pada tingkat ini, kerusakan telah terjadi di seluruh
lapisan jaringan kulit. Bahkan, otot dan sendi di sekitar area yang membeku pun menjadi
tidak berfungsi dengan baik. Setelah dihangatkan, kulit akan melepuh dan berubah
menjadi keras dan hitam. Hal ini menandakan bahwa jaringan tubuh telah mati (gangren)
5. Chilblain
Peradangan yang menyakitkan pada pembuluh darah kecil di kulit yang terjadi sebagai
respons terhadap pemanasan mendadak setelah suhu dingin. Kondisi ini dapat
menyebabkan gatal-gatal, bercak merah, pembengkakan dan kekeringan yang ekstrim
pada jari-jari kaki, jari, telinga dan hidung
6. Trenchfoot
Masalah kesehatan karena kaki terlalu lama terendam air. Gejala Trench Foot :
1. Paparan air dingin yang lama akan merusak pembuluh darah yang membawa nutrisi ke jaringan
kaki, sehingga bisa timbul kerusakan jaringan kaki.
2. Kulit pucat
3. Bengkak
4. Kesemutan
5. Tench foot yang parah bisa membuat nyeri, dan bahkan amputasi pada kaki.
8. Ventilasi
Proses penyediaan udara segar kedalam dan pengeluaran udara kotor dari suatu
ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis
Fungsi ventilasi
a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum
untuk pernafasan
b. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap, debu dan zat pencemar lain
dengan cara pengenceran udara
c. Mensuplai panas agar panas badan seimbang
d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan atau bangunan
e. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan radiasi tubuh, kondisi,
evaporasi ataupun eksternal
f. Mendisfungsikan suhu udara secara merata
Sistem ventilasi
1. Dilusin (general) ventilasi
Sama dengan ventilasi pengenceran udara terhadap udara yang
terkontaminasi di dalam bangunan atau ruangan dengan meniupkan udara
bersih (tidak tercemar)
2. Lokal exhaust (ventilasi pengeluaran setempat)
Proses pengisapan dan pengeluaran udara terkontaminasi secara serentak
dari sumber pencemaran sebelum udara berkontaminasi berada pada
ketinggian zona pernafasan dan menyebar keseluruh ruangan kerja. Ventilasi
ini ditempatkan sangat dekat dengan sumber emisi
3. Exhausted Ecnlosure (ventilasi sistem tertutup)
Kontaminan yang beracun yang dipancarkan dari sumber dengan kecepatan
tinggi harus dikendalikan dengan diisolasi sempurna atau menutup proses
4. Comfort ventilation (Ventilasi kenyamanan)
a. Ventilasi alamiah
b. Ventilasi mekanik
9. Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hamper sama dengan bising seperti amplitude,
frekuensi, lama pajanan, dan sifat getaran. Efek getaran terhadap tubuh tergandung
besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh :
a. 3.9 Hz akan timbul resonansi pada dada dan perut
b. 6.10 Hz akan timbul tekanan darah, denyut jantung
c. 10 Hz leher, kepala pinggul kesatuan otot dan tulang akan beresonansi
d. < 20 Hz tonus otot meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa
tidak enak
10. Radiasi
Pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau
gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber radiasi.
Pembagian Radiasi
a. Radiasi pengion
Jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi apabila berinteraksi dengan
materi
b. Radiasi non pengion
Jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan
materi. Radiasi ini berada di sekililing kehidupan kita
Hazard Ergonomi
• Pengertian
Ergonomi menurut pusat kesehatan kerja departemen kesehatan kerja RI yaitu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran
penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Sikap Tubuh Dalam Bekerja
1. Pekerjaan dilakukan dalam sikap duduk atau duduk-berdiri bergantian
2. Sikap yang tidak alami dihindari, atau beban statik diperkecil
3. Tempat duduk dapat memberikan relaksasi pada otot yang tidak dipakai
4. Posisi dan sikap tubuh harus diusahakan untuk menghindari upaya yang
tidak perlu
Tujuan
1. Angka cedera dan kesakitan dalam melakukan pekerjaan tidak ada atau terkurangi
2. Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau kesakitan menjadi berkurang
3. Kunjungan untuk berobat bisa berkurang
4. Tingkat absentisme atau ketidak hadiran bisa berkurang
5. Produktivitas atau kualitas dan keselamatan kerja meningkat
6. Pekerja merasa nyaman dalam bekerja
7. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.
8. Meningkatkan kesejahteraan sosial.
9. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan
budaya dari setiap sistem kerja
Ruang Lingkup
1. Ergonomi Fisik
Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiologi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
2. Ergonomi kognitif
Berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ; persepsi,
ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem.
3. Ergonomi organisasi
Berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur
organisasi, kebijakan dan proses.
4. Ergonomi lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran.
Kemampuan Kerja
• Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi)
Meliputi faktor usia, jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman,
status sosial, agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh,
dsb.
2. Physiological capacity (Kemampuan fisiologis)
Meliputi kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca
indera, dsb.
Faktor Yang Mempengaruhi Ergonomi
1. Umur
a. Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan
mencapai puncaknya pada umur 25 th.
b. Pada umur 50 -60 th kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris-motoris
menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60
th tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 th.
c. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan; VO2 max, tajam penglihatan, pendengaran,
kecepatan membedakan sesuatu, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka
pendek. Dengan demikian pengaruh umur harus selalu dijadikan pertimbangan dalam
memberikan pekerjaan pada seseorang (Astrand & Rodahl, 1977, Gradjean, 1993, Genaidy,
1996 dan Konz, 1996).
2. Jenis Kelamin
a. Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik
atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu wanita lebih teliti dari laki-laki.
b. Menurut Konz (1996) untuk kerja fisik wanita,15-30% lebih rendah dari laki-laki.
Kondisi tersebut menyebabkan persentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dan
kadar Hb darah lebih rendah daripada laki-laki. Bhattacharya (1996) menjelaskan
bahwa wanita mempunyai maksimum tenaga aerobik sebesar 2,4 L/menit,
sedangkan pada laki-laki sedikit lebih tinggi yaitu 3,0 L/menit.
c. Menurut Priatna (1990) wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada
suhu panas. Karena tubuh seorang wanita mempunyai jaringan dengan
daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan
laki-laki.
d. Maka perlu diusahakan pembagian tugas antara pria atau wanita sesuai
dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan masing-masing.
3. Antropometri
Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya.
a. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan
sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan
produktivitas kerja.
b. Antropometri juga menentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya
orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di tempat suhu tinggi/panas, pekerjaan
yang memerlukan kelincahan, dll.
c. Menurut Pulat (1992), data antropometri dapat digunakan untuk mendesain pakaian,
tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-produk
untuk konsumen.
4. Status Kesehatan Dan Nutrisi
a. Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu
sama lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan effisiensi kerja.
b. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan
baik secara kuantitatif maupun kualitatif kapasitas kerja akan terganggu.
Perlu keseimbangan antara intake energi dan output yang harus
dikeluarkan.
c. Nutrisi yang adekuat saja tidak cukup, tetapi diperlukan adanya tubuh yang sehat
agar nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan oleh organ tubuh.
d. Menurut Suma’mur (1982) dan Grandjean (1993) bahwa selain jumlah kalori yang
tepat, penyebaran persedian kalori selama bekerja adalah sangat penting. Sebagai
contoh adalah pemberian snack atau makanan ringan dan teh manis setiap 1,5-2 jam
setelah kerja terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja dibandingkan dengan
hanya diberikan sekali makan siang pada saat jam istirahat.
5. Kesegaran Jasmani
a. Hairy (1989) dan Hopkins (2002) menyatakan bahwa kesegaran jasmani
adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk
melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapi
tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas
cadangan untuk melakukan aktivitas berikutnya.
b. Selanjutnya Nala (2001) mengatakan bahwa komponen kesegaran jasmani
yang disebut biomotorik meliputi 10 komponen utama, yaitu : kekuatan,
daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan,
koordinasi, ketepatan dan waktu reaksi.
c. Dalam setiap aktivitas pekerjaan, maka setiap tenaga kerja dituntut untuk
memiliki kesegaran jasmani yang baik sehingga tidak merasa cepat lelah
dan performansi kerja tetap stabil untuk waktu yang cukup lama.
Hazard Pengorganisasian Pekerjaan
• Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian kerja yang direncanakan
untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan
antar pekerjaan yang efektif di antara mereka dan pemberian lingkungan dan
fasilitas pekerjaanyang wajar sehingga mereka bekerja secara efisien.
1. Waktu
• Long work hours (shif kerja)
• Career planning (Jalur karir, kenaikan jabatan & pangkat)
• Central planning (otonomi, partisipasi karyawan)
2. Beban pekerjaan
• Jumlah & jenis pekerjaan
• Karywan tidak diberi pekerjaan yang tidak bisa
• Fasilitas memadai
• Rewad yang sesuai
Hazard Budaya Kerja
• Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan
dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita,
pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja
Komponen-komponen Budaya Kerja
1. Anggapan Dasar Tentang Kerja
Pendirian atau anggapan dasar atau kepercayaan dasar tentang kerja, terbentuknya melalui
konstruksi pemikiran silogistik. Premisnya adalah pengalaman hidup empiric, dan kesimpulan.
2. Sikap Terhadap Pekerjaan
Manusia menunjukkan berbagai sikap terhadap kerja. Sikap adalah kecenderungan jiwa
terhadap sesuatu. Kecenderungan itu berkisar antara menerima sepenuhnya atau menolak
sekeras-kerasnya.
3. Perilaku Ketika Bekerja
Sikap terhadap bekerja, lahir perilaku ketika bekerja. Perilaku menunjukkan bagaimana
seseorang bekerja
5. Lingkungan Kerja Dan Alat Kerja
Dalam lingkungan, manusia membangun lingkungan kerja yang nyaman dan
menggunakan alat (teknologi) agar ia bekerja efektif, efisien dan produktif.
6. Etos Kerja
Istilah ethos diartikan sebagai watak atau semangat fundamental budaya,
berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku
Budaya Kerja Yang Diaplikasikan
1. Value (tata nilai perusahaan)
• Kepemimpinan Otoriter vs Demokrasi
• Profit oriented
• Kebersihan
2. Norma (peraturan atau kegiatan yang dikerjakan untuk mendukung value)
3. Suasana kerja/iklim
• Kondusif untuk kerja
• Keterbukaan
• Tertutup
4. Kerja dalam team work
• Karyawan yang individualistic akan sulit untuk bekerjasama dalam tim
• Adanya dukungan

Anda mungkin juga menyukai