NPM: 1910013411196
Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis
dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya,1997:176). Menurut
Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan,
hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak. Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar
matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan
prosedural.
untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu mengetahui berbagai teori
belajar matematika. Dalam unit akan membicarakan bagaimana cara kondi siswa dengan
memahami teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner, Dienes, Gagne dan Van Hielle. Unit ini
akan terbagi empat sub unit, yakni sub unit 1 dasar dan konsep teori belajar Bruner, sub unit 2
dasar dan konsep teori belajar Dienes, sub unit 3 dasar dan konsep teori belajar Gagne dan sub
unit 4 dasar dan konsep teori belajar dasar Hielle.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Sebagai guru kelas di sekolah dasar di suatu
sekolah, kita akan selalu terkait dan terlibat dalam pembelajaran matematika sekolah.
Keterlibatan ini menjadikan pembelajaran matematika sekolah begitu penting bagi kita. Karena
matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana
sampai yang paling sulit. Penyajian seperti dalam matematika merupakan pendekatan spiral.
Dalam pendekatan spiral setiap ide-ide matematika disajikan secara sistimatis dengan
menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini sederhana, diikuti
dengan notasi berikutnya yang lebih kompleks.
Dengan memahami hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dari matematika,
pemahaman siswa terhadap struktur dan isi matematika menjadi lebih utuh.
Perlu dijelaskan bahwa keempat dalil tersebut di atas tidak dimaksudkan untuk diterapkan satu
per satu seperti di atas. Dalam penerapan (implementasi), dua dalil atau lebih dapat diterapkan
secara bersaa dalam proses pembelajaran sesuatu materi matematika tertentu. Hal tersebut
bergantung pada karakteristik dari materi atau topik matematika yang dipelajari dan
karakteristik dari siswa yang belajar. Misalnya konsep Dalil Pythagoras diperlukan untuk
menentukan Tripel Pythagoras. Guru perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara sesuatu
yang sedang dijelaskan dengan objek atau rumus lain. Apakah hubungan itu dalam kesamaan
rumus yang digunakan, sama-sama dapat digunakan dalam bidang aplikasi atau dalam hal-hal
lainnya.
B. Metode Penemuan
Satu hal menjadikan Bruner terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar dari pada
hasil belajar. Oleh karena itu, menurut Bruner metode belajar merupakan faktor yang
menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan pemerolehan khusus. Metode yang
sangat didukungnya yaitu metode penemuan (discovery). Discovery learning dari Buner,
merupakan model pengajaran yang di-kembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif
tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery learning siswa
didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa
untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberi tahu tetapi memberkan
kesempatan atau dengan berdialog agar siswa menemukan sendiri. Metoda penemuan adalah
metoda mengajar yang mengatur pengajaran sedemikan rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian
atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Dengan metode ini anak didorong untuk memahami suatu fakta dan hubungannya yang belum
dia paham sebelumnya, dan yang belum diberikan kepadanya secara langsung oleh orang lain.
Manfaat belajar penemuan adalah sebagai berikut:
Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat;
Teori belajar Dienes ini juga sangat terkait dengan teori belajar Piaget dan
Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Oleh
karena itu dalam tulisan ini juga dibahas tentang teori belajar Dienes dan PAKEM.
B. Konsep PAKEM
Teori belajar Dienes yang menekankan pada tahapan permainan yang berarti
pembelajaran yang diarahkan pada proses melibatkan anak didik dalam belajar. Hal ini
berarti proses pembelajaran dapat membangkitkan dan membuat anak didik senang
dalam belajar. Oleh karena itu teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan konsep
pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang PAKEM. Menurut
Siswono (2004), PAKEM bertujuan untuk menciptakan suautu lingkungan belajar yang
lebih melengkapi peserta didik dengan ketrampilan- keterampilan, pengetahuan dan
sikap bagi kehidupan kelak. Aktif diartikan peserta didik maupun berinteraksi untuk
menunjang pembelajaran. Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan
belajar mengajar dan membuat alat bantu baljar, bahkan mencipta teknik-teknik
mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan
belajarnya. Peserta didik akan kreatif, bila diberi kesempatan merancang/membuat
sesuatu, menuliskan ide atau gagasan. Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar
mengajar yang ”hidup”, semarak, terkondisi untuk trus berlanjut, ekspresif, dan
mendorong pemusatan perhatian peserta didik terhadap belajar. Efektif yang diartikan
sebagai ketercapaian suatu tujuan (kompetensi) merupakan pijakan utama suatu
rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang tampaknya aktif dan menyenangkan,
tetapi tidak efektif akan tampak hanya sekedar permainan belaka.
d. Guru menggunakan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
belajar kelompok.
Dienes (dalam Ruseffendi, 1992) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat
dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara
struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan- hubungan di antara struktur-struktur.
Seperti halnya dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip
dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan
baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan
akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Konsep PAKEM teori belajar dienes yang menekankan pada tahapan permainan yang
berarti pembelajaran yang diarahkan pada proses melibatkan anak didik dalam belajar.
1.Hukum kekekalan bilangan (6-7 tahun) anak-anak yang telah memahami hokum
kekekalan bilangan sudah siap untuk menerima pelajaran konsep bilangan dan operasi
ya
2. Hukum kekekalan materi(7-8 tahun) anka yang sudah memahami hokum ini akan
mengatakan bahwa materi atau zat akan tetap sama banyaknya meskipun diubah
bentuknya atau dipindah tempatnya.
3. Hokum kekekalan luas (8-9 tahun)anak yang sudah memahami hokum ini bahwa luas
daerah yang ditutupi suatu benda akan tetap sama meskipun letal benda nya diubah.
4. Hokum kekekalan berat (9-10 tahun)menyatakan bahwa berat suatu benda akan tetap
meskipun bentuk,tempat atau penimbanagn benda akan berbeda.
5. Hokum kekekalan isi(14-15tahun) menyatakan bahwa jika suatu bak atau bejana yang
penuh dengan air dimasukan suatu benda maka air yang ditumpahkan dari bak atau
bejana tersebut sama dengan isi benda yang dimasukan.
B. Penerapan Teori Belajar Dienes
Di dalam belajar, anak diberi kesempatan merencanakan dan menggunakan cara
belajar yang mereka senangi. Pendapat ini juga berlaku bagi anak SD yang belajar
matematika. Belajar matematika akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan. Agar dapat memenuhi kebutuhan untuk dapat belajar matematika
dalam suasana yang menyenangkan, maka guru harus mengupayakan adanya
sutuasi dan kondisi yang menyenangkan Untuk itu guru memahami tentang
perkembangan anak didik dalam belajar matematika, yang menyenangkan untuk
dipelajari, maupun trik-trik yang menjadikan anak didik senang dan tidak bosan
belajar matematika.
Menurut Ruseffendi (1992), untuk dapat mengajarkan konsep matematika pada anak
dengan baik dan mudah dimengerti, maka materi yang akan disampaikan hendaknya
diberikan pada anak yang sudah siap intelektualnya untuk menerima materi tersebut.
Contoh, meskipun anak berumur 3 tahun sudah dapat menghitung angka 1 –10, tetapi
dia belum mengerti bilangan 1, 2, dan seterusnya. Oleh karena itu, dia akan kesulitan
jika harus belajar tentang bilangan.
Belajar anak yang disebut dengan hukum kekekalan, sebagai berikut:
1. Hukum Kekekalan Bilangan (6 – 7 tahun)
2. Hukum Kekekalan Materi ( 7 – 8 tahun) .
3. Hukum Kekekalan Panjang (8 - 9 tahun) .
4. Hukum Kekekalan Luas (8 – 9 tahun)
5. Hukum Kekekalan Berat (9 – 10 tahun)
6. Hukum Kekekalan Isi (14 – 15 tahun)
Hukum kekekalan isi menyatakan bahwa jika pada suatu bak atau bejana yang penuh
dengan air dimasukan suatu benda, maka air yang ditumpahkan dari bak atau bejana
tersebut sama dengan isi benda yang dimasukannya.
TEORI BELAJAR VAN HIELE
Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah mengadakan
penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya
ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954.
Konsep Dasar Teori Belajar Van Hiele
Penelitian yang dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-
tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele (dalam Ismail,
1998) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: Tahap
pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan.
Lima Tahap Pemahaman Geometri
Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti bola,
kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun geometri lainnya
Tahap Analisis
Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri, seperti pada
sebuah kubus banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12.
Tahap Pengurutan
Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi dari
sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat- sifatnya,
maka pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara
suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
Tahap Deduksi
Pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan
secara deduktif.
Tahap Keakuratan
Pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-
prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
LATIHAN