Anda di halaman 1dari 8

Nama: Tn.

LMR keluarga tersebut terdiri dari kelurga inti, suami, istri dan anak berjumlah tiga orang,
Anak pertama berusia 20 tahun, anak kedua berusia 15 tahun dan anak ketiga 12 tahun. Istri tidak
menggunakan KB dan memiliki riwayat HT. Suami merupakan perokok aktif

Latar Belakang:

Indonesia Sehat dapat diwujudkan melalui keluarga-keluarga yang sehat, sehingga membentuk
masyarakat sehat. Mari berperilaku hidup bersih dan sehat, selalu mengonsumsi makanan yang

sehat teratur, sayur dan buah,

serta senantiasa berolah raga atau melakukan aktivitas fisik, melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin, tidak merokok, dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Permasalahan:

1. Keluarga belum mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Bayi belum mendapat imunisasi dasar lengkap

3. Penderita hipertensi tidak melakukan pengobatan secara teratur

4. Anggota kelurga ada yang merokok

5. Keluarga belum menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Perencanaan dan Intervensi:

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang hanya mencapai enam dari 10 indikator keluarga
sehat maka keluarga tersebut tergolong dalam kasus Keluarga Pra sehat dan dalam upaya mencapai
keluarga Sehat maka kami memilih “metode penyuluhan dan kunjungan rumah” dalam perencanaan
dan pemilihan intervensi.

Tanggal Kegiatan :

Hari / Tanggal : 25 Juni 2022

Pukul :09.00 s/d selesai

Tempat : Rumah kelurga


Nama: TN.B keluarga tersebut terdiri dari kelurga inti, suami, istri dan anak berjumlah enam orang,
Anak pertama berusia 27 tahun, anak kedua berusia 20 tahun dan anak ketiga 15 tahun, anak
keempat 12 tahun dan anak kelima 10 tahun. Istri tidak menggunakan KB. Suami dan anak pertama
merupakan perokok aktif

Latar belakang:

Indonesia Sehat dapat diwujudkan melalui keluarga-keluarga yang sehat, sehingga membentuk
masyarakat sehat. Mari berperilaku hidup bersih dan sehat, selalu mengonsumsi makanan yang

sehat teratur, sayur dan buah,

serta senantiasa berolah raga atau melakukan aktivitas fisik, melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin, tidak merokok, dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Permasalahan:

1. Keluarga belum mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Bayi belum mendapat imunisasi dasar lengkap

3. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

4. Anggota keluarga ada yang merokok

5. Keluarga belum menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Perencanaan dan Intervensi:

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang hanya mencapai enam dari 10 indikator keluarga
sehat maka keluarga tersebut tergolong dalam kasus Keluarga Pra sehat dan dalam upaya mencapai
keluarga Sehat maka kami memilih “metode penyuluhan dan kunjungan rumah” dalam perencanaan
dan pemilihan intervensi.

Tanggal Kegiatan :

Hari / Tanggal : 21 Juli 2022

Pukul :09.00 s/d selesai

Tempat : Rumah keluarga


Nama: Kelurga Tn. H keluarga tersebut terdiri dari kelurga inti, suami, istri dan anak berjumlah tiga
orang, Anak pertama berusia 5 tahun, anak kedua berusia 4 tahun dan anak ketiga 2 tahun. Istri
tidak menggunakan KB memiliki riwayat penyakit Hipertensi yang tidak terkontrol.

Latar Belakang:

Indonesia Sehat dapat diwujudkan melalui keluarga-keluarga yang sehat, sehingga membentuk
masyarakat sehat. Mari berperilaku hidup bersih dan sehat, selalu mengonsumsi makanan yang
sehat teratur, sayur dan buah,serta senantiasa berolah raga atau melakukan aktivitas fisik,
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, tidak merokok, dan menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat.

Permasalahan:

1. Keluarga belum mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Bayi belum mendapat imunisasi dasar lengkap

3. Penderita hipertensi tidak melakukan pengobatan secara teratur

4. Keluarga belum menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Perencanaan dan Intervensi:

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang hanya mencapai enam dari 10 indikator keluarga
sehat maka keluarga tersebut tergolong dalam kasus Keluarga Pra sehat dan dalam upaya mencapai
keluarga Sehat maka kami memilih “metode penyuluhan dan kunjungan rumah” dalam perencanaan
dan pemilihan intervensi.

Tanggal Kegiatan :

Hari / Tanggal : 12 Agustus 2022

Pukul :09.00 s/d selesai

Tempat : Rumah kelurga


Latar belakang:

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar menyusui bayi dalam 6 bulan pertama
dilengkapi dengan pemberian ASI tambahan selama dua tahun pertama. Pemerintah Indonesia telah
mengikuti Rekomendasi WHO sejak tahun 2004 oleh Departemen Kesehatan No. 450 /MENKES / IV /
2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Mengikuti keputusan tersebut (Kesehatan RI,
2012)

Manfaat pemberian asi untuk bayi sebagai perlindungan terhadap pencernaan, mengurangi resiko
kematian akibat diare, sumber energi serta gizi untuk anak usia 6 sampai 23 tahun dan mengurangi
angka kematian anak yang kurang gizi. manfaat bagi ibu adalah mengurangi risiko kanker ovarium
dan payudara serta membantu menurunkan berat badan (WHO, 2016)

Permasalahan:

Kurangnya pemahaman mengenai cara dan posisi pemberian asi serta pentingnya kandungan gizi
dalam asi

PELAKSANAAN:

Hari/Tanggal :19 Juli 2022

Tempat : Puskesmas Watubangga

Pukul : 15.00- selesai

MONITORING & EVALUASI:

Dengan manajemen pelayanan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan


(availability), keterjangkauan (accessibility), penerimaaan (acceptability) dan kualitas pelayanan
(quality).
LATAR BELAKANG:

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah
terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun, metode ini dikembangkan oleh the Population
Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan
metode kontrasepsi. Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit lengan
atas yang berbentuk kapsul silastik yang lentur dimana di dalam setiap kapsul berisi hormon
levernorgestril yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi implant ini memiliki cara
kerja menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap dalam
menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan endometrium dengan
efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant sebesar 97-99% (BKKBN, 2014).

PERMASALAHAN

Kurangnya pengetahuan mengenai berbagai macam jenis kontrasepsi dan manfaat serta efek
samping

PELAKSANAAN:

Hari/Tanggal :11 agustus2022

Tempat : Puskesmas Watubangga

Pukul : 09.00- selesai

MONITORING & EVALUASI:

Dengan manajemen pelayanan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan


(availability), keterjangkauan (accessibility), penerimaaan (acceptability) dan kualitas pelayanan
(quality).
Stunting

Latar Belakang:

Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hal yang harus diperhatikan sejak usia dini.
Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan akan berakibat terhadap kesejahteraaan anak. Salah
satu gangguan dalam pertumbuhan anak yang saat ini sedang marak dibicarakan adalah stunting.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 Angka kejadian stunting di
Indonesiasebesar 30,8%. Hal ini masih jauh dari target WHO dimana angka stunting targetnya adalah
20% [1]. Stunting merupakan suatu kondisi dimana panjang atau tinggi badan kurang dibandingkan
umurnya, dengan kata lain anak mengalami ganggunan pertumbuhan yang menyebabkan anak tidak
bertambah tingginya sehingga menjadi pendek dibandingkan dengan usianya. Kondisi anak pendek
merupakan tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan anak.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting diantaranya adalah kurangnya pengetahuan
ibu mengenai kesehatan dan gizi pada masa sebelum dan masa kehamilan serta setelah melahirkan
sehingga mengakibatkan kurang baiknya praktik pengasuhan anak, pelayanan kesehatan terutama
ANC dan PNC sehingga akses untuk memperoleh pembelajaran dini yang berkualitas berkurang,
masih kurangnya akses keluarga untuk memperoleh makanan bergizi yang disebabkan oleh masalah
ekonomi yang rendah, kurangnya akses terhadap penggunaan air bersih dan sanitasi yang baik

PERMASALAHAN:

Menurut penelitian, ternyata angka kejadian gangguan tumbuh kembang anak cukup tinggi. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan angka kejadian anak pendek akibat masalah gizi di
Indonesia sebesar 37,2 %, dan tentunya gangguan pertumbuhan ini akan mengganggu
perkembangannya. Karena itulah penting orangtua memantau tumbuh kembang anaknya terutama
untuk anak di bawah usia 2 tahun. Dan Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan untuk mengindaripenyimpangan tumbuh
kembang anak.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI:

Untuk skrining pertumbuhan dilakukan dengan menimbang berat badan, mengukur panjang / tinggi
badan dan lingkar kepala, dan kemudian diplotkan ke dalam kurva pertumbuhan yang sesuai untuk
umur dan jenis kelamin yang ada dibuku kesehatan anak. Untuk skrining perkembangan dapat
dilakukan dengan pengamatan langsung pada bayi/ anak oleh petugas kesehatan dan juga
menggunakan alat - alat seperti mainan, balok dll enggan menebak warna apakah itu, bentuk apakah
itu, bernyanyi, berdiri dengan satu kaki, berhitung.

PELAKSANAAN:

Hari/Tanggal :9 agustus 2022

Tempat : Posyandu Lamunde

Kegiatan :Deteksi tumbuh(TB, BB, LK) kembang, pengenalan warna


MONITORING & EVALUASI:

Hasil deteksi tumbuh kembang dicatat dan dievaluasi, hasil - hasil yang kurang /tidak baik
disampaikan kepada Kepala Puskesmas terkait dan pihak terkait menyampaikan kepada orang tua/
wali anak untuk nantinya dapat membawa anak bersangkutan kontrol dan pemeriksaan lebih lanjut
di Puskesmas.
PENYULUHAN TB

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Bahkan di
Indonesia TB Paru adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh
kalangan usia. Tuberkulosis masih menjadi penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas pada
semua umur terutama di negara berkembang (Octaria, 2013).Tuberkulosis adalah suatu penyakit
granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini
biasanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di tubuh.Biasanya
granuloma tubercular mengalami nekrosis perkijauan (Robbins, 2007). Orang dapat terinfeksi kuman
TB Paru kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan dan kontak langsung yang
secara berlebihan dengan kuman TB Paru (Mycobacterium Tuberculosis) selama 3 bulan atau lebih
(Rusnoto,2006)

PERMASALAHAN:

Perilaku seseorang didasarioleh pengetahuan,sikap, dan tindakan yang positif. Masalah perilaku
yang buruk pada penderita TB Paru ini disebabkan karena pengetahuan penderita yang kurang.

PERENCANAAN &PEMILIHAN : Metode penyuluhan berupa edukasi

TANGGAL KEGIATAN

Hari/Tanggal :senin, 4 Juli 2022

Pukul : 09.00 s/d Selesai

Tempat : Posyandu polenga

MONITORING &EVALUASI : Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang penyakit
kusta terkait faktor resiko dan cara penularannya .Namun setelah dilakukan Penyuluhan tentang
penyakit kusta peserta antusias dalam menerima informasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai