Anda di halaman 1dari 9

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG

“KEKERASAN SEXUAL TERHADAP ANAK”

MODUL2: SEMINAR MASALAH MORAL PASTORAL AKTUAL

DOSEN PENGAMPUH:

Disusun oleh :

GERREN F.X. MAWEIKERE

PRISELLA AGATA KOROMPIS

CHECILIA CINDY JENIFER ALIDA PINEDENDI

PROGRAM STUDI TEOLOGI

PINELENG

OKTOBER 2021
KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK

PENDAHULUAN

Zaman sekarang ini banyak sekali kita temui tentang kasus-kasus kejahatan moral
dalam masnyarakat. Salah satunya sexual abuse atau kekerasan seksual pada anak. Kasus
kekerasan seksual pada anak ini tidak pernah berhenti. Di Indonesia juga telah banyak terjadi
kasus-kasus seperti ini. Ada berbagai macam kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak.
Keekrasan seksual bukan hanya menyangkut fisik saja tetapi bisa juga kekerasan dalam
bentuk non fisik. Kekerasan seksual pada anak bukan semata tentang seks. Kebanyakan
pelecehan seksual dilakukan oleh kaum laki-laki terhadap perempuan. Namun ada juga kasus
pelecehan perempuan terhadap laki-laki dan bahkan ada juga sesame jenis baik itu sesama
perempuan atau sesama laki-laki.

Anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap kekerasan seksual karena anak
selalu diposisikan sebagai sosok yang lemah atau tidak berdaya dan selalu bergantung pada
orang yang lebih dewasa. Dan hal seperti inilah yang membuat anak-anak takut, dapat
diancam untuk tidak mengatakan apa yang telah dia alami. Kekerasan seksual terhadap anak
bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Siapa pun bisa menjadi pelaku kekerasan seksual
terhadapa anak.

Dalam tulisan ini, akan dibahas lebih lengkap mengenai kekerasan seksual pada anak,
dan bagaimana pandangan Gereja Katolik dalam kasus seperti ini.
PEMBAHASAN

1. Kekerasan Seksual terhadap Anak

Apa yang dimaksud dengan kekerasan seksual? Kekerasan seksual adalah kontak
seksual yang tidak dikehendaki oleh salah satu pihak. Inti dari kekerasan seksual terletak
pada “ancaman” (verbal) dan “pemaksaan” (tindakan)1. Sekarang ini banyak terjadi kasus
kekerasan seksual terhadap anak. Seperti yang telah dijelaskan bahwa kekerasan seksua
ini hanya dikehendaki oleh satu pihak. Anak-anak dipaksa untuk melakukan kontak
seksual. Bentuk kekerasan seksual terhadap anak ini bisa menimbulkan kerugian atau
bahaya bagi anak-anak, baik secara fisik maupun emosional. Tidak terbatas pada
hubungan seks saja, tetapi juga tindakan-tindakan yang mengarah kepada aktivitas
seksual terhadap anak-anak. Seperti, menyentuh tubuh anak secara seksual, baik anak itu
menggunakan pakaian atau tidak, segala bentuk penetrasi seks, termasuk penetrasi ke
mulut anak menggunakan benda atau anggota tubuh, membuat atau memaksa anak untuk
terlibat dalam aktivitas seksual, menampilkan gambar atau film porno, dan lain-lain.

2. Dampak Kekerasan Seksual pada Anak

Kekerasan seksual, pasti memberi dampak yang buruk dan berbahaya bagi anak-anak.
Anak-anak cenderung mengalami trauma yang sangat besar. Anak-anak merasa stress,
depresi, gangguan jiwa, dan pasti muncul perasaan bersalah dan cenferung juga
menyalahkan dirinya. Trauma akibat kekerasan seksual pada anak ini sangatlah sulit
untuk dihilangkan. Harus memerlukan seseorng yang ahli dalam menyembuhkan trauma
mereka ini.

Finkelhor dan Browne (Tower, 2002) mengkategorikan empat jenis dampak trauma
akibat kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak yaitu2:

a. Pengkhianatan (Betrayal)
Sebagai anak, pasti mempunyai kepercayaan yang besar kepada orang tua dan
kepecayaan itu dimengerti dan dipahami. Namun, kepercayaan anak dan otoritas
orangtua menjadi hal yang mengancam anak.
b. Trauma secara Seksual (Traumatic sexualization)

1
Ismantoro D.Yuwono, Penerapan Hukum Dalam Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak,
(Yogyakarta:Medpress Digital), hlm. 1
2
www.neliti.com/id/publications/52819/kekerasan-seksual-terhadap-anak-dampak-dan-penanganannya
Russel (Tower, 2002) menemukan bahwa perempuan yang mengalami keekrasan
seksual cenderung menolak hubungan seksual, dan sebagai konsekuensinya
menjadi korban kekerasan seksual dalam rumah tangga.
c. Merasa Tidak Berdaya (Powerleness)
Anak yang menjadi korban kekerasan seksual merasa dirinya selalu lemah dan
tidak berdaya. Dia selalu merasa tidak mampu dan tidak efektif dalam melakukan
pekerjaan da nada yang merasakan sakit pada tubuhnya. Muncullah mimpi buruk,
fobia dan kecemasan.
d. Stigmatization
Mereka yang menjadi korban pasti ada rasa malu dan rasa beralah. Keduanya ini
terbentuk karena ketidakberdayaan dan merasa bahwa mereka tidak ada kekuatan
untuk mengontrol dirinya. Anak yang menjadi korban selalu merasa bebeda
dengan yang lain. Pada akhirnya mereka akan menggunakan obat-obatan
terlarang, minum alkhohol untuk menghukum dirinya.

Kalau dilihat mungkin secara fisik anak yang menjadi korban kasus ini tidak terlalu
dipermasalahkan. Tetapi tidak untuk kondisi psikis mereka. Apa yang telah menimpa mereka
akan mengganggu perkembangan, dan kematangan hidup mereka.

3. Penyebab Kekerasan Seksual pada Anak


Ada banya fator penyebab sehingga terjadi keekrasan seksual pada anak:
a. Kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain
dan lain-lain. Ini bukan berarti orang tua menjadi over protective terhadap anak,
tetapi melihat kondisi dunia modern saat ini yang membuat orangtua harus
waspada terhadap anak mereka
b. Factor ekonomi keluarga
c. Berasal dari keluarga yang pecah (broken home)
d. Keluarga yang belum matang secara psikologis
e. Ketidakmampuan mendidik anak
f. Anak yang lahir di luar nikah
g. Latar belakang atau kondisi lingkungan yang kurang baik
h. Karena kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian dan bisa menjadi
pemicu kekerasan terhadap anak
i. Kurangnya pendidikan orangtua terhadap anak
j. Teringat akan kekerasan yang dulu sering memperlakukan anak-anaknya dengan
cara yang sama

4. Beberapa kasus pelecehan pada anak.


1. Data kasus pelecehan pada anak
Hampir disetiap berita yang ditayangkan di tv atau yang ada dimedia online
lainnya kita selalu melihat tentang banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi
lebih khusus yang terjadi pada anak-anak dan kasus kekerasan seksual seperti
pemerkosaan dan pencabulan terhadap anak mendominasi saat pandemic Virus
corona covid-19. Berdasarkan data dari komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI),
ada 419 kasus anak berhadapan dengan hukum karena menjadi korban kekerasan
seksual pada tahun 2020. Bukan hanya di tahun 2020 melainkan di tahun 2021 juga
angka pelecehan seksual pada anak meningkat, Berdasarkan data yang dikeluarkan
oleh Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan anak (SIMPONI PPA)
hingga juni 2021 terdapat 3.122 kasus kekerasan terhadap anak. dari angka itu
kekerasan seksual terhadap anak masih mendominasi. Deputi perlindungan khusus
anak kementererian pemberdayaan perempuan perlindungan anak (PPPA)
mengatakan masih ada penanganan kekerasan yang tidak utuh dan selesai juga tidak
ada lanjutan lainnya. Lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK) mencatat
adanya peningkatan permohonan perlindungan kekerasan seksual pada anak bahkan
jumlah ini melebihi tindak pidana lain.

2. UU yang mengatur Perlindungan anak


Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kelangsungan hidup manusia
dan keberlangsungan sebuah negara. Agara negara bertanggung jawab atas
keberlangsungan bangsa dan setiap anak perlu mendapatkan perlindungan dan
kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik,
mental, maupun sosial. Untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan untuk
mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan
hak-haknya tanpa adanya diskriminatif.
Salah satu kejahatan terhadap anak yang menjadi perhatian public adalah
kejahatan yang akhir-akhir ini terjadi di sekeliling kita, bahkan sering dilakukan oleh
orang-orang yang dekat dengan sang anak yang pernah kita lakukan tak pernah
diduga, seperti kejahatan yang seksual yang dilakukan oleh seorang ayah kepada
anaknya (baik ayah kandung maupun ayah angkat), bahkan pada 2014 ada kasus yang
menggemparkan dunia pendidikan yakni adanya kejahatan seksual yang terjadi
disalah satu sekolah yang konon kabarnya “bertaraf International” yang “diduga”
dilakukan oleh oknum pendidk, serta masih banyak kasus kejahatan seksual lainnya
yang terjadi diberbagai pelosok nusantara.
Dahulu, kejahatan seksual terhadap anak dianggap tabu dan menjadi aib yang
luar biasa, namun seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, kejahatan
seksual terhadap anak dianggap sesuatu hal yang tabu lagi. Dalam undang-undang
perlindungan anak yang lam ancaman kejahatan seksualnya hanya diancam dengan
pidana maksimal 15 tahun, minimal 3 tahun dan denda maksimal Rp 300.00,000 dan
minimal Rp 60.000,00. Sedangkan dalam undang-undang nomor 35 tahun 2014
diubah dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun penjara, minimal 5 tahun dan
denda maksimal sebesar Rp 5.000.000,000. Yang lebih khusus dalam hal ini adalah
jika pelaku melangar atau pencabulan dilaukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak,
pendidik atau tenaga pendidik maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga).

3. Contoh kasus tentang pelecehan pada anak


Pada tahun 2021 atau tahun ini seorang gadis berinisial MS ditemukan tewas
dalam dalam karung diperkebunan karumama, desa koha, kecamatan mandolang,
kabupaten minahasa Sulawesi utara, Kamis-20-5-2021 malam. Peristiwa ini
mengemparkan warga sulut dan viral dimedia sosial. Setelah terus diselidiki dan
mengejar pelaku pembunuhan, dugaan sementara korban terlebih dahulu diperkosa
sebelum dibunuh. Kronologi yang terjadi pertama-tama orang tua dari sang anak
bercerita bahwa anaknya meninggalkan rumah untuk bermain pada hari selasa pukul
18;00 wita. Ketika itu kakak korban sempat melihat adiknya sedang bermain bersama
teman-temannya. Karena sudah larut, dia kemudian menyuruh adiknya pulang.
Namun sang adik menjawab masih ingin bermain dan belum terlalu malam. Sejak itu
sang anak tak lagi terlihat selama tiga hari. keluarga sudah mencari dan mengungah
info orang hilang di media sosial yang kemudian viral, setelah 3 hari pencarian
sejumlah warga yang membantu melakukan pencarian menemukan korban dalam
kondisi sudah tidak bernyawa, tubuhnya dimasukkan kedalam karung, diduga
dilakukan pelaku untuk menghilangkan jejak. Karung putih ini kemudian ditemukan
warga di bawah pohon pala dalam perkebunan. Gadis 13 tahun ini diduga menjadi
korban pembunuhan bahkan tubuhnya dipaksa masuk kedalam karung hingga bagian
leher tampak patah, bahkan beredar kabar bahwa sebelum dibunuh korban terlebih
dahulu di perkosa. Setelah penemuan mayat tersebut mulai viral sehingga polisi dan
masyarakat mulai mencari-cari pelaku setelah ditelusuri ternyata seorang pala (kepala
lingkungan) setempat dan yang lebih parahnya lagi pelaku merupakan keluarga dekat
dari korban. Sebelum itu juga pernah terjadi kasus kekerasan seksual terhadap seorang
anak tunarungu di manado, yang dilecehkan dan diperkosa oleh 12 pemuda. Hal ini
sempat menghebukan warga Sulawesi utara serta banyak kecaman yang meminta para
tersangka untuk di hukum kebiri. Tak lama sesudah kasus pemerkosaan terhadap MS
yang dilakukan oleh seorang apparat lingkungan, sempat viral juga pengakuan
seorang anak yang meminta pertolongan akibat kekerasan seskual yang dilakukan
oleh ayah kandungnya di daerah kotamobagu. Hal lain juga di Minahasa sempat
menghebokan warga Tataaran atas penangkapan seorang ayah yang melakukan
kekerasan seksual terhadap kedua anak kandungnya di kompleks pekuburan.

5. Tanggapan Gereja Katolik terhadap Kekerasan seksual pada anak.

Kekerasan seksual pada anak bukan lagi hal yang baru bagi dunia. Hampir
setiap tahun terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap anak baik remaja maupun
balita. Hal ini dipandang sebagai satu kejahatan yang sangat berdampak dan
mengancam bagi korban itu sendiri. kasus kekerasan seksual ini tidak hanya terjadi
dilingkungan awam saja tapi juga sering juga terjadi dilingkungan gereja sendiri.
menyikapi maraknya perkembangan kasus kekerasan seksual ini pada pertemuan
jperlindungan anak dibawah umur di vatikan februari 2019 lalu Paus Fransiskus
menerbitkan satu dokumen motu prorio “Vos estis lux mundi”. Dalam dokumen ini
ditetapkanlah satu prosedur untuk melaporkan penyalahgunaan dan kekerasan.

Vos estis lux mundi (kamu adalah terang dunia) merupakan satu usaha Paus
Fransiskus untuk memerangi kekerasan seksual yang terjadi di kalangan para imam
dan para religius. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa “ kejahatan penyalahgunaan
seksual menyakiti hati Tuhan kita, menyebabkan kerusakan fisik, psikologis dan
rohani bagi para korban dan melukai kumunitas kaum beriman. 3 Paus juga
mengingatkan tanggung jawan para uskup sebagai penerus para rasul dalam
pencegahan klejahatan-kejahatan seksual.
3
Vatikan News, “Vos Estis Lux Mundi” dokpen KWI.Org
Dokumen Motu Proprio ini tidak hanya berkaitan dengan kekerasan dan
penyalahgunaan terhadap anak-anak dan orang dewasa, tetapi juga berkaitan dengan
kekerasan sesksual yang diakibatkan oleh penyalahgunaan wewenang. Dokumen ini
sangat menekankan pentingnya melindungi anak dibawah umur dan yang rentan.
Artinya orang yang dalam keadaan lemah atau ada kekurangan fisik atau mental.
Dengan demikian gereja katolik dapat mengaktualisasikan langkah dalam memerangi
penyalahgunaan seksual.

Selain itu motu proprio yang dikeluarkan gereja sebagai bentuk memerangi
kekerasan seksual, pada 16 juli 2020 Vatikan mengeluarkan pedoman penganganan
kasus pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur yakni Dukumen Vademecum.
Merujuk pada dokumen motu proprio diatas, dokumen vademecum menganggap kasus
pelecehan seksual anak dibawah umur sebagai kejahatan, sebagaimana dikatakan
dalam pengantar dokumen itu “ buku pegangan ini dimaksudkan bagi mereka yang
diberi tugas untuk memastikan kebenaran dalam kasus-kasus kejahatan seperti itu,
menuntun mereka selangkah demi selangkah dari laporan awal tentang kemungkinan
kejahatan hingga kesimpulan pasti dari kasus-kasus itu.” 4

Dengan demikian, Gereja Katolik dapat mengambil langkah lebih lanjut dan
tajam dalam mencegah dan memerangi penyalahgunaan, dengan menekankan pada
tindakan nyata. Sebagaimana ditulis oleh Paus pada awal dokumen mutu proprio:
“Agar fenomena ini, dalam segala bentuknya, tidak pernah terjadi lagi, diperlukan
pertobatan hati yang terus-menerus dan mendalam, dan dibuktikan dengan tindakan-
tindakan nyata dan efektif yang melibatkan semua orang di Gereja.”5

Penutup.

4
AN,Alexander, “Vatikan rilis pedoman penangan kasus pelecehan seksual dalam gereja” , katolik news.com
5
Vatikan News, “Vos Estis Lux Mundi” dokpen KWI.Org
Perkembangan Kasus pelecehan seksual sekarang ini perlu menjadi perhatian khusus
oleh negara maupun oleh lingkup keagamaan. Tindakan kejahatan seksual ini menjadi satu
masalah serius yang tentunnya memberikan dampak sangat besar bagi korbanya. Hal ini jelas
sebagaimna dikatakan oleh gereja bahwa perlu ada langkah lebih lanjut dan tajam untuk
mememrangi tindakan kekerasan seksual ini. Negara dan gereja perlu melindungi korban dan
anak-anak yang lain dari kejahatan seksual.

Anda mungkin juga menyukai