Anda di halaman 1dari 34

MODUL PEMBELAJARAN

AGAMA ISLAM

TIM PENYUSUN
RIONO HASNAN, S. Ag
Drs. MISERI, S. A

i
MODUL PEMBELAJARAN
AGAMA ISLAM

Tim Penyusun:
RIONO HASNAN, S. Ag
Drs. MISERI, S. A

Penerbit: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-Nya

Modul Pembelajaran Keperawatan Agama islam ini dapat kami susun. Modul pembelajaran

ini disusun untuk memberikan gambaran dan panduan kepada mahasiswa sehingga

mahasiswa diharapkan dapat belajar secara mandiri dan mengerti akan tujuan

pembelajaran. Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk

pencapaian kompetensi Agama islam.

Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan

masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini. Mudah-mudahan

modul ini bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Jombang, Agustus 2019

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................ii


Daftar Isi .............................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................. iv
Diskripsi Modul ..................................................................................................1
Tujuan Modul .....................................................................................................1
Informasi Mata kuliah ......................................................................................... 1
Rancangan Pembelajaran .................................................................................... 2
Langkah - Langkah Pembelajaran SGD ............................................................. 5
Peran dan Tugas Mahasiswa ...............................................................................6
Laporan Tugas ....................................................................................................6
Evaluasi ...............................................................................................................7
Bab II Materi Perkuliahan...................................................................................11
Daftar Pustaka .....................................................................................................30

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Modul
Modul ini di susun sebagai panduan dalam materi Agama islam yang berisi
tentang pemahaman konsep-konsep agama dan kehidupan beragama di Indonesia.
Penekanan dan penerapan nilai kehidupan yang diterapkan dalam melaksanakan peran
sebagai perawat professional termasuk bersikap toleran dalam kehidupan social
khususnya kerjasama antar beragama. Pengalaman belajar meliputi ceramah dan
diskusi..

B. Tujuan Modul
Setelah menggunakan modul ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera baik peserta belajar maupun
instruktur atau dosen.
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi
dan gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan mahasiswa.
4. Memungkinkan mahasiswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.

C. Informasi Mata Kuliah


Materi : Agama islam
Pertemuan : 15 kali pertemuan
Sasaran : Mahasiswa Keperawatan semester I

D. Deskripsi Mata Kuliah


Mata Kuliah ini mengajarkan mahasiswa tentang pemahaman komunikasi
keperawatan dalam Agama islam. Mata kuliah ini Focus pada pemahaman konsep-konsep
agama dan kehidupan beragama di Indonesia. Penekanan dan penerapan nilai kehidupan
yang diterapkan dalam melaksanakan peran sebagai perawat professional termasuk bersikap
toleran dalam kehidupan social khususnya kerjasama antar beragama. Pengalaman belajar
meliputi ceramah dan diskusi.

1
E. Standart Kompetensi:
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Agama Islam mahasiswa mampu:
1. Mengidentifikasi ciri dan sifat manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah yang menjadi
bagian dari alam semmesta
2. Menjelaskan kejadian dan hakikat manusia menurut ajaran islam yang potensial
untuk beriman, bertakwa dan berakhlak
3. Menjelaskan sejarah agama besar
4. Menjelaskan arti agama dan ruang lingkup ajaranya
5. Menguraikan pengertian islam dan agama islam
6. Menguraikan fungsi agama bagi kehidupan manusia dalam abad sains dan tehnologi
7. Menguraikan sumber ajaran agama islam yang dijadikan petunjuk kehidupan yang
harus ditaati
8. Menjelaskan kerangka dasar agama islam
9. Menjelaskan kebenaran akidah islam guna meningkatkan iman kepada Allah SWT,
serta menjadikannya sebagai pegangan hidup
10. Menjelaskan makna takwa dalam ajaran islam serta mengembangkan berbagai
hubungan ketakwaan
11. Menunjukan akhlak mulia, akhlak islam baik terhadap Tuhan maupun terhadap
sesama mahluk
12. Menerapkan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan agama/rohani dalam pelayanan
keperawatan di RS/istitusi kesehatan lain

F. RANCANGAN PEMBELAJARAN
Strategi
Ming Kemampuan akhir
Bahan kajian pembelaj
gu yang diharapkan
aran
Mahasiswa Mampu Manusia dalam alam semesta
Mengidentifikasikan ciri  Pengertian mahluk ciptaan Tuhan
dan sifat manusia sebagai  Pengertian alam semesta Discoveri
I mahluk ciptaan Tuhan yang  Pengetian manusia
Learning
menjadi bagian dari alam  Ciri/sifat manusia Manusia
semesta sebagai ciptaan Tuhan

2
Mahasiswa Mampu Pengertian dan fungsi agama dalam
Menjelaskan Arti agama kehidupan manusia
dalam kehidupan manusia  Pengerian Agama
 Fungsi Agama Discoveri
II  Kedudukan
Learning
 Motivasi/ tujuan orang
beragama
 Fungsi agama dalam sains dan
teknologi
Mahasiswa Mampu Macam – macam agama yang diakui
Menjelaskan Berbagai di Indonesia: Islam, Katolik, Kristen,
agama yang diakui di Hindu, Budha, masing – masing
Discoveri
III Indonesia dibahas mengenai:
a. Sejarah perkembangan Learning
Konsep beribadah dan hubungan
antar manusia (sesuai dengan
agama masing – masing
Mahasiswa Mampu Sikap dan etika beragama
Mengidentifikasi Etika  Sikap beragama
beragama  Toleransi beragama
 Pengertian dan ruang lingkup Discoveri
IV akhlak serta perbedaaannya Learning
dengan moral dan etika
 Akhlak terhadap Tuhan dan
kepada manusia dan
lingkungan hidupan

Mahasiswa Mampu Kaidah agama terhadap tugas


Menganalisis Penerapan manusia: Discoveri
keidah – kaidah agama a. Proses kejadian manusia
V b. Komponen – komponen Learning
penting
c. Tugas manusia

Mahasiswa Mampu Fungsi agama dalam sains dan


Menganalisis fungsi teknologi
agama bagi kehidupan  Sains dan tekonologi dalam
manusia dalam abad sains Agama
dan teknologi  Fungsi Agama dalam sains
dan teknologi
VI  Fungsi agama dalam IPTEK SGD
Keperawatan tentang
pandangan tentang:
Kloning, Bayi tabung, Bunuh
diri, penggunaan cadaver
manusia sebagai mediia
pembelajaran
VII Mahasiswa Mampu Fungsi agama dalam sains dan SGD
Menganalisis fungsi teknologi

3
agama bagi kehidupan  Sains dan tekonologi dalam
manusia dalam abad sains Agama
dan teknologi  Fungsi Agama dalam sains
dan teknologi
 Fungsi agama dalam IPTEK
Keperawatan tentang
pandangan tentang:
Kloning, Bayi tabung, Bunuh
diri, penggunaan cadaver
manusia sebagai mediia
pembelajaran
Mahasiswa Mampu Pandangan masing-masing agama
Menganalisis pandangan tentang masalah kesehatan yang ada
VIII masing-masing agama dimasyarakat: SGD
tentang masalah kesehatan  Euthanasia
di masyarakat  Tranfusi darah

Mahasiswa Mampu Pandangan agama tentang masalah


Menganalisis pandangan kesehatan yang ada di masyarakat
masing-masing agama  Kontrasepsi
IX tentang masalah kesehatan  Menstruasi saat ibadah SGD
di masyarakat menurut agama masing-
masing

Mahasiswa Mampu Pandangan agama tentang masalah SGD


Menganalisis pandangan kesehatan yang ada di masyarakat
X masing-masing agama  Transplantasi organ
tentang masalah kesehatan  Masa nifas
di masyarakat
Mahasiswa Mampu Konsep sehat sakit menurut masing- SGD
Mengidentifikasi konsep masing agama:
sehat sakit masing-masing  Konsep sehat menurut agama
XI agama masing-masing
 Konsep sakit menurut agama
masing-masing

Mahasiswa Mampu Aplikasi agama (sesuai agama pasien SGD


Mengidentifikasikan dalam pelayanan keperawatan)
bentuk-bentuk kegiatan  Merawat bayi baru lahir
pelayanan agama dalam  Mengunjungi orang sakit
pelayanan keperawatan Di  Kegiatan-kegiatan selama dirawat
XII
RS / Institusi kesehatan lain  Menjelang kematian
(sakratul/terminal)
 Penyakit kronis
 Merawat jenazah
 Gizi dan makanan dari sisi agama
 Aktifitas ibadah selama di rawat
Pada penyakit AIDS

4
Mahasiswa Mampu Aplikasi agama (sesuai agama pasien SGD
Mengidentifikasikan dalam pelayanan keperawatan)
bentuk-bentuk kegiatan  Merawat bayi baru lahir
pelayanan agama dalam  Mengunjungi orang sakit
pelayanan keperawatan Di  Kegiatan-kegiatan selama
RS / Institusi kesehatan lain dirawat
 Menjelang kematian
XIII (sakratul/terminal)
 Penyakit kronis
 Merawat jenazah
 Gizi dan makanan dari sisi
agama
 Aktifitas ibadah selama di
rawat
 Pada penyakit AIDS
Mahasiswa Mampu Menumbuhkan Kesadaran Kalangan SGD
Menjelaskan hakikat Medis untuk Taat pada Hukum dan
XIV menumbuhkan kesadaran Fungsi Profetik agama dalam hukum
umat beragama pada
hukum

Mahasiswa Mampu Kenakalan remaja dan masalah yang SGD


Menjelaskan masalah- terjadi pada remaja dipandang dari
XV masalah yang terjadi pada sisi agama
remaja dipandang dari sisi
agama

G. Langkah-langkah pembelajaran Small Group discussion (SGD):


1. Identifikasi dan mencari kata-kata sulit dari kasus (mahasiswa
mendaftar/menuliskan kata-kata sulit atau pertanyaan tanpa diskusi)
2. Definisikan masalah yang akan didiskusikan (mahasiswa mungkin memiliki
pandangan/pendapat yang beragam dari kasus, mahasiswa menuliskan
daftar masalah yang disetujui kelompok)
3. Sesi ‘brainstorming’ untuk mendiskusikan masalah. (mahasiswa memberikan
penjelasan berdasar pada pengetahuan dasar, dan menuliskan jawaban
atas permasalahan yang ditemukan)
4. Penyusunan penjelasan menjadi solusi yang bersifat tentative/belum pasti
(mahasiswa menuliskan dan mengorganisasikan penjelasan)
5. Menyusun tujuan pembelajaran (tutor mengarahkan tujuan pembelajaran
yang terfokus, dapat dicapai, komprehensif dan sesuai)

5
6. Belajar mandiri (mahasiswa menggabungkan informasi dari berbagai
macam sumber yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Buku teks,
jurnal, artikel, internet, dll)
7. ‘Group sharing’ (mahasiswa mengidentifikasi semua referensi yang dimiliki
dan berbagi hasil dengan anggota kelompok lainnya, tutor mengevaluasi
proses pembelajaran baik perorangan maupun kelompok)

H. Peran Dan Tugas Mahasiswa


Dalam proses pembelajaran ini masing-masing mahasiswa mempunyai peran sebagai:
1. Ketua, bertugas:
a. Memimpin kelompok dalam proses diskusi
b. Mempertahankan dinamika kelompok
c. Memotivasi partisipasi anggota kelompok
d. Memastikan agar laporan selesai dan menjadi catatan yang akurat
e. Sekretaris, bertugas:
f. Berpartisipasi dalam diskusi
g. Mencatat sumber-sumber belajar pada kelompok
h. Mencatat hasil diskusi kelompok
i. Anggota, bertugas:
j. Mengikuti dan berpartisipasi proses diskusi
k. Mendengar aktif dan menghormati anggota lain yang mengutarakan pendapat
l. Menanyakan pertanyaan terbuka
m. Mencari semua tujuan pembelajaran
n. Berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain
I. Laporan tugas
1. Laporan diketik dengan Ms. Word (ukuran kertas A4 margin Left: 3; Right:
Top: 2.5; Bottom 2, 5).
2. Susunan penulisan:
 Halaman depan/cover: Judul, logo umm, nama kelas dan kelompok, daftar
nama dan NIM anggota kelompok, nama program studi, fakultas dan
universitas).
 Isi:
A. Kasus

6
B. Kata-kata sulit dari kasus.
C. Definisikan masalah
D. Daftar pertanyaan  jawaban dari hasil reference
E. Daftar pustaka
F. Membuat 10 soal multiple choice dan jawabanya dari laporan yang
telah dikerjakan.
3. Tugas dikumpulkan paling lambat 4 hari setelah diskusi.
J. EVALUASI
1. Penilaian Formatif
Penilaian ini terdiri dari:
a. Nilai pelaksanaan diskusi tutorial
Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai berdasarkan kehadiran, aktifitas
dan kreativitas, sikap dan interaksi serta relevansi.
b. Nilai laporan
Laporan hasil diskusi
c. Nilai UTS/UAS
Ujian tengah/akhir semester
2. Penilaian Sumatif
Prosentase penilaian adalah sebagai berikut:
a. Diskusi (keaktifan dan kecakapan) 20 %
b. Laporan 20 %
c. UTS dan UAS 60 %
Total 100 %
3. Instrumen Penilian Prestasi Mahasiswa

No NAMA Mahasiswa NIM Nilai Angka Nilai Huruf

Keterangan :
1. A = 78 - 100 (sangat baik)
2. B = 68 - 77 (Baik)
3. C = 58 - 67 (Cukup)

7
4. D = 48 - 57 (Kurang)
5. E = 0 - 47 (Gagal)

4. Kriteria Penilaian SGD


DIMENSI Sangat Memuaskan Batas Kurang Di bawah SKOR
Memuaskan Memuaskan standard
ISI Memberi Menambah Pembaca masih Informasi Informasi
inspirasi wawasan harus yang yang
pendengar menambah lagi disampaikan disampaikan
untuk mencari informasi dari tidak menyesatkan
lebih dalam beberapa menambah atau salah
sumber wawasan bagi
pendengarnya

ORGANISASI Sangat runtut Cukup runtut Tidak Informasi Tidak mau


dan integratif dan memberi didukung data, yang presentasi
sehingga data namun disampaikan
pendengar pendukung menyampaikan tidak ada
dapat fakta yang informasi yang dasarnya
mengkompilasi disampaikan benar
isi dengan baik
GAYA Menggugah Membuat Lebih banyak Selalu Tidak
PRESENTASI semangat pendengar membaca membaca berbunyi
pendengar paham, catatan catatan
hanya (tergantung
sesekali saja pada catatan)
memandang
catatan

Keterangan Skor
Sangat Memuaskan : 4 Kurang memuaskan :1
Memuaskan :3 Di bawah Standart :0
Batas :2

8
BAB II
MATERI PERKULIAHAN AGAMA ISLAM
HAKIKAT MANUSIA

1.1 Latar Belakang

Sungguh beruntunglah kita karena diciptakan oleh Allah SWT sebagai seorang
manusia. Kita diciptakan sempurna dengan bentuk tubuh yang lengkap dan juga diberikan
akal fikiran yang membuat manusia beda dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya.
Sebagai manusia, kita mempunyai hakikat dalam menjalani kehidupan kita didunia
ini. Adapun hakikat dari kehidupan manusia yaitu makhluk, mulia, mempunyai beban,
bebas, dan mendapatkan pembalasan.
Sehebat-hebat kita, kita hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT yang lemah. Kita hanyalah
makhluk yang tidak dapat berjalan sendiri tanpa pertolongan dari Allah SWT. Oleh karena
itu, sudah sepantasnyalah dalam menjalani kehidupan ini, kita harus meminta pertolongan
dari Allah SWT sebagai penguasa kehidupan yang kita jalani saat ini.
Walaupun sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia merupakan makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT berbeda dari makhluk lainnya. Allah SWT menjadikan manusia
sebagai makhluk yang mulia karena diberikan akal fikirian kepadanya dengan tujuan agar
manusia bisa menggunakan akal fikiran tersebut guna menjadi manusia yang taan kepada
Allah SWT sebagai sang pencipta.
Sebagai makhluk yang mulia, manusia juga diberikan beban oleh Allah SWT. Allah
SWT memberikan beban kepada manusia untuk menjadi perwakilan Allah SWT di bumi
guna mengelola kekayaan bumi ini untuk kemakmuran manusia itu sendiri dan juga
kemakmuran makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam mengkaji teori ini adalah :

1. Bagaimana hakikat manusia ?


2. Bagaimanakah dimensi hakikat manusia ?
3. Apa saja jenis–jenis hakikat manusia ?
4. Bagaimanakah karakteristik manusia ?

9
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat kita ketahui tujuan dari kajian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hakikat manusia.


2. Untuk mengetahui dimensi hakikat manusia.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis manusia.
4. Untuk mengetahui karakteristik manusia

10
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT MANUSIA

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara yang lainnya
karena kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan oleh Tuhan. Maka akan selalu memilih
yang terbaik diantara yang dapat diambil.
Hakikat manusia juga memiliki banyak arti, yaitu
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.
Kewajiban dan hak, merupakan indikator bahwa manusia sebagai makhluk
sosial.Dalam kehidupan, hak dimaknai sebagai sesuatu yang menyenangkan, sedangkan
kewajiban dimaknai sebagai beban. Tapi menurut (Drijar Kara, 1978) kewajiban bukan
beban, tetapi keniscayaan sebagai manusia, mengenal berarti mengingkari kemanusiaan,
sebaliknya melaksanakan kewajiban berarti kebaikan. Pemenuhan akan hak dan pelaksanaan
kewajiban berkaitan erat dengan keadilan, dapat dikatakan kedilan terwujud bila hak sejalan
dengan kewajiban. Kemampuan menghayati kewajiban sebagai keniscayaan tidak lahir
dengan sendirinya, tetapi melalui suatu proses pendidikan (disiplin).

11
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang
spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu : Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya
ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil
Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun
1891 yang disebut. pithecanthropus erectus. Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih
dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo
walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo
Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis). Keempat, manusia
modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.

Hakikat manusia terdiri atas aspek – aspek, sebagai berikut:


1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TUHAN
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri
(self – awarness). Karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia
mampu membedakan dirinyadengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek) selain
itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus
sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaanya dengan
alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian
daripadanya.
Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya
terlihat bahkan dapat kita alami sebdiri adanya fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman,
1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya
perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada tuhannya. Manusia merasakan dirinya
begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia
mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding tuhannya Yang Maha Kuasa
dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia
bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya,
namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri
manusia terhadap tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat,
dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesedian
manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan

12
Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa.
Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan
yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri.
Kesadaran manusian akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia.
Manusia sebagai individu atau pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam
kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi,
memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek
yang otonom.
Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing
secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri atau bebas
bercita – cita untuk menjadi seseorang tertentudan masing – masing mampu menyatakan
“inilah aku” ditengah segala yang ada. Setiap manusia mampu mengambil distansi,
menempati posisi, berhadapan, menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas mengambil
sikap, dan bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnya sendiri atau otonom. Karena
itu, manusia adalah subjek dan tidak sebagai objek.
3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia adalah makhluk individual, namun demikian ia tidak hidup sendirian, tak
mungkin hidup sendirian, dan tidak pula hidup untuk dirinya sendiri. Manusia hidup dalam
keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama dalam sesamanya (bernasyarakat)
setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Disamping itu, setiap individu
mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyai dunia
bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain dengan adanya kesadaran diri,
terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia
akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut
manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat.
Setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan pengaruh timbal balik
antara individu dengan sesamanya maka idiealnya situasi hubungan antara individu dengan
sesamanya itu tidak merupakan hubungan anatara subjek dengan objek, melainkan subjek
dengan subjek.
4. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup
berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada diluar manusia, bahkan

13
hakikatnya meluputi perbuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan,
bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama kebudayaannya (C.A.
Vanpeursen,1957). Sejalan dengan ini Ernt Cassirer menegaskan bahwa “manusia tidak
menjadi manusia karena sebuah factor didalam dirinya, misalnya naluri atau akal budi,
melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, kebudayaanya. Demikianlah
kebudayaan termasuk hakikat manusia” (C.A. Vanpeursen, 1988).
Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada diri manusia
mengimplikasiakn adanya perubahan dan pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja
didukung pula oleh pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat adanya dampak positif dan negative
dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat kadang-kadang terombang ambing diantara
2 relasi kecenderungan. Disatu pihak ada yang mau melestarikan bentuk lama (tradisi),
sedang yang lain terdorong untuk menciptkan hal-hal yang baru (inovasi).
5. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SUSILA
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berpikir, berkehendak bebas,
bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karna itulah, eksistensi manusia
memiliki aspek kesusilaan.
Sebagai makhluk yan otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada
suatu alternative tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu
berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya.
Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara
otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntunan pertanggung jawaban atas
perbuatannya.
6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERAGAMA
Aspek keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia
yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam
rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang geografis dimana manusia
berada. Keberagaman menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas
suatu agama.
Dilain pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusanNya, dan telah
menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan manusia agar manusia beriman dan
bertaqwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-

14
masalah yanag bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagaman akan tampak dalam
kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Hal ini baik berkenaan
dengan sistem keyakinannya, system peribadatan maupun berkenaan dengan pelaksanaan
tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, hubungan manusia dengan
manusia serta hubungan manusia dengan alam.

2.2 DIMENSI HAKIKAT MANUSIA


Dimensi dalam bahasa latinnya adalah dimensio merupakan ukuran.Manusia memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan hewan, manusia juga memiiki dimensi yang
bersifat unik, potensial, dan dinamis.
Ada 4 (empat) macam dimensi manusia:
1. Dimensi Individual
Sebagai mahkluk individu, manusia bersifat unik dan khas karena tidak ada
manusia yang sama persis. Walaupun ada yang mirip, belum tentu sifatnya sama.
2. Dimensi Religius
Sebagai mahkluk religius, manusia mengakui adanya kekuatan lain di luar diri
manusia yang sifatnya supranatural, yang secara umum disebut Tuhan.
3. Dimensi Kesosialan
Manusia disamping sebagai mahluk individual, dia juga mahluk
sosial. Socrates mengatakan manusia adalah “Zoon Politicon” (Mahluk/hewan
yang bermasyarakat). Dimensi kesosialan pada manusia tampak jelas pada dorongan untuk
bergaul manusia tidak dapat hidup seorang diri (terisolir). Manusia hanya akan menjadi
manusia jika berada di antara manusia.Individualitas manusia terbentuk melalui proses
interaksi (pendidikan)
4. Dimensi Kesusilaan
Sebagai mahkluk susila, manusia akan memunculkan suatu nilai untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam hubungannya dengan manusia
yang lainnya.

Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia

1. Pengembangan yang Utuh


Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakekat manusia ditentukan oleh dua
faktor, yaitu kualitas dimensi hakekat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas

15
pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan. Pengembangan dimensi hakekat
manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap pembinaan dimensi
hakekat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras.Perkembangan
yang dimaksud mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan
yang bersifat vertical (yang mnciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian
secara totalitas membentuk manusia yang utuh.

2. Pengembangan yang Tidak Utuh

Pengembangan yang tidak utuh terdapat dimensi hakekat manusia akan terjadi didalam
proses pengembangan ada unsur dimensi hakekat manusia yang terabaikan untuk
ditangani,misalnya dimensi kesosilaan didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak
mantap. pengembangan yang semacam ini merupakan pengembangan yang patologis. Jika
dalam mengembangkan dimensi manusia yang baik ada yang terabaikan, maka manusia
itu akan memiliki kepribadian yang tidak mantap.

2.3 JENIS – JENIS HAKIKAT MANUSIA


Jenis - jenis hakikat manusia sebagai berikut:
1. Kodrat adalah sesutau yang tidak bisa dirubah atau sifat pembawaan alamiah yang
terjelma dalam diri manusia itu ketika diciptakan oleh tuhan.
2. Harkat adalah nilai manusia sebagai mahluk tuhan yang di bekali cipta,rasa,karsa dan
hak-hak serta kewajiban assasi manusia.
3. Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat
4. Hak assasi adalah sesuatu atau sebuah anugrah yang diberikan oleh tuhan kepada
umatnya dari kita lahir.
5. kewajiban manusia terhadap Tuhan yang Maha Esa yaitu: a) menganut agama, b)
beribadah kepada tuhan, c) menunaikan tugas yang di perintah oleh tuhan dan menjauhi
larangannya.
6. kewajiban manusia terhadap diri sendiri yaitu: a) menjaga diri sendiri baik fisik
maupun mental, b) menjaga nama baik sendiri, c) mengembangkan potensi yang ada pada
diri kita sendiri.

16
7. kewajiban manusia terhadap sesama mahluk hidup yaitu: a) saling membantu satu
sama lain (siamotutiprateli), b) toleransi terhadap orang lain, c) saling menghargai satu sama
lain, d) intinya kita semua saudara
8. kewajiban manusia terhadap negara dan bangsa yaitu: a) membentuk karakter atau diri
individu berdasarkan pancasila, b) kesadaran diri wajib bela negara atau bangsa, c)
mengabdi kepada manusia sesuai propesi, d) mengikuti pendidikan kewarganegaraan.
2.4 KARAKTERISTIK MANUSIA
Karakter manusia dapat di bedakan menjadi 4 karakteristik, yaitu
1. Psikoanalisis,
2. Behavioristik,
3. Kognitif,
4. Humanistic.

Psikoanalisis merupakan suatu aliran psikologi dimana individu ini dipengaruhi oleh
3 subsistem yang mengarahkannya untuk bertindak, salah satu tokoh yang bernama siegmun
freud menggambarkan tentang 3 subsistem tersebut yakni id, ego dan super
ego.Id merupakan subsistem yang ada sejak manusia itu dilahirkan, id ini yang mendorong
agar individu tersebut bertindak namun dari alam yang tidak sadar ibarat gunung es yang
mengambang itu yang kelihatan di permukaan hanyalah ujung gunung yang sedikit, jadi id
ini berada di bawah permukaan yakni alam tidak sadar. Sifat-sifat ini dapat di contohkan
dengan sikap egois, bicara yang tidak sopan dan lain sebagainya, id ini tidak bisa
membedakan mana yang baik, benar, salah, moral atau tidak bermoral. Subsistem yang
berikutnya adalah ego yakni subsistem yang menjembatani id, jadi ego ini menahan id agar
tidak sampai melakukan hal-hal yang yang dirasa perlu dipikirkan lebih dahulu. Misalkan
sesorang yang terserempet mobil, tanpa sadar dia telah mengumpat dan berbicara kasar
terhadap yang telah menyerempet namun, ketika melihat orang tersebut ternyata orang itu
pernah membantunya pada waktu pasti orang tersebut akan berpikir-pikir dulu akan akan
melakukan hal-hal yang telag diprogram oleh id. Ego ini menahan tindakan-tindakan
tersebut. Super ego yakni subsistem yang mengawasi dan mengontrol jalannya id dan ego
sehingga tidak semata-mata seorang tersebut harus langsung melakukan tindakan-tindakan
bawah alam sadar mereka. Tindakan tersebut dapat dikontrol dengan superego ini. Manusia
pasti merasakan proses ketiga subsistem tersebut dari id ke ego dan sampai ke superego.
Behavioristik merupakan aliran psikologi dimana seseorang dipengarhi oleh
lingkungan, manusia dalam aliran ini dinamakan dengan homo mechanicus yaitu manusia

17
mesin. Yakni manusia yang di gerakkan oleh mesin, dia mau bergerak ketika sudah
diprogram dan di suruh untuk bergerak. Pengaruh lingkungan sangat besar jadi seseorang
tersebut langsung terpengaruh dengan apa yang terjadi pada saat itu dan langsung
memberikan rangsangan. Bisa di contohkan seorang anak dapat di bentuk karakternya
menjadi penakut bila anak tersebut ditakut-takuti, anak tersebut langsung memberikan
respon dari apa yang telah diketahuinya.
Kognitif yakni aliran psikologi dimana manusia tersebut masih menggunakan
pikirannya untuk merenung dan berpikir kembali apa yang telah diterimanya, jadi individu
tersebut tidak langsung melakukan respon namun di telaah terlebih dahulu dan di cari
sebabnya mengapa bisa begitu. Kalau behavioristik jika individu itu di takut-takuti maka
akan langsung takut berbeda dengan kognitif, dia akan mencari tahu kenapa hal tersebut
perlu di takuti sehingga ibarat komputer setelah data itu masuk maka akan di proses dahulu
sebelum data itu akan keluar sebagai output.
Humanistic merupakan aliran psikologi yang memanusiakan manusia maksudnya aliran
ini meyakinkan manusia tersebut bahwa dalam dirinya itu terdapat potensi, kretivitas dan
kemampuan sehingga individu tersebut dapat bertanggung jawab atas dirinya.
Tidak semua individu memiliki keempat kerakteristik tersebut, karena karakteristik
tersbut sifatnya labil dan berubah-ubah tidak mungkin tetap, dimisalkan saja untuk hari ini
bisa jadi individu tersebut humanistic dan hari kemarin bisa juga kognitif, jadi tidak bisa
diklaim yang mana karakteristik orang tersebut Cuma dapat dibaca ketika individu tersebut
bertindak

PENGERTIAN AGAMA MENURUT ISLAM

Dr. Franny Dahler mengajukan dua bentuk definisi agama. Pertama definisi umum yang
berlaku bagi semua agama. Kedua definisi khusus berlaku bagi agama itu sendiri. Dalam
islam agama ada dua. Samawi dan bukan samawi.

Agama islam sebagai agama samawi terakhir yang dipelihara Allah sepanjang masa,definisi
agama ditetapkan oleh pengikutnya secara obyektif menurut pandangan islam.

A, Arti agama dalam bahasa arab dan alqur’an

Agama berasal dari bahasa arab yang mempunyai dua istilah yaitu addien dan almillah.
Addien berarti syari’at dan almillah berarti orang yang melaksanakan ibadah agamanya.

18
Jika dilhat dari segi lughat,kata “dien” itu masdar dari kata kerja “daana”-“yadiinu”.
Menurut lughat,kata dien mempunyai bermacam macam arti:

-Cara atau adat -perhitungan

-Peraturan -hari kiamat

-Undang-undang -nasehat

-Taat atau patuh -Agama

-Mengesakan tuhan -Kemenangan

-Pembalasan -kekuasaan

B. Pengertian Dienul islam

I. Menurut bahasa addin dapat berarti

a. kesejahteraan dan keselamatan

b. tangga jenjang keatas

c. penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah

II. Menurut istilah (terminologi)

Dienul islam berarti “Agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rosul-NYA. Nabi
segenap ummat manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan didunia dan akherat.

C. Tujuan dienul islam

Tujuan islam yang utama yaitu bertauhid kepada Allah SWT. Tauhid yaitu berkeyakinan
bahwa Allah itu esa tak ada sekutu bagi-NYA.keesaan yang dikehendaki islam adalah esa
dalam segala hal esa pada dzat maupun sifat-NYA.

D. Pengertian agama menurut islam

19
Unsur terpenting dari agama umumnya ialah keyakinan tentang adanya kenyataan lain dan
kenyataan sekarang ini,yang lebih agung, lebih suci,tempat manusia tergantung dan
berhasrat untuk mendekatinya.

Definisi agama menurut islam yang ditetapkan oleh para ahli:

1. Dr.A.Mukti Ali

Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuan Yang Maha Esa dan hukum yang
diwahyukan kepada utusan-NYA untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan Akhirat.

2. Drs..idi Gazalba

Agama adalah kepercayaan kepada tuhan dan hubungan manusia dengan yang
kudus,dihayati sebagai hakekat yang gaib,hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk
serta sistem kultus dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.

3. musthofa abdurrazik

Agama adalah peraturan yang bertautan dengan keadaan yang suci.

4. syaech mahmoud saltout

Islam adalah agama Allah yang diperintahkan-NYA untuk mengajarkan tentang pokok-
pokok serta peraturan kepada nabi Muhammad SAW dan menugaskanya untuk
menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk
memeluknya.

5. tenku.M.hasby assiddiqhie

Agama adalah suatu kumpulan peraturan yang ditetapkan Allah untuk menarik dan
menuntun para ummat yang berakal sehat,suka tunduk dan patuh kepada kebaikan,supaya
mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.

6. K.H.R. Muhammad adnan

Agama adalah peraturan dari Allah SWT untuk manusia yang berakal guna mencari
keyakinan,mencapai jalan bahagia lahir bathin,dunia dan akherat bersandar pada pada
wahyu-wahyu Ilahi yang terhimpun dalam kitab suci AL-Qur’an.

7. A. Hasan

20
Agama adalah sebuah I’tikad kepercayaan ,undang-undang,,peraturan,pimpinan, pelajaran
buat keselamatan dunia dan akherat yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui
perantaraan Rosulullah.

8. KH thahir abdul Mu’in

Agama adalah ketentuan ketuhanan yang mengantarkan manusia dengan berpegang


kepadanya,kepada kebahagiaan dunia dan kesejahteraan akherat.

9. KH.E Abdurrahman

Agama adalah ketetapan ketuhanan karena kebaikan Allah kepada manusia dengan melalui
lidah antara mereka,untuk mencapai kerasulan itu tidak dapat dengan usaha dan tidak bisa
dibuat-buat,dan tidak akan mendapatkan wahyu itu dengan cara belajar.

10. Muhammad Natsir

Agama adalah suatu kepercayaandancara hidup yang mengandung faktor-faktor antara lain
kepercayaan dengan adanya tuhan sebagai sumber dari segala sumber hukumdan nilai
hidup.

11. Ahmad Abdullah Al-Masdoossi

Agama adalah tata aturan hidup yang diwahyukan untuk umat manusia,dari zaman kezaman
sejak manusia di gelarkan diatas bumi ini.

12. Mahmud Yunus

Agama adalah hari kemudian,hari akherat,pada hari itu ada pengadilan yang seadil-adilnya
yang mana hakimnya ialah tuhan Yang Maha Esa.

13. A. gaffar Ismail

Islam adalah agama yang dibawa nabi Mhammad SAW yan berisi kelengkapan-
kelengkapan dan pelajaran-pelajaran.

14. Putusan majlis ulama persatuan islam

Agama adalah wahyu ilahi yang diturunkan dari Allah kepada RasulNYA untuk
disampaikan kepada manusia.

21
15. KH. Munawr kholil

Agama adalah undang-undang ilani yang diturunkan kepada para nabi atau Rosul
Allah,yang terdiri dari bangsa manusia yana dipilih olehnya dengan perantara wahyu yang
akan disampaikan kepada umat mereka menurut sebagaimana yang diperintahkan Allah
SWT

16. Ulama ahli hukum

Agama adalah undang-undang yang lengkapyang diturunkan Allah kepada nabidan


Rosulnya untuk mengaturb segala perikehidupan manusia.

17. sebagai ulama lain

agama adalah wahyu yang didatangkanoleh Allah kepada para nabi dan Rosul-NYA,yang
telah dipilih olehnya diantara para hamba-NYA.

18. Majlis Tarjih Muhammadiyah

Majlis tarjih Muhammadiyah pada bulan desember 1954,telah menetapkan Definisi Agama.

22
SIKAP DALAM BERAGAMA
1. Sikap Beragama
Dalam mengaplikasikan sikap dalam beragama ada 3 jenis tipologi sikap beragama
menurut Komarudin Hidayat yaitu :

1. Eksklusivisme

Sikap eksklusivisme akan melahirkan pandangan ajaran yang paling benar hanyalah
agama yang dipeluknya, sedangkan agama lain sesat dan wajib dikikis, atau pemeluknya
dikonversi, sebab agama dan penganutnya terkutuk dalam pandangan Tuhan.Sikap ini
merupakan pandangan yang dominan dari zaman ke zaman, dan terus dianut hingga dewasa
ini. Tuntutan kebenaran yang dipeluknya mempunyai ikatan langsung dengan tuntutan
eksklusivitas. Artinya,kalau suatu pernyataan dinyatakan, maka pernyataan lain yang
berlawanan tidak bisa benar

Sikap menerima yang toleran akan adanya tataran-tataran yang berbeda, sebaliknya,
akan lebih mudah dicapai. Sementara, suatu pola payung atau struktur formal dapat dengan
mudah mencakup sistem-sistem pemikiran yang berbeda.

2. Inklusivisme

Sikap inklusivisme berpandangan bahwa di luar agama yang dipeluknya juga


terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dianutnya. Di sini
masih didapatkan toleransi teologis dan iman. Menurut Nurcholish Madjid, sikap inklusif
adalah yang memandang bahwa agama-agama lain adalah bentuk implisit agama kita.

Sikap inklusivistik akan cenderung untuk menginterpretasikan kembali hal-hal


dengan cara sedemikian, sehingga hal-hal itu tidak saja cocok tetapi juga dapat diterima.
Sikap demikian akan membawa ke arah universalisme dari ciri eksistensial atau formal
daripada isi esensialnya. Suatu kebenaran doktrinal hampir tidak dapat diterima sebagai
yang universal jika ia sangat berkeras mempertahankan isinya yang spesifik, karena
penerapan isi selalu mengandaikan perlunya suatu ‘forma mentis’ yang khusus. Sikap
menerima yang toleran akan adanya tataran-tataran yang berbeda, sebaliknya, akan lebih
mudah dicapai. Sementara, suatu pola payung atau struktur formal dapat dengan mudah
mencakup sistem-sistem pemikiran yang berbeda.

23
3. Pluralisme Atau Paralelisme

Menurut Komarudin Hidayat, sikap pluralisme lebih moderat dari sikap


inklusivisme, atau bahkan dari eksklusivisme. Ia berpandangan bahwa secara teologis
pluralitas agama dipandang sebagai suatu realitas niscaya yang masing-masing berdiri
sejajar (paralel).

Di lingkungan Islam, tafsir Islam pluralis merupakan pengembangan secara lebih


liberal dari Islam inklusif. Misalnya, perbedaan antara Islam dan Kristen (dan antaragama
secara umum) diterima sebagai perbedaan dalam meletakkan prioritas antara “perumusan
iman” dan “pengalaman iman”. Menurut para penganut Islam pluralis (misalnya Schuon dan
Hossein Nasr), setiap agama pada dasarnya distruktur oleh dua hal: “perumusan iman” dan
“pengalaman iman”. Hanya saja, setiap agama selalu menanggap yang satu mendahului
yang kedua. Islam, misalnya, mendahulukan “perumusan iman” (tauhid) dan “pengalaman
iman” mengikuti perumusan iman tersebut.

Sebaliknya agama Kristen, mendahulukan “pengalaman iman” (dalam hal ini


pengalaman akan Tuhan yang menjadi manusia pada diri Yesus Kristus, yang kemudian
disimbolkan dalam sakramen misa dan ekaristi), dan “perumusan iman” mengikuti
pengalaman ini, dengan rumusan dogmatis mengenai trinitas. Perbedaan dalam
strukturperumusan dan pengalaman iman ini hanyalah ekspresi kedua agama ini dalam
merumuskan dan mengalami Tuhan yang sama.

Sekalipun demikian, sikap paralelistis, pada sisi yang lain, menjanjikan lebih banyak
kemungkinan untuk suatu hipotesis kerja awal. Sikap ini sekaligus membawa amanat akan
pengharapan dan kesabaran; pengharapan bahwa kita akan berjumpa pada akhirnya,
dan kesabaran karena sementara ini masih harus menanggung perbedaan-perbedaan kita.

4. Eklektivisme

Eklektivisme adalah suatu sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan
berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya sehingga format
akhir dari sebuah agama menjadi semacam mosaik yang bersipat eklektik.

24
5. Universalisme

Universalisme beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan
sama. Hanya saja, karena faktor historis-antropologis, agama lalu tampil dalam format
plural.

2.2. Etika Beragama


Nilai moral yang merupakan nilai etika tersebut bersifat berubah-ubah sesuai dengan
persetujuan dari pada nilai-nilai dasar yang dipandang sebagai nilai alamiah (universal),
etika bersifat teoritis yang memandang perbuatan manusia.
Membangun etika kehidupan beragama ada 5 aspek penting untuk pembangunan
agama:
1. Membangun kerukunan hidup antar umat beragama
2. Peran serta umat beragama dan kehidupan social ekonomi
3. Terpenuhinya sarana prasarana keagamaan
4. Pendidikan agama
5. Penerangan dakwah agama

Etika membangun kehidupan beragama dimasyarakat :


1. Dasar-dasar etika dapat dikembangkan dengan mengambil sifat-sifat utama Rasulullah
SAW, dalam mengembangkan ajaran islam ditanah Mekah dan Madinah
2. Untuk landasan etika kehidupan kita
- Memegang amanah dengan kuat
- Jujur (Shidik)
- Tabligh (Menyampikan dengan transparan)
- Fathonah (Cerdas dan Intelek)

Memelihara Etika Manusia Berlandaskan Kaidah Agama


Manusia tanpa etika seringkali memiliki kelakuan yang abnormal yang sering kita
sebut gangguan mental. fungsi mental dan berpengaruhnya pada ketidak wajaran dalam
berperilaku ini sesuai dengan Al-Quran (Surah al-Baqoroh 2:10)

ِ‫َرَُِ ُض بَ ِموِملاُ ِ َُُ اََُ َِرضِرَُقم ِِ بِ ُولُقي‬


ِ ‫هَِِِ ممِ ُِ َُرُاَ ُض َِ ِمه‬
‫ََُوُاُقلُ ُض بَ َِ ِم ا‬

25
Artinya, “Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Yakni keyakinan mereka
terdahap kebenaran nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan
kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam”.
Banyak di antara kita selaku umat beragama, tidak sadar akan keberagamaan kita,
keberagamaan secara etika sosial. kebanyakan ummat beragama hanya mendalami tentang
korelasi transendental dengan Tuhannya, ataupun segala sesuaatu tentang agama yang
sifatnya "Eksklusif", sehingga praktek beragama atau keberagamaan seseorang akan terlihat
ketika dia beribadah saja, atau ketika seorang beragama tersebut berdakwah, atau ketika
membela agamanya di ranah publik.
Praktek beragama seperti itu bukanlah inti atau esensi dari keberagamaan yang
sesungguhnya, karena esensi agama adalah hubungan sosial, kemanusiaan, dan perdamaian,
yang perwujudannya adalah saling menghormati dan menerima keberadaan golongan lain
bahkan agama lain sekalipun, tanpa adanya rasa curiga atau perlawanan terhadap agama
atau keyakinan yang lain. Hal ini diaplikasikan oleh faham pluralisme, yang menerima
semua keyakinan beragama.

2.3. Toleransi Beragama


Toleran maknanya adalah bersifat atau bersikap menghargai, membiarkan pendirian,
pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan lain-lain yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama
lainnya.
Dalam beragama pengakuan adanya kekuatan Yang Maha Tinggi, yaitu Allah,
Tuhan, God, Yahweh, Elohim, yang disertai ketundukan itu, merupakan fitrah (naluri) yang
dimiliki oleh setiap manusia. Kendati demikian, manusia tetap memerlukan adanya pemberi
peringatan agar tidak menyeleweng dari fitrahnya, mereka adalah para nabi dan rasul.
Perasaan tunduk kepada Yang Maha Tinggi, yang disebut iman atau itikad, yang
kemudian berdampak pada adanya rasa suka, takut, hormat, dan lain-lain, itulah unsur dasar
agama. Agama adalah tata-cara hidup manusia yang dipercayai bersumber dari Yang Maha
Kuasa untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Berbagai agama telah lahir di dunia ini dan membentuk suatu syariat (aturan) yang
mengatur kehidupan manusia, yang tertera di dalam kitab-kitab suci, baik agama samawi
(yang bersumber dari wahyu Ilahi) maupun yang terdapat dalam agama ardli (budaya) yang

26
bersumber dari pemikiran manusia. Semua agama, memiliki fungsi dalam kehidupan
manusia. Berbagai fungsi tersebut adalah :
a) Menunjukkan manusia kepada kebenaran sejati;
b) Menunjukkan manusia kepada kebahagiaan hakiki; dan
c) Mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bersama.
Dari hakikat dan fungsi agama seperti yang disebutkan itu, maka pemeluk agama
telah memiliki strategi, metoda dan teknik pelaksanaannya masing-masing, yang
mengakibatkan boleh terjadinya perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Karenanya,
umat manusia dalam menjalankan agamanya tidak boleh sampai terjadi perpecahan yang
akhirnya akan merugikan diri mereka sendiri dan agama yang mereka percayai. Untuk
menghindari terjadinya perpecahan dan supaya kita dapat berperilaku toleran, ada beberapa
upaya yang dapat dilakukan.

1. Kembali kepada Fitrah Beragama


Dalam kesempatan ini, kami mengajak pembaca untuk fitrah beragama, yaitu
toleransi yang harus ditegakkan sebagai keyakinan pokok (akidah) dalam beragama.
Toleransi/toleran dalam pengertian seperti itu terkadang menjadi sesuatu yang sangat
berat bagi pribadi yang belum terbiasa dan belum menyadarinya. Padahal perkara tersebut
bukan mengakibatkan kerugian pribadi, bahkan sebaliknya akan membawa makna besar
dalam kehidupan bersama dalam segala bidang. Toleran dalam kehidupan beragama
menjadi sangat mutlak adanya, dengan eksisnya berbagai agama dalam kehidupan umat
manusia ini.
Dalam kaitan ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia yang terkandung
dalam Q.S. Al-Imran (103) “Dan berpegang teguhlah kamu kepada agama Allah dan
janganlah kamu bercerai-berai.”
Pesan ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali, yang
intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antarumat beragama maupun
sesama umat beragama. Pesan dari langit ini menghendaki umat manusia itu memeluk dan
menegakkan agama, karena Tuhan sang Pencipta alam semesta ini telah menciptakan
agama-agama untuk umat manusia. Tegakkanlah agama dan jangan berpecah belah dalam
beragama, merupakan dasar perilaku umat manusia dalam beragama.

27
2. Toleransi sebagai Nilai dan Norma
Toleransi dalam pengertian yang telah disampaikan merupakan keyakinan pokok
dalam beragama, hal itu dapat kita jadikan sebagai nilai dan norma. Kita katakan sebagai
nilai karena toleransi merupakan gambaran mengenai apa yang kita inginkan, yang pantas,
yang berharga, yang dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu.
Demikian juga toleransi, dapat kita jadikan suatu norma, yaitu suatu patokan
perilaku dalam suatu kelompok tertentu. Norma memungkinkan seseorang menentukan
terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai orang lain untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang.
Karena toleransi sudah kita jadikan nilai dan norma, dan juga menyangkut sifat dan
sikap untuk menghargai pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan
kelakuan, dan lain-lain yang berbeda bahkan bertentangan dengan pendirian sendiri, maka
sifat dan sikap sebagai nilai dan norma itu mesti disosialisasikan. Sifat dan sikap toleran ini
perlu disosialisasikan, agar setiap individu mampu mengamalkan dalam kehidupan nyata di
masyarakat luas. Dalam lingkungan keluarga, kehidupan yang toleran harus disosialisasikan
sejak dini terhadap anggota keluarga.

3. Toleran dan Prinsip Hidup


Berinteraksi dengan jiwa toleran dalam setiap bentuk aktivitas, tidak harus
membuang prinsip hidup beragama yang kita yakini. Kehidupan yang toleran justru akan
menguatkan prinsip hidup keagamaan yang kita yakini. Segalanya menjadi jelas dan tegas
tatkala kita meletakkan sikap mengerti dan memahami terhadap apapun yang nyata berbeda
dengan prinsip yang kita yakini. Kita bebas dengan keyakinan kita, sedangkan pihak yang
berbeda (yang memusuhi sekalipun) kita bebaskan terhadap sikap dan keyakinannya.
Dialog disertai deklarasi tegas dan sikap toleran telah dicontohkan oleh Rasulullah
dalam Q.S. 109: “Wahai orang yang berbeda prinsip (yang menentang). Aku tidak akan
mengabdi kepada apa yang menjadi pengabdianmu. Dan kamu juga tidak harus mengabdi
kepada apa yang menjadi pengabdianku. Dan sekali-kali aku tidak akan menjadi pengabdi
pengabdianmu. Juga kamu tidak mungkin mengabdi di pengabdianku. Agamamu untukmu.
Dan agamaku untukku.”
Prinsip yang telah dibela oleh Rasulullah sangat jelas, dengan sentuhan deklarasi
yang tegas. Sedangkan prinsip yang harus dipegang oleh mereka yang berbeda juga

28
dijelaskan dengan tegas. Namun diiringi dengan sikap toleransi yang sangat tinggi (Kamu
pada prinsipmu dan aku pada prinsipku). Yakni sepakat untuk berbeda. Sikap toleran,
mampu menemukan jalan keluar dan problem solving yang pantas dan mengangkat
martabat dan harga diri dalam berbagai bidang kehidupan.

29
DAFTAR PUSTAKA

H.Mahmud Yunus, Prof.Dr.,”tafsir Quran Karim”,PT MY Wadzuryah,Jakarta,2006

Mustofa Muhammad Asy Syak’ah,Dr.,”Islam Tidak Bermashabah”, Gema Insani Press,


Jakarta,200.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Abdullah,”Ensiklopedia Islam Al-Kamil”,Darus Sunnah,


Jakarta,2007.

Syamsul Rijal Hamid,”Buku Pintar agama Islam”, Cahaya Salam,Bgor,2005

30

Anda mungkin juga menyukai