n
X
x
y Melakukan simulasi dan sensitivitas
Simulasi dilakukan untuk menilai dampak perubahan-perubahan
parameter terhadap sistem yang dikaji.
y Menyampaikan rekomendasi kebijakan
Berdasarkan hasil simulasi akan dihasilkan rekomendasi kebijakan
yang tepat dalam upaya mencapai tujuan sistem.
`5.4 Tata Laksana
5.4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi data kuantitatif dan kualitatif dalam
bentuk data sekunder maupun data primer. Akuisisi pengetahuan untuk
mendapatkan data kualitatif melalui teknik wawancara mendalam (depth
interview). Pedoman wawancara mengacu pada model kuesioner penilaian
kerja (performance measurement questionnaire) yang dikembangkan oleh
Dixon, et.al (1997). Responden kuesioner ini akan ditentukan saat penelitian
berlangsung pada orang yang berperan di bidangnya. Pengamatan langsung
(observasi) dan dokumentasi bisnis juga dilakukan untuk mendukung hasil
wawancara. Ketiga teknik pengumpulan data ini diupayakan dapat menggali
kekayaan informasi kualitatif untuk membentuk basis data mental atau peta
kognitif pemodel.
Data kuantitatif berupa data sekunder untuk mengestimasi nilai
paramater yang diperoleh dari laporan perusahaan dalam periode waktu
tertentu untuk menggambarkan pola perilaku suatu variabel yang diamati
pada industri CPO. Data yang tidak tersedia, pemodel mengestimasinya
melalui informasi kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari wawancara
manajemen dan tinjauan pustaka (artikel,jurnal ilmiah, buku acuan dan
internet).
5.4.2 Pengolahan Data
Analisis model dinamik menggunakan analisis simulasi sistem
dinamik yang diolah dengan menggunakan software Powersim Studio 2005.
Analisis sebaran data parameter menggunakan uji distribusi probabilitas yang
diolah dengan software StatFit. Estimasi nilai parameter menggunakan plot
data analisis regresi dan fungsi-fungsi statistik diolah dengan software
Minitab 14, serta software Microsoft Excel untuk mengolah data
pembangkitan bilangan acak.
VI. PENILAIAN RISIKO MUTU
Sumber-sumber risiko penurunan mutu pada rantai pasok minyak
sawit kasar dapat diidentifikasi berdasarkan tahapan-tahapan mulai dari panen
sampai dengan pengiriman ke konsumen industri (industri minyak goreng).
Setiap kegiatan rantai pasok mempunyai potensi risiko penurunan mutu tetapi
mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda. Model yang akan
dikembangkan ini akan mendeteksi sumber-sumber risiko dan kontribusinya
terhadap terjadinya penurunan mutu. Kegiatan-kegiatan rantai pasok yang
menjadi sumber risiko adalah panen, transportasi dari kebun ke pabrik,
pengolahan minyak sawit kasar, penyimpanan di tangki timbun pabrik,
pengiriman ke pelabuhan dan penyimpanan di tangki timbun pelabuhan.
Kegiatan kegiatan pokok ini akan dipandang sebagai bagian dari faktor-
faktor yang perlu dikelola untuk mengurangi terjadinya risiko. Setiap faktor
akan diidentifikasi peubah penentu atau dikenal juga dengan pemicu risiko.
Panen tandan buah segar adalah kegiatan memotong tandan buah
segar pada area panen yang dilakukan setiap pekerja dengan sistem yang
ditetapkan oleh perusahaan. Panen sebagai faktor risiko dapat dinilai
berdasarkan beberapa peubah penentu seperti cara panen, jumlah dan lokasi
panen, keterampilan pekerja panen, lama penumpukan di Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) dan pengawasan panen dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Cara panen adalah prosedur panen yang meliputi penentuan buah
matang panen dan proses memanen buah dari pohon.
2. Jumlah panen adalah jumlah panen pada area yang ditetapkan
untuk dipanen pada hari tertentu dan digilir sesuai dengan aturan
panen yang digunakan perusahaan.
3. Keterampilan pekerja panen adalah kemampuan pekerja dalam
melakukan panen sehingga tidak salah dalam memotong buah
yang layak panen dan tidak menyebabkan luka pada buah.
4. Waktu penumpukan di TPH adalah waktu yang terjadi mulai dari
tandan buah segar dipanen, ditumpuk pada TPH dan siap diangkut
dengan truk. Tandan buah segar yang telah dipanen akan
mengalami peningkatan kadar asam lemak bebas seiring dengan
lama waktu menunggu sebelum di proses.
5. Pengawasan panen adalah kegiatan memantau kegiatan panen oleh
pengawas sehingga proses panen dapat dilakukan dengan baik
sesuai dengan prosedur baku.
Transportasi hasil panen tandan buah segar dari lokasi TPH ke pabrik
dapat dipengaruhi oleh beberapa peubah penentu faktor risiko yaitu kondisi
jalan, ketersediaan truk, waktu angkut serta pemuatan dan pembongkaran
dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Kondisi jalan di lokasi panen merupakan infrastruktur yang
mempengaruhi kegiatan transportasi tandan buah segar hasil
panen. Kondisi jalan yang kurang baik bisa menyebabkan
goncangan buah di dalam truk yang bisa menimbulkan luka akibat
gesekan.
2. Ketersediaan truk adalah jumlah truk yang siap pakai untuk
mendukung kegiatan transportasi tandan buah segar dari kebun ke
pabrik. Jumlah truk yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan
memicu terjadinya penundaan transportasi dan berdampak pada
peningkatan kadar asam lemak bebas tandan buah segar yang telah
ditumpuk di TPH.
3. Waktu angkut adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut
tandan buah segar dari lokasi menuju pabrik. Kapasitas truk
angkut jumlah tandan buah segar hasil panen yang harus diangkut
dan jarak tempuh menjadi penentu waktu angkut. Waktu angkut
yang terlalu lama bisa memicu peningkatan kadar asam lemak
bebas.
4. Pemuatan dan pembongkaran adalah kegiatan memuat tandan
buah segar di TPH kedalam truk dan membongkarnya setelah
sampai di pabrik pada loading ramp. Cara pemuatan dan
pembongkaran bisa menimbulkan luka pada tandan buah segar
bila dilakukan dengan kurang baik dan situasi yang tidak
kondusif.
Pengolahan minyak sawit kasar adalah kegiatan melakukan proses
pengolahan tandan buah segar yang diterima di pabrik. Peubah penentu faktor
risiko pada pengolahan adalah sortasi tandan buah segar, penumpukan
sementara di loading ramp, proses perebusan, proses pengepresan dan proses
pemurnian. Penjelasan dari peubah penentu faktor risiko ini sebagai berikut :
1. Sortasi tandan buah segar yang masuk ke pabrik merupakan
kegiatan memeriksa kondisi buah dari berbagai aspek khususnya
apakah buah tersebut sudah layak panen atau belum. Sortasi
dilakukan secara acak dari setiap truk yang masuk ke pabrik.
Teknik sampling ini berpotensi menimbulkan risiko karena bisa
saja sebagian buah yang tidak layak panen. Sortasi juga dilakukan
untuk memeriksa kadar asam lemak bebas awal dari buah
sehingga diketahui kelayakan buah untuk diproses selanjutnya
atau tidak.
2. Penumpukan sementara di loading ramp merupakan penundaan
proses karena keterbatasan kapasitas proses perebusan. Lama
penumpukan dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas.
Pengelolaan tandan buah segar di loading ramp juga punya
dampak terhadap terjadinya luka pada buah pada saat proses
pengaturan oleh peralatan pemuatan ke lori.
3. Proses perebusan bertujuan untuk menghentikan perkembangan
asam lemak bebas dan memudahkan proses penebahan buah.
Proses perebisan dipengaruhi oleh penetapan besaran tekanan uap
dan waktu perebusan. Mutu hasil rebusan juga akan dipengaruhi
oleh kondisi peralatan.
4. Proses penebahan adalah proses pelepasan buah dari tandannya
menggunakan trasher. Kemampuan peralatan akan memberi
pengaruh terhadap mutu buah yang telah dilepas.
5. Proses pengempaan adalah proses pemisahan minyak sawit kasar
dari daging buah menggunakan double screw press.
6. Proses pemurnian adalah memisahkan kotoran baik berupa
padatan lumpur maupun air sehingga memenuhi standar mutu.
Hasil pengolahan minyak sawit kasar akan disimpan dalam tangki
timbun. Faktor risiko penyimpanan dalam tangki timbun di pabrik ditentukan
dari peubah penentu faktor risiko seperti lama penyimpanan, jumlah produk
yang disimpan dan kondisi tangki timbun. Penjelasan dari peubah penentu ini
sebagai berikut :
1. Lama penyimpanan adalah waktu rata-rata dari sejumlah minyak
sawit kasar yang disimpan dalam tangki timbun. Lama
penyimpanan bergantung pada jumlah produksi minyak sawit
kasar dan jumlah pengiriman ke pelabuhan.
2. Jumlah penimbunan adalah volume rata-rata minyak sawit kasar
yang disimpan dalam tangki timbun. Jumlah penyimpanan ini juga
berhubungan dengan jumlah produksi dan pengiriman ke
pelabuhan.
3. Kondisi tangki timbun adalah keseluruhan fasilitas tangki timbun
untuk kegiatan penyimpanan minyak sawit kasar.
Pasokan dari pabrik ke pelabuhan merupakan kegiatan pengiriman
yang dilakukan menggunakan mobil tangki. Faktor risiko pengiriman ini
ditentukan oleh peubah penentu seperti lama perjalanan, ketersediaan
kendaraan dan pemuatan di pabrik dan pembongkaran di pelabuhan.
Penjelasannya sebagai berikut :
1. Lama perjalanan adalah waktu yang dibutuhkan kendaraan dalam
melaksanakan transportasi dari pabrik menuju pelabuhan. Produk
selama transportasi bisa mengalami perubahan dan kerusakan
terlebih jika harus menempuh jarak yang jauh dan waktu yang
lama. Perlakuan yang baik terhadapt produk selama trasnportasi
harus benar-benar diperhatikan. Pengawasan selama transportasi
harus dilakukan meskipun sulit. Pada umumnya, pengawasan
dilakukan dengan cara analisis mutu produk sesampainya di
pelabuhan.
2. Ketersediaan kendaraan dimaksudkan untuk menjadmin ketepatan
waktu dan jumlah produk yang dikirimkan. Volume pengiriman
minyak sawit kasar ke pelabuhan disesuaikan dengan rencana
pengapalan sehingga harus dapat dipenuhi.
3. Pemuatan di pabrik adalah pengisian dari tangki timbun pabrik ke
dalam tangki kendaraan untuk dibawa ke pelabuhan. Proses
pemuatan menggunakan pipa yang mengalirkan produk dari
tangki timbun ke tangki kendaraan dengan bantuan pompa.
4. Pembongkaran di pelabuhan adalah kegiatan pengisian tangki
timbun pelabuhan dari tangki kendaraan pengangkut. Sebelum
penyimpanan dilakukan maka dilakukan analisis mutu terlebih
dahulu untuk mengetahui pemenuhan standar produk yang akan
disimpan.
Faktor risiko penyimpanan dalam tangki timbun di pelabuhan pada
dasarnya tidak berbeda dengan di pabrik. Peubah penentu faktor risikonya
adalah lama penyimpanan, jumlah produk yang disimpan dan kondisi tangki
timbun. Penjelasan dari peubah penentu ini sebagai berikut :
1. Lama penyimpanan adalah waktu rata-rata dari sejumlah minyak
sawit kasar yang disimpan dalam tangki timbun. Lama
penyimpanan bergantung pada jumlah produksi minyak sawit
kasar dan jumlah pengiriman ke pelabuhan.
2. Jumlah penimbunan adalah volume rata-rata minyak sawit kasar
yang disimpan dalam tangki timbun. Jumlah penyimpanan ini juga
berhubungan dengan jumlah produksi dan pengiriman ke
pelabuhan.
3. Kondisi tangki timbun adalah keseluruhan fasilitas tangki timbun
untuk kegiatan penyimpanan minyak sawit kasar.
VI. ANGGARAN BIAYA
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1.
Pra Penelitian
a. Studi Pustaka 250.000
b. Penyusunan Usulan Masalah Khusus 50.000
2.
Penelitian
a. Dokumentasi dan analisa 500.000
3.
Pasca Penelitian
a. Penyusunan skripsi 300.000
b. Perbanyakan 200.000
4. Transportasi 300.000
5. Dana cadangan 300.000
Total 1.900.000
DAFTAR PUSTAKA
Angerhofer BJ, Angelides MC. 2000. Systems Dynamics Modelling in Supply Chain
Management : Research Review. Department of Information Systems and
Computing, Brunei University. United Kingdom.
Arisoy O. 2007 Integrated Decision Making in Global Supply Chains and Networks
[Disertation] The Graduate Faculty of The School of Engineering, University
of Pittsburgh.
Austin JE. 1981. Agroindustrial Project Analysis. Maryland : The John Hokins
University Press.
Badan Pusat Statistik, Volume dan Nilai Ekspor Indonesia Komoditi Crude Palm Oil
(CPO) tahun 1980-2005;Laporan Badan Pusat Statistik Indonesia, 2008.
Barlo C, Zen Z, Gondowarsito R. 2003. The Indonesian Oil Palm Industry. Oil Palm
Industry Journal 3(1) : 8-15.
Basiron Y. 2002. Palm Oil dan Its Global Supply and Demand Prospects. Oil Palm
Industry Journal 2(1):1-10.
Basiron Y , Weng CK. 2005. The Role of Research and Development Strategies in
Food Safety and Good Agricultural, Manufacturing and Distribution Practice
in Malaysian Palm Oil Industry. Oil Palm IndustryEconomic Journal 5(1):1-
16.
Basdabella S. 2001. Pengembangan Sistem Agroindustri Kelapa Sawit dengan Pola
Perkebunan Agroindustri Rakyat [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Bell C, Higgs R, Vickers S, Toncinich S, Hasslett T. 2003. Using Systems Modelling
to Understand The Dynamics of Supply Chains. Department of Management
Faculty of Business and Economics. Monash University, Australia.
Brown JG. 1994. Agroindustrial Investment and Operations. Washington: The World
Bank.
Cavinato JL. 2004. Supply Chain Logistic Risks: From The Back Room to The
Board Room. International Journal of Physical Distribution & Logistic
Management 34(5):383-387.
Djafar, Wahyono T. 2003. Skala Usaha dan Break Even Point Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 11(2-3) : 61-74.
Djohar S, Tanjung H, Cahyadi ER. 2003. Building A Competitive Advantage on
CPO Through Supply Chain Management : A Case Study in PT. Eka Dura
Indonesia, Astra Agrolestari, Riau. Jurnal Manajemen & Agribisnis 1(1):20-
32.
Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit (Minyak Sawit), 2010,
Retrieved from www.ditjenbun.deptan.go.id, on 13
rd
January 2011.
Didu MS. 2000. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Pengembangan
Agroindustri Kelapa Sawit untuk Perekonomian Daerah [disertasi]. Bogor :
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid
Satu. IPB Press. Bogor.
Gaonkar R, Viswanadham N. 2006. A Conceptual and Analytical Framework for
The Management of Risk in Supply Chains [working paper]. US : Indian
School of Business.
Goenadi DH, Dradjat B, Emingpraja L, Hurabarat B. 2005. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit di Indonesia [laporan]. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Hadiguna, R. A., dan Machfud, Model Perencanaan Produksi pada Rantai Pasok
Crude Palm Oil dengan Mempertimbangkan Preferensi Pengambilan
Keputusan, Jurnal Teknik Industri, 10(1), 2008, pp. 38-49.
Kandidah S, Halim RM, Basiron Y, Rahman ZA, Ngan MA. 2002. Continuous
Sterilization of Fresh Fruit Bunches. MPOB Information Series 148.
Klimov RA dan Merkuryev YA. 2008.Simulation model for supply chain reliability
evaluation. Technological and Economic Development of Economy.
Lee HL.2002. Aligning Supply Chain Strategies with Product Uncertainty. California
Management Reviews 44(3): 105-119.
Lee TYS. 2008. Supply Chain Risk Management. Int. Journal Information and
Decision Sciences 1 (1) : 98-114.
Li J dan Hong SJ. 2007. Towards a New Model of Supply Chain Risk Management :
the Cross Functional Process Mapping Approach. Int. Journal Electronic
Customer Relationship Management 1(1) : 91-107.
Makridakis S, SC Wheelwright, VE McGee. 1991. Metode dan Aplikasi Peramalan.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nagurney A, Cruz JM, Dong J. 2005. Global Supply Chain Networks and Risk
Management : A Multi-Agent Framework, publish in Multiagent-Based Suply
Chain Management, B. Chain-draa and J.P. Muller, Editors, Springer,
Berlinm Germany, pp. 103-134.
Perdana, T. 2009. Pemodelan Dinamika Sistem Rancangbangun Manajemen Rantai
Pasokan Industri Teh Hijau. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2004. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa
Sawit.
Ruben R, Slingerland M, Nijhoff H. 2006. Agro-food Chains and Networks for
Development. Di dalam : Ruben R, Slingerland M, Nijhoff H, editor. Agro-
food Chains and Networks for Development. Netherlands: Springer: 1-25.
Santoso I. 2005. Rekayasa Model Manajemen Risiko untuk Pengembangan
Agroindustri Buah-buahan secara Berkelanjutan [disertasi]. Bogor : Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Schoenherr T, Rao TVM, Harrison TP. 2008. Assesing supply chain risks with the
analytic hierarchy process: Providing decision support for the off shoring
decision by a US manufacturing company. Journal of Purchasing and Supply
Management, doi: 10.1016/j.pursup.2008.01.008.
Setiawan A. 2009. Studi Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Sayuran
Daratan Tinggi Terpilih di Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Simchi-Levi D, Kaminsky P, Simchi-Levi E. 2000. Designing and Managing the
Supply Chain: Concepts, Strategies and Case Studies. Singapore : The
McGrW-Hill Company, Inc.
Stearman, JD. 2000. Business Dynamics : System Thinking And Modelling For
Complex World. Irwin McGraw Hill. Boston.
Suharjito, Machfud, Haryanto B, Sukardi. 2011. Optimalisasi Penentuan Jadwal
Tanam Jagung dengan Menggunakan Integrasi Model Evaluasi Risiko Rantai
Pasok. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 20(1) : 48-56.
Tasrif M. 2004. Analisis Kebijaksanaan Menggunakan Model System Dynamics.
Magister Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung.
Vorst JGAJ van der, Beulens AJM, Beek P van. 2000. Modelling and Simulating
Multi-Echelon Food Systems. European Journal of Operation Research
122:354-366.
Vorst JGAJ van der, Da Silva CA, Trienekens JH. 2007. Agroindustrial Supply
Chain Management : Concepts and Applications. Agricultural Management
Marketing and Finance Occasional Paper, Roma : Food and Agriculture
Organization of The United Nations.
Wu D dan Olson DL. 2008. Supply chain risk, simulation and vendor selection. Int.
Journal of Production Economics doi: 10.1016./j.ijpe.2008.02.013.
Zee DJ van der, Vorst JGAJ van der. 2005. A Modeling Framework for Supply
Chain Simulation: Opportunities for Improved Decision Making. Decision
Sciences 36(1):65-95.
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 Studi pustaka
2 Penelitian
3
Analisa hasil dan
pemrograman
4 Penyusunan skripsi
5 Seminar
6 Sidang skripsi
7
Penyelesaian
administrasi