Anda di halaman 1dari 5

BAHAN JURNAL

REFLEKSI BEST PRACTICE

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESRTA DIDIK


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROJECT BASED LEARNING

PPG Dalam Jabatan

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA


SURABAYA

Penulis:
Nama : RONY SALMON, S.Pd

Instansi : SMP Negeri 2 Nambioman Bapai

No. UKG : 201699416494

Alamat surel : ronysalmon18@gmail.com


Efektifkah penerapan model pembelajaran project based learning di
daerah tertinggal masa abad 21?
Rony Salmon
Kamis, 29 September 2022

Salam sehat Bapak dan Ibu, para pejuang pendidikan!


Pada tahun 2017, saya pernah menulis sebuah postingan
“Kami tidak bersekolah seperti yang lain” di akun
instagram saya. Postingan tersebut menggambarkan kondisi
dan situasi yang saya hadapi sebagai guru di daerah pelosok
saat itu.

Permasalahan dan tantangan dalam mewujudkan


keberhasilan untuk mencapai tujuan pembelajaran tidak ada
habis-habisnya. Setiap tahun ada banyak orang yang
melakukan penelitian tentang peningkatan kualitas
pendidikan, akan tetapi masalah-masalah dalam dunia pendidikan tetap saja menjadi persoalan
yang sepertinya semakin meningkat.
Pada abad 21, sistem pendidikan, khususnya di Indonesia sudah mulai berkembang beriring
perkembagan teknologi yang semakin pesat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan perekonomian, perkembangan pembangunan di setiap daerah di Indonesia, yang
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pendidikan, tidaklah begitu merata. Hal ini dapat
terlihat jelas dengan masih banyaknya daerah yang masih sangat tertinggal, khususnya di daerah
pelosok bagian timur indonesia, terlebih khusus lagi di daerah pedalaman Propinsi Papua
Selatan, Kabupaten Mappi. Penduduk pribumi di daerah ini masih memiliki SDM yang masih
sangat rendah, mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah berburu, dan angka
kemiskinan yang masih tinggi. Hal ini tentunya mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan pendidikan yang berlangsung, khususnya di sekolah tempat saya mengajar.
Saya mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Nambioaman Bapai, salah satu sekolah
yang berada di Kabupaten Mappi. Sekolah ini berdiri dan mulai menerima peserta didik baru
sejak tahun 2014. Peserta didik yang ada di sekolah tempat saya mengajar sebagian besar adalah
lulusan dari sekolah-sekolah tingkat dasar dari daerah pedalaman yang cukup sulit untuk diakses.
Berdasarkan pengalaman saya selama menjadi guru di Kabupaten Mappi sejak Tahun 2014,
terdapat beberapa permasalahan yang saya temukan dalam keberlangsungan proses pembelajaran
pada tingkat Sekolah Menengah, khususnya pada pembelajaran Bahasa Inggris sebagai salah satu
mata pelajaran wajib. Permasalahan yang ada disebabkan karena beberapa faktor internal dan
eksternal dari peserta didik, tenaga pendidik dan sekolah. Hal tersebut tentunya selalu menuntut
saya untuk mencari jalan keluar demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Salah satu permasalahan yang saya temukan yang sangat berdampak pada pencapaian tujuan
pembelajaran pada tingkat lanjut adalah kurangnya pengetahuan dasar dari peserta didik.
Mengapa demikian? Terdapat sebagian peserta didik yang akan melanjutkan ke tingkat Sekolah
Menengah Pertama, belum bisa membaca dengan baik, memiliki pengetahuan yang sangat
rendah dalam hal numerasi, dan penanaman pendidikan karakter yang rendah. Hal ini
dikarenakan tingkat kehadiran mereka di sekolah pada tingkat dasar sangat kurang. Orang
tua/wali peserta didik yang mengharuskan siswa untuk ikut terlibat dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, rendahnya tingkat pendidikan dari orang tua, prinsip masyarakat bahwa tujuan
bersekolah hanya untuk mendapatkan ijazah, lokasi sekolah yang jauh, tenaga pendidik yang
jarang melaksanakan tugas, serta pimpinan sekolah yang jarang berada di sekolah, merupakan
beberapa faktor penyebabnya.

Menurut pengamatan saya, hasil eksplorasi dari beberapa literatur, dan berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah, rekan sejawat, dan orang tua peserta didik, situasi atau
keberadaaan tersebut berdampak pada kurangnya kehadiran, kesadaran, dan motivasi belajar
peserta didik, dan dalam pembelajaran yang berlangsung di sekolah tempat saya mengajar,
khususnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Selain itu, kurangnya fasilitas pendukung pembelajaran, koneksi internet yang tidak memadai,
penggunaan metode/model/pendekatan/ media pembelajaran dalam pembelajaran yang belum
optiomal karena kurangnya persiapan yang matang dalam melakukan setiap pembelajaran dan
kompetensi guru juga merupakan permasalahan dan tantangan lain.
Dalam kaitannya dengan situasi atau kendala tersebut, sebagai tenaga pendidik saya memiliki
peran dan tanggung jawab untuk mengatasinya. Sebagai contoh, dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, saya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan materi yang sudah saya
sederhanakan atau dengan kata lain, saya menyusun materi yang relevan dengan kemampuan
dasar siswa. Selain sebagai fasilitator saya juga bertanggung jawab sebagai pembimbing,
membimbing siswa baik di dalam maupun di luar jam belajar. Dengan melihat motivasi peserta
didik yang kurang dan juga lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang memotivasi
mereka, maka saya berperan sebagai motivator bagi mereka. Sebagai contoh, sebagai motivator
saya dapat mengarahkan mereka untuk memahami cara pandang yang benar terhadap tujuan
mengikuti pendidikan formal di sekolah.
Pada pelaksanaan kegiatan PPL (Praktik Pembelajaran Lapangan) dalam program PPG-Daljab
(Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan), terdapat dua tahapan kegiatan yang saya rencanakan
sebagai tindakan untuk mengatasi masalah dan tantangan tersebut. Pada ke-dua tahapan tersebut
saya melakukan langkah-langkah atau tahapan yang hampir sama, yakni implementasi dan
optimalisasi penggunaan media dan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah melakukan analisis terhadap hasil refleksi diri dan
wawancara dengan rekan sejawat dan kepala sekolah terkait alternatif solusi yang dapat saya
lakukan. Berdasarkan analisis tersebut, saya melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
penerapan model PjBL (Project-based Learning) dengan optimalisasi media pembelajaran. Untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran ini saya melakukan berberapa tahapan persiapan. Pada
tahapan persiapan, saya menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang menggunakan
model PjBL, saya menyusun materi dan media belajar sesederhana mungkin agar sebisa mungkin
dapat dipahami oleh siswa. Hal ini saya lakukan karena tingkat kesulitan materi yang ada dalam
tuntutan berdasarkan kurikulum tidak relevan dengan kemampuan dasar (Prior knowledge) dari
peserta didik yang saya hadapi. Selain itu saya juga mempersiapkan media dan alat yang saya
gunakan seperti menyusun bahan presentasi, memastikan kondisi projector, laptop, dan speaker.
Saya juga berusaha menyediakan beberapa hadiah sebagai reward/penghargaan bagi siswa yang
aktif dan berhasil mengerjakan tugas dalam pembelajaran.

Selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran, saya melaksanakan pembelajaran dengan


mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek dan mengoptimalkan penggunaan media
dalam pembelajaran. Saya semaksimal mungkin mengikuti setiap prosedur dan tahapan-tahapan
yang telah saya susun dalam RPP. Saya tidak mengalami kendala dalam mengoptimalkan
pengguanaan media pembelajaran. Akan tetapi saya mengalami kendala dalam
mengimplementasikan model pembelajaran berbasis proyek. Kemampuan peserta didik dalam hal
mengingat, menerapkan, melakukan analisis dan mensistesis materi atau proyek yang diberikan.
Berdasarkan pengamatan, terjadi perubahan partisipasi dan perhatian peserta didik dalam
pembelajaran pada setiap pertemuan, akan tetapi mereka tidak menampung materi atau
pengetahuan yang saya berikan.

Hasil dari langkah-langkah yang dilakukan belum menunjukkan perubahaan yang begitu nampak,
walaupun terdapat perubahan dalam keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
Dengan kata lain masih terdapat kondisi yang belum terpenuhi yakni perubahan yang
berkelanjutan pada
pesrta didik.

Refleksi dari best practice ini penting untuk saya bagikan sebagai bahan referensi bagi para guru
lain atau mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan yang erat kaitannya dengan permasalahan
pendidikan.
Pembelajaran dari keseluruhan proses ini adalah bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran
ditentukan oleh beberapa faktor; di antaranya kemampuan dasar peserta didik, motivasi peserta
didik, dukungan dari orang tua/wali, pemilihan model pembelajaran yang relevan, dan kompetensi
atau profesionalitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Demikian bahan jurnal ini. Semoga bermanfaat!

Anda mungkin juga menyukai