Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat


berlangsung proses kehidupan sosial yaitu proses antar hubungan dan interaksi. Di dalam
masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan
perkembangan kehidupan manusia. Masyarakat dapat diartikan suatu wadah atau medan tempat
berlangsungnya interaksi warga masyarakat. Masyarakat juga bisa diartikan sebagai subjek,
yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan
manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio psikologisnya.

Setiap warga masyarakat sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses dalam
mekanisme masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif,
melainkan dalam kondisi-kondisi tertentu ia menjadi warga masyarakat yang aktif. Suatu
kenyataan masyarakat bahwa kita hidup bergaul, bekerja sampai meninggal dunia didalam
masyarakat. Masyarakat sebagai lembaga hidup bersama, sebagai suatu Gemeinschafts, bahkan
tidak dapat dipisahkan dari pada warga masyarakatnya dengan segala antar hubungan dan
antaraksi yang berlangsung didalamnya.1

Adapun masyarakat menurut Islam mempunyai sikap dan ciri tertentu yang dapat
membedakannya dari masyarakat lain. Komunitas masyarakat tersebut dapat dilihat pada
komunitas yang ditampilkan pada zaman Rasul SAW, zaman keemasan Islam dan pada masa
sekarang, masyarakat Islam tersebut adalah masyarakat yang teratur rapi, aman, makmur, adil
dan bahagia yang meliputi seluruh umat. Kehidupan komunitas masyarakat dalam Islam
menerapkan ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan seperti bidang akidah, ibadah, akhlaq,
undang-undang dan sistem pemerintahan.2

BAB II
1
Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1986), hal. 183-184
2
https://makalahnih.blogspot.com/2015/06/pandangan-filsafat-pendidikan-islam_1.html

1
PEMBAHASAN
A. Hakikat Masyarakat

Dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti
kawan.. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu Syirk, artinya bergaul.Adanya
saling bergaul ini, tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh
manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsure-unsur kekuatan lain dalam lingkungan
sosial yang merupakan kesatuan. Masyarakat disebut pula kesatuan sosial, karena mempunyai
ikatan-ikatan kasih sayang yang erat.3

Sedangkan menurut istilah masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yag saling


terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum khas, dan yang hidup bersama.
Menurut Filsafat Pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pendidikan didasari oleh lima
prinsip yang salah satunya adalah pandangan terhadap masyarakat.4

Ummah (masyarakat) adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi bersama yang
diikat oleh sesuatu (keyakinan atau agama,warisan budaya, lingkungan sosial, keluarga, politik,
tanah air, perasaan,cita-cita dan lain-lain) dalam rangka mencapai tujuan. Dari pengertian
tersebut menunjukkan bahwa perlunya suatu ikatan atau aturan yangdapat mengikat dan
melakukan kontrol terhadap kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Ikatan yang berupa aturan
ini dalam pandanganIslam sangat perlu agar manusia yang menjadi bagian kecil darimasyarakat
bisa hidup saling menghormati kepentingan orang lain dansaling toleransi dalam rangka
mencapai tujuan bersama untuk mencapaimasyarakat yang adil dan beradab sesuai dengan ajaran
dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. Sehingga dalam pandangan Islam undang-undang,
hukum atau aturan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan untuk mengatur
dan mengendalikan perilaku manusia agar sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan dalam
pandangan Islam yang tertuang dalam kitab suci umat Islam. Masyarakat merupakan kumpulan
individu yang terikat oleh kesatuan berbagai aspek seperti tanah air, budaya, agama,tradisi dan
lain-lainnya. Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari
masyarakat lainnya.5

3
E-learning Gunadarma .ac. id, Pdf Bab X Agama dan Masyarakat ,Pendidikan Agama Islam,h.20.
4
Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan Perkembangan Pemikirannya. (PT Raja
Grafindo Persada: Jakarta), 1994. h. 22
5
Ibid.,h.24

2
B. Dasar Pembentukan Masyarakat Islam

Penelaahan di sini didasarkan atas istilah ummah yang digunakan al-Qur'an. Tentu
saja, membatasi penelaahan dengan semata pada istilah yang digunakan akan dengan
sendirinya mempersempitkan atau menjadikan pemahaman tentang masyarakat ideal dalam
al-Qur'an tidak utuh, karena ayat-ayat lain yang tidak dicantumkan di sini juga memuat
idealitas masyarakat, meski istilah kunci tersebut tidak ditemukan. Oleh karena itu, penjelasan
dalam ayat-ayat lain yang dikemukakan sebagai penjelas. Istilah ummah salah satunya dapat
dilihat dalam surat ali-Imran ayat 104:

ۤ ِ ِ
َ ‫َولْتَ ُك ْن ِّمْن ُك ْم اَُّمةٌ يَّ ْدعُ ْو َن اىَل اخْلَرْيِ َويَْأ ُم ُر ْو َن بِالْ َم ْع ُر ْوف َو َيْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر ۗ َواُوٰل ِٕى‬
‫ك ُه ُم‬

‫الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن‬

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali-Imran ayat : 104)

Ayat ini menyatakan bahwa pembentukan masyarakat adalah ditegakkan atas dasar-dasar
kebaikan, yang ma’ruf dan yang tidak tercela. Oleh sebab itu, aturan-aturan ini semuanya
berdasarkan pada wahyu, maka tugas utama masyarakat islam adalah mengetahui dan menjaga
wahyu-wahyu ini. Tetapi yang penting ialah bahwa umat manusia juga membuat suatu perjanjian
dengan Allah yang terdapat dalam firman Allah surat al-A’raaf: 172

‫ت‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ۚ ِ


‫ه‬ ِ ‫ك ِم ۢ ْن بيِن ْٓي اٰدم ِمن ظُهو ِر ِهم ذُِّريََّتهم واَ ْشه َدهم ع ٰلٓى اَْن ُف‬
‫س‬ ِ
ُ ْ ََ ْ َ ُْ َ َ ُْ ْ ُْ ْ ََ َ َ ُّ‫َوا ْذ اَ َخ َذ َرب‬
‫بَِربِّ ُك ۗ ْم قَالُْوا َب ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن َت ُق ْولُْوا َي ْو َم الْ ِقٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا َع ْن ٰه َذا ٰغ ِفلِنْي ۙ َن‬

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak

3
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)". (Q.S. Al-A’raaf: 172 )

Oleh karena itu, aspek daripada perjanjian umat manusia dengan Allah adalah
melaksanakan, menyaksikan, dan menjaga islam itu sendiri merupakan suatu amanah yang
dipikulkan kepadanya. Selanjutnya masyarakat juga harus berfungsi sebagai saksi kepada
seluruh umat manusia tentang konsep islam bahwa seluruh kehidupan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang ada pada manusia adalah suatu amanah. Malah ditegaskan dalam suatu al-
Qur’an bahwa masyarakat inilah yang terbaik yang diutus kepada umat manusia sebab mereka
memerintahkan yang baik, melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah yang terdapat
dalam surat ali-Imran ayat 110:

‫ف َوَتْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َو ُتْؤ ِمُن ْو َن بِال ٰلّ ِه‬


ِ ‫َّاس تَْأمرو َن بِالْمعرو‬
ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ ِ ‫ت للن‬
ِ ‫ُكْنتم خير اَُّم ٍة اُخ ِرج‬
ْ َ ْ ََْ ْ ُ
‫ٰب لَ َكا َن َخْيًرا هَّلُ ْم ۗ ِمْن ُه ُم الْ ُمْؤ ِمُن ْو َن َواَ ْكَث ُر ُه ُم الْ ٰف ِس ُق ْو َن‬
ِ ‫ۗ ولَو اٰ َمن اَ ْهل الْ ِكت‬
ُ َ َْ
Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S. Ali-Imran
ayat:110)

Jadi ada 2 syarat utama untuk menjadi masyarakat model (ideal society) yang dijanjikan
Allah itu yaitu:

a. Sanggup menaburkan kebaikan


b. Membasmi kemungkaran di atas bumi di samping beriman kepada Allah.6

B. Karakteristik Masyarakat Islam

6
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,( Pustaka al husna :
Jakarta), 1986, h. 83

4
Ciri-ciri utama masyarakat islam adalah bahwa masyarakat itu bebas dan suci. Bebas
menurut islam sangat luas dan dalam pengertiannya bebas dari semua yang menghalangi setiap
orang dan masyarakat melakukan tindakan yang benar. Bebas dari semua nilai-nilai palsu dan
hal-hal yang menghambat manusia untuk maju dan berkembang. Bebas menurut nilai-nilai
kemanusiaan, bukan lepas dari batas-batas kemanusiaan itu sendiri, dan dengan demikian berarti
bebas yang suci tidak bercampur dengan kebebasan hewani. Bila manusia bebas dari pemujaan
terhadap selain Allah, maka ia akan menemukan dirinya memiliki kekuatan dasar yang sangat
potensial dan bergerak maju, tidak terhalangi oleh sesuatu yang tidak baik, dan tidak tunduk
kepada sesuatu selain yang di perintahkan oleh Khaliq yang pasti selalu baik. Pada saat itu
tampillah ia menciptakan suatu struktur dalam hidup ini yang menghasilkan kebebasan yang
bersumber dari kepatuhan kepada Allah dan melaksanakan pedoman yang diberikannya.

Adapun Ciri-ciri masyarakat islam lainnya adalah:

1. Masyarakat islam itu beriman kepada Allah, nabi dan rasul, kitab-kitab samawi, hari
akhirat, hari kebangkitan, perhitungan dan balasan.
2. Masyarakat islam meletakkan islam pada tempat yang tinggi.
3. Masyarakat islam memberi penilaian yang tinggi kepada akhlak dan tatasusila.
4. Masyarakat islam memberi perhatian utama kepada ilmu, sebab ilmu dianggap
sebagai cara yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama.
5. Masyarakat islam menghormati dan menjaga kehormatan insan. Tidak memandang
perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta dan keturunan.
6. Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar dalam masyarakat
islam, masyarakat islam menguatkan ikatan dan binaan keluarga.
7. Masyarakat islam adalah masyarakat dinamis dan bertekad untuk berkembang dan
berubah dengan pesat dan terus menerus.
8. Masyarakat islam adalah masyarakat yang terbuka, boleh menerima pengaruh yang
baik dari masyarakat lain terutama di bidang ilmu pengetahuan.
9. Masyarakat islam bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, ramah tamah, tolong
menolong baantu membantu antara satu sama lain.7

7
Ibid., h. 84

5
C. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan Islam

Dalam pandangan mengenai hubungan masyarakat dengan pendidikan Islam, Pemakalah


sependapat dengan pendapat Restu Andrian, seorang penulis blog yang telah kami kutip
pendapatnya, yaitu, masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan begitu pula sebaliknya,
tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena didalam pendidikan
terdapat unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan lainnya, begitupula sebaliknya tanpa
ada pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu pengetahuan.

Selain itu, masyarakat juga dipandang sebagai laboratorium dimana anak belajar,
menyelidiki turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur-unsur
masyarakat. Pendidikan dalam arti yang luas adalah usaha untuk mengubah dan memindahkan
nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam suatu masyarakat.

Islam juga telah mengatur berbagai hal, begitu juga pendidikan dengan segala aspeknya.
Menurut pemakalah, Jika dikatakan pendidikan Islam dalam arti yang luas maka ia adalah usaha
untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan Islam kepada setiap individu dalam suatu
masyarakat.8

Menurut konsep ajaran Islam,jika manusia mematuhi ketentuan pedoman wahyu dan
keteladanan Rasulullah Saw. itu secara jujur dan ikhlas, maka ia akan tumbuh menjadi manusia
yang seimbang dan sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian ia berpeluang
untuk mencapai tujuannya sebagai pengabdi Allah yang setia serta menjalankan misi kekhalifaan
dimuka bumi. Sebagai pengabdi ia akan tunduk dan patuh menjalankan perintah Allah, dan
selaku khalifatnya manusia tersebut berpeluang untuk memakmurkan kehidupan bumi
sebagaiman terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 30:

‫ض َخلِْي َفةً ۗ قَالُ ْٓوا اَجَتْ َع ُل فِْي َها َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِْي َها‬ ِ ‫ك لِْلم ٰلۤ ِٕى َك ِة اِيِّن ج‬
ِ ‫اع ٌل ىِف ااْل َْر‬ َ ‫ب‬
ُّ ‫ر‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ‫ذ‬
ْ ِ‫وا‬
َ ْ َ َ َ
‫ال اِيِّن ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُم ْو َن‬
َ َ‫ك ۗ ق‬
َ َ‫ِّس ل‬
ِ ‫حِب‬ ۚ َ ‫ك الد‬
ُ ‫ِّماۤ َء َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد‬
ِ
ُ ‫َويَ ْسف‬

8
Jalaluddin & Usman Said, Op.Cit., h.12

6
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah ayat:30).

Atas dasar ini, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan al-Quran adalah “membina
manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan
Allah, atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh al-Quran, “untuk bertakwa
kepada-Nya.”9

Berdasarkan pemikiran itu pula, maka dalam konsep pendidikan Segala bentuk aturan
harus dijaga oleh manusia sebagai makhluk-Nya yang memiliki nilai lebih, karena potensi yang
ia miliki sesuai dengan al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31:

‫ال اَ ۢ ْنبِـُْٔويِن ْ بِاَمْسَاِۤء ٰهُٓؤ اَل ۤ ِء اِ ْن ُكْنتُ ْم‬


َ ‫ض ُه ْم َعلَى الْ َم ٰلۤ ِٕى َك ِة َف َق‬
َ ‫َو َعلَّ َم اٰ َد َم ااْل َمْسَاۤءَ ُكلَّ َها مُثَّ َعَر‬
ِِ
َ ‫ٰصدقنْي‬

Artinya :Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
(Q.S. Al-Baqarah ayat : 31).

Oleh karena segala bentuk aturan harus dijaga dan dipelihara oleh manusia, maka cara
menjaganya adalah dengan memelihara hubungan yang baik kepada Pencipta dan hubungan baik
kepada manusia, sebagaimana terdapat dalam surat ali-Imran ayat 103 dan 112:

9
M.Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,
(Penerbit Mizan: Bandung), 1992, Cet. I, h.172-173

7
ِ ِ ٰ ‫صموا حِب ب ِل ال ٰلّ ِه مَجِ يعا َّواَل َت َفَّر ُقوا ۖوا ْذ ُكروا نِعم‬
ِ
َ َّ‫ت اللّه َعلَْي ُك ْم ا ْذ ُكْنتُ ْم اَ ْع َداۤءً فَاَل‬
َ ‫ف َبنْي‬ َ َْ ُْ َ ْ ًْ َْ ْ ُ َ‫َو ْاعت‬
ِ ۚ ِ
َ ‫صبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِهٖٓ ا ْخ َوانًا َو ُكْنتُ ْم َع ٰلى َش َفا ُح ْفَر ٍة ِّم َن النَّا ِر فَاَْن َق َذ ُك ْم ِّمْن َها ۗ َك ٰذل‬
‫ك‬ ْ َ‫ُقلُ ْوبِ ُك ْم فَا‬
‫يَُبنِّي ُ ال ٰلّهُ لَ ُك ْم اٰيٰتِهٖ لَ َعلَّ ُك ْم َت ْهتَ ُد ْو َن‬

Artinya :Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Ali-
Imran:103)

‫ب ِّم َن ال ٰلّ ِه‬


ٍ‫ض‬ ِ ‫الذلَّةُ اَيْ َن َما ثُِق ُف ْٓوا اِاَّل حِب َْب ٍل ِّم َن ال ٰلّ ِه َو َحْب ٍل ِّم َن الن‬
َ َ‫َّاس َوبَاۤءُْو بِغ‬ ِّ ‫ت َعلَْي ِهم‬
ُ ْ َ‫ض ِرب‬
ُ
ٍّ ۗ ‫ت ال ٰلّ ِه َو َي ْقُتلُ ْو َن ااْل َنْ ۢبِيَاۤءَ بِغَرْيِ َح‬
‫ق‬ ِ ٰ‫ك بِاَنَّهم َكانُوا ي ْك ُفرو َن بِاٰي‬ِ
ْ ُ َ ْ ْ ُ َ ‫ت َعلَْي ِه ُم الْ َم ْس َكنَةُ ۗ ٰذل‬
ْ َ‫ض ِرب‬
ُ ‫َو‬
‫ص ْوا َّو َكانُ ْوا َي ْعتَ ُد ْو َن‬ ‫ٰذلِ َ مِب‬
َ ‫ك َا َع‬
Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian
itu Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan
yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”. (Q.S.
Ali Imran : 112).

Bentuk hubungan yang seperti ini termuat dalam konsep akhlaq al-karimah (akhlak yang
mulia) dengan Rasul (utusan-Nya) sebagai tolak ukur dan teladan agung sesuai dengan al-Quran
surat Al-Qalam ayat 4:

8
‫ۤن ۚ َوالْ َقلَ ِم َو َما يَ ْسطُُر ْو ۙ َن‬

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al
Qalam : 4).10

Menurut Pemakalah, dalam pembentukan masyarakat yang ideal, pendidikan islam juga
sangat berperan penting untuk menetapkan nasib sebuah masyarakat, disamping masyarakat itu
sendiri.Tidak hanya nasib mereka di dunia, tetapi juga nasib masyarakat itu diakhirat, karena
setiap masyarakat harus mempertanggungjawabkan apa saja yang telah mereka mereka lakukan.

Islam sebagai agama, dalam arti menghendaki perubahan terhadap masyarakat, dari hal
yang negatif menuju hal-hal yang positif. Masyarakat jahiliyah memilki pola pikir, sikap dan
tingkah laku terpuji dan tercela. Dalam hal ini, Islam menerima dan mengembangkan yang
terpuji, menolak dan meluruskan yang tercela. Perubahan dapat terlaksanan akibat pemahaman
dan penghayatan nilai-nilai al-Quran, serta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri
dengan hukum-hukum sejarah dalam masyarakat, dimana hukum-hukum tersebut tidak mungkin
mengalami perubahan. Sebagaimana yang terdapat dalam surah Arrad Ayat 11 :

‫يَ َديْ ِه َو ِم ْن َخ ْل ِفهٖ حَيْ َفظُْونَهٗ ِم ْن اَْم ِر ال ٰلّ ِه ۗاِ َّن ال ٰلّهَ اَل يُغَِّيُر َما بَِق ْوٍم َحىّٰت‬ ِ ‫ت ِّم ۢ ْن َبنْي‬
ٌ ‫لَهٗ ُم َع ِّقٰب‬
‫يُغَِّي ُر ْوا َما بِاَْن ُف ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اََر َاد ال ٰلّهُ بَِق ْوٍم ُسْۤوءًا فَاَل َمَر َّد لَهٗ َۚو َما هَلُ ْم ِّم ْن ُد ْونِهٖ ِم ْن َّو ٍال‬

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Sesungguhnya Allah
tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. (Q.S. Arrad :11)

Perubahan yang terjadi pada satu-dua orang yang tidak mampu mengalirkan arus kepada
masyarakat, tidak mungkin dapat menghasilkan perubahan masyarakat. Perubahan yang terjadi
10
Jalaluddin & Usman Said, Op.Cit.,h.22

9
pada diri seseorang harus diwujudkan dalam suatu landasan yang kokoh serta berkaitan erat
dengannya, sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya itu menciptakan arus, gelombang, atau
paling sedikit riak yang menyentuh orang-orang lain.

Demikianlah, maka pembinaan individu berbarengan dengan pembinaan masyarakat.


Karena pentingnya kaitan pribadi-pribadi dengan masyarakat, dan karena Al-Quran sejak mula
bertujuan mengubah masyarakat, maka ditemukan banyak ayatnya yang berbicara tentang
tanggung jawab kolektif( masyarakat) disamping tanggung jawab pribadi sebagaimana ia
berbicara tentang ajal (batas manusia) dan ajal masyarakat.

Hubungannya dengan pendidikan Islam yang lainnya adalah terkait dengan fungsi
pendidikan Islam itu sendiri yang diantaranya adalah; menyiapkan generasi muda untuk
memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang,
memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari
generasi tua kepada generasi muda dan memindahkan niali-nilai yang bertujuan untuk
memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan
hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban.11

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al- Karim

Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1994.
Balai Pustaka: Jakarta Ed. II

Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan Perkembangan Pemikirannya,
1994. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

11
Hasan Langgulung. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. (Al-Ma’arif: Bandung), 1980, Cet I,h.
92

10
Hasan Langgulung Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. 1980, Al-Ma’arif: Bandung,
Cet I

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,, 1986.
Pustaka al husna : Jakarta

M.Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, 1992. Penerbit Mizan: Bandung, Cet. I

Syam, Mohammad Noor,. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pencasila,
Surabaya: Usaha Nasional, 1989

11

Anda mungkin juga menyukai