Disusun Oleh:
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan YME atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Fisika Dasar I dengan tepat waktu.
Akhirnya, saya menyadari bahwa Laporan Praktikum Fisika Dasar I ini jauh
dari kesempurnaan, mempunyai kesalahan dan kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materilaporan ini.
Demikian laporan praktikum saya ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak
khususnya kepada kami sebagai mahasiswa teknik elektro.
Penyusun
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
4. Koefisien Gesekan
6. Pesawat ATWOOD
8. Konstanta Pegas
DAFTAR PUSTAKA
PRACTICAL TEST
HUKUM ARCHIMEDES
I. TUJUAN
2. Menyelidiki hubungan gaya keatas dengan berat zat cair yang dipindahkan
II. TEORI
Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke atas (Fa). gaya apung sama dengan
berat benda di udara dikurangi dengan berat benda di dalam air. Persamaan
Hukum Archimedes :
Fa = wu - wf
Keterangan:
Fa = wf
Fa = ρf . g . vbf
Keterangan :
wu - wf = ρf . g . vbf
A. Keadaan Benda
Dalam konsep hukum Archimedes ada tiga keadaan benda di dalam zat cair
1. Benda terapung
Benda dikatakan terapung jika berat jenis benda lebih kecil daripada berat jenis
zat cair dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.
Pada peristiwa mengapung, hanya sebagian volume benda yang tercelup di dalam
fluida sehingga volume fluida yang berpindah lebih kecil dari volume total benda
yang mengapung. Karena vbf (volume benda yang tercelup) lebih kecil daripada
vb (volume benda total), maka syarat benda mengapung adalah:
vb > vbf
ρb < ρf
2. Benda melayang
Benda dikatakan melayang jika berat jenis benda sama dengan berat jenis zat
cair dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.
Pada peristiwa melayang, volume fluida yang dipindahkan (volume benda yang
tercelup) sama dengan volume total benda yang melayang. Karena vbf (volume
benda yang tercelup) sama dengan vb (volume benda total), maka syarat benda
melayang adalah:
vb = vbf
ρb = ρf
3. Benda Tenggelam
Benda dikatakan tenggelam jika berat jenis benda lebih besar daripada berat
jenis zat cair dan berat benda lebih besar daripada gaya ke atas zat cair. Perbedaan
benda terapung tenggelam dan melayang dapat dibuatkan tabel berikut ini.
Pada peristiwa tenggelam, volume benda yang tercelup di dalam fluida sama
dengan volume total benda yang mengapung, namun benda bertumpu pada dasar
bejana sehingga ada gaya normal dasar bejana pada benda sebesar N Karena vbf
(volume benda yang tercelup) sama dengan vb (volume benda total), maka syarat
benda tenggelam adalah :
vb = vbf
ρb > ρf
1. Statif
2. Neraca pegas
3. Neraca digital
4. Beaker glass
5. Gelas berpancuran
9. Air
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
4. Mencelupkan benda 1 ke dalam air seluruhnya, dalam kondisi ini ukur dan
catat beratnya
V.TABEL DATA
No. Jenis benda Berat benda (N) Gaya Volume fluida Massa fluida
keatas yang tumpah yang tumpah
Sebelum Sesudah (Fa) (kg)
dicelup (m3)
Dicelup
(wbu ) (wbf )
−6 −3
2. Balok Kayu 0,15 N 0N 0,15 N 15 x 10 m3 15 x 10 kg
V. ANALISA DATA
1. Perbedaan apakah yang nampak dalam pengukuran berat benda sebelum dan
sesudah di Celupkan ?
Perbedaan yang nampak pada kedua benda saat sebelum dicelupkan dan
sesudah dicelupkan Ialah massa dan berat kedua benda tersebut berbeda
2. Apakah massa benda yang tumpah sama dengan volume benda yang di
celupkan ?
Massa benda yang akan tumpah sama dengan volume benda tersebut .
3. Apakah eksperimen ini dapat di gunakan untuk mengukur massa jenis masing-
masing benda?
Data 1 :
Jenis Benda = Silinder Besi
Jenis Fluida = Air
massa Gelas Kosong (mk ) = 100 gram
Maka :
- Berapakah Fa (gaya Archimedes)....?
- Berapakah Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3)....?
- Berapakah massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg)....
Jawaban :
- Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)
Fa (gaya Archimedes) = ρfluida .Vfluida .g
Pembuktian
= 9 x 10−3 kg . 10 N/kg
= 9 x 10−2 N
= 0,09 N
= 0,1 N
mf
Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3) =
ρf
9 x 10−3 kg
= 3 kg
1 x 10 3
m
=9 x 10−6 m3
Balok Data 2 :
Jenis Benda = Kayu
Jenis Fluida = Air massa Gelas Kosong (mk ) = 100 gram
Maka :
- Berapakah Fa (gaya Archimedes)....?
- Berapakah Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3)....?
- Berapakah massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg).....?
Jawaban :
- Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)
Fa (gaya Archimedes) = ρfluida .Vfluida .g
Pembuktian :
Fa (gaya Archimedes) = wbu - wbf
= 15 x 10−3 kg . 10 N/kg
= 15 x 10−2 N
= 0,15 N
4.tuliskankah jenis aplikasi apa saja yang tercipta dari penerapan hukum
Archimedes dalam kehidupan sehari-hari ?
Adapun jenis aplikasi yang tercipta dari penerapan Hukum Archimedes di
dalam kehidupan sehari-hari antara lainHidrometer, kapal selam, dan kapal laut
adanya Hukum Archimedes menyebabkan benda yang dimasukkan ke dalam
akan mengalami tiga kemungkinan yaitu terapung,melayang dan tenggelam.
1.Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang di lakukan pada percobaan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa Massa dan berat dari kedua benda akan berkurang apabila
kedua benda tersebut di celupkan/ Di masukkan ke dalam air.
2. Saran
Didalam melakukan percobaan ini kita harus teliti bagian menimbang benda yang
sebelum di celupkan dan sesudah di celupkan agar data yang akan di hasilkan
lebih akurat dan memperoleh hasil yang sebagaimana mestinya.
KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN
I. Tujuan
1. Menentukan koefisien kekentalan (Coeficient of Viscosity) cairan, dengan
mempergunakan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kefisien kekentalan
suatu cairan.
II. Teori
Jika ada gerak antara fluida (cairan atau gas) dengan benda lain, selalu terjadi
kakas yang melawan gerak tersebut yang disebut gaya kekentalan. Bila sebuah
benda berbentuk bola, bergerak dengan kecepatan rendah didalam suatu medium
(cairan atau gas) yang tepat sifat-sifatnyany, maka besar gaya kekentalan adalah:
Fv = - 6 π η r v ...................(1)
Dimana : Fv = gaya yang melawan gerakan (N)
η = koefisien kekentalan (Pa.s)
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola relatif terhadap medium (m. s-1)
Tanda minus menunjukan arah Fv berlawanan dengan arah v. Rumus ini
dikenal sebagai hukum Stokes. Adapun syarat-syarat pemakaian hukum Stokes
tersebut diatas:
Satuan SI untuk η adalah Newton meter-2 atau N.m-2. Nilai η bergantung pada
jenis cairan dan terpengaruh suhu. Dalam metode bola jatuh, sebuah bola kecil
dijatuhkan dalam tabung yang tinggi berisi cairan. Mula-mula kecepatannya
rendah tetapi percepatan gravitasi menyebabkan kecepatan bertambah sehingga
kakas Fv bertambah besar. Kakas yang dialami bola adalah gaya gravitasi F g
(kebawah), gaya apung Fb (keatas) dan gaya gesekan Fv (keatas) dan pada suatu
nilai kecepatan tertentu, akan terjadi keseimbangan :
Fg + Fb + Fv = 0............. (2)
Dimana gaya kebawah dianggap positif sehingga gaya resultan menjadi nol.
Maka kecepatan bola tidak berubah lagi melainkan pada nilai maksimum atau
nilai akhir yang dinotasikan sebagai Va. Kecepatan ini juga disebut kecepatan
14
akhir (terminal velocity). Gaya Fb dan Fg dapat ditulis sebagai fungsi jari-jari bola
R, rapat bola ρo dan rapat cairan ρc :
Perhatikan arah kebawah diberi tanda tambah dalam semua persamaan setelah
Substitusi kedalam pers. (1) dan (2) diperoleh :
Semua besaran dalam ruas kanan pers. (5) dapat diukur, sehingga dapat
dihitung menurut pers (5) perbandingan R2/va seharusnya konstan dan percobaan
juga dapat membuktikan besar tidaknya hal ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran kekentalan dengan metode ini adalah:
15
padat
16
4. Diukur rapat cairan itu dengan areometer. Jika tidak ada rapat cairan
diperoleh, maka dengan cara sebagai berikut:
a) Ditimbang gelas ukur, kemudian dicatat massa gelas kosong.
b) Dimasukkan cairan dan dicatat volumenya
c) Ditimbang kembali gelas ukur + cairan lalu dicatat massanya. (Rapat
cairan ).
5. Ditempatkan satu kawat pada jarak ± 20 cm dibawah permukaan cairan
dan kawat kedua pada jarak d = 100 cm dibawahnya.
6. Diambil satu bola dengan pinset atau sendok agar suhu tidak naik,
kemudian dilepaskan bola perlahan dari jarak 1 cm di atas permukaan
cairan dipertengahan tabung. Diukur waktu jatuh t dari kawat atas ke-
kawat bawah.
7. Diubah jarak d menjadi 0,9; 0,8; 0,7;....0,4 meter dan mengukur waktu (t)
untuk setiap jarak d seperti pada point (6) diatas.
8. Diulangi prosedur diatas (6 & 7) untuk 2 buah bola lain yang berbeda
diameternya.
V. Analisis Data
Jenis cairan = Minyak goreng (Bimoli Spesial)
Bola 1 = Bola 2 = Bola 3
Diameter = 2 R2 = 0.00684 mm
Jari-jari R1 = 0,00342 mm
Massa bola m1 = 0,001 kg
Rapat cairan ρ0 = 845 kg. m –3
Suhu semula T0 = 31 oC
Suhu akhir T1 = 31 oC
Tabel 2.2 Hasil Percobaan
Waktu rata-
Jarak Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
rata
X (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s)
trata-rata
17
0,4 0,49 0,48 0,46 0,48
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Waktu
t (s)
Δx x 2−x 1
Slope (Vt) = =
Δ t rata−rata t 2−t 1
0,9−0,25 0,9−0,25
= = = 0.62 m. s -1
1,4−0,35 1,4−0,35
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
4 4
V = x π r2 = x 3,14 x 0,00342 2
3 3
= 0,0000001674 m3
m 0,001
ρ0 = v = 0,0000001674
= 5971,6 kg/m3
2 r2 g 2 r2 g
Vt = ( ρ0 −ρc ¿ η = ( ρ0 −ρc ¿
9 η 9 Vt
2 0,003422 x 10 1,22
η =9 (5.971,6 – 845) η= η = 0,22 N/m2 s
0,62 5,58
18
Suatu benda yang bergerak dalam suatu fluida akan mendapat beberapa
penagruh gaya seperti gaya archimedes, gaya gesek fluida atau biasa disebut gaya
stokes, dan gaya gravitasi yang menimbulkan adanya gaya berat dalam fluida.
Gaya stokes akan menghambat gerakan benda sehingga beda atau bola pejal akan
melambat sampai jarak tertentu.
Gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak dalam fluida berkaitan
dengan kekentalan fluida tersebut. Selain itu, pergerakan benda dalam fluida
dipengaruhi juga oleh gaya Archimedes dan Gaya Berat. Dari hasil percobaan
diketahui bahwa jarak yang ditempuh oleh bola pejal berbanding lurus dengan
waktu yang dipergunakan untuk menempuh jarak tersebut. Namun yang
memepengaruhi waktu tempuh bola pejal untuk mencapai dasar tabung adalah
diameter bola pejal tersebut. Semakin diameter bola pejal, maka semakin besar
juga kecepatannya dan waktu tempuhnya akan semakin kecil.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Sebaiknya sebelum praktikum praktikan harus menguasai materi dan
langkah percobaan sehingga percobaan berjalan dengan lancar dengan
tingkat kesalahan yang rendah.
2. Saat melakukan pengambilan data, perlu ketepatan dan ketelitian dalam
menggunakan stopwatch serta kefokusan dalam pengamatan praktikum.
19
NILAI KALOR SPESIFIK AIR DENGAN METODE
JOULE
I. Tujuan
1. Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode Joule.
2. Membuktikan kesetaraan bahang dengan energi listrik.
II. Teori
Dalam sebuah kawat penghantar yang dialiri arus listrik terjadi pemanasan
akibat energi listrik menjadi energi panas. Karena daya yang ditimbulkan oleh
arus DC (I) melalui tegangan (V) sama dengan I, V, maka dalam waktu t,
energi panas yang dihasilkan adalah :
E = V . I . t ........................................................(1)
Dalam metode Joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air (atau
cairan lain) di dalam sebuah bejana khusus yang disebut kalorimeter. Menurut
teori kalor dasar, energi E yang diperlukan untuk memanaskan sesuatu benda
bermassa m melalui suhu adalah :
E = m . c . ΔT .............................................................(2)
Bila diterapkan pada kalorimeter massa dan nilai bahang yang berisi
air bermassa dengan nilai bahang maka persamaan (2) menjadi.
Bila disamakan energi listrik pers (1) dengan persamaan (3) maka diproleh :
20
Nilai dapat ditentukan dalam eksperimen dimana diketahui dan semua
besaran lain diukur.
1.Magnetik stirrer
2.Termometer
3.Tabung calorimeter
4.Pengaduk
5.Stopwach
6.Es batu
21
Nilai kalor spesifik kalorimeter ( = 386 J/kg oC
Massa kalorimeter serta pengaduk ( ) = 0,081 kg
Massa air + massa kalorimeter ( + ) = 0,219 kg
Massa air = 0,138 kg
Tabel Hasil percobaan
Waktu Suhu Daya Listrik
0 31 25
32 25
30
60 33 25
34 25
90
120 37 25
39 25
150
180 41 25
43 25
210
240 45 25
47 25
270
300 48 25
49 25
330
360 50 25
V. Analisa Data
400 Grafik (T -vs-
350 t). Tandai suhu
300 kamar.
250
Waktu
200
t (s)
150
100
50
22
0
30 35 40 45 50 55
Suhu
T (0c)
Δt = t2-t1
= 360-5
= 355 s
ΔT = T2-T1
= 50-32,5
= 17,5 oC
Nilai Slope (Kemiringan grafik):
Δt t 2−t 1
Slope = =
ΔT T 2−T 1
360−5 355
= = = 20,3
50−32,5 17,5
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
Ca Experiment:
P x Slope−(mk x ck ) 25 x 20,3−(0,081 x 386)
Ca = =
ma 0,138
507,5−31,3
= = 3.451 J/kg0c
0,138
23
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
24
KOEFISIEN GESEKAN
I. TUJUAN
1. Memahami pengertian koefisien gesekan
2. Menentukan koefisien gesekan berbagai jenis benda dengan metode bidang
miring
II. TEORI
Sebuah benda bermassa m diluncurkan di atas permukaan yang datar dan rata
dengan kecepatan awal v0, benda akhirnya berhenti. Hal ini berarti, bahwa dalam
geraknya, benda mengalami percepatan dan kecepatan rata-rata yang berlawana
arah dengan arah gerakannya. Jika dikaitkan dengan inersia, pada suatu benda
yang dipercepat, maka pada geraknya selalu dikaitkan dengan gaya yang sesuai
dengan hukum Newton II. Dalam hal ini permukaan bidang datar melakukan
gaya gesek (friction) pada benda yang meluncur yang nilai rata-ratanya adalah :
Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda yang lain,
maka masing-masing benda akan melakukan gaya gesekan satu sama lainnya
gesekan pada masing-masing benda ini berlawanan arah dengan gerak relatifnya
terhadap benda lainnya. Dengan perkataan lain gaya gesekan akan gaya geraknya.
Walaupun tidak ada gerak relatifnya, tetap ada gaya gesekan antar permukaan,
contoh benda tetap berada pada posisi stabilnya. tanpa gesekan suatu benda tidak
akan stabil pada posisi dimana benda berada.
Dimana :
fc : Gaya gesekan
µ : Koefisien gesekan
N : Gaya normal
Sedangkan koefisien gesekan terdiri dari koefisien gesekan statis µs dan koefisien
gesekan kinetis (µk)
25
Balok dalam keadaan diam (setimbang) yang terletak pada permukaan datar
dipenga-ruhi oleh gaya N dan W. Balok tidak akan bergerak bila gaya F kecil,
balok tidak bergerak bila gaya F < gaya gesekan antara benda dan bidang datar
Jika gaya F diperbesar, pada suatu saat benda akan mulai bergerak. Sekali gerak
telah dimulai, gaya F akan menghasilkan percepatan. Gaya gesekan antara dua
permukaan yang diam disebut gaya gesekan statik. Gaya gesekan statik yang
maksimum sama dengan gaya minimum untuk membuat benda bergerak. Untuk
menentukan koefisien gesekan suatu benda, dapat digunakan metode bidang
miring. Benda diletakkan pada bidang miring yang kemiringannya dapat diatur.
(Gambar 2.2)
2. Beban-beban 1set
26
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memeriksa apakah jarum penunjuk pada busur derajat dapat bergerak bebas.
(kayu, karet dan sebagainya) dan jenis permukaan benda (licin, kasar dan
sebagainya)
V.TABEL DATA
27
Benda 1
No.
ϴ µk µk rata-rata
1. 30 0,58
2. 29 0.55
3. 29 0,55 0,57
4. 30 0,58
5. 31 0,60
Benda 2
No.
ϴ µk µk rata-rata
1. 25 0,47
2. 22 0.47
3. 24 0,44 0,46
4. 25 0,47
5. 24 0,44
Cacatan: 1. μk = tg Ɵ
2. μk rata-rata =
∑μ
n
Bunyi dari hukum Newton II menyatakan bahwa ”percepatan dari suatu benda
akan sebanding dengan jumlah gaya (resultan gaya) yang bekerja pada benda
tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya”. Berdasarkan Hukum Newton
II , dapat di pahami bahwa benda akan menambah kelajuan nya jika di beri gaya
total arah yang sama dengan arah gerak benda .
Gaya Gesek adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya kontak antara dua
buah permukaan benda satu sama lain ,akibat gesekan ini maka muncul gaya
gesek yang melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda akan
28
bergerak ,koefisien Gesekan merupakan suatu nilai yang di hasilkan dari gaya
gesek terhadap gaya normal pada kedua permukaan yan saling bergesekan .
Koefisien statis memiliki arti tetap atau belum bergerak ,jadi koefisien ini
digunakan untuk menentetukan seberapa besar gaya gesek ketika bend aitu dalam
kradaan diam. Koefisien gesekan kinetis memiliki arti bergerak jadi koefisien ini
di gunakan Ketika Benda sudah bergerak atau meluncur.
4. Bagaimana cara untuk megurangi gaya gesekan pada benda yang bergerak ?
Jelaskan dan berikan contohnya.
Berikut beberapa cara yang dapat mengurangi gaya gesekan pada suatu benda
yang bergerak :
1.memakai pelumas
29
VI. KESIMPULA DAN SARAN
1.kesimpulan
-koefisien gesekan suatu benda bergantung pada halus atau kasar nya permukaan
dan massa dari benda tersebut.
-koefisien statis digunakan apabila benda dalam keadaan diam, dan koefisiien
kinetis digunakan apabila benda tersebut bergerak.
-besar koefisien gesek statis juga di pengaruhi oleh permukaan landasan dan
kemiringan landasan yang digunakan.
2.Saran
30
BAB 5
HUKUM OHM DAN KIRCHOFF
I. Tujuan
1. Mengetahui cara pemasangan alat ukur amperemeter dan voltmeter.
2. Mengukur arus dan tegangan pada percobaan Hukum Ohm dan Hukum
Kirchoff I dan II
3. Mengetahui sifat arus dan tegangan pada Hukum Kirchoff I dan II
II. Teori
A. Hukum Ohm
Hukum dasar pada sistem kelistrikan ada 2 yaitu:
1. Hukum Ohm
2. Hukum Kirchoff : a. Hukum Arus Kirchoff
b. Hukum Tegangan Kirchoff
Arus yang mengalir pada suatu konduktor tergantung pada nilai resistansi
konduktor tersebut. Beda potensial (V) yang terdapat pada terminal (ujungujung)
suatu resistansi (R) sebanding dengan arus (I) yang mengalir pada resistor
tersebut, lihat gambar 5.1
R V
V
V=IxR atau I=
R
31
Rumus tersebut dikenal dengan Hukum Ohm (George Simon Ohm, 1826).
Hukum Ohm menyatakan bahwa bila pada suatu resistansi (R) terdapat tegangan
sebesar V, maka arus yang mengalir pada resistansi tersebut adalah I.
B. Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff ada 2 (dua) yaitu:
I2
I4
I1
I5
I3
∑ I n=0
n =1
Atau
I1 + I4 - I2 - I3 - I5 = 0
32
Hukum tegangan Kirchoff menyatakan bahwa: “Jumlah Aljabar semua
emf (sumber) pada suatu rangkaian tertutup adalah sama dengan jumlah drop
tegangan yang terdapat pada resistansi dalam rangkaian tersebut” dan secara
matematika ditulis dengan:
∑ V = ∑ IR
33
3. Catu daya DC Sebagai pengatur tegangan DC=PT DC
S
A
PT DC V R
V. Analisa Data
Hukum Ohm
34
Tabel 5.2 Hasil percobaan hukum ohm
No. V (volt) I (mA) R (Ohm)
2. 5 0,1 50
5. 10 0,26 38,5
Rreff = 32 Ohm
Maka;
∑R =
62,5+50+36,1+37.5+38,5
n 5
224,6
= = 45 Ohm
5
Nilai eksak−Nilai percobaan
Error % = x 100%
Nilai eksak
32Ohm−45 Ohm −13Ohm
= x 100 % = x 100 %
320 hm 32Ohm
= -0,406 Ohm x 100% = -41 %
1. 4 11,2 1 0,9 2
35
3. 8 22,6 2,3 1,9 3,7
Dik : R1 = 100
R2 = 82
R3 = 150
RTotal = 332
Selisih 1,2−1
% Error = x 100% = x 100%
Teori 1
0,2
= x 100% = 17%
1,2
Selisih 0,98−0,9
% Error = x 100% = x 100%
Teori 0,98
36
0,08
= x 100% = 8%
0,98
Selisih 1,8−2
% Error = x 100% = x 100%
Teori 1,8
−0,2
= x 100% = |-11%| = 11%
1,8
17 %+8 %+11 %
% Error total= = 12 %
3
37
0.3
0.25
0.2
0.15
(mA)
Arus
0.1
0.05
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tegangan
(volt)
Dalam pengaplikasian Hukum Kirchoff I dan II, dapat dilihat pada rangkaian
lampu dan peristiwa mati lampu. Apabila lampu disusun dengan menggunakan
rangkaian seri maka lampu yang paling dekat dengan sumber listrik akan menyala
lebih terang. Sementara lampu yang jauh dari sumber listrik akan menyala redup.
Apabila disusun dengan rangkaian paralel, maka semua lampu akan punya
intensitas keterangan yang kurang lebih sama, meskipun jarak dengan sumber
listrik berbeda-beda. Salah satu contoh yang paling nyata adalah ketika di dalam
rumah.
Ketika semua lampu mati dan hanya satu lampu yang menyala, maka tegangan
dan juga arus di dalam rangkaian tersebut terfokus pada satu lampu saja. Hal itu
membuktikan hukum Kirchoff 1 dan 2 berjalan.
38
bertambah.Arus yang mengalir pada rangkaian yang tersusun secara parallel
memilikinilai yang berbeda sesuai nilai resistansi yang dilewatinya, sebaliknya
arusyang mengalir pada rangkaian yang tersusun secara seri memiliki nilai yang
sama.Nilai tegangan yang dihasilakan pada percobaan dengan teori memiliki
nilaiyang berbeda karena setiap rangkaian memiliki nlai tegangan jatuh pada
setiap penyambungan kabel dengan beban maupun saklar.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman antara lai; Praktikan
mempersiapkan materi sebelumnya mengenai percobaan yang akan dilakukan
terutama langkah kerja dan prosedur kerja yang akan dilakukan dan
memperhatikan intruksi dari asisten. Praktikan juga harus mengecek kesiapan
barang yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan data, dan lebih teliti
dalam pelaksanaan percobaan.
PESAWAT ATWOOD
I. Tujuan
1. Mempelajari konsep Hukum Newton melalui sistem katrol.
2. Mempelajari Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB) pada sistem katrol.
3. Menentukan kecepatan dan percepatan gerak suatu benda dengan
menggunakan sistem katrol.
II. Teori
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad.
Hukum Newton II
39
“Benda yang mendapatkan gaya akan mendapatkan percepatan yang
besarnya sebanding dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan
massanya”. Arah percepatan juga searah dengan gaya.
s=vxt
Keterangan : s = Jarak yang ditempuh (m)
v = Kecepatan (m/s)
t = Waktu tempuh (sekon)
5. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu ketika bergerak. Jika kecepatan
awal benda (V0) dan kecepatan akhir (Vt), maka setelah selang waktu detik,
besar percepatan yang dialami oleh benda tersebut adalah:
40
Untuk persamaan yang dapat digunakan pada konsep GLBB adalah sebagai
berikut:
41
Kemudian dicatat waktu yang diperlukan beban ((m2) + (m3.a)) untuk
sampai di jarak A dengan menggunakan stopwatch.
4. Diulangi kembali langkah ini sebanyak 3 kali dan hasil yang diperoleh,
dicatat dalam tabel hasil pengamatan.
5. Dihitung nilai percepatan (ɑ) yang anda peroleh dengan persamaan:
42
(gr) (gr) (gr) (m/s2)
68 68
1. 5 68 68 0,35
68 68
68 68
2. 6 68 68 0,41
68 68
68 68
3. 10 68 68 0,67
68 68
V. Analisa Data
Massa Silinder 1 (m1) = 68 gram
Massa Silinder 2 (m2) = 68 gram
Massa Benda 1 (m.3.a) = 5 gram
Massa Benda 2 (m.3.b) = 6 gram
Massa Benda 3 (m.3.c) = 10 gram
Jarak A – C = 30 cm = 0,3 meter
Persamaan 1:
Beban 1 (m.3.a)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= 2 = 2 =
4,38
= 0,125 m/s2
t (2,19)
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,060 m/s2
(3,51) 9,92
43
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,043 m/s2
(3,73) 13,91
Beban 2 (m.3.b)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= = 2 = = 1,17 m/s2
t2 (2,26) 5,10
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,079 m/s2
(2,74) 7,50
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,246 m/s2
(1,56) 2.43
Beban 2 (m.3.c)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= 2 = 2 =
1,82
= 0,32 m/s2
t (1,35)
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,263 m/s2
(1,51) 2,28
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,114 m/s2
(2,29) 5,24
Beban 2 (m.3.b)
m3 b+ m2−m1 6+68−68 6
ɑ = m3 b+ m2+m 1 x g =
6+68+ 68
x 9,8 =
142
x 9,8 = 0,414 m/s2
Beban 3 (m.3.c)
m3 c +m2−m1 10+68−68 10
ɑ = m3 c +m 2+ m1 x g =
10+68+68
x 9,8 =
146
x 9,8 = 0,671 m/s2
Tegangan Tali
Dikarenakan tali yang digunakan dikaitkan pada sebuah katrol, maka otomatis
beban akan diseimbangkan. Maka diperoleh gambaran bahwa tegangan pada m1
dan m2 adalah sama.
44
m1= 68 gram = 0,68 kg
m2 = 68 gram + 5 gram (m3a) = 71 gram = 0,71 kg
W1 = m1 x g = 0,68 x 10 = 6,8 N
W2 = m2 x g = 0,71x 10 = 7,1 N
a. percepatan
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,1−6,8 = 0,3 = 0,21 m/s2
m total m 1+ m2 0,68+0,71 1,39
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,2−6,8 = 0,4 = 0,28 m/s2
m total m 1+ m2 0,68+0,72 1,4
45
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,8−6,8
=
1
= 0,68 m/s2
m total m 1+ m2 0,68+0,78 1,46
46
AYUNAN BANDUL SEDERHANA
I. Tujuan
1. Mengukur nilai percepatan gravitasi bumi.
2. Menentukan nilai Periode ayunan bandul sederhana.
II. Teori
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Hukum gravitasi Newton dirumuskan
sebagai berikut:
“Setiap massa menarik massa titik lainnya dengan gaya segaris dengan garis
yang menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus dengan
perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua massa titik tersebut”.
47
m2 = Massa dari benda kedua
r2 = Jarak antara dua massa tersebut.
g = Percepatan gravitasi
Sebuah benda yang massanya dianggap sebagai suatu partikel yang terletak di
pusat massanya, diikat dan digantung dengan tali lentur pada sebuah titik tetap.
Bila benda itu diberi simpangan awal sehingga tali membentuk sudut yang cukup
kecil terhadap arah vertikal dan kemudian benda dilepaskan, maka benda akan
berayun disekitar titik setimbangnya pada sebuah bidang datar vertikal dengan
frekuensi tetap. Sistem yang demikian itu disebut bandul sederhana atau bandul
matematis (Herman, 2014).
Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa,
yang digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik ke
samping dari posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun
dalam bidang vertikal karena pengaruh gravitasi. Geraknya merupakan gerak
osilasi dan periodik (Giancoli, 2001).
a. Gerak Harmonis Sederhana
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda
akan diam di titik kesetimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan,
maka beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan
terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas
melakukan gerak harmonik sederhana.
b. Periode
c. Amplitudo
Amplitudo adalah pengukuran scalar yang non negatif dari besar osilasi suatu
gelombang. Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak terjatuh dari garis
kesetimbangan dalam gelombang sinusoidal yang kita pelajari pada mata
pelajaran fisika dan matematika. Pada bandul matematis, periode dan frekuensi
sudut pada bandul sederhana tidak tergantung pada massa bandul, tetapi
bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi setempat.
48
t t
T = n f = n
Hubungan antara Periode (T) dan Frekuensi Getaran (f), Dari definisi periode
dan frekuensi getaran di atas, diperoleh hubungan :
T =
1
f f =
1
T f=
1
2π √ g
l f = 2π √ l
g
Keterangan :
T = periode, satuannya detik atau sekon
f = frekuensi getaran, satuannya 1/detik atau s-1 atau Hz
g = percepatan grafitasi
n = jumlah getaran
t = waktu (s)
π = 3,14
l = panjang tali (m)
Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak
harmonik sederhana adalah benda bergerak bolak-
balik disekitar titik keseimbangannya. Titik terjauh
dari kesetimbangan yang disebut amplitudo (A).
Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik
kesetimbangan disebut simpangan (x), yang berubah
secara periodik dalam besar dan arahnya. Kecepatan
(V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam
besar dan arah. Selama benda bergetar, ada
kecenderungan untuk kembali ke posisi setimbang.
Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk
mengembalikan benda ke posisi setimbang. Periode
adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran lengkap.
Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi. Gaya (F) ini
disebut gaya pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi setimbang.
49
Bandul sederhana berupa benda dan tali sepanjang . Bila diberi simpangan
kecil kemudian dilepaskan, akan bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangan. Untuk bandul sederhana dengan panjang, diperoleh Periode (T)
sehingga, Grafitasi dapat dihitung dengan persamaan:
Ket:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
l = Panjang tali (m)
T = Perioda (s)
π = 3,14
III. Alat dan Bahan Percobaan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktukum ini,
antara lain:
50
3. Diikatkan benang pada penjepit dengan simpul mati.
4. Digantungkan bandul yang sudah terikat dengan tali tersebut sepanjang 10
cm pada gantungan klem penjepit.
5. Diayunkan bandul dengan cara menarik bandul pada simpangan 100 saat
melepaskan bandul seraya menghidupkan stopwatch.
6. Hitunglah waktu yang dibutuhkan oleh bandul untuk melakukan 10
getaran.
7. Ulangilah percobaan yang sama dari nomor 4 sampai nomor 6 dengan
panjang tali berikutnya adalah 20 cm, 30 cm dan 40 cm.
Percobaan yang dilakukan terdiri dari 4 macam, dimana masing-masing
percobaan tersebut dilakukan sebnyak 3 kali, dengan ketentuan :
Percobaan I, dengan l1 = 20 cm
Percobaan II, dengan l2 = 40 cm
Percobaan III, dengan l3 = 60 cm
Percobaan IV, dengan l4 = 80 cm
Tabel 7.2 Data Hasil Percobaan Ayunan Bandul Sederhana
Percobaa
Panjang Tali Waktu rata- Periode Gravitasi
n T2
(L) rata (t r)
(T) (m/s2)
Ke-
V. Analisis Data
Dik : l1 = 20 cm
: l2 = 40 cm
: l3 = 60 cm
: l4 = 80 cm
:n = 10
:π = 3,14
Dit :
1. Hitunglah nilai periode dari setiap percobaan dengan panjang tali yang
berbeda!
2. Hitunglah masing-masing percepatan gravitasi dari setiap panjang tali
yang berbeda!
3. Hitunglah rata-rata nilai gravitasi!
51
4. Jelaskan dengan singkat hubungan antara panjang tali dengan periode!
Jawab :
1. PERIODE (T)
Percobaan I, l = 20 cm
Dik: t1 = 10 sekon
t2 = 9 sekon
t3 = 10 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
10+9+10 29
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 9,6 sekon
t 9,6
T = = = 0,96
n 10
Percobaan II, l = 40 cm
Dik: t1 = 13 sekon
t2 = 13 sekon
t3 = 13 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
13+13+13 39
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 13 sekon
t 13
T = = = 1,3
n 10
Percobaan III, l = 60 cm
Dik: t1 = 16 sekon
t2 = 17 sekon
t3 = 15 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
16+17+15 48
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 16 sekon
t 16
T = = = 1,6
n 10
52
Percobaan IV, l = 80 cm
Dik: t1 = 10 sekon
t2 = 9 sekon
t3 = 10 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
18+18+18 54
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 18 sekon
t 18
T = = = 1,8
n 10
Jawab
2
4 π2 l 4 x (3,14) x 20
g = 2 = = 8,57 m/s2
T (0,96)2
Percobaan II, l = 40 cm
Dik: T = 1,3
π = 3,14
Dit: g = .........?
Jawab
4 π2 l 4 x (3,14)2 x 40
g = 2 = = 9,33 m/s2
T (1,3)2
Percobaan III, l = 60 cm
Dik: T = 1,6
π = 3,14
Dit: g = .........?
Jawab
2
4 π2 l 4 x (3,14) x 60
g = = = 9,24 m/s2Percobaan IV, l
T
2
(1,6)2
= 80 cm
53
Dik: T = 1,8
π = 3,14
Dit: g = .........?
Jawab
2
4 π2 l 4 x (3,14) x 80
g = = 2 = 9,73 m/s2
T2 (1,8)
2. RARA-RATA GRAVITASI
g rata-rata =
∑g
n
8,57+9,33+ 9,24+9,73
Rata-Rata Nilai Gravitasi = = 9,1 m/s2
4
Selisih 9,1−9,8
% Error = x 100% = x 100%
Teori 9,8
−0,7
= x 100% = |-7,14%| = 7,14%
9,8
54
Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak
harmonik sederhana adalah benda bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangannya. Titik terjauh dari kesetimbangan yang disebut amplitudo (A).
Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik kesetimbangan disebut simpangan
(x), yang berubah secara periodik dalam besar dan arahnya.
Kecepatan (V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam besar dan
arah.
Selama benda bergetar, ada kecenderungan untuk kembali ke posisi
setimbang.
Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk mengembalikan benda
ke posisi setimbang.
Periode adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran
lengkap. Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi.
Gaya (F) ini disebut gaya pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi
setimbang.
1. Pada saat bandul berayun, statif tidak boleh bergerak. Agar statif tidak
bergerak, dapat kita lakukan dengan cara memegang tiang penyangganya.
2. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi
tiap-tiap orang agar pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien.
55
KONSTANTA PEGAS
I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang
pegas
2. Menentukan besar konstanta elastisitas pegas
II. Teori
Pendekatan yang baik untuk berbagai gaya F dari pegas sebanding dengan
perpindahan d ujung bebas pegas dari posisinya ketika pegas dalam keadaan
relaks. Robert Hooke ilmuan Inggris di akhir tahun 1600-an. Tanda minus pada
persamaan Hukum Hooke menandakan bahwa arah gaya pegas selalu berlawanan
arah dengan perpindahan ujung bebas pegas. Konstanta k disebut dengan
konstanta pegas dan ini merupakan ukuran kekakuan pegas.Semakin besarnilai k,
semakin kaku pegas; ini menandakan bahwa semakin besar k semakinkuat tarikan
atau dorongan pegas untuk perpindahan tertentu. Satuan SI untuk k adalah newton
per meter (Halliday/Resnick/Walker.1960. 163 ).
Pegas adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi mekanis.
Pegas biasanya terbuat dari baja. Pegas juga ditemukan di sistem suspensi mobil.
Pada Mobil Pegas memiliki fungsi menyerap kejut dari jalan dan getaran roda
agar tidak diteruskan ke bodi kendaraan secara langsung. Selain itu, pegas juga
berguna untuk menambah daya cengkerem ban terhadap permukaan jalan.
Penggunaan pegas dalam dunia keteknikan sangat luas,misalkan pada teknik
mesin, teknik elektro, alat-alat transformasi,dan lain-lain.Dalam banyak hal, tidak
terdapat alternative lain yang dapat digunakan, Kecuali menggunakan pegas
dalam kontruksi dunia keteknikan. harus dapat berfungsi dengan baik, terutama
dari segi persyaratan,keamanan dan kenyamanan.
56
menyerahkan kerja kembali kedalam bentuk semula, hal ini disebut cara kerja
pegas.
Tinjau sebuah pegas tergantung vertikal yang digantungi beban massa pada
ujung bagian bawah seperti pada Gambar 8.1 berikut:
Posisi pegas sebelum ditarik atau ditekan oleh beban massa berada pada titik
kesetimbangan. Apabila pegas ditarik ke bawah dengan simpangan sebesar Δx
kemudian dilepaskan, maka pegas akan bergerak naik – turun di sekitar titik
kesetimbangannya secara berulang (periodik) selama simpangan tidak terlalu
besar. Dengan kata lain, pegas melakukan getaran. Getaran ini disebut gerak
harmonis sederhana. Pegas dapat melakukan gerak harmonik sederhana karena
adanya gaya pegas yang berfungsi sebagai gaya pemulih yang selalu melawan
arah simpangan. Besarnya gaya pemulih ini dinyatakan sebagai hukum Hooke :
Tanda minus pada hukum hooke timbul karena gaya pegas berlawanan arah
dengan simpangan. Dengan menggunakan persamaan hukum kedua newton maka
akan didapatkan bahwa percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan
57
dengan simpangan. Hal ini merupakan karakteristik umum gerak harmonik
sederhana. Susunan pegas terbagi dua, yaitu :
Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:
1 1 1 1
= + + ….. +
ks k 1 k 2 kn
Jika rangkaian pegas pararel maka total konstantanya sama dengan jumlah
seluruh konstanta pegas yang disusun pararel.
58
Gambar 8.3 Nilai k pada rangkaian pegas paralel.
Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:
Kp=K 1+ K 2+…+ Kn
59
8. Benda 20 gram Sebagai Beban I pada pegas.
60
3. 0,05 0,49 0,072 0,023
V. Analisa Data :
1. Hitunglah masing-masing nilai konstanta pegas untuk beban sebesar 0,02
kg s.d 0,09 kg!
61
Untuk beban 0,09 kg
F = m.g
F = 0,09 kg x 9,8 m/s2
F = 0,882 N
X0 = 0,073 m X1 = 0,136 m ∆x = 0,063 m
f
Maka : K=
Δx
0,882 N
K=
0,063 m
K = 14,00 N/m
2. Buatlah grafik hubungan antara gaya tarik pegas (F) terhadap pertambahan
panjang (∆x)!
1
0.9
0.8
0.7
Gaya Tarik Pegas
0.6
0.5
F (N)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Pertambahan Panjang
Δx (m)
Gambar 8.4 Grafik gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang (Δx)
VI. Kesimpulan dan Saran
62
1. Setiap benda apapun itu, pasti memiliki nilai konstanta pegas yang
berbeda-beda.
2. Perubahan nilai panjang pegas memiliki perbandingan lurus atau linier
dengan gaya tekan maupun gaya tarik yang ada pada pegas tersebut. Jika
beban berat suatu benda semakin besar, maka konstanta pegasnya juga
akan semakin besar.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Konstanta Pegas ini, guna
membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
63
DAFTAR PUSTAKA
64
PRACTICAL TEST
DATA :
Jenis cairan = Minyak Goreng
Rapat cairan = 845 kg/m3
Diameter = 0,00684 m
Jari-jari = 0,00342 m
Massa bola = 0,001 kg
Suhu awal = 31 oC
Suhu akhir = 31 oC
65
t 1+t 2+t 3 0,30+0,35+0,39
̅t = = = 0,34 s
3 3
Δx x 2−x 1
Slope (Vt) = =
Δ t rata−rata t 2−t 1
0,8−0,2 0,6
= = = 0.32 m. s -1
2,16−0,34 1,82
Dari slope diperoleh Vt = 0.32 m. s -1
4 4
V = x π r2 = x 3,14 x 0,00342 2
3 3
= 0,0000001674 m3
m 0,001kg
ρ0 = v =
0,0000001674 m3
= 5971,6 kg/m3
2 r2 g 2 r2 g
Vt = ( ρ0 −ρc ¿ η = ( ρ0 −ρc ¿
9 η 9 Vt
2 0,003422 x 10 2 0,00011
η =9 (5.971,6 – 845) η = 9 0,32 (5.126,6)
0,32
1,22
η = η = 0,42 N/m2 s
2,88
66
A. Percepatan Benda
Beban 2 (m.3.b)
m3 b+ m2−m1 10+60−60 10
ɑ = m3 b+ m2+m 1 x g =
10+60+60
x 10 =
130
x 10 = 0,77 m/s2
Beban 3 (m.3.c)
m3 c +m2−m1 15+60−60 15
ɑ = m3 c +m 2+ m1 x g =
15+60+60
x 9,8 =
135
x 9,8 = 1,11 m/s2
B. Tegangan Tali
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 6,5−6,0 = 0,5 = 0,40 m/s2
m total m 1+ m2 0,60+0,65 1,25
67
c. percepatan
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,0−6,0 = 1 = 0,77 m/s2
mtotal m 1+ m2 0,60+0,70 1,3
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,5−6,0 = 1,5 = 0,11 m/s2
m total m 1+ m2 0,60+0,75 1,35
68