Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Disusun Oleh:

Nama : FERY MARUBA TAMBUNAN


NPM. : 218120021
Prodi : Teknik Elektro

Dosen Pengampu : Moranain Mungkin, ST., M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan YME atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Fisika Dasar I dengan tepat waktu.

Saya dapat menyelesaikan Laporan Pratikum Fiska Dasar I ini, tidak


terlepas dari doa dan dorongan semangat rekan-rekan Mahasiswa Universitas
Medan Area dan Dosen Fisika Dasar I yang telah membimbing saya serta
memberi bantuan moral maupun materi kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Laporan Fisika Dasar I ini. Laporan ini saya susun
berdasarkan hasil praktikum selama 10 kali pertemuan mulai dari tanggal 14
Oktober 2021 hingga 16 Desember 2021.

Akhirnya, saya menyadari bahwa Laporan Praktikum Fisika Dasar I ini jauh
dari kesempurnaan, mempunyai kesalahan dan kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materilaporan ini.

Demikian laporan praktikum saya ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak
khususnya kepada kami sebagai mahasiswa teknik elektro.

Duri, 14 Oktober 2021

Penyusun

Fery Maruba Tambunan


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

JUDUL PRATIKUM: 1. Hukum ARCHIMEDES

2. Koefisien kekentalan cairan

3. Nilai kalor spesifik air dengan metode joule

4. Koefisien Gesekan

5. Hukum OHM, Kirchhoff I & Kirchhoff II

6. Pesawat ATWOOD

7. Ayunan Bandul Sederhana

8. Konstanta Pegas

DAFTAR PUSTAKA

PRACTICAL TEST
HUKUM ARCHIMEDES

I. TUJUAN

1. Membuktikan keberlakuan hukum Archimedes

2. Menyelidiki hubungan gaya keatas dengan berat zat cair yang dipindahkan

3. Membuktikan dan menentukan apakah benda akan terapung, melayang,


dan

tenggelam pada jenis fluida.

II. TEORI

Hukum Archimedes mengatakan bahwa “Jika suatu benda dicelupkan ke


dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat gaya ke atas yang sama
besarnya dengan berat nya zat cair yang di pindahkan oleh benda tersebut".

Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-olah


berkurang. Peristiwa ini tentu bukan berarti ada massa benda yang hilang, namun
disebabkan oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan
dengan arah berat benda. Seorang ahli Fisika yang bernama Archimedes
mempelajari hal ini dengan cara memasukkan dirinya pada bak mandi. Ternyata,
ia memperoleh hasil, yakni beratnya menjadi lebih ringan ketika di dalam air.

Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke atas (Fa). gaya apung sama dengan
berat benda di udara dikurangi dengan berat benda di dalam air. Persamaan
Hukum Archimedes :

Fa = wu - wf
Keterangan:

Fa = gaya apung atau gaya ke atas (N)

wu = gaya berat benda di udara (N)

wf = gaya berat benda di dalam air (N)


Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang didesak atau
dipindahkan oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka semakin
besar pula gaya apungnya. Hasil penemuannya dikenal dengan Hukum
Archimedes yang menyatakan bahwa apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat
cair, baik sebagian atau seluruhnya, benda akan mendapat gaya apung (gaya ke
atas) yang besarnya sama dengan berat zat cair yang didesaknya (dipindahkan)
oleh benda tersebut. Secara matematis ditulis :

Fa = wf

Fa = ρf . g . vbf
Keterangan :

Fa = Gaya keatas yang dialami benda (N)


ρf = Massa jenis zat cair (kg/m3)
vbf = Volume benda tercelup (m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Fa = wf

wu - wf = ρf . g . vbf

A. Keadaan Benda

Dalam konsep hukum Archimedes ada tiga keadaan benda di dalam zat cair

1. Benda terapung

Benda dikatakan terapung jika berat jenis benda lebih kecil daripada berat jenis
zat cair dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.
Pada peristiwa mengapung, hanya sebagian volume benda yang tercelup di dalam
fluida sehingga volume fluida yang berpindah lebih kecil dari volume total benda
yang mengapung. Karena vbf (volume benda yang tercelup) lebih kecil daripada
vb (volume benda total), maka syarat benda mengapung adalah:

vb > vbf

ρb < ρf
2. Benda melayang

Benda dikatakan melayang jika berat jenis benda sama dengan berat jenis zat
cair dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.

Pada peristiwa melayang, volume fluida yang dipindahkan (volume benda yang
tercelup) sama dengan volume total benda yang melayang. Karena vbf (volume
benda yang tercelup) sama dengan vb (volume benda total), maka syarat benda
melayang adalah:

vb = vbf

ρb = ρf

3. Benda Tenggelam

Benda dikatakan tenggelam jika berat jenis benda lebih besar daripada berat
jenis zat cair dan berat benda lebih besar daripada gaya ke atas zat cair. Perbedaan
benda terapung tenggelam dan melayang dapat dibuatkan tabel berikut ini.
Pada peristiwa tenggelam, volume benda yang tercelup di dalam fluida sama
dengan volume total benda yang mengapung, namun benda bertumpu pada dasar
bejana sehingga ada gaya normal dasar bejana pada benda sebesar N Karena vbf
(volume benda yang tercelup) sama dengan vb (volume benda total), maka syarat
benda tenggelam adalah :

vb = vbf

ρb > ρf

III. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

1. Statif

2. Neraca pegas

3. Neraca digital

4. Beaker glass

5. Gelas berpancuran

6. Benda 1 (balok kayu)

7. Benda 2 (gabus, plastik)

8. Benda 3 (balok besi)

9. Air
IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Mempersiapkan seluruh peralatan percobaan hukum Archimedes


(mintalah petunjuk asisten).

2. Mengukur berat benda 1 di udara dengan menggunakan neraca pegas.


Catat hasilnya.

3. Mengisi gelas berpancuran dengan air hingga ke bibir pancuran.

4. Mencelupkan benda 1 ke dalam air seluruhnya, dalam kondisi ini ukur dan
catat beratnya

5. Mengukur massa dan volume fluida yang dipindahkan.

6. Mengganti benda 1 dengan benda yang lainnya, lalu lakukanlah langkah 1


– 4 secara bergantian

7. Membuat tabel sebagai berikut:

V.TABEL DATA

Tabel 1.1: Hasil Percobaan

No. Jenis benda Berat benda (N) Gaya Volume fluida Massa fluida
keatas yang tumpah yang tumpah
Sebelum Sesudah (Fa) (kg)
dicelup (m3)
Dicelup
(wbu ) (wbf )

1. Silinder Besi 0,75 N 0,65 N 0,1 N 9 x 10−6 m3 9 x 10−3 kg

−6 −3
2. Balok Kayu 0,15 N 0N 0,15 N 15 x 10 m3 15 x 10 kg

V. ANALISA DATA

1. Perbedaan apakah yang nampak dalam pengukuran berat benda sebelum dan
sesudah di Celupkan ?

Perbedaan yang nampak pada kedua benda saat sebelum dicelupkan dan
sesudah dicelupkan Ialah massa dan berat kedua benda tersebut berbeda

2. Apakah massa benda yang tumpah sama dengan volume benda yang di
celupkan ?

Dapat di lihat bahwa Ketika benda di celupkan ke dalam gelas berpancuran


yang berisi air ,

Massa benda yang akan tumpah sama dengan volume benda tersebut .

3. Apakah eksperimen ini dapat di gunakan untuk mengukur massa jenis masing-
masing benda?

Jelaskan secara rumus hasil percobaan yang di lakukan terhadap masing-masing


benda,

Sehingga terbukti bahwa benda tersebut mengapung, melayang atau tenggelam!

Data 1 :
Jenis Benda = Silinder Besi
Jenis Fluida = Air
massa Gelas Kosong (mk ) = 100 gram

Kondisi Benda Sebelum Dicelup :


Berat Benda di Udara (wbu ) = 0,75 N
massa Benda di Udara (mbu ) = 75 gram

Kondisi Benda Setelah Dicelup :


Berat Benda di dalam fluida (wbf ) = 0,65 N
massa Benda di dalam fluida (mbf ) = 65 gram

mk + fluida yang tumpah = 109 gram


massa fluida (mf ) = (mk + fluida yang tumpah) – (mk)
= 109 gram – 100 gram
= 9 gram

Maka :
- Berapakah Fa (gaya Archimedes)....?
- Berapakah Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3)....?
- Berapakah massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg)....
Jawaban :
- Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)
Fa (gaya Archimedes) = ρfluida .Vfluida .g

Fa (gaya Archimedes) = ρf . g .Vbf


dimana :
ρfluida = massa jenis fluida
g = gravitasi
Vbf = Volume benda tercelup

Pembuktian

Fa (gaya Archimedes) = wbu - wbf

Fa (gaya Archimedes) = 0,75 N - 0,65 N

Fa (gaya Archimedes) = 0,1 N

Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)


= mf . g

= 9 x 10−3 kg . 10 N/kg
= 9 x 10−2 N

= 0,09 N

= 0,1 N
mf
Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3) =
ρf

9 x 10−3 kg
= 3 kg
1 x 10 3
m

=9 x 10−6 m3

massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg) = 9 x 10−3

Balok Data 2 :
Jenis Benda = Kayu
Jenis Fluida = Air massa Gelas Kosong (mk ) = 100 gram

Kondisi Benda Sebelum Dicelup :


Berat Benda di Udara (wbu ) = 0,15 N
massa Benda di Udara (mbu ) = 15 gram

Kondisi Benda Setelah Dicelup :


Berat Benda di dalam fluida (wbf ) = 0 N
massa Benda di dalam fluida (mbf ) = 0 gram

gram mk + fluida yang tumpah = 115 gram


massa fluida (mf ) = (mk + fluida yang tumpah) – (mk)
= 115 gram – 100
= 15 gram

Maka :
- Berapakah Fa (gaya Archimedes)....?
- Berapakah Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3)....?
- Berapakah massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg).....?

Jawaban :
- Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)
Fa (gaya Archimedes) = ρfluida .Vfluida .g

Fa (gaya Archimedes) = ρf . g .Vbf


dimana :
ρfluida = massa jenis fluida
g = gravitasi
Vbf = Volume benda tercelup

Pembuktian :
Fa (gaya Archimedes) = wbu - wbf

Fa (gaya Archimedes) = 0,15 N - 0 N

Fa (gaya Archimedes) = 0,15 N

Fa (gaya Archimedes) = wf (berat fluida yang tumpah)


= mf . g

= 15 x 10−3 kg . 10 N/kg

= 15 x 10−2 N

= 0,15 N

Volume fluida yang tumpah dalam satuan =

- massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg) = 15 x 10−3 kg

4.tuliskankah jenis aplikasi apa saja yang tercipta dari penerapan hukum
Archimedes dalam kehidupan sehari-hari ?
Adapun jenis aplikasi yang tercipta dari penerapan Hukum Archimedes di
dalam kehidupan sehari-hari antara lainHidrometer, kapal selam, dan kapal laut
adanya Hukum Archimedes menyebabkan benda yang dimasukkan ke dalam
akan mengalami tiga kemungkinan yaitu terapung,melayang dan tenggelam.

VI.Kesimpulan dan saran

1.Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang di lakukan pada percobaan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa Massa dan berat dari kedua benda akan berkurang apabila
kedua benda tersebut di celupkan/ Di masukkan ke dalam air.

2. Saran
Didalam melakukan percobaan ini kita harus teliti bagian menimbang benda yang
sebelum di celupkan dan sesudah di celupkan agar data yang akan di hasilkan
lebih akurat dan memperoleh hasil yang sebagaimana mestinya.
KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN

I. Tujuan
1. Menentukan koefisien kekentalan (Coeficient of Viscosity) cairan, dengan
mempergunakan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kefisien kekentalan
suatu cairan.

II. Teori

Jika ada gerak antara fluida (cairan atau gas) dengan benda lain, selalu terjadi
kakas yang melawan gerak tersebut yang disebut gaya kekentalan. Bila sebuah
benda berbentuk bola, bergerak dengan kecepatan rendah didalam suatu medium
(cairan atau gas) yang tepat sifat-sifatnyany, maka besar gaya kekentalan adalah:

Fv = - 6 π η r v ...................(1)
Dimana : Fv = gaya yang melawan gerakan (N)
η = koefisien kekentalan (Pa.s)
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola relatif terhadap medium (m. s-1)
Tanda minus menunjukan arah Fv berlawanan dengan arah v. Rumus ini
dikenal sebagai hukum Stokes. Adapun syarat-syarat pemakaian hukum Stokes
tersebut diatas:

a. Ruangan tempat medium tak terbatas (ukurannya cukup besar)


b. Tidak ada turbulensi (penggelinciran) pada medium. Praktisnya ini berarti
kecepatan v tidak besar.

Satuan SI untuk η adalah Newton meter-2 atau N.m-2. Nilai η bergantung pada
jenis cairan dan terpengaruh suhu. Dalam metode bola jatuh, sebuah bola kecil
dijatuhkan dalam tabung yang tinggi berisi cairan. Mula-mula kecepatannya
rendah tetapi percepatan gravitasi menyebabkan kecepatan bertambah sehingga
kakas Fv bertambah besar. Kakas yang dialami bola adalah gaya gravitasi F g
(kebawah), gaya apung Fb (keatas) dan gaya gesekan Fv (keatas) dan pada suatu
nilai kecepatan tertentu, akan terjadi keseimbangan :

Fg + Fb + Fv = 0............. (2)
Dimana gaya kebawah dianggap positif sehingga gaya resultan menjadi nol.
Maka kecepatan bola tidak berubah lagi melainkan pada nilai maksimum atau
nilai akhir yang dinotasikan sebagai Va. Kecepatan ini juga disebut kecepatan

14
akhir (terminal velocity). Gaya Fb dan Fg dapat ditulis sebagai fungsi jari-jari bola
R, rapat bola ρo dan rapat cairan ρc :

Perhatikan arah kebawah diberi tanda tambah dalam semua persamaan setelah
Substitusi kedalam pers. (1) dan (2) diperoleh :

Semua besaran dalam ruas kanan pers. (5) dapat diukur, sehingga dapat
dihitung menurut pers (5) perbandingan R2/va seharusnya konstan dan percobaan
juga dapat membuktikan besar tidaknya hal ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran kekentalan dengan metode ini adalah:

a) Perlu diperhatikan bahwa kecepatan yang


diukur benar-benar adalah kecepatan
konstan (akhir).
b) Rumus (1) di atas hanya berlaku jika bola
jatuh lebih kecil dari ukuran tabung
(paling tidak1/10) dari diameter tabung.
c) Suhu harus konstan, khususnya untuk
jenis-jenis minyak.

III. Alat dan Bahan Percobaan


Tabel 2.1 Peralatan dan fungsinya
No Alat dan Bahan Fungsi

Sebagai wadah zat cair (minyak gorong) dan


1. Tabung berisi zat digunakan untuk tempat percobaan memasukkan bola
cair padat.

Sebagai objek percobaan untuk mengetahui


2. Bola-bola kecil kekentalan zat cair dalam tabung melalui waktu yang
diperlukan.

15
padat

Untuk mengukur diameter bola-bola padat yang


3. Micrometer sekrup
akan diamati.

Untuk mengukur jarak setiap lintasan dalam tabung


Jangka sorong, cairan yang akan dilalui bola.
4.
mistar

Untuk mengukur suhu cairan yang digunakan


5. Thermometer
sebelum dan sesudah percobaan.

Untuk menghitung lamanya bola jatuh pada jarak-


6. Stopwatch
jarak tertentu didalam tabung zat cair.

7. Magnet Untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung

8. Klem Sebagai penjepit tabung.

9. Statif Sebagai dudukan dan penyangga tabung.

10. Areometer Untuk mengukur rapat zat cair.

Untuk mengukur volume cairan yang akan digunakan


11. Gelas ukur dalam percobaan viskositas.

Untuk menimbang massa cairan, massa bola dan


12. Neraca massa gelas ukur.

IV. Prosedur Percobaan


1. Diukur diameter tiap-tiap bola, masing-masing pengukuran dilakukan
beberapa kali (dengan menggunakan mikrometer sekrup).
2. Ditimbang tiap-tiap bola dengan neraca analog atau digital.
3. Dicatat temperatur cairan sebelum dan sesudah percobaan.

16
4. Diukur rapat cairan itu dengan areometer. Jika tidak ada rapat cairan
diperoleh, maka dengan cara sebagai berikut:
a) Ditimbang gelas ukur, kemudian dicatat massa gelas kosong.
b) Dimasukkan cairan dan dicatat volumenya
c) Ditimbang kembali gelas ukur + cairan lalu dicatat massanya. (Rapat
cairan ).
5. Ditempatkan satu kawat pada jarak ± 20 cm dibawah permukaan cairan
dan kawat kedua pada jarak d = 100 cm dibawahnya.
6. Diambil satu bola dengan pinset atau sendok agar suhu tidak naik,
kemudian dilepaskan bola perlahan dari jarak 1 cm di atas permukaan
cairan dipertengahan tabung. Diukur waktu jatuh t dari kawat atas ke-
kawat bawah.
7. Diubah jarak d menjadi 0,9; 0,8; 0,7;....0,4 meter dan mengukur waktu (t)
untuk setiap jarak d seperti pada point (6) diatas.
8. Diulangi prosedur diatas (6 & 7) untuk 2 buah bola lain yang berbeda
diameternya.
V. Analisis Data
Jenis cairan = Minyak goreng (Bimoli Spesial)
Bola 1 = Bola 2 = Bola 3
Diameter = 2 R2 = 0.00684 mm
Jari-jari R1 = 0,00342 mm
Massa bola m1 = 0,001 kg
Rapat cairan ρ0 = 845 kg. m –3
Suhu semula T0 = 31 oC
Suhu akhir T1 = 31 oC
Tabel 2.2 Hasil Percobaan
Waktu rata-
Jarak Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
rata
X (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s)
trata-rata

0,8 1,10 1,35 1,24 1,16

0,6 0,75 0,83 0,80 0,79

17
0,4 0,49 0,48 0,46 0,48

0,2 0,28 0,37 0,34 0,36

 Grafik x -vs- ̅t untuk setiap bola.


0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
x (m)
Jarak

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Waktu
t (s)

Δx x 2−x 1
Slope (Vt) = =
Δ t rata−rata t 2−t 1
0,9−0,25 0,9−0,25
= = = 0.62 m. s -1
1,4−0,35 1,4−0,35
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
4 4
V = x π r2 = x 3,14 x 0,00342 2
3 3
= 0,0000001674 m3
m 0,001
ρ0 = v = 0,0000001674

= 5971,6 kg/m3
2 r2 g 2 r2 g
Vt = ( ρ0 −ρc ¿ η = ( ρ0 −ρc ¿
9 η 9 Vt

2 0,003422 x 10 1,22
η =9 (5.971,6 – 845) η= η = 0,22 N/m2 s
0,62 5,58

VI. Kesimpulan dan Saran

18
Suatu benda yang bergerak dalam suatu fluida akan mendapat beberapa
penagruh gaya seperti gaya archimedes, gaya gesek fluida atau biasa disebut gaya
stokes, dan gaya gravitasi yang menimbulkan adanya gaya berat dalam fluida.
Gaya stokes akan menghambat gerakan benda sehingga beda atau bola pejal akan
melambat sampai jarak tertentu.
Gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak dalam fluida berkaitan
dengan kekentalan fluida tersebut. Selain itu, pergerakan benda dalam fluida
dipengaruhi juga oleh gaya Archimedes dan Gaya Berat. Dari hasil percobaan
diketahui bahwa jarak yang ditempuh oleh bola pejal berbanding lurus dengan
waktu yang dipergunakan untuk menempuh jarak tersebut. Namun yang
memepengaruhi waktu tempuh bola pejal untuk mencapai dasar tabung adalah
diameter bola pejal tersebut. Semakin diameter bola pejal, maka semakin besar
juga kecepatannya dan waktu tempuhnya akan semakin kecil.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Sebaiknya sebelum praktikum praktikan harus menguasai materi dan
langkah percobaan sehingga percobaan berjalan dengan lancar dengan
tingkat kesalahan yang rendah.
2. Saat melakukan pengambilan data, perlu ketepatan dan ketelitian dalam
menggunakan stopwatch serta kefokusan dalam pengamatan praktikum.

19
NILAI KALOR SPESIFIK AIR DENGAN METODE
JOULE

I. Tujuan
1. Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode Joule.
2. Membuktikan kesetaraan bahang dengan energi listrik.
II. Teori

Dalam sebuah kawat penghantar yang dialiri arus listrik terjadi pemanasan
akibat energi listrik menjadi energi panas. Karena daya yang ditimbulkan oleh
arus DC (I) melalui tegangan (V) sama dengan I, V, maka dalam waktu t,
energi panas yang dihasilkan adalah :

E = V . I . t ........................................................(1)

Dalam metode Joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air (atau
cairan lain) di dalam sebuah bejana khusus yang disebut kalorimeter. Menurut
teori kalor dasar, energi E yang diperlukan untuk memanaskan sesuatu benda
bermassa m melalui suhu adalah :

E = m . c . ΔT .............................................................(2)

Dimana c disebut nilai bahang benda tersebut.

Bila diterapkan pada kalorimeter massa dan nilai bahang yang berisi
air bermassa dengan nilai bahang maka persamaan (2) menjadi.

E = (ma . ca + mk . ck) ΔT............................(3)

Bila disamakan energi listrik pers (1) dengan persamaan (3) maka diproleh :

V. I . t = (ma . ca + mk . ck) ΔT .....................(4)

20
Nilai dapat ditentukan dalam eksperimen dimana diketahui dan semua
besaran lain diukur.

III. Alat dan Bahan Percobaan

1.Magnetik stirrer

2.Termometer

3.Tabung calorimeter

4.Pengaduk

5.Stopwach

6.Es batu

7.Neraca digital /analog

IV. Prosedur Percobaan


1. Ditimbang bejana kalorimeter (yang di dalam) bersama pengaduknya.
2. Diisi bejana kalorimeter dengan air dingin (sebaiknya di bawah 15 0C
sampai ± 2 cm di bawah tepi bejana). Kemudian ditimbang kembali untuk
menentukan massa air.
3. Dipasang peralatan seperti Gambar 3.1
4. Dipersiapkan stopwatch dan ditekan saklar Heat pada posisi (I) seraya
menghidupkan stopwatch. Selanjutnya diamati suhu yang diukur oleh
termometer setiap 30 sekon selama 360 sekon dan dicatat hasil yang
diamati.
5. Ditekan saklar (O) seraya mematikan stopwatch-nya setelah waktu
menunjukkan 360 sekon
6. Diminta pada asisten berapakah nilai tegangan dan arus dari alat pemanas
magnetic heated stirrer agar dapat menentukan daya listrik P(W).
7. Dibuat Tabel seperti berikut:
Jenis cairan = Air
Suhu kamar = 31 oC

21
Nilai kalor spesifik kalorimeter ( = 386 J/kg oC
Massa kalorimeter serta pengaduk ( ) = 0,081 kg
Massa air + massa kalorimeter ( + ) = 0,219 kg
Massa air = 0,138 kg
Tabel Hasil percobaan
Waktu Suhu Daya Listrik

t (s) T (oC) P (W)

0 31 25

32 25
30

60 33 25

34 25
90

120 37 25

39 25
150

180 41 25

43 25
210

240 45 25

47 25
270

300 48 25

49 25
330

360 50 25

Ket: Kalor jenis Air = 4.200 J/kgoC

V. Analisa Data
400 Grafik (T -vs-
350 t). Tandai suhu
300 kamar.
250
Waktu

200
t (s)

150
100
50
22
0
30 35 40 45 50 55
Suhu
T (0c)
Δt = t2-t1
= 360-5
= 355 s

ΔT = T2-T1
= 50-32,5
= 17,5 oC
Nilai Slope (Kemiringan grafik):
Δt t 2−t 1
Slope = =
ΔT T 2−T 1
360−5 355
= = = 20,3
50−32,5 17,5
Dari slope diperoleh Vt = 0.62 m. s -1
Ca Experiment:
P x Slope−(mk x ck ) 25 x 20,3−(0,081 x 386)
Ca = =
ma 0,138
507,5−31,3
= = 3.451 J/kg0c
0,138

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh nilai Error (kesalahan)


sebesar 20 %. Sehingga dapat diperoleh nilai keakuratan hasil percobaan yaitu
sekitar 80 % dari nilai Eksak atau 3.451 Ohm dari 4.200 Ohm.

VI. Kesimpulan dan Saran


Dalam percobaan ini,diperoleh bahwa nilai kalor jenis air secara praktikum
adalah 3.451 J/kg ⁰C. Jika dibandingkan dengan nilai kalor jenis air secara
teori,maka hasil ini berbeda dengan hasilnya secara teori (Ca = 4200 J/ kg ⁰C).
berdasarka data tersebut, diperoleh nilai Error sebesar 20 % yang mengakibatkan
keakuratan hasil percobaan ini sebesar 80 %.

Dalam percobaan ini,dapat diperoleh hubungan bahwa kalor merupakan suatu


bentuk energi, hal ini dapat dibuktikan melalui hasil percobaan, dimana ternyata
kalor yang terjadi sama dengan usaha yang dilakukan. Ini dapat dilihat dari
kenaikan temperatur air di dalam kalorimeter seiring dengan bertambahnya
jumlah waktu yg digunakan.

23
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Sebaiknya praktikan telah mengetahui dan mengusai prosedur percobaan


dan teorinya agar mudah melakukan praktikum
2. Sebaiknya praktikan memahami cara menggunakan alat-alat ukur yang
digunakan dalam percobaan

24
KOEFISIEN GESEKAN

I. TUJUAN
1. Memahami pengertian koefisien gesekan
2. Menentukan koefisien gesekan berbagai jenis benda dengan metode bidang
miring
II. TEORI

Sebuah benda bermassa m diluncurkan di atas permukaan yang datar dan rata
dengan kecepatan awal v0, benda akhirnya berhenti. Hal ini berarti, bahwa dalam
geraknya, benda mengalami percepatan dan kecepatan rata-rata yang berlawana
arah dengan arah gerakannya. Jika dikaitkan dengan inersia, pada suatu benda
yang dipercepat, maka pada geraknya selalu dikaitkan dengan gaya yang sesuai
dengan hukum Newton II. Dalam hal ini permukaan bidang datar melakukan
gaya gesek (friction) pada benda yang meluncur yang nilai rata-ratanya adalah :

Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda yang lain,
maka masing-masing benda akan melakukan gaya gesekan satu sama lainnya
gesekan pada masing-masing benda ini berlawanan arah dengan gerak relatifnya
terhadap benda lainnya. Dengan perkataan lain gaya gesekan akan gaya geraknya.
Walaupun tidak ada gerak relatifnya, tetap ada gaya gesekan antar permukaan,
contoh benda tetap berada pada posisi stabilnya. tanpa gesekan suatu benda tidak
akan stabil pada posisi dimana benda berada.

Gaya gesekan dinyatakan dengan:

Dimana :

fc : Gaya gesekan
µ : Koefisien gesekan
N : Gaya normal

Sedangkan koefisien gesekan terdiri dari koefisien gesekan statis µs dan koefisien
gesekan kinetis (µk)

25
Balok dalam keadaan diam (setimbang) yang terletak pada permukaan datar
dipenga-ruhi oleh gaya N dan W. Balok tidak akan bergerak bila gaya F kecil,
balok tidak bergerak bila gaya F < gaya gesekan antara benda dan bidang datar
Jika gaya F diperbesar, pada suatu saat benda akan mulai bergerak. Sekali gerak
telah dimulai, gaya F akan menghasilkan percepatan. Gaya gesekan antara dua
permukaan yang diam disebut gaya gesekan statik. Gaya gesekan statik yang
maksimum sama dengan gaya minimum untuk membuat benda bergerak. Untuk
menentukan koefisien gesekan suatu benda, dapat digunakan metode bidang
miring. Benda diletakkan pada bidang miring yang kemiringannya dapat diatur.
(Gambar 2.2)

Benda akan meluncur pada saat µk = tg . Atau dapat disimpulkan bahwa


koefisien gesekan kinetik = tg  dimana  adalah sudut kemiringan bidang
miring. Metode merupakan cara yang sederhana untuk menentukan koefisien
gesekan kinetik secara eksperimental

III.ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

1. Papan percobaan koefisien gesekan 1set

2. Beban-beban 1set

26
IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Memeriksa apakah jarum penunjuk pada busur derajat dapat bergerak bebas.

2. Meletakkan benda di atas bidang miring papan percobaan, catatlah jenis


bahan

(kayu, karet dan sebagainya) dan jenis permukaan benda (licin, kasar dan
sebagainya)

3. Menghubungkan gear box motor dengan power supply khusus

4. Menaikkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna merah)


sampai benda

mulai bergerak. Catatlah sudut yang terbaca pada busur derajat

5. Menurunkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna hijau)

6. Mengulangi percobaan beberapa kali (minta petunjuk pelaksana praktikum)

7. Mengulangi percobaan untuk benda-benda yang lain dengan permukaan


yang berbeda

(kasar dan halus)

8. Membuat tabel seperti berikut :

V.TABEL DATA

Tabel 4.2 Hasil percobaan balok kayu kasar

Benda I : Balok Kayu Kasar

27
Benda 1
No.
ϴ µk µk rata-rata
1. 30 0,58
2. 29 0.55
3. 29 0,55 0,57
4. 30 0,58
5. 31 0,60

Tabel 4.3 Hasil percobaan balok kaca

Benda II : Balok Kaca

Benda 2
No.
ϴ µk µk rata-rata
1. 25 0,47
2. 22 0.47
3. 24 0,44 0,46
4. 25 0,47
5. 24 0,44
Cacatan: 1. μk = tg Ɵ

2. μk rata-rata =
∑μ
n

VI. ANALISA DATA

1. jelaskan dengan singkat hukum Newton II !

Bunyi dari hukum Newton II menyatakan bahwa ”percepatan dari suatu benda
akan sebanding dengan jumlah gaya (resultan gaya) yang bekerja pada benda
tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya”. Berdasarkan Hukum Newton
II , dapat di pahami bahwa benda akan menambah kelajuan nya jika di beri gaya
total arah yang sama dengan arah gerak benda .

2. Apa yang dimaksud dengan koefisien gesekan ?

Gaya Gesek adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya kontak antara dua
buah permukaan benda satu sama lain ,akibat gesekan ini maka muncul gaya
gesek yang melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda akan

28
bergerak ,koefisien Gesekan merupakan suatu nilai yang di hasilkan dari gaya
gesek terhadap gaya normal pada kedua permukaan yan saling bergesekan .

3. Apa perbedaan koefisien gesekan statis dengan koefisien gesekan kinetis?


Jelaskan secara singkat.

Koefisien statis memiliki arti tetap atau belum bergerak ,jadi koefisien ini
digunakan untuk menentetukan seberapa besar gaya gesek ketika bend aitu dalam
kradaan diam. Koefisien gesekan kinetis memiliki arti bergerak jadi koefisien ini
di gunakan Ketika Benda sudah bergerak atau meluncur.

4. Bagaimana cara untuk megurangi gaya gesekan pada benda yang bergerak ?
Jelaskan dan berikan contohnya.

Berikut beberapa cara yang dapat mengurangi gaya gesekan pada suatu benda
yang bergerak :

1.memakai pelumas

2.memperkecil luas permukaan

3.memberi roda pada benda

4.memperhalus permukaan benda

5. apakah koefisien gesekan bergantung pada berat benda ?jelaskan.

Koefisien gesekan suatu bidang bergantung pada halus atau kasarnya


permukaan benda tersebut gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar
krdua permukaan yang saling bersentuhan.

6. Tentukanlah koefisien gesekan kinetis dari hasil percobaan yang saudara


lakukan .

Koefisien gesekan kinetis dari hasil percobaan adalah sebagai berikut:

Tabel Koefisien gesekan kinetis


Benda 1 Benda 2
N0.
Ɵ μk Ɵ μk
1. 30 0,58 25 0,47
2. 29 0.55 22 0.47
3. 29 0,55 24 0,44
4. 30 0,58 25 0,47
5. 31 0,60 24 0,44

29
VI. KESIMPULA DAN SARAN

1.kesimpulan

-koefisien gesekan suatu benda bergantung pada halus atau kasar nya permukaan
dan massa dari benda tersebut.

-koefisien statis digunakan apabila benda dalam keadaan diam, dan koefisiien
kinetis digunakan apabila benda tersebut bergerak.

-besar koefisien gesek statis juga di pengaruhi oleh permukaan landasan dan
kemiringan landasan yang digunakan.

2.Saran

Dalam melakukan percobaan ini ada baik nya mempersiapakan barang-barang


yang akan digunakan dalam percobaan dan mengecek kesiapan barang yang akan
digunakan dan memah-materi percobaan yang akan di lakukan.

30
BAB 5
HUKUM OHM DAN KIRCHOFF

I. Tujuan
1. Mengetahui cara pemasangan alat ukur amperemeter dan voltmeter.
2. Mengukur arus dan tegangan pada percobaan Hukum Ohm dan Hukum
Kirchoff I dan II
3. Mengetahui sifat arus dan tegangan pada Hukum Kirchoff I dan II

II. Teori
A. Hukum Ohm
Hukum dasar pada sistem kelistrikan ada 2 yaitu:

1. Hukum Ohm
2. Hukum Kirchoff : a. Hukum Arus Kirchoff
b. Hukum Tegangan Kirchoff
Arus yang mengalir pada suatu konduktor tergantung pada nilai resistansi
konduktor tersebut. Beda potensial (V) yang terdapat pada terminal (ujungujung)
suatu resistansi (R) sebanding dengan arus (I) yang mengalir pada resistor
tersebut, lihat gambar 5.1

R V

Gambar 5.1 : Hukum Ohm

Untuk arus searah maka rumus tersebut dinyatakan dengan:

V
V=IxR atau I=
R

Dimana : V : Tegangan (volt)


I : Arus (Ampere)
R : Tahanan (Ohm)

31
Rumus tersebut dikenal dengan Hukum Ohm (George Simon Ohm, 1826).
Hukum Ohm menyatakan bahwa bila pada suatu resistansi (R) terdapat tegangan
sebesar V, maka arus yang mengalir pada resistansi tersebut adalah I.

B. Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff ada 2 (dua) yaitu:

a. Hukum Kirchoff I, yang dinamakan juga Hukum Arus Kirchoff


(Kirchoff Current Law = KCL)
b. Hukum Kirchoff II, yang dinamakan juga Hukum Tegangan
Kirchoff (Kirchoff Voltage Law = KVL)
B.1. Hukum Arus Kirchoff
Hukum ini menyatakan : “Jumlah aljabar semua arus pada suatu titik sambung
(simpul) sama dengan nol”. Atau dengan kata lain jumlah semua arus yang
memasuki sebuah titik sambung adalah sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan titik sambung tersebut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

I2
I4
I1

I5

I3

Gambar 5.2: Hukum Arus Kirchoff

Sebagai konvensi (perjanjian) tanda arah arus dibuat sebagai berikut:


a. Arus yang memasuki titik sambung bertanda positif
b. Arus yang meninggalkan titik sambung bertanda negatif
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
5

∑ I n=0
n =1

Atau

I1 + I4 - I2 - I3 - I5 = 0

B.2. Hukum Tegangan Kirchoff

32
Hukum tegangan Kirchoff menyatakan bahwa: “Jumlah Aljabar semua
emf (sumber) pada suatu rangkaian tertutup adalah sama dengan jumlah drop
tegangan yang terdapat pada resistansi dalam rangkaian tersebut” dan secara
matematika ditulis dengan:

∑ V = ∑ IR

Dimana: ∑ V = Jumlah aljabar dari semua emf


∑ IR = Jumlah aljabar dari semua drop
Bila arah arus searah dengan arah arus yang keluar dari sumber maka
sumber bertanda positip dan sebaliknya bila arah arus melawan arah arus yang
keluar dari sumber maka sumber bertanda negatip. Sebelum melakukan
perhitungan diambil sembarang arah arus, bila diperoleh nilai arus negatip,
maka arah arus berlawanan dengan pemisalan arah arus.

Gambar 5.3 Hukum Tegangan Kirchoff

Dari Gambar 3.3 untuk : (a) = +V1 – V2 = IR1 + IR2 + IR3

(b) = –V1 – V2 = IR1 + IR2 + IR3

(c) = +V1 + V2 = IR1 + IR2 + IR3

III. Alat dan Bahan Percobaan

Tabel 5.1 Peralatan dan fungsinya


No Alat dan Bahan Fungsi

Sebagai alat ukur untuk mengukur besarnya tegangan


1. Voltmeter DC
listrik pada ragkaian.

Amperemeter Sebagai alat ukur untuk mengukur besarnya arus


2.
listrik pada ragkaian.

33
3. Catu daya DC Sebagai pengatur tegangan DC=PT DC

Modul percobaan Sebagai penuntun praktikum tentang percobaan


4.
hokum Ohm dan Kirchoff.

Sebagai penghubung aliran arus terhadap rangkaian.


5. Kabel penghubung

Papan rangkaian Sebagai tempat penyusun komponen-komponen dari


6.
rangkaian yang akan digunakan.

7. Baterai Sebagai sumber tegangan.

8. Resistor Sebagai pembatas arus pada rangkaian.

IV. Prosedur percobaan


A. Hukum Ohm

S
A

PT DC V R

Gambar 5 .4 : Rangkaian percobaan Hukum Ohm


1. Dibuat rangkaian pada papan percobaan seperti pada Gambar 5.4.
Saklar (S) keadaan terbuka.
2. Dinaikkan tegangan PT DC setahap demi setahap, dicatat
pembacaan arus dan tegangan pada setiap tahapan (sesuai
petunjuk pelaksana praktikum)
3. Dari hasil pembacaan tegangan dan arus, dibuat tabel 5.2.

V. Analisa Data
Hukum Ohm

34
Tabel 5.2 Hasil percobaan hukum ohm
No. V (volt) I (mA) R (Ohm)

1. 2,5 0,04 62,5

2. 5 0,1 50

3. 6,5 0,18 36,1

4. 7,5 0,2 37,5

5. 10 0,26 38,5

Rreff = 32 Ohm

Maka;
∑R =
62,5+50+36,1+37.5+38,5
n 5
224,6
= = 45 Ohm
5
Nilai eksak−Nilai percobaan
Error % = x 100%
Nilai eksak
32Ohm−45 Ohm −13Ohm
= x 100 % = x 100 %
320 hm 32Ohm
= -0,406 Ohm x 100% = -41 %

Akurasi = (100 %) – (Error %)


= 100 % - 41 % = 59 %
1. Tentukan besarnya:
a. (V1 + V2 + V3) dari percobaan B

Tabel 5.3 Hasil percobaan hukum tegangan kirchoff


Vs Arus Tegangan (V)
No.
(V) (mA) V1 V2 V3

1. 4 11,2 1 0,9 2

2. 6 16,8 1,7 1,4 2,9

35
3. 8 22,6 2,3 1,9 3,7

4. 10 27,6 2,9 2,4 4,6

5. 12 34 3,5 2,9 5,5

Dik : R1 = 100

R2 = 82

R3 = 150

RTotal = 332

 Tegangan R1 jika Vs = 4 Volt


R1 100
V1 = x Vs = x4 = 1,2 V
R total 332

Selisih 1,2−1
% Error = x 100% = x 100%
Teori 1

0,2
= x 100% = 17%
1,2

 Tegangan R2 jika Vs = 4 Volt


R1 82
V1 = x Vs = x4 = 0,98 V
R total 332

Selisih 0,98−0,9
% Error = x 100% = x 100%
Teori 0,98

36
0,08
= x 100% = 8%
0,98

 Tegangan R3 jika Vs = 4 Volt


R1 150
V1 = x Vs = x4 = 1,8 V
R total 332

Selisih 1,8−2
% Error = x 100% = x 100%
Teori 1,8

−0,2
= x 100% = |-11%| = 11%
1,8

17 %+8 %+11 %
% Error total= = 12 %
3

Akurasi = (100 %) – (Error %)


= 100 % - 12 % = 88 %

2. Bandingkanlah hasil yang diperoleh dari hasil percobaan dengan teori


(hasil perhitungan dari data rangkaian) yang saudara ketahui. Bila ternyata
berbeda buatlah alasan saudara.
Berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasi percobaan hukum Ohm, Hukum
Kirchoff I dan Hukum Kirchoff II, diperoleh perbedaan antara nilai percobaan
dengan nilai teori. Hal ini dapat disebabkan karena kurang ketelitian saat
melakukan percobaan. Selisih nilai hasil percobaan dengan teori dapat dilihat
pada nilai akurasi masing masing percobaan.
3. Dari percobaan Hukum Ohm, gambarkan grafik arus (I) sebagai fungsi
tegangan (V)

37
0.3

0.25

0.2

0.15
(mA)
Arus

0.1

0.05

0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tegangan
(volt)

Gambar 5.7 Grafik arus (I) sebagai fungsi tegangan (V)

4. Sebutkan contoh aplikasi hukum Ohm, hukum Kirchoff I dan II dalam


keadaan sehari-hari.
 Hukum Ohm
Contoh kegiatan sehari-hari yang dapat dijelaskan berdasarkan hukum Ohm
adalah kegiatan mengatur besarnya suara speaker, mengatur kecepatan kipas
angin, mengatur panas setrikaan listrik, dan lain-lain

 Hukum Kirchoff 1 & 2

Dalam pengaplikasian Hukum Kirchoff I dan II, dapat dilihat pada rangkaian
lampu dan peristiwa mati lampu. Apabila lampu disusun dengan menggunakan
rangkaian seri maka lampu yang paling dekat dengan sumber listrik akan menyala
lebih terang. Sementara lampu yang jauh dari sumber listrik akan menyala redup.

Apabila disusun dengan rangkaian paralel, maka semua lampu akan punya
intensitas keterangan yang kurang lebih sama, meskipun jarak dengan sumber
listrik berbeda-beda. Salah satu contoh yang paling nyata adalah ketika di dalam
rumah.

Ketika semua lampu mati dan hanya satu lampu yang menyala, maka tegangan
dan juga arus di dalam rangkaian tersebut terfokus pada satu lampu saja. Hal itu
membuktikan hukum Kirchoff 1 dan 2 berjalan.

VI. Kesimpulan dan Saran


Arus yang mengalir pada sebuah resistor berbanding lurus dengan beda
potensial yang dihasilkan oleh sebuah resistor. Hal ini dapat terjadi,
karenategangan yang diresistansi pada resistor semakin besar jika tegangan
yangmasuk juga besar, sehingga arus yang mengalir pada resistor akan semakin

38
bertambah.Arus yang mengalir pada rangkaian yang tersusun secara parallel
memilikinilai yang berbeda sesuai nilai resistansi yang dilewatinya, sebaliknya
arusyang mengalir pada rangkaian yang tersusun secara seri memiliki nilai yang
sama.Nilai tegangan yang dihasilakan pada percobaan dengan teori memiliki
nilaiyang berbeda karena setiap rangkaian memiliki nlai tegangan jatuh pada
setiap penyambungan kabel dengan beban maupun saklar.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,
guna membangun dan meningkatkan pemahaman antara lai; Praktikan
mempersiapkan materi sebelumnya mengenai percobaan yang akan dilakukan
terutama langkah kerja dan prosedur kerja yang akan dilakukan dan
memperhatikan intruksi dari asisten. Praktikan juga harus mengecek kesiapan
barang yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan data, dan lebih teliti
dalam pelaksanaan percobaan.

PESAWAT ATWOOD

I. Tujuan
1. Mempelajari konsep Hukum Newton melalui sistem katrol.
2. Mempelajari Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB) pada sistem katrol.
3. Menentukan kecepatan dan percepatan gerak suatu benda dengan
menggunakan sistem katrol.
II. Teori
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad.

Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel,


dalam evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena
obyek yang dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang
ditempuh. Perubahan bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak
diperhitungkan dalam analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai
suatu titik atau partikel untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah
bintang.

Hukum Newton II

39
“Benda yang mendapatkan gaya akan mendapatkan percepatan yang
besarnya sebanding dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan
massanya”. Arah percepatan juga searah dengan gaya.

Keterangan : ΣF = gaya total (kg m/s2)


m = massa (kg)
a = percepatan (m/s2)
Kesimpulan dari persamaan di atas yaitu arah percepatan benda sama
dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sama
dengan gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga
akan konstan. Bila pada benda bekerja gaya, maka gaya akan mengalami
percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda mengalami
percepatan maka tentu akan ada gaya yang menyebabkannya.

4. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana
dalam gerak ini kecepatannya tetap dikarenakan tidak adanya percepatan,
sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali
waktu.

s=vxt
Keterangan : s = Jarak yang ditempuh (m)
v = Kecepatan (m/s)
t = Waktu tempuh (sekon)
5. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu ketika bergerak. Jika kecepatan
awal benda (V0) dan kecepatan akhir (Vt), maka setelah selang waktu detik,
besar percepatan yang dialami oleh benda tersebut adalah:

Dengan: ΔV = = perubahan kecepatan (ms-1),


Δt = t - t0 = selang waktu (s)
Jika diasumsikan waktu awal t0 = 0 detik, maka Persamaan dapat dituliskan
menjadi:

40
Untuk persamaan yang dapat digunakan pada konsep GLBB adalah sebagai
berikut:

Keterangan : = Besar kecepatan awal (ms-1)


= Besar kecepatan setelah t sekon (ms-1)
= Besar percepatan (ms-2)
= Waktu (s)
= Jarak tempuh (m)
III. Alat dan Bahan Percobaan
Adapun bebetapa alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan ini, yaitu:
1. Tiang berskala
2. Katrol
3. Tali
4. Silinder besi
5. Penjepit beban
6. Penyangkut beban
7. Jangka sorong
8. Stopwatch

IV. Prosedur Percobaan


1. Dipasang beban m1 dan m2 pada sistem katrol tunggal.
2. Diukur ketinggian m2 dari jarak C-A dan dicatat hasil yang diperoleh.
3. Dilakukan penambahan massa (m3.a) pada beban (m2) dan ditahan massa
m1 pada penjepit (G) agar beban tidak bergerak ke atas. Dilepaskan beban
m1 dengan menekan penjepit (G) sehingga sistem katrol bergerak.

41
Kemudian dicatat waktu yang diperlukan beban ((m2) + (m3.a)) untuk
sampai di jarak A dengan menggunakan stopwatch.
4. Diulangi kembali langkah ini sebanyak 3 kali dan hasil yang diperoleh,
dicatat dalam tabel hasil pengamatan.
5. Dihitung nilai percepatan (ɑ) yang anda peroleh dengan persamaan:

6. Dibandingkan nilai percepatan (ɑ) yang anda peroleh dari


kegiatan ini dengan menggunakan persamaan:

7. Dilakukan percobaan selanjutnya untuk massa (m3.b) dan massa (m3.c)


dengan langkah percobaan seperti di atas.
8. Dibuat Tabel seperti berikut:
Tabel Hasil percobaan dengan persamaan (1)
Massa Jarak (s) C-A Waktu (t) Percepatan (ɑ)
No.
(gram) (meter) (sekon) (m/s2)

0,3 2,19 0,12

1. 5 0,3 3,51 0,06

0,3 3,73 0,04

Rata-rata 0,3 3,14 0,07

0,3 2,26 0,12

2. 6 0,3 2,74 0,08

0,3 2,29 0,11

Rata-rata 0,3 2,43 0,10

0,3 1,35 0,32

3. 10 0,3 1,51 0,26

0,3 1,56 0,25

Rata-rata 0,3 1,47 0,28

Tabel Hasil percobaan dengan persamaan (2)


No. m.3.a m1 m2 Percepatan (ɑ)

42
(gr) (gr) (gr) (m/s2)

68 68

1. 5 68 68 0,35

68 68

m.3.b m1 m2 Percepatan (ɑ)


No.
(gr) (gr) (gr) (m/s2)

68 68

2. 6 68 68 0,41

68 68

m.3.a m1 m2 Percepatan (ɑ)


No.
(gr) (gr) (gr) (m/s2)

68 68

3. 10 68 68 0,67

68 68

V. Analisa Data
Massa Silinder 1 (m1) = 68 gram
Massa Silinder 2 (m2) = 68 gram
Massa Benda 1 (m.3.a) = 5 gram
Massa Benda 2 (m.3.b) = 6 gram
Massa Benda 3 (m.3.c) = 10 gram
Jarak A – C = 30 cm = 0,3 meter

Persamaan 1:
Beban 1 (m.3.a)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= 2 = 2 =
4,38
= 0,125 m/s2
t (2,19)
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,060 m/s2
(3,51) 9,92

43
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,043 m/s2
(3,73) 13,91
Beban 2 (m.3.b)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= = 2 = = 1,17 m/s2
t2 (2,26) 5,10

(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,079 m/s2
(2,74) 7,50

(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,246 m/s2
(1,56) 2.43

Beban 2 (m.3.c)
2s (2 x 0,3) 0,6
ɑ= 2 = 2 =
1,82
= 0,32 m/s2
t (1,35)
(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,263 m/s2
(1,51) 2,28

(2 x 0,3) 0,6
= 2 = = 0,114 m/s2
(2,29) 5,24

Persamaan 2: Nilai g = 9,8 m/s2


 Beban 1 (m.3.a)
m3 a+ m2−m1 5+68−68 5
ɑ = m3 a+ m2+m 1 x g =
5+68+68
x 9,8 =
141
x 9,8 = 0,347 m/s2

 Beban 2 (m.3.b)
m3 b+ m2−m1 6+68−68 6
ɑ = m3 b+ m2+m 1 x g =
6+68+ 68
x 9,8 =
142
x 9,8 = 0,414 m/s2

 Beban 3 (m.3.c)
m3 c +m2−m1 10+68−68 10
ɑ = m3 c +m 2+ m1 x g =
10+68+68
x 9,8 =
146
x 9,8 = 0,671 m/s2

Tegangan Tali

Dikarenakan tali yang digunakan dikaitkan pada sebuah katrol, maka otomatis
beban akan diseimbangkan. Maka diperoleh gambaran bahwa tegangan pada m1
dan m2 adalah sama.

 Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 1:

44
m1= 68 gram = 0,68 kg
m2 = 68 gram + 5 gram (m3a) = 71 gram = 0,71 kg
W1 = m1 x g = 0,68 x 10 = 6,8 N
W2 = m2 x g = 0,71x 10 = 7,1 N
a. percepatan

ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,1−6,8 = 0,3 = 0,21 m/s2
m total m 1+ m2 0,68+0,71 1,39

b. gaya tegang tali


Rumus : ∑ F = m . a T – W1= m1 x a

0,68 x 0,21 0,142


T = = = 0.021 N
6,8 6,8

 Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 2:


m1= 68 gram = 0,68 kg
m2 = 68 gram + 6 gram (m3b) = 72 gram = 0,72 kg
W1 = m1 x g = 0,68 x 10 = 6,8 N
W2 = m2 x g = 0,72 x 10 = 7,2 N
a. percepatan

ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,2−6,8 = 0,4 = 0,28 m/s2
m total m 1+ m2 0,68+0,72 1,4

b. gaya tegang tali


Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a

0,68 x 0,28 0,190


T = = = 0.028 N
6,8 6,8

 Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 3:


m1= 68 gram = 0,68 kg
m2 = 68 gram + 10 gram (m3c) = 78 gram = 0,78 kg
W1 = m1 x g = 0,68 x 10 = 6,8 N
W2 = m2 x g = 0,78 x 10 = 7,8 N
a. percepatan

45
ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,8−6,8
=
1
= 0,68 m/s2
m total m 1+ m2 0,68+0,78 1,46

b. gaya tegang tali


Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a

0,68 x 0,68 046


T = = = 0.06 N
6,8 6,8

VI. Kesimpulan dan Saran


Pesawat Adwood merupakan alat yang dapat dijadikan sebagai aplikai atau
sebagai alat yang dapat membantu dalam membuktikan Hukum –hukum Newton
ataupun gejala-gejala lainnya. Semakin berat beban yang digantung di salah satu
tali maka semakin cepat pula gerakan tali yang akan turun dan sebaliknya jika
kedua ujung tali tersebut diberi beban yang sama atau sedikit berbeda maka
gerakannya akan melambat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Koefisien Gesekan ini, maka
dapat disimpulkan:
1. Pesawat Atwood biasa digunakan untuk media penjelas antarahubungan
dari kinematika terhadap mekanika
2. Hukum Newton 1, 2, 3 nampaknya dapat bekerja dengan baik terhadap
sistem katrol pada pesawat atwood.
3. Terlihat fakta bahwa massa dan gaya dapat mempengaruhi nilai
percepatan.

Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini,


guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Sebelum mengerjakan praktikum online sangat di sarankan untuk
menonton video proper (prosedur percobaan).
2. Sangat di sarankan juga untuk memnbaca materi materi yang terkait guna
pelaksanaan praktikum dengan baik
3. Harapan untuk kedepannya, semoga bisa praktikum secara offline
agardapat memahami materi dengan mudah.

46
AYUNAN BANDUL SEDERHANA
I. Tujuan
1. Mengukur nilai percepatan gravitasi bumi.
2. Menentukan nilai Periode ayunan bandul sederhana.

II. Teori
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Hukum gravitasi Newton dirumuskan
sebagai berikut:

“Setiap massa menarik massa titik lainnya dengan gaya segaris dengan garis
yang menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus dengan
perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua massa titik tersebut”.

Hukum tarik-menarik gravitasi Newton dalam bidang fisika berarti gaya


tarik untuk saling mendekat satu sama lain. Dalam bidang fisika tiap benda
dengan massa m1 selalu mempunyai gaya tarik menarik dengan benda lain
(dengan massa m2 ). Misalnya partikel satu dengan partikel lain selalu akan saling
tarik-menarik. Contoh yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dalam
bidangmekanika klasik bahwa benda apapun di atas atmosfer akan ditarik oleh
bumi, yang kemudian banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh.

Gaya tarik menarik gravitasi ini dinyatakan olehIsaac Newtonmelalui


tulisannya di journalPhilosophiæ Naturalis Principia Mathematica pada tanggal 5
Juli 1687 dalam bentuk rumus sebagai berikut:

Gambar 7.1: Formula hukum gravitasi

Dimana : f = Besarnya gaya gravitasi antara dua massa tersebut,


g = Konstanta gravitasi (6,67 10-11 N m2 kg-2)
m1 = Massa dari benda pertama

47
m2 = Massa dari benda kedua
r2 = Jarak antara dua massa tersebut.
g = Percepatan gravitasi
Sebuah benda yang massanya dianggap sebagai suatu partikel yang terletak di
pusat massanya, diikat dan digantung dengan tali lentur pada sebuah titik tetap.
Bila benda itu diberi simpangan awal sehingga tali membentuk sudut yang cukup
kecil terhadap arah vertikal dan kemudian benda dilepaskan, maka benda akan
berayun disekitar titik setimbangnya pada sebuah bidang datar vertikal dengan
frekuensi tetap. Sistem yang demikian itu disebut bandul sederhana atau bandul
matematis (Herman, 2014).

Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa,
yang digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik ke
samping dari posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun
dalam bidang vertikal karena pengaruh gravitasi. Geraknya merupakan gerak
osilasi dan periodik (Giancoli, 2001).
a. Gerak Harmonis Sederhana

Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda
akan diam di titik kesetimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan,
maka beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan
terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas
melakukan gerak harmonik sederhana.

b. Periode

Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki


periode. Periode ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk
melakukan satu getaran. Benda dikatakan melakukan satu getaran jika benda
bergerak dari titik dimana benda tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik
tersebut. Satuan periode adalah sekon atau detik.

c. Amplitudo
Amplitudo adalah pengukuran scalar yang non negatif dari besar osilasi suatu
gelombang. Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak terjatuh dari garis
kesetimbangan dalam gelombang sinusoidal yang kita pelajari pada mata
pelajaran fisika dan matematika. Pada bandul matematis, periode dan frekuensi
sudut pada bandul sederhana tidak tergantung pada massa bandul, tetapi
bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi setempat.

Rumus periode ayunan bandul sederhana :

48
t t
T = n f = n

Hubungan antara Periode (T) dan Frekuensi Getaran (f), Dari definisi periode
dan frekuensi getaran di atas, diperoleh hubungan :

T =
1
f f =
1
T f=
1
2π √ g
l f = 2π √ l
g

Keterangan :
T = periode, satuannya detik atau sekon
f = frekuensi getaran, satuannya 1/detik atau s-1 atau Hz
g = percepatan grafitasi
n = jumlah getaran
t = waktu (s)
π = 3,14
l = panjang tali (m)
Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak
harmonik sederhana adalah benda bergerak bolak-
balik disekitar titik keseimbangannya. Titik terjauh
dari kesetimbangan yang disebut amplitudo (A).
Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik
kesetimbangan disebut simpangan (x), yang berubah
secara periodik dalam besar dan arahnya. Kecepatan
(V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam
besar dan arah. Selama benda bergetar, ada
kecenderungan untuk kembali ke posisi setimbang.
Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk
mengembalikan benda ke posisi setimbang. Periode
adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran lengkap.
Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi. Gaya (F) ini
disebut gaya pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi setimbang.

Gerak bolak-balik benda m disebabkan pada benda m bekerja gaya pegas .


Gaya pegas selalu sebanding dengan simpangan dan berlawanan arah dengan
arah simpangan . Gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu
berlawanan arah dengan arah simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulihan.
Gaya pemulihan menyebabkan benda bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangannya (gerak harmonik sederhana). Gaya pemulihan selalu
berlawanan arah dengan arah posisi (arah gerak) benda.

49
Bandul sederhana berupa benda dan tali sepanjang . Bila diberi simpangan
kecil kemudian dilepaskan, akan bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangan. Untuk bandul sederhana dengan panjang, diperoleh Periode (T)
sehingga, Grafitasi dapat dihitung dengan persamaan:

Ket:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
l = Panjang tali (m)
T = Perioda (s)
π = 3,14
III. Alat dan Bahan Percobaan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktukum ini,
antara lain:

Tabel 7.1 Peralatan dan fungsinya


No Alat dan Bahan Fungsi

1. Benang Sebagai gantungan terhadap benda 1,2, dan 3.

2. Statif Sebagai penyangga gantungan tali dan benda.

3. Mistar Untuk mengukur panjang tali yang akan digunakan.

4. Bandul Sebagai alat untuk percobaan nilai grafitasi.

5. Klem penjepit Unuk menjepit busur derajat terhadap tiang statif.

6. Busur derajat Untuk mengukur besarnya sudul dari ayunan tali.

Untuk menghitug waktu yang dibutuhkan benda 1,2,


7. Stopwatch
dan 3 dalam percobaan.

8. Gunting Untuk memotong tali yang akan digunakan.

IV. Prosedur Percobaan


Adapun beberapa prosedur yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan prektikum ini, yaitu:

1. Dipersiapkan alat dan bahan.


2. Dipasang rangkaian seperti gambar disamping.

50
3. Diikatkan benang pada penjepit dengan simpul mati.
4. Digantungkan bandul yang sudah terikat dengan tali tersebut sepanjang 10
cm pada gantungan klem penjepit.
5. Diayunkan bandul dengan cara menarik bandul pada simpangan 100 saat
melepaskan bandul seraya menghidupkan stopwatch.
6. Hitunglah waktu yang dibutuhkan oleh bandul untuk melakukan 10
getaran.
7. Ulangilah percobaan yang sama dari nomor 4 sampai nomor 6 dengan
panjang tali berikutnya adalah 20 cm, 30 cm dan 40 cm.
Percobaan yang dilakukan terdiri dari 4 macam, dimana masing-masing
percobaan tersebut dilakukan sebnyak 3 kali, dengan ketentuan :

 Percobaan I, dengan l1 = 20 cm
 Percobaan II, dengan l2 = 40 cm
 Percobaan III, dengan l3 = 60 cm
 Percobaan IV, dengan l4 = 80 cm
Tabel 7.2 Data Hasil Percobaan Ayunan Bandul Sederhana
Percobaa
Panjang Tali Waktu rata- Periode Gravitasi
n T2
(L) rata (t r)
(T) (m/s2)
Ke-

1. 20 cm 9,6 sekon 0,96 0,92 8,57

2. 40 cm 13 sekon 1,3 1,69 9,33

3. 60 cm 16 sekon 1,6 2,56 9,24

4. 80 cm 18 sekon 1,8 3,24 9,73

V. Analisis Data
Dik : l1 = 20 cm
: l2 = 40 cm
: l3 = 60 cm
: l4 = 80 cm
:n = 10
:π = 3,14
Dit :
1. Hitunglah nilai periode dari setiap percobaan dengan panjang tali yang
berbeda!
2. Hitunglah masing-masing percepatan gravitasi dari setiap panjang tali
yang berbeda!
3. Hitunglah rata-rata nilai gravitasi!

51
4. Jelaskan dengan singkat hubungan antara panjang tali dengan periode!
Jawab :

1. PERIODE (T)
 Percobaan I, l = 20 cm
Dik: t1 = 10 sekon
t2 = 9 sekon
t3 = 10 sekon
n = 10
Dit: T = .........?

Jawab
10+9+10 29
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 9,6 sekon
t 9,6
T = = = 0,96
n 10

Percobaan II, l = 40 cm
Dik: t1 = 13 sekon
t2 = 13 sekon
t3 = 13 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
13+13+13 39
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 13 sekon
t 13
T = = = 1,3
n 10

Percobaan III, l = 60 cm
Dik: t1 = 16 sekon
t2 = 17 sekon
t3 = 15 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
16+17+15 48
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 16 sekon
t 16
T = = = 1,6
n 10

52
Percobaan IV, l = 80 cm
Dik: t1 = 10 sekon
t2 = 9 sekon
t3 = 10 sekon
n = 10
Dit: T = .........?
Jawab
18+18+18 54
Waktu rata –rata = =
3 3
t = 18 sekon
t 18
T = = = 1,8
n 10

PERCEPATAN GRAVITASI (g)


 Percobaan I, l = 20 cm
Dik: T = 0,96
π = 3,14
Dit: g = .........?

Jawab
2
4 π2 l 4 x (3,14) x 20
g = 2 = = 8,57 m/s2
T (0,96)2
 Percobaan II, l = 40 cm
Dik: T = 1,3
π = 3,14
Dit: g = .........?

Jawab
4 π2 l 4 x (3,14)2 x 40
g = 2 = = 9,33 m/s2
T (1,3)2

 Percobaan III, l = 60 cm
Dik: T = 1,6
π = 3,14
Dit: g = .........?

Jawab
2
4 π2 l 4 x (3,14) x 60
g = = = 9,24 m/s2Percobaan IV, l
T
2
(1,6)2
= 80 cm

53
Dik: T = 1,8
π = 3,14
Dit: g = .........?

Jawab
2
4 π2 l 4 x (3,14) x 80
g = = 2 = 9,73 m/s2
T2 (1,8)

2. RARA-RATA GRAVITASI

g rata-rata =
∑g
n

8,57+9,33+ 9,24+9,73
Rata-Rata Nilai Gravitasi = = 9,1 m/s2
4

Selisih 9,1−9,8
% Error = x 100% = x 100%
Teori 9,8

−0,7
= x 100% = |-7,14%| = 7,14%
9,8

Akurasi = (100 %) – (Error %)


= 100 % - 7,14 % = 92,86 %

3. HUBUNGAN PANJANG TALI DENGAN PERIODE

Dari percobaan diatas maka diperoleh bahwa :

Panjang tali mempengaruhi periode karena hubungan panjang tali dengan


periode bandul berbanding lurus, semakin panjang tali maka periode bandul akan
semakin besar, dan semakin pendek tali yang digunakan maka nilai periode akan
semakil kecil.

VI. Kesimpulan dan Saran

54
Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak
harmonik sederhana adalah benda bergerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangannya. Titik terjauh dari kesetimbangan yang disebut amplitudo (A).
Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik kesetimbangan disebut simpangan
(x), yang berubah secara periodik dalam besar dan arahnya.
 Kecepatan (V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam besar dan
arah.
 Selama benda bergetar, ada kecenderungan untuk kembali ke posisi
setimbang.
 Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk mengembalikan benda
ke posisi setimbang.

Periode adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran
lengkap. Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi.
Gaya (F) ini disebut gaya pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi
setimbang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Ayunan Bandul Sederhana


ini, maka dapat disimpulkan:
1. Hasil percobaan ternyata berbeda dengan hasil literatur nilai gravitasi
sebesar 9,8 m/s2 , hal ini membuktikan bahwa setiap tempat memiliki nilai
gravitasi yang berbeda-beda, tapi sesungguhnya rata-rata nilai gravitasi
yang ada di bumi adalah antara 9 m/s2 sampai dengan 10 m/s2 .
2. Apabila panjang tali yang digunakan lebih pendek maka waktu yang
diperlukan untuk menghitung waktu ayunan bandul lebih sedikit dan
sebaliknya.
3. Jumlah pengulangan percobaan sangat berpengaruh terhadap akurasi hasil
pengukuran. Semakin banyak jumlah pengulangan maka semakin
mendekati nilai sebenarnya.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Hukum archimedes ini, guna
membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Pada saat bandul berayun, statif tidak boleh bergerak. Agar statif tidak
bergerak, dapat kita lakukan dengan cara memegang tiang penyangganya.
2. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi
tiap-tiap orang agar pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien.

55
KONSTANTA PEGAS

I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang
pegas
2. Menentukan besar konstanta elastisitas pegas

II. Teori

Pendekatan yang baik untuk berbagai gaya F dari pegas sebanding dengan
perpindahan d ujung bebas pegas dari posisinya ketika pegas dalam keadaan
relaks. Robert Hooke ilmuan Inggris di akhir tahun 1600-an. Tanda minus pada
persamaan Hukum Hooke menandakan bahwa arah gaya pegas selalu berlawanan
arah dengan perpindahan ujung bebas pegas. Konstanta k disebut dengan
konstanta pegas dan ini merupakan ukuran kekakuan pegas.Semakin besarnilai k,
semakin kaku pegas; ini menandakan bahwa semakin besar k semakinkuat tarikan
atau dorongan pegas untuk perpindahan tertentu. Satuan SI untuk k adalah newton
per meter (Halliday/Resnick/Walker.1960. 163 ).

Pegas adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi mekanis.
Pegas biasanya terbuat dari baja. Pegas juga ditemukan di sistem suspensi mobil.
Pada Mobil Pegas memiliki fungsi menyerap kejut dari jalan dan getaran roda
agar tidak diteruskan ke bodi kendaraan secara langsung. Selain itu, pegas juga
berguna untuk menambah daya cengkerem ban terhadap permukaan jalan.
Penggunaan pegas dalam dunia keteknikan sangat luas,misalkan pada teknik
mesin, teknik elektro, alat-alat transformasi,dan lain-lain.Dalam banyak hal, tidak
terdapat alternative lain yang dapat digunakan, Kecuali menggunakan pegas
dalam kontruksi dunia keteknikan. harus dapat berfungsi dengan baik, terutama
dari segi persyaratan,keamanan dan kenyamanan.

Adapun fungsi pegas adalah memberikan gaya,melunakan tumbukan dengan


memanfaatkan sifat elastisitas bahannya, menyerap dan menyimpan energi dalam
waktu yang singkat dan mengeluarkanya kembali dalam jangka waktu yang lebih
panjang, serta mengurangi getaran. Cara kerja pegas adalah kemampuan
menerima kerja lewat perubahan bentuk elastic ketika mengendur, kemudian

56
menyerahkan kerja kembali kedalam bentuk semula, hal ini disebut cara kerja
pegas.

Tinjau sebuah pegas tergantung vertikal yang digantungi beban massa pada
ujung bagian bawah seperti pada Gambar 8.1 berikut:

Gambar 8.1 Pengaruh gaya pada pegas

Posisi pegas sebelum ditarik atau ditekan oleh beban massa berada pada titik
kesetimbangan. Apabila pegas ditarik ke bawah dengan simpangan sebesar Δx
kemudian dilepaskan, maka pegas akan bergerak naik – turun di sekitar titik
kesetimbangannya secara berulang (periodik) selama simpangan tidak terlalu
besar. Dengan kata lain, pegas melakukan getaran. Getaran ini disebut gerak
harmonis sederhana. Pegas dapat melakukan gerak harmonik sederhana karena
adanya gaya pegas yang berfungsi sebagai gaya pemulih yang selalu melawan
arah simpangan. Besarnya gaya pemulih ini dinyatakan sebagai hukum Hooke :

F = - k . ∆x dengan : F = Gaya pegas (N)

k = Konstanta pegas (N/m)

∆x = Pertambahan panjang pegas (m)

Tanda minus pada hukum hooke timbul karena gaya pegas berlawanan arah
dengan simpangan. Dengan menggunakan persamaan hukum kedua newton maka
akan didapatkan bahwa percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan

57
dengan simpangan. Hal ini merupakan karakteristik umum gerak harmonik
sederhana. Susunan pegas terbagi dua, yaitu :

Rangkaian Pegas Seri

Jika rangkaian seri maka konstanta pegas totalnya adalah

Gambar 8.2 Nilai pada rangkaian seri pegas

Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:

1 1 1 1
= + + ….. +
ks k 1 k 2 kn

Rangkaian Pegas Paralel

Jika rangkaian pegas pararel maka total konstantanya sama dengan jumlah
seluruh konstanta pegas yang disusun pararel.

58
Gambar 8.3 Nilai k pada rangkaian pegas paralel.

Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:

Kp=K 1+ K 2+…+ Kn

III. Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Fungsi

Sebagai alat untuk mengukur massa beban yang


1. Neraca Ohaus
digunakan.

2. Penggantung Sebagai alat untuk penhubung beban terhadap pegas.

3. Pegas Sebagai alat yang akan diukur nilai konstanta nya.

4. Statif Sebagai tempat dam penyangga klem.

Untuk menjepit pegas yang digantungkan pada ujung


5. Klem
statif.

Untuk mengukur panjang pegas sebelum dan sesudah


6. Mistar 30 cm
diberikan beban.

Untuk mengukur panjang pegas sebelum dan sesudah


7. Mistar 100 cm
diberikan beban.

59
8. Benda 20 gram Sebagai Beban I pada pegas.

9. Benda 40 gram Sebagai Beban II pada pegas.

10. Benda 50 gram Sebagai Beban III pada pegas.

11. Benda 90 gram Sebagai Beban IV pada pegas.

IV. Prosedur Percobaan

1. Dipasang rangkaian peralatan seperti Gambar 8.5


di atas, yakni sebagai berikut :
2. Dipasang balok pendukung pada batang statif.
3. Dipasang jepitan penahan pada balok pendukung,
kemudian menggantungkan satu pagas spiral.
4. Diukur massa beban dan gantungkan 1 beban pada
pegas (f0)
5. Diukur panjang awal (L0) pegas dan catat hasilnya
pada tabel.
6. Ditambahkan satu beban dan mengukur kembali panjang akhir pegas (L 1).
Kemudian dicatat hasil pengamatan pada tabel.
7. Dihitung pertambahan panjangnya (∆x).
8. Diulangi langkah di atas dengan setiap kali menambah 1 beban untuk
melengkapi tabel pengamatan.

Panjang Pegas mula-mula (L0) = 0,07

Tabel Data hasil percobaan konstanta pegas :


Massa Beban Gaya Tarik Pegas Akhir L1 Pertambahan
No.
(kg) (N) (m) Panjang ∆x (m)

1. 0,02 0,196 0,07 0,003

2. 0,04 0,392 0,071 0,016

60
3. 0,05 0,49 0,072 0,023

4. 0,09 0,882 0,073 0,063

V. Analisa Data :
1. Hitunglah masing-masing nilai konstanta pegas untuk beban sebesar 0,02
kg s.d 0,09 kg!

 Untuk beban 0,02 kg


F = m.g
F = 0,02 kg x 9,8 m/s2
F = 0,196 N
X0 = 0,07 m X1 = 0,073 m ∆x = 0,003 m
f
Maka : K=
Δx
0,196 N
K=
0,003 m
K = 65,33 N/m
 Untuk beban 0,04 kg
F = m.g
F = 0,04 kg x 9,8 m/s2
F = 0,392 N
X0 = 0,071 m X1 = 0,087 m ∆x = 0,016 m
f
Maka : K=
Δx
0,392 N
K=
0,016 m
K = 24,5 N/m
 Untuk beban 0,05 kg
F = m.g
F = 0,05 kg x 9,8 m/s2
F = 0,49 N
X0 = 0,072 m X1 = 0,095 m ∆x = 0,023 m
f
Maka : K=
Δx
0,49 N
K=
0,023 m
K = 21,30 N/m

61
 Untuk beban 0,09 kg
F = m.g
F = 0,09 kg x 9,8 m/s2
F = 0,882 N
X0 = 0,073 m X1 = 0,136 m ∆x = 0,063 m
f
Maka : K=
Δx
0,882 N
K=
0,063 m
K = 14,00 N/m
2. Buatlah grafik hubungan antara gaya tarik pegas (F) terhadap pertambahan
panjang (∆x)!
1
0.9
0.8
0.7
Gaya Tarik Pegas

0.6
0.5
F (N)

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Pertambahan Panjang
Δx (m)

Gambar 8.4 Grafik gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang (Δx)
VI. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan praktikum pegas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


gaya yang diberikan kepada pegas berpengaruh terhadap pertambahan panjang
pada pegas dengan kata lain gaya yang bekerja pada pegas berbanding lurus
dengan pertambahan panjangnya. Semakin besar pertambahan panjang pegas,
maka semakin besar pula gaya pada pegas. Begitupun pertambahan panjang juga
sangat dipengaruhi oleh massa beban, karena pada praktikum yang telah
dilakukan massa bebanlah yang menjadi gaya yang diberikan kepada pegas,
semakin besar massa beban (gaya) pada pegas maka semakin besar pula
pertambahan panjang yang dialami pegas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Komstanta Pegas ini, maka
dapat disimpulkan:

62
1. Setiap benda apapun itu, pasti memiliki nilai konstanta pegas yang
berbeda-beda.
2. Perubahan nilai panjang pegas memiliki perbandingan lurus atau linier
dengan gaya tekan maupun gaya tarik yang ada pada pegas tersebut. Jika
beban berat suatu benda semakin besar, maka konstanta pegasnya juga
akan semakin besar.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Konstanta Pegas ini, guna
membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:

1. Dalam melaksanakan praktikum dan pengulahan data praktikum


diperlukan ketelitian dan ketepatan.
2. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi
tiap-tiap orang agar praktikum berjalan dengan efektif dan efisien.

63
DAFTAR PUSTAKA

Ramdahani, D. F. (2016). Laporan praktikum II Hukum Khirchoff.


Malang:Universitas Negeri Malang.Sa'diyah, H. (2015).
Percobaan Ayunan Bandul Sederhana https://youtu.be/CuTcozk50u8
Percobaan Fisika Koefisien Gesekan https://youtu.be/d_kVBCu6-4U
Percobaan Hukum Archimedes https://www.youtube.com/watch?
v=e_3NHv0aRpg&t=301s
Percobaan Hukum Ohm https://youtu.be/yTZJZaqOal0
Percobaan Konstanta Pegas https://www.youtube.com/watch?
v=pS41OcBLzjg

Percobaan Nilai Kalor Spesifik Air dengan Metode Joule


https://youtu.be/0FxLMS0GSVo
Percobaan Nilai Koefisien Cairan https://www.youtube.com/watch?
v=I3_7sxNaV9o&t=2s
Percobaan Pesawat Atwood https://youtu.be/sBwvGwpAxuI
Pengantar Praktikum Fisika https://youtu.be/tfLeRQsGef0

64
PRACTICAL TEST

Pendalaman Materi Praktek :


1. Hitunglah nilai koefisien kekentalan cairan berikut ini jika data hasil
percobaannya diketahui seperti berikut :

DATA :
Jenis cairan = Minyak Goreng
Rapat cairan = 845 kg/m3
Diameter = 0,00684 m
Jari-jari = 0,00342 m
Massa bola = 0,001 kg
Suhu awal = 31 oC
Suhu akhir = 31 oC

x (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s) t rata-rata (s)

0,8 2,10 2,15 2,24 2,16

0,6 1,10 1,13 1,10 1,11

0,4 0,70 0,72 0,87 0,76

0,2 0,30 0,35 0,39 0,34

Waktu rata-rata (s)


t 1+t 2+t 3 2,10+2,15+2,24
̅t = = = 2,16 s
3 3

t 1+t 2+t 3 1,10+1,13+1,10


̅t = = = 1,11 s
3 3

t 1+t 2+t 3 0,70+0,72+0,87


̅t = = = 0,76 s
3 3

65
t 1+t 2+t 3 0,30+0,35+0,39
̅t = = = 0,34 s
3 3

Δx x 2−x 1
Slope (Vt) = =
Δ t rata−rata t 2−t 1
0,8−0,2 0,6
= = = 0.32 m. s -1
2,16−0,34 1,82
Dari slope diperoleh Vt = 0.32 m. s -1
4 4
V = x π r2 = x 3,14 x 0,00342 2
3 3
= 0,0000001674 m3
m 0,001kg
ρ0 = v =
0,0000001674 m3
= 5971,6 kg/m3
2 r2 g 2 r2 g
Vt = ( ρ0 −ρc ¿ η = ( ρ0 −ρc ¿
9 η 9 Vt

2 0,003422 x 10 2 0,00011
η =9 (5.971,6 – 845) η = 9 0,32 (5.126,6)
0,32
1,22
η = η = 0,42 N/m2 s
2,88

2. Hitunglah percepatan seluruh sistem (a) untuk setiap masing-masing


penambahan massa beban (m.3.a), (m.3.b), (m.3.c ) dan tegangan tali (T1
dan T2) pada (m1) dan (m2) dimana massa katrol diabaikan pada sebuah
percobaan pesawat ATWOOD (Sistem Katrol)!
Jika diketahui Data Hasil percobaannya adalah sebagai berikut:
DATA :
Massa silinder 1 (m1) = 60 gram
Massa silinder 2 (m2) = 60 gram
Massa beban 1 (m.3.a) = 5 gram
Massa beban 2 (m.3.b) = 10 gram
Massa beban 3 (m.3.c) = 15 gram
Jarak A – C = 30 cm = 0,3 meter

66
A. Percepatan Benda

Berdasarkan Persamaan 2: Nilai g = 10 m/s2


 Beban 1 (m.3.a)
m3 a+ m2−m1 5+60−60 5
ɑ = m3 a+ m2+m 1 x g =
5+60+60
x 10 =
125
x 10 = 0,40 m/s2

 Beban 2 (m.3.b)
m3 b+ m2−m1 10+60−60 10
ɑ = m3 b+ m2+m 1 x g =
10+60+60
x 10 =
130
x 10 = 0,77 m/s2

 Beban 3 (m.3.c)
m3 c +m2−m1 15+60−60 15
ɑ = m3 c +m 2+ m1 x g =
15+60+60
x 9,8 =
135
x 9,8 = 1,11 m/s2

B. Tegangan Tali

 Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 1:


m1= 60 gram = 0,60 kg
m2 = 60 gram + 5 gram (m3a) = 65 gram = 0,65 kg
W1 = m1 x g = 0,60 x 10 = 6,0 N
W2 = m2 x g = 0,65 x 10 = 6,5 N
c. percepatan

ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 6,5−6,0 = 0,5 = 0,40 m/s2
m total m 1+ m2 0,60+0,65 1,25

d. gaya tegang tali


Rumus : ∑ F = m . a T – W1= m1 x a

0,60 x 0,40 0,24


T = = = 0.04 N
6,0 6.0

 Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 2:


m1= 68 gram = 0,60 kg
m2 = 68 gram + 10 gram (m3c) = 78 gram = 0,70 kg
W1 = m1 x g = 0,60 x 10 = 6,0 N
W2 = m2 x g = 0,70 x 10 = 7,0 N

67
c. percepatan

ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,0−6,0 = 1 = 0,77 m/s2
mtotal m 1+ m2 0,60+0,70 1,3

d. gaya tegang tali


Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a

0,60 x 0,77 046


T = = = 0.07 N
6,0 6,8

 Tegangan tali pada (m1) dan (m2) pada percobaan beban 3:


m1= 60 gram = 0,60 kg
m2 = 60 gram + 15 gram (m3c) = 75 gram = 0,75 kg
W1 = m1 x g = 0,60 x 10 = 6,0 N
W2 = m2 x g = 0,75 x 10 = 7,5 N
e. percepatan

ɑ=
∑ F = W 2−W 1 = 7,5−6,0 = 1,5 = 0,11 m/s2
m total m 1+ m2 0,60+0,75 1,35

f. gaya tegang tali


Rumus : ∑ F = m . a T – W1 = m1 x a

0,60 x 0,11 046


T = = = 0.01 N
6,0 6,8

68

Anda mungkin juga menyukai