Anda di halaman 1dari 8

METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI

“ Populasi dan Sampel ”


(RMK)

OLEH: KELOMPOK 4

1. Amelia Lensi Matei (2007531072/10)


2. Sri Puja Zulalir Rohmah (2007531085/11)
3. Putu Adella Sarianing (2007531086/12)

Hari/Mata kuliah : Senin, Metodologi Penelitian Akuntansi (E2)


Dosen Pengampu : Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si. CMA

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA 2022
PEMBAHASAN

A. Definisi Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi ad alah wilayah generalisasi yang terd iri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek d an bend a-bend a alam
yang lain. Populasi juga bukan seked ar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil
harus benar – benar representatif (mewakili). Pengambilan sampel harus sesuai dengan kualitas
dan karakteristik suatu populasi.

Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu populasi akan
menyebabkan suatu penelitian menjadi bias, tidak dapat dipercaya, dan kesimpulannya pun bisa
keliru. Hal ini karena sampel tidak dapat mewakili populasi.

B. Penelitian Menggunakan Sampel


Beberapa alasan mengapa penelitian lebih cenderung menggunakan sampel dibandingkan
populasi:
a) Ukuran populasi terlalu besar
b) Efisiensi biaya
c) Waktu yang lebih cepat.
d) Sumber daya yang lebih efisien
e) Penelitian yang tidak mungkin menggunakan populasi

C. Kriteria Sampel yang Baik


Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu representatif
(dapat mewakili karakteristik populasi) dan besamya memadai (Atherton. dan Clemmack, 1982
dalam Busnawir). Dikatakan representatif apabila ciri-ciri sampel sama atau hampir sama dengan
ciri-ciri populasi. Dengan sampel yang representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif
sama dengan informasi yang dikandung populasinya. Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian
sampel dapat berlaku bagi populasi. Sebagaimana yang dikemukakan Vockel & Asher (1995)
dalam Setyosari (2007:143), “the sample must be representative of the population about which
we wish to make generalizations”.
Ibnu, Dasna, dan Mukhadis (2003:64) menyebutkan beberapa pertimbangan yang menentukan
representatifnya suatu sampel adalah sebagai berikut:
1. Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat menjaga
kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memad ai bergantung kepada sifat
populasi dan tujuan penelitian.
populasi, semakin sedikit ukuran sampel yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
2. Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan hasil yang akurat
dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula.
dalam penarikan kesimpulan tentang populasi.
3. Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta pkecukupan
logistik penunjang.
Selain bersifat representative, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias. Sampel
bersifat bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas.
Dengan memenuhi syarat representative dan jumlah sampel yang memadai akan meningkatkan
validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel dapat mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi, Tingkat
akurasi yang tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel.
Sedangkan presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi. Kedua hal ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan "bias"(kekeliruan) dalam
sampel.
2. Presisi, yakni.terkait dengan persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi.

D. UkuranSampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% mewakili populasi sehingga tidak terjadi kesalahan generalisasi adalah
sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi, jika jumlah populasi 1000 dan hasil
penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah
sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang
(sampel total). Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka
semakin besar kesalahan generalisasi. Glenn D Israel, dari University of Florida (1992),
mengemukakan pertimbangan dalam menentukan ukuran sampel (sampel size)
untuk penelitian, diantaranya:

1. The Level of Precision


The level of precision, merupakan tingkat kepresisian suatu sampel, atau sering disebut sebagai
sampling error, atau kesalahan sampel.Tingkat kepresisian atau kesalahan sampel ini ditunjukkan
dengan pertandingan antara rata-rata populasi dengan rata-rata
sampel.
2. The Confidence Level
The confidence level, merupakan tingkat kepercayaan suatu sampel. Teori ini berlandaskan
asumsi bahwa, populasi berdistribusi normal dan populasi itu merupakan kumpulan sampel-
sampel yang dapat diambil secara berulang-ulang. Dengan demikian kepercayaan sampel yang
diambil dari populasi bersifat peluang. Suatu sampel yang diambil dari populasi mempunyai
kepercayaan 95% atau kesalahan 5%, berarti setiap 100 sampel yang diambil dari populasi
tersebut akan ada 5 sampel yang salah atau tidak representatif. Dalam pengambilan sampel,
kesalahan ini ditetapkan terlebih dulu,biasanya menggunakan kesalahan 5% atau 1%.
3. Degree of Variability
Degree of Variability, merupakan derajat variabilitas suatu populasi. Populasi yang
variabilitasnya tinggi berarti sangat heterogin. Bila populasi semakin heterogin, maka ukuran
sampel akan semakin besar, dan sebaliknya bila populasi homogen maka ukuran
sampel akan semakin kecil. Berikut ini dikemukakan perhitungan ukuran sampel dari populasi
yang tidak diketahui jumlahnya dan dari populasi yang diketahui jumlahnya.
a. Populasi tidak diketahui jumlahnya
Bila jumlah populasi dalam penelitian tidak diketahui secara pasti jumlahnya, maka perhitungan
jumlah sampel dapat menggunakan rumus Cochran, seperti ditunjukkan
dalam rumus 1. n = 𝑍2𝑝𝑞 𝑒2 Rumus 1b.n = 𝑍2 𝑝𝑞 = (1,96)2 (0,5)(0,5) = 385 orang 𝑒2 (0,5)2
Populasi diketahui jumlahnyaBila jumlah populasi diketahui, maka perhitungan sampel dapat
menggunakan rumus Yamane dan Isaac and Michael. Rumus Yamane ditunjukkan pada rumus 2
dan rumus Isaac and Michael pada rumus 3 dalam penelitian dapat menjadi salah yang
disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

E. SumberKesalahanSampel

a) Variasi Acak
Variasi acak merupakan kesalahan sampling yang paling umum dijumpai.
Sebagai contoh, misalkan seorang pemilik supermarket tertarik untuk menghitung rata-rata
pendapatan per rumah tangga dalam suatu daerah tertentu. Informasi yang diperoleh akan
dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi penyediaan jenis produk bagi masyarakat di daerah
tersebut. M

b) Kesalahan Spesifikasi
Kesalahan yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat umum dijumpai
dalam pengambilan pendapat untuk pemilihan umum.

c) Kesalahan Penentuan Responden


Pada umumnya para peneliti mengasumsikan bahwa respondendan
nonresponden mewakili lapisan-lapisan serupa dari populasi padahal sebenarnya ini merupakan
kasus yang jarang terjadi.

d) Ketidaklengkapan Cakupan Daftar Populasi


Salah satu kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah ketersediaan
daftar unsur populasi (population frame)lengkap yang relevan. Kesalahan karena
ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi(coverage error) timbul karena ketidaktersediaan
daftar kelompok tertentu di daftar unsur populasi.

e) Ketidaklengkapan Respon
Tidak setiap responden berkenan merespon suat u survei. Pengalaman
menunjukkan bahwa individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas dan bawah cenderung
kurang merespon survei dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas menengah.

f) Kesalahan Penarikan Sampel


Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniatur dari populasi. Meskipun
demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya menghasilkan besaran suatu
karakteristik populasi yang berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya.

g) Kesalahan Pengukuran
Pengukuran seringkali dijalankan dengan banyak kemudahan. Pokok-pokok
yang seharusnya ditanyakan pun sering kali tidak tercakup secara lengkap. Dengan demikian
pengukuran yang diperoleh seringkali hanya berupa suatu pendekatan dari karakteristik yang
ingin diketahui. Kesalahan pengukuran merujuk pada ketidak akuratan dalam mencatat respon
yang diberikan responden karena kelemahan instrument dalam memilih pokok pertanyaan,
ketidakmampuan penanya ataupun karena pernyataan yang dibuat cenderung mengarahkan
jawaban responden.

F. Tahap Pemilihan Sampel


Untuk mendapatkan sampel yang baik, diperlukan langkah-langkah yang sistematis. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut (Suliyanto, 2009: 95):

1. Mengidentifikasi populasi target.


Dalam pemilihan populasi, target harus sesuai dengan tujuan riset. Pemilihan
populasi target tampaknya merupakan pekerjaan yang relatif mudah.
Kerangka sampel merupakan daftar yang berisi elemen-elemen yang ada dalam populasi. Setiap
satuan dalam kerangka sampel diberi nomor urut, dan banyaknya
angka dalam nomor-nomor tersebut sama dengan nomor untuk setiap satuan
sampling.

3. Menentukan metode penelitian sampel.


Metode pemilihan sampel pada dasarnya merupakan cara yang digunakan dalam mengambil
sampel, apakah d engan pend ekat an probabilitas atau dengan pendekatan non probabilitas.

4. Merencanakan prosedur penentuan unit sampel.


Prosedur pemilihan unit sampel merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
menentukan anggota populasi yang nantinya dijadikan sampel

5. Menentukan ukuran sampel.


Menentukan ukuran sampel adalah menentukan besarnya sampel yang harus diambil agar dapat
menggambarkan populasi yang sebenarnya

6. Menentukan unit sampel.


Menentukan unit sampel merupakan langkah untuk menentukan siapa saja dari anggota populasi
yang harus dijadikan sampel.
G. Metode Pengambilan Sampel/Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat dua teknik sampling yaitu probability
sampling dan non probability sampling.

1. Probability Sampling
Probability Sampling Adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
1) Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional.
4) Cluster Sampling (Areaa Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi
atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan
dijadikan data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara
sampling juga

2. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
2) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah yang diinginkan.
3) Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya
akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang
yang ahli makanan.
4) Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.
5) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-
lama menjadi besar.
Daftar Pustaka

Prof.Dr.Sugiyono. 2021. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif , kualitatif dan


R&D. Hal. 135.
Prof.Dr.Sugiyono. 2015. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif , kualitatif dan r
& d. hal 80.

Anda mungkin juga menyukai