Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH EKSTRAK TESTIS KAMBING TERHADAP

MASKULINISASI DENGAN METODE PERENDAMAN LARVA


IKAN NILA SALIN (Oreochromis niloticus)

ALIF SADEWO
190330038

PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT. Karena atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian.
Dengan judul “Pengaruh Ekstrak Testis Kambing Terhadap Maskulinisasi Dengan
Metode Perendaman Larva Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)”. Shalawat dan
salam penulis panjatkan kepangkuan alam Nabi besar Muhammad SAW, yang mana
oleh beliau yang telah merubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban islamiah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini, penulis tidak dapat
menyelesaikannya tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka
dari itu patutlah kiranya penulis sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada Ibu Mahdaliana, S.Pi.,
M.Si dan Ibu Mainisa, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Selain itu ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu serta seluruh keluarga dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan baik moral maupun material.
Akhir kata penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberi banyak dukungan dalam penyusunan Proposal ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita semua. Amin.

Aceh utara, 17 September 2022

Alif Sadewo

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... v
1. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2
1.5 Hipotesis ............................................................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) ............... 3
2.2 Habitat Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) .............................................. 4
2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) .......... 5
2.4 Testis Kambing.................................................................................................... 6
2.5 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 7
3. METODE PENELITIAN........................................................................................ 7
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................... 8
3.3 Rancangan Penelitian .......................................................................................... 8
3.4 Prosedur Penelitian.............................................................................................. 9
3.4.1 Pembuatan Ekstrak Testis Kambing ......................................................... 9
3.4.2 Perendaman Larva Ikan Nila Salin ........................................................... 9
3.4.2 Pemeliharan Larva Ikan Nila Salin ........................................................... 9
3.5 Parameter Penelitian ........................................................................................... 10
3.5.1 Presentase Kelamin Jantan Ikan ................................................................ 10
3.5.2 Presentase Survival Rate (SR) ................................................................... 10
3.5.3 Abnormalitas .............................................................................................. 10

ii
3.5.4 Perkembangan Gonad ................................................................................ 10
3.5.5 Pertumbuhan ............................................................................................... 10
3.5.6 Kualitas Air ................................................................................................ 10
3.6 Analisis Data dan Asumsi ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)................................................................... 4


2. Testis Kambing........................................................................................................... 6

iv
DAFTAR TABEL

1. Alat yang digunakan .................................................................................................. 8


2. Bahan yang digunakan ............................................................................................... 9

v
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas budidaya
perikanan yang banyak dikonsumsi, karena dagingnya enak, juga merupakan sumber
protein hewani, serta harganya terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, ikan nila
disukai oleh konsumen karena memiliki tekstur daging yang mirip dengan tekstur
daging ikan kakap (Amri dan Khairuman, 2008). Pada tahun 2008 permintaan pasar
dalam negeri terhadap ikan nila merah sebesar 293.806, 83 ton dan pada tahun 2009
mengalami peningkatan menjadi 325.042,44 ton. Namun yang sudah terpenuhi hanya
sekitar 68.259 ton atau sekitar 21% dari total permintaan (Tanjung, 2010).
Salah satu jenis ikan yang sangat banyak dibudidayakan saat ini adalah ikan nila.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang
digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki
daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan ikan yang potensial
untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan
kisaran salinitas yang luas (Phillips dkk., 2016).
Ikan nila salin merupakan ikan konsumsi yang cepat matang gonad, mudah
memijah dan memiliki perbedaan pertumbuhan antara jantan dan betina, ukuran lebih
besar dan seragam dibandingkan budidaya campuran (jantan dan betina). Tetapi
pertumbuhan pada ikan nila salin jantan lebih unggul dalam pertumbuhan
dibandingkan betina, pada permasalahan ikan nila salin saat ini yaitu, rasio kelamin
ikan nila salin (Oreochromis niloticus) dengan perbandingan jantan 40% dan betina
60%. Maka dilakukan sex reversal untuk memperoleh populasi monoseks jantan pada
ikan nila salin dengan berbagai bahan, dosis, dan metode pemberian yang berbeda.
(Sayed & Moneeb, 2015).
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan
bahan alami dalam proses maskulinisasi, yaitu testis kambing. Kandungan protein
pada testis kambing sebesar 47,33%. Menurut Syamyono et al (2015) testis kambing

1
varietas kejobong berumur 8- 12 bulan mengandung kadar testosteron sebesar
22,08±3,50 ng/mL.

1.2 Rumusan Masalah


Pada penggunaan hormon sintetis 17α-metiltestosteron lebih efektif
dibandingkan jenis hormon lainnya tetapi dalam penggunaan hormon ini telah
dilarang dikarenakan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan ikan
dan perairan. Dengan adanya bahan alami sebagai bahan pengganti hormon sintesis
yang memiliki kandungan senyawa yang tidak kalah jauh dengan hormon sintetis
testosteron, lebih aman digunakan, harga terjangkau, mudah dijumpai dan bersifat
limbah (Wiryowidagdo, 2015). Penggunaanya dalam proses maskulinisasi ikan
budidaya khususnya pada ikan nila salin (Oreochromis niloticus) diharapkan mampu
menghasilkan individual jantan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini :
1. Apakah penggunaan testis kambing (TK) berpengaruh terhadap maskulinisasi ikan
salin (Oreochromis niloticus).
2. Penggunaan dosis yang tepat untuk maskulinisasi ikan nila salin (Oreochromis
niloticus).
3. Bagaimana pengaruh penggunaan testis kambing (TK) terhadap presentase rasio
kelamin ikan nila salin (Oreochromis niloticus).
4. Bagaimana pengaruh penggunaan testis kambing (TK) terhadap tingkat
kelangsungan hidup ikan nila salin (Oreochromis niloticus).
5. Bagaimana pengaruh penggunaan testis kambing (TK) terhadap tingkat
pertumbuhan ikan nila salin (Oreochromis niloticus)

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh testis kambing (TK) dan
konsentrasi optimal penggunaan testis kambing (TK) dengan metode perendaman
induk dalam alih kelamin ikan nila salin dalam menghasilkan ikan nila monosex
jantan.

2
2

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat diaplikasikan untuk
memperoleh benih ikan nila monosex jantan dengan memanfaatkan senyawa bahan
alami sebagai pengganti senyawa sintetik penghasil hormon testosteron yaitu, testis
kambing.

1.5 Hipotesis
H0 : Penggunaan ekstrak testis kambing (TK) tidak berpengaruh terhadap
maskulinisasi ikan nila salin (Oreochromis niloticus).
H1 : Penggunaan ekstrak testis kambing (TK) berpengaruh terhadap maskulinisasi
ikan nila salin (Oreochromis niloticus).
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)


Ikan nila salin adalah salah satu jenis ikan air payau yang termasuk kedalam
famili Cichlidae. Menurut (Lukman, 2014) klasifikasi ikan nila salin sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Ordo : Percomorphi
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.

Gambar 1. Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)


Morfologi ikan nila salin yaitu, lebar badan ikan nila salin umumnya sepertiga
dari panjang badannya. Bentuk tubuh ikan memanjang dan ramping, sisik ikan nila
relatif besar, matanya menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih. Ikan nila salin
memiliki lima buah sirip yang berada di dada, perut, punggung, ekor, dan anus. Pada
sirip dubur (anal fin) terdapat 3 jari-jari sirip keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Pada
sirip ekornya (caudal fin) terdapat 2 jari-jari lemah dan mengeras dan 16-18 jari-jari
sirip lemah. Pada sirip punggung (dorsal fin) terdapat 17 jari-jari sirip keras dan 13
jari-jari sirip lemah. Sedangkan di sirip dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-jari
sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Dan yang terakhir di sirip perut (ventral fin)
memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki sisik
cycloid yang menutupi seluruh tubuh ikan nila salin (Lukman, 2014).

3
4

Bentuk tubuh dari ikan nila salin jantan yaitu membulat dan agak pendek
dibandingkan dengan ikan nila salin betina. Warna dari ikan nila salin jantan pada
umumnya lebih cerah dibandingkan dengan betina. Pada bagian reproduksi ikan nila
jantan, terdapat alat kelamin yang berbentuk memanjang dan memiliki warna yang
terlihat cerah. Alat kelamin ini semakin cerah ketika telah dewasa atau matang gonad
dan siap membuahi telur. Sementara itu, ikan nila betina memiliki 5 warna sisik yang
sedikit kusam dan bentuk tubuh agak memanjang. Pada bagian anus ikan nila betina
terdapat dua tonjolan membulat, yang memiliki fungsi yang berbeda yaitu pada
saluran keluarnya telur dan saluran pembuangan feses. Ikan nila mencapai masa
dewasa pada umur 4-5 bulan. Induk betina bertelur 1.000 - 2.000 butir. Setelah telur
dibuahi oleh induk, telur akan dierami dimulut induk betina hingga menjadi larva
(Lukman, 2014).

2.2 Habitat Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)


Ikan nila salin bersifat euryhaline hal ini yang menjadikan ikan nila memiliki
habitat hidupnya sangat luas dapat meliputi perairan tawar, muara sungai dan payau,
selain itu ikan nila salin tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan yang cukup
ekstrim. Secara langsung, salinitas air mempengaruhi tekanan osmotic cairan tubuh
ikan. Apabila osmotic lingkungan (salinitas) berbeda jauh dengan tekanan osmotic
cairan tubuh (kondisi tidak ideal) maka osmotic media/air akan menjadi beban bagi
ikan sehingga dibutuhkan tekanan yang osmotic besar untuk mempertahankan
osmotic tubuhnya agar tetap berada pada keadaan yang ideal (Kordi, 2012)

2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)
Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-tumbuhan
lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke dalam hewan omnivora
(pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung herbivora. Pada masa
pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan buatan (pelet) yang mengandung protein
antara 20 – 25 % untuk indukan dan pada stadia larva diberikan pakan berupa
burayak dengan kandungan protein 30 – 35% (Rosadi, 2012).
5

2.4 Testis Kambing


Pada penggunaan hormon alami dalam seks reversal untuk menghasilkan
individu jantan adalah dengan hormon 17α-metiltestosteron. Hormon ini juga masuk
kedalam hormon sintetis (Shella, 1995). Dengan dibatasinya penggunaan 17α-
metiltestosteron karena berdampak negatif terhadap lingkungan perairan.
Salah satu bahan alami yang mengandung testosteron adalah testis kambing
(Adamu, et. al., 2006). Penggunaan teknik nuklir pada uji radio immune assay (RIA)
dengan menggunakan isotop yodium-125 sehingga di dapat konsentrasi yang sesuai
untuk presentase jantanisasi yang optimal, kemudian dari ekstrak jaringan testis di
dapatkan konsentrasi testosteron yang cukup tinggi, dari konsentrasi testosteron yang
didapatkan menunjukan jumlah hormon alami penghasil sel jantan lebih banyak.
Kandungan hormon testosteron yang terdapat pada testis kambing yaitu 22,08±3,50
ng/mL dan juga kandungan senyawa yang terdapat pada testis kambing protein yang
tinggi sebesar 47,33%., vitamin B12, zat besi, selenium, niasin, fosfor, dan seng.
Dengan pemberian hormon alami telah terbukti berhasil dalam pengaplikasian
seks reversal, pemberian ekstrak testis kambing dengan dosis 9% pada ikan nila
merah (Orechromis sp.) yang direndam selama 24 jam, menghasilkan peresentase
kelamin jantan 67,59 % (Muslim, 2012). Pada ikan hias pula terbukti berhasil dalam
penggunaan testis kambing berpengaruh nyata terhadap maskulinisasi ikan guppy.
Perendaman terbaik dengan dosis 9 ml/l menghasilkan persentase nisbah kelamin
sebesar 69,13±5,92% (Mustahal, 2021).

Gambar 2. Testis Kambing


6

2.5 Penelitian Terdahulu


Pada penelitian Irmasari et al (2012) diperoleh perendaman larva ikan nila merah
(Oreochromis sp.) dengan perendaman dengan 1,5 ml/L dan 3 ml/L ekstrak testis sapi
menghasilkan persentase jantan sebesar 67,25% dan 69,07%. Oleh karena itu tujuan
penelitian ini untuk menentukan dosis ekstrak testis kambing yang optimal terhadap
proses maskulinisasi ikan nila salin (Oreochromis niloticus).
3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2022 di
Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada saat penelitian ini dilaksanakan dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 1. Alat Yang Digunakan Dalam Proses Penelitian
No. Alat Fungsi
1 Pisau Untuk membersihkan dan memotong testis
2 Belender Untuk menggiling testis yang sudah kering
3 Freezer Untuk menyimpan testis basah dan testis kering
4 Akuarium Untuk tempat pemeliharaan
5 Selang Sipon Untuk membersihkan sisa kotoran ikan nila salin
6 Saringan Untuk menyaring testis yang sudah dibelender
7 Mangkok Untuk tempat testis yang sudah dibersihkan
8 Timbangan Wadah untuk menimbang testis kering
9 Kamera/alat tulis Untuk dokumentasi dan pencatatan
10 Cawan petri Untuk tempat testis didalam oven
11 Oven Untuk mengeringkan testis
12 pH meter Untuk mengukur pH
13 Termometer Untuk mengukur suhu
14 DO meter Untuk mengukur DO
15 Botol/toples Untuk tempat penyimpanan tepung testis
16 Refraktor meter Untuk mengukur salinitas

Adapun bahan yang digunakan pada saat penelitian ini dilaksanakan dapat dilihat
pada taabel berikut ini :
Tabel 2. Bahan Yang Digunakan Dalam Proses Penelitian
No. Bahan Fungsi
1 Testis Kambing Segar Sebagai tepung testis
2 Induk Ikan Nila Salin Hewan uji
3 Pellet Pakan ikan
4 Alkohol Pelarut

7
8

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap non
Faktorial dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Maka, penelitian ini mengacu pada
(Iskandar, 2012) yang menggunakan testis sapi dengan dosis optimal 3 ml/L
menghasilkan ikan nila merah berkelamin jantan sebesar 69,07% perendaman selama
8 jam. Adapun perlakuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
A. Perlakuan 1 : Dosis 0 ml/L, ekstrak testis kambing
B. Perlakuan 2 : Dosis 2,5 ml/L, ekstrak testis kambing
C. Perlakuan 3 : Dosis 3 ml/L, ekstrak testis kambing
D. Perlakuan 4 : Dosis 3,5 ml/L, ekstrak testis kambing
E. Perlakuan 5 : Dosis 4 ml,L, ekstrak testis kambing

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Pembuatan Ekstrak Testis Kambing
Testis kambing yang sudah didapatkan kemudian dibersihkan dengan air
mengalir lalu dipotong setiap 1 gram testis ditambahkan menggunakan 10 ml larutan
alkohol 70% untuk mempermudah proses pengalusan, selanjutnya dimasukan ke
dalam tabung corning, kemudian dilakukan proses pemisahan antara padatan yang
tersuspensi pada ekstrak menggunakan di sentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm
selama 1 menit sehingga ekstrak dapat dihasilkan. Selanjutnya hasil ekstrak disimpan
dalam freezer dengan suhu -4℃ sampai -20℃ (Lutfiyah et al 2016).
3.4.2 Perendaman Larva Ikan Salin
Setalah induk betina mengerami telur di dalam mulutnya selama 10-13 hari,
dengan panjang larva 1,5 - 2 cm dimasukan kedalam wadah akuarium yang telah
diberikan larutan ekstrak testis kambing dengan perbandingan 20 ekor/akuarium,
dengan dosis perendaman 0 ml/l, 3 ml/l, 6 ml/l, 9 ml/l selama 8 jam, 3 kali ulangan.
Setelah 8 jam perendaman, larva dipindahkan ke dalam wadah pemeliharaan.
9

3.4.3 Pemeliharaan Larva Ikan Salin


Setelah proses perendaman selesai, selanjutnya pemeliharaan larva ikan nila
salin dipindahkan ke wadah yang telah dipersiapkan 12 buah akuarium dengan
kepadatan 20 ekor/perlakuan. Selama masa pemeliharaan larva ikan nila diberi pakan
buatan (fengli 0 dan fengli 1) secara at satiation atau sekenyang-kenyangnya
sebanyak 3- 4 kali sehari, pada umur 15 hari diberikan pakan pellet 3 kali sehari
sesuai kebutuhan pakan ikan, pemeliharaan larva selama 60 hari untuk mengetahui
jenis kelamin ikan jantan dan betina (Denny saputra, 2019)

3.5 Parameter Penelitian


3.5.1 Presentase Kelamin Jantan
Zairin (2002) menyebutkan bahwa untuk mengetahui prosentase jenis kelamin
ikan jantan dilakukan secara morfologis dengan melihat bentuk tubuh dan adanya
gonopodium pada ikan. Ikan jantan bisa dikenali dengan adanya modifikasi sirip anal
menjadi organ reproduksi (gonopodium) dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah ikan jantan
Persentase kelamin jantan = x 100
Jumlah total ikan

3.5.2 Presentase Survival Rate (SR)


Persentase kelangsungan hidup saat perendaman dan akhir pemeliharaan dapat
dihitung dengan rumus menurut Malik et al. (2019).
Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan
Survival Rate (SR) = x 100
Jumlah ikan pada awal pemeliharaan

3.5.3 Abnormalitas
Pada pengamatan abnormalitas penelitian ini meliputi bentuk kepala, bentuk
tubuh dan bentuk ekor. Perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya
abnormalitas seperti yang dikemukakan oleh Wirawan (2015), yaitu :
Jumlah larva ikan abnormal
Abnormalitas = x 100
Jumlah larva normal
10

3.5.4 Perkembangan Gonad


Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar setiap ikan yg memijah dapat
terpantau/terdata. Karena jika ada ikan yg memijah tidak pada saat pengamatan, maka
telur/larva dipastikan masih dalam pengeraman di dalam mulut induk ikan uji. Pada
pengeraman larva di dalam mulut induk selama 13-15 hari. Namun jika pengamatan
dilakukan lebih dari satu minggu dikhawatirkan ada ikan yang memijah tidak
terpantau/terdata karena dikhawatirkan larva sudah tidak dalam proses pengeraman
dalam mulut induk ikan uji. Sehingga dari hasil penetasan tersebut dapat dilihat
derajat penetasan telur dan abnormalitas larva.
3.5.5 Pertumbuhan
a. Perhitungan pertumbuhan bobot menggunakan rumus sebagai berikut:

W = Wt – Wo
Keterangan :
W : Pertumbuhan ikan (gram)
Wt : Bobot rata-rata individu pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo : Bobot rata-rata individu pada awal pemeliharaan (gram)
b. Pertambahan Panjang adalah pertambahan panjang rata-rata tiap hari.
menggunakan rumus Effendie (1997):

Pm = Lt - L0
Keterangan : Pm = Pertambahan panjang mutlak (cm),
Lt = Panjang rata-rata akhir (cm),
Lo = Panjang rata-rata awal (cm).
3.5.6 Kualitas Air
Kualitas air yang diamati yaitu pH, DO (Dissolved Oxygen), Salinitas dan
Suhu. Pengamatan dilakukan pada saat, pemijahan induk ikan nila salin, perendaman
induk larva nila salin, pemeliharaan larva ikan nila salin.
11

3.6 Analisis Data dan Asumsi


a. Analisis Data
Data hasil penelitian diolah menggunakan Microsoft Excel 2010. Data persentase
jantan ikan nila dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan terbaik. Statistik
persentase jantan ikan nila, kelulushidupan, pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan
panjang mutlak dan kualitas air disajikan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian
dipaparkan secara deskriptif.
Adapun dari hasil data yang diperoleh dengan perhitungan menggunakan RAL non
Faktorial (Rancangan Acak Lengkap) berikut (Yitnosumarto, 1991) dengan
menggunakan software SPSS.

Yij = µ + Ti + ƹeij

Keterangan
Yij = Nilai pengamatanpada perlakuan lama perendaman ke-I ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum
Ti = Pengaruh perlakuan lama perendaman

b. Asumsi
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa indukan ikan nila salin (Oreochromis
niloticus) digunakan memiliki kematangan gonad yang sama.
12

DAFTAR PUSTAKA

Adamu, S., MY, Fatihu., N.M, 2006. Testis Perubahan Patologis Dalam Kaitannya
Dengan Serum Konsentrasi Testosteron Dalam Trypanosoma Vivax
Terinfeksi Fulani Putih Kambing. Jurnal Hewan dan Kedokteran Hewan
Kemajuan 5(12), 1165–1171.

Amri & Khairuman. 2008. Analisis Pemasaran Ikan Nila Salin (Oreochromis
niloticus) Internasional. Agrikultural media. Bandung.

Effendie. 1997. Pertambahan Panjang dan Bobot Pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Agromedia. Lampung.

Irmasari, Iskandar, Subhan U. 2012. Pengaruh Ekstrak Tepung Testis Sapi Dengan
Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Keberhasilan Maskuliniasi Ikan Nila
Merah. Jurnal FPIK UNPAD. hal : 115-121.

Iskandar. 2012. Rancangan Dosis Yang Diberikan Objek Uji Pada Penelitian Sex
Reversal Ikan Nila (Oreocromis niloticus). Akuakultur Media. Bogor.

Kordi. 2012. Habitat Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus). Akuakultur Media.
Jepara.
Lukman. 2014. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus).
Akuakultur Media. Bandung.
Lutfiyah. 2016. Pembuatan Ekstrak Testis Kambing Dengan Larutan Alkohol 70%
Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreocromis niloticus). Jurnal. Penebar
Swadya. Jakarta.
Muslim. 2012. Pemanfaatan Testis Kambing Sebagai Hormon Alami Maskulinisasi
Ikan Cupang (Betta splendens). Jurnal. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mustahal. 2012. Pengaruh Ekstrak Testis Kambing Terhadap Nisbah Kelamin Ikan
Guppy (Poecilia reticulata). Jurnal Agribisnis Perikanan, 14 (1). 254-260.

Rosadi. 2012. Pengaruh Pembatasan Konsumsi Pakan Terhadap Bobot Ikan Nila
(Oreochromis sp.) siap panen. Jurnal Perikanan Unram 1(1): 8-13.

Sayed & Moneeb. 2015. Pemanfaatan Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)
Sebagai Makanan Yang Digemari Masyarakat. Penebar Swadya. Lampung.

Sheila, 1995. Hormonal Induksi Testis Kambing Terhadap Sex Reversal. Jurnal
Akuakultur Perikanan. 135:1-22
13

Shoimah, Yustiati A, Herawati T. 2020. Penelitian Terdahulu Pengaruh Lama Waktu


Perendaman Induk Dalam Larutan Ekstrak Testis Kambing Terhadap
Pengalihan Kelamin Anak Ikan Nila (Oreocrhromis niloticus). Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 4(3): 117-125.

Syamyono, Daud Samsudewa, Enny Tantini Setiatin. 2015. Upaya Permasalahan


Penggunaan Ekstrak Testis Kambing Terhadap pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal. Akuakultur Indonesia. 12(3): 144-148.
Tanjung. 2010. Analisis Pemasaran Pada Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)
Agrikultural media. Bandung.

Wiryowidagdo. 2015. Penggunaan Hormon Sintetik Pada Maskulinisasi Ikan Nila


(Oreochromis niloticus). Jurnal. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yitnosumarto. 1991. Analisi Data Perhitungan Dengan SPSS RAL non Faktorial.
Jurnal. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai