Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

FILSAFAT DAN PRINSIP


PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Diskusi 16 Kaedah Charles Prosser

Dosen Pengampu:

1. Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed


2. Dr. H. Rijal Abdullah MT

Oleh:

Hafiz Elmi
NIM. 22193014

PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Prinsip Pendidikan Kejuruan Prosser sebagian besar sulit untuk diterapkan dalam
sistem pendidikan kejuruan di Indonesia. Hal ini sangat beralasan karena banyaknya sekolah
kejuruan yang didirikan di Indonesia baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga organisasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2021/2022 jumlah total sekolah SMK di
Indonesia adalah 14.198 dengan rincian SMK Negeri sebanyak 3663 dan SMK swasta
sebanyak 10.535 buah. Ledakan jumlah yang sangat besar ini tidak diimbangi oleh penerapan
prinsip-prinsip yang benar mengakibatkan pembelajaran SMK tidak memberikan dampak
positif pada pertumbuhan tenaga kerja usia produktif. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan
mendasar bahwa apakah prinsip-prinsip Prosser ini tidak cocok diterapkan di negeri kita? 
Jika kita mengkaji secara mendalam terhadap ke-16 prinsip tersebut, maka prinsip ke-
2 dan ke-16 menjadi kendala terbesar dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan di
Indonesia. Untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap bekerja dan siap berwirausaha, maka
kedua prinsip tersebut harus terpenuhi dalam penyelenggaran pendidikan kejuruan. Prinsip
ke-2 menuntut adanya pembelajaran teaching factory dimana SMK harus didesain layaknya
sebuah industri, dan ini membutuhkan biaya yang sangat besar.
Berikut adalah tanggapan saya terhadap penerapan 16 prinsip Prosser :

Prinsip 1. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
Prinsip pertama sangat sulit diterapkan di Indonesia karena pembuatan replika akan
memerlukan biaya besar dan harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia
industri. Melihat keadaan sekolah kejuruan di Indonesia, sangat sulit mewujudkan prinsip ini.
Hal terjauh yang bisa dilaksanakan adalah menyediakan fasilitas praktek dasar sehingga
lulusan nanti akan memiliki kompetensi dasar yang kuat untuk dikembangkan lebih lanjut
jika sudah diterima di industri.

Prinsip 2. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas
latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat
kerja.
Jawaban sama dengan dalil sebelumnya. Namun jika sekolah mampu
menyelenggarakan praktek kerja langsung di industri secara memadai dari sisi waktu,
intensitas dan dengan pengawasan yang baik, maka prinsip ini bisa terpenuhi. Dalam
kenyataan sekolah kewalahan harus menempatkan siswa dalam jumlah banyak untuk
melaksanakan praktek yang sesuai kurikulum langsung di lokasi industri.

Prinsip 3. Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir
dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
Hal ini juga sangat sulit diterapkan di Indonesia karena budaya dan lingkungan
sekolah yang sangat berbeda dengan lingkungan industri sebenarnya. Idealnya sekolah bisa
menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan pola pikir dan pola kerja bagi siswanya,
namun kendala terbesar adalah bahwa manajemen sekolah tidak memiliki latar belakang
industri yang kuat. Hampir semua sekolah vokasi dipimpin dan diajar oleh para profesional
pendidikan yang tidak memiliki pengalaman industri cukup. Maksud latar belakang dalam hal
ini adalah pengalaman bekerja dan etos kerja industri, sehingga mustahil bisa menciptakan
suasana industri didalam sekolah.

Prinsip 4. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu
mengembangkan minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling
tinggi.
Prinsip ini sudah banyak diterapkan dan berhasil di banyak sekolah kejuruan. Sistem
pendidikan kita memungkinkan bagi individu siswa untuk maju dan meraih tingkat
kompetensi dan keberhasilan yang setinggi-tingginya. Ini kemungkinan akibat liberalnya
sistem pendidikan kita sehingga memungkinkan siswa yang memiliki potensi, rajin dan
memiliki kemauan kuat dapat melaju cepat. Namun hal ini juga berlaku bagi siswa yang
lemah, dimana siswa seperti ini akan tertinggal jika tidak memiliki keinginan dan motivasi
yang kuat untuk maju. Sistem pendidikan yang ada memberikan keleluasaan besar pada guru
untuk menentukan kualitas proses pembelajaran. Guru akan cenderung memberikan prioritas
pada siswa yang potensial dan aktif. Sistem kontrol pembelajaran kurang bisa memastikan
pemerataan prioritas terhadap semua siswa untuk mendapat pelajaran yang sama kuantitas
dan kualitasnya.

Prinsip 5. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan
hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan
yang mendapat untung darinya.
Idealnya memang semua calon siswa yang masuk ke sekolah kejuruan sudah
melewati seleksi potensi teknis dan non-teknis, sehingga siswa yang masuk adalah siswa
yang secara bakat dan minat sesuai dengan jurusan yang dipilih serta memiliki motivasi
intrinsik yang besar untuk menjalani pembelajaran. Namun ada banyak faktor yang
menyebabkan hal ini kurang bisa dilaksanakan di sebagian besar sekolah. Salah satu faktor
penting adalah karena tidak adanya bimbingan dan konseling karir atau vokasional di level
SMP sebelum masuk SMK dan juga di level SMA/SMK ke program vokasi lanjutannya. Ini
menyebabkan calon siswa sekolah kejuruan tidak memiliki pengertian yang cukup mengenai
dunia kerja, sehingga dalam banyak kasus terjadi ketidaksesuaian siswa yang masuk ke
sekolah vokasi.

Prinsip 6. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk
kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang
diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
Prinsip ini banyak diabaikan dan memang sulit untuk diterapkan sepenuhnya karena
banyaknya beban kurikulum sekolah kejuruan di Indonesia. Siswa tidak hanya belajar mata
pelajaran teknis namun juga pelajaran normatif dan adaptif yang memakan porsi hingga 30-
40% dari total waktu pembelajaran. Waktu pembelajaran praktek kejuruan juga tidak bisa
melaksanakan kegiatan berulang karena kurangnya sarana prasarana penunjang praktek
sehingga harus bergantian dengan siswa lain. Pada saat Praktek Industri sebenarnya siswa
mendapat waktu panjang untuk mengulang-ulang kegiatan praktek, namun banyak siswa
terkendala dengan penempatan praktek yang tidak sesuai jurusan.

Prinsip 7. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang
sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang
akan dilakukan.
Prinsip ini juga sangat sulit diterapkan di Indonesia. Praktisi yang sukses tidak akan
memilih dunia pendidikan sebagai pilihan karir utama mereka karena banyak faktor. Pendidik
di sekolah kejuruan sebagaian besar adalah pendidik murni dengan ketrampilan teknis tingkat
pemula. Solusinya adalah dengan mendatangkan pengajar tamu dari industri ke sekolah,
namun karena terbatasnya waktu biasanya kegiatan ini hanya bisa memberi wawasan
pengetahuan saja ke siswa dan tidak bisa sampai pada pemberian ketrampilan. Akhirnya
memang kita harus realistis, sekolah kejuruan kita baru bisa memasok calon tenaga kerja
yang siap latih ketika masuk ke dunia industri. Mereka dibekali pengetahuan dan ketrampilan
dasar pada bidangnya. Jika industri ingin mendapat pekerja dengan level kompetensi lebih
tinggi atau lebih spesifik, mereka harus melakukan pelatihan lanjutan secara in-company.
Prinsip 8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang
agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
Saat ini sudah ada standar kompetensi baku yang dipakai sebagai acuan di SMK yaitu
SKKD dan Program Diploma banyak mengacu pada SKKNI. Hal ini sudah cukup memadai,
namun masih ada kendala dalam implementasi di lapangan seperti tidak standarnya proses
pembelajaran antar sekolah dan antar daerah dalam satu bidang keahlian. Kesulitan lain
adalah pada saat uji kompetensi yang juga tidak standar antar sekolah dan antar daerah karena
menggunakan penguji yang berbeda dan tidak profesional. Seharusnya uji kompetensi
dilakukan oleh satu lembaga khusus dibawah asosiasi industri tertentu, namun secara
kelembagaan hal ini belum bisa diwujudkan sepenuhnya di Indonesia. Masih banyak sekolah
kejuruan yang tidak bisa mendapatkan mitra penguji kompetensi yang benar-benar kompeten
dan layak menjadi penguji.

Prinsip 9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.


Secara alamiah prinsip ini mulai berlaku dan diterapkan terutama di sekolah kejuruan
yang memiliki birokrasi lebih fleksibel seperti sekolah swasta. Prinsip ekonomi supply-
demand berlaku saat ini, program keahlian yang tidak dibutuhkan industri akan dengan
sendirinya mendapatkan peminat yang sedikit. Jika sekolah tidak mampu menyesuaikan
dengan cepat, maka besar kemungkinan sekolah akan kesulitan menjaring siswa. Namun
banyak kendala yang harus dihadapi sekolah agar bisa menjadi sekolah yang mampu selalu
memenuhi permintaan pasar kerja. Penghapusan program keahlian yang ada pasti akan
menimbulkan konsekuensi besar dan menimbulkan kerugian bagi sekolah. Pembukaan
program keahlian baru juga tidak mudah karena mahal dan rumitnya persiapan. Dalam
realita, banyak sekolah yang akhirnya mengorbankan kesiapan penyelenggaraan demi
mengejar permintaan pasar, hal ini sangat berbahaya dan pada akhirnya akan membuat nama
baik sekolah tercemar karena gagal menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Prinsip 10. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan
diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
Secara sistem prinsip ini sudah diterapkan di sekolah kejuruan kita. Ada Praktek
Industri dan Pemagangan di SMK yang diberikan alokasi waktu cukup panjang hingga 1
tahun. Kesempatan juga dibuka lebar dalam hal penempatan, bisa diluar kota, luar negeri, dll.
Bahkan siswa diperbolehkan untuk masuk ke industri yang relevansinya kurang dengan
jurusan yang dimiliki. Ini adalah hal yang salah dan tidak sesuai dengan prinsip pendidikan
kejuruan, namun sekolah harus menghadapi kenyataan bahwa penempatan praktek lapangan
siswa sangat sulit. Ini disebabkan kurangnya jumlah industri yang mau menerima siswa
praktek dan semakin banyaknya jumlah siswa sekolah kejuruan pada saat ini. Sayangnya
tidak ada upaya konkrit untuk memecahkan masalah rasio yang timpang ini dari pemerintah.
Prinsip 11. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi
tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan oleh sekolah kejuruan, materi belajar memang
disediakan dari sumber yang cukup terpercaya. Ini disebabkan semakin mudahnya pencarian
informasi melalui teknologi informasi sehingga dimungkinkan penggunaan dokumen untuk
belajar yang berasal dari berbagai sumber. Bahkan saat ini hampir tidak ada perbedaan materi
belajar antar sekolah dan antar daerah karena sumber yang dipakai sangat banyak dan
tersedia bebas. Namun utnuk beberapa jurusan tertentu, sekolah harus lebih proaktif
membangun hubungan dengan industri lokal karena adanya materi yang harus disesuaikan
dengan kebutuhan lokal.

Prinsip 12. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain.
Prinsip ini sudah didekati oleh sistem pendidikan kejuruan dengan adanya
pengelompokan jurusan dan program keahlian. Sekolah juga cenderung membuka program
keahlian yang serumpun agar bisa terjadi efisiensi dalam proses mengajar karena adanya
kompetensi atau sub-kompetensi yang dipakai bersama dalam bidang keahlian yang berbeda.

Prinsip 13. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai
dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika
dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
Prinsip ini memerlukan banyak sumber daya dalam penerapannya. Setiap bidang
keahlian memerlukan materi, metode belajar dan pendekatan yang berbeda satu sama lain.
Kebutuhan masing-masing jurusan harus dipenuhi agar hasil dari proses pembelajaran bisa
maksimal. Di Indonesia sudah diterapkan dalam skala tertentu seperti adanya pelajaran
Matematika khusus untuk bidang keahlian bisnis dan manajemen, ada Matematika khusus
bidang Teknologi, dll. Hal yang sama juga sudah diterapkan di masing-masing rumpun
seperti antar jurusan Multimedia dan Animasi ada pelajaran Gambar Grafis yang sedikit
berbeda karena berbeda tujuan.
Prinsip 14. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan
hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan karena karakter sosial masyarakat Indonesia
yang sangat menghargai hubungan sosial yang harmonis. Hubungan antara sekolah, guru,
siswa dan orangtua siswa tergolong baik jika dibanding dengan negara lain. Ini adalah hal
positif karena siswa dapat secara positif mengembangkan minat dan bakatnya karena
hubungan guru-siswa berjalan sehat dalam proses belajar. Namun kendala utama prinsip ini
adalah karena banyaknya siswa yang harus diajar oleh 1 guru, artinya rasio guru-siswa masih
sangat timpang sehingga masih sulit bagi guru untuk dapat memberikan perhatian khusus
pada setiap siswanya.

Prinsip 15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.


Pada umumnya manajemen administrasi sekolah di Indonesia relatif fleksibel dan
tidak kaku. Ini juga berhubungan dengan karakter sosial masyarakat Indonesia yang
mengedepankan rasa saling percaya dan keterbukaan. Bahkan dalam banyak kasus terlalu
fleksibel dan mengabaikan prinsip tertib administrasi. Namun dengan semakin banyaknya
penerapan standar manajemen mutu terpadu di sekolah, hal ini semakin baik, artinya tetap
luwes namun tertib.

Prinsip 16. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka
pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Prinsip ini banyak dilanggar. Prinsip sebaliknya yang justru sering dipakai yaitu,
biarpun biaya tidak cukup yang penting dibuka dulu. Ini adalah prinsip yang salah namun
justru menjadi mainstream di kalangan sekolah kejuruan. Pembukaan sekolah kejuruan
membutuhkan dana sangat besar, pemerintah saat ini tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan
di seluruh penjuru Nusantara, demikian juga swasta. Hanya beberapa sekolah saja, baik
negeri maupun swasta, yang mampu membiayai sekolah yang dikelola secara memadai,
sebagian besar lainnya tidak didukung sumber pembiayaan yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai