Anda di halaman 1dari 24

Penganggaran Modal

Kelompok 8
Nama Anggota
1. Vincensia Rena Dirapuspita (21013010291)
2. Isna Diva Nur Priardhina (21013010294)
3. Muhammad Rayhan M. (21013010313)
Kerangka Strategis Keputusan
Penganggaran Modal
Keputusan penganggaran modal ini harus dihubungkan dengan
perencanaan strategi perusahaan secara keseluruhan. Hal ini
sangat penting, karena investasi yang terlalu besar dan terlalu
kecil akan berdampak jangka panjang bagi masa depan
perusahaan. Penganggaran biasanya memerlukan biaya yang
besar, sehingga perusahaan harus membuat perencanaan yang
tepat karna jumlah dana yang besar tidak dapat disediakan
dalam waktu yang singkat
Macam- macam
Keputusan Penganggaran Modal
Pengelompokan keputusan penganggaran modal
dibuat dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan. Dengan melakukan
pengelompokan penganggaran modal, suatu
perusahaan dapat mengembangkan prosedur
administrasi yang distandardisasi untuk menangani
kelompok usulan investasi tertentu.
Ditinjau dari aspek
Ditinjau dari tingkat
penghematan biaya dan
ketergantungannya
peningkatan pendapatan
Penggantian (Replacement) Independent project
Perluasan (Expansion) Mutually exclusive project
Pertumbuhan (Growth) Complement project
Subtitutes project
Estimasi Arus Kas
(Cash Flow)
Arus kas yang digunakan dalam melakukan evaluasi
suatu usulan investasi adalah arus kas yang
relevan untuk proyek yang dievaluasi. Dalam
mengestimasi arus kas relevan untuk suatu proyek,
ada beberapa hal yang perlu di perhatikan:
1. Sunk cost
2. Opportunity cost
3. Side effect
4. Net working capital
5. Financial cost
Initial cash outflow (pengeluaran awal)
Pengeluaran awal ini merupakan pengeluaran kas untuk membiayai
proyek selama dalam proses perencanaan, konstruksi sampai
dengan proyek siap untuk dioperasikan. Jumlah kas yang
dikeluarkan merupakan besarnya nilai investasi awal untuk proyek
tersebut. Macam-macam pengeluaran kas yang diperlukan untuk
investasi awal:
- Harga beli tanah tempat lokasi proyek
- Biaya mendirikan bangunan
- Harga beli mesin
- Biaya pemasangan
- Biaya percobaan dan sebagainya
CONTOH:
Misalkan perusahaan mengganti mesin lama dengan mesin baru. Mesin lama dibeli
3 tahun yang lalu dengan harga Rp. 100 Juta, memiliki umur 10 tahun dan disusut
dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Sekarang perusahaan merencanakan
untuk mengganti mesin tersebut dengan mesin baru yang dibeli dengan harga Rp.
150 Juta dan mempunyai umur 7 tahun.
Mesin baru disusut dengan metode garis lurus dengan nilai sisa Rp. 10 Juta.
Mesin lama jika dijual sekarang diperkirakan laku dengan harga Rp. 80 Juta, dan
tarif pajak pendapatan perusahaan 20%
Berdasarkan contoh tersebut, maka pengeluaran kas untuk penggantian mesin
lama dengan mesin baru adalah:
Harga beli mesin baru Rp. 150.000.000
Harga jual mesin baru Rp. (80.000.000)
Pajak atas laba penjualan mesin lama 20%
(Rp. 80.000.000 - 70.000.000) Rp. 2.000.000
Rp. 72.000.000
Operational cash inflow
Setelah proyek mulai dioperasikan, maka akan terjadi penerimaan
kas dari hasil penjualan dan juga terjadi pengeluaran kas untuk
membiayai kegiatan operasi perusahaan. Arus kas operasi yang
diperhitungkan adalah arus kas bersih selain proyek investasi
dioperasikan. Besar kecilnya arus kas masuk yang berasal dari
operasi dihitung atas dasar setelah pajak (net cash inflow)
dengan rumus:
Net Cash Inflow (NCF) = EBIT (1 - Tax) + Depreciation
Net Cash Inflow (NCF) = EAT + Depreciation + (1 - Tax) Interest
EBIT = Earning Before Interest and Taxes
EAT = Earning After Taxes
CONTOH:
Perhitungan arus kas bersih yang berasal dari kegiatan operasi, misalkan PT
ALFA, mempunyai sebuah pabrik dengan estimasi laporan rugi laba yang diperoleh
dari pengoperasian pabrik:
Laporan Rugi - Laba
PT ALFA
Tahun 200x
Penjualan Rp 10.000.000
Biaya-biaya selain penyusutan dan bunga Rp 6.000.000
Biaya penyusutan 1.000.000
(7.000.000)
Pendapatan sblm bunga dan pajak (EBIT) Rp 3.000.000
Biaya bunga (1.000.000)
Pendapatan sebelum pajak Rp 2.000.000
Pajak 20% (400.000)

Pendapatan setelah pajak (EAT) Rp 1.000.000


LANJUTAN: Laporan Rugi - Laba
PT ALFA
Tahun 200x
Penjualan Rp 10.000.000
Biaya-biaya selain penyusutan dan bunga Rp 6.000.000
Biaya penyusutan 1.000.000
(7.000.000)
Pendapatan sblm bunga dan pajak (EBIT) Rp 3.000.000
Biaya bunga (1.000.000)
Pendapatan sebelum pajak Rp 2.000.000
Pajak 20% (400.000)

Pendapatan setelah pajak (EAT) Rp 1.000.000

a. NCF = EBIT (1 - Tax) + Depreciation


= Rp 3.000.000 (1 - 0,20) + Rp 1.000.000
= Rp 3.000.000 (0,8) + Rp 1.000.000
= Rp 3.400.000, atau
b. NCF = (NCF) = EAT + Depreciation + (1 - Tax) Interest
= Rp 3.000.000 + Rp 1.000.000 + (1 - 0,20) Rp 1.000.000
= Rp 3.000.000 + (0,8) Rp 1.000.000
= Rp 3.400.000
Operational Net Cash Flows
Investasi Penggantian

a. ΔNCF = ΔEBIT (1 - Tax) + ΔDepreciation


= Rp 2.500.000 (1 - 0,20) + Rp 1.000.000
= Rp 2.000.000 (0,8) + Rp 1.000.000
= Rp 2.000.000
b. ΔNCF = ΔEAT + ΔDepreciation + (1 - Tax) ΔInterest
= Rp 1.760.000 + Rp 1.000.000 + (1 - 0,20) Rp 300.000
= Rp 2.760.000 + (0.8) Rp 300.000
= Rp 3.000.000
Terminal Cash Flow
(arus kas pada akhir umur proyek)
Arus kas masuk yang terjadi pada akhir masa
pengoperasian proyek. Dan arus kas ini dapat berasal
dari nilai sisa penjualan aktiva pada akhir umur proyek
dan dari pengembalian modal kerja yang dikeluarkan
pada saat proyek mulai dioperasikan

Harga jual nilai sisa mesin baru Rp 2.000.000


Pajak atas laba hasil penjualan mesin baru
(Rp 2.000.000 - 1.000.000) 20% Rp (200.000)
Rp 1.800.000
Modal kerja Rp 2.000.000
Terminal cash flow Rp 3.800.000
Metode Penilaian Usulan Investasi
Payback Period
Periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali seluruh investasi awal yang
dikeluarkan dengan mempergunakan arus kas masuk yang diperoleh dari proyek tersebut.

Metode payback period mempunyai beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut


Tidak mempertimbangkan semua cash flows, akibatnya arus kas negatif yang terjadi
pada dua tahun terakhir untuk proyek A diabaikan.
Tidak mempertimbangkan konsep nilai waktu uang, hal ini berarti arus kas yang
dihasilkan setiap tahunnya tidak didiscount, padahal arus kas tertentu pada tahun
pertama nilainya lebih besar dari arus kas yang sama pada tahun berikutnya.

Kelemahan kedua dari metode payback period dapat diatasi dengan menerapkan metode
Discounted Payback Period (DPBP).
Net Present Value Proyek yang memiliki NPV = 0 tidak
berarti proyek tersebut hanya
Net Present Value, merupakan mencapai break event point (BEP),
metode yang didasarkan pada melainkan proyek tersebut masih
arus kas yang didiskonto memperoleh laba, hanya saja laba yang
diperoleh habis dipergunakan untuk:
(discounted cash flows).

Perhitungan NPV dapat - Membayar bunga kepada kreditur


dirumuskan sebagai berikut yang telah meminjamkan dana
- Membayar semua keuntungan yang
diharapkan (dividen) kepada pemegang
saham
- Membayar investasi awal (I0) dari
proyek tersebut.
Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto
(discount rate) yang menghasilkan NPV = 0.
Perhitungan IRR dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai
berikut:
Proyek dengan Umur Berbeda
Dalam menilai dua atau lebih proyek investasi yang memiliki umur
berbeda, hasil penilaiannya kurang tepat jika langsung dilakukan.
Hal ini karena perbedaan umur proyek akan berdampak terhadap
hasil penilaian proyek tersebut sehingga hasil penilaiannya kurang
tepat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dapat dua
pendekatan untuk menilai proyek investasi yang memiliki umur yang
berbeda yaitu :
1. Pendekatan pengulangan proyek
2. Pendekatan Equivalent Annual Cost (EAC)
Pendekatan Pengulangan Proyek
Dua proyek yang memiliki umur berbeda dapat diulang
beberapa kali sehingga kedua proyek akhirnya dievaluasi
atas dasar umur yang sama. Sebagai contoh, misalkan
perusahaan mempunyai alternatif investasi pada proyek
Alfa dengan nomor 2 tahun dengan proyek Beta dengan
umur 3 tahun dan kedua proyek bersifat mutually
exclusive.
Asumsikan bahwa biaya modal Dengan perhitungan yang sama untuk
perusahaan sebesar 10%. NPV kedua proyek beta diulang dua kali, sama artinya
proyek tersebut adalah dengan menerima NPV sebesar Rp.
NPV (Alfa) = Rp. 722.750 894.057 sekarang dan pada akhir tahun
NPV (Beta) = Rp. 894.058 ke-3 =
Proyek Alfa NPV-nya lebih rendah
dibandingkan dengan proyek Beta.
Jika proyek Alfa diulang tiga kali, Hal
ini sama artinya dengan menerima
NPV sebesar Rp. 722.750 sekarang Berdasarkan hasil perhitungan NPV
, pada akhir tahun kedua dan pada dengan asumsi kedua proyek dapat
akhir tahun ke-4 = diulang tampak bahwa NPV proyek
Alfa Rp. 1.813 669 lebih besar
dibandingkan dengan NPV proyek
Beta Rp. 1.565.762
Pendekatan Equivalent Annual Cost (EAC)
Berdasarkan pendekatan ini proyek yang dipilih adalah proyek yang memiliki EAC lebih kecil.
Sebagai contoh, misalkan perusahaan dalam memproduksi suatu produk dapat
menggunakan mesin A dengan harga 100 juta dan biaya pengoperasian mesin setiap tahun
10 juta, dengan umur 2 tahun atau mesin B dengan harga 140 juta dan biaya
pengoperasian mesin 8 juta per tahun dengan umur mesin 3 tahun. Dengan mengabaikan
faktor pajak mesin mana sebaiknya dipilih jika tingkat diskonto sebesar 10%?
Untuk mengevaluasi kedua mesin tersebut dapat dimulai dengan menghitung nilai sekarang
(PV) biaya masing-masing mesin :
Berdasarkan hasil perhitungan nilai sekarang dari biaya
masing-masing mesin, tampak bahwa mesin A lebih murah
daripada mesin B. Akan tetapi present value biaya ini tidak
bisa langsung dibandingkan, karena mesin A umurnya hanya
2 tahun sedangkan mesin B umurnya 3 tahun. Hitung biaya
per tahun dari kedua alternatif mesin tersebut. Jumlah
biaya untuk menghitung EAC atau biaya yang dibayar setiap
tahun selama umur masing-masing nilai sebagai berikut

Berdasarkan hasil analisis, nampak


bahwa mesin B memiliki biaya efektif
tahunan yang lebih murah daripada
mesin A. Dalam hal ini umur mesin
lebih panjang dan biaya operasi yang
lebih murah cukup untuk menutup
harga mesin yang lebih mahal.
Capital Rationing untuk Proyek dengan
Ukuran yang Berbeda
Jika perusahaan mempunyai beberapa usulan proyek investasi yang bersifat
independen dan perusahaan dihadapkan dengan keterbatasan dana perusahaan
tidak dapat melaksanakan semua proyek yang dinyatakan layak diterima.
Misalkan perusahaan mempunyai 5 usulan proyek investasi yang membutuhkan
investasi awal (I0) yang berbeda dengan umur masing-masing 5 tahun dan biaya
modal sebesar 10% serta arus kas bersih setiap tahun. Akan memiliki dana
600.000 dana yang tersedia untuk proyek A dengan investasi awal 400.000
dan mempunyai PI tertinggi 1,15 tetapi pilihan tersebut belum tentu benar karena
masih ada dana yang tersisa 200.000. PI mensyaratkan bahwa perusahaan
harus mendapatkan kombinasi proyek dan kelebihan dana yang dapat
memaksimumkan nilai rata-rata tertimbang.
Untuk menentukan pilihan ≥
Apabila PI 1 maka proyek layak
dilaksanakan, namun jika PI < 1 proyek tidak
dalam kondisi yang demikian layak dilaksanakan. Sebagai contoh jika
sebaiknya dipergunakan kombinasi proyek b dan c yang dipilih maka
metode PI nilai rata-rata tertimbang PI adalah :

NPV dari kombinasi proyek b dan c


adalah 32.500 + 38.500 = Rp. 71.000
bandingkan dengan NPV proyek A yaitu
Rp. 60.000
Thank You
Do you have any
question?

Anda mungkin juga menyukai