Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk


membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan, sedangkan
meningkatkan sumber-sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor,
dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai
pembangunan dan kesejahtraan seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dan Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara bahwa
pendapatan negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari
penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan
hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

Dalam melaksanakan pembangunan, negara memerlukan dana yang tidak


sedikit sebagai syarat mutlak agar pembangunan dapat berhasil. Oleh karena itu,
negara membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang terdiri dari bumi, air,
kekayaan alam, pajak-pajak, bea, cukai, hasil perusahaan negara, penerimaan
negara bukan pajak, dan sumber-sumber lain.

Penerimaan negara yang paling potensial adalah dari peneriman pajak.


Dapat dikatakan setiap tahunnya penerimaan negara dari sektor pajak
mengalami kenaikan. Pada dasarnya penerimaan negara didapat dari masyarakat
dan semestinya digunakan lagi bagi kepentingan masyarakat pada umumnya.
Pada awalnya masyarakat awam hanya mengetahui penerimaan negara hanya
pada sektor pajak saja, dan dalam hal ini kita akan menjelaskan mengenai
sumber-sumber ataupun jenis-jenis penerimaan negara dari beberapa sektor.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa saja sumber-sumber pendapatan pemerintah pusat dan daerah?
2 Apa saja prinsip-prinsip dari pendapatan pemerintah?
3 Apa saja macam-macam dari pendapatan pemerintah?

1.3 Tujuan

1
1 Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber pendapatan pemerintah pusat
dan daerah.
2 Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari pendapatan pemerintah.
3 Untuk mengetahui macam-macam dari pendapatan pemerintah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan menurut Theodurus M.Tuanakotta dalam buku “Teori


Akuntansi” menyatakan bahwa :

“Pendapatan (Revenue) dapat didefinisikan secara umum sebagai hasil dari


suatu perusahaan. Pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan.
Mengingat pentingnya sangat sulit mendefinisikan pendapatan sebagai unsur
akuntansi pada dirinya sendiri. Pada dasarnya pendapatan adalah kenaikan laba.
Seperti laba pendapatan adalah proses arus penciptaan barang atau jasa oleh
suatu perusahaan selama suatu kurun waktu tertentu. Umumnya, pendapatan
dinyatakan dalam satuan moneter (uang)”. (2000;152).

2.2 Pengertian Pemerintah

C.F. Strong: Menjelaskan pemerintahan dalam arti luas sebagai aktivitas


badan-badan publik yang terdiri dari kegiatan-kegiatan eksekutif, legislatif dan
yuridis dalam upaya mencapai tujuan sebuah negara. Dalam arti yang sempit,
beliau mengungkapkan bahwa pemerintahan merupakan segala bentuk kegiatan
badan publik dan hanya terdiri dari badan eksekutif.

J. S. T. Simorangkir: Mengemukakan pemerintahan sebagai alat negara


yang menjalankan tugas dan fungsi dari pemerintah.

H. A. Brasz: Pemerintahan ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara


lembaga umum disusun & di fungsikan dengan baik secara ekstern & intern
terhadap warga negaranya.

2.3 Pengertian Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah

2
Pendapatan pemerintah pusat atau nasional merupakan seluruh
pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota masyarakat atau seluruh seluruh
rumah tangga keluarga (RKT) dalam suatu negara dalam kurun waktu tertentu,
biasanya dalam waktu satu tahun. Pendapatan nasional dapat juga diartikan
sebagai produksi nasional, yang berarti nilai hasil produksi yang dihasilkan oleh
seluruh anggota masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu, biasanya satu
tahun.

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai


penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu. Pendapatan
daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga
yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain
pendapatan yang sah.

2.4 Pengertian Pemerintah Pusat dan Daerah

Pengertian pemerintah pusat adalah pemerintah yang berada di tingkat


atas sebagai perwakilan dari suatu negara, yaitu Presiden yang memegang
kekuasaan pemerintahan NKRI, sedangkan pengertian Pemerintahan Daerah
berdasarkan UU No.23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), menurut asas ekonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sebagaimana dimaksud dalam UUD
1945. Penyelenggara Pemerintahan Daerah daerah: Gubernur, Bupati, Walikota,
dan Perangkat Daerah lainnya (Kepala Dinas, kepala Badan, dan Unit-unit kerja
lainnya yang dikendalikan oleh Sekretariat Daerah).

2.5 Pengertian APBN dan APBD Beserta Fungsinya

APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.


Sesuai dengan kepanjangannya, APBN dapat diartikan sebagai suatu daftar yang
memuat perincian sumber-sumber pendapatan negara dan jenis-jenis
pengeluaran negara dalam waktu satu tahun. Pada zaman Orde Baru (Orba),
APBN dirancang dan dilaksanakan untuk satu tahun mulai 1 April - 31 Maret
tahun berikutnya, misalnya mulai 1 April 1995 - 31 Maret 1996. Akan tetapi,
sejak tahun 2000 (Era Reformasi), APBN dirancang dan dilaksanakan untuk satu
tahun mulai 1 Januari - 31 Desember tahun yang sama.

APBN dirancang berdasarkan landasan hukum tertentu. Landasan hukum


tersebut adalah sebagai berikut.

3
1. UUD 1945 Pasal 23 (sesudah diamandemen) yang pada intinya berisi:

- APBN ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang.

- Rancangan APBN dibahas di DPR dengan memerhatikan pendapat Dewan


Perwakilan Daerah.

- Apabila DPR tidak menyetujui rancangan anggaran yang diusulkan pemerintah,


maka pemerintah memakai APBN tahun lalu.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja


Negara.
3. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.

APBN disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam


melaksanakan kegiatan-kegiatan negara. Dengan adanya APBN, pemerintah
sudah mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa saja yang akan diterima
sebagai pendapatan dan pengeluaran, apa saja yang harus dilakukan selama satu
tahun. Dengan adanya APBN sebagai pedoman tersebut, diharapkan kesalahan,
pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari. Dan apabila
APBN disusun dengan baik dan tepat, serta dilaksanakan sesuai aturan, maka
akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan
kemakmuran bangsa.

Fungsi APBN meliputi:

1. Fungsi Alokasi

Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mengalokasikan (membagikan)


pendapatan yang diterima sesuai dengan sasaran yang dituju. Misalnya, berapa
besar untuk belanja (gaji) pegawai, untuk belanja barang, dan berapa besar
untuk proyek.

2. Fungsi Distribusi

Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mendistribusikan pendapatan yang


diterima secara adil dan merata. Fungsi distribusi dilakukan untuk memperbaiki
distribusi pendapatan di masyarakat sehingga masyarakat miskin dapat dibantu.
Caranya, antara lain dengan melakukan kebijakan subsidi seperti subsidi BBM.

3. Fungsi Stabilisasi

4
Dengan adanya APBN, pemerintah dapat menstabilkan keadaan perekonomian
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, dalam keadaan inflasi
(harga barang dan jasa naik), pemerintah dapat menstabilkan perekonomian
dengan cara menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, jumlah uang yang
beredar dapat dikurangi sehingga harga-harga dapat kembali turun.

APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.


APBD dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian
sumbersumber pendapatan daerah dan macam-macam pengeluaran daerah
dalam waktu satu tahun. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengartikan
APBD sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah (Perda).

Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 25


yang berbunyi: Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang ...,
menyusun dan mengajukan Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD
untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 4 yang berbunyi: Penyelenggaraan
urusan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai
APBD. APBD harus disusun Pemerintah Daerah setiap tahun, yang dimaksud
dengan Pemerintah Daerah adalah:
a) Gubernur dan perangkatnya yang memerintah daerah propinsi.
b) Walikota dan perangkatnya yang memerintah daerah kota (dulu disebut
Kotamadya).
c) Bupati dan perangkatnya yang memerintah daerah kabupaten.
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara
Pengawasan, Penyusunan, dan Penghitungan APBD.

APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam


melaksanakan kegiatan pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD,
pemerintah daerah sudah memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang
akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja yang harus
dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD sebagai pedoman,
kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki


fungsi sebagai berikut:

5
1. Fungsi Otorisasi

Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah


untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi)


apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi

Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan
untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi Distribusi

Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan


rasa keadilan dan kepatutan.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah

Program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah memerlukan banyak dana. Dan dalam rangka pencapaian
tujuan pembangunan nasional, untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintah dalam pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat,
pengelolaan kekayaan negara, serta pemanfaatan sumber daya alam,
pemerintah berusaha menghimpun pendapatan dari berbagai sumber.
Pembiayaan pembangunan tersebut dapat dihimpun dari berbagai sumber-
sumber pendapatan atau penerimaan. Sumber-sumber penerimaan dan
pengalokasiannya dapat dilihat dari susunan APBN maupun APBD.

6
Setiap negara menginginkan untuk meningkatkan penerimaan atau
pendapatan nasional, karena dengan peningkatan pendapatan kemakmuran
suatu negara akan meningkat. Sejalan dengan itu, dalam kebijakan fiskal
pemerintah terus meningkatkan penerimaan negara baik penerimaan Negara
berupa pajak dan bukan pajak atau penerimaan migas dan nonmigas. Sementara
itu, pemerintah daerah juga berkeinginan untuk meningkatkan penerimaan atau
pendapatan derahnya guna menunjang pembangunan daerah.

Berikut ini diuraikan sumber-sumber pendapatan negara dan pendapatan


daerah.

3.2 Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah Pusat

Untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam


pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan
negara, serta pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan nasional, pemerintah pusat berusaha menghimpun pendapatan
dari berbagai sumber. Adapun sumber-sumber penerimaan pemerintah pusat
disajikan pada skema berikut.

7
Dari skema penerimaan pemerintah pusat kita dapat melihat
sumbersumber penerimaan pemerintah pusat cukup banyak dan beragam.
Sumber-sumber penerimaan pemerintah pusat dikategorikan menjadi dua, yaitu
penerimaan dalam negeri dan hibah.

3.2.1 Hubungan Pendapatan Nasional, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Per


Kapita
Pendapatan nasional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan
masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan
memengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang
bersangkutan. Selain itu, jumlah penduduk juga akan memengaruhi jumlah
pendapatan per kapita suatu negara.Tingginya pendapatan nasional suatu
negara tidak menjamin pendapatan per kapitanya juga tinggi. Hal ini terjadi
karena jumlah penduduk akan menentukan tinggi rendahnya pendapatan per
kapita.

8
Hubungan pendapatan nasional, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita:
• Jika pendapatan nasional sebuah negara rendah, tetapi jumlah
penduduknya juga tinggi, maka pendapatan perkapitanya akan rendah.
• Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi, tetapi jumlah penduduknya
sedikit, maka pendapatan perkapitannya akan tinggi.
• Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi tetapi jumlah penduduknya
juga tinggi, maka pendapatan nasionalnya mungkin rendah
• Jika pendpatan nasional sebuah negara rendah, tetapi jumlah penduduk
juga rendah, maka pendapatan perkapitanya mungkin tinggi.

Jadi dari pernyataan diatas, tinggi rendahnya pendapatan perkapita sebuah


negara dipengaruhi oleh jumlah pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Dan
naik turunnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk bisa mengakibatkan
naik turunnya pendapatan nasional. Oleh karena itu, jika suatu negara ingin
meningkatkan pendapatan per kapitanya, negara tersebut dapat melakukan dua
cara berikut: a. memperbesar jumlah pendapatan nasional; b. menahan laju
pertumbuhan penduduk.

3.2.2 Manfaat Perhitungan Pendapatan Per Kapita


a) dapat mengetahui tingkat perekonomian suatu negara, jika pendapatan
per kapita tinggi berarti perekonomian sudah maju, demikian pula
sebaliknya;
b) dapat mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara; jika pendapatan
per kapita riil tinggi berarti kemakmuran suatu negara sudah tinggi
demikian pula sebaliknya;
c) dapat melihat perkembangan perekonomian dan kemakmuran suatu
negara, dengan cara membandingkan besarnya pendapatan per kapita
dari tahun ke tahun;
d) dapat membandingkan tingkat kemakmuran (standar hidup) antarnegara,
apakah tergolong kelompok rendah, menengah, atau tinggi;
e) dapat digunakan sebagai pedoman pengambilan kebijakan ekonomi bagi
pemerintah;
f) sebagai bahan perencanaan pembangunan di masa mendatang;

9
g) dapat memberikan data-data mengenai kependudukan, seperti jumlah
penduduk, pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, dan penyebaran
penduduk dari tiap daerah.

3.2.3 Tiga Metode Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional yang


Diterapkan Di Indonesia

1) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Nilai


Produksi

Menurut metode ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua


nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh lapangan usaha pada suatu
negara selama satu tahun.
Cara menghitungnya adalah dengan mengalikan jumlah seluruh barang dan
jasa yang diproduksi dalam satu tahun dengan harga satuannya masing-masing.
Jadi, apabila dalam satu tahun ada seratus barang dan jasa, maka seratus
barang dan jasa tersebut harus dikalikan dengan harga satuannya masing-
masing, kemudian dijumlahkan. Y = {(P1 x Q1) + (P2 x Q2) + (P3 x Q3) + ... + (Pn x
Qn)} Yang perlu diingat dalam hal ini adalah jangan sampai melakukan
penghitungan berulang (multiple counting) terhadap suatu jenis barang dan jasa.
Oleh karena itu, yang harus dijumlahkan adalah nilai tambah (value added)
dari barang dan jasa, bukan nilai akhirnya.

2) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran

Menurut metode ini, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua


pengeluaran yang dilakukan oleh semua pelaku ekonomi (rumah tangga,
perusahaan, pemerintah dan masyarakat luar negeri) di suatu negara selama
satu tahun Y = C+I+G+(X-M)
Keterangan:
Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi oleh rumah tangga
I = Investasi oleh perusahaan
G = Pengeluaran pemerintah (konsumsi dan investasi)
X-M = Ekspor neto (nilai ekspor - nilai impor)
Apabila kalian amati dengan teliti, dalam rumus ini investasi oleh
perusahaan tidak disatukan dengan investasi oleh pemerintah, sedangkan dalam
contoh dari BPS yang diberikan sebelumnya kedua investasi tersebut disatukan
dalam komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) dan
Perubahan Stok.

10
Akan tetapi, perbedaan tersebut bukanlah masalah karena pada akhirnya
total pendapatan nasional tetap sama.

3) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan

Menurut metode ini, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua


pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi di suatu negara dalam satu
tahun.
Artinya, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari upah atau gaji,
sewa, bunga, dan keuntungan yang diterima para pemilik faktor produksi.
Pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan dapat dirumuskan
sebagai berikut Y = W + r + i + P

Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
W = Wage (upah atau gaji) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor
produksi tenaga kerja
r = Rent (sewa) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi
tanah, gedung, dan harta tetap lainnya
i = Interest (bunga) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor
produksi modal
P = Profit (keuntungan) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor
produksi kewirausahaan

Dari ketiga metode penghitungan pendapatan nasional tersebut, Indonesia


menggunakan metode penghitungan menurut pendekatan nilai produksi dan
pendekatan pengeluaran.

3.2.4 Pengertian Penerimaan dalam Negeri

Penerimaan dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal


dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak.

a) Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari:
• Pajak penghasilan migas dan nonmigas;
• Pajak pertambahan nilai (PPN) barang dan jasa dan pajak penjualan atas
barang mewah (PPnBM);
• Pajak bumi dan bangunan (PBB);
• Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).
• Cukai;
• Pajak lainnya.

11
b) Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang
berasal dari:
• Bea masuk;
• Pajak/pungutan ekspor.
• Penerimaan negara bukan pajak adalah semua penerimaan yang diterima
negara dalam bentuk:
c) Penerimaan dari sumber daya alam: migas (minyak bumi dan gas alam) dan
nonmigas (pertambangan, perkebunan, pertanian, kehutanan, perikanan,
dan sebagainya);
d) Bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara (BUMN);
e) Penerimaan negara bukan pajak lainnya.

3.2.5 Pengertian Hibah

Hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan


swasta dalam negeri dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar
negeri.

3.2.6 Contoh APBN Indonesia Tahun 2015

12
Anggaran Belanja Negara pada APBN tahun 2015 berjumlah Rp2.039,5 triliun
yang dialokasikan untuk:

1. Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp647,3 triliun


2. Subsidi : Rp414,7 triliun
3. Pembayaran bunga utang : Rp152,0 triliun
4. Transfer ke daerah : Rp638,0 triliun
5. Dana desa : Rp9,1 triliun
6. Belanja lainnya : Rp178,4 triliun

3.3 Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah Daerah


Untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah
harus memiliki pendapatan. Sumber-sumber penerimaan pemerintah daerah
juga cukup beragam. Secara garis besar sumber penerimaan pemerintah daerah
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pendapatan daerah dan pembiayaan.

3.3.1 Pengertian pendapatan daerah

Pendapatan daerah adalah hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang
melalui Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana. Sedangkan
belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang
dialokasikan secara adil dan merata agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
masyarakat tanpa diskriminatif, khususnya pelayanan umum. Anggaran daerah
merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan
publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan
salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan
pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Di dalam APBD
tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-
sumber kekayaan daerah (UU Keuangan Negara, 2002).

3.3.2 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Sumber sumber penerimaan Pemerintahan kota terdiri dari Pendapat Asli


Daerah (PAD) dan Pendapatan dari dana Perimbangan. Berikut adalah diagram
sumber penerimaan pemerintahan kota:

13
A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan
daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah,
dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di
daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta
penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
a) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut oleh daerah-daerah
swatantra, seperti Provinsi, Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya.
Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:
➢ Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah
sebagai pajak daerah.
➢ Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang.
➢ Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang
dan/atau peraturan hukum lainnya.
➢ Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk
membiayai perigeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

b) Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagal pembayaran


pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau mhlik daerah
untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk
Iangsung maupun tidak Iangsung.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah,

14
yakni:
➢ Retribusi dipungut oleh daerah.
➢ Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
Iangsung dapat ditunjuk.
➢ Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau
mengenyam jasa yang disediakan daerah.
c) Bagian Laba BUMD
Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah penerimaan yang
berupa bagian laba bersih dari BUMD, yang terdiri dari laba bank pembangunan
daerah dan bagian laba BUMD lainnya.BUMD secara ideal merupakan salah satu
sumber penerimaan dari sebuah pemerintahandaerah. BUMD adalah sebuah
perwujudan dari peran pemerintah daerah dalam pembangunanekonomi
daerah.
d) PAD lainnya yang sah yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan
dana darurat, dan lain-lain pendapatan.Pendapatan Asli Daerah lainnya
yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
➢ Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.
➢ Jasa giro.
➢ Pendapatan bunga.
➢ Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan
dan/ataupengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

B. Dana Perimbangan

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, “Dana Perimbangan
adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi”. Dana Perimbangan bertujuan
mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan
antar Pemerintah Daerah. Pendapatan dari dana perimbangan terdiri dari :

a) Bagian daerah dari PBB dan BPHTB


➢ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .
➢ Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTP)
b) Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib PajakPerseorangan/Pribadi
c) Bagian daerah dari Sumber Daya Alam

Pada pasal 11 ayat 2 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Dana Bagi Hasil
yang berasal dari sumber daya alam terdiri dari:

15
1) Kehutanan
2) Pertambangan Umum
3) Perikanan
4) Pertambangan Minyak Bumi
5) Pertambangan Gas Bumi
6) Pertambangan Panas Bumi
d) Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana
formula dan perhitungannya ditentukan oleh undang-undang. Penggunaan Dana
Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan
penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian
tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang
kesehatan dan pendidikan.
e) Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus
Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005:107) “Dana Alokasi
Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional”. Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
kegiatan khusus yang dimaksud adalah:
• Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan rumus
alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah tidak sama
dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan
transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi / prasarana baru,
pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta saluran irigasi primer.
• Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

3.3.3 Contoh APBD Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2015

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


RINGKASAN APBD
TAHUN ANGGARAN 2015
PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH 40.355.853.087.978
4.1.1 Pajak Daerah 36.079.102.000.000
4.1.2 Retribusi Daerah 600.000.000.000
4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 600.000.000.000

16
Dipisahkan
4.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah 3.076.751.087.978
DANA PERIMBANGAN 12.760.465.925.000
4.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 12.760.465.925.000
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 7.326.419.771.000
4.3.1 Pendapatan Hibah 4.566.906.100.000
4.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2.759.513.671.000
Jumlah Pendapatan 60.442.738.783.978

BELANJA DAERAH
BELANJA TIDAK LANGSUNG 24.760.911.186.368
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 19.311.408.500.000
5.1.2 BELANJA BUNGA 46.070.052.873
5.1.4 BELANJA SUBSIDI 940.000.000.000
5.1.4 BELANJA HIBAH 1.681.897.939.896
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 2.312.852.969.000
5.1.7 BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA 401.179.003.960
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 67.502.720.639
BELANJA LANGSUNG 38.889.193.813.632
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 1.786.029.166.755
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 16.659.139.837.041
5.2.3 BELANJA MODAL 20.444.024.809.836
JUMLAH BELANJA 63.650.105.000.000
SURPLUS/(DEFISIT) (3.207.366.216.022)

PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
6.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran 8.545.113.216.022
Sebelumnya
6.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 298.570.000.000
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 8.843.683.216.022
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
6.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 5.627.317.000.000
6.2.3 Pembayaran Pokok Utang 9.000.000.000
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 5.636.317.000.000
PEMBIAYAAN NETTO 3.207.366.216.022

3.3.4 Usaha yang Harus Dilakukan Pemerintah Apabila APBD Defisit

17
Pertama, melakukan efisiensi dan pemotongan mata anggaran yang dinilai
tidak begitu penting pada semua pos belanja daerah termasuk dalam pemberian
alokasi belanja hibah dan belanja bantuan sosial.
Kedua, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), termasuk kegiatan
ekonomi yang selama ini berlangsung tetapi tidak secara signifikan mengisi
pundi-pundi PAD
Ketiga, memperketat pengawasan atas pengelolaan keuangan daerah
dengan melibatkan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah : ”Sistem Informasi
Keuangan Daerah adalah suatu sistem yang mendokumentasikan,
mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan
data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan
sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah” (Pasal 1
ayat 15). Informasi Keuangan Daerah mencakup : APBD dan realisasi APBD;
neraca daerah; laporan arus kas; catatan atas laporan keuangan daerah; Dana
Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan; laporan Keuangan Perusahaan
Daerah; dan data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal
daerah (Pasal 4 ayat 1).
Keempat, tidak melakukan pinjaman kepada bank untuk menutupi defisit
anggaran.
Kelima, melakukan pembatasan jumlah defisit anggaran APBD.

3.4 Keterkaitan Sistem Hukum dan Sistem Politik Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Negara Indonesia

Pembangunan ekonomi dalam sebuah negara pada hakikatnya


membutuhkan tiga hal: predik-tibilitas, fairness, dan efisiensi. Dalam upaya
mencapai tiga hal tersebut di atas maka hukum diberdayakan sebagai sebuah
sarana yang akan mampu mendorong proses-proses dalam pembangunan
ekonomi. Peran hukum menjadi sangat penting ketika pembangunan
memberikan dampak baik dampak kesejahteraan ekonomi, dimana pada hal ini
pertumbuhan ekonomi menjadi barometer keberhasilan sebuah pembangunan
ekonomi sebuah negara, tetapi pada sisi lain keberhasilan pembangunan
ekonomi yang dilihat dari keberhasilan pencapaian pertumbuhan ekonomi
secara sadar mupun tidak juga berdampak sisi demokrastisasi. Demokrasi
acapkali dianggap menjadi sebuah ancaman atas kesuksesan sebuah
pembangunan ekonomi.

18
Konsep pertumbuhan ekonomi pada dasar-nya mengacu pada konsep
pertumbuhan ekonomi yang diterapkan formulasinya oleh Max Weber. Formula
yang dikembangkan oleh Max Weber membutuhkan hukum sebagai salah satu
landasan pembangunan industrialisasi di Eropa. Menurutnya peranan hukum
dalam pembangunan setidaknya harus mampu menciptakan lima kondisi yaitu
Stability, Predictibality, Fairness, Education, dan The special development
abilities of the lawyers.

Diperlukannya predictibility (prediktibilitas) adalah ketika sebuah negara


dimana masyarakatnya berada dalam tahap memasuki tahapan pemba-ngunan
ekonomi dari masa masyarakat tradisional. Tahapan ini menunjukkan terjadinya
masa transisi masyarakat dari kondisi masyarakat tradisional menuju masyarakat
industri. Pada masa ini hukum juga berperan untuk menjadi penyeimbang dan
harus mampu mengakomodasi kepentingan para pihak yang berkompetisi dalam
bidang ekonomi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah
dalam arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan
yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan
pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan sebagainya. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Belanja negara terbagi menjadi dua bagian yaitu pusat dan daerah Belanja
Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Daerah, adalah belanja yang
dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan
APBD daerah yang bersangkutan. Sumber-sumber Penerimaan Negara
Penerimaan Dalam Negeri meliputi pajak, terbagi menjadi pajak pusat dan
daerah, retribusi, Keuntungan BUMN/BUMD, Denda dan Sita, Pencetakan Uang,
Pinjaman, Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah, serta Penyelenggaraan Undian
Berhadiah . sedangkan penerimaan dari luar negeri berupa pinjaman proyek dan
pinjaman progam. Jenis penerimaan negara terbagi menjadi tiga berdasarkan
institusi yang menanganinya yaitu penerimaan pemerintah pusat, penerimaan
pemerintah daerah propinsi, penerimaan pemerintah daerah kabupaten/kota.

19
Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ada enam fungsi
APBD yang wajib diterapkan dalam setiap penyusunan APBD yaitu Fungsi
Otorisasi, Fungsi Perencanaan, Fungsi Pengawasan, Fungsi Alokasi dan Fungsi
Distribusi
Terdapat 4 tahapan dalam proses pengelolaan keuangan yaitu :
• Tahap Penyusunan
• Tahap Pelaksanaan
• Tahap Pengawasan
• Tahap Pertanggungjawaban

DAFTAR PUSTAKA

A.R, R. Firman Agung, dkk. 2015. Evaluasi Peranan Kantor Pelayanan Pajak (Kpp)
Pratama Batu Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak. Dalam
Jurnal Perpajakan Vol. 1 No. 1 2015, perpajakan.studentjournal.ub.ac.id.
Program Studi Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.

Admin. 2014. Pengertian Pendapatan. Melalui


http://www.materiakuntansi.com/pengertian-pendapatan-revenue-dalam-
akuntansi/. Diakses pada tanggal 10 April 2016

Admin. 2015. Anggaran Pendapatam Negara Tahun 2015. Melalui


http://jakartagreater.com/anggaran-pendapatan-dan-belanja-negara-
tahun-anggaran-2015/. Diakses pada tanggal 10 April 2016

Bagijo, Himawan Estu. 2011. Pajak Dan Retribusi Daerah Sebagai Sumber
Pendapatan Daerah (Studi Kasus Di Kabupaten/Kota Dan Pemerintah
Propinsi Di Jawa Timur). Dalam Jurnal Perspektif Volume XVI No. 1 Tahun
2011 Edisi Januari.

Bobsusanto. 2015. Pengertian pemerintahan menurut para ahli. Melalui


http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/9-pengertian-
pemerintahan-menurut-para-ahli-lengkap.html. Diakses pada 10 April 2016

20
Ismawanto. 2012. Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat Dan Daerah. Melalui
http://www.ssbelajar.net/2012/03/sumber-penerimaan-dan-
pengeluaran.html. Diakses pada tanggal 10 April 2016

Shodiqin, Ahmad. 2015. Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat Dan Daerah.


Melalui http://www.ilmuekonomi.net/2015/11/sumber-penerimaan-
pemerintah-pusat-dan-pemerintah-daerah.html. Diakses pada tanggal 10
April 2016.

Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Wati, Mega Widiyah. 2015. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Kota Dan


Belanja Daerah. Dalam Makalah Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya.

21

Anda mungkin juga menyukai