Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR TEORI

CYSTOMA OVARY

1. DEFINISI
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung
yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau
setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013) Kista
ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau
setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan, sedangkan ovarium ialah indung telur,
sehingga kista ovarium ialah kantung yang berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang
terletak di indung telur. Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014)
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung cairan. Besarnya
bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga
menimbulkan sesak nafas. (Manuaba, 2009)
Sehingga, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian indung telur dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah, dan cairan
kental.

2. ETIOLOGI
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014). Sedangkan menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada
beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen
protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu
terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya penyakir
kista, dimana kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi
lainnya.
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang olahraga
maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel
jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang
tidak dapat berfungsi dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami
oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan
mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu,
terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang
tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat
dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di
dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam
peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem
kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi,
dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista, walaupun
sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik
sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista
apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress manusia
banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas,
minum alkohol, dan lain-lain.

3. KLASIFIKASI
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat
non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium
yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista dapat didapati
sebagai :
a. Fisiologis (fungsional)
kista ovarium fungsional memiliki karakteristik bersifat jinak dan tidak menyebar ke luar
ovarium. Kista ini terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi atau terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal, umumnya berukuran n <6 cm. Ada
beberapa macam kista fungsional, yaitu :
1) Kista Folikuler
Merupakan jenis tumor jinak ovarium yang paling sering ditemukan. Penyebabnya
yaitu kegagalan proses ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak
diabsopsi kembali.
2) Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdarahan
yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi.
3) Kista Teka Lutein
Jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umunya bilateral dan berisi
cairan jernih kekuningan.
b. Patologis (Neoplastik)
Kista ovarium neoplastik yaitu kista yang pemicunya berkaitan dengan pertumbuhan
abnormal dari sel. Kista ini bersifat jinak juga ganas serta bisa menyebar ke bagian tubuh
lain. kista ovarium neoplastik ini ada beberapa macam, yaitu :
1) Kista Denoma
Kista yang berasal dari luar sel indung telur. Biasanya bersifat jinak, tapi dapat
membesar dan menimbulkan nyeri.
2) Kista Coklat (Endometrioma)
Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
Merupakan jaringan endometrium yang tidak pada tempatnya.
3) Kista Dermoid
Kista ini berisi bagian-bagian tubuh (kulit, kuku, rambut, gigi, lemak). Dapat
dijumpai di kedua indung telur, berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
4) Kista Ovari Senosum
Kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kista 5-15 cm, kista berisi
cairan serosa, jernih kekuningan.
5) Kista Ovari Musinosum
Tumor ini umunya adalah multilokuler dan lobukuslus yang berisi cairan musinosum
bewarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang.
4. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI WANITA
Sistem reproduksi wanita merupakan suatu sistem yang sudah sejak lahir dimiliki oleh
wanita, namun alat reproduksi wanita akan berfungsi sepenuhnya saat seorang wanita
memasuki masa pubertas. Alat reproduksi wanita terdiri dari genitalia internal dan genitalia
external (Oktavelani, D. A., 2019).

a. Genitalia External (Alat Kelamin Bagian Luar)


Genitalia external secara kesatuan disebut vulva atau pudensum. Secara anatomis
genitalia external terdiri dari:

Gambar 4.a Genitalia Externa Wanita

1) Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian yang sedikit menonjol dan bagian yang menutupi tulang
kemaluan (simfisis pubis).
2) Labia Mayora (bibir besar kemaluan)
Labia mayora merupakan bagian lanjutan dari mons veneris yang berbentuk lonjok,
menuju ke bawah dan bersatu membentuk perineum.
3) Labia Minora (bibir kecil kemaluan)
Labia minora merupakan organ berbentuk lipatan yang terdapat di dalam labia
mayora.
4) Klitoris
Klitoris adalah organ bersifat erektil yang sangat sensitif terhadap rangsangan saat
hubungan seksual.
5) Vestibulum
Vestibulum adalah rongga pada kemaluan yang dibatasi oleh labia minora pada sisi
kiri dan kanan, dibatasi oleh klitoris pada bagian atas dan dibatasi oleh pertemuan dua
labia minora pada bagian belakang bawahnya.
6) Himen (Selaput Dara)
Himen merupakan selaput membran tipis yang menutupi lubang vagina.
b. Genitalia Internal (Alat Kelamin Bagian Dalam)
1) Vagina
Vagina adalah muskulo membranasea (otot-selaput) yang menghubungkan rahim
dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan lahir, sebagai sarana dalam hubungan
seksual dan sebagai saluran untuk mengalirkan darah dan lendir saat menstruasi.
2) Uterus (rahim)
Ruang pada rahim (uterus) berbentuk segitiga dengan bagian atas yang lebih lebar.
Fungsinya adalah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin.
3) Tuba Fallopi (oviduk)
Tuba Fallopi (oviduk) adalah organ yang menghubungkan uterus (rahim) dengan
indung telur yang berfungsi sebagai saluran spermatozoa dan ovum.
4) Ovarium (Indung Telur)
Ovarium adalah kelenjar reproduksi utama pada wanita yang berfungsi untuk
menghasilkan ovum (sel telur). Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti
buah kenari berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2
cm x 1 cm dan beratnya 5-8 gram (Wiknjosastro, 2008).

Gambar 4.b Genitalia Internal Wanita


5. PERUBAHAN BENTUK ANATOMI OVARIUM

6. PATOFISIOLOGI
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat rangsangan dari
kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat
diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di
hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel gonadotropin dan merangsang pengeluaran FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone), dimana FSH dan LH
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon
dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal
jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta
menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).

7. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan. Keluhan
biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh yang lain jika
sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar
rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air
besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat menstruasi,
nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus menstruasi tidak teratur,
dan nyeri saat buang air kecil dan besar.
Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian
bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh
dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista (Manuaba, 2009)

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:
a. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogenprogresteron) boleh
ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat yang akan mengurangi
ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen
sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan diatermi
dengan sinar laser.
b. Tindakan Operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu mempertimbangkan
beberapa kondisi antara lain, usia penderita dan ukuran kista. Apabila kista kecil atau
besarnya kurang dari 5 cm pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) tidak terlihat tanda-
tanda proses keganasan, pada kista ini biasa dilakukan operasi dengan laparoskopi dengan
cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan
kecil pada dinding perut. Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan
kista dengan laparotomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Pada teknik ini
kista dapat diperiksa atau uji patologi apakah mengalami proses keganasan (Nugroho,
2010). Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui
apakah tumor ganas atau tidak. Jika keadaan meragukan perlu dilakukan pemeriksaan
sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh ahli patologi. Apabila kista mengalami
proses keganasan maka pembedahan dilakukan dengan cara mengangkat ovarium dan
saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe atau biasa disebut dengan tindakan
histerektomi atau salpingo-ooforektomi bilateral (Kenny & Helen, 2017).
9. TEHNIK INSTRUMENTASI
A. PERSIAPAN PASIEN
1) Pasien harus puasa
2) Harus ada persetujuan operasi (informed consent)
3) Daerah/lokasi operasi
4) Foto rontgen (k/p), hasil laboratorium, hasil EKG
5) Vital sign dalam batas normal
6) Transfusi darah yang siap pakai

B. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1) Meja Mayo
2) Meja Instrument
3) Meja operasi
4) Mesin anastesi
5) Mesin diatermi
6) Mesin electro surgery unit / couter
7) Plat diatermi
8) Standart infus
9) Lampu operasi
10) Tempat sampah medis
11) Gunting verband

C. PERSIAPAN ALAT INSTRUMEN


MEJA MAYO
1) Handvant mess (Scalpel and handle) no. 4 : 1 buah
2) Gunting Metzenboum (Metzenboum scissor) : 1 buah
3) Guntung jaringan kasar (Surgical scissor) : 1 buah
4) Pinset Anatomis (Tissue forceps) : 1 buah
5) Pinset Anatomis Manis : 1 buah
6) Pinset Cirurgis (Dissecting forceps) : 2 buah
7) Desinfeksi Klem (Washing and dressing Clamp) : 1 buah
8) Duk Klem (Towel Clamp) : 5 buah
9) Pean Bengkok Sedang : 2 buah
10) Pean Bengkok Besar : 4 buah
11) Kocker bengkok klem (Delicate hemostatic forcep kocher ): 2 buah
12) Histerectomy klem lurus (Histerectomy forcep straight) : 2 buah
13) Nalvoeder (Needle Holder) : 2 buah
14) Gunting Benang (Surgical Scissor Straight) : 1 buah
15) Ring klem u/ stil depres : 2 buah
16) Peritoneum klem : 4 buah
17) Histerektomy klem bengkok/klem kuat : 2 buah
18) Langenbeck : 1 buah
19) Double langenbeck (US Army refractor) ricakson : 1 buah
20) Haak dalam : 1 buah
21) Canule Sution : 1 buah
22) Jarum Round besar/ sedang/ Cutting : 1/1/1 buah
23) Klem 900 : 1 buah
24) Timan : 1 buah

MEJA INSTRUMEN
1) Scort Steril : 6 buah
2) Doek besar : 2 buah
3) Doek sedang : 2 buah
4) Doek kecil : 2 buah
5) Sarung meja mayo : 1 buah
6) Handuk steril : 5 buah
7) Kom kecil : 1 buah
8) Kom sedang : 1 buah
9) Bengkok kecil : 1 buah
10) Bengkok sedang : 1 buah

BAHAN HABIS PAKAI


1) Handscoen steril sesuai ukuran : secukupnya
2) Paragon mess no.22 :1
3) Aquadest 1 Lt :1
4) Underpad on/steril : 1/3
5) Alkohol : 25 ml
6) Providon Iodin : 100 ml
7) Sufratule :1
8) Hypafix : secukupnya
9) Kasa sedang/big kasa : 30/2
10)Deepers : 5 buah
11) Benang: catgut plain 1 :1
ziede 1 / 2.0 : 1/1
vichril 0 :1
PGA :1
premielen 3-0 :1
12) Catheter 16 / urobag / spuit 10 cc : 1/1/1
13) Conection tube :1

D. TEHNIK INSTRUMENTASI
(Sign In)
1) Pasien datang cek register, lembar persetujuan / inform consent px.
2) Pasang U pad dibawah punggung pasien
3) Setelah pasien mendapat general anestesi pasien diposisikan supinasi.
4) Pasang kateter sesuai ukuran dan arde couter.
5) Lakukan disinfeksi pada lap operasi dengan chlorhexidine cuci dan keringkan dengan
kassa kering steril, dilakukan oleh perawat sirkuler.
6) Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving, kemudian
membantu operator dan asisten untuk memakai handuk, baju steril dan sarung tangan
steril.
7) Berikan disinfeksi klem dan deepers kepada asisten untuk melakukan antisepsis.
8) Lakukan drapping area operasi dengan memberikan U.pad steril diatas simfisis pubis,
doek besar untuk bawah dan atas, doek sedang untuk samping kanan dan kiri, fiksasi
dengan memberikan doek klem , doek kecil di atas simfisis pubis.
9) Meletakkan selang suction dan couter di atas doek steril dan memfiksasi dengan kassa
dan doek klem, cek fungsi kelayakan alat (couter dan selang suction).
(Time Out)
1) Memberikan pinset cirurgis kepada operator dan asisten untuk menandai daerah insisi
2) Beri Handvat mess no 22 dan pinset cirurgis kepada operator untuk incici kulit.
3) Mosquito klem dan pinset cirugis + kassa kering kepada asisten lalu mulai dilakukan
insisi, rawat perdarahan dengan coutter dan suction.
4) Incici diperdalam dari fat sampai tampak fasia dengan coutter, rawat perdarahan.
5) Berikan gunting kasar dan pinset chirurgis kepada operator untuk memperlebar fasia
6) dan berikan pinset chirurgis dan langen beck kepada asisten untuk memperluas lapang
pandang operasi.
7) Fasia dilebarkan hingga tampak musculus dectus abdominalis, otot di split/dibuka secara
tumpul dengan menggunakan bokong pinset sampai kelihatan peritonium.
8) Berikan pinset anatomis dan gunting matzenboum kepada operator untuk membuka
peritonium (k / p berikan peritonium klem untuk menjepit peritonium pada kedua sisi
dan diperlebar mengikuti garis insisi kulit dengan gunting matzenboum).
9) Berikan big kass (basah) untuk menyisihkan dan melindungi usus, dan memberikan haak
besar untuk membebaskan lapang pandang.
10) Operator mengidentifikasi bentuk uterus, ukuran, adanya perlengketan, bila ada
perlengketan bebaskan dengan pincet anatomis dan metzenbaum.
11) Memberikan klem panjang pada operator untuk menjepit ligamentum rotondum dan
potong diantara 2 klem dengan metzemboum, lakukan pada sisi kontra lateralnya.
12) Berikan klem panjang 2 ,gunting kasar untuk memotong tunel avaskular. Untuk
jaringan yang ditinggal jahit dengan vicryl 0, jaringan yang dibuang dengan zide 1
(ikat), setelah itu lepaskan kedua klem. Lakukan pada sisi kontra lateralnya juga.
13) Dilanjut menyusuri ligamentum latum untuk dipotong siapkan histetrektomi klem
bengkok dan gunting kasar kemudian jahit dengan vicryl 0
14) Ligamentum sacrocevacalis dan purbocervikalis ditelusuri sampai setinggi portio s/d
1/3 vagina atas kemudian diklem dengan klem kuat bengkok dan dipotong dengan
couter. Berikan vicryl 0 untuk meligasi jaringan yang ditinggal dan zide 1 ikat untuk
jaringan yang dibuang, setelah itu lepaskan klem kuat.
15) Berikan gunting jaringan pada operator untuk memotong uterus sampai 1/3 vagina atas,
asisten diberi kocher panjang untuk memjepit vagina stump dan diberikan kassa alkohol
menggunakan pinset anatomis untuk memasukkan ke dalam vagina.
16) Berikan vicryl 0 dan pinset chirurgis kepada operator untuk menjahit sudut kanan kiri
pada vaginal stump dan dengan benang yang sama dilakukan penutupan vaginal stump
dan berikan klem pean untuk menjepit benang.
17) Evaluasi dan rawat perdarahan, siapkan pinset anatomis cantik dan stil deppers serta
couter.
18) Berikan klem pean (cantik) panjang untuk merawat pedarahan dari retro.
19) Mengeluarkan big kass dari rongga peritonium dan pastikan tidak ada sesuatu yang
tertinggal (inventarisasi kasa dan alat).
20) Berikan peritonium klem (4) untuk menjepit sisi peritonium (atas, bawah, samping
kanan dan kiri).
21) Menyiapkan cairan NS hangat untuk mencuci rongga abdoment dan berikan steal
deppers dan suction. Pastikan tidak ada perdarahan aktif.

(Sign Out)
1) Melakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis.
 Peritonium dengan plain 1 (jarum round sedang) + pinset anatomis.
 Musculus dan fasia dengan PGA + pinset cirurgis
 Lemak dengan plain 1 (jarum cutting) + pinset cirurgis.
 Kulit dengan premielene 3-0 + pinset cirurgis
2) Setelah selesai dijahit bersihkan luka dengan kassa basah dan kassa kering, kemudian
beri sufratule dan tutup dengan hipavik.
3) Melakukan vaginal toucher untuk mengambil kassa alkohol melalui vagina.
4) Operasi selesai dan rapikan pasien.
5) Perawat instrumen menginventaris alat – alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi,
kemudian mencuci dan menata kembali alat – alat pada instrumen set (yang akan
disteril) serta merapikan kembali ruangan.

Mengetahui,
Pembimbing OK 5

( )
DAFTAR PUSTAKA

Andang, Tantrini. 2013. 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta : Rapha Publishing
Nugroho, Taufan. 2014.Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.Yogyakarta: Nuha Medika.
Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor: IN
MEDIA
Manuaba, Ida dkk.. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Oktavelani, D. A. (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. I Dengan Diagnosa Medis
Kista Ovarium+ Post Operasi TAH–BSO+ Adhesiolisis+ IUD Missing Tail Hari Ke 1
Di Ruang E2 Rumah Sakit Dr. Ramelan Surabaya. Doctoral Dissertation, Stikes Hang
Tuah Surabaya.
Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Mediaction Publishing.
Nugroho, T. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, T. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika
Kenny, L., & Helen, B. (2017). Gynaecology by Ten Teachers. United State of America : CRC
Press. ta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai