FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL KARIMIYAH SAWANGAN
KOTA DEPOK
2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb.
Puji syukur atas khadirat ALLAH SWT,yang senantiasa melimpahkan
berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis,tidak lupa sholawat
beserta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar kita Nabi
Muhammmad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahilyah sampai
zaman yang terang benderang yaitu agama islam.sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama
penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini khusunya kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Agama namun tidak lepas dari semua itu ,penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.Oleh karna itu penulis
mengharapkan bagi pembaca untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis
sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
memberikan inspirasi dan wawasan bagi kita semua.
ii
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang…………………………………………………………............................
1
B.Rumusan Masalah
……………………………………………………..........................2
C.Tujuan Masalah
…………………………………………………………..........................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Faktor Sosial Dalam
Agama……………………………………………....................3
Kesimpulan…………………………………………………………………............
....................19
Daftar Pustaka
……………………………………………………………..............................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam
kontruksi pribadi.
Disini kami akan membahas secara mendalam factor-faktor sosial dalam agama
dan bagaimana kriteria orang yang agamanya sudah matang atau mendalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi terjadi dalam waktu yang
tidak terlalu lama disebut dengan inovasi. Proses tersebut meliputi adanya suatu
3
penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan yang baru yang tersebar ke lian-lain
bagian masyarakat dan cara-cra unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari
dan akhirnya dipakai dalam masyarakat bersangkutan.
4
masayarakat dapat diteruskan dan disebarkan kepada masyarakat luas sampai
umat manusia di dunia dapat menikmti kegunaannya.
Adanya sikap menghargai hasil karya seseorang merupakan pendorong bagi usaha
penemuan-penemuan baru.
Sistim terbuka memungkinkan adanya gerak sosial yang vertikal yang luas atau
memberi kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemauan sendiri.
Dalam keadaan yang demikian pada umumnya orang akan berkomptensi untuk
menjadi orang yang berhasil, akan terjadi proses identifiksi diri derngan warga-
warga yang mempunyai status tinggi sehingga dia berharap berkedudukan sama
dengan orang atau golongan yang dianggap lebih tinggi tersebut.
Pada masyrakat yang terdidiri dari kelompok sosial yang mempunyai latar
belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadinya
pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan-kegoncangan,
keadaan ini juga menjadi pemicu terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam
masyarakat.
5
i. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Dalam hal ini pandangan Islam terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
masyarakat tersebut bisa dilihat dari aspek hukum ajaran Islam memberikan
dasar-dasar hukum bagi terjadinya perkembangan. Ijtihad dipandang sebagai
institusi yang memiliki otoritas bagi perubahan dan penetapan hukum bersamaan
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Bagi agama Islam perubahan
merupakan salah satu kebutuhan manusia, oleh karena itu hukum-hukum yang
bersifat tetap hanya terdapat dalam masalah ubudiyah ritual saja, sedangkan
urusan muamalah atau hubungan sosial yang menjadi bagian dari ibadah selain
ritual bersifat terbuka. Konsep ijtihad sebagai proses penetapan hukum baru dalam
Islam merupakan bukti bahwa agama Islam bersifat terbuka terhadap perubahan
karena hasil-hasil ijtihad yang diiakukan para ahli akan mendorong terjadinya
perubahan sosial dalam masyarakat.
Perubahan sosial yang dikehendaki ajaran Islam adalah perubahan yang memiliki
dan mengutamakan nilai-nilai, yaitu perubahan dari suatu yang kurang baik
menjadi baik atau yang baik menjadi lebih baik dan segala bentuk perubahan yang
terjadi di berbagai bidang harus sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.1
1
Soerjono soekanto,sosiologi suatu pengantar (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007)hlm.190
6
2. Kriteria Orang Yang Matang Dalam Beragama
2
Zakiyah Daradjat, ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), p. 10.
3
Gordon Willard Allport, The Individual And His Religion: A. Phychological Interpretation (New
York:The Macmillan Co, 1950), p. 232
4
Jallaludin, Psikologi Agama Memahami Prilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), p.125
7
Kematangan beragama diwujudkan dalam bentuk keimanan, karena hakikat
beragama adalah keimanan. Iman sebagai motif dasar, ditandai adanya sikap
berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan dan mengakui kebenarannya.
Kepatuhan dalam menjalankan ajarannya, baik yang bebrbentuk perintah maupun
larangannya. Fenomena tersebut berkaitan dengan kriteria kematangan
keagamaan. Yahya menjelaskan orang-orang yang beriman adalah orang yang
menjadikan ridho sang pencipta sebagai tujuan tertinggi dalam kehidupan, dan
mereka berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.5
Menurut William James, sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui
pada mereka yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang
terganggu. Maksudnya orang tersebut meyakini suatu agama akan melaksanakan
ajaran agama tidak didasarkan atas kematangan beragama yang berkembang
secara bertahap sejak usia kanak-kanak hingga menginjak usia dewasa seperti
lazimnya yang terjadi pada perkembangan secara normal.6
Mereka meyakini suatu agama dikarenakan oleh adanya penderitaan batin antara
lain mungkin diakibatkan oleh musibah, konflik batin ataupun sebab lainnya yang
sulit diungkapkan secara ilmiah.
5
Harun Yahya, Semangat dan Ghairah orang-orang Beriman (Surabaya: Risalah Gusti, 2003),
p.152
6
Yuminah Rohmatullah,, Psikologi Agama (Yogyakarta:Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA 2017), hlm. 56.
8
Latar belakang itulah yang kemudian menyebabkan perubahan sikap yang
mendadak terhadap keyakinan agama. Mereka beragama akibat dari suatu
penderitaan yang mereka alami sebelumnya.
1. Tempramen
2. Gangguan jiwa.
Orang yang mengidap gangguan jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan
tingkah lakunya.tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang
ditampilkannya tergantung dari gejala gangguan jiwa yang mereka idap.
3. konflik keraguan
9
merasa tersisih dari curahan rahmat Tuhan. Perasaan ini mendorongnya untuk
lebih mendekatkan diri kepada tuhan serta berupaya mengabdikan diri secara
sungguh-sungguh. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam sikap
keagamaan pada dirinya.
Faktor ekstern yang diperkirakan turut mempengaruhi sikap keagamaan secara
mendadak adalah :7
a) Musibah
Terkadang musibah yang serius dapat mengguncangkan kejiwaan seseorang.
Keguncangan jiwa ini sering pula menimbulkan kesadaran pada diri manusia
berbagai macam tafsiran. Bagi mereka yang semasa sehatnya kurang memiliki
pengalaman dan kesadaran agama yang cukup, umumnya menafsirkan musibah
sebagai peringatan Tuhan kepada dirinya.
Tafsiran seperti itu tak jarang memberi wawasan baru baginya untuk kembali
hidup ke jalan agama, sehingga makin berat musibah yang dialaminya maka akan
semakin tinggi ketaatannya kepada agama. Bahkan mungkin pula mereka yang
mengalami peristiwa semacam itu akan menjadi penganut agama yang fanatik.
b) Kejahatan
Mereka yang menekuni kehidupan di lingkungan dunia hitam, baik sebagai pelaku
maupun sebagai pendukung kejahatan, umumnya akan mengalami keguncangan
batin dan rasa berdosa. Perasaan itu mereka tutupi dengan perbuatan yang bersifat
kompensasif,
seperti melupakan sejenak dengan menenggak minuman keras, judi maupun
berfoya-foya. Namun upaya untuk menghilangkan keguncangan batin tersebur
sering tidak berhasil. Karena itu jiwa mereka menjadi labil dan terkadang
dilampiaskan dengan tindakan yang brutal, pemarah, mudah tersinggung dan
berbagai tindakan negatif lainya.
Perasaan seperti itu biasanya menghantui terus menerus diri sendiri hingga
menyebabkan hidup mereka tidak pernah mengalami ketenangan dan
ketentraman. Sesekali mungkin saja timbul perasaan kemanusiaannya yang fitri
7
Yuminah Rohmatullah,, Psikologi Agama (Yogyakarta:Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA 2017), hlm. 57.
10
seperti kasih sayang, menyesal, dan merasa berdosa sebagai akibat karena
kehilangan harga diri serta dikucilkan masyarakat.
Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang mengalami kelainan kejiwaan itu
umumnya cenderung menampilkan sikap sebagai berikut8 :
a. Pesimis
Dalam mengamalkan ajaran agama mereka cenderung bersikap pasrah diri kepada
nasib yang telah mereka terima. Penderitaan yang mereka alami menyebabkan
peningkatan ketaatannya.
b. Introvert
Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif. Segala marabahaya dan
penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang telah
diperbuat.
c. Menyenangi paham yang ortodoks
Sebagai pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasif.
Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang lebih
konservatif dan ortodoks.
d. Mengalami proses keagamaan secara non-graduasi
Proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama umumnya tidak b berlangsung
melalui prosedur yang biasa. Tindak keagamaan yang mereka lakukan didapat
dari proses pendadakan dan perubahan secara tiba-tiba.
8
bid. Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2009 (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2009). Hal. 128.
9
Yuminah Rohmatullah,, Psikologi Agama (Yogyakarta:Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA 2017), hlm. 59.
11
diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan dianggap
sebagai keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak beranggapan sebagai
peringatan Tuhan terhadap dosa manusia.
b. Ekstrovet dan tak mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini menyebabkan
mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai
ekses religiusitas tindakanya.
Mereka selalu berpandangan keluar dan membawa suasana hatinya lepas dari
kungkungan ajaran keagamaan yang terlampau rumit. Mereka senang kepada
kemudahan dalam melaksanakan ajaran agama. Sebagai akibatnya mereka kurang
senang mendalami ajaran agama. Dosa mereka anggap sebagai akibat perbuatan
mereka yang keliru.
c. Menyenangi Ajaran Ketauhidan yang Liberal
Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka mereka cenderung:
1. Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku.
2. Menunjukan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas.
3. Menekankan ajaran cinta kasih daripada kemurkaan dan dosa.
4. Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.
5. Tidak menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan.
6. Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama.
7. Selalu berpandangan positif.
8. Berkembang secara graduasi.10
Walaupun keberagamaan orang dewasa ditandai dengan keteguhan dalam
pendirian, ketetapan dan kepercayaan, baik dalam bentuk positif, maupun negatif,
namun dalam kenyataan yang ditemui masih banyak juga orang dewasa yang
berubah keyakinan dan kepercayaan. Perubahan tersebut bisa saja kearah ketaatan
beragama atau sebaliknya.
10
Ibid. Jalaludin. Psikologi Agama. Hal. 132-134.
12
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang
yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama
pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan :
1. Mereka yang khusyu' shalatnya
2. Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna
3. Menunaikan zakat
4. Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah
5. Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain)
6. Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya
7. Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)
8. Merendahkan diri dan bertawadhu
9. menghidupkan malamnya dengan bersujud (Qiyamullail)
10. selalau takut dan meminta ampunan agar terhindar dari jahanam
11. membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir
12. Tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh, tidak berzina
13.Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia,
memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa
(QS. Al - Furqan : 63 - 67)
13
Dengan demikian petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada seseorang yang
beragama Islam agar dia menjaga lidah dan tangannya sehingga tidak
mengganggu orang lain, demikian juga dia menghormati tetangganya, saudara
sesama muslim dan sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Ringkas kata, dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur'an dan mengikuti contoh
praktek Rasulullah SAW, sehingga dia betul-betul menjaga hubungan "hablum
minallah " (hubungan vertikal) dan "hablum minannaas" (hubungan horizontal).
Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang
adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada
empat, menurut Ali r.a. :
a. Mengamalkan isi Al-Qur'an
b. Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai
dengan perintah Nya
c. Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun
terasa sedikit
d. Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan
kualitas keimanan dan amal saleh
14
c. Terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk
memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-
Qur'aniyah (firman-Nya)
d. Terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan
kepada allah, senang atau benci, marah atau rela, semuanya karena Allah.
e. Terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas
pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis,
menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai
akhlak mulia
f. Terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk
sosial, dia harus memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan
aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya,
kegotang-royongannya, dan lain-lain
g. Terbina kemauannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke
arah yang distruktif tetapi justru diarahkan sesuai dengan kehendak Allah.
Kemauan yang mendorongnya selalu beramal shaleh
h. Terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak
badan untuk ketaatan kepada Allah karena Rasulullah SAW bersabda :
"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada
mukmin yang lemah " (HR. Ahmad)
i. Terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang
dihalalkan Allah SWT sehingga dapat menghasilkan keturunan yang
shaleh dan bermanfaat bagi agama dan negara.
Demikian secara ringkas kami paparkan kriteria ideal untuk mengetahui dan
mengukur sejauh mana kematangan beragama Islam seseorang. Sengaja kami
batasi agama Islam karena pembahasan ciri-ciri beragama secara umum terlalu
luas. Dan perlu kita ingat dalam kondisi masyarakat yang komplek dengan
problematika kehidupannya, maka sungguh orang yang beragamalah yang akan
terhindar dari penyakit stress
15
F. Faktor Penghambat Kematangan Beragama
2. Faktor Luar
Faktor luar yaitu beberapa kondisi dan situasi lingkungan yang tidak banyak
memberikan kesempatan untuk berkembang malah menganggap tidak perlu
adanya perkembangan dari apa yang telah ada.
BAB III
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan sosial yang dikendaki ajaran islam adalah perubahan yang memiliki
dan mengutamakan nila-nilai, yaitu perubahan dari suatu yang kurang baik
menjadi baik dan segala bentuk perubahan yang terjadi diberbagai bidang harus
sesuai dengan norma-norma ajaran islam
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang
yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama
pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan : Mereka yang
khusyu' shalatnya, Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna,
Menunaikan zakat, Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah,
Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain),
Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya, Memelihara shalatnya (QS. Al-
Mu'minun : 1 - 10), Merendahkan diri dan bertawadlu', Menghidupkan malamnya
dengan bersujud (Qiyamullail), Selalu takut dan meminta ampunan agar terjauh
dari jahanam, Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula
kikir, Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina, Suka bertaubat,
tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan
Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan :
63 - 67)
DAFTAR PUSTAKA
17
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007)
Zakiyah Darajat Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta: Bulan Bintang, 2005)
gordon Willard Allport, The Individual And His Religion: Aphychological
Interpretation ( New York: The Macmillan CO, 1950)
Jallaludin, Psikologi Agama Memahami Prilaku dengan Mengaplikasikan
prinsip-prinsip Psikologi ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)
Harun Yahya, Semangat dan Ghairah Orang-Orang Beriman (Surabaya:
Risalah Gusti, 2003)
Yuminah Rohimatullah, Psikologi Agama (Yogyakarta grup penerbitan CV
Budi Utama 2017)
Jallaludin Psikologi Agama Ediai Revisi 2009 (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2009)
18