Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO SELATAN

DINAS KESEHATAN
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JARAGA SASAMEH
Jalan Patianom Nomor 6 Buntok Kode Pos 73711 Kalimantan Tengah
Telepon (0525) 21261Faksimile (0525)21021
Website : http://rsud-jaragasasameh.barselkab.org/rsud-buntok
Email : rsud.jaragasasameh.buntok@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JARAGA SASAMEH


KABUPATEN BARITO SELATAN
Nomor : 54/SK/DIR/RSUD.JS/IV/2018

TENTANG
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JARAGA SASAMEH BUNTOK

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JARAGA SASAMEH

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


RSUD Jaraga Sasameh Buntok perlu adanya
pelayanan yang menyeluruh dan teintergrasi yang
bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan RSUD Jaraga Sasameh
Buntok terlaksana dengan baik, perlu adanya
peraturan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan
Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan
RSUD Jaraga Sasameh Buntok sebagai landasan bagi
penyelenggaraan seluruh pelayanan di RSUD Jaraga
Sasameh Buntok;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas
perlu adanya penetapan kebijakan dalam bentuk
Surat Keputusan Direktur RSUD Jaraga Sasameh
Buntok;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
131/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Standar
Pelayanan Kesehatan Nasional;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1087/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Standar
Pelayanan Intensif Care Unit.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Keputusan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Akses ke


Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan RSUD Jaraga
Sasameh Buntok.

KEDUA : Memberlakukan Pedoman sebagaimana terlampir dalam


Surat Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


RSUD Jaraga Sasameh Buntok dilaksanakan oleh
Manajemen Pelayanan RSUD Jaraga Sasameh Buntok.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Buntok
Pada Tanggal 26 April 2018

RSUD JARAGA SASAMEH


Direktur,

dr. LEONARDUS P. LUBIS, Sp.OG


Penata Tk. I, III/d
NIP. 19730522 200501 1 012
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD JARAGA SASAMEH

NOMOR : 54/SK/DIR/RSUD.JS/IV/2018
TANGGAL : 26 APRIL 2018
TENTANG : KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN AKSES KE
RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH JARAGA SASAMEH BUNTOK

Pelayanan yang berseragam :


1. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai tidak tergantung/tidak
membeda-bedakan atas bangsa, suku, agama dan social ekonomi.
1. Akses untuk asuhan dan pengobatan, yang memadai, yang diberikan oleh
praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu
tertentu.
2. Ketetapan (acuity) mengenali kondisi pasien, menentukan alokasi sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
3. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anastesi)
sama di seluruh rumah sakit (sesuai standar).
4. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang berstandar.
5. Pelayanan berlaku untuk semua masyarakat sesuai alur prosedur yang ada
di RS.
6. Pembiayaan pelayanan di RSUD Jaraga Sasameh Buntok sesuai dengan tarif
perda yang berlaku dan Jamninan Kesehatan Nasional, Jaminan Kesehatan
Provinsi serta Jaminan Kesehatan Daerah.
7. Setiap pasien tidak terkecuali berhak mendapatkan asuhan medis, asuhan
keperawatan dan asuhan gizi sesuai prosedur.
8. Rencana asuhan pasien dicatat dalam rekam medis pasien dalam CPTT
(catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) dalam bentuk kemajuan terukur
oleh pemberi pelayanan sesuai format SOAP (subjektif Objektif Assesment
Planning).
9. Setiap pemberian asuhan oleh PPA (Profesi Pemberi Asuhan) harus tertulis
dan ada validasi /verifikasi dalam rekam medis oleh DPJP.
10. Semua permintaan pemeriksaan diagnostik imaging (Radiologi) dan
pemeriksaan laboratorium klinik harus tertulis dalam formulir yang sudah
ada termasuk indikasi klinis oleh DPJP.
11. Semua tindakan yang sudah diberikan kepada pasien harus tercatat dalam
rekam medis dan dientrykan dalam SIMRS dan Billing System.
12. Setiap pasien dan keluarga berhak mendapatkan informasi tentang hasil
asuhan dan pengobatan baik yang diharapkan maupun yang tidak
diharapkan sesuai prosedur.

Pelayanan Instalasi :
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium
dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam, Pelayanan Rawat Jalan sesuai
dengan jadwal Praktik Dokter.
1. Pendaftaran Rawat Jalan dilaksanakan hari Senin s/d Kamis jam 08.00-
11.00 WIB. Pendaftaran hari Jum’at 08.00-10.00 WIB, Sabtu 08.00 s/d 10.30
WIB.
2. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan didalam jam kerja, dan dilanjutkan
dengan sistem on call
3. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
4. Seluruh Staf harus bekerja sesuai dengan standart Profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang berlaku.
5. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Skrining dan Triase :
1. Skrining dilakukan untuk menilai apakah rumah sakit mampu menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan pasien serta konsisten dengan misi rumah sakit.
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani di RS.
2. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik atau diagnostic imajing
sebelumnya.
3. Skrining penerimaan pasien masuk rawat inap sesuai kebutuhan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif, rehabilitatif dengan memprioritaskan sesuai dengan
urgency dan kebutuhan pasien
4. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.
5. Triase IGD dilakukan oleh Dokter jaga IGD atau perawat penanggung jawab
shift.
6. Pasien tidak dirawat, tidak dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil
tes yang dibutuhkan.

Pendaftaran
1. Setiap pasien yang masuk ke RSUD Jaraga Sasameh, baik pasien rawat jalan,
rawat IGD dan rawat inap mendaftarkan diri secara langsung ke tempat
pendaftaran pasien.
2. Apabila kondisi pasien diperlukan observasi, maka pasien dan atau keluarga
pasien akan diinformasikan dan akan menahan pasien untuk observasi.
3. Apabila tempat tidak tersedia, maka admisi akan penyampaikan beberapa
alternative solusi kepada pasien dan atau keluarga pasien.
4. Saat admisi, pasien/ keluarga pasien diberitahukan tentang hak dan
kewajiban, perkiraan biaya, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
rumah sakit/ruangan yang tercantum dalam general consent.

Alur
1. Untuk menghindari penumpukan di instalasi gawat darurat, pasien paling
lama boleh berada di IGD selama maksimal 6 jam, kemudian ditentukan
apakah pasien rawat inap ataupun rawat jalan.
2. Untuk di instalasi rawat jalan, pasien dengan infeksi airborne disease
(misalkan TB), menggunakan alur khusus, dimana ruangan pemeriksaan
klinik paru tidak berhubungan langsung dan terpisah dengan Instalasi Rawat
Jalan.
3. Pada Instalasi Rawat Jalan, pasien dengan diagnosis TB/suspek TB akan
mendapatkan masker di bagian pendaftaran.
4. Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti penerimaan, asesmen
dan tindakan, transfer pasien, serta pemulangan) dilaksanakan agar dapat
mengurangi penundaan asuhan kepada pasien.
5. Komponen dari pengelolaan alur pasien meliputi:
a. ketersediaan tempat tidur rawat inap, yang dapat diketahui saat admisi.
Apabila tidak tersedia, maka dapat diberikan alternative untuk dititip di
ruangan lain sampai tempat tidur rawat inap yang sesuai dengan
kelasnya tersedia kembali.
b. perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis,
dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien.
Apabila ruangan tidak tersedia sama sekali, maka rumah sakit akan
menyediakan tempat khusus dengan segala daya yang dimiliki secara
optimal.
c. perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat. Kepala
Ruangan, Penanggung Jawab Ruangan, Manajemen serta Case Manager
bersama-sama mencari jalan keluar serta menetukan perencanaan tenaga
tambahan untuk menghadapi penumpukan pasien.
d. alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan
(seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi, dan unit
pasca-anestesi);
e. efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada
pasien (seperti kerumahtanggaan dan transportasi). Pelayanan
transportasi maksimal 1 jam sejak permintaan transportasi diajukan.
f. pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien;
g. akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial,
keagamaan atau bantuan spiritual).

Kriteria masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit:


1. Sistem ICU di RSUD Jaraga Sasameh adalah sistem semi terbuka.
2. Pasien yang akan masuk ICU terdiri dari pasien dengan prioritas:
a. Prioritas 1
Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
dan monitoring yang tidak bisa dilakukan di ruang rawat inap yang lain
b. Prioritas 2
Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan
terapi intensif dan monitoring
c. Prioritas 3
Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani
terapi untuk kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau
resusitasi jantung paru
d. Prioritas 4
Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke ICU, Pasien stase
terminal dan irreversible
3. Kriteria pasien masuk ICU:
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif terus menerus, terapi invasive
dan pemantauan atau non invasive
4. Kontra indikasi pasien masuk ICU:
Pasien mati batang otak, menolak bantuan hidup, secara medis tidak ada
harapan untuk disembuhkan lagi (stadium terminal)
5. Indikasi pasien keluar ICU:
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi
intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek
jelek.

Transfer / Perpindahan di dalam Rumah Sakit :


1. Transfer dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.
1. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.
2. Pemindahan pasien antar ruang pelayanan harus dilengkapi dengan form
transfer pasien;
3. Form transfer pasien sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Indikasi pasien dirawat;
b. Riwayat kesehatan;
c. Pemeriksaan fisik;
d. Pemeriksaan diagnostik;
e. Diagnosis;
f. Prosedur yang telah dilakukan;
g. Obat yang telah diberikan;
h. Keadaan pasien saat dipindahkan.
Transfer keluar rumah sakit/rujukan :
1. Stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk.
1. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik.
2. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan
berkelanjutan.
3. Rujukan menunjukkan siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan
serta pembekalan, obat medikamentosa dan peralatan apa yang dibutuhkan
selama transportasi.
4. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat
darurat dan tertulis di formulir rujukan.
5. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima.
6. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
7. Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas pasien;
b. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang) yang telah dilakukan;
c. diagnosis kerja;
d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e. tujuan rujukan; dan
f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
dan yang menerima.
2. Dokumen rujukan juga memuat nama staf yang menyetujui menerima pasien
di fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju;
3. Dalam dokumen rujukan juga dicantumkan kondisi pasien, termasuk saat
dalam proses rujukan.
4. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima
rujukan.
5. Pasien atau keluarga diberi penjelasan apabila rujukan yang dibutuhkan
tidak dapat dilaksanakan.

Penundaan Pelayanan pasien :


1. Penundaan pelayanan pasien terdiri dari penundaan pelayanan dokter,
penundaan pelayanan operasi, dan penundaan penunjang medis (seperti
laboratorium dan radiologi).
1. Penundaan Pelayanan di Rawat Jalan adalah penundaan pelayanan dokter
dan penundaan penunjang medis.
2. Penundaan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat adalah penundaan
penunjang medis
3. Penundaan Pelayanan di Rawat Inap adalah penundaan pelayanan operasi.
4. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
5. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.
6. Memberikan informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternative yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka dan ditulis di rekam medik.

Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager


1. Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager di RSUD Jaraga Sasameh Buntok
bukan PPA aktif dan purna waktu.
2. Tugas Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager adalah :
a. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien;
b. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien;
c. Mengoptimalkan proses reimbursemen
d. Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien;
e. Perencanaan untuk manajemen pelayanan pasien;
f. Komunikasi dan koordinasi;
g. Edukasi dan advokasi;
h. Kendali mutu dan biaya pelayanan pasien.
i. Menjaga kesinambungan dan koordinasi pelayanan bagi individu pasien
melalui komunikasi dan koordinasi dengan PPA dan pimpinan unit.
3. Kesinambungan dan koordinasi proses pelayanan didukung dengan
menggunakan perangkat pendukung, seperti rencana asuhan PPA, catatan
MPP (Form A dan Form B), panduan, atau perangkat lainnya, serta dapat
dibuktikan disemua tingkat. Pasien diskrining untuk kebutuhan pelayanan
manajemen pelayanan pasien

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan


1. Setiap pasien di Rumah Sakit Jaraga Sasameh yang dilayani oleh 1 (satu)
orang dokter maka dokter tersebut adalah DPJP
2. Setiap pasien di Rumah Sakit Jaraga Sasameh yang dilayani lebih dari
seorang dokter dengan spesialisasi berbeda maka DPJP nya lebih dari satu
orang dokter, dan dokter yang menangani kasus utama menjadi DPJP
utama yang bertugas sebagai koordinator asuhan pasien.
3. DPJP merupakan dokter yang memiliki Rincian Kewenangan Klinis (RKK),
Surat Penugasan Klinis (SPK), Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Ijin
Praktik (SIP) di RSUD Jaraga Sasameh Buntok.
4. DPJP sebagai team leader yang melakukan koordinasi asuhan inter PPA dan
bertugas dalam seluruh fase asuhan rawat inap pasien serta teridentifikasi
dalam rekam medis pasien.
5. Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP Utama dengan
beberapa cara antara lain:
a. Penyakit yang terberat, atau penyakit yang memerlukan tindakan segera
atau dokter yang pertama mengelola pasien.
b. Dalam hal rawat bersama harus ada pertemuan bersama antara DPJP
yang mengelola pasien dan keputusan rapat dicatat dalam berkas rekam
medis.
c. DPJP utama dapat saja beralih dengan pertimbangan seperti diatas, atau
atas keinginan pasien/keluarga atau keputusan Komite medis.
d. Apabila ada 2 (dua) DPJP dengan spesialistik yang sama, maka diaturkan
jadwal pelayanan untuk menentukan DPJP, kecuali untuk kasus dengan
surat rujukan.

Pasien Cuti
1. Semua pasien yang dalam kondisi kondisi stabil berhak untuk pulang
sementara (cuti) perawatan atas ijin DPJP
2. Pasien pulang sementara perawatan dapat diberikan setelah keluarga mengisi
formulir permintaan
3. Pasien/keluarga/penanggung jawab meminta cuti perawatan dengan mengisi
formulir permohonan cuti yang ditunjukan kepada DPJP
4. DPJP memastikan bahwa kondisi pasien tersebut layak untuk keluar rumah
sakit sesuai dengan waktu yg dibutuhkan
5. Pasien diberikan batas waktu untuk pulang sementara perawatan:
- Kasus medik dan bedah paling lama 3 hari
6. Pada saat pulang sementara perawatan pasien diberikan obat- obatan dan
aturan minum obat
7. Jika ada tindakan perawatan yang harus dilakukan pada saat pulang
sementara (CUTI) perawatan dikonfirmasikan dan dijelaskan (Siapa, kapan
dan bagaimana cara melakukan) kepada pasien dan keluarga
8. Jika pada saat pulang sementara (CUTI) perawatan terjadi keadaan gawat
darurat segera datang kembali ke RSUD Jaraga Sasameh Buntok atau ke
instalasi darurat Rumah Sakit terdekat.
9. Formulir permohonan cuti dari pasien/keluarga disimpan dalam rekam medis
pasien
10. Selama pasien cuti, tempat tidur pasien yang bersangkutan tidak boleh diisi
oleh pasien lain dan biaya kamar tetap dibebankan kepada pasien.
Perencanaan Pemulangan pasien dan Pemulangan Pasien:
1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan asuhan pasien, harus
dilakukan rencana pemulangan pasien yang terintegrasi;
2. Perencanaan pemulangan pasien dilaksanakan oleh MPP dan PPA terkait;
3. Selama perawatan di rumah sakit, pasien hanya bisa meninggalkan rumah
atas persetujuan DPJP;
4. Bila diperlukan, pada pemulangan pasien dapat dirujuk kepada fasilitas
kesehatan, baik perorangan ataupun institusi yang berada di komunitas
dimana pasien berada yang bertujuan untuk memberikan kelanjutan
pelayanan atau asuhan;
5. Rencana pemulangan pasien dilakukan pada pasien yang rencana
pemulangannya kompleks;
6. Rencana pemulangan dimulai segera setelah pasien masuk rawat inap;
7. Kriteria pasien yang pemulangannya kompleks adalah:
a. Bayi kurang bulan dengan berat badan lahir rendah;
b. Pasien usia lanjut dengan dementia;
c. Pasien dengan gangguan mobilitas sehingga tidak mampu atau mengalami
kesulitan untuk aktivitas kesehariannya;
d. Pasien yang masih memerlukan pertolongan untuk melanjutkan terapi
atau perawatan.
8. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
9. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
10. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.

Resume Pasien Pulang


1. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
2. Resume pasien pulang diisi dengan lengkap.
3. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis,
diserahkan kepada pasien dan untuk kepentingan jaminan kesehatan pasien.

Profil Ringkas Medis Rawat Jalan


1. PRMRJ atau Rekam medis untuk pasien diagnosis kompleks hanya diberikan
untuk pasien yang mendapatkan pelayanan di poliklinik RSUD Jaraga
Sasameh Buntok
2. Informasi Penting yang yang dimasukan di PRMRJ diidentifikasi oleh DPJP.
3. Kriteria diagnosis penyakit yang akan diberikan PRMRJ adalah :
a. Pasien rawat jalan dengan diagnosis kompleks yaitu ≥ 3 diagnosis.
b. Diagnosis penyerta seperti diabetes melitus, hipertensi grade II, gagal
ginjal kronik, congestive heart failure, dan tuberculosis paru dalam
pengobatan atau dinyatakan sembuh, post tindakan operasi besar
c. Pasien yang mendapatkan ≥ 3 asuhan seperti : gizi, radiologi,
laboratorium, rehabilitasi medis, kemoterapi, EKG, dan tindakan operasi.
d. Pasien yang memiliki alergi obat atau multi drug resistance di unit rawat
jalan
4. PRMRJ ditempatkan pada urutan teratas dalam data rekam medis pasien
saat pasien berkunjung ke unit rawat jalan.
5. Dilakukan evaluasi formulir PRMRJ secara berkala.

Ringkasan Pulang
1. Ringkasan pulang harus dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan
sebelum pasien pulang;
2. Ringkasan pulang diberikan kepada pasien, disimpan dalam rekam medis
pasien, dan dapat diberikan kepada tenaga kesehatan yang akan melanjutkan
asuhan pasien;
3. Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas pasien;
b. riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik;
c. diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
d. prosedur terapi dan tindakan yang telah dikerjakan;
e. obat yang diberikan termasuk obat setelah keluar rumah sakit;
f. kondisi kesehatan pasien saat akan dipulangkan
g. instruksi tindak lanjut.

Transportasi :
1. Transprotasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
2. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa.
3. Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien;
4. Selama proses transportasi rujukan ada staf yang kompeten sesuai dengan
kondisi pasien yang selalu memonitor dan mencatatnya dalam rekam medis;
5. Bila alat transportasi yang digunakan terkontaminasi cairan tubuh pasien
harus dilakukan proses dekontaminasi
6. Apabila ada keluhan proses transportasi dalam rujukan, maka untuk
menanganinya dilakukan sesuai dengan alur complain/pengaduan pasien
dan keluarga pasien.

Penolakan pelayanan dan pengobatan dan pulang atas permintaan sendiri (APS) :
1. Memberikan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan ataupun pulang atas permintaan sendiri (APS).
2. Memberitahukan tentang konsekuensi, risiko medis, tanggung jawab
berkaitan dengan keputusan tersebut dan tersedianya alternative pelayanan
dan pengobatan.
3. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan
dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not Resuscitate).
4. Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar.
5. Untuk pasien yang keluar rumah sakit atas permintaan sendiri tetap harus
diupayakan kesinambungan asuhannya, termasuk melalui rujukan kepada
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di area domisili pasien;
6. Dilakukan evaluasi secara berkala terhadap alasan penolakan asuhan medis,
termasuk pasien yang pulang atas permintaan sendiri.

Pasien Kabur
1. Rumah sakit melakukan identifikasi pasien menderita penyakit yang
membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.
2. Rumah sakit melaporkan ke pada pihak yang berwenang bila ada indikasi
kondisi pasien yang membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.

RSUD Jaraga Sasameh


Direktur,

dr. LEONARDUS P. LUBIS, Sp.OG


Penata Tk. I, III/d
NIP. 19730522 200501 1 012

Anda mungkin juga menyukai