DINAS KESEHATAN
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JARAGA SASAMEH
Jalan Patianom Nomor 6 Buntok Kode Pos 73711 Kalimantan Tengah
Telepon (0525) 21261Faksimile (0525)21021
Website : http://rsud-jaragasasameh.barselkab.org/rsud-buntok
Email : rsud.jaragasasameh.buntok@gmail.com
TENTANG
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JARAGA SASAMEH BUNTOK
Menetapkan :
Ditetapkan di Buntok
Pada Tanggal 26 April 2018
NOMOR : 54/SK/DIR/RSUD.JS/IV/2018
TANGGAL : 26 APRIL 2018
TENTANG : KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN AKSES KE
RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH JARAGA SASAMEH BUNTOK
Pelayanan Instalasi :
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium
dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam, Pelayanan Rawat Jalan sesuai
dengan jadwal Praktik Dokter.
1. Pendaftaran Rawat Jalan dilaksanakan hari Senin s/d Kamis jam 08.00-
11.00 WIB. Pendaftaran hari Jum’at 08.00-10.00 WIB, Sabtu 08.00 s/d 10.30
WIB.
2. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan didalam jam kerja, dan dilanjutkan
dengan sistem on call
3. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
4. Seluruh Staf harus bekerja sesuai dengan standart Profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang berlaku.
5. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Skrining dan Triase :
1. Skrining dilakukan untuk menilai apakah rumah sakit mampu menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan pasien serta konsisten dengan misi rumah sakit.
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani di RS.
2. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik atau diagnostic imajing
sebelumnya.
3. Skrining penerimaan pasien masuk rawat inap sesuai kebutuhan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif, rehabilitatif dengan memprioritaskan sesuai dengan
urgency dan kebutuhan pasien
4. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.
5. Triase IGD dilakukan oleh Dokter jaga IGD atau perawat penanggung jawab
shift.
6. Pasien tidak dirawat, tidak dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil
tes yang dibutuhkan.
Pendaftaran
1. Setiap pasien yang masuk ke RSUD Jaraga Sasameh, baik pasien rawat jalan,
rawat IGD dan rawat inap mendaftarkan diri secara langsung ke tempat
pendaftaran pasien.
2. Apabila kondisi pasien diperlukan observasi, maka pasien dan atau keluarga
pasien akan diinformasikan dan akan menahan pasien untuk observasi.
3. Apabila tempat tidak tersedia, maka admisi akan penyampaikan beberapa
alternative solusi kepada pasien dan atau keluarga pasien.
4. Saat admisi, pasien/ keluarga pasien diberitahukan tentang hak dan
kewajiban, perkiraan biaya, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
rumah sakit/ruangan yang tercantum dalam general consent.
Alur
1. Untuk menghindari penumpukan di instalasi gawat darurat, pasien paling
lama boleh berada di IGD selama maksimal 6 jam, kemudian ditentukan
apakah pasien rawat inap ataupun rawat jalan.
2. Untuk di instalasi rawat jalan, pasien dengan infeksi airborne disease
(misalkan TB), menggunakan alur khusus, dimana ruangan pemeriksaan
klinik paru tidak berhubungan langsung dan terpisah dengan Instalasi Rawat
Jalan.
3. Pada Instalasi Rawat Jalan, pasien dengan diagnosis TB/suspek TB akan
mendapatkan masker di bagian pendaftaran.
4. Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti penerimaan, asesmen
dan tindakan, transfer pasien, serta pemulangan) dilaksanakan agar dapat
mengurangi penundaan asuhan kepada pasien.
5. Komponen dari pengelolaan alur pasien meliputi:
a. ketersediaan tempat tidur rawat inap, yang dapat diketahui saat admisi.
Apabila tidak tersedia, maka dapat diberikan alternative untuk dititip di
ruangan lain sampai tempat tidur rawat inap yang sesuai dengan
kelasnya tersedia kembali.
b. perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis,
dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien.
Apabila ruangan tidak tersedia sama sekali, maka rumah sakit akan
menyediakan tempat khusus dengan segala daya yang dimiliki secara
optimal.
c. perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat. Kepala
Ruangan, Penanggung Jawab Ruangan, Manajemen serta Case Manager
bersama-sama mencari jalan keluar serta menetukan perencanaan tenaga
tambahan untuk menghadapi penumpukan pasien.
d. alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan
(seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi, dan unit
pasca-anestesi);
e. efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada
pasien (seperti kerumahtanggaan dan transportasi). Pelayanan
transportasi maksimal 1 jam sejak permintaan transportasi diajukan.
f. pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien;
g. akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial,
keagamaan atau bantuan spiritual).
Pasien Cuti
1. Semua pasien yang dalam kondisi kondisi stabil berhak untuk pulang
sementara (cuti) perawatan atas ijin DPJP
2. Pasien pulang sementara perawatan dapat diberikan setelah keluarga mengisi
formulir permintaan
3. Pasien/keluarga/penanggung jawab meminta cuti perawatan dengan mengisi
formulir permohonan cuti yang ditunjukan kepada DPJP
4. DPJP memastikan bahwa kondisi pasien tersebut layak untuk keluar rumah
sakit sesuai dengan waktu yg dibutuhkan
5. Pasien diberikan batas waktu untuk pulang sementara perawatan:
- Kasus medik dan bedah paling lama 3 hari
6. Pada saat pulang sementara perawatan pasien diberikan obat- obatan dan
aturan minum obat
7. Jika ada tindakan perawatan yang harus dilakukan pada saat pulang
sementara (CUTI) perawatan dikonfirmasikan dan dijelaskan (Siapa, kapan
dan bagaimana cara melakukan) kepada pasien dan keluarga
8. Jika pada saat pulang sementara (CUTI) perawatan terjadi keadaan gawat
darurat segera datang kembali ke RSUD Jaraga Sasameh Buntok atau ke
instalasi darurat Rumah Sakit terdekat.
9. Formulir permohonan cuti dari pasien/keluarga disimpan dalam rekam medis
pasien
10. Selama pasien cuti, tempat tidur pasien yang bersangkutan tidak boleh diisi
oleh pasien lain dan biaya kamar tetap dibebankan kepada pasien.
Perencanaan Pemulangan pasien dan Pemulangan Pasien:
1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan asuhan pasien, harus
dilakukan rencana pemulangan pasien yang terintegrasi;
2. Perencanaan pemulangan pasien dilaksanakan oleh MPP dan PPA terkait;
3. Selama perawatan di rumah sakit, pasien hanya bisa meninggalkan rumah
atas persetujuan DPJP;
4. Bila diperlukan, pada pemulangan pasien dapat dirujuk kepada fasilitas
kesehatan, baik perorangan ataupun institusi yang berada di komunitas
dimana pasien berada yang bertujuan untuk memberikan kelanjutan
pelayanan atau asuhan;
5. Rencana pemulangan pasien dilakukan pada pasien yang rencana
pemulangannya kompleks;
6. Rencana pemulangan dimulai segera setelah pasien masuk rawat inap;
7. Kriteria pasien yang pemulangannya kompleks adalah:
a. Bayi kurang bulan dengan berat badan lahir rendah;
b. Pasien usia lanjut dengan dementia;
c. Pasien dengan gangguan mobilitas sehingga tidak mampu atau mengalami
kesulitan untuk aktivitas kesehariannya;
d. Pasien yang masih memerlukan pertolongan untuk melanjutkan terapi
atau perawatan.
8. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
9. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
10. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
Ringkasan Pulang
1. Ringkasan pulang harus dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan
sebelum pasien pulang;
2. Ringkasan pulang diberikan kepada pasien, disimpan dalam rekam medis
pasien, dan dapat diberikan kepada tenaga kesehatan yang akan melanjutkan
asuhan pasien;
3. Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas pasien;
b. riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik;
c. diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
d. prosedur terapi dan tindakan yang telah dikerjakan;
e. obat yang diberikan termasuk obat setelah keluar rumah sakit;
f. kondisi kesehatan pasien saat akan dipulangkan
g. instruksi tindak lanjut.
Transportasi :
1. Transprotasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
2. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa.
3. Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien;
4. Selama proses transportasi rujukan ada staf yang kompeten sesuai dengan
kondisi pasien yang selalu memonitor dan mencatatnya dalam rekam medis;
5. Bila alat transportasi yang digunakan terkontaminasi cairan tubuh pasien
harus dilakukan proses dekontaminasi
6. Apabila ada keluhan proses transportasi dalam rujukan, maka untuk
menanganinya dilakukan sesuai dengan alur complain/pengaduan pasien
dan keluarga pasien.
Penolakan pelayanan dan pengobatan dan pulang atas permintaan sendiri (APS) :
1. Memberikan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan ataupun pulang atas permintaan sendiri (APS).
2. Memberitahukan tentang konsekuensi, risiko medis, tanggung jawab
berkaitan dengan keputusan tersebut dan tersedianya alternative pelayanan
dan pengobatan.
3. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan
dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not Resuscitate).
4. Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar.
5. Untuk pasien yang keluar rumah sakit atas permintaan sendiri tetap harus
diupayakan kesinambungan asuhannya, termasuk melalui rujukan kepada
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di area domisili pasien;
6. Dilakukan evaluasi secara berkala terhadap alasan penolakan asuhan medis,
termasuk pasien yang pulang atas permintaan sendiri.
Pasien Kabur
1. Rumah sakit melakukan identifikasi pasien menderita penyakit yang
membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.
2. Rumah sakit melaporkan ke pada pihak yang berwenang bila ada indikasi
kondisi pasien yang membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.