Anda di halaman 1dari 8

1 INFOKAM Nomor II / Th.

XI/Sept /
PENINGKATAN PROFESIONALISME
KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HKI

Muhamad Danuri
Manajemen Informatika, AMIK Jakarta Teknologi Cipta Semarang
E-mail : mdanuri@gmail.com

Abstrak

Perkembangan pengakuan sebuah karya oleh pemerintah sudah mulai mendapat banyak
apresiasi dari masyarakat, pemahaman tentang pentingnya penghargaan hasil karya orang
lain juga semakin meningkat. Pemerintah dengan program Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
telah memberikan perlindungan kepada para inventor untuk lebih berkarya dan berinovasi
dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan hak eksklusif tersebut individu
sebagai pencipta, inventor maupun kelompok dan industri yang menemukan sebuah karya
dapat memanfaatkan hasil karya tersebut, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial yang
dilindungi oleh pemerintah dengan peraturan perundang-undangan. Ruang lingkup HKI
terbagi menjadi dua yaitu hak cipta dan hak kekayaan industri. Hasil karya yang termasuk
Hak Cipta antara lain hasil karya dibidang seni, Sastra, Ilmu Pengetahuan, Buku, Software
dan masih banyak lagi yang berupa karya asli dari pencipta. Teknologi informasi membawa
peran penting dalam menghasilkan karya cipta yang perlu mendapatkan apresiasi dalam
hak cipta.
Munculnya beberapa persoalan tentang HKI diantaranya kuranngnya kesadaran dari
masyarakat terhadap penghargaan hasil karya orang lain, sehingga terjadi pelanggaran
hak cipta. Di satu sisi kebutuhan akan produk ilmu pengetahuan terus bermunculan, di sisi
lain daya beli terhadap produk baru semakin menurun. Kondisi demikian memancing
masyarakat berusaha mendapatkan produk teknologi informasi tersebut dengan melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan etika dan norma hukum . Disini dibutuhkan informasi
tentang pentingnya kesadaran akan HKI bagi masyarakat dengan informasi tentang HKI
yang lebih baik. Proses peningkatan professional sebuah karya dapat dilakukan dengan
cara melakukan proses untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah melalui
pendaftaran hak cipta. Karya yang telah terdaftar dalam HKI mendapatkan perlindungan
secara hukum dan perlindungan pemanfaatannya. Di harapkan dengan mengetahui
beberapa pelanggaran yang ada dalam HKI maka masyarakat dapat menghindari
pelanggaran tersebut dan berinovasi menciptakan karya baru yang lebih profesional dan
bebas dari plagiasi atau pelanggaran. Pada penelitian ini memaparkan tentang HKI dan
manfaatnya, produk teknologi informasi yang mudah sekali diakui oleh pihak lain melalui
cara-cara yang tidak sah, serta mengulas mengenai pasal-pasal yang berkaitan dengan
hak cipta dalam bidang teknologi informasi dan proses pendaftarannya. Pengguna
teknologi informasi diharapkan dapat bersikap profesional dengan menghargai hasil karya
orang lain melalui cara dan aturan yang sesuai.

Kata Kunci: Hak Cipta, Profesionalisme, Teknologi , Informasi, HKI

1. PENDAHULUAN
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) telah berperan
penting dalam menciptakan suasana perkembangan ekonomi dalam lingkup nasional maupun
internasional. Berbagai elemen pendukung tentang kebijakan HKI telah menjadi materi yang
INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept / 15 2

sangat diperlukan oleh berbagai kalangan masyarakat, akademisi, profesional, industri maupun
pemerintah.
Sebagai konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia dalam WTO ( World Trade Organization)
mengikuti peraturan perundangan yang telah ditetapkan di bidang Hak Kekayaan Intelektual
dengan standar TRIP's (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) yang dimulai
sejak tahun 1997 dan diperbaharui kemudian pada tahun 2000 dan tahun 2001.
Menurut World Intellectual Property Organization (WIPO), HKI terdiri dari hak milik
individu dan hak milik industri. Secara administratif, perlindungan HKI internasional dikaitkan
dengan kategorisasi HKI menurut WIPO:
1.1. Hak Cipta dan hak-hak terkait (Copyright and related right). Hak cipta melindungi karya-
karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni seperti novel, puisi, sandiwara,
film, ciptaan musik, lukisan, gambar, karya fotografi, ukuran, dan karya-karya arsitektur.
Sedangkan hak-hak terkait terdiri dari hak para artis pertunjukan terhadap karya
pertunjukannya, produser rekaman suara terhadap hasil kerjanya, dan para lembaga
penyiaran terhadap program radio dan televisi mereka.
1.2. Hak Milik Perindustrian (Industrial property). Terdiri dari trademarks (hak atas merek,
termasuk merek jasa), geographical indicators (indikasi-indikasi geografis), industrial designs
(hak desain industri), patens (hak paten), layout-designs (topographies) of integrated
circuits (hak desain tata letak sirkuit terpadu), undisclosed informations, including trade
secrets (rahasia dagang).

Beberapa tujuan utama dari perindungan kekayaan intelektual melalui HKI antara lain:
a. Adanya perlindungan dan kejelasan hukum hasil ciptaan dengan pelaku HKI baik sebagai
inventor, pencipta, desainer, pemilik, pemakai, perantara. Sehingga dapat mengatur
penggunaya, area pemanfaatannya dan yang menerima akibat pemanfaatan HKI untuk
jangka waktu tertentu;
b. Apresiasi dan penghargaan atas penciptaan suatu karya intelektual;
c. Sarana promosi hasil karya kekayaan intelektual dalam bentuk dokumen HKI;
d. merangsang terciptanya upaya alih informasi melalui kekayaan intelektual serta alih
teknologi melalui paten;
e. Perlindungan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan HKI.
Sebuah karya intelektual tanpa pengakuan secara hukum dapat mengakibatkan beberapa
persoalan seperti perebutan hak kepemilikian, perebutan area pemanfaataan karya dan privasi
penggunaanya. Hal ini mengakibatkan banyak persoalan bagi para pemilik karya dan menjadikan
mereka tidak termotivasi untuk terus berkarya. Dengan adanya pengakuan sebuah karya
Intelektual melali HKI menjadikan pencipta dan karyanya mendapat pengakuan secara
professional dari masyarakat, pemerintah vaik nasioanl maupun internesional dan pada akhirnya
mendapatkan manfaat ekonomi dari karya-karya terasebut.

2. PEMBAHASAN
Semakin meningkatnya jumlah karya intelektual dimasyarakat perlu adanya kesadaran para
penciptanya melakukan proses profesional karya tersebut melalui pengakuan dari badan terakit.
Di Indonesia badan pengelola hasil karya intelektualdi kelola oleh DJPHKI dengan melakukan
administrasi karya dan pengakuan secara hukum sebuah karya, sehingga karya tersebut
terlindungi secara hukum. Dengan pengakuan secara hukum dan profesional ini maka para
pencipta memiliki hak untuk memanfaatkan hasil karyanya dengan berbagai kesepakatan dengan
pihak-pihak yang mengunakannya, sehingga hasil karya dapat dihargai secara profesional.

2.1. Pengertian HKI:


Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak eksklusif yang diberikan negara
kepada pencipta baik perorangan ataupun sekelompok orang atas hasil karya ciptanya.
HKI untuk perorangan disbut dengan Hak Cipta sedangkan HKI untuk industri disebut
dengan Hak Milik Industri (Saidin : 1995). Dimana bagian dari HKI tersebut antara lain
Hak Cipta meliputi hak pribadi dalam bidang ilmu pengetahuan, seni sastra, sedangkan
hak kekayaan industri, meliputi: paten, merek , desain industri , desain tata letak sirkuit
terpadu, rahasia dagang, dan indikasi geografis. Di Indonesia pengaturan tentang hak
3 INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept /
cipta diatur melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta sedang
kan hak industry diatur melalui UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, UU No. 15 tahun
2001 tentang Merek, UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun
2000 tentang Desain Industri, UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

Gambar 1.0. Jenis-jenis Hak Kekayaan Intelekltual

2.2. Subyek dan Obyek Hak Cipta


a. Subyek Hak Cipta
Subyek hak cipta dibagi menjadi dua, pertama adalah pencipta/inventor dan
yang kedua adalah pemegang Hak Cipta. Perbedaan nya adalah pencipta adalah
mereka yang berperan sebagai penemu pertama kali sebuah karya, sedangkan
pemegang Hak cipta adalah orang yang mendapatkan pengakuan kepemilikan hak
cipta atau sebagi penerima hak dari pemilik hak cipta dengan melakukan pemenuhan
beberapa syarat kepada pihak pencipta yang diperoleh denga tidak melanggar
hukum.

b. Obyek Hak Cipta bidang teknologi informasi


Obyek hak cipta adalah merupakan sebuah hasil karya Pencipta yang bersifat
khas dan menunjukkan keasliannya dalam bidang sesni, sastra dan ilmu
pengetahuan. Khusus obyek hak cipta bidang teknologi infromasi seperti program
komputer, disain grafis, fotografi, video, database dan semua hal hasil dari
pengolahan informasi yang memiliki sifat keasliannya. Menurut UURI No 19 TAHUN
2002 memuat beberapa pasal Tentang Hak Cipta dibidang Teknologi informasi
dianataranya :
a) Pasal 1 ayat 8 ; memberikan penjelasan tentang definisi program komputer yang
termasuk dalam perlindungan hak cipta.
b) Pasal 2 ayat 2 ; memberikan penjelasan tentang tata cara pencipta/pemilik hak
cipta bidan teknologi informasi dalam pemanfaatan hasil karyanya dengan bebas
memberikan izin kepada mereka yagn memenuhi kewajiban yang telah
ditetapkan oleh pemilik hak cipta, sehingga pencipta mendapat manfaat ekonomi
dari hasil karyanya.
c) Pasal 12 ayat 1; menjelaskan teantang jenis ciptaan-ciptaan yang dilindungi,
khusus bidang teknologi informasi mencakup : Program Komputer, pamflet,
perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis
lain; ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu, alat
peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu
atau musik dengan atau tanpa teks, drama atau drama musikal, tari, koreografi,
pewayangan, dan pantomime.
d) seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi,
seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; arsitektur, peta, seni batik,
INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept / 15 4

fotografi, sinematografi, terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database,


dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Penjelasan Pasal tersebut diatas untuk karya bidan teknologi informasi dan teknologi
lainya. Adapun penegakan hukum terhadap pelanggaran Undang Undang Hak Cipta
tersebut tertera pada Pasal 25, ayat (1) Informasi elektronik tentang informasi
manajemen hak Pencipta tidak boleh ditiadakan atau diuba dan ayat (2) tentang
Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

c. Pelanggaran Hak Cipta, Denda dan Hukuman


Menurut Pasal 26 dan 27 yang dimaksud pelanggaran adalah kegiatan
menyebarluaskan, menggandakan, menyiarkan, mengumumkan, mentranformasikan
atau yang berkaitan dengan hal tersebut terhadap suatu karya orang lain tanpa ijin
dari penciptanya. Orang yang tidak mendapatkan ijin dari pemegang hak cipta
dilarang mendistribusikan, mengimpor, menyiarkan, mengkomunikasikan kepada
publik karya-karya pertunjukan, rekaman suara atau siaran yang diketahui bahwa
perangkat informasi manajemen hak Pencipta telah ditiadakan, dirusak, atau diubah
tanpa izin pemegang hak. Hali ini berarti pengamtian kepemilikan sebuah karya yang
sah klepada orang lain yang tidak berhak. Adapun Ketentuan pidananya sesuai
dengan pasal yang menyebutkan bahwa Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Secara lebih rinci lagi pada Pasal 27 disebutkan bahwa semua yang terkait
dengan hasil karya juga dilindungi dengan undang–undang dan tidak boleh dirusak,
diganti, ditiadakan, dibuat tidka berfungsi. Disebutkan bahwa kecuali atas izin
Pencipta, sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencipta tidak
diperbolehkan dirusak, ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi. sarana kontrol
teknologi yang dimaksudkan adalah adalah instrumen teknologi dalam sebuah karya
dalam bentuk seperti kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi
dekripsi (decryption) dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi
Ciptaan. Pelanggran pasal ini yang dilakukan dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pelanggaran Hak Cipta teknologi informasi khususnya program computer
yang digunakan untuk kegiatan komersial mendapat hukuman yang lebih berat, hal
ini diatur dalam pasal Pasal 72 ayat 3 yang berbunyi Barangsiapa dengan sengaja
dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu
Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

d. Masa berlaku Hak Cipta


Penting untuk diketahui bahwa hak cipta memiliki masa belaku yang telah diatur
didalam undang-undang HKI Pasal 30 ayat 1 dimana disbutkan bahwa hasil karya
ciptaan bidang teknologi informasi seperti program komputer, sinematografi,
fotografi, database, dan karya hasil pengalihwujudan, berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

e. Tujuan Penerapan HKI antara lain :


Pentingnya profesionalisame sebuah karya dalam persaingan yang semakin
ketat memerlukan sebuah pengakuan dan perlindungan dari pemerintah. Penerapan
HKI dimaksudkan sesuai misi dari Ditjen HKI bertujuan antara lain :
a) Memberikan pengakuan pada sebuah karya.
b) Memberikan perlindungan pada sebuah karya terkait hak mora dan hak ekonomi.
c) Mempromosikan teknologi dan investasi yang berbasis ilmu pengetahuan.
d) Merangsang pertumbuhan karya dan budaya yang inovatif dan inventif.
5 INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept /
e) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang hak cipa serta
peraturan-peraturan, hukum yang berlaku dan sanksi-sanksi dalam penerapan
HKI.
f) Menciptakan profesionalisme dalam sebuah karya dan memebrikan kesempatan
kepada para inventor untuk terus berinovasi

2.3. Peningkatan Profesional melalui HKI


Profesionalisme didang teknologi informasi sudah waktunya terus diperjuangakan
bagi para pemilik dan pencipta karya bidang teknologi informasi. Era digitalisasi telah
merubah berbagai cara proses ekonomi, bisnis, sosial, budaya maupun transaksi berbagai
produk dalam bentuk informasi. Teknologi informasi memberikan keleluasaan bagi
pencipta untuk berkreasi dan beinovasi dengan lebih mudah, murah dan cepat.
Kesadaran untuk meningkatkan profesionalisame setiap karya bidang teknologi informasi
perlu ditingkatkan karena hasil karya tersebut lebih aman dari berbagai macam
pengambil alihan secara tidak sah dari orang-orang yang tidak bermoral.

a. Kemudahan mendapatkan karya bidang teknologi informasi


Kemudahan mendapatkan karya bidang teknologi informasi menjadikan sebuah
karya dapat didapatkan dengan lebih mudah, murah, berkualitas dan cepat. Karay
dalam bentuk tulisan dapat dengan mudah didapat hanya dengan cara copy dan
paste saja. Karya dalam bentuk gambar maupun foto dapat dengan mudah
didapatkan hanya denagn menyimpan dan mengeditnya dengan berbagai aplikasi
pengolah gambar yang mudah didapatkan. Begitu pula karya dalam bentuk video
juga mudah sekalai didapat dan diedit dengan aplikasi video yang tersedia diinternet.
Intinya semua karya mudah didapat dan diubah dengan mengunakan fasilitas
software dan aplikasi yang tersedia bebas.

b. Maraknya Plagiasi
Perkembangan sarana teknologi yang semakin canggih membuat setiap individu
mendapat kemudahan untuk menghasilkan suatu karya dengan mudah dan cepat.
Proses salin menyalin sebuah karya dapat berlangsung dengan hitungan menit
bahkan detik. Sebagai contoh seseorang dengan keahliannya dapat menggandakan
sebuah karya tulis dalam bentuk skripsi hanya dengan beberapa menit saja kemudian
dimodifikasi dan diedit sesuai kebutuhannya, dimana sang penciptanya membuat
karya tersebut membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk
menyelesaikannya. Hari demi hari kesadaran akan penghargaan kepada hasil karya
orang lain semakin meningkat namun secara profersional sangat perlu melindungi
sebuah karya dengan hak Cipta. Secara teknologi kegiatan plagiasi ini dapat denga
mudah dicek dan ditemukan, karena setiap karya yang diunggah ke media internet
terdokumentasi dengan baik.

c. Cara melindungi karya cipta bidang teknologi informasi


Seseorang yang memiliki karya bidang teknologi informasi yang sudah
disebarkan ke internet berarti sudah menjadi milik umum tetapi kejelasan
kepemilikan perlu ditegaskan.
Cara mudah untuk memberikan perlindungakan pada karya kita dengan
mengunakan copyright yang dilambangkan dengan simbol © , artinya adalah orang
boleh mengkopi atas ijin dari pemilik karya tersebut atau setidaknya tetap
mencamtumkan simbol © copyright tersebut. Adapun cara penulisan copyright
cukup mudah, tinggal meletakkan tulsian tersebut pada area karya kita seperti
contoh ; “Copright © , M.Danuri, X, 2014.”, contoh ini berarti bahwa karya yang ada
tulisan ini adalah hasil karya dari M.Danur yang dibuat pada bulan ke sepuluh tahun
2014 dan dilarang untuk menyebarluaskan tanpa ijin pemilik karya.

d. Pendaftaran karya ke Ditjen HKI


INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept / 15 6

Langkah peningkatan profesional hasil karya bidang teknologi informasi dengan cara
mendaftarkan sebuah hasil karya tersebut ke pemerintah melalui Direktorat
Jenderal Hak kekayaan Intelektual (Ditjen Hak Kekayaan Intelektual yang berada di
bawah naungan Menteri Hukum dan HAM. Adapun tata cara pendaftarannya adalah
pencipta atau oleh pemegang hak cipta atau oleh kuasa dari pemegang hak cipta
mengajukan pendaftaran secara langsung dengan memenuhi persyaratan
administrasi maupun biaya yang dibutuhkan terkait karya yang akan didaftarkan
melelui kantor Ditjen Hak Kekayaan Intelektual atau melalui Kanwil Departemen
Hukum dan HAM di masing-masing ibu kota provinsi. Selanjutnya Ditjen HKI akan
mengevaluasi dan memberikan keputusan paling lama 9 bulan terhitung sejak
tanggal diterimanya permohonan pendaftaran hak cipta, jika hasil karya disetujui
maka akan disakan sebagai hasil ciptaan yang dilindungi undang-undang yang
berlaku dengan diterbitkannya Sertifikat Hak cipta. Bisa juga melakukan pendaftaran
Hak cipta melalui konsultan-konsultan di wilayah propinsi masing-masing untuk
memudhakan dalam kepengurusannya. Kepelngkapan berkas-berkas yang
dibutuhkan sebagai persyaratan pendaftaran hak cipta antara lain foto kopi identitas
diri, mengisi formulir pemohon Hak Cipta, membuat surat Pengalihan Hak Cipta jika
hak cipta dialihkan, membuat surat pernyataan kepemilikan Hak Cipta dan membuat
surat kuasa.Berikut adalah proses pendataran Hak Cipta seperti pada gambar 2.0,
dibawah ini:
7 INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept /
Gambar 2.0 proses pendaftaran HKI ke dijten
HKI Sumber : Khanieiera, 2015
Setelah melakukan proses pendaftaran seperti procedur pada gambar 2.0 maka
selanjutnya adalah melengkapi administrasi biaya pendaftaran hak cipta. Prosesnya setiap
jensi hak cipta memiliki biaya yang berbeda-beda dan dibayarkan melalui Bank setelah
pendaftaran diverifikasi dan mendapatkan kririman pelunasan biaya administrasi. Adapun
besaran Tarif yang harus ditanggung pada proses permohonan pendaftaran ciptaan adalah sesuai tarif
dasar berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2014 seperti terlihat pada Tabel 1.0 berikut ;

Tabel 1.0. Tarif Dasar Pendaftaran Ciptaan menurut PP No. 45 Tahun 2014

e. Konsultan HKI
Bagi pencipta yang menginginkan bantuan informasi secara lebih khsus tentang
pengajuan dan permohonan Hak Cipta dapat melalui konsultan HKI. Terkait
konsultan ini telah diatur dalam PP 2/2005 Tentang Konsultasi Hak Kekayaan
Intelektual serta diatur dalam keputusan Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Nomor H-
17.PR.06.10. Tahun 2005 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran di bidang Hak
Kekayaan Intelektual.
Dimana Konsultan ini adalah mereka yang memiliki keahlian di bidang HKI dan
bersedia memberikan pelayanan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan
INFOKAM Nomor II / Th. XI/Sept / 15 8

permohonan pendaftaran Hak Cipta maupun Hak Industri yang dikelola oleh Ditjen
HKI dan terdaftar sebagai konsultan HKI di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual.

f. Manfaat hasil karya yang didaftarkan HKI


Beberapa manfaat dan hak yang didapatkan sebuah karya yang telah didaftarkan
hak ciptanya antara lain :
a) Hasil karya mendapat perlindungan dan kejelasan hukum hasil ciptaan sehingga
jika terjadi pelanggaran maka akan denga cepat dapat diselesaikan. Begitu juga
terhadap pengaturan penggunaannya secara ekonomi dilindungi oleh undang-
undang. Pemegang hak cipta bebas melakukan pemanfaatan ekonomi secara
lebih luas dengan aturan yang dibuat sesuai kebutuhan dan kepentingan
tertentu.
b) Terdaftarnya sebuah karya dalam pencatatan hak cipta oleh pemerintah sebagai
bentuk apresiasi dan penghargaan atas diri pemegnag hak cipta, dan dapat
dimanfaatkan sesuai aturan yang berlaku baik secara professional dalam
pemerintahan maupun non pemerintahan.
c) Dengan terdaftarnya suatu ciptaan menjadikan sarana promosi hasil karya
kekayaan intelektual secara lebih luas. Diharapkan apresiasi karya yang
didaftarkan dapat segera mendapat apresiasi dari indutri, investor maupun
mereka yang berminat melakukan pengembangan kearah yang lebih bermanfaat
baik secara ekonomi maupun secara social.

3. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesadaran akan pentingnya penghargaan hasil karya merupakan wujud nyata
perkembangan peradaban yang semakin baik dan maju, HKI merupakan sebuah sarana bagi
Warga negara indonesia yang menginginkan hasil karya ciptanya diakui dan terdaftar sebagai
hasil karya yang dilindungi oleh undang-undang. Hasil Karya dibidang teknologi informasi seperti
program komputer, disain, layout, dan prototipe dapat didaftarkan melalui Ditjen HKI atau
DEPKUMHAM sehingga terlindung dari plagiasi dan penyalahgunaannya.
Proses peningkatan profesionalisme dapat dilakukan dengan cara pengakuan karya oleh
pemerintah melalui proses permohonan pendaftaran hak ciptanya, sehingga karya tersebut dapat
berkembang dan dimanfaatkan oleh masyarakat maupun para investor., dan pada akhirnya
pemilik hak cipta mendapatkan keuntungan ekonomi dari karya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, 2004, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual ,
Tangerang, 2004, Hal 4
Khannatiara, 2015, Prosedur Pengajuan Permohonan Hak Cipta, HKI.ilearning.me, Perguruan
Tinggi Raharja.
Muhammad Djumhana, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori & Prakteknya di Indonesia , Citra Aditya
Bakthi, Bandung, 2006
Saidin, 1995, Aspek Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right). PT. RajaGrafindo,
Jakarta.
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian , 2007 Kebijakan
Pemerintah Dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Dan Liberalisasi Perdagangan
Jasa Profesi Di Bidang Hukum, Jakarta - 2007

Anda mungkin juga menyukai