INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang berazaskan Pancasila dan memiliki sumber hukum yaitu UUD
1945. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diatur
oleh hukum dan berbagai macam peraturan baik itu undang-undang, perpres, perpu, peraturan
pemerintah, perda, dan lain sebagainya. Indonesia telah mengalami berbagai macam peristiwa yang
Kini Indonesia memasuki masa reformasi. Masa dimana demokrasi dan kebebasan berpendapat
menjadi yang utama di negeri ini. Sistem pemerintahan Indonesia dari waktu ke waktu semakin
berkembang. Sampai sekarang sudah terjadi banyak sekali perubahan yang berarti dalam sistem
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dibahas pada makalah ini mengacu pada judul makalah yakni “Sistem Birokrasi
Pemerintahan di Indonesia“. Masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain :
2. Apakah sistem birokrasi pemerintahan Indonesia saat ini telah sesuai dengan harapan masyarakat
Indonesia?
Tujuan penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara
2. Mengetahui apakah sistem birokrasi pemerintahan Indonesia apakah sudah sesuai dengan keinginan
D. Kerangka Pemikiran
Banyaknya perubahan yang cukup signifikan dalam sistem birokrasi pemerintahan di Indonesia, sehingga
banyak masyarakat yang kurang memahami bagaimana proses birokrasi yang sesungguhnya. Dengan
demikian sistem ketetanegaraan yang baik dan selalu berorientasi kepada tujuan pokok negara yakni
mewujudkan kesejahteraan rakyat, pendidikan yang terjamin, keamanan negara serta stabilitas ekonomi
dan politik luar negeri yang bebas aktif akan dapat terwujud jika rakyat mengetahui sistem birokrasi yang
sesungguhnya.
E. Metode Penyusunan
Metode yang digunakan penyusun dalam penyusunan makalah ini adalah diskusi kelompok, studi
F. Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan makalah ini diawali dengan kata pengantar, daftar isi, dan bab I yang berisi
pendahuluan: : latar belakang, identifikasi, tujuan, kerangka pemikiran, metode penyusunan dan
sistematika penyusunan. Bab II pembahasan. Bab III penutup yang berisi kesimpulan dan saran serta yang
PEMBAHASAN
Indonesia adalah sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara yang merdeka pada tanggal 17
Agustus 1945 dari penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang. Dalam mencapai kemerdekaannya, bangsa
Indonesia mengalami perjuangan yang tidak mudah namun dengan rahmat Allah dan perjuangan yang
tiada henti pada akhirnya Indonesia dapat merdeka dengan sendirinya tanpa pemberian dan bantuan
Saat dideklarasikan pada 17 Agustus 1945, Indonesia menganut sistem parlementer dimana negara ini
memiliki seorang presiden sebagai kepala negara dan memiliki seorang perdana menteri untuk menjadi
yaitu negara yang dipimpin oleh seorang presiden yang sekaligus menjadi kepala negara dan kepala
pemerintahan bagi negaranya. Sistem ini berjalan hingga ada kesepakatan antara Indonesia dan Belanda
pada tahun 1949. Belanda yang masih berniat menguasai Indonesia sebagai negara jajahanya berupaya
untuk memecah belah Indonesia dengan mendirikan negara-negara boneka di wilayah Indonesia. Maka
Indonesia kembali merubah sistem pemerintahannya seperti pada saat awal kemerdekaan Indonesia yaitu
sistem parlementer dan konstitusipun berubah menjadi UUD 1950 serta bentuk negara yang semula
Namun karena rakyat tidak setuju dan Presiden Soekarno meneruskan perjuangannya kembali maka
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan namun tetap dengan menggunakan konstitusi UUD 1950.
Pada tahun 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya adalah kembali
pada konstitusi yang semula yaitu UUD 1945. Sampai sekarang Indonesia masih menganut sistem
Penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik (good governance) menjadi agenda utama di Indonesia
dewasa ini. Menarik bahwa penentuan agenda ini didahului oleh krisis finansial (1997) yang meluas
menjadi krisis ekonomi. Krisis tersebut telah mendorong arus balik yang luas yang menuntut perbaikan
ekonomi negara, penciptaan good corporate governance di sektor swasta, dan perbaikan pemerintahan
negara.
Seperti dialami bersama, bangsa Indonesia memulai semua itu dengan mendesak suksesi kepemimpinan
nasional dari Presiden Soeharto ke Presiden Habibie (1998). Tentu saja, suksesi tidak cukup sebagai
jawaban atas tuntutan masyarakat. Reformasi politik akhirnya melebar: berkembangnya sistem multi
partai, penyelenggaraan pemilihan umum oleh lembaga yang independen (1999), pembentukan lembaga
perwakilan yang lebih representatif dan lebih berdaya dalam mengawasi pemerintah (eksekutif),
pengurangan dan bahkan penghilangan intervensi militer dalam kehidupan politik dan pemerintahan di
luar bidang mereka, peningkatan profesionalisme dan independensi lembaga peradilan, dan lain-lain.
Pendek kata, berbagai pihak (atau sektor) yang terlibat dalam keseluruhan dinamika governance
menerima sorotan dan harus diperbaiki, pihak-pihak itu bukan hanya negara (legislatif, yudikatif, dan
eksekutif) melainkan juga pihak swasta dan masyarakat sipil (civil society). Yang terakhir dituntut
negara.
Namun governance reform yang kini terpusat pada pihak eksekutif dan administrasi negara, tidak dapat
constitution, yang memberikan kekuasaan besar kepada presiden. Peran pemerintah selama 30-an tahun
terakhir juga begitu dominan dalam berbagai aspek kehidupan. Dominasi ini telah didukung secara
sistematis melalui peran birokrasi yang tidak netral-politik karena menganut monoloyalitas kepada
dibungkam, pemerintah memainkan peran yang strategis di bidang politik, sosial dan ekonomi.
Eksekutifpun semakin independen, karena anggaran negara banyak didukung oleh hutang luar negeri.
Maka dapat dimengerti bahwa independensi pemerintah tersebut juga merambah ke dunia usaha dan
Tuntutan reformasi yang dirumuskan dalam slogan anti korupsi, kolusi dan nepotisme menggambarkan
kebobrokan sistem pemerintahan negara yang didominasi oleh pemerintah, dengan aktor-aktor utama
tersebut di muka, dan dalam sektor swasta yang seharusnya mandiri dan bebas dari intervensi pemerintah.
Maka, reformasi pemerintahan negara (governance reform) yang terfokus pada pihak eksekutif dan
administrasi negara merupakan salah satu jalur strategis bagi tercapainya good governance. Untuk itu
Pertama, usaha telah dijalankan untuk menghasilkan pemerintahan yang demokratik dan legitimate.
Perkembangan sistem multi partai menjadi saluran bagi masyarakat untuk mendirikan asosiasi politik dan
menjatuhkan pilihannya secara bebas. Penyelenggaraan pemilu oleh lembaga yang independen (KPU)
(domestik dan international), telah meningkatkan kredibilitas sistem pembentukan legislatif dan eksekutif.
Kedua, seharusnya diperjelas otoritas pemerintahan baru di hadapan birokrasi lama. Tetapi hal ini belum
memungkinkan, baik karena ketidakjelasan pengaturan, tidak adanya dukungan legislatif, maupun
resistensi birokrasi lama. Masalah-masalah yang muncul dalam penunjukan pejabat-pejabat politik
(political appointess), misalnya, mencerminkan bahwa watak Indonesia sebagai beambtenstaat (negara
birokrasi) masih menonjol. Dalam sistem politik yang demokratik dan menghasilkan pemerintahan yang
legitimate, seharusnya wajar belaka jika pemerintah berhak menentukan jabatan-jabatan tertentu dalam
birokrasi negara. Jika tidak, maka pemerintahan yang demokratik akan dibajak oleh sistem birokrasi
lama. Upaya memperjelas masalah ini dapat dimulai dengan menghasilkan perundang-undangan tentang
lembaga kepresidenan. Dalam pengaturan itu ditentukan tentang otoritas politik, hak-hak dan
Ketiga, reformasi administrasi negara. Seperti diketahui bersama, birokrasi di Indonesia merupakan
birokrasi yang menggurita. Mereka bukan hanya berada di lingkaran eksekutif seperti Sekretariat Negara,
Departemen, Lembaga Non-departemen, dan BUMN, melainkan juga di lembaga perwakilan rakyat dan
peradilan. Upaya awal sudah dilakukan, seperti transfer administrasi peradilan umum dari Departemen
Kehakiman ke Mahkamah Agung, atau penentuan anggaran sendiri oleh lembaga perwakilan rakyat.
Namun banyak hal masih harus dilakukan dalam reformasi administrasi negara ini. Secara umum
reformasi itu mencakup peran atau tugas sistem addministrasi negara antara lain guna melayani
masyarakat secara aspiratif daripada melayani kepentingan sendiri melalui kolusi dengan dunia usaha dan
nepotisme. Peran lain adalah memberi ruang pada masyarakat dan sektor swasta untuk berkembang dari
Aspek lainnya adalah penataan kelembagaan, termasuk melakukan rasionalisasi lembaga dan personil.
Hal ini memerlukan peninjauan ulang terhadap keberadaan dan fungsi berbagai macam lembaga sesuai
dengan perkembangan sosial, ekonomi dan politik dewasa ini. Termasuk yang harus mengalami reformasi
adalah proses dan tata-cara administrasi negara yang tidak berbelit-belit, transparan, memuaskan dan
tidak korup.
Keempat, kultur dan etika birokrasi. Kultur keterbukaan, pelayanan yang cepat, dan etika pejabat harus
ditingkatkan. Pelayanan yang lamban sudah menjadi ciri birokrasi kita (perhatikan layanan KTP,
pemasangan saluran telepon baru atau air minum). Etika jabatan menyangkut hal-hal seperti larangan
Kelima, masalah sumber daya manusia yang memerlukan rekruitmen berdasarkan kualitas dan
profesionalisme, peningkatan pelatihan, promosi reguler berdasarkan merit system, dan meningkatnya
kesejahteraan (bandingkan antara gaji guru dengan pejabat esselon, juga pegawai negeri sipil-militer
dengan pegawai BUMN).
Keenam, pengawasan administrasi negara. Hal ini dapat dilakukan secara preventif maupun represif.
Pengawasan preventif melekat pada sistem administrasi negara yang bersangkutan, seperti kejelasan job
description, pengawasan oleh atasan, dan secara umum berupa penyelenggaraan pemerintah berdasarkan
prinsip-prinsip yang baik, yang harus diikuti atau diwujudkan dalam menghasilkan legislasi. Indonesia
belum memiliki ketentuan hukum dalam hal ini. Sedangkan secara represif, pengawasan ini dapat
berwatak politis, yaitu melalui DPR dan DPRD, maupun berwatak yudisial melalui peradilan
Memang banyak hal yang harus diperbaiki. Peran legislatif dalam mengutamakan kepentingan publik
harus ditingkatkan, bukan sekedar kepentingan partai atau golongan. Pemahaman anggota (yang baru)
mengenai administrasi pemerintahan masih harus ditingkatkan pula. Bias birokrasi, kekuasaan, politik
dan bisnis yang mewarnai kultur peradilan selama ini, belum sepenuhnya hilang. Sebaliknya,
ketidakpatuhan birokrasi dalam menjalankan putusan hakim juga menuntut pemberdayaan putusan
peradilan administrasi.
Berbagai strategi lain mungkin saja dipikirkan, diusulkan dan dikembangkan. Tujuannya bukan sekedar
melahirkan wacana, konsep-konsep dan program yang reformatif untuk menuju clean and the good
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang menyangkut pemerintahan
kepada tingkat pusat.. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum
adanya otonomi daerah. Bahkan pada zaman kerajaan, pemerintahan kolonial, maupun di zaman
kemerdekaan.Istilah sentralisasi sendiri sering digunakan dalam kaitannya dengan kontrol terhadap
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan
sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi
akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi
Desentralisasi di bidang pemerintahan adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada satuan
Dengan demikian, prakarsa, wewenang,dan tanggung jawab mengenai urusan yang diserahkan pusat
menjadi tanggung jawab daerah , baik mengenai politik pelaksanaannya, perencanaan, dan
pelaksanaannya maupun mengenai segi pembiayaannya. Perangkat pelaksananya adalah perangkat daerah
itu sendiri.
Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pusat
kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk mencapai suatu
departemen pusat kepada perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan
kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan. Delegasi kepada
penguasa otorita Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan manajerial
untuk melakukan tugas –tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara langsung berada di bawah
pengawasan pusat. Devolusi kepada pemerintah daerah Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat
membentuk unit-unit pemerintahan di luar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi
Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif untuk merujuk pada situasi di mana
pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan,
keuangan dan manajemen. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta Yang di sebut sebagai
pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau privatisasi adalah menyerahkan beberapa
otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab admistrasi tertentu kepada organisasi swasta.
10
Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini adalah perekonomian lebih
terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang mengatur perekonomian. Sedangkan
dampak negatifnya adalah daerah seolah-olah hanya di jadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan
mengatur kebijakan perekonomiannya masing- masing sehingga terjadi pemusatan keuangan pada
Pemerintah Pusat.
Segi Sosial Budaya. Dengan di laksanakannya sistem sentralisasi ini, perbedaan-perbadaan kebudayaan
yang dimiliki bangsa Indonesia dapat di persatukan.Sehingga, setiap daerah tidak saling menonjolkan
kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang di miliki
bangsa Indonesia.
Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan sistem ini adalah pemerintah pusat begitu dominan dalam
menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah telah
menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal yang memiliki keunikan dinamika
sosial budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu yang panjang mengakibatkan ketergantungan
kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun
lokalitasnya.
Dampak positif yang dirasakan dalam penerapan sentralisasi ini dari segi keamanan dan politik adalah
keamanan lebih terjamin karena pada masa di terapkannya sistem ini, jarang terjadi konflik antar daerah
Tetapi, sentralisasi juga membawa dampak negatif dibidang ini. Seperti menonjolnya organisasi-
organisasi kemiliteran. Sehingga, organisasi-organisasi militer tersebut mempunyai hak yang lebih
pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan
pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah
pusat. Sehingga keputusan yang dihasilkan dapat terlaksana secara maksimal karena pemerintah daerah
Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya kemandulan dalam diri daerah karena hanya terus
bergantung pada keputusan yang di berikan oleh pusat. Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk
menghasilkan suatu keputusan atau kebijakan memakan waktu yang lama dan menyebabkan realisasi dari
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan di setiap negara hukum terutama di negara-negara hukum dengan sistem kontinental. Asas
legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum. Gagasan demokrasi ini
menuntut setiap undang-undang agar mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat sebanyak mungkin
Penerapan asas legalitas akan menunjang kepastian hukum dan kesamaan perlakuan. Penyelengggaraan
pemerintahan yang didasarkan pada asas legalitas yang berarti didasarkan undang-undang dalam
praktiknya tidak memadai dikarenakan hukum masih terdapat kelemahan. Meski asas legalitas memiliki
kelemahan namun tetap merupakan asas utama bagi setiap negara hukum.
Sejak jatuhnya era Orde Baru, reformasi dalam berbagai sektor pemerintahan mulai dilaksanakan. Bukan
hanya pemisahan antara TNI dan POLRI tetapi juga berbagai lembaga pemerintahan juga mereformasi
lembaganya masing masing. Tranparansi kinerja dan pelayanan terhadap publik yang dahulu terkesan alot
dan sulit kini semakin dipermudah meskipun pada kenyataannya masih ada proses birokrasi yang
dipersulit dan yang masih tertutup. Merubah tatanan birokrasi Indonesia tidaklah mudah. Memerlukan
jangka waktu yang panjang dan lama untuk mengubah tatanan birokrasi yang alot, tertutup, menyulitkan
merubah tatanan birokrasi Indonesia ke arah yang lebih baik untuk menjadikan proses administrasi negara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia menganut sistem parlementer dimana negara ini memiliki seorang presiden sebagai kepala
negara dan memiliki seorang perdana menteri untuk menjadi kepala pemerintahannya. Kemudian
Indonesia merubah sistem pemerintahannya menjadi presidensial, yaitu negara yang dipimpin oleh
seorang presiden yang sekaligus menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan bagi negaranya. Sistem
ini berjalan hingga ada kesepakatan antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1949. Indonesia kembali
merubah sistem pemerintahannya seperti pada saat awal kemerdekaan Indonesia yaitu sistem parlementer
dan konstitusipun berubah menjadi UUD 1950 serta bentuk negara yang semula negara kesatuan juga
berubah menjadi Republik Indonesia Serikat. Tahun 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit
presiden yang isinya kembali pada UUD 1945, maka Indonesia kembali menjadi negara kesatuan namun
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan di setiap negara hukum terutama di negara-negara hukum dengan sistem kontinental. Asas
legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum. Gagasan demokrasi ini
menuntut setiap undang-undang agar mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat sebanyak mungkin
Tranparansi kinerja dan pelayanan terhadap publik yang dahulu terkesan alot dan sulit kini semakin
dipermudah meskipun pada kenyataannya masih ada proses birokrasi yang dipersulit dan yang masih
tertutup.
Merubah tatanan birokrasi Indonesia tidaklah mudah. Memerlukan jangka waktu yang panjang dan lama
untuk mengubah tatanan birokrasi yang alot, tertutup, menylitkan dan buruk kinerjanya.
B. Saran
Saat ini, perubahan pada sistem birokrasi tidak hanya menjadi tugas pemerintah tetapi juga tugas rakyat.
Bersama-sama merubah tatanan birokrasi Indonesia ke arah yang lebih baik untuk menjadikan proses
administrasi negara berjalan sebagaimana mestinya. Berusaha menghilangkan citra buruk dan
mempermudah alur birokrasi adalah kewajiban kita untuk membangun kembali sistem birokrasi yang
baik.
Setiap sistem pemerintahan pasti memiliki kelemahan atau kekurangan. Hal ini biasa terjadi dalam sistem
ketatanegaraan. Dalam mewujudkan tujuan nasional hendaknya ada kerjasama yang sinergis antara
pemerintah dengan rakyatnya. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyatnya,
maka akan terwujud tujuan nasional. Tujuan nasional merupakan suatu bentuk keinginan dari rakyat.
Bagaimana menjalankan pemerintahan, bagaimana mewujudkan cita-cita rakyat, semua itu hanya dapat
dilakukan bila ada suatu kerjasama yang baik dari pemerintah kepada rakyatnya.