NPM 200513937
1. a. kelompok usaha Bakrie, Bakrie Amanah Rasuna Medical Center, dan Bakrie tanggap
merupakan subyek hukum yaitu badan hukum sesuai dengan dasarnya dalam pasal 1654
KUHPerdata dan Pasal 1653 KUHPerdata, badan hukum didefinisikan sebagai semua
perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang- orang preman, berkuasa
melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan
umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara
tertentu. Dan kelompok usaha ini termasuk dalam jenis badan hukum Privat dan
mengutamakan kepentingan sosial, tujuan sosial dan tetap sesuai dengan ketentuan
undang-undang
b.Yang dilakukan oleh pengurus/pihak yang mewakili badan hukum dari kelompok usaha
Bakrie, Bakrie Amanah Rasuna Medical Center, dan Bakrie tanggap merupakan kewenangan
hukum berbuat/kewenangan bertindak karna, badan hukum itu memilki hak dan kewajiban,
dan memilki kecakapan hukum karena dapat bertanggung jawab atas akibat hukum yang
terjadi yaitu hak dan kewajiban sesuai dengan hal yang mengatakan Badan hukum
mempunyai kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti halnya orang, akan tetapi
perbuatan hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Mengingat
wujudnya adalah badan atau lembaga, maka dalam mekanisme pelaksanaannya badan
hukum bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya. Dan kewenangan berbuat ini
tidak dimiliki setiap orang.
c. Doni Monardo dan Rita Rogayah sebagai penerima bantuan merupakan kewenangan
berhak karena kewenangan berhak ini dimilki oleh setiap maanusia sejak ia lahir hingga ia
meniggal dan menjadi pendukung hak dan kewajiban , seperti halnya hak menerima bantuan
dari pihak-pihak seperti dari kelompok Bakrie, lalu ada seperti hak untuk mendapat
perkerjaan, hak untuk beranak,dll. Kewenangan berhak ini diatur dalam Pasal 2 KUHPerdata
“orang mempunyai kewenangan berhak sejak dilahirkan,bahkan sejak dalam kandungan
ibunya asalkan dia lahir hidup apabila kepentingannya menghendaki”
2. a. Perkawinan yang dilakukan itu tidak sah, perkawinan dianggap sah apabila dilaksanakan
emnurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya, dan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sedangkan perkwinan syeh puji dan anak usia 7 tahun
hanya dengan memangku,mencium,dan mengatakan bahwa anak itu sudah menjadi istrinya
tanpa ada pencatatat yang sah sesuai hukum, perkawinan ini tidak sah baik secara
KUHPerdata maupun UU perkawinan UU no 1 tahun 1974 karena tidak memenuhi syarat
sesuai dalam kedua hukum terseburt ,meskipun sebenarnya ada pengajuan disepnsasi jika
mempelai dibawaah umur sesuai dalam Pasal 7 ayat (2) UU 16/2019 meminta
dispensasi kepada pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti
pendukung yang cukup yang dimaksud dengan alasan sangat mendesak adalah keadaan
tidak ada pilihan lain dan sangat terpaksa harus dilangsungkan perkawinan namun dalam hal
ini pasti tidak dikabulkan karna mempelai wanita masih belia umurnya 7 tahun banyak aspek
aspek yang belum matang baik dari segi fisik, maupun kesiapan batin,dan pasti tidak ada hal
yang memaksa pekawinan itu mesti terjadi .sehingga perkawinan ini tidak sah
b.tidak memenuhi syarat perkawinan, karena tidak mendapat restu dari kedua belah pihak,
karna pihak syeh puji saja menolak dna melaporkan tindakannya, lalu mempelai wanita tidak
memenuhi batas minimal usia perkawinan,lalu perkawinan ini tidak dicatatkan. Adapun
syarat perkawinan menurut :
UU No 1 tahun 1974:persetujuan calon mempelai, ada izin orang tua bagi yang belum
berusia 21 tahun,laki laki 19 tahun wanita 16 tahun,tidak ada hubungan darah,tidak ada
ikatan perkawinan dengan orang lain,tidak cerai 2 kali untuk perkawinan yang ketiga
kali,tidak dalam wkatu tunggu 130 hari,diumumkan paling tidak 10 hari sebelu hari H,
pelaksanaan perkawinan secara keagamaan dan kepercayaan,lalu dicatatkan
c. di teks permasalahan tidak ada dijelaskan bahwa syeh puji melakukan Poligami,namun
poligami adalah suami beristri lebiih dari satu,dan pengadilan dapat memebri izin apabila
dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan. Adapun alasan suami melakukan poligami
seperti berikut:istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seoraang istri,istri
mendapat cacat badan atau penyakit tidak dapat disembuhkan,istri tidak dapat melahirkaan
keturunan (UU Perkawinan pasal 4 ayat 2). Dan syarat suami dapat berpoligami : ada
persetujuan dari istri sebelumnya,ada kepastian bahwa suami mampu menjamin kebutuhan
hidup istri-istri dan anakanya, ada jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhdap istri dan
anak nya (pasal 5 UU Perkawinan)
(1)Pada waktu, sebelum dilangsungkan, atau selama dalam ikatan perkawinan, kedua belah
pihak atas persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
Pegawai pencatat perkawinan atau notaris, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak
ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.
(2) Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama
dan kesusilaan.