Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATAN KUALITAS KOMPETENSI SISWA

MELALUI PROGRAM ASESMEN KOMPETENSI


MADRASAH INDONESIA

DAN ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Artikel

Progam Studi: Manajemen Pendidikan Islam

Nama

Chaizatul Chasanah NIM : 206020024

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH PRODI MANAJEMEN


PENDIDIKAN ISLAM

2021
PENINGKATAN KUALITAS KOMPETENSI SISWA
MELALUI PROGRAM ASESMEN KOMPETENSI MADRASAH
INDONESIA
DAN ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM

A. Pendahuluan

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa setiap satuan
pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan dalam rangka untuk memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan
(SNP).

Salah satu Delapan Standar Nasional Pendidkan ( SNP) tersebut adalah Standar
Penilaian, berbicara tentang Penilaian adalah salah satu metode untuk
melaksanakan evaluasi pembelajaran sehingga bisa menghasilkan kualitas
pendidikan yang sesuai harapan.

Griffin dan Nix (1991: 53) menyatakan “assessment is the process of gathering
information to make informed decisions”. Menurut Ashcroft dan David Palacio
(1996: 26) “...assessment requires students to demonstrate what they know,
understand and can do already..” Allen & Yen (1997: 2) mengatakan “assessment
for learning is not like this at all – it is usually informal, embedded in all aspects
of teaching and learning, and conducted by different teachers as part of their own
diverse and individual teaching styles”. Berdasarkan atas ketiga pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa asesmen merupakan serangkaian kegiatan
pengumpulan data tentang kinerja seseorang untuk kepentingan pembuatan
keputusan. Asesmen merupakan aspek esensial dalam peningkatan mutu
penyelenggaraan pendidikan. Bahkan keduanya tak bisa dipisahkan. Ashcroft dan
David Palacio (1996: 26) menyatakan “assessment and learning are integral and
inseparable parts of the same enterprise”. Penilaian (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh beragam
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang
ketercapaian kompetensi peserta didik. Oleh karena penilaian berfungsi membantu
guru untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran, di dalam program belajar
mengajar, kegiatan penilaian membutuhkan informasi dari setiap individu dan
atau kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat melakukan penilaian dengan
cara mengumpulkan catatan yang diperoleh melalui ujian, produk, observasi,
portofolio, unjuk kerja serta data hasil interviu. Sedangkan menurut Griffin dan
Nix (1991) penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Pengertian penilaian
berhubungan erat dengan setiap bagian dari kegiatan belajar mengajar. Ini
menunjukkan bahwa proses penilaian tidak hanya menyangkut hasil belajar saja
tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan
administrasi sekolah. Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur
formal maupun informal, untuk menghasilkan informasi belajar peserta didik.
Proses penilaian (tagihan) dapat berbentuk tes baik tertulis maupun lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah. Penilaian juga dapat diartikan
sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

B. Tujuan Penilaian

Menurut Kellough dan Kellough dalam Sweringen (2006) tujuan penilaian


pembelajaran adalah untuk membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik, menilai efektivitas strategi pembelajaran,
menilai dan meningkatkan evektivitas program kurikulum, menilai dan
meningkatkan efektivitas pembelaaran, menyediakan data yang membantu dalam
membuat keputusan, komunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik.
Sementara itu Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian adalah “keeping
track, checking up, finding out and summing up”.

1. Keeping Track,yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Checking Up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran.

3. Finding Out, yaitu untuk untuk mencari, menemukan dan mendeteksi


kekurangan, kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran
sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternative solusinya

4. Summing Up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik


terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat
digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang
berkepentingan.

Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah
diberikan

2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran

3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan

4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelamahan peserta didik dalam mengikuti


kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan dasar bagi guru
untuk memberikan pengayaan, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan
untuk memberikan remedial dan bimbingan.

5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan
jenis pendidikan tertentu

6. Untuk menentukan kenaikan kelas

7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya

C. Peran Penilaian Hasil Belajar


Salah satu pertanyaan yang perlu dikemukakan untuk mengawali tentang Peran
Penilaian Hasil Belajar ini adalah apakah evaluasi yang dilaksanakan dengan
metode Penilaian mampu meningkatkan kualitas pembelajaran? Mengapa
pertanyaan ini perlu dikemukakan? Hal ini tidak bisa dilepaskan dari keterkaitan
antara kegiatan pembelajaran dengan Penilaian , di mana Penilaian merupakan
salah satu metode kegiatan untuk mengetahui kualitas proses dan hasil belajar.
Selanjutnya, hasil penilaian akan digunakan untuk bahan perbaikan mutu
pembelajaran (Miller, 2008). Sesungguhnya, salah satu tujuan evaluasi melalui
asesmen/penilaian pembelajaran adalah menyediakan bahan untuk memperbaiki
mutu pembelajaran. Meskipun demikian, tidak banyak guru yang selalu
melakukan penilaian pembelajaran pada setiap kali setelah mengajar.

A. Peran Penilaian Hasil Belajar menurut ilmuwan

Seberapa jauh peran dan fungsi penilaian dalam peningkatan mutu pembelajaran?
Ashcroft & David Palacio (1996: 53) memilah ada dua fungsi yaitu formatif dan
sumatif.

1. Peran Evaluasi Dalam Makna Formatif


Salah satu peran evaluasi dalam konteks proses pembelajaran adalah memberi
pertimbangan terhadap kualitas proses pembelajaran. Selanjutnya, hasil
evaluasi digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran menuju ke kualitas
yang lebih baik. Sesungguhnya, pada setiap kali melaksanakan kegiatan
pembelajaran guru perlu pula menyelenggarakan kegiatan evaluasi. Kegiatan
evaluasi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan belajar peserta
didik, dinamika kegiatan belajar peserta didik, pola pembelajaran yang
dilakukan guru, mengetahui kemajuan peserta didik dalam belajar, dan
memutuskan perlu tidaknya dilakukan pembelajaran remidi. Fokus kegiatan
evaluasi proses pembelajaran adalah mencermati setiap aktivitas pembelajaran
yang terjadi di sekolah atau kelas, memaknai, dan membuat keputusan apa
yang harus dilakukan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Kegiatan ini
merupakan suatu pekerjaan guru yang cukup sulit karena pembelajaran,
penilaian dan pengambilan keputusan terjadi secara berkelanjutan dan
simultan. Selama proses pembelajaran berlangsung, evaluator perlu pula
memberikan umpan balik kepada semua warga sekolah. Hasil umpan balik,
diharapkan dapat digunakan guru untuk mencari kelemahan dan kelebihan
proses pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran yang efektif diharapkan
dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran. Di samping itu, bagi peserta didik evaluasi
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajarnya. Oleh karena
itu, evaluasi dalam proses pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan
secara memadai. Hasil evaluasi proses pembelajaran dapat juga dimanfaatkan
untuk bahan laporan (progress report) kepada orang tua peserta didik tentang
kemajuan belajar anaknya. Berdasarkan atas laporan tersebut, orang tua
diharapkan dapat berpartisipasi ikut membantu guru untuk mendorong anak-
anaknya melakukan berbagai kegiatan belajar di rumah.
2. Peran Evaluasi Dalam Makna Sumatif
Dengan mendasarkan pada makna evaluasi sebagai proses mengumpulkan
informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar peserta didik, maka
evaluasi diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik
guna meningkatkan mutu pencapaian hasil belajarnya. Hasil belajar yang
diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Kita menyadari bahwa jika
evaluasi hanya memfokuskan pada pengungkapan hasil belajar saja, maka
evaluasi merupakan fokus kajian yang sempit. Namun, dalam konteks ini
bukan cakupan evaluasi yang dipersoalkan tetapi esensi dari hasil evaluasi
yang ditekankan. Hasil evaluasi inilah yang akan dijadikan sebagai rujukan
untuk meningkatkan mutu perolehan hasil belajar peserta didik. Hasil evaluasi
pembelajaran dapat digunakan sebagai informasi yang sangat berguna bagi
pengelola pembelajaran di sekolah. Kita dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan terhadap aspek-aspek belajar yang dihadapi peserta didik. Bertitik
tolak dari informasi ini kemudian kita dapat segera mengetahui perkembangan
mutu hasil belajar peserta didik dari tahun ke tahun. Dengan merujuk salah satu
tujuan evaluasi sumatif yang adalah untuk menetapkan tingkat keberhasilan
peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yang ditandai dengan perolehan nilai
peserta didik dengan ketetapan lulus atau belum maka evaluasi pembelajaran
juga berperan dan berfungsi sebagai instrumen untuk meningkatkan mutu
perolehan aspek-aspek belajar peserta didik. Dengan demikian, peranan dan
fungsi evaluasi sumatif dapat juga digunakan untuk meningkatkan mutu tugas,
ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester peserta
didik. Hal lain yang perlu dikemukakan adalah bahwa hasil evaluasi memiliki
dampak terhadap motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian, evaluasi
belajar juga dapat berkontribusi pada upaya peningkatan motivasi belajar
peserta didik.
B. Peran Penilaian Hasil Belajar menurut Badan Nasional Pendidikan Nasional

standar penilaian pendidikan dalam salah satu bagian darii Standar Nasional
Pendidikan Nasional adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur dan istrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Artinya,
pemerintah sudah mengatur bagaimana tahap-tahap melakukan penilaian.
Langkah-langkah operasional yang harus ditempuh oleh pendidik dan alat yang
digunakan untuk mengumpukan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta
didik. Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, pelaksanaan penilaian
pendidikan dapat dilakukan oleh :

1. Pendidik, yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,


konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususnannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester
dan ulangan kenaikan kelas.

2. Satuan pendidikan, yaitu kelompok layanan pendidikan yang


menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran.

3. Pemerintah, yaitu pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Departemen


Pendidikan Nasional. Tujuannya adalah untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Selanjudnya, untuk jenjang pendidikan tinggi, penilaian hasil belajar dapat
dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan tinggi. Adapun teknis
pelaksanaanya dapat diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Implikasi dari uraian diatas adalah setiap pendidik harus mengetahui dan
memahami serta dapat menerapkan konsep standar penilaian, baik yang
menyangkut tentang mekanisme, prosedur maupun instrument penilaian yang
harus digunakan. Untuk itu, guru harus mengetahui dan memahami Peraturan
Pemerintah No 19/2005 sebagai salah satu bentuk pelaksanaan UU No. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut bukan
hanya mengatur masalah penilaian, tetapi hampir semua aspek penting tentang
pendidikan juga disusun standarisasinya, sehingga dapat dijadikan rujukan atau
panduan bagi guru dalam melaksanakan pendidikan di Indonesia. Standar
Nasional Pendidikan sebagai criteria minimal dalam system pendidikan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Hal ini dimaksudkan agar dapat mencapai
tujuan Standar Nasional Pendidikan itu sendiri, yaitu untuk menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Menurut BSNP, penialian adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, hasil penilaian digunakan
untuk melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan terhadap ketuntasan
belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. Informasi tentang prestasi dan
kinerja siswa tersebut merupakan proses pengolahan data yang diperoleh melalui
kegiatan asesmen baik dengan pengukuran maupun non pengukuran. Dapat
dikatakan bahwa proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data
karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu ini disebut dengan asesmen.
Hasil pengukuran akan selalu berupa angka-angka atau data numerik, sedang hasil
non pengukuran akan berupa data kualitatif. Informasi tersebut dapat digunakan
oleh pendidik untuk berbagai keperluan pembelajaran diantaranya adalah:
(1) Menilai kompetensi peserta didik;
(2) Bahan penyusunan laporan hasil belajar; dan
(3) Landasan memperbaiki proses pembelajaran.
Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya, BSNP telah
menyusun prdoman penilaian yang terdiri atas :
1. Naskah Akademik, berisi berbagai kajian teoritis dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan penilaian, baik yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan
ataupun pemerintah.
2. Panduan Umum; panduan umum berisi pedoman, panduan penilaian yang
bersifat umum yang berupa rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan oleh
guru pada semua mata pelajaran, panduan ini juga berlaku untuk semua kelompok
mata pelajaran.
3. Panduan khusus; terdiri dari 5 seri, sesuai dengan kelompok mata pelajaran;
disusun untuk memberikan rambu-rambu penilaian yang seharusnya dilakukan
oleh guru pada kelompok mata pelajaran tertentu, sehingga terdiri dari 5 seri
panduan khusus yang terdiri dari:
a. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
c. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika;
e. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
Selanjudnya, BSNP mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian hasil belajar
sebagai berikut :
a. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,
dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada
peserta didik untuk lebih giat belajar.
b. Terbuka atau transparan, artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria penilaian
ataupun dasar pengambilan keputusan harus disampaikan secara transparan dan
diketahui oleh pihak-pihak terkait secara obyektif.
c. Menyeluruh, artinya penilaian hasil belajar yang dilakukan harus meliputi
berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai yang terdiri dari ranah pengetahuan
kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai afektif yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
d. Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan penilaian
kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan
psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan setelah siswa
menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses pembelajaran.
e. Obyektif, artinya proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan
pengaruh- pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai.
f. Sistematis, yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap serta
berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar
siswa.
g. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
sepanjang rentang waktu pembelajaran.
h. Adil, mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada siswa
yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial ekonomi,
agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender.
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu menggunakan kriteria
tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut BSNP ada dua standar pokok yang harus diperhatikan dalam penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan, yaitu (1) standar penentuan kenaikan kelas
dan (2) standar penentuan kelulusan.
Proses memperoleh data proses dan hasil belajara; pendidik dapat menggunakan
berbagai teknik penilaian secara komplementer sesuai dengan kompetensi yang
dinilai. Menurut Pedoman umum BSNP, teknik penilaian yang dapat digunakan
secara komplementer ataupun sendiri-sendiri sesuai dengan kompetensi yang akan
dinilai antara lain:
1. Tes Kinerja Tes Kinerja ini adalah berbagai jenis tes yang dapat berbentuk tes
keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan sebagainya.
Melalui tes kinerja ini peserta didik mendemonstrasikan unjuk kerja sebagai
perwujudan kompetensi yang telah dikuasainya.
2. Demonstrasi Teknik demonstrasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
data kuantitatif dan kualitatif sesuai kompetensi yang dinilai.
3. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar
dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik
tanpa menggunakan instrumen.
4. Penugasan Penugasan adalah bentuk evaluasi yang dapat dilakukan dengan
model proyek yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan
diselesaikan oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus dilaporkan baik
secara tertulis maupun lisan. Penugasan ini dapat pula berbentuk tugas rumah
yang harus diselesaikan peserta didik.
5. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik
dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan belajar dan prestasi siswa.
6. Tes tertulis Tes tertulis merupakan teknik penilaian yang paling banyak
digunakan oleh pendidik, adalah tes yang bisa berupa tes dengan jawaban pilihan
atau isian, baik pilihan ganda benar salah ataupun menjodohkan, serta tes yang
jawabannya berupa isian ataupun uraian
7. Tes Lisan Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang dilaksanakan melalui
komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan satu atau beberapa
penguji. Pertanyaan ataupun jawabannya disampaikan langsung atau spontan. Tes
jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran.
8. Jurnal Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama berlangsungnya
proses pembelajaran, sehingga jurnal berisi deskripsi proses pembelajaran dengan
kekuatan dan kelemahan siswa terkait dengan kinerja ataupun sikap.
9. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam
yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian peserta didik.
10. Inventori Inventori adalah skala psikologis yang digunakan untuk
mengungkap sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek psikologis,
ataupun fenomena yang terjadi, antara lain berupa skala Likert dan sebagainya.
11. Penilaian diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang digunakan agar
peserta didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai
hal.
12. Penilaian antar Teman (penilaian sejawat) Penilaian antar teman ini dilakukan
dengan meminta siswa mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman dalam
berbagai hal. Penilaian ini dapat pula berupa sosiometri untuk mendapat informasi
anak-anak yang favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam kelompoknya.
Berbagai teknik penilaian tersebut dapat dilakukan secara kombinasi untuk bisa
memperoleh informasi yang selengkap dan sedetail mungkin tentang proses,
kemajuan dan hasil belajar peserta didik

D. Peran Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia dalam Peningkatan


Kualitas Kompetensi

Pendidikan diselenggarakan dengan orientasi Jangka Panjang dengan menyiapkan


generasi yang mengelola kehidupan di masanya, sehingga pendidikan saat ini
dikelola di madrasah untuk menyiapkan siswa di madrasah yang mampu
mengelola kehidupan di abad 21, di dalam kehidupan abad 21 yang diperlukan
adalah kualitas kompetensi siswa ( kompetensi manusia),oleh karena itu dalam
penyelenggaraan Pendidikan kita perlu memiliki sebuah proyeksi untuk
meningkatkan mutu kompetensi siswa Indonesia,oleh karena itu kementerian
agama untuk Pendidikan Madrasah merasa berkewajiban untuk mengawal kualitas
kompetensi siswa yang ada di madrasah,yang kemudian membuat Program
Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia,tujuan utamanya adalah untuk
membantu madrasah meningkatkan kualitas pembentukan kompetensi siswa
melalui sebuah langkah pertama diagnostic kondisi kompetensi siswa madrasah
yang diharapkan dari diagnostik itu mendapatkan fakta objektif riil siswa
madrasah yang kemudian dijadikan titik tolak kebijakan peningkatan mutu
madrasah yang akhirnya follow up titik jauhnya adalah meningkatkan kompetensi
siswa sesuai dengan kebutuhan hidup di abad 21

Kementerian Agama mulai tahun ini menggelar Asesmen Kompetensi Madrasah


Indonesia (AKMI). Program ini menjadi bagian dari upaya Kementerian agama
untuk terus meningkatkan kompetensi siswa Madrasah, Asesmen Kompetensi
Madrasah Indonesia (AKMI) merupakan penilaian kompetensi mendasar terhadap
seluruh murid madrasah jenjang MI, MTs dan MA sebagai alat ukur untuk
mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat.
Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia, disingkat AKMI adalah asesmen yang
dilakukan pada siswa madrasah sebagai metode penilaian yang komprehensif
untuk mendiagnosis kelebihan dan kelemahan siswa pada literasi membaca,
literasi numerasi, literasi sains dan literasi sosial budaya termasuk survei karakter
dengan penjelasan sebagai berikut :

1- Literasi numerasi merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep


bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari.
2- Literasi membaca adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan,
mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan
masalah, mengembangkan kapasitas individu, sebagai warga Indonesia
dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat
3- Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah dalam
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami
karakteristik sains, serta kesadaran bagaimana sains dan teknologi
mempengaruhi manusia dan lingkungan
4- Literasi sosial budaya merupakan kemampuan individu dan masyarakat
dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu
budaya dan bangsa, termasuk kemampuan untuk menerima dan
beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman

Hasil asesmen dapat digunakan oleh guru dan madrasah untuk

1- memperbaiki layanan pendidikan yang dibutuhkan siswa sebagai dasar


untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran
2- untuk mendiagnosis kompetensi siswa; bahan pertimbangan dalam
pemetaan mutu kompetensi siswa, serta bahan perbaikan mutu
pembelajaran di madrasah.

Sasaran AKMI Tahun 2021 adalah

1- siswa kelas 5 (lima) pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) semester


ganjil, untuk mengukur kompetensi siswa sebagai hasil belajar siswa kelas
4 (empat) Madrasah Ibtidaiyah
2- siswa kelas 8 (delapan) pada jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs)
semester ganjil, untuk mengukur kompetensi siswa sebagai hasil belajar
siswa kelas 7 (empat) Madrasah Tsanawiyah
3- siswa kelas 11 (sebelas) pada jenjang Madrasah Aliyah (MA) semester
ganjil, untuk mengukur kompetensi siswa sebagai hasil belajar siswa kelas
10 (sepuluh) Madrasah Aliyah

AKMI dilaksanakan berbasis komputer, dengan dua moda yakni secara online
penuh (siswa mengerjakan soal secara online langsung pada server pusat) dan
secara semi online (siswa mengerjakan soal secara offline pada server madrasah,
selanjutnya jawaban siswa dikirim oleh operator madrasah secara online ke server
pusat). Infrastruktur teknologi yang digunakan dalam penyelenggaraan AKMI
adalah multi-stage test (MST), teknologi berbasis artificial Intelligence untuk
mendeteksi kompetensi siswa secara cermat. Siswa dapat mengerjakan soal
AKMI menggunakan piranti computer, laptop, tablet, maupun gawai (handphone
android)

AKMI Tahap pertama dilaksanakan pada Tingkat Madrasah Ibtidaiyah yang


digelar secara serentak pada 12.809 MI di 34 provinsi. Giat ini berlangsung dari 8
- 20 November 2021. Jumlah tersebut merupakan 50 persen dari seluruh jumlah
MI di Indonesia, Sedangkan 50 persen MI lainnya dijadikan sebagai kelompok
kontrol dalam mengetahui evaluasi dampak program AKMI dalam upaya
peningkatan mutu pembelajaran dalam rangka peningkatan kompetensi siswa
madrasah.

Tindak lanjut dari hasil asesmen adalah perbaikan mutu melalui cara :
1- penggalian data diagnostic
2- perbaikan program pembelajaran

oleh sebab itu guru akan diberi bekal membaca deskripsi diagnostic guna
menindaklanjuti rekomendasi perbaikan pembelajaran untuk melakukan program
perbaikan dari kelas ke kelas

E. Peran Asesmen Kompetensi Minimal dalam Peningkatan Kualitas


Kompetensi

1. Pengertian Assessment Kompetensi Minimum (AKM)

Assessment Kompetensi Minimum (AKM) adalah  penilaian kompetensi


mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan
kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi
mendasar yang diukur AKM: literasi membaca dan literasi matematika
(numerasi). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai
mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar
menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan
memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan
beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan
kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan
untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.

Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami,


menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk
mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan
untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.

Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan


alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis
konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.

Apa yang diukur dalam AKM?

Mutu diukur menggunakan 3 Instrumen.

1. Asesmen Kompetensi Minimum, mengukur literasi membaca dan


numerisasi sebagai hasil belajar kognitif.
2. Surveri Karakter, mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai (values) sebagai
hasil belajar non-kognitif.
3. Survei Lingkungan Belajar, mengukur kualitas pembelajaran dan iklim
sekolah yang menunjang pembelajaran.

Siapa saja yang mengikuti AKM Nasional?

1. Murid/Warga Belajar
 Untuk persekolahan peserta adalah sampel siswa Kelas 5, 8, dan 11
(dipilih secara acak).
 Untuk pendidikan kesetaraan peserta adalah warga belajar kelas 6, 9, 12
yang memerlukan.
 Setiap peserta mengerjakan AKM, Survei Karakter, dan Survei
Lingkungan Belajar.
2. Guru

Semua guru mengerjakan Survei Lingkungan Belajar secara mandiri.


3. Kepala Satuan Pendidikan

Semua kepala satuan pendidikan mengerjakan Survei Lingkungan Belajar


secara mandiri.

Tujuan Asesmen Nasional

 Literasi membaca dan numerisasi adalah dia kompetensi minimum bagi


murid untuk bisa belajar sepanjang hayat dan berkontribusi pada
masyarakat.
 Meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
 Mengembangkan potensi murid secara utuh.
 Asesmen nasional mendorong mengembangkan sikap, nilai (values), dan
perilaku yang mencirikan Pelajar Pancasila.
 Hasil Asesmen Nasional perlu digunakan untuk diagnosis masalah dan
perencanaan perbaikan pembelajaran oleh guru, kepala sekolah, dan dinas
pendidikan.

Penggunaan Hasil Asesmen Nasional

1. Pemetaan mutu sistem pendidikan


 Hasil Asesmen Nasional 2021 tidak digunakan untuk menilai prestasi
peserta didik ataupun kinerja guru dan sekolah.
 Laporan hasil Asesmen Nasional 2021 diberikan kepada guru dan sekolah
sebagai alat untuk melakukan evaluasi diri dan perbaikan pembelajaran.
 Murid, orangtua, gurum dan sekolah tidak perlu cemas dan tidak perlu
melakukan persiapan khusus untuk menghadapi Asesmen Nasional.
2. Ujian Penyetaraan
 Khusus untuk program pendidikan kesetaraan, Asesmen Nasional memiliki
fungsi ganda, yaitu sebagai alat pemetaan mutu dan ujian penyetaraan hasil
belajar bagi peserta didik yang memerluka
 Yang digunakan sebagai ujian penyetaraan adalah AKM Literasi dan AKM
Numerasi.
Pelaksanaan Asesmen Nasional

Pelaksanaan Asesmen Nasional dikoordinasi oleh Kemendikbud bekerja sama


dengan Dinas Pendidikan dan Kanwil dan Kantor Kemenag.

1. Berbasis komputer dan daring


 Asesmen Nasional dilaksanakan menggunakan komputer dan secara
daring
 Murid mengerjakan pada sesi dengan jadwal yang ditentukan dan dengan
diawasi
 Guru dan kepala satuan pendidikan mengerjakan survei secara mandiri
dengan periode waktu yang cukup panjang.
1. Koordinasi yang diperlukan
 Pemetaan dan penyiapan komputer dan sarana pendukung.
 Pemetaaan sekolah secara spasial untuk sharing resources
 Penyiapan teknisi TIK terutama untuk jenjang SD.

Bentuk Pelaksanaan Asesmen

Ada dua bentuk AKM yang dilaksanakan, berikut penjelasannya;

1. AKM Nasional
 Berfungsi untuk mengevaluasi kualitas sistem pendidikan.
 Sampel peserta didik kelas 5, 8, dan 11 ditentukan oleh kemdikbud.
 Pelaksanaan terstandar oleh pusat.

Peserta AKM

 SD/MI maksimal 30 murid.


 SMP/MTs maksimal 45 murid.
 SMA/SMK/MA maksimal 45 murid.
 Semua peserta ujian Paket A/Ula-Kelas
 Paket B/Wustha-Kelas 9 dan Paket/Ulya-Kelas 12 yang belajar di satuan
pendidikan kesetaraan menjadi responden.
2. AKM Kelas
 Fungsi formatif untuk mehami hasil belajar individu peserta didik.
 Peserta didik kelas 2 12 sesuai kebutuhan diagnosa guru Pelaksanaan oleh
guru di kelas.

Perbedaan AKM dan Ujian Nasional

AKM, Survey Karakter,


 Aspek Ujian Nasional Survey Lingkungan
Belajar
Capain kompetensi pada
literasi membaca dan
Capaian pada kompetensi
numerasi.
 Hal yang diukur kurikulum berdasarkan
Karakter siswa.
mata pelajaran
Gambaran lingkungan
belajar.
Semua satuan Pendidikan
Semua peserta didik kelas
 Target Pengukuran dengan sampel peserta
9 dan 12.
didik kelas 5, 8, dan 11.
Komputer dan kertas-
 Moda asesmen Komputer
pensil
 Metode asesmen Fixed test Multistage adaptive stage
Individu dan agregat di
Satuan pendidikan dan
 Pelaporan satuan Pendidikan serta
agregrat wilayah
wilayah
Perbaikan pembelajaran
Pemetaan dan perbaikan serta peningkatan
 Fokus laporan
pembelajaran lingkungan belajar yang
kondusif
Peserta didik kelas 12 yang
Kebutuhan pengakuan  Secara otomatis diperoleh memerlukan akan
kompetensi individu dari hasil asesmen nasional mendaftarkan diri untuk
AKM individu/siswa

Asesmen Nasional

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,


madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu
satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar

murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses
belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran.
Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.


Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki
kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar
murid.
Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau (a) perkembangan
mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem
pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di
satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar
kelompok berdasarkan atribut tertentu).
Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seha rusnya menjadi
tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid.
Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah
sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan
dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber
daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Asesmen Nasional tidak menentukan kelulusan. Asesmen Nasional diberikan
kepada murid bukan di akhir jenjang satuan pendidikan. Asesmen Nasional juga
tidak digunakan untuk menilai
peserta didik yang menjadi peserta asesmen. Hasil Asesmen Nasional tidak akan
memuat skor atau nilai peserta didik secara individual. Seperti dijelaskan
sebelumnya, hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya
perbaikan pembelajaran. Dengan demikian, Asesmen Nasional tidak terkait
dengan kelulusan peserta didik. Penilaian untuk kelulusan peserta didik
merupakan kewenangan  pendidik dan satuan pendidikan.
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di Indonesia, termasuk satuan pendidikan kesetaraan. Pada tiap satuan
pendidikan, asesmen akan dilakukan Di tiap satuan pendidikan, Asesmen
Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang
dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk pendidikan kesetaraan, peserta
Asesmen Nasional adalah peserta didik yang pada akhir jenjang, yaitu kelas VI
(program Paket A/Ula),
kelas IX (Program Paket B/Wustha), kelas XII (program Paket C/ Ulya) yang
telah memenuhi syarat. Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh guru dan kepala
sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala
sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan
hasil belajar di setiap satuan pendidikan.
Asesmen Nasional hanya dilaksanakan oleh beberapa murid ,Hal ini terkait
dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan
untuk menentukan kelulusan menilai prestasimurid sebagai seorang individu.
Evaluasi hasil belajar setiap individu murid menjadi kewenangan pendidik.
Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem.
Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah
dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua murid perlu
menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari
sampel yang mewakili populasi murid di setiap sekolah pada jenjang kelas yang
menjadi target dari Asesmen Nasional.
yang menjadi sampel adalah murid kelas V, VIII dan XI,Hasil Asesmen Nasional
diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan
jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar murid yang menjadi peserta
Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih
berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk
memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid
kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya,
sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang
diukur dalam Asesmen Nasional.
Asesmen Nasional tidak menggantikan peran UN dalam mengevaluasi prestasi
atau hasil belajar murid secara individual. Namun Asesmen Nasional
menggantikan peran UN sebagai sumber informasi untuk
memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan. Sebagai alat untuk
mengevaluasi mutu sistem, Asesmen Nasional akan menghasilkan potret yang
lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses
pembelajaran di sekolah. Laporan hasil Asesmen Nasional akan dirancang untuk
menjadi “cermin” atau umpan balik yang berguna bagi sekolah dan Dinas
Pendidikan dalam proses evaluasi diri dan perencanaan program.
Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan
Literasi Matematika (atau Numerasi). Keduanya dipilih karena merupakan
kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua murid,
terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan. Literasi dan numerasi juga
merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran.
Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya
dikembangkan tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga
pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-
sistematis yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya  dikembangkan
melalui berbagai pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi, Asesmen
Nasional mendorong guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada
pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis.
Asesmen Nasional bertujuan tidak hanya memotret hasil belajar kognitif murid
namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Asesmen nasional
diharapkan dapat memotret sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat
memprediksi tindakan dan kinerja murid di berbagai konteks yang relevan. Hal ini
penting untuk menyampaikan pesan bahwa proses belajar-mengajar harus
mengembangkan potensi murid secara utuh baik kognitif maupun non kognitif.
Asesmen Nasional mengukur kompetensi mendasar (general capabilities) yang
dapat diterapkan secara luas dalam segala situasi. Kompetensi mendasar ini perlu
dipelajari oleh semua murid dan sekolah,
sehingga dibangun melalui pembelajaran beragam materi kurikulum lintas mata
pelajaran.
Target asesmen yang sekedar mengukur penguasaan murid akan konten atau
materi kurikulum menjadi tidak relevan karena di era informasi saat ini,
pengetahuan faktual semakin mudah diperoleh dan diakses oleh hampir setiap
orang. Sekedar mengetahui menjadi tidak cukup dan kurang relevan.
Asesmen Nasional berfokus mengukur pada kemampuan murid untuk
menggunakan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari beragam materi
kurikulum untuk merumuskan serta menyelesaikan
masalah. Asesmen Nasional menggeser fokus dari keluasan pengetahuan menuju
kedalaman kompetensi dari kurikulum. peran Asesmen Nasional dalam
pendidikan jalur non-formal,Seperti pada pendidikan formal, Asesmen Nasional
pada pendidikan jalur non-formal, berfungsi untuk memetakan dan mengevaluasi
mutu pendidikan. Namun, selain itu Asesmen Nasional, khsususnya AKM
berfungsi sebagai ujian penyetaraan. Seperti telah disampaikan pada halaman 6,
peserta Asemen Nasional pada pendidikan kesetaraan adalah peserta didik yang
berada pada tahap akhir program belajarnya, yaitu kelas VI, kelas IX, dan kelas
XII. Peserta Asesmen Nasional pendidikan jalur non-formal adalah peserta didik
yang memenuhi syarat dan mendaftarkan diri untuk ujian kesetaraan. Hasil ujian
kesetaraan tersebut sekaligus digunakan sebagai Rapor satuan pendidikan
kesetaraan.
Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen, yaitu:
 Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca dan
literasi matematika (numerasi) murid.
 Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang
mencerminkan karakter murid;
 Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dilakukan untuk mengukur literasi
membaca dan numerasi matematika murid.
Pengertian minimum untuk menunjukkan literasi membaca dan numerasi
merupakan kompetensi yang setidak-tidaknya harus dimiliki untuk seseorang
dapat berfungsi secara produktif dalam kehidupan. Konten yang diukur bersifat
esensial serta berkelanjutan lintas kelas maupun jenjang. Tidak semua konten
pada kurikulum diujikan.
perbedaan AKM dan Survei Karakter
AKM mengukur hasil belajar kognitif yang mengukur literasi membaca dan
literasi matematika (numerasi) murid.
Sementara Survei Karakter mengukur hasil belajar emosional yang mengacu pada
Profil Pelajar Pancasila dimana pelajar Indonesia memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Survei Lingkungan Belajar menggali informasi mengenai kualitas proses
pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran, namun
pertanyaan akan disesuaikan dengan perspektif respondennya.
Terdapat berbagai macam literasi, misalnya membaca, sains,digital, dan
keuangan. Apakah AKM meliputi semua literasi tersebut? Tidak. AKM tahun
2021 hanya mencakup literasi membaca dan literasi matematika (numerasi).
Asesmen literasi membaca dan numerasi pada AKM dapat ditinjau dari 3
komponen (aspek) yaitu: konten, proses kognitif, serta konteks. bagan berikut
menjelaskan rincian komponen AKM literasi membaca serta numerasi.
Bentuk soal Asesmen Nasional terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.
Peserta Asesmen Nasional adalah seluruh satuan pendidikan yang terdiri atas:
kepala sekolah, seluruh guru, dan murid yang dipilih secara acak dengan
stratifikasi sosial ekonomi oleh Kemdikbud. Jenjang SD/MI, kelas V maksimal 30
murid, jenjang SMP/MTS kelas VIII, SMA/MA, SMK kelas IX maksimal 45
murid setiap satuan pendidikan.
Siswa yang memiliki hambatan intelektual atau hambatan lainnya sehingga tidak
memungkinkan untuk mengerjakan asesmen secara mandiri/tanpa bantuan, tidak
mengikuti Asesmen Nasional, misalnya
siswa pada SLB A, SLB C, dan SLB G. Bila siswa pada SLB lainnya juga
mengalami hambatan untuk pelaksanaan secara mandiri juga tidak diikutkan
sebagai peserta Asesmen Nasional. Namun guru dan
kepala sekolah pada sekolah-sekolah tersebut tetap mengikuti Asesmen Nasional,
khususnya sebagai peserta survei lingkungan belajar.
Peserta AKM adalah semua murid yang menjadi responden Asesmen Nasional.
Guru maupun kepala sekolah TIDAK mengerjakan AKM.
Asesmen Nasional dilaksanakan di seluruh sekolah, madrasah dan satuan
pendidikan kesetaraan di wilayah Indonesia.
Murid akan dipilih secara acak oleh Kemdikbud dengan mempertimbangkan
faktor sosial ekonomi. Satuan pendidikan tidak diper- kenankan mengganti
sampel murid karena dapat memengaruhi hasil dan tindak lanjut perbaikan
pembelajaran.
Target responden Asesmen Nasional adalah semua guru baik status kepegawaian
tetap maupun pegawai lepas/honorer. Tujuan Survei Lingkungan Belajar adalah
menggali informasi yang dapat mencerminkan kondisi sekolah sesungguhnya.
Sehingga tingkat partisipasi yang tinggi diharapkan mampu memberikan cerminan
yang lebih baik.
Asesmen Nasional terdiri atas: (1) AKM, (2) Survei Karakter, dan (3) Survei
Lingkungan Belajar. Pelaksanaan Asesmen Nasional untuk murid akan
dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama untuk Asesmen Literasi Membaca
dan Survei Karakter, sedangkan hari kedua untuk Asesmen Numerasi dan Survei
Lingkungan Belajar.
Pelaksanaan Survei Lingkungan Belajar untuk kepala sekolah dan guru lebih
fleksibel dan diberikan alokasi waktu melengkapi semua pertanyaan selama
pelaksanaan Asesmen Nasional di sekolah yang
bersangkutan (2-4 hari). Pengerjaan angket oleh kepala sekolah maupun guru
dilakukan secara daring tanpa pengawasan.
Terdapat sejumlah modifikasi pada teknik pelaksanaan Asesmen Nasional, seperti
bentuk soal, maupun sistem adaptif. Namun secara umum tenaga teknis yang
mampu melakukan UNBK semi daring akan
mudah mempelajari sistem pelaksanaan Asesmen Nasional.
Kemdikbud memberikan alokasi waktu antara 2-4 hari selama pelaksanaan
Asesmen Nasional di sekolah untuk guru dan kepala sekolah mengisi Survei
Lingkungan Belajar. Diharapkan dalam tenggat waktu tersebut semua guru akan
berpartisipasi. Partisipasi setiap guru di dalam Survei Lingkungan Belajar akan
mempengaruhi akurasi gambaran umum iklim belajar dan iklim satuan
pendidikan.

Setiap sesi memerlukan waktu maksimal 140 menit untuk jenjang SD sederajat
dan 165 menit untuk jenjang SMP/SMA sederajat. Oleh karena itu, dalam satu
hari dapat diselenggarakan 3 sesi tes.

tindak lanjut dari sekolah dengan hasil AKM adalah Sekolah diharapkan mampu
merefleksi hasil AKM dalam pembelajaran sehingga guru-guru menerapkan
teaching at the right level serta fokus membangun kompetensi serta karakter
murid. laporan sekolah terkait iklim belajar dan iklim satuan pendidikan
diharapkan ditindaklanjuti manajemen sekolah untuk menyusun dan
melaksanakan programprogram sekolah yang mendorong terciptanya iklim belajar
yang positif dan kondusif.

F. Tantangan dan peluang Asesmen Nasional

tantangannya ialah

1- bagaimana memastikan siswa yang masuk di dalam sampling dapat


mengerjakan AN dengan baik. “Jangan sampai mereka mengerjakan asal-
asalan sehingga hasil satu sekolah itu buruk. Tapi sebaliknya tidak boleh
juga sekolah hanya mengambil sampel anak-anak yang pintar
2- Bagi pelaksana di lapangan, tidak semudah membalikkan telapak
tangan,yang tadinya fokus pada konten pembelajaran menjadi fokus pada
proses pembelajaran,
3- Kemampuan pendidik didalam aspek pengetahuan pedagogic,pengetahuan
konten dan pengetahuan tehnologi masih kurang untuk pelaksanaan
program AKMI
4- Setiap guru dituntut untuk menguasai teknologi akan teknologi merupakan
kunci keberhasilan dalam bidang apa saja di era industry saat ini
5- Siswa merasa soal soal pada AKMI /AKM terlalu panjang
6- Sekolah/Madarsah bisa meningkatkan kualita mutu nya dengan
melaksanakan rekomendasi dari hasil asesmen tersebut
Daftar Pustaka

Alen, Mary., & Yen, Wendy. (1979). Introduction to measurement theory.


California: Brooks/Cole Publishing Company.
Ashcroft, Kate & David Palacio. (1996). Researching into assessment and
evaluating in colleges and universities. London: Kogan Pagge
Limited.
Ebel, R. L. (1979). Essential of educational measurement. New Jerseey:
Prentice-Hall, Inc.
Griffin, Patrix., & Nix, Peter. (1991). Educational assesment and reporting.
Sydney: Harcout Brace javanovich, Publisher.
Guildford, J.P. (1982). Psychometric Methods. New Delhi: Tata McGraw
Hill Publishing Co.
Johnson, David W. & Johnson, Roger T. 2002. Meaningful assessment: a
manageable and cooperative process. Boston: Allyn and Bacon.
KTIPTK. (2009). “Evaluasi pembelajaran”. http://ktiptk.
blogspirit.com/archive/2009/01/26/evaluasi-pembelajaran.html
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Miller, W. Patrick. 2008. Measurement and teaching. Indiana:
www.pwmilleronline.com
Ornstein, Allan dan Hunkins, Prancis P. (1998). Curriculum Foundation
Principles and Issues, Englewood Chiffs NJ: Prentice Hall.
Phillips, Allen D. (1979). Measurement and Evaluation in physical
Education. Canada: John Whiley & Sons, Inc.
Zainul, A. dan Noehi Nasoetion. (1997). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Dirjen Dikti Depdikbud
-----------------------------. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,
tentang Standar Nasioanal Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
-----------------------------. 2003.
Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas. ----------------------------- Naskah akademik. Jakarta: BSNP.
-----------------------------
Pedoman Umum Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: BSNP. Departemen Pendidikan
Nasional. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran dan Kepribadian.
Jakarta: BSNP

Anda mungkin juga menyukai