Anda di halaman 1dari 24

II.

PEMBAHASAN

a. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh
penulis atau pembicaranya.

b. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dan Contoh

1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki
keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
   Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). (Tidak Menjamakkan Subjek)
Contoh:
   Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif, pemilihan kata yang tepat sangatlah penting
untuk diperhatikan sehingga tidak menghasilkan kalimat yang ambigu
(menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
 Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu
dan tidak efektif).
 Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan
hadiah (efektif).

3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi
tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang
berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
 Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak
efektif)
 Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
 Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
 Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
 Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
 Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5. Kesatuan atau Kepaduan

Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat,
yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
 Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak
efektif)
 Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
 Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
 Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesajajaran


Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan
yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
 Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak
efektif)
 Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
 Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
 Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide
pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada
beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
 Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.
 Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini. (ketegasan)
 Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
 Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
 Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
 Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
 Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
 Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun,
dan –kah.
Contoh:
 Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
 Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
III. PENUTUP

a. Kesimpulan
           
1. Kalimat efektif adalah kalimat  yang di susun menurut pola struktur yang
benar sesuai dengan situasi yang menyertainya
2. Sebuah kalimat efektif haruslah di susun secara sadar untuk mencapai
daya informasi yang di inginkan oleh penulis terhadap pembacanya.
3. Persyaratan-persyaratan yang perlu di perhatikan dalam membuat kalimat
efektif yaitu :
a.       Kesepadanan dan kesatuan.
b.      Kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang di pakai.
c.       Penekanan untuk mengemukakan ide pokok.
d.      Kehematan dalam menggunakan kata.
e.       Kevariasian dalam struktur kalimat.

b. Saran
            Setelah kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kalimat efektif,
ternyata tidak mudah untuk memilih pilihan kata yang tepat, sehingga membuat
kalimat yang kita gunakan bisa menjadi lebih efektif. Dengan memperhatikan
syarat syarat untuk membuat kalimat efektif seperti gramatikal, pilihan kata,
penalaran, dan keserasian, yang syarat-syarat tersebut harus diterapkan untuk
menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat mengetahui kalimat mana
yang lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.
           
Saran kami, agar tugas Dasar-Dasar Menulis yang membahas tentang kalimat
efektif ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pembaca. Sehingga
pembaca dapat mengerti apa saja syarat-syarat yang diperlukan untuk membentuk
suatu kalimat efektif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.


Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa
lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan
kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang
minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan
prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau
tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang
berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi
kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma
(;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!).

 Adapun ciri- ciri kalimat yaitu :


a. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
c. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
d. Mengandung pikiran yang utuh.
e. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung
fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut
fungsinya.
f. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
g. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.

 Berdasarkan cara menyusun subjek predikatnya kalimat terdiri :


o Kalimat inversi (susun balik)

Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului


subjek. Kalimat ini dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Ciri
kalimat versi kata atau frasa tertentu yang pertama muncul dalam tuturan
akan menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna dalam hal
menimbulkan kesan tertentu, dibandingkan dengan bila kata atau frasa
ditempatkan pada urutan kedua.

Contoh :

1. Memasak, ibu untuk makan siang.

                  P           S

2. Ambilkan buku diatas meja itu !

          P                     S

3. Sepakat kami untuk belajar bersama.

                  P          S               
o Kalimat versi ( pola S-P-O-K )

Kalimat   versi   adalah   kalimat   yang   susunannya   sesuai   dengan  tata 
  bahasa indonesia ( S-P-O-K )

Contoh :

a. Ia bekerja di Jakarta.
b. Ia membelikan paman sebungkus rokok.

 Berdasarkan kelengkapan unsurnya terbagi menjadi dua yaitu :


o Kalimat Mayor : kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua
unsur pusat (inti)

Contoh :

a. Kakak membaca.
b. Ia mengambil buku itu.

o Kalimat Minor : kalimat yang hanya mengandung satu unsur pusat (inti)

      Contoh :

a. Pulang !
b. Sangat mahal.

 Berdasarkan ada / tidaknya objek dibagi menjadi dua yaitu :

o   Kalimat transitif : kalimat yang memiliki objek

     Contoh :         

a. Perampok itu memukul Tohir dengan balok.


b. Nita menyapu halaman rumahnya.

o   Kalimat intransitif : kalimat yang tidak mempunyai objek.

     Contoh :

a. Paman berobat ke Jakarta


b. Dia mengangguk-angguk saja.

 Kalimat Berdasarkan  isinya dibagi menjadi :

o   Kalimat berita: menceritakan kejadian / keadaan

Contoh :

a. Herman tidak ikut berdarmawisata karena tidak punya cukup uang.

o   Kalimat tanya : berisi pertanyaan

a. Siapa yang terpilih menjadi ketua partai itu


b. Mengapa kamu sampai terjerumus dalam pemakaian obat terlarang itu ?

o   Kalimat perintah: memberikan perintah untuk melakukan sesuatu

a. Pergilah dari sini. (perintah langsung / kasar)


b. Tolong, jangan ribut di ruangan ini ! (perintah halus)
c. Biarkan dia bermain ! (pembiaran)
d. Para peserta seminar dimohon memasuki ruangan ! (permohonan)
e. Terimakasih untuk tidak merokok ! ( larangan halus)
f. Ayolah kita belajar ! ( harapan)

o   Kalimat seru : mengungkapkan perasaan/emosi yang kuat

a. Aduh, saya pusing memikirkan ulah anak saya !


b. Wah, kamu sungguh beruntung !
c. Bukan main pandainya kamu mempermainkan perasaan perempuan !
d. Hai, hari cerah begini masakan kamu tidur saja di rumah !

2. Unsur-unsur kalimat

Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita
harus mengetahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat.
Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat,
Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).

Berikut beberapa unsur kalimat :

1. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh,
sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok
pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata benda/frasa nominal, kata
kerja/frasa verbal, dan klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan
rumus pertanyaan apa ataupun siapa.
Contoh :
a.     Kakek itu sedang melukis. (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
b.    Berjalan kaki  menyehatkan badan. (S yang diisi kata kerja/frasa
verbal).
c.     Gunung Kidul itu tinggi. (S yang diisi kata benda/frasa nominal).

Ciri-ciri subjek sebagai berikut :

a. Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa

Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas


pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
Contoh :

 Paijo adalah seorang guru.

b. Disertai Kata Itu

Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).


Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah
takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain
tidak disertai kata itu.

Contoh :

 Buku itu dibeli oleh Tukimin.

c. Didahului Kata Bahwa

Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang


menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu,
kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat
pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.

Contoh :

 Bahwa pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.


 Saya mengatakan bahwa Super Junior adalah boyband favoritku.

d. Mempunyai Keterangan Pewatas Yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan
keterangan pewatas.

Contoh :
 Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.

e. Berupa Nomina atau Frasa Nominal

Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping


nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata
penunjuk itu.

Contoh :

 Bermain itu menyenangkan.

2. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
perbuatan (action) apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu
kalimat. Satuan bentuk pengisian P dapat berupa kata atau frasa
namun  sebagian besar berkelas verbal atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeral, nominal atau frasa nominal. Pemakaian kata adalah pada
predikat biasa terdapat pada kalimat nominal. Predikat (P) dapat dicari
dengan rumus pertanyaan bagaimana, mengapa, ataupun diapakan.
Contoh :
a. Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa verbal).
b. Soal ujian ini  sulit sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa
adjektif).
c. Karangan itu  sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa
adjektif).
d. Santi  adalah  seorang kolektor (P dengan pemakaian kata adalah
pada frasa nominal).

Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut :

a. Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana


Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi
atas pertanyaan  mengapa  atau  bagaimana  adalah predikat kalimat.
Pertanyaan sebagai apa  atau  jadi apa  dapat digunakan untuk
menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi).
Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang
berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.

Contoh :

o Gadis itu cantik.


o Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

b.   Kata Adalah atau Ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu


terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.

Contoh : Justin Bieber adalah penyanyi favoritku

c.  Dapat Diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran


yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini
digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva.
Disamping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan
penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

Contoh : Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.

d.  Disertai kata-kata Aspek atau Modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-
kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa
nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

Contoh : Obama akan datang ke Indonesia.

e.  Unsur Pengisi Predikat

Predikat suatu kalimat dapat berupa:

 Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.


 Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa
numeralia (bilangan).

3. Objek
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P).
Objek biasanya diisi oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak
Objek (O) selalu di belakang  P yang berupa verba transitif, yaitu
veba yang menuntut wajib hadirnya O. Objek dapat dicari dengan
rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap  tindakan Subjek.
Contoh :
a.    Mereka memancing  ikan Pari (O yang diisi dengan kata
benda/frasa nominal).
b.    Orang itu menipu  adik saya (O yang diisi dengan kata
benda/frasa nominal).

Ciri-ciri objek sebagai berikut.

a.    Langsung di Belakang Predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah


mendahului predikat.

Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.

b.    Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif


Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam
kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.

Contoh : Keju itu dimakan tikus.

c.    Tidak Didahului Preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak


didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek
tidak dapat disisipkan preposisi.

Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.

d.   Didahului Kata Bahwa

Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak


kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verbal.
Posisi ini juga bisa ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel
dan O juga bisa sama, yaitu nominal atau frasa nominal.akan tetapi,
antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Contoh :
 Ketua MPR // membacakan // Pancasila         
S                       P                      O

 Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila
S                        P                      Pel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama-sama nominal
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat
pertama dengan ubahan sebagai berikut :

 Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR


S                    P                       Ket        
 Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol  (tidak gramatikal karena
posisi Pancasila sabagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat
dipindahkan ke depan menjadi S dalam bentuk kalimat pasif).

Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya.Pel


bisa diisi oleh adjektiva, frasa adjektif, frasa verbal, dan frasa
preposisional.
Contoh :
a.     Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
b.    Mayang bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
c.     Sekretaris itu mengambilkan bosnya  air minum  (Pel-nya frase
nominal).
d.    Pak Lam suka bermain tenis  (Pel-nya frase verbal).

Ciri-ciri pelengkap.

a.       Di Belakang Predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang


predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut :

 Diah mengirimi saya buku baru.


 Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap
dan tidak mendahului predikat.

b.      Tidak Didahului Preposisi


Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.

Contoh : Sherina bermain piano.

5. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa
dalam sebuah kalimat. Pengisi Ket adalah adverbial, frasa nominal,
frasa proposisional, atau klausa. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat.
Contoh :
a.    Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
b.    Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
c.    Kemarin pagi Antono menjilid makalah.

Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya keterangan


waktu, tempat, cara, alat, alasan/sebab, tujuan, similatif, dan penyerta.
Contoh :
a.     Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
b.    Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan
pengacara. (Ket.similatif)
c.     Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
d.    Polisi menyelidiki masalah narkoba  dengan cara hati-hati.
(Ket.cara)
e.     Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
f.     Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)

Ciri-ciri unsur keterangan.

a.       Bukan Unsur Utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan


merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.
b.      Tidak Terikat Posisi

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki


kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir
kalimat, atau di antara subjek dan predikat.

Contoh :

 Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.


 Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
 Terdapat beberapa jenis keterangan

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat:

 Keterangan Waktu

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.


Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan
waktu, seperti kemarin,  besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.
Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti  kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei,
dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah,
sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

 Keterangan Tempat

Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang


ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.

 Keterangan Cara

Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang


menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh
kata dengan atau secara yang diikuti verba (kata kerja). Terakhir,
keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh
kata dengan dan dalam.

 Keterangan Alat

Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh


kata dengan yang diikuti nomina (kata benda).

 Keterangan Sebab

Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab


yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti
oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak
kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

 Keterangan Tujuan

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan
tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya,
agar, atau untuk.

 Keterangan Aposisi

Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau


objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--),
atau tanda kurang.

Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

 Keterangan Tambahan

Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun


objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi
dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan
tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.

Contoh :
Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.

Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan


unsur yang diterangkan yaitu kata Marshanda.

 Keterangan Pewatas

Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,


predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan
dapat ditiadakan, keterangan pewatastidak dapat ditiadakan.

Contoh:

Mahasiswa yang memunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang


mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang memunyai IP
tiga lebih.

3. Pembagian Kalimat
a. Awal kalimat
b. Tengah kalimat
c. Akhir kalim

Anda mungkin juga menyukai