Anda di halaman 1dari 21

TELAAH KASUS

SPACE MAINTAINER FUNGSIONAL

Oleh :

Elicya Eka Putri


2041412043

Dosen Pembimbing :
drg. Puji Kurnia, MDSc, Sp. KGA

DEPARTEMEN PEDODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
Study Literature

Space maintainer adalah alat ortodontik lepasan atau cekat yang bertujuan untuk
mempertahankan ruang di dalam lengkung gigi. Fungsi dari space maintainer adalah
mencegah pergeseran dari gigi ke ruang yang terjadi akibat pencabutan dini, mencegah
ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang dicabut dini, memperbaiki fungsi pengunyahan,
memperbaiki fungsi estetik dan fungsi berbicara setelah pencabutan dini.1,2,3
Indikasi dari space maintainer adalah kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya
belum siap erupsi menggantikan posisi gigi sulung tersebut, masih terdapat ruang yang
memungkinkan untuk gigi permanennya, adanya tanda-tanda penyempitan ruang,kebersihan
mulut yang baik. Sedangkan kontra indikasinya adalah tidak terdapat tulang alveolar yang
menutup mahkota gigi tetap yang akan erupsi, kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen,
ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi, kekurangan ruang yang sangat banyak
sehingga memerlukan tindakan pencabutan dan perawatan orthodontik, gigi permanen
penggantinya tidak ada.2,3
Ada berbagai macam tipe space maintaner yang sering digunakan, secara umum bisa
dikelompokan menjadi dua kategori yaitu cekat dan lepasan. Tipe lepasan dapat digunakan
untuk periode relatif singkat yaitu kurang lebih satu tahun sedangkan tipe cekat didesain
dengan lebih baik dan tidak menggangu jaringan rongga mulut pasien. Oleh karena itu,
piranti ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, biasanya sampai dua tahun.12
Space maintainer tipe lepasan terdiri dari dua jenis, yaitu tipe fungsional dan tipe non
fungsional. Pada space maintainer tipe fungsional ditambahkan gigi artificial untuk
mengembalikan fungsi estetik. Space maintainer tipe non fungsional mempunyai fungsi
yang sama dengan space maintainer fungsional. Daerah edentulous pada space maintainer
jenis ini tidak ditambahkan gigi artificial melainkan diisi dengan akrilik.
Erupsi gigi adalah keadaan tumbuh atau munculnya gigi di atas gingiva di dalam
rongga mulut. Erupsi gigi membutuhkan resorbsi tulang untuk memperlebar akses menembus
tulang alveolar. Pada umumnya, proses erupsi gigi ke dalam rongga mulut, disebabkan oleh
empat hal diantaranya, gigi terdorong ke dalam mulut disebabkan karena pertumbuhan akar,
pertumbuhan tulang di sekitar gigi, tekanan dari pembuluh darah, dan karena adanya
dorongan dari bantalan gigi. Tanda awal proses erupsi berkorelasi dengan berakhirnya
pembentukan mahkota gigi. 4,5

1
Rata-rata waktu erupsi gigi sulung dan permanen sudah ditentukan dalam berbagai
pustaka yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui rata-rata usia normal
erupsi sebuah gigi, serta mengetahui usia anak yang ditandai dengan erupsi gigi tertentu.
Namun dalam proses perkembangannya, tentu dapat terjadi berbagai kondisi yang tidak
diharapkan di luar kontrol individu maupun dokter gigi sehingga menyebabkan adanya
kelainan pada gigi, misalnya dari segi ukuran, warna, jumlah, bentuk, termasuk waktu erupsi.
Abnormalitas waktu erupsi dapat berupa premature eruption, yaitu waktu erupsi yang terlalu
cepat dari batas normalnya, atau delayed eruption yaitu waktu erupsi yang terlambat.6,7,8
Keterlambatan erupsi dapat terjadi jika adanya kegagalan erupsi gigi pada waktu
erupsi yang seharusnya. Secara kronologis, keterlambatan erupsi tersebut dibandingkan
dengan waktu erupsi rata-rata gigi pada umumnya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai
macam faktor, antara lain keterlambatan erupsi yang terjadi secara lokal dan secara
menyeluruh.9,10
Keterlambatan erupsi gigi permanen secara lokal merupakan suatu bentuk
abnormalitas erupsi yang hanya melibatkan satu atau beberapa gigi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan keterlambatan erupsi gigi permanen secara lokal, antara lain trauma dan
kelainan gigi. Keterlambatan erupsi gigi permanen secara menyeluruh merupakan suatu
bentuk abnormalitas erupsi yang melibatkan banyak gigi atau bahkan secara keseluruhan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan keterlambatan erupsi gigi permanen secara menyeluruh
antara lain gangguan endokrin, gangguan nutrisi dan penyakit sistemik. 9,10
Gangguan nutrisi sebagai penyebab keterlambatan erupsi gigi yang terjadi secara
menyeluruh, antara lain disebabkan oleh defisiensi protein, defisiensi vitamin D, dan
defisiensi kalsium dan fosfor. Keberadaan protein dalam tubuh sangat berperan terutama pada
saat tahap perkembangan termasuk periode prenatal dan pascanatal. Selama tumbuh kembang
gigi, defisiensi protein terutama dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan ukuran gigi
molar yang lebih kecil, keterlambatan perkembangan mandibula, dan keterlambatan erupsi
yang nyata. Vitamin D membantu tubuh dalam penyerapan dan regulasi kalsium. Fungsi
utamanya yaitu mineralisasi tulang dan gigi. Vitamin D sangat erat kaitannya dengan kalsium
dan fosfor. Vitamin D mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam darah. Selain itu, fungsi lain
vitamin D yang dibantu oleh hormon tiroid dan paratiroid yaitu mengatur absorbsi dan
penyediaan kalsium dan fosfor dalam tulang termasuk tulang alveolar. Trabekula pada tulang
alveolar menjadi lemah diakibatkan menurunnya fungsi vitamin D yang berinteraksi dengan
osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang baru). Defisiensi vitamin D mengakibatkan
gangguan dalam struktur tulang yaitu kalsifikasi menjadi tidak sempurna karena absorbsi
2
kalsium dan fosfor tidak adekuat, sehingga menyebabkan keterlambatan erupsi, baik pada
anak-anak maupun pada orang dewasa.11
Kalsium dan fosfor berfungsi menyimpan dan mempertahankan level serum dalam
jumlah yang dibutuhkan. Level serum kalsium dan fosfor memiliki hubungan timbal balik.
Maksudnya adalah jika level kalsium meningkat, maka level fosfor menurun, begitupun
sebaliknya. Hubungan ini berperan sebagai sebuah mekanisme proteksi untuk mencegah
tingginya konsentrasi dari kombinasi keduanya yang selanjutnya dapat mempengaruhi
kalsifikasi jaringan lunak dan formasi jaringan keras. Ketika defisiensi kalsium terjadi, maka
dapat mempengaruhi jumlah kalsium yang terkandung dalam tulang alveolar yang
selanjutnya berpengaruh pada proses penggantian gigi sulung dan keterlambatan erupsi gigi
permanen. Sama halnya saat defisiensi fosfor terjadi pada saat perkembangan gigi, maka
proses kalsifikasi tidak sempurna dan dapat berdampak pada keterlambatan erupsi.11
Kehilangan gigi sulung dan keterlambatan erupsi gigi selama masa pertumbuhan dan
perkembangan akan mempengaruhi oklusi normal pada gigi permanennya. Karena itu,
dibutuhkan penggunaan piranti space maintainer yang diharapkan dapat mempertahankan
ruangan sehingga gigi dapat erupsi di tempat tersebut secara adekuat.12

3
REKAM MEDIK KASUS PEDODONSIA

Nama Mahasiswa : Elicya Eka Putri No. Kartu : 16843

No. BP : 2041412043 No Kasus :

Pembimbing : drg. Puji Kurnia MDSc, Sp. KGA


Nama Pasien : Fachri Berlian
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Siswa SD
Alamat : Alai parak kopi
Umur Kronologis : 7 Tahun
Umur Dentalis : 16 26

46 36

ANAMNESIS
Pemeriksaan Subjektif

1. Chief Complain
Pasien datang dengan keluhan gigi atas belakang kanan dan gigi bawah belakang kiri
terdapat sisa akar gigi sehingga ingin dicabut.
2. Present Illness
Pasien merasakan keluhan sejak 1 tahun yang lalu, awalnya gigi tersebut berlobang
besar dan lama kelamaan pecah sehingga tersisalah akar gigi. Gigi tersebut sering
sakit sejak awal mula berlubang, namun sekarang tidak pernah sakit lagi.
3. Past Dental History
Pasien sebelumnya belum pernah memeriksakan gigi ke dokter gigi. Pasien menyikat
gigi dua kali sehari pada saat mandi pagi dan sore.
4. Past Medical History
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
makanan dan obat. Tidak pernah mengonsumsi obat jangka panjang.
5. Family History
Ayah : tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Ibu : tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Saudara kandung : tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik

4
6. Social History
Pasien merupakan siswa kelas 1 sekolah dasar, tinggal bersama orang tua. Sering
mengonsumsi makanan manis, konsumsi sayur dan buah tidak ada. Istirahat cukup,
terpapar dengan linkungan rokok.

Riwayat Kesehatan Gigi


Riwayat Perawatan Gigi :-
Penambalan :-
Pencabutan :-
Kelainan Peridontal :-
Pernah dirawat ortodonti :-
Perawatan periodontal :-

PEMERIKSAAN KLINIS
Keadaan umum : Baik
Penampilan : Kooperatif dan komunikatif
Tinggi Badan : 130 cm
Berat Badan : 25 kg
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Bentuk Muka : Simetris/ simetris
Profil : Cembung/ Lurus/ Cekung
Posisi Rahang :
Maksila : Normal/ Protrusif/ Retrusif
Mandibula : Normal/ Protrusif/ Retrusif
Dagu : Normal/ Kekiri/ KeKanan
2. Pemeriksan Intra oral
Kebersihan mulut : Sedang
Lidah : Normal
Palatum : Sedang
Adenoid : Normal

5
Relasi Gigi Geligi
1. Molar pertama kiri
Sagital : Netroklusi/ Distoklusi/ Mesioklusi/ Tonjol-tonjol
Transversal : Normal/ Gigitansilang/ Tonjol-tonjol/ Scissor bite
Vertikal : Normal/ Gigitanterbuka/ Tonjol-tonjol
2. Molar pertama kanan
Sagital : Netroklusi/ Distoklusi/ Mesioklusi/ Tonjol-tonjol
Transversal : Normal/ Gigitansilang/ Tonjol-tonjol/ Scissor bite
Vertikal : Normal/ Gigitanterbuka/ Tonjol-tonjol
3. Kaninus kiri
Sagital : Netroklusi/ Distoklusi/ Mesioklusi/ Tonjol-tonjol
Transversal : Normal/ Gigitansilang/ Tonjol-tonjol/ Scissor bite
Vertikal : Normal/ Gigitanterbuka/ Tonjol-tonjol
4. Kaninus kanan
Sagital : Netroklusi/ Distoklusi/ Mesioklusi/ Tonjol-tonjol
Transversal : Normal/ Gigitansilang/ Tonjol-tonjol/ Scissor bite
Vertikal : Normal/ Gigitanterbuka/ Tonjol-tonjol

Keadaan Lokal Gigi Geligi


RRX CAR CAR CAR MIS MIS CAR SOU SOU SOU

V IV III II I I II III IV V
UNE UNE CAR UNE UNE UNE UNE SOU SOU UNE UNE UNE UNE SOU UNE UNE

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UNE UNE SOU UNE UNE UNE SOU SOU SOU SOU UNE UNE UNE SOU UNE UNE

V IV III II I I II III IV V
SOU CAR CAR MIS MIS MIS MIS CAR RRX CAR

Keterangan:
Une : Unerupted
Pe : Partial Erupted
Sou : tidak ada kelainan
Car : karies
Mis : kehilangan gigi
Rrx : radix

6
Keterangan Pemeriksaan Intra Oral :
Hubungan insisif : Normal
Hubungan molar pertama tetap kanan (Angle) : Klas II
Hubungan molar pertama tetap kiri (Angle) : Klas I
Hubungan kaninus tetap kanan :-
Hubungan kaninus tetap kiri :-
Overjet : 3,5 mm
Overbite : 2 mm
Bentuk lengkung gigi atas : Oval
Bentuk lengkung gigi bawah : Oval

7
ANALISIS FOTO EKSTRA ORAL
Tampak Depan

Kesimpulan Analisis Foto Ekstra Oral:


Profil wajah cembung, proporsi wajah seimbang dan simetri, hubungan bibir atas dan bawah
kompeten.

8
ANALISIS FOTO INTRA ORAL
Foto Oklusal Atas Foto Oklusal Bawah

Foto Samping Kanan Foto Samping Kiri

Foto Depan

Kesimpulan Analisis Foto Intra Oral:


Kebersihan mulut sedang, kesehatan gingiva baik. Ukuran lidah normal, dengan kedalaman
palatum sedang. Overjet 3,5 mm, overbite 2 mm. Bentuk lengkung gigi atas dan bawah oval.

9
3. Analisis Fungsional
TMJ : Normal/ Sakit/ Clicking/ Krepitasi/ Locking
Gerak buka tutup mulut : Normal/ Mandibular displacement/ Mandibular deviation
Sentrik Relasi dan Oklusi : Sama/ Tidaksama
Penutupan bibir : Competent/ Potencially competent/ Incompetent
Bibir atas : Normal/ Hipertonus/ Hipotonus
Bibir bawah : Normal/ Hipertonus/ Hipotonus
Pola penelanan : Normal
Pola pengucapan : Normal

ANALISIS MODEL STUDY

10
Umur dentalis : 16 26
46 36
Bentuk/ ukuran/ jumlah gigi abnormal: -
Bentuk lengkung gigi : RA : oval
RB : oval
Relasi Gigi Saat Oklusi Sentrik Pada Model Studi
1. Anterior:
Overjet : 3,5 mm
Overbite : 2 mm
Crossbite : Ada/ Tidak, pada gigi: ……………………….
Palatalbite : Ada/ Tidak, pada gigi: ……………………….
Deepbite : Ada/ Tidak, pada gigi:....................................
Edge to edge : Ada/ Tidak, pada gigi: ..................................
Openbite : Ada/ Tidak, pada gigi: ..................................
2. Posterior:
Relasi M1 kanan : Kelas I/ Kelas II/ Kelas III
Relasi M1 kiri : Kelas I/ Kelas II/ Kelas III/
Relasi C kanan : Kelas I/ Kelas II/ Kelas III
Relasi C Kiri : Kelas I/ Kelas II/ Kelas III
Crossbite : Ada/ Tidak
Openbite : Ada/ Tidak
cissorbite : Ada/ Tidak
3. Median line : Segaris/ Tidak segaris
Rahang Atas : Kekanan: mm/ Kekiri: mm
Rahang Bawah : Kekanan: mm/ Kekiri:mm

11
Foto Panoramik

Keadaan tulang : Normal Agenesis : Tidak ada


Keadaan jaringan periodontal : Tidak ada kelainan Impaksi : Tidak ada
Karies : 16,54,53,52,62,75,73,83,84 Gigi berlebih : Tidak ada
Kehilangan gigi : lain-lain :-

Kesimpulan analisis foto panoramic :


Analisis foto panoramic memperlihatkan keadaan tulang normal, keadaan jaringan
periodontal yang normal dan tidak ada kelainan pada gigi.

ANALISA PERHITUNGAN RUANG


1. Metode Huckaba
Metode ini untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum erupsi.
Rumus: X = Y x X’
Y’
Gigi 12 = Gigi 12 dirontgen foto x gigi 52 dimodel studi
52 dirontgen foto
= 5,7 mm x 4,3 mm
3,3 mm
= 7,4 mm
Keterangan :
X = besar gigi yang belum erupsi
X’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’

12
Y = besar gigi decidui yang sudah erupsi atau ukuran ruang dalam
mulut atau pada model studi jika gigi sudah missing
Y’= besar gigi decidui yang sudah erupsi dalam ro’ atau ukuran ruang
dalam rontgen foto
Tabel 1. Perhitungan ruangan dengan analisis metode Huckaba
Gigi Ruangan yang tersedia Lebar mesio-distal gigi Kelebihan
(mm) (mm) ruangan (mm)
12 5,5 7,4 -1,9

2. Tanaka-Johnson
Jumlah lebar Mesiodistal 32 31 41 42 = 6,6+5,7+5,7+6 = 24
Ruang yang ada kanan = 23 mm
Ruang yang ada kiri = 22,7 mm
Pada perhitungan tanaka johnson dibutuhkan = ½ x mesiodistal insisivus RB + 11 mm
= ½ x 24 mm +11 mm
= 23 mm
(selisih ruang yang ada dan dibutuhkan pada RA kanan +0mm, RA kiri -0,3mm)
Ruang yang ada kiri = 23,1 mm
Ruang yang ada kanan = 23,9 mm
Pada perhitungan tanaka johnson dibutuhkan = ½ x mesiodistal insisivus RB + 10,5 mm
= ½ x 24 mm +10,5 mm
= 22,5 mm
(selisih ruang yang ada dan dibutuhkan pada RB kanan +1,4 mm, RB kiri +0,6mm)

3. Moyers
Jumlah lebar Mesiodistal 32 31 41 42 = 6,6+5,7+5,7+6 = 24
RA : Lebar gigi 3 4 5 = 22,7 mm
Lebar mesiodistal gigi 12 yang akan erupsi = 7,4 mm kekurangan ruang= 1,9 mm
Lebar diastema 11 dan 21 = 3 mm dibagi untuk 2 kuadran = 1,5 mm
Kekurangan ruang + lebar diastema= -1,9 + 1,5=-0,4 mm
Ruang yang ada kanan = 23 mm
Ruang yang ada kiri = 22,7 mm
Kelebihan ruang = +0,3 mm pada RA kanan
 

13
RB : Lebar gigi 3 4 5 = 22,9 mm
Ruang yang ada kiri = 23,1 mm
Ruang yang ada kanan = 23,9 mm
Kelebihan ruang = +0,8mm pada RB kiri, dan +1mm pada RB kanan

Dasar pemikirannya adalah korelasi antara satu kelompok gigi dan kelompok gigi
lainnya dalam satu regio. Gigi incisivus rahang bawah dipilih untuk pengukuran pada analisis
Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu dalam rongga mulut pada masa geligi bercampur,
mudah diukur secara akurat. Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai
kesalahan sistematik yang minimal. Metode ini juga dapat dilakukan secara cepat, tidak
memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi dan dapat dilaksanakan pemula karena tidak
memerlukan keahlian khusus.Walaupun pengukuran dan perhitungan dilakukan pada model,
tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut.
Penilaian yang lebih akurat mengenai kondisi ruang bagi gigi-gigi tetap pengganti
bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa bentuk analisis gigi campuran.Secara
mudahnya, ini melibatkan pengukuran dari ruang yang tersedia untuk gigi kaninus tetap dan
premolar, serta pengukuran radiografi dari ukuran gigi-gigi yang belum bererupsi.Tipe
analisis gigi-geligi campuran yang lebih canggih didasarkan pada tabel probabilitas yang
mencantumkan lebar dari kaninus dan premolar tetap pada berbagai tingkat probabilitas,
ditentukan dari lebar gigi-gigi insisivus tetap yang diukur.

14
RENCANA PERAWATAN
a. Restorasi gic pada gigi 54,53,22,75,73,83,84 (sudah dilakukan)

b. Restorasi PRR pada gigi 16

c. Ekstraksi gigi 55 dan 74 (sudah dilakukan)

d. Gigi 52 dan 62 (mobility grade 1)(observasi)

GAMBAR DESAIN PIRANTI LEPASAN


Rahang Atas Rahang Bawah

TAHAPAN PEKERJAAN
Kunjungan 1:
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif pada pasien
2. Pembuatan foto EO dan IO
3. Rontgen foto panoramik
4. Pembuatan model studi dengan menggunakan bahan cetak alginat dan dental stone
(tipe III).
Kunjungan 2:
Pembuatan model kerja dengan menggunakan bahan cetak alginat dan dental stone
high strength (tipe IV)
Pekerjaan Lab 1
Pembuatan Space maintainer dengan komponen

15
1. Labial bow aktif
a. Labial bow menggunakan kawat berdiameter 0,7 mm
b. Busur labial bow dibuat mengikuti lengkung gigi anterior dari gigi 53 sampai
63 dan gigi 73 sampai 83 sejajar bidang oklusal dengan tinggi busur 1/2 - 1/3
insisal
c. Loop pada gigi 53, 63 pada rahang atas dan 73, 83 pada rahang bawah dengan
tinggi 1-2 mm dibawah servikal gigi dan lebar 1 mm lebih lebar dari ukuran
mesiodistal
d. Lengan retensi dibuat ke lingual
e. Semua kawat bagian lingual berkontak dengan gigi
2. C Clasp
a. C Clasp menggunakan kawat stainless 0,7 mm
b. C Clasp dibuat pada gigi 16, 26, 36 dan 46
c. C Clasp dibuat mengelilingi gigi 16, 26, 36 dan 46
d. Lengan retensi dibuat ke lingual pada rahang bawah, palatal pada rahang atas
3. Plat akrilik
a. Buat desain basis plat dari wax menggunakan pensil
b. Wax menutupi semua piranti hingga C clasp
c. Buat plat akrilik pada bagian edentulous dengan ketebalan plat sampai
berkontak dengan gigi antagonis tetapi tidak mengganggu oklusi.
d. Haluskan plat
4. Pemendaman model didalam kuvet
5. Boiling out model lilin
6. Pengisian akrilik
7. Pemolesan model akrilik

Kunjungan 3
1. Lakukan insersi
2. Cek apakah ada bagian yang menimbulkan rasa sakit, oklusi, retensi, stabilisasi.
a. Adaptasi: Berkontaknya semua bagian dari alat pada mukosa. Caranya dengan
menggunakan kaca mulut, dicek apakah semua bagian dari alat sudah
berkontak dengan baik dengan mukosa dan tidak ada bagian yang pucat/
tertekan atau terlalu longgar.

16
b. Retensi: Kemampuan suatu alat/bahan untuk dapat mempertahankan
kedudukannya dari gaya yang melepaskannya ke arah oklusal. Caranya dengan
menggunakan sonde dengan tekanan ringan pada bagian cangkolan, dan
space maintainer tidak terlepas.
c. Stabilisasi: Daya tahan suatu alat untuk tetap berada di tempatnya ketika
sedang menjalankan fungsi. Caranya tekan satu sisi space maintainer dan sisi
lainnya tidak terangkat.
d. Oklusi: Kontak yang terjadi antara gigi-gigi rahang atas dengan gigi-gigi
rahang bawah pada saat rahang bawah menutup keatas. Caranya dengan pasien
diinstruksikan untuk oklusi lalu dengan menggunakan kaca mulut dicek gigi
yang berkontak, dibandingkaan dengan pada saat oklusi pasien tidak
menggunakan alat. Dan menggunakan articulating paper apakah ada bagian
yang menyebabkan TO.
3. Instruksi kepada pasien dan orang tua pasien
a. Pada awal pemasangan space maintainer, mulut akan terasa penuh, air liur banyak
dan kesulitan bicara, hal ini normal dan keluhan akan hilang dalam 24 jam
pemakaian.
b. Pemasangan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien
diminta untuk memasang sendiri di depan orang tua dan operator
c. Space maintainer harus dilepaskan ketika makan dan waktu tidur
d. Waktu pemakaian minimal 8 jam per hari
e. Menyikat Space maintainer setelah selesai makan diutamakan pada bagian
anatomis menggunakan pasta gigi.
f. Rendam Space maintainer dalam wadah tertutup berisi air bersih
g. Kurangi makanan yang lengket dan banyak mengandung gula
h. Jarak waktu kontrol selanjutnya 1 minggu kemudian

Kunjungan 4
1. Tanyakan apakah ada keluhan dari pasien
2. Cek apakah ada bagian yang menimbulkan rasa sakit.
3. Lakukan pemeriksaan keutuhan space maintainer, kondisi gigi dan gingiva pasien
4. Pasien diinstruksikan untuk terus menjaga kebersihan mulut

17
18
DAFTAR PUSTAKA

1. Cobourne MT, Dibiase AT. Handbook of orthodontics. 1 st ed., Philadelphia:


Elvesier, 2010.
2. Ardhana Wayan. Buku Ajar Ortodontik I. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
2010.
3. Cameron A, Widmer R. Handbook of pediatric dentistry, 3 rd ed., Canberra: Mosby
Elsevier, 2008.
4. Koch G, Poulsen S. Pediatric dentistry a clinical approach. Copenhagen: Munksgaard,
2001.
5. Garant PR. Oral cells and tissues. Chicago: Quintessence Publishing, 2003.
6. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8th Ed.
Missouri: Mosby, 2004.
7. Schuurs AHB. Patologi gigi-geligi kelainan-kelainan jaringan keras gigi. Alih bahasa:
Sutatmi S. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992.
8. Van der Wall, Van der Kwast WAM. Oral pathology. Chicago: Quintessence
Publishing, 1988.
9. Amrullah SSA, Handayani H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan
Erupsi Gigi Permanen Pada Anak. Makassar: FKG Universitas Hasanuddin, 2016.
10. Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih bahasa: Sumawinata N. Jakarta:
EGC, 1995.
11. Stegeman CA, Judi RD, Linda DB. The dental hygienist guide to nutritional care. 3rd
Ed. Missouri: Saunders; 2005.
12. Fajriani. Penatalaksanaan Space maintainer Pada Anak. Makassar: FKG Universitas
Hasanuddin, 2016.

19
20

Anda mungkin juga menyukai