Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
Maret
PETUNJUK PRAKTIKUM
FITOKIMIA
Disusun Oleh :
Dr. Apt. Dinar Sari C. Wahyuni, M.Si.
Dr. Apt. Nestri Handayani, M.Si.
1
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
2
Maret
2
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
3
Maret
DAFTAR ISI
Percobaan I. Isolasi Piperin Dari Fructus Piperis Nigri Atau Piperis Albi Dengan
Metode Sokletasi
Percobaan II. Isolasi Minyak Atsiri Dari Cengkeh Dengan Metode Destilasi
Percobaan III. Isolasi Alkaloid Total Dengan Metode Ekstraksi Asam Basa
Percobaan IV. Isolasi senyawa aktif menggunakan metode perkolasi
Percobaan V. Kuantifikasi curcuminoid menggunakan metode KLT-densitometri
Percobaan VI. Fraksinasi senyawa Filantin Dari Phyllanti Herba Dengan
Kromatografi Kolom
3
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
4
Maret
PERCOBAAN I
ISOLASI PIPERIN DARI FRUCTUS PIPERIS NIGRI ATAU
PIPERIS ALBI
A. Pendahuluan
Piperin merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk
garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-
etanolik akan menghasilkan kaliumpiperinat dan piperin. Oleh sebab itu,pada
proses isolasi pemberian KOH-etanolik tidak boleh berlebihan dan hrus dalam
keadaan tidak panas. Tumbuhan yang termasuk jenis piper selain mengandung
5-9% piperin juga mengandung : minyak atsiri berwarna kuning, berbau
aromatis senyawa berasa pedas (kavisin) amilum resin protein. Senyawa amida
piperin berupa kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tak berbau, tak berasa
lama-kelamaan pedas, larut dalam etanol, asam cuka, benzen dan kloroform.
Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip
dan melakukan isolasi piperin dari fructus Piperis nigri atau Piperis albi beserta
analisis kualitatif hasilisolasi dengan metode KLT.
B. Prinsip Kerja
Piperin disari dari buah piper dengan etanol 96%, dipisahkan dari senyawa
resin dengan penambahan KOH-etanol 10% b/v. Kristalisasi dilakukan
dengan etanol.
C. Alat dan Bahan
Bahan
1. Serbuk buah Piper nigrum atau album
2. Etanol 95 %
3. KOH-etanolik 10 %
4. Silika Gel GF 254
5. Diklormetan
6. Etil asetat
7. Anisaldehid-asam sulfat (pereaksi semprot)
8. Piperin pembanding
Alat
4
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
5
Maret
D. Cara Kerja
1. Timbang 30,0 g serbuk merica, masukkan ke dalam alat penyari Soxhlet
yang telah dipsang kertas saring, kemudian tambahkan etanol 96%
paling sedikit sebanyak dua kali sirkulasi. Jangan lupa menambahkan
batu didih.
2. Penyarian dilakukan selama 2 jam dengan kecepatan 6-8 sirkulasi per
jam
3. Setelah dingin, dipisahkan sari dari bagian yang tidak terlarut dengan
penyaringan melalui kertas saring
4. Sisihkan sari jernih yang didapat sebanyak 3 ml dalam flakon dan tutup
5. Sisanya diuapkan di atas penangas air konsistensi kental
6. Setelah dingin, tambahkan 10 ml KOH etanolik 10% sambil diaduk-
aduk sehingga timbul endapan
7. Setelah mengendap, pisahkan sari dari bagian yang tak larut melalui
kapas/kertas saring
8. Sari jernih yang didapat didiamkan dalam lemari es sampai hari
praktikum yang akan datang atausampai pembentukan kristal optimal
9. Kristal yang timbul dipisahkan, dicui dengan etanol 96% (dingin) dan
dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40ᵒC selama 30-45 menit
kemudian disimpan dalam eksikator.
E. TUGAS
1. Hitung rendemen hasil percobaan
2. Lakukan percobaan KLT terhadap larutan kristal dalam etanol dan sari
hasil penyarian dengan soxhlet , dengan kondisi :
5
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
6
Maret
6
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
7
Maret
PERCOBAAN II
ISOLASI MINYAK ATSIRI DARI CENGKEH
7
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
8
Maret
D. Cara Kerja
1. Menimbang cengkeh sebanyak 50 gram dam memasukkanya kedalam labu alas bulat
sifon lalu menyumbatnya dengan menggunakan kapas yang telah di
padatkan.
2. Memipet larutan etanol 96 % sebnyak 150 mL ke dalam labu bundar atau
labu didih.
3. Memasang rangkaian alat ekstraksi sedemikian rupa dan memasang
kondensernya. Memasukkan siffon yang berisi cengkeh kedalam
apparatus destilasi.
4. Melakukan ekstraksi sampai 2 jam sehingga memperoleh 10 siklus.
5. Menjaga suhu ekstraksi yaitu pada 78◦C – 80◦C.
8
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
9
Maret
E. Analisis Kualitatif
Deteksi keberadaan senyawa eugenol dalam residu fenolik dengan
KLT. Dengan menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak
berupa n-heksana – kloroform (3:2) deteksi sinar UV 254 dan UV 366 dengan
pereaksi semprot anisaldehid asam-sulfat.
9
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
10
Maret
PERCOBAAN III
ISOLASI ALKALOID TOTAL DENGAN METODE EKSTRAKSI ASAM
BASA
A. Pendahuluan
Alkaloid merupakan salah satu golongan metabolit sekunder yang substansinya
relative memiliki sifat toksis. Contoh beberapa efek farmakologis alkaloid yaitu
analgetik dan narkotik (morfin dan kodein), stimulansia sentral (kofein), anti asma
(efedrin), relaksan otot halus (atropine dan papaverine) dll. Kegunaan adanya
alkaloid antara lain sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga dan
binatang, sebagai bahan penetral racun untuk diri sendiri, sebagai pengatur tumbuh
dan sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.
Alkaloid berasal dari kata “Alkali-like” yang bersifat basa karena mengandung
nitrogen heterosiklis. Sifat fisika dari alkaloid secara umum yaitu (1) berbentuk
kristal/padatan, kadan berbentuk amorf atau cairan kental (nikotin dan coniine), (2)
umumnya tidak berwarna kecuali berberine (poliaromatik), (3) alkaloid basa larut
dalam pelarut organik (4) alkaloid garam larut dalam air. Disamping itu, sifat kimia
alkaloid yaitu basa dimana sifat kebasaan alkaloid tergantung pada substitusi pada
atom Nitrogen. Subtituen yang merupakan kelompok electron donating group
(pendonor atau pemberi elektron) akan meningkatkan kebasaan. Contoh gugus
pemberi electron adalah gugus alkil dimana urutan kebasaannya yaitu trietilamine
> dietilamine > etilamine (Gambar 1) dimana ketersediaan electron pada nitrogen
naik sehingga senyawa lebih bersifat basa. Sedangkan subtituen yang berasal dari
electron withdrawing group (penarik elektron) akan menghilangkan sifat basa
sehingga bisa menjadi netral bahkan sedikit asam. Contoh gugus penarik electron
adalah gugus karbonil yang menyebabkan ketersediaan pasangan electron pada
nitrogen berkurang sehingga sifat kebasaan berkurang.
10
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
11
Maret
Gambar 1. Struktur kimia berurutan dari kiri ke kanan yaitu trietilamina, dietilamina
dan etilamina dimana semakin ke kanan semakin kecil sifat kebasaannya
Gambar 2. Struktur berurutan dari kiri ke kanan yaitu caffein, atropine dan
berberine. Caffein merupakan basa lemah, atropine merupakan basa kuat
dan berberine merupakan basa kuartener yang larut dalam air.
11
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
12
Maret
12
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
13
Maret
PERCOBAAN IV
PERKOLASI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)
A. Dasar Teori
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan colare
yang artinya merembes. Jadi, perkolasi adalah penyarian dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan
untuk mengekstraksi disebut perkolator, dengan ekstrak yang telah dikumpulkan
disebut perkolat (Ansel, 1989)
Penyarian dapat dilakukan dengan metode perkolasi yaitu cara penyarian
yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi. Metode perkolasi memberikan beberapa keuntungan dibandingkan
metode maserasi, antara lain adanya aliran cairan penyari menyebabkan adanya
pergantian larutan dan ruang di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk
saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari. Kedua hal ini meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi yang memungkinkan proses penyarian lebih sempurna.
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana
perkolator, tetapi dibasahi dan dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada
cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga
mempermudah penyarian selanjutnya. Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat
dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir. Untuk obat
yang belum diketahui zat aktifnya, dapat dilakukan penentuan dengan cara
organoleptis seperti rasa, bau, warna dan bentuknya (Depkes RI, 2008).
Daun sirih hjau (Piper betle L.) secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat
untuk mengatasi sariawan, sakit tenggorokan, obat batuk, obat cuci mata, obat
keputihan, menghentikan pendarahan pada hidung (mimisan), mempercepat
penyembuhan luka, dan menghilangkan bau mulut. Berdasarkan khasiatnya,
industri obat herbal maupun kosmetik berlomba -lomba menghasilkan produk dari
ekstrak daun sirih hijau, baik sebagai zat aktif maupun zat penunjang (Depkes RI,
1995)
B. Tujuan : Melakukan ekstraksi daun Sirih dengan metode perkolasi.
13
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
14
Maret
14
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
15
Maret
15
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
16
Maret
16
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
17
Maret
PERCOBAAN V
Kuantifikasi curcuminoid menggunakan metode KLT-densitometri
A. Pendahuluan
Kromatografi Lapis Tipis. Metode KLT secara teratur dapat digunakan untuk
identifikasi, pemisahan, kuantifikasi atau semikuantitatif dari pigmen alam
termasuk kurkuminoid. KLTdensitometri termasuk metode yang cepat dan
sederhana yang telah dikembangkan untuk analisis kuantitatif simultan kurkumin,
demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin dalam serbuk curcuma. Akurasi
dan presisinya dapat diterima (Pothitirat dan Gritsanapan, 2005) serta preparasi
sampelnya yang sederhana (Liang et al., 2004).
Silika gel merupakan fase diam yang sering digunakan untuk KLT. Zat ini
digunakan sebagai adsorben universal untuk kromatografi senyawa netral, asam,
dan basa. Selain fase diam terdapat fase gerak yang merupakan salah satu bagian
penting dalam analisis pemisahan senyawa menggunakan KLT karena polaritas dari
fase gerak dapat menentukan pemisahan.
Densitometri. Teknik kuantitasi dapat didasarkan atas pengukuran intensitas
sinar yang diserap (absorbs), intensitas sinar yang dipantulkan (reflektansi), atau
intensitas sinar yang difluoresensikan (fluoresensi). Disini biasanya dipilih sinar
pada Panjang gelombang yang diserap atau dipantulkan paling banyak oleh noda
yang diteliti. Banyaknya sinar yang direfleksikan akan ditangkap paling banyak
oleh suatu alat yang disebut reflection photomultiplier yang aka diteruskan ke
pencatat atau rekorder untuk diubah menjadi suatu puncak atau kromatogram.
(Mintarsih, 1990). Monkromator digunakan untuk memilih Panjang gelombang
yang cocok, system untuk memfokuskan sinar pada lempeng, pengganda foton, dan
rekorder. Densitometer dapat bekerja secara serapan atau fluoresensi, dalam system
serapan terdapat dua model yaitu pantulan dan transmisi. Cara pantulan dapat
digunakan untuk sinar tampak maupun ultraviolet sedangkan transmisi hanya dapat
digunakan untuk sinar tampak (Gandjar dan Rohman, 2007).
B. Tujuan: Metode KLT-Densitometri untuk penetapan kadar kurkumin pada
produk obat herbal yang mengandung ekstrak kunyit (D1) dan temulawak (D2)
(Hanwar dkk, 2018).
17
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
18
Maret
18
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
19
Maret
• Pembuatan Larutan Stok Kurkumin 0,5% dan 5%: Ditimbang dengan seksama
kurang lebih 50 mg dan 500 mg standar kurkuminoid, kemudian dilarutkan dengan
metanol hingga volume tepat 10 mL dan disonikasi dalam ultrasonic bath selama
±10 menit.
• Pembuatan Kurva Baku: Kurva baku kurkumin dibuat dengan kadar 0,020%;
0,040%; 0,060%; 0,08%; 0,10%; 0,12%; dan 0,140% dari larutan stok kurkumin
0,5%. Masing-masing ditotolkan 2 μL. Luas area yang diperoleh dicatat. Dan
dihitung regresi liniernya untuk memperoleh kurva baku, luas area sebagai sumbu Y
dan konsentrasi sebagai sumbu X.
• Preparasi Sampel: Ditimbang dengan seksama masing-masing produk D1 dan D2,
dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Ditambahkan metanol p.a hingga volume
tepat 5 mL dan disonikasi pada ultrasonik bath selama ±10 menit kemudian disaring.
• Perhitungan Kadar: Luas area yang diperoleh dimasukkan pada kurva baku sebagai
nilai Y. Nilai X dikalikan faktor pengenceran (fp) bila ada, dan diperoleh kadar
kurkumin dalam % bobot per volume. Nilai tersebut dikonversikan menjadi kadar
kurkumin dengan membagi bobot penimbangan awal dan dikalikan bobot rata-rata
dari keseragaman bobot yang diperoleh sebelumnya.
19
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
20
Maret
PERCOBAAN VI
Isolasi senyawa Filantin Dari Phyllanti Herba Dengan Kromatografi Kolom
A. Dasar Teori
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase
diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Dimana dalam kromatografi fasa
diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat
cair atau gas.
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih
banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat
kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Kromatografi digunakan sebagai untuk
memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Molekul yang
terlarut dalam fase gerak akan melewati fase diam. Molekul yang memiliki ikatan
yang kuat dengan fase diam akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding
molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat
dipisahkan berdasarkan pergerakan fg pada kolom. Setelah komponen terelusi dari
kolom, komponen tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan KLT.
Sistem pelarut pada krom kolom bisa dilakukan dengan cara mengubah
kepolaran dari eluen yang digunakan secara bertahap. Eluen tersebut merupakan
campuran dua jenis pelarut dengan kepolaran berbeda. Dengan mengubah
perbandingan campurannya kita dapat menggeser tingkat kepolaran dari eluen ini.
Bisa juga dengan sistem isokratik dimana pelarut yang digunakan tetap sama.
Filantin merupakan komponen utama Phylanthus niruri Linn yang memiliki
aktivitas melindungi hati dari zat toksik (antihepatotoksik) baik berupa parasit,
virus maupun bakteri.
20
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
21
Maret
21
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
22
Maret
2. Ekstrak yang telah dicampur sengan sedikit fase diam diletakkan di atas fase
diam, kemudian tuangkan fase gerak secara perlahan.
3. Metode yang digunakan adalah metode isokratik, yaitu dengan fase gerak
tetap. Fase gerak yang digunakan kloroform-metanol (9:1) v/v.
4. Eluen dialirkan untuk pemisahan komponen dengan kecepatan alir sekitar
100 tetesan per menitnya. Aliran eluen diatur agar tidak terlalu cepat agar
komponen dapat terpisah dengan. Alirannya pun diusahakan tidak terlalu
lambat agar proses tidak terlalu lama.
5. Eluen mengalir mengelusi sampel menyusuri fase diam di sepanjang kolom
dengan memanfaatkan gaya gravitasi, tampung dalam vial @ 3 ml.
6. Vial – vial dilakukan uji KLT dengan fase gerak yang sama dengan fase
gerak kolom, dengan pembanding filantin sebagai senyawa marker.
Penampak bercak : UV 254 dan 366 nm, Cerium sulfat
7. Fraksi-fraksi profil KLT nya hampir sama dan yang terdapat spot yang
nilai Rf dan warna sama dengan filantin standar bisa dijadikan satu. Untuk
proses isolasi selanjutnya dapat diteruskan dengan teknik KLTP maupun
dilakukan kromatografi kolom lagi hingga diperoleh senyawa filantin
tunggal.
22
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
23
Maret
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FITOKIMIA
Nama :
NIM :
Hari/Tanggal Praktikum :
Kelompok :
Nama Asisten :
A. Tujuan
B. Alat dan Bahan
C. Cara Kerja
D. Data/ Hasil
Surakarta,................................
Mengetahui,
Pengampu, Praktikan,
(.....................) (........................................)
23
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
24
Maret
Surakarta,................................
Mengetahui,
Pengampu, Praktikan,
(.................................) (........................................)
24
Petunjuk Praktikum Fitokimia Program Studi S1 Farmasi Universitas Sebelas
25
Maret
DAFTAR PUSTAKA
25