Fiscuswannabe - Web.id Dividen Terselubung

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Fiscus Wannabe

fiscuswannabe.web.id/2011/04/dividen-terselubung.html

April 1,
2011

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), dividen adalah bagian laba atau
pendapatan perusahaan yang besarnya ditetapkan oleh direksi serta disahkan oleh rapat
pemegang saham untuk dibagikan kepada para pemegang saham atau sejumlah uang
yang berasal dari hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebuah
perseroan. Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan devinisi dividen terdapat dalam
memori penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g. Dividen merupakan bagian laba yang
diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil
usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Termasuk dalam pengertian dividen
adalah:
1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan
dalam bentuk apapun,
2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham
bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham,
4. pembagian laba dalam bentuk saham,
5. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran,
6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang
bersangkutan,
7. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan
secara sah,
8. pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima
sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut,
9. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi,
10. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis,
11. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi,
12. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Dalam praktiknya sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen secara


terselubung, misalnya dalam hal pemegang saham yang telah menyetor penuh
modalnya dan memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang
melebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih antara bunga
yang dibayarkan dan tingkat bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen.
Bagian bunga yang diperlakukan sebagai dividen tersebut tidak boleh dibebankan
sebagai biaya oleh perseroan yang bersangkutan.
1/3
Di nomor 3 disebutkan bahwa pemberian saham bonus merupakan termasuk deviden.
Hanya saja, saham bonus yang dimaksud “yang berasal dari kapitalisasi agio saham”.
Nah di Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan secara tegas disebutkan di Pasal 9
ayat (3) bahwa pemberian saham bonus yang berasal dari penilaian kembali aktiva tetap
bukan termasuk deviden. Dengan demikian, bagi perusahan terbuka mungkin punya tips
untuk manarik investor di bursa efek dengan memberikan saham bonus bebas Pajak
Penghasilan.1

Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3) yaitu ketentuang yang mengatur penghasilan yang
dikecualikan dari objek pajak, disebutkan pada huruf f bahwa termasuk yang
dikecualikan dari objek pajak adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal
dari cadangan laba yang ditahan dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara
dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor.

Dividen lain yang bukan objek pajak adalah bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf i.2

Dengan pengertian dividen yang cukup luas, pengelompokkan dividen pun cukup banyak
dari mulai yang termasuk sebagai objek PPh Pasal 23, objek PPh Pasal 26, sampai dividen
yang bukan objek pajak seperti telah dijelaskan sebelumnya. Dalam Pasal 23 ayat (1)
huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan, Atas penghasilan dividen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam
negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan
sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto. Akan tetapi, dalam Pasal 23 ayat (4)
huruf f disebutkan bahwa pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan atas sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya.

Selanjutnya, dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a juga disebutkan bahwa atas penghasilan
dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan

2/3
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap
di Indonesia dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh
pihak yang wajib membayarkan.

Kembali ke masalah dividen terselubung seperti yang disebutkan dalam memori


penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g, sederhananya yang dimaksud dengan dividen
terselubung yaitu pengambilan keuntungan perusahaan secara tidak langsung oleh
pemegang saham. Dividen terselubung tidak dapat dikaitkan dengan hubungan
istimewa karena yang melakukan dividen terselubung adalah pemegang saham sendiri
bukan pihak luar yang memiliki hubungan dengan perseroan. Pemegang saham yang
menerima dividen terselubung akan menerima dividen dengan tidak dilakukan
pemotongan PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 23.

Contoh kasus pembagian dividen terselubung ini dapat kita temukan dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.7/1993 tentang Petunjuk Penanganan Kasus-
kasus Transfer pricing (SERI TP - 1), yaitu:
Contoh:
H Ltd Hongkong memiliki 25 % saham PT. B. PT. B mengimpor barang produksi H Ltd
dengan harga Rp. 3.000 per unit. Produk tersebut dijual kembali kepada PT. Y (tidak ada
hubungan istimewa) dengan harga Rp. 3500 per unit.
Perlakuan perpajakan:
Pada contoh tersebut di atas, pertama-tama dicari harga pasar sebanding untuk barang
yang sama, sejenis atau serupa atas pembelian/impor dari pihak yang tidak ada
hubungan istimewa atau antar pihak-pihak yang tidak ada hubungan istimewa. Apabila
ditemui kesulitan, maka pendekatan harga jual minus dapat diterapkan, yaitu dengan
mengurangkan laba kotor (mark up) yang wajar ditambah biaya lainnya yang dikeluarkan
Wajib Pajak dari harga jual barang kepada pihak yang tidak ada hubungan istimewa.
Apabila laba yang wajar diperoleh adalah Rp750,00 maka harga yang wajar untuk
perpajakan atas pembelian barang dari H Ltd di Hongkong adalah Rp2.750,00
(Rp3.500,00 - Rp750,00). Harga ini merupakan dasar perhitungan harga pokok PT. B dan
selisih Rp250,00 antara pembayaran utang ke H Ltd di Hongkong dengan harga pokok
yang seharusnya diperhitungkan dianggap sebagai pembayaran dividen terselubung.

Simpulannya, dividen terselubung adalah pengambilan keuntungan perusahaan secara


tidak langsung oleh pemegang saham selisih bunga atau harga jual yang diikategorikan
sebagai dividen terselubung. Dividen terselubung tidak boleh dibebankan sebagai biaya
oleh perseroan yang bersangkutan. Dividen terselubung juga tidak dapat dikaitkan
dengan hubungan istimewa karena yang melakukan dividen terselubung adalah
pemegang saham sendiri bukan pihak luar yang memiliki hubungan dengan perseroan
tersebut.

___________________
1“Saham Bonus yang Bukan Deviden”
2“Pajak Penghasilan atas Dividen”
Baca Juga
3/3

Anda mungkin juga menyukai