KATA PENGANTAR
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai dalam rangka meningkatkan
keahlian dan kemampuan peserta dalam bidang operasi dan pemeliharaan
bangunan pantai. Dengan mengikuti pembahasan modul ini maka peserta diklat
diharapkan mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan memahami jenis
kerusakan yang berpotensi dan sering terjadi di lingkungan pantai serta
bagaimana cara untuk menanggulangi akibat dari kerusakan itu sendiri.
Demikian modul yang kami sampaikan, besar harapan kami agar modul ini dapat
memberikan gambaran awal yang jelas dan rinci untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan dan menghimpun berbagai masukan dari berbagai pihak. Selanjutnya
atas semua bantuan dan dorongan dari semua pihak terkait, kami ucapkan
terimakasih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Istilah dan Definisi ix
Bab 1 Pendahuluan
Bab 3 Penutup
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
akibat sedimentasi
Lautan : daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut
dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar
laut dan bagian bumi dibawahnya.
Longshore bar : gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar dengan garis
pantai. Longshore bar terbentuk karena proses gelombang
pecah di daerah inshore.
Lagoon : adalah perairan dangkal yang memisahkan barrier beach dari
daratan
Longshore transport :adalah perpindahan sedimen yang mempunyai arah rata-rata
sejajar garis pantai.
Offshore : daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut
Pantai : daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi
dan air surut terendah
revetmen : struktur bangunan pengaman pantai yang dibuat relatif
menempel dan mengikuti garis pantai dengan tujuan untuk
melindungi pantai yang tererosi
Sempadan : daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk
dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi
ke arah daratan.
Surf zone : daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang
pecah dan batas naik-turunnya gelombang di pantai.
Swash zone : daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya
gelombang dan batas terendah turunya gelombang di pantai.
Spit : terbentuk ketika gelombang dominan dan arus meng-endapkan
sedimen membentuk dataran yang memanjang, menjauhi
headland yang tererosi (atau sumber sedimen lain)
Tombolo : bentuk deposisi pasir di belakang pulau atau obyek yang berada
di hadapan pantai (offshore)
Tanjung : permukaan yang tegak yang memanjang masuk kedalam badan
air
tembok laut : bangunan yang berfungsi mengamankan bagian darat pantai
terhadap erosi akibat gelombang dan sekaligus sebagai dinding
penahan tanah.
tanggul laut : bangunan pantai yang dibuat untuk memisahkan dataran pantai
rendah dengan perairan laut agar terhindar dari banjir akibat
pasang air laut
nearshore zone : daerah tempat energi dari laut beraksi ke arah darat
Sedimentasi : adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan
perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut
Bab 1
PENDAHULUAN
Kesiapan sumber daya aparatur yang baik dan berkualitas tentunya akan
memudahkan berlangsungnya proses reformasi birokrasi yang sedang dijalankan.
Sehubungan dengan hal tersebut faktor kesiapan dan kemauan untuk merubah
pola pikir, sikap dan perilaku sebagai pegawa negeri sipil yang berintegritas dan
profesional menjadi pondasi dan esensi strategis yang ikut menentukan
keberhasilan pelaksanaan OP bangunan pantai.
geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut, gelombang, arus laut dan salinitas
(Sutikno, 1993). Salah satu jenis bencana di lingkungan pantai yang sering terjadi
di Indonesia adalah abrasi pantai.
Selain abrasi jenis bencana pesisir yang sering terjadi dan menimbulkan dampak
cukup besar adalah sedimentasi di daerah muara sungai. Untuk di beberapa
tempat sedimentasi memberikan dampak yang positif karena bisa memberikan
lahan daratan tambahan namun jika terjadi di muara sungai maka dampak yang
ditimbulkan adalah mulai dari penyempitan alur pelayaran sampai menimbulkan
banjir akibat terhalangnya jalan air.
Setelah peserta diklat mengikuti materi ini maka diharapkan peserta mempunyai
kemampuan untuk mengetahui dan memahami jenis kerusakan yang berpotensi
dan sering terjadi di lingkungan pantai serta bagaimana cara untuk
menanggulangi akibat dari kerusakan itu sendiri.
Modul ini akan menyampaikan beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut:
a. Mempelajari modul mulai dari awal hingga akhir secara berurutan dan
kerjakan tugas yang telah disediakan.
c. Gunakan selalu baju lapangan (lengan panjang dan topi) ketika melakukan
kegiatan berlatih di lapangan (praktik).
d. Siswa berhak bertanya kepada pelatih jika menghadapi hal-hal yang tidak
dimengerti dari modul ini.
a. Memahami secara baik isi modul yang akan diajarkan, dapat dilakukan
melalui kaji widya.
Sebagai bahan belajar maka setiap pemberi materi akan memberikan bahan
belajar melalui bahan tayang (slide ppt), LCD, komputer/ laptop dan modul.
Bab 2.
URAIAN MATERI POKOK
Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut
dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut. Dan
meski Abrasi dapat disebabkan oleh gejala alami tapi manusia lah yang dijadikan
sebagai penyebab utama terjadinya abrasi. Abrasi ini dapat terjadi kerena
beberapa faktor antara lain, faktor alam, faktor manusia, dan salah satu untuk
mencegahnya tejadinya abrasi tersebut yakni melakukan penanaman hutan
mangrove. Beberpa faktor alam yang dapat menyebabkan abrasi antara lain,
angin yang bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan gelombang serta arus
laut yang mempunyai kekuatan untuk mengikis sutau daerah pantai.
Akibat dari abrasi ini akan menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun
tanah dipinggir pantai sehingga lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan
dan akan mengalami abrasi pantai. Proses terjadi Abrasi yaitu pada saat angin
yang bergerak dilaut menimbulkan arus serta gelombang mengarah ke pantai,
sehingga apabila proses ini berlangsung lama akan mengikis pinggir
pantai.Kekuatan gelombang terbesar dapat terjadi pada waktu badai dan badai
inilah yang mempercepat terjadi proses pantai. Abrasi ini selain disebabkan faktor
alam bisa juga disebabkan karena faktor manusia, seperti contoh melakukan
penambangan pasir, dikatakan demikian karenapenambangan pasir begitu
penting terhadap abrasi suatu pantai yang dapat menyebabkan terkurasnya pasir
laut dan inilah sangat berpengaruhterhadap arah dan kecepatan arus laut karena
akan menghantam pantai.
Adanya endapan seperti misalnya spit yang berbentuk memanjang di depan teluk
ataupun tombolo yang menghubungkan pulau dengan daratan utama,
menunjukkan adanya bagian laut yang tenang. Tenangnya gelombang karena
perlindungan tanjung dan merupakan medan pertemuan dua arah massa arus laut
yang saling melemahkan; yaitu arus dari kawasan laut luar yang memutar di
dalam teluk. Di bagian air yang tenang di situlah terjadi pengendapan (Hallaf,
2006).
1) Faktor Hidro-Oseanografi
a. Gelombang
Gelombang terjadi melalui proses pergerakan massa air yang dibentuk secara
umum oleh hembusan angin secara tegak lurus terhadap garis pantai (Open
University, 1993 ). Dahuri, et al. (2001) menyatakan bahwa gelombang yang
pecah di daerah pantai merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
proses erosi dan sedimentasi di pantai.
b. Arus
Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan, arus merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam pengangkutan sedimen di daerah pantai. Arus berfungsi
sebagai media transpor sedimen dan sebagai agen pengerosi yaitu arus yang
dipengaruhi oleh hempasan gelombang. Gelombang yang datang menuju
pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh
terhadap proses sedimentasi/ abrasi di pantai. Arus pantai ini ditentukan
terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang
dengan garis pantai. Jika gelombang datang membentuk sudut, maka akan
terbentuk arus susur pantai (longshore current) yaitu arus yang bergerak
sejajar dengan garis pantai akibat perbedaan tekanan hidrostatik
(Pethick,1997).
c. Pasut
Menurut Nontji (2002) pasut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara
berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Arus pasut ini
berperan terhadap proses-proses di pantai seperti penyebaran sedimen dan
abrasi pantai. Pasang naik akan menyebarkan sedimen ke dekat pantai,
sedangkan bila surut akan menyebabkan majunya sedimentasi ke arah laut
lepas. Arus pasut umumnya tidak terlalu kuat sehingga tidak dapat
mengangkut sedimen yang berukuran besar
2) Faktor Antropogenik
1. Onshore-Offshore transport
2. Longshore transport
Yuwono (2005) membedakan antara erosi pantai dengan abrasi pantai. Erosi
pantai diartikannya sebagai proses mundurnya garis pantai dari kedudukan
semula yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasokan dan
kapasitas angkutan sedimen..
Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk keperluan industri dan air minum di
wilayah pesisir akan menyebabkan penurunan tanah terutama jika komposisi
tanah pantai sebagian besar terdiri dari lempung/lumpur karena sifat-sifat fisik
lumpur /lempung yang mudah berubah akibat perubahan kadar air. Akibat
penurunan air tanah adalah berkurangnya tekanan air pori. Hal ini mengakibatkan
penggenangan dan pada gilirannya meningkatkan erosi dan abrasi pantai. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi penurunan tanah cukup besar dan memberikan
kontribusi terhadap genangan (rob) pada saat air laut pasang.
Orientasi pantai yang relatif tegak lurus atau sejajar dengan puncak gelombang
dominan. Hal ini memberikan informasi bahwa pantai dalam kondisi seimbang
dinamik. Kondisi gelombang yang semula lurus akan membelok akibat proses
refraksi/difraksi dan shoaling. Pantai akan menanggai dengan mengorientasikan
dirinya sedemikian rupa sehingga tegak lurus arah gelombang atau dengan kata
lain terjadi erosi dan deposisi sedimen sampai terjadi keseimbangan dan proses
selanjutnya yang terjadi hanya angkutan tegak lurus pantai (cros shore transport)
Perubahan iklim global dan kejadian ekstrim misal terjadi siklon tropis. Faktor lain
adalah kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global (efek rumah kaca)
yang mengakibatkan kenaikan tinggi gelombang
Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab abrasi ada
dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia meskipun yang berpengaruh
paling dominan adalah faktor manusia. Penyebab terjadinya abrasi di pantai
sebagian besar (diperkirakan lebih dari 90%) diakibatkan oleh adanya campur
tangan manusia (A.Hakam,dkk, 2013). Faktor alam berjalan secara alami dan
tidak akan terlalu membuat banyak kerusakan jika saja tidak ada campur tangan
manusia dalam aktifitasnya. Manusia seringkali melakukan sesuatu yang
dianggapnya baik, namun ternyata tindakannya tersebut dapat berakibat pada
perubahan ekosistem pantai. Misalnya menebang mangrove untuk kebutuhan
bahan bakar dan bahan bangunan, menambang pasir, membuat sumur-sumur
dipesisir untuk keperluan industry secara berlebihan, dan lain-lain. Manusia terlalu
egois dalam memanfaatkan ekosistem pantai, hanya bisa mengambil tanpa bisa
memberi. Meninggalkan kerusakan-kerusakan tanpa mau memperbaikinya.
Manusia belum sadar bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh meraka akan
berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup manusia itu sendiri, baik
sekarang maupun yang akan datang.
Abrasi pantai disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia, seperti
pengambilan batu dan pasir di pesisir pantai, atau penebangan pohon di sekitar
pantai, kurang diperhatikannya hutan mangrove. Manusia mengambil kayu dari
hutan mangrove dan hutan pantai untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk
kebutuhan bahan bakar dan bahan bangunan rumah. Apabila pengambilan kayu
dilakukan secara terus-menerus maka pohon-pohon di pesisir pantai akan
berkurang dan habis. Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir pantai
memperbesar peluang terjadinya abrasi, karena akar mangrove yang berfungsi
menahan tanah agar tidak mudah terbawa gelombang sudah habis bersamaan
dengan penebangan pohonnya yang habis ditebang manusia.
Dampak abrasi tentu sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan
apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang mempunyai
permukaannya rendah akan tenggelam. Lokasi wisata terutama pantai yang indah
dan menjadi tujuan wisata akan menjadi rusak. Pemukiman warga daerah pesisir
dan tambak akan tergerus akibat gelombang laut hingga menyatu menjadi laut.
Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi pantai
ini. Banyak dilakukan reklamasi untuk menanggulangi abrasi namun tetap
berdampak pada daerah yang memiliki ketinggian rendah dalam bentuk banjir rob.
Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan beberapa pulau kecil di sekitar
perairan Indonesia.
Secara alami pantai telah memiliki pelindung alami akan tetapi dalam
perkembangannya terdapat perubahan yang sangat signifikan dan berpengaruh
Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-10
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai
pada garis pantai. Solusi untuk mengatasi abrasi tidak boleh sembarangan dan
harus memperhatikan kondisi sekitar agar solusi yang di ambil sesuai dan efektif.
Penanggunalang abrasi pada daerah pantai berbeda satu sama lain tergantung
dari kondisi fisik dan lingkungan social ekonomi pantai tersebut. Hal ini akan
dibahas lebih lanjut pada poin mitigasi abrasi.
Selanjutnya secara lebih spesifik dampak yang diakibatkan oleh abrasi antara lain
(Ramadhan, 2013) :
Daerah pantai yang mengalami abrasi sangat sulit untuk dipulihkan atau kembali
dalam keadaaan normal. Selain itu juga, kerusakan pantai akibat abrasi dapat
menggangu mata pencaharian penduduk disekitar, terutama yang berprofesi
sebagai nelayan. Pantai yang mengalami abrasi jika tidak di tanggulangi akan
berakibat kerusakan pantai yang semakin parah.
Sedia payung sebelum hujan. Setidaknya pepatah ini dapat kita gunakan utuk
meminimalisir terjadinya abrasi. Sebelum abrasi terjadi lebih parah, terdapat
tindakan pencegahan yang mungkin dapat kita lakukan baik secara perseorangan
atau berkelompok. Untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya abrasi pantai
yaitu (Ramadhan, 2013):
Fungsi dari tanaman bakau yaitu untuk memecah gelombang yang menerjang
pantai dan memperkokoh daratan pantai, selain untuk mempertahnakan
pantai, mangrove juga berfungsi sebagai tempat berkembangbiakan ikan dan
kepiting.
Pasir pantai yang terus menerus diambil akan mengurangi kekuatan pantai.
4. Sedangkan pada pantai yang telah atau akan mengalami abrasi, akan
dibuatkan pemecah ombak atau talud untuk mengurangi dampak dari
terjangan ombak, tindakan ini sering juga disebut tindakan pencegahan secara
teknis.
Secara teori untuk menanggulangi dampak abrasi ada dua cara yaitu:
1. Soft Solution
2. Hard Solution
Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah hard solution atau
penggunaan struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai
Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-12
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai
d. reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain
c. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis pantai
A. Groin
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak lurus
terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa
beton), dan batu. Pemasangan Groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga
pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side”
terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut.
B. Breakwater
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai.
Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai
terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke
pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat
menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
C. Revetment
Revetment adalah struktur di pantai dan dibangun searah pantai dengan fungsi
utama melindungi pantai yang tererosi. Struktur Revetment secara tipikal terdiri
dari lapisan luar terbuat dari batu, beton, atau aspal untuk melindungi profil pantai
dengan kemiringan alami. Dalam praktek, dibedakan antara Revetment dan
tembok pantai berdasarkan fungsinya dalam melindungi pantai, tetapi dalam
literatur teknik biasanya tidak ada perbedaan diantara keduanya.
Pulau dengan luas sekitar 1000 km2 ini terletak pada bagian tenggara Kota
Kendari. Pulau ini bisa dicapai dengan kapal ferry sekitar 4 jam dari Kota Kendari
yang tiap hari melayani Kendari – Langara PP. Bulan April – September
gelombang besar terjadi sehingga transportasi laut praktis tidak dapat dilakukan
terutama daerah Pantai Wawonii sebelah Timur. Pada bulan-bulan tersebut terjadi
gelombang arah Timur dari Laut Banda.
Kec. Wawonii
Utara
Kec. Wawonii
Timur Laut
Kec. Wawonii
Timur
Kec. Wawonii
Tenggara
10%
curam, pasir yang dibawa gelombang terjebak
B
0%
T
di perairan dalam sehingga tidak dapat
kembali lagi kearah pantai. Fenomena
gelombang tegak lurus pantai ini dapat dilihat
dari foto bangunan yang tegak lurus pantai
BD S TG
dimana di kanan dan kiri bangunan tidak
Tidak Berangin = 28.87% Tidak Tercatat = 29.66% terdapat penumpukan sedimen
Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
3. Panjang garis pantai kasipute sekitar 7 km, dengan kondisi pantai mengalami
abrasi dan banyak pemukiman penduduk yang berada di pesisir pantai
kasipute
4. Pada tahun 2012-2013 sudah ada desain pengamanan pantai kasipute oleh
pihak balai wilayah sungai sulawesi IV sepanjang 750 m , dan sudah ada
realisasi pebangunan pada tahun 2014, yang diperuntukkan untuk
mengamankan fasilitas umum dan pemukiman
5. Sudah ada rencana pembangunan reklamasi, talud dan jalan dari pemda
setempat yang di peruntukkan untuk wilayah komersil atau ruang publik,
panjang rencana talud yang akan dibangun untuk ruang publik sekitar 1,5 km.
6. Angin dominan yang terjadi di pantai kasipute dari arah timur terjadi pada
bulan agustus sampai oktober
11. Angin dominan yang terjadi di pantai boepinang dari arah barat terjadi pada
bulan desember sampai februari
Untuk lokasi Pantai Kasipute, berikut adalah berberapa masalah yang berhasil di
identifikasi, yaitu:
1. Ketika musim angin Timur, banyak lokasi pemukiman yang terletak di pinggir
pantai sudah mulai terancam karena pada saat itu gelombang cukup besar
menghantam garis pantai. Di lokasi lain juga yang sudah mulai mengalami
kerusakan adalah tanggul jalan. Tanggul jalan ini sudah mulai mengalami
kerusakan pada kaki tanggul hal ini terjadi karena tanggul tersebut tidak di
desain untuk menahan gelombang.
1. Pada saat ini lokasi pemukiman yang berada di pinggir pantai sudah mulai
terancam oleh gelombang terutama pada saat musim Barat. Ketika musim
Barat ini berlangsung banyak rumah penduduk yang mayoritas berupa rumah
panggung masyarakat Bajo, bergoyang dan posisi tiangnya mulai miring
akibat hantaman gelombang. Jika hal ini dibiarkan akan merusak pemukiman
yang jumlahnya cukup banyak di pinggir pantai.
2. Melalui pengamatan visual, jenis tanah yang ada di lokasi adalah lumpur oleh
karena itu dalam aspek perencanaan pengamanan pantai harus
dipertimbangkan daya dukung struktur supaya tidak mengalami penurunan
BL U TL
40%
30%
20%
10%
0%
B T
BD S TG
Tidak Berangin = 6.50% Tidak Tercatat = 0.07%
Pembangunan Talud
dari Pihak BWSS IV
Kec.Ranowul
Kec.Aertemb
Kec.Maesa
Kec.Lembe
Kec.Madidir
h Utara
Kec.Girian
Kec.Matuari
Kec.Lembeh
Selatan
Pulau Lembeh
Kec.Lembeh
Selatan
3 Hidrologi Deskripsi
Nama Sungai : -
Apakah Sudah Ada Jetty -
Kondisi Sedimentasi : -
Kejadian Banjir : -
Kerugian Akibat Banjir : -
Penyebab Banjir : -
4 Hidro-Oseanografi Deskripsi
Apakah Sudah Ada Bangunan Perlindungan Pantai : Ada Berupa Tanggul Sederhana
Bagaimana Kondisi Bangunan Perlindungan Pantai : Saat Gelombang Tinggi dan Pasang Air Masih Bisa Masuk ke Pemukiman
Penyebab Kerusakan Bangunan : -
Umur Bangunan : -
Material Dasar Bangunan : Pasangan Batu
Apakah Ada Pelabuhan di Lokasi : Pelabuhan Rakyat
Jenis Pelabuhan : Dermaga Beton
Jenis Perlindungan Pelabuhan : -
Pada Estuari atau muara sungai, Komponen penting yang mengatur dinamika dan
pertukaran antara dua masa air yang berbeda adalah pasut. Meskipun demikian,
di alam ada pula estuari yang berada di daerah non pasut, daerah ini sering
dinamai dengan laguna. Di laut yang non pasut ini, sungai secara alarni lebih
sering membentuk delta dari pada estuari.
1) debit sungai,
Ditinjau dari sudut perekonomian, muara memiliki posisi yang penting karena
berfungsi sebagai pintu penghubung antara laut dan daerah pedalaman. Hal ini
dijumpai terutama di Pulau-pulau yang memiliki sungai-sungai yang lebar dan
dalam seperti Sumatera (Sungai Musi di Palembang) dan Kalimantan (Sungai
Barito, Kapuas dan Sungai Mahakam). Pengaruh pasang surut menyebabkan
perubahan muka air secara periodik di muara sungai. Debit air yang besar dan
didukung dengan energi pasang surut yang cukup tinggi akan menjaga kondisi
dasar perairan di mulut sungai dan estuari cukup dalam untuk pelayaran sungai,
sehingga kondisi muara sungai yang demikian sangat cocok digunakan sebagai
lokasi pelabuhan.
Selain dari sisi ekonomi, muara juga berfungsi sebagai penyangga ekosistem baik
terhadap sungai itu sendiri maupun terhadap lingkungan pantai sekitarnya.
Lingkungan estuari merupakan kawasan yang sangat penting bagi berbagai
spesies hewan dan tumbuhan. Pada daerah-daerah beriklim tropis seperti di
Indonesia, lingkungan estuari umumnya ditumbuhi oleh tumbuhan khas yang di
sebut Mangrove. Tumbuhan mangrove mampu beradaptasi dengan genangan air
laut yang kisaran salinitasnya cukup lebar Hutan mangrove adalah salah satu
contoh tetumbuhan muara yang selain berfungsi ekologis, juga berguna sebagai
pengaman pantai terhadap erosi (pengamanan non struktural).
1) Salinitas
Salinitas di muara berfluktuasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya dan berubah
sesuai dengan waktu. Jika air laut dengan salinitas rata-rata 35o/ oo bercampur
dengan air tawar (salinitas 0o/ oo ), campuran air tersebut akan memiliki nilai
salinitas bervariasi di antaranya. Profil salinitas muara yang diidealkan diberikan
pada Gambar 37. Dalam kenyataan di lapangan, batas-batas salinitas tidak begitu
jelas seperti ditunjukkan pada Gambar 37.
2) Morfologi Muara
Bagian sisi kiri dari Gambar 38 menggambarkan proses progradasi, yang mana
daratan akan bertambah, salah satunya karena permukaan laut yang turun relatif
terhadap daratan, atau akibat pasokan sedimen yang besar. Bagian sisi kanan
menggambarkan proses transgresif, salah satunya adalah akibat kenaikan
permukaan air laut, atau karena ketidakcukupan pasokan sedimen. Perlu
diperhatikan bahwa perubahan permukaan air laut adalah relatif, dalam arti
penurunan daratan dengan permukaan air laut konstan mempunyai pengaruh
yang sama jika elevasi daratan konstan dan permukaan air laut naik. Akibat
proses progradasi, deposisi sedimen sungai menyebabkan formasi delta. Jika
energi gelombang dan energi pasang surut rendah, sedimen sungai akan
terdeposisi di sepanjang kedua tepi sungai. Akibat gradien aliran sungai,
permukaan air pada suatu titik sepanjang sungai akan berangsur-angsur naik
karena titik tersebut terletak pada jarak yang lebih jauh dari mulut sungai. Pada
suatu saat, kemungkinan jika debit sungai tinggi, air sungai akan menggenangi
dan mengerosi tebing sungai dan terbentuk alur baru yang lebih pendek ke laut.
Pada proses transgresi, sebuah estuari adalah ekuivalen dari formasi delta dalam
proses progradasi, tetapi pada proses transgresi, pasokan sedimen tidak cukup
untuk mengatasi kenaikan relatif permukaan air laut. Pasokan sedimen tidak
hanya bersumber dari sungai (sedimen fluvial) tetapi juga berasal dari laut/pantai,
karena pasang naik atau gelombang memasok sedimen dari laut. Bahkan sebuah
laguna hanya mempunyai sumber pasokan sedimen dari laut, karena tidak ada
sungai yang mengalir ke dalamnya.
tentang evolusi terhadap waktu, relatif terhadap perubahan permukaan air laut
dan pasokan sedimen. Sesuai dengan kenaikan permukaan air laut, delta akan
berubah menjadi estuari atau sebaliknya. Dataran pantai dan dataran pasang
surut akan ”hilang” dan berubah menjadi perairan dangkal jika permukaan laut
naik.
delta
SUNGAI
delta
SG
R
ES
F
I
TI
estuari estuari
Embayed
LA
didominasi didominasi
mixed source
E
R
gelombang pasut
TU
AK
laguna
W
Marine P
source dataran pantai dataran pasut R
O
G
R
GELOMBANG PASUT A
D
daya gelombang/ pasut A
S
I
Gambar 39 Diagram klasifikasi muara (Boyd dkk, 1992 dan Dalrymple dkk, 1992).
Menurut Boyd dkk (1992) dan Dalrymple dkk (1992), bentuk muara sungai dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok tergantung pada faktor-faktor dominan yang
mempengaruhinya, yaitu gelombang, sungai dan pasang surut.
Secara morfologi Muara sungai secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam,
sesuai dengan faktor dominan yang mempengaruhi muara. Ketiga macam tipe
muara tersebut adalah sebagai berikut
Tipe muara ini ditandai dengan angkutan sedimen menyusur pantai setiap tahun
cukup besar dan arus menyusur pantai cukup dominan dalam pembentukan
muara sungai. Pada tipe ini biasanya muara tertutup oleh lidah pasir dengan pola
sedimentasi, seperti terlihat pada Gambar 40. Pola sedimentasi yang terjadi di
muara tersebut sangat tergantung pada arah gelombang.
Jika arah gelombang dominan menyudut terhadap pantai, akan terjadi penutupan
muara dengan arah penutupan sesuai dengan arah gerakan pasir menyusur
pantai). Pada kondisi muara dengan arah gelombang dominan yang relatif tegak
lurus dengan pantai, pola sedimentasi akan terlihat, seperti pada Gambar 40.
Permasalahan utama pada sungai ini ialah saat awal musim hujan, yatu ketika
endapan pasir di muara cukup tinggi dan biasanya muara cukup sempit. Muara
tidak mampu menyalurkan air banjir diawal musim hujan. Jika sungai tersebut juga
digunakan untuk keperluan nelayan, nelayan tidak dapat atau sulit memasuki
muara sungai pada kondisi seperti itu.
Jika arah gelombang dominan menyudut, muara sungai akan sering berpindah
tempat sehingga dapat menyulitkan pengendalian banjir ataupun pengelolaan
daerah sekitar muara.
Pantai
Pantai
Arah
Gelombang
Tebing
Arah
Gelombang
Alur Lidah Pasir
Bar
Alur
Tampak
Atas
Puncak Bar
Alur
c) Potongan memanjang
Alur
Endapan
b) Arah gelombang membentuk
sudut dengan garis pantai
d) Potongan melintang
Tipe muara ini ditandai dengan debit sungai menyusur setiap tahunan cukup
besar sehingga debit tersebut merupakan parameter utama pembentukan muara
sungai. Pola sedimentasi pada muara tipe ini dapat dilihat pada Gambar 44.
Pendangkalan yang serius biasanya tidak terjadi pada tipe muara ini. Hal ini
disebabkan aliran air sungai yang terjadi cukup besar sehingga mampu
memelihara atau merawat kedalaman alur sungai. Jika aliran sungai cukup
banyak membawa material sedimen, garis pantai akan cepat maju dan
membentuk tanjungan.
tebing
alur ambang
tebing
pasir kasar
pasir halus
lempung
Tampak Atas
campuran pasir dan lempung
mulut
puncak ambang
alur
Potongan Melintang
Tipe muara ini ditandai dengan fluktuasi pasang surut yang cukup besar sehingga
arus yang terjadi akibat pasang surut ini cukup potensial untuk membentuk muara
sungai. Pada tipe ini terjadi angkutan sedimen dua arah (arah laut dan arah darat).
Muara biasanya berbentuk corong atau lonceng (bell shape) dengan beberapa
alur dan pendangkalan seperti terlihat pada Gambar 46.
Permasalahan utama pada tipe muara ini bukan penutupan muaranya, tetapi
pendangkalan yang terjadi di muara sungai dapat mengganggu pelayaran atau
navigasi.
C
Potongan Melintang A
A A
B
Tebing
A
Alur Endapan Pendangkalan
Pasir
A
Tebing
B C
Potongan Melintang B
B B
Potongan Melintang C
Karena sangat banyak muara sungai di Indonesia yang bermasalah, dalam usaha
memperbaiki kondisi muara tersebut haruslah dipilih muara sungai yang
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di bawah ini diberikan pedoman untuk
menentukan pemilihan proyek perbaikan muara sungai, yaitu dengan memberikan
urutan prioritas terhadap muara yang mempunyai kriteria sebagai berikut.
a. muara sungai yang bagian hulunya merupakan daerah yang nilainya cukup
tinggi dan perlu dilindungi dari ancaman banjir, misalnya daerah industri dan
daerah permukiman yang padat;
c. muara sungai yang bagian hulunya mempunyai potensi yang besar untuk
pertanian dan pertambakan sehingga diperlukan adanya kelancaran aliran air
di sungai tersebut;
d. muara sungai yang selalu berpindah-pindah dan merusak daerah sekitar yang
telah dikembangkan menjadi daerah pariwisata atau daerah industri.
P= ∫ Q (t ) dt ………………………………………………………………………… (1)
0
di mana
Apabila bentuk kurva pasang surut dianggap berbentuk sinusoidal, prisma pasang
surut dapat didekati sebagai berikut
Q maxT
P= ……………………………………………………………………………….…(2)
πC k
di mana
Prisma pasang surut juga dapat dihitung secara analitis apabila distribusi
kecepatan arus pada vertikal di mulut sungai diketahui
A = a1P m1 .....................................................................................................................(3)
di mana
A = luas penampang aliran pada muka air rata-rata untuk kondisi pasang
purnama (m2)
Karena sangat banyak muara sungai di Indonesia yang bermasalah, dalam usaha
memperbaiki kondisi muara tersebut haruslah dipilih muara sungai yang
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di bawah ini diberikan pedoman untuk
menentukan pemilihan proyek perbaikan muara sungai, yaitu dengan memberikan
urutan prioritas terhadap muara yang mempunyai kriteria sebagai berikut.
1) muara sungai yang bagian hulunya merupakan daerah yang nilainya cukup
tinggi dan perlu dilindungi dari ancaman banjir, misalnya daerah industri dan
daerah permukiman yang padat;
3) muara sungai yang bagian hulunya mempunyai potensi yang besar untuk
pertanian dan pertambakan sehingga diperlukan adanya kelancaran aliran air
di sungai tersebut;
4) muara sungai yang selalu berpindah-pindah dan merusak daerah sekitar yang
telah dikembangkan menjadi daerah pariwisata atau daerah industri.
bangunan jeti yang akan dibuat tersebut. Dengan demikian, panjang jeti dapat
disesuaikan dengan maksud tersebut. Sebagai contoh, untuk keperluan stabilisasi
muara sungai, tidak perlu dibangun jeti yang panjang. Pembuatan bangunan jeti
yang terlalu panjang justru dapat menimbulkan permasalahan di tempat yang lain
dan hal ini perlu dihindarkan. Di samping itu, perlu ditekankan bahwa ada jenis
konstruksi tertentu yang biaya pembangunannya murah, tetapi biaya
perawatannya tinggi sehingga perlu dipertimbangkan dalam desainnya.
Stabilitas muara menurut Per Bruun merupakan refleksi dari perbandingan volume
prisma pasang surut (P) dibagi dengan volume angkutan sedimen menyusur
pantai (S). Nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. P/S ≥ 150 : Kondisi muara baik, terdapat sedikit tumpukan pasir dan
penggelontoran baik.
2. 100 ≤ P/S < 150 : Kondisi muara kurang baik, formasi tumpukan pasir terlihat di
mulut sungai.
3. 50 ≤ P/S < 100 : Tumpukan pasir membesar, tetapi alur muara masih dapat
4. 20 ≤ P/S < 50 : Mulut muara sudah dipenuhi tumpukan pasir, tetapi muara
Sebagai tempat pertemuan antara sungai dan laut, sifat-sifat muara dipengaruhi
oleh besaran-besaran seperti: arus sungai (debit sungai), arus laut, gelombang,
energi pasang surut, laju transpor sedimen (dari sungai dan laut), dan besaran-
besaran lain. Seluruh besaran tersebut saling berinteraksi sebagai sebuah sistem
yang melibatkan masukan dan keluaran sehingga menghasilkan suatu bentuk
morfologi yang spesifik. Permasalahan yang paling sering dijumpai di muara
adalah sedimentasi, terutama oleh sedimen pasir yang berasal dari laut, sehingga
menyebabkan pendangkalan/pentupan sebagian atau seluruh mulut sungai.
Pendangkalan tersebut menyebabkan dua masalah pokok sebagai berikut
2) biaya pekerjaan
Ada dua pilihan dasar yang perlu ditinjau, yaitu apakah muara sungai harus selalu
terbuka, atau pada waktu-waktu tertentu boleh tertutup? Apabila muara sungai
digunakan untuk lalu-lintas perahu, maka muara sungai harus selalu terbuka.
Untuk itu perlu dibuat jetty panjang yang menjorok ke laut hingga di luar zona
gelombang pecah. Apabila muara sungai hanya digunakan untuk melewatkan
debit banjir untuk mencegah luapan air sungai di bagian hulu, ada beberapa
alternatif penanganan yang bisa dilakukan.
laguna
Qs Qs Qs
T2
T1
T0
T0
T1
Sedimentasi Erosi
T2
Secara geografis lokasi kegiatan Studi dan Review Desain Jetty dan Tanggul
Muara Sungai Opak berada di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada
bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat,
serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif
membujur dari utara ke selatan.
Muara sungai merupakan tempat bertemunya arus pasang surut air laut dengan
air sungai yang saling berlawanan. Kondisi itu akan memberi pengaruh kuat pada
proses sedimentasi. Pada kasus Kali Opak, sedimentasi material tersebut
mengakibatkan terjadinya pembelokan aliran air ke arah barat atau kanan.
Fenomena tersebut bisa diketahui dari hasil rekaman citra satelit. Fenomena yang
sama tampak pula di Kali Progo di Kulon Progo, Kali Bogowonto di Purworejo, dan
Kali Serayu di Cilacap yang berada di bagian selatan Pulau Jawa dan berhadapan
dengan Samudra Hindia. Pembelokan hanya terjadi antara wilayah Bantul sampai
Cilacap. (sumber: www.technogetz.wordpress.com).
Muara Kali Opak terletak di Kecamatan Kretek dan sebagian kecil di Kecamatan
Sanden Kabupaten Bantul. Kondisi Muara Kali Opak dapat dilihat pada foto-foto
lapangan berikut ini.
7
6
5 4
3 2
1
Gambar 68 Foto-3: Muara Kali Opak ke arah Barat Daya (Pantai Samas).
Gambar 69 Foto-4: Laguna Muara Kali Opak ke arah Barat Daya (Pantai Samas).
Gambar 71 Foto-6: Laguna Muara Kali Opak ke arah Barat Daya (Pantai Samas).
Beberapa faktor beloknya Muara Sungai Opak antara lain angin, pantai,
gelombang, muara sungai, musim, dan arus sungai.
Angin
Angin yang dominan bertiup dari arah tenggara dan menyudut menghantam
muara. “Pada Desember hingga Februari angin itu mulai menurun. Bahkan, pada
Maret angin bertiup dari arah barat ke tenggara,”. Angin yang bertiup lebih kuat
dikatakan sangat memengaruhi pembelokan aliran sungai karena angin itu
mendorong gelombang laut (swash).
Gelombang
Gelombang laut yang menyudut dengan bibir pantai dan muara yang membujur
dari tenggara ke barat menimbulkan longshore drift atau gerakan zig-zag sedimen
di sepanjang pantai. Pada kasus Kali Opak gerakan zig-zag yang terjadi dari arah
tenggara dan barat laut serta dari arah barat laut menghasilkan sedimen yang
memanjang dari timur ke barat. Adapun gerakan zig-zag yang berasal dari
tenggara menghasilkan sedimen lebih banyak dibandingkan dengan gerakan zig-
zag yang berasal dari arah barat. Hal itu disebabkan gerakan zig-zag di bagian
tenggara lebih lama dibandingkan gerakan zig-zag di bagian arah barat. Di bagian
tenggara, gerakan tersebut terjadi sejak April hingga November dan didukung pula
oleh suplai sedimen yang kontinu di muara Kali Opak. Sementara longshore drift
dari barat hanya terjadi selama dua bulan, dari Januari hingga Maret dan tidak
banyak berpengaruh dalam mengembalikan arus muara Sungai Opak.
Arus Sungai
Arus air sungai yang membawa sedimen dari daratan terhalang oleh sedimen dan
berbelok ke kanan. Pembelokan itu membuat posisi muara Kali Opak menjadi
miring dengan bibir pantai. Sedimen dari arah pantai yang dihasilkan longshore
drift kemudian terakumulasi bersama dengan endapan dari Sungai opak. Melalui
metode granulometri sampel sedimen pada titik sedimen antara bibir pantai dan
Sungai Opak yang berbelok. Sampel sedimen Sungai Opak memiliki komposisi
pasir dan kerikil dalam ukuran yang tidak seragam dengan warna terang.
Sementara di sungai yang berada di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta, tidak
terjadi pembelokan karena sedimennya berupa batuan kapur berukuran besar.
(Sumber: Yan Restu Freski dan Darmadi dari Taman Pintar Science Club,
Yogyakarta Tahun 2010)
Arah Aliran
Wilayah Banjir
Wilayah Banjir
Sedimentasi
BL U TL
40%
30%
20%
10%
0%
B T
BD S TG
Tidak Berangin = 1.61% Tidak Tercatat = 5.26%
Untuk uraian monitoring dan evaluasi kerusakan bangunan pantai akibat bencana
akan dijabarkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No.
08/SE/M/2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang Pemberlakuan Pedoman Penilaian
Kerusakan Pantai dan Prioritas Penanganannya.
Mulai
Persiapan
Lokasi Pantai
yang Dinilai
Penilaian
Kerusakan Pantai
Uraian Kerusakan
Uraian Kerusakan Erosi/Abrasi dan Uraian Kerusakan
Diskripsi Lokasi
Lingkungan Kerusakan Sedimentasi
Bangunan
Pembobotan Tingkat
Kerusakan
Penentuan Tingkat
Kepentingan
Prioritas Penanganan
Lokasi Ya
Baru
Tidak
Urutan Prioritas
Selesai
Penilaian kerusakan pantai ini akan dilakukan melalui suatu proses penilaian yang
sudah ditetapkan sebagai surat edaran menteri pekerjaan umum No.
08/SE/M/2010 tentang “Pemberlakuan Pedoman Penilaian Kerusakan Pantai dan
Prioritas Penanganannya”, dimana dalam menilai kerusakan pantai, pendekatan
yang digunakan ada 3 (tiga) macam yaitu:
Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-64
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai
Daerah pantai atau pesisir mempunyai sifat yang dinamis dan rentan terhadap
perubahan lingkungan baik karena proses alami maupun aktifitas manusia.
Manusia melakukan berbagai aktifitas untuk meningkatkan taraf hidupnya,
sehingga melakukan perubahan-perubahan terhadap ekosistem dan sumber daya
alam yang berpengaruh terhadap lingkungan di daerah pantai. Daerah pantai atau
pesisir setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut.
2) Dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari dua macam
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk
kepentingan pembangunan, misalnya untuk wisata dan perikanan;
permukiman dan pertambakan.
3) Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu
kelompok yang memiliki keterampilan/keahlian dan kesenangan bekerja yang
berbeda. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan berbagai sumberdaya yang ada.
Pantai secara alami berfungsi sebagai pembatas antara darat dan laut, tempat
hidup biota pantai dan tempat sungai bermuara. Dalam perkembangannya fungsi
pantai mengalami perubahan sesuai kebutuhan manusia, antara lain sebagai
tempat saluran bermuara tambak, , tempat peralihan kegiatan hidup di darat dan
di laut (pelabuhan, pelayaran), tempat hunian nelayan, tempat wisata, tempat
usaha, tempat budidaya pantai (tambak, pertanian), sumber bahan bangunan
(pasir, batu karang), kawasan idustri (PLTU, pabrik dan lain-lain).
Daerah pantai di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam berupa sumber
daya alam dapat diperbarui (hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun,
sumber daya perikanan dan bahan-bahan bioaktif), sumber daya alam tidak dapat
diperbarui (meliputi seluruh mineral dan geologi) dan jasa-jasa lingkungan (fungsi
pantai sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan
komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan
keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim (climate regulator), kawasan
perlindungan (konservasi dan preservasi) dan sistem penunjang kehidupan serta
fungsi ekologisnya.
1) Permukiman dan fasilitas umum yang terlalu dekat dengan garis pantai.
Kriteria erosi dan abrasi yang dimaksudkan disini adalah erosi/abrasi yang terjadi
karena faktor alamiah maupun akibat aktivitas manusia. Beberapa faktor
penyebab yang sering mengakibatkan terjadinya erosi/abrasi pantai antara lain
1) Faktor Manusia
e. Budidaya pesisir
2) Faktor alam: perusakan oleh bencana alam seperti gelombang badai, tsunami
dan gempa
3. Kriteria Sedimentasi
a. Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut muara sungai pada pantai yang
berpasir atau berlumpur yang dapat mengakibatkan terjadinya formasi ambang
(bar) atau lidah pasir (sand spit) di muara. Mulut muara adalah bagian dari
muara dimana ambang terbentuk. Proses ini terjadi akibat transpor sedimen
menyusur pantai yang cukup besar dan debit sungai yang relatif kecil sehingga
tidak mempunyai kemampuan untuk menggelontor lidah pasir yang terjadi
(terbentuk) di muara sungai. Gambar C menunjukkan mekanisme penutupan
muara sungai. Peristiwa ini menyebabkan muara sungai tidak stabil dan dapat
berpindah-pindah.
b. Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke hulu sampai
pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh oleh intrusi air laut
Dalam menilai kerusakan pantai, pendekatan yang digunakan ada 3 (tiga) macam
yaitu:
a. Keberadaan permukiman dan fasilitas umum yang berada terlalu dekat dengan
garis pantai, sehingga permukiman/fasilitas tersebut mudah terjangkau oleh
hempasan gelombang.
e. Intrusi air laut ke air tanah (ground water) atau sungai sehingga dapat
mengganggu cumber air bersih (air minum) bagi masyarakat pesisir maupun
industri.
h. Kenaikan muka air laut (sea level rise) dan penurunan muka tanah (land
subsidence) yang dapat mengakibatkan banjir rob.
Untuk mengkaji kerusakan pantai akibat adanya erosi/abrasi atau gerusan dan
rusaknya bangunan pantai akan ditinjau dua hal saja, yaitu:
a. Sedimentasi pada muara sungai yang tidak untuk keperluan pelayaran, dan
Untuk tolok ukur kerusakan lingkungan pantai akan dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
Pemukiman dan fasilitas umum yang terlalu dekat dengan pantai (berada di
daerah sempadan pantai) akan menyebabkan bangunan dapat terkena hempasan
gelombang sehingga bangunan dapat mengalami kerusakan dan menganggu
aktivitas masyarakat. Tolok ukur kerusakan lingkungan pantai akibat letak
pemukiman adalah jumlah rumah yang terkena dampak dan keberadaan
bangunan di sempadan pantai. Berikut ini adalah tolok ukur kerusakan pantai
untuk permukiman (luas kawasan yang ditinjau adalah satu dusun) (Tabel 1).
Amat Sangat Berat : >10 rumah berada di sempadan pantai dalam jangkauan
gelombang badai.
Sedangkan tolok ukur untuk fasilitas umum yang terlalu dekat dengan pantai
(berada di daerah sempadan pantai) adalah tingkat kepentingan dan cakupan
daerah layanan fasilitas umum yang terkena dampak serta keberadaannya di
sempadan pantai. Apabila ditinjau dari ukuran fasilitas umumnya, maka tolok ukur
kerusakannya adalah:
a. Kecil, setara dengan 1 rumah sampai dengan 5 rumah, daerah layanan lokal.
2) Areal Pertanian
Areal pertanian yang terlalu dekat dengan pantai (berada di daerah sempadan
pantai) dapat terancam keberadaannya akibat limpasan gelombang. Tolok ukur
penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat letak areal pertanian adalah
keberadaannya di sempadan pantai dan kerentanan pantai terhadap erosi.
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk areal pertanian:
o Ringan
Areal pertanian berada pada pantai yang tidak mudah tererosi, lokasi 0 m
sampaidengan 100 m.
o Sedang
Areal pertanian berada pada pantai yang mudah tererosi, lokasi 0 m sampai
dengan 100 m.
o Berat
Areal pertanian mengalami kerusakan ringan akibat hempasan gelombang.
o Amat Berat
Areal pertanian mengalami kerusakan sedang akibat hempasan gelombang.
Penambangan pasir yang dilakukan pada gumuk pasir dapat berdampak pada
hilangnya perlindungan alami pantai. Penambangan pasir akan mengakibatkan
hilangnya bukit-bukit pasir yang berada di sepanjang pantai yang berfungsi
sebagai tembok/tanggul laut dan sebagai sumber sedimen yang bekerja sebagai
pemasok pasir pada saat terjadi badai. Oleh karena itu penambangan pasir dapat
menyebabkan lemahnya perlindungan pantai.
Berikut ini adalah tolok ukur kerusakan pantai untuk penambangan pasir di
kawasan pesisir:
o Ringan
Lokasi penambangan berada pada jarak antara 200 m sampai dengan 500 m
dari garis pantai, dilakukan dengan alat berat (mekanik).
o Sedang
Lokasi penambangan pada jarak 100 m sampai dengan 200 m dari garis
pantai, dilakukan dengan alat tradisional.
o Berat
Lokasi penambangan pada jarak 100 m sampai dengan 200 m dari garis
pantai, dilakukan dengan alat berat (mekanik).
o Amat Berat
Lokasi penambangan pada jarak kurang dari 100 m dari garis pantai, dengan
alat tradisional.
Tabel 3 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Menurunnya Kualitas Perlindungan Alami Kawasan Gumuk Pasir
Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah
L-3 Menurunnya Penambangan Menurunnya kualitas Lokasi 50 Lokasi penambangan 1)Pengaturan secara ketat
kualitas pasir perlindungan alami penambanganpasir berada pada jarak panambangan pasir, baik
perlindungan pantai diukur dari garis antara 200 m sampai kuantitas dan lokasinya
alami kawasan pantai dan peralatan 500 m, dilakukan
gumuk pasir yang digunakan untuk dengan alat berat
penambangan (makanik)
100 Lokasi penambangan 1)Penambangan secara bertahap
berada pada jarak dihentikan
antara 100 m sampai
200 m, dilakukan
dengan alat
tradisional
150 Lokasi penambangan 1)Penambangan harus segera
berada pada jarak dihentikan
antara 100 m sampai
200 m, dilakukan
dengan alat berat
(makanik)
200 Lokasi penambangan 1)Penambangan harus segera
berada pada jarak dihentikan
<100, dilakukan
dengan alat
tradisional
250 Lokasi penambangan 1)Penambangan harus segera
berada pada jarak dihentikan
<100, dilakukan
dengan alat berat
(makanik)
4) Perairan Pantai
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk pencemaran
lingkungan perairan panta:
o Ringan
Perairan pantai terlihat keruh, sedikit sampah, dan tidak ada bau.
o Sedang
Perairan terlihat keruh, kandungan sampah/minyak sedang, dan tidak berbau.
o Berat
Perairan pantai yang terlihat coklat, kandungan sampah/minyak sedang, dan
berbau namun belum mengganggu.
o Amat Berat
Perairan pantai terlihat hitam, kandungan sampah/minyak sedang dan bau
cukup mengganggu.
5) Air Tanah
Pencemaran air tanah akibat intrusi air laut terhadap sumur-sumur penduduk dan
sumber pengambilan air baku di sekitar pantai dapat menimbulkan gangguan
terhadap penyediaan air baku dan air bersih di wilayah tersebut. Dan pada tingkat
pencemaran yang tinggi dapat membahayakan kehidupan manusia.
Tolok ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat intrusi air laut terhadap
air tanah adalah besaran kadar garam pada sumur-sumur penduduk dan sumber
pengambilan air baku di luar sempadan pantai. Dengan demikian pencemaran air
tanah yang ditinjau hanya merupakan indikasi awal pencemaran lingkungan yang
harus ditindaklanjuti dengan survei berikutnya untuk mendapatkan informasi yang
lebih detail. Cara menentukan kadar garam yang terkandung di air sumur
dilakukan sesuai dengan SNI 06-2412-1991, tentang metode pengambilan contoh
uji kualitas air.
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk instrusi air laut:
o Ringan
Kadar garam 0,5 g/I sampai dengan 2,5 g/l terdeteksi pada 1 sumur sampai
dengan 5 sumur.
o Sedang
Kadar garam 0,5 g/I sampai dengan 2,5 g/I terdeteksi pada 6 sumur atau lebih.
o Berat
Kadar garam 2,5 g/I sampai dengan 5 g/I terdeteksi pada 1 sumur sampai
dengan 5 sumur.
o Amat Berat
Kadar garam 2,5 g/I sampai dengan 5 g/I terdeteksi pada 6 sumur atau lebih.
Tabel 5 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Menurunnya Kualitas Air Tanah akibat Intrusi Air Laut
Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah
L-5 Menurunnya Intrusi air laut Gangguan terhadap Kadar garam di sumur- 50 Kadar garam 0,5gr/l 1)Penyediaan air bersih
kualitas air tanah sumur warga, sumber sumur penduduk dan sampai dengan 2,5gr/l
air baku tempat pengambilan terdeteksi pada 1
air baku yang berada sumur sampai dengan
di luar sempadan 5 sumur
pantai
100 Kadar garam 0,5gr/l 2)Pembatasan pembuatan sumur
sampai dengan 2,5gr/l dalam
terdeteksi pada 6
sumur atau lebih
150 Kadar garam 2,5gr/l 1)Penyediaan air bersih
sampai dengan 5,0gr/l
terdeteksi pada 1
sumur sampai dengan
5 sumur
200 Kadar garam 2,5gr/l 1)Pelarangan pembuatan sumur
sampai dengan 5,0gr/l dalam di kawasan pantai
terdeteksi pada 6
sumur atau lebih
250 Kadar garam >5,0gr/l
terdeteksi pada 6
sumur atau lebih
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk hutan mangrove:
o Ringan
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove masih 30 m sampai dengan 50 m
kondisi tanaman jarang.
o Sedang
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove 10 m sampai dengan 30 m, kondisi
tanamari rapat.
o Berat
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove 10 m sampai dengan. 30 m, kondisi
tanaman jarang.
o Amat Berat
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove < 10 m, kondisi tanaman rapat.
150 Ketebalan
hutan/tanaman
mangrove masih 10 m
sampai dengan 30 m,
kondisi tanaman
jarang
200 Ketebalan 1)Penyuluhan tentang manfaat
hutan/tanaman hutan mangrove terhadap
mangrove <10 m, pengamanan pantai
kondisi tanaman rapat 2)Rehabilitasi hutan mangrove
menjadi tebal minimal 30 m
250 Ketebalan
hutan/tanaman
mangrove <10 m,
kondisi tanaman
jarang
7) Terumbu Karang
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk terumbu karang:
o Ringan
Kerusakan akibat penambangan di bawah 10% luas kawasan.
o Sedang
Kerusakan akibat penambangan berkisar antara 10% sampai dengan 20%
luas kawasan.
o Berat
Kerusakan akibat penambangan berkisar antara 20% sampai dengan 30%
luas kawasan.
o Amat Berat
Kerusakan akibat penambangan berkisar antara 30% sampai dengan 40%
luas kawasan.
Rob kawasan pesisir terutama disebabkan karena penurunan tanah dan kenaikan
muka air laut. Hal ini mengakibatkan sistem drainasi menjadi tidak berfungsi,
terganggunya aktivitas penduduk, dan terganggunya perekonomian kota. Tolok
ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat rob adalah tinggi genangan dan
luas daerah yang tergenang.
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk rob kawasan pesisir:
o Ringan
Saluran drainasi lokal penuh saat terjadi rob.
o Sedang
Saluran drainasi lokal meluap pada tempat¬tempat tertentu pada saat terjadi
rob.
o Berat
Tinggi genangan di jalan antara 0 cm sampai dengan 20 cm pada skala
Sedang (paling tidak satu jalur jalan utama tergenang).
o Amat Berat
Tinggi genangan di jalan antara 0 cm sampai dengan 20 cm pada skala luas
(paling tidak dua jalur jalan utama tergenang).
Untuk tolok ukur Erosi/abrasi dan Kerusakan Bangunan akan dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu:
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk perubahan garis
pantai:
o Ringan
Garis pantai maju mundur, tetapi masih stabil dinamis.
o Sedang
Pantai mundur < 1 m/tahun.
o Berat
Pantai mundur 1 m/tahun sampai dengan 2 m/tahun.
o Amat Berat
Pantai mundur 2 m/tahun sampai dengan 3 m/tahun.
Pada kawasan pantai sering dijumpai infrastruktur buatan manusia yang dibuat
dengan tujuan tertentu, misainya tujuan ekonomi dan transportasi, pertahanan
keamanan maupun perlindungan garis pantai. Infrastruktur buatan manusia
tersebut dapat berupa bangunan pengaman pantai, jalan, rumah, tempat ibadah
dan lainnya.
Bangunan yang dibangun pada material mudah tererosi seperti pasir atau jenis
tanah lainnya kemungkinan besar sangat rentan terhadap bahaya kerusakan
akibat gerusan. Gerusan yang terjadi pada struktur bangunan pantai diakibatkan
oleh gelombang dan arus atau kombinasi keduanya. Pada umumnya gerusan
terjadi pada bagian-bagian tertentu yang diakibatkan keberadaan struktur, terjadi
konsentrasi gelombang dan arus, yang akan memperbesar tegangan geser dasar
di bagian tersebut. Akibat gerusan adalah penurunan kestabilan dan penurunan
bangunan yang lambat faun akan mengakibatkan keruntuhan sebagian atau
bahkan seluruh struktur. Gerusan yang terjadi Pada fondasi bangunan dan
kerusakan bangunan akibat gempuran gelombang menyebabkan bangunan tidak
efektif dan membahayakan lingkungan atau masyarakat sekitar.
Tolok ukur penilaian kerusakan pantai akibat gerusan dan kerusakan bangunan
dapat dilihat dan kenampakan bangunan itu sendiri seperti keruntuhan bangunan,
abrasi bangunan, kemiringan bangunan, dan fungsi bangunan.
Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk gerusan dan
kerusakan bangunan:
o Ringan
Bangunan masih dapat berfungsi balk di atas 75%
o Sedang
Bangunan masih berfungsi 50% sampai dengan 75%.
o Berat
Bangunan berfungsi tinggal 25% sampai dengan 50% tetapi tidak
membahayakan lingkungan.
o Amat Berat
Bangunan berfungsi tinggal 25% sampai dengan 50% dan membahayakan
lingkungan.
Sedimentasi di muara sungai terdiri atas dua proses yaitu penutupan dan
pendangkalan muara. Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut muara
sungai pada pantai yang berpasir atau berlumpur yang mengakibatkan terjadinya
formasi ambang (bar) atau lidah pasir di muara. Proses ini terjadi karena kecilnya
debit sungai terutama di musim kemarau, sehingga tidak mampu membilas
endapan sedimen di mulut muara. Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai
dari muara ke hula sampai pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh
oleh intrusi air laut (pasang surut dan kegaraman). Proses pendangkalan muara
sungai disebabkan oleh terjadinya pengendapan sedimen dari daerah tangkapan
air yang tidak mampu terbilas oleh aliran sungai sehingga menyebabkan banjir
muara.
o Ringan
Muara sungai relatif stabil dan alur muara tinggal 50% sampai dengan 75%.
o Sedang
Muara sungai tidak stabil dan alur muara tinggal 50% sampai dengan 75%.
o Berat
Muara sungai tidak stabil dan alur muara tinggal 25% sampai dengan 50%.
o Amat Berat
Muara sungai tidak stabil dan kadang kadang tertutup.
Tolok ukur kerusakan pantai karena sedimentasi dan pendangkalan muara sungai
tidak stabil/berpindah-pindah dan muara sungai untuk pelayaran (Tabel 5.12)
o Ringan
Muara sungai stabil, alur menyempit dan perahu masih dapat masuk.
o Sedang
Muara sungai tidak stabil, alur menyempit tetapi perahu masih dapat masuk.
o Berat
Muara sungai tidak stabil, alur menyempit tetapi perahu sulit masuk.
o Amat Berat
Muara sungai tidak stabil, perahu hanya dapat masuk pada saat pasang.
Penentuan urutan prioritas penanganan kerusakan pantai tidak hanya dilihat pada
bobot kerusakan pantai, tetapi jugs didasarkan pada pembobotan tingkat
kepentingan pantai tersebut. Pembobotan tingkat kepentingan disajikan dalam
label berupa koefisien bobot tingkat kepentingan, seperti terlihat pada Tabel
berikut ini.
2. Penilaian kerusakan pada satu lokasi dilakukan secara terpisah dengan lokasi
yang lain. Apabila satu lokasi terjadi beberapa jenis kerusakan maka penilaian
dilakukan pada kasusu kerusakan pantai terberat yang terjadi di lokasi
tersebut.
4. Penilaian kerusakan pada suatu kawasan pantai yang cukup luas dapat
dilakukan dengan membagi kawasan tersebut menjadi beberapa lokasi sesuai
keperluan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pasir Panjang
1 RT 3 Pantai Kahona - - - - - - - - 200 50 - - 1.00
2 RT 4 Pamurutan - - - - - - - - 200 50 - - 1.00
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Doorbolaang
1 Pantai Nusu - - - - - - - - 150 50 - - 1.00
2 Pantai Bobo Besar - - - - - - - - 150 50 - - 1.00
3 Pantai Door - - - - - - - - 150 50 - - 1.00
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pancuran
1 Pantai Lingkungan I - - - - - - - - 50 200 - - 1.00
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Mawali
1 Pantai Mawali Besar - - - - - - - - 50 50 - - 1.00
2 Pantai Mawali Kecil - - - - - - - - 50 50 - - 1.00
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Pintu Kota
1 Pantai Pintu Kota - - - - - - - - 50 50 - - 1.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pasir Panjang
1 RT 3 Pantai Kahona - - 200 EA-1 - - 1.00 - - 200 C - -
2 RT 4 Pamurutan - - 200 EA-1 - - 1.00 - - 200 C - -
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Doorbolaang
1 Pantai Nusu - - 150 EA-1 - - 1.00 - - 150 C - -
2 Pantai Bobo Besar - - 150 EA-1 - - 1.00 - - 150 C - -
3 Pantai Door - - 150 EA-1 - - 1.00 - - 150 C - -
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pancuran
1 Pantai Lingkungan I 200 EA-2 - - 1.00 - - 200 C - -
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Mawali
1 Pantai Mawali Besar - - 50 EA-1 - - 1.00 - - 50 E - -
2 Pantai Mawali Kecil - - 50 EA-1 - - 1.00 - - 50 E - -
Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Pintu Kota
1 Pantai Pintu Kota - - 50 EA-1 - - 1.00 - - 50 E - -
BAB 3
PENUTUP
3.1 Rangkuman
Modul Permasalahan Kerusakan Pantai ini pada dasarnya terdiri dari beberapa
materi pokok bahasan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pada materi ini peserta diklat akan diberikan wawasan definisi dan penyebab
terjadinya proses abrasi dan sedimentasi. Uraian tentang definisi dan
penyebab ini akan mencakup materi tentang proses kerusakan, penyebab
timbulnya abrasi maupun sedimentasi sampai dengan dampak yang akan
ditimbulkan dari fenomena kerusakan pantai ini. Mengenai uraian penyebab
terjadinya kerusakan pantai ini, juga akan diuraikan faktor campur tangan
manusia terhadap lingkungan dan kerusakan pantai akibat faktor lainnya.
2. Muara Sungai