Email : amrafajriati@gmail.com
ABSTRAK
Secara umum, pendidikan dalam Islam bertujuan untuk menjadikan peserta didik menjadi
makhluk Allah SWT yang menjaga fitrah keagamaan yang dimiliki oleh peserta didik tersebut
sampai akhir hayat mereka. Pendidikan juga memiliki peran untuk menghasilkan peserta didik
yang memiliki karakter melalui pokok-pokok ajaran Islam (aqidah, ibadah dan akhlak).
Pendidikan Ilsm memiliki beberapa koponen seperti pendidik, metode, tujuan, isi kurikulum,
sarana prasarana pendidikan, dan peserta didik dengan rumusan yang jelas. Peserta didik adalah
seseorang yang menuntut ilmu pengetahuan pada hakikatnya. Peserta didik mempunyai
permasalhan pokok yang penting untuk diteliti. Sebagai seorang pendidik, harus mendidik baik
agar dapat membentuk peserta didik yang berakhlakul kharimah dan sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan pandangan Islam.
PENDAHULUAN
Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan Islam.
Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan, tetapi pada saat-saat
tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa posisi peserta didik pun
tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun.
Akan tetapi peserta didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya,
sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya.
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik
kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan.
Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari
pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah
sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan
agama peserta didik.
Dari yang dipaparkan diatas, maka saya merumuskan masalah yaitu bagaimanakah
definisi peserta didik dalam perspektif islam?, bagaimana karakteristik peserta didik yang baik?,
dan apa saja akhlak dan kewajiban peserta didik dalam perspektif islam?.
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat untuk
menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik
cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-orang
dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-
kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya
di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majelis
Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut arti
terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing
spiritual (mursyid). Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari, sedangkan
menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh
dirinya untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta
didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi lazimnya
disebut dengan mahasiswa.
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk melakukan
kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang
menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik dibiasakan melakukan
hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang
dilepaskan beitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan
binasa.
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu
sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa
peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain
untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid
adalah peserta didik di sekolah, dan umat beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya,
dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode
belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang dewasa. Orang dewasa tidak patut
mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga
peserta didik kehilangan dunianya.
2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal
mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat lima hierarki kebutuhan
yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
a. Kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan
4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan
dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan
kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai
objek pasif yang bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.
Jadi, penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan secara pemahaman saya tentang
karakteristik peserta didik merupakan Sikap atau pola pikir masing-masing peserta didik dalam
pembelajaran dan mampu menyelesaikan segala aktivitas atau kegiatan pembelajaran sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Yang dimaksud dengan akhlak peserta didik dalam uraian ini bukan hanya sekadar hal-
hal yang berkaitan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan yang harus ditampakkan oleh peserta
didik dalam pergaulan disekolah dan diluar sekolah, melainkan berbagai ketentuan lainnya yang
memungkinkan dapat mendukung efektivitas proses belajar mengajar. Pengetahuan terhadap
akhlak peserta didik ini bukan hanya perlu diketahui oleh setiap peserta didik dengan tujuan agar
menerapkannya, melainkan juga perlu diketahui oleh setiap pendidik, dengan tujuan agar dapat
mengarahkan dan membimbing para peserta didik untuk mengikuti ahklak tersebut.
Akhlak peserta didik itu ada yang berkaitan dengan akhlak terhadap Tuhan, dengan
sesama manusia dan alam jagat raya. Akhlak peserta didik terhadap Tuhan antara lain berkaitan
dengan kepatuhan dalam melaksanakan semua perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya.
Adapun akhlak peserta didik terhadap manusia, antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam
melaksanakan semua perintah orang tua dan guru, mentaati peraturan pemerintah, menghargai
dan menghormati kerabat, teman dan manusia pada umumnya, adat istiadat dan kebiasaan positif
yang berlaku dimasyarakat.
Adapun akhlak peserta didik terhadap alam, antara lain, berkaitan dengan kepedulian
terhadap pemeliharaan lingkungan alam dan lingkungan sosial, seperti peduli terhadap
kebersihan, ketertiban, keindahan, keamanan, dan kenyamanan.
a. Akhlak terhadap diri sendiri, diantaranya memelihara diri dari perbuatan dosa dan maksiat,
memiliki niat dan motivasi yang ikhlas dan kuat dalam menuntut ilmu, bersikap sederhana dan
menjauhkan diri dari pengaruh duniawi.
b. Akhlak terhadap pendidik, yang antara lain mematuhi, memuliakan, menghormati, membantu,
dan menerima segala keputusannya.
c. Akhlak terhadap kegiatan belajar mengajar yang antara lain senantiasa memperdalam ilmu
yang dipelajari dari guru, mempelajari ilmu secara bertahap serta berusaha mempraktikkannya.
Selanjutnya, dua belas kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap peserta didik.
Kewajiban ini sebagai berikut:
6) Memualiakan guru
Selanjutnya Burhan al-Din Al-Zarnuji mengemukakan pendapat Ali bin Abi Thalib
tentang enam hal penting yang diperlu dilakukan oleh peserta didik melalui syairnya sebagai
berikut: “Ingatlah! Engkau tidak akan memperoleh ilmu, kecuali dengan enam syarat; akan aku
menjelaskan keenam syarat itu pada mu, yaitu kecerdasan, motivasi yang kuat, kesabaran,
modal, petunjuk guru, dan masa yang panjang”.
Al-Ghazali menjelaskan etika anak didik terhadap pendidik ini secara terinci dalam kitabnya “
Bidayatul Hidayah”, yang meliputi 13 aturan, yaitu:
a. Jika berkunjung kepada guru harus menghormati dan menyampaikan salam terlebih dahulu.
e. Jangan sekali-kali menegur ucapan guru, seperti; kata fulan demikian, tapi berbeda dengan
tuan guru.
f. Jangan mengisyarati terhadap guru, yang dapat memberi perasaan khilaf dengan pendapat
g. Jangan berunding dengan temanmu ditempat duduknya, atau berbicara dengan guru sambil
tertawa.
h. Jika duduk dihadapan guru jangan menoleh-menoleh tapi duduk lah dengan menundukkan
i. Jangan banyak bertanya ketika guru kelihatan bosan atau kurang enak.
j. Sewaktu guru berdiri, murid harus berdiri sambil memberi penghormatan terhadap guru.
k. Sewaktu guru sedang berdiri dan sudah akan pergi, jangan sampai dihentikan cuman perlu
bertanya.
l. Jangan sekali-kali bertanya sesuatu kepada guru ditengah jalan, tapi sabarlah nanti ketika
sampai dirumah.
Berdasarkan paparan tersebut diatas, bahwa selain mengetahui kondisi peserta didik
tersebut, juga perlu memperhatikan tentang akhlak dan kode etik peserta didik yang dilakukan
oleh pendidik. Akhlak mulia itu yang terikat dengan dirinya sendiri, dengan Tuhan, dengan guru,
dengan sesama teman, dengan lingkungan, ilmu yang dipelajari dan sebagainya.
KESIMPULAN
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan
menurut fitrahnya masing-masing. Mereka membutuhkan bimbingan dan arahan yang baik
menuju fitrah yang dimilikinya. Peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obejk atau sasaran
pendidikan dalam pandangan yang lebih modern, melainkan juga harus diperlukan subjek
pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik untuk ikut dalam
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Jadi kesimpulannya, peserta didik
dicirikan sebagai orang yang harus memerlukan ilmu pengetahuan, bimbingan dan arahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, 2010 Ilmu Pendidikan Islam ( Jilid II ), Bandung :
Pustaka Setia.
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, 2006 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Prenada Media Grouf.
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html