Anda di halaman 1dari 4

Shalawat Tarhim

Sesungguhnya Allah beserta Malaikat-Nya senantiasa bershalawat untuk Nabi Muhammad. Hai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat dan salam untuk Nabi dengan sungguh-sungguh. (QS. Al Ahzab: 56)

Dari jendela kamar hotel lantai 7, di Manado, sayup-sayup terdengar alunan puji pujian kepada Makhluk Paling dikasihi Rabb Alam Semesta.. Ash-shaltu was-salmu alyk Y immal mujhidn y Raslallh Ash-shaltu was-salmu alyk Y nshiral hud y khayra khalqillh Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulullah Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik Aku mendengarkan alunan tersebut, syahdu di tengah keheningan pagi menjelang subuh. Ingatanku kembali ke masa lalu ketika masih kecil, di mana menjelang subuh selalu terdengar puji-pujian tersebut bersahut-sahutan dari mesjid dan surau... Ku buka jendela, angin segar dingin memasuki kamar hotel..pujian tersebut masih terdengar.. Ash-shaltu was-salmu alyk Y nshiral haqqi y Raslallh Ash-shaltu was-salmu alyk Y Man asr bikal muhayminu laylan nilta m nilta wal -anmu niymu Wa taqaddamta lish-shalti fashall kulu man fis-sami wa antal immu Shalawat dan salam semoga tercura hkan atasmu Duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur Semua penghuni langi t melakukan shalat di belakangmu dan engkau menjadi imam

Meskipun tidak mengerti artinya secara keseluruhan, namun secara umum aku tahu itu pujian kepada Baginda Rasulullah, Seolah-olah terbayang kejadian -kejadian penting pada Makhluk Paling Mulia tersebutKelahiranMirajpeperanganketinggian Akhlak yang menaklukan dan Wafatnya Sang Baginda.. Juga terlintas, ingatan -ingatan masa kecilku..Semua tergambar seperti lintasan lintasan gambar yang diputar secara cepat. Perasaan masa lalu terbawa ke saat i ni. Senang, sedih, haru, rindu bercampur dalam waktu yang singkat. Wa ilal muntah rufita karman Wa ilal muntah rufita karman wa saitan nid alaykas salm Y karmal akhlq y Raslallh Shallallhu alayka wa al lika wa ashhbika ajman Engkau diberangkatkan ke Sitratul Muntaha karena kemulianmu dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu, pada keluargamu dan sahabatmu .

Perasaan syahdu masih merasuki tubuhku. Anehnya, dari dahulu pun biar tidak paham, tetap saja begitu mendengar alunan shalawat tersebut perasaan syahdu dan indah merasuk ke dalam tubuh..perasaan yang sulit diungkapkan. Kerinduan mungkin, atau juga haru dan sedih... Bergegas aku membersihkan badan dan mencari mesjid untuk melaksanakan shalat Subuh. Ternyata letaknya tidak terlalu jauh dari hotel. Usai Shalat subuh aku teringat kejadian yang dilukiskan dalam sebuah riwayat tentang kerinduan Rasulullah kepada ummatnya.

Diceritakan usai shalat subuh Nabi memandangi para sahabatnya sambil tersenyum yang sangat indah. Cahaya wajah Nabi terpancar, banyak Sahabat tertunduk tidak sanggup memandang wibawa Beliau. Nabi berkata, Menurut kalian, siapakah mahluk yang paling menak jubkan imannya? Sahabat menjawab serempak, Malaikat, ya Rasulullah. Bagaimana mereka tak beriman, padahal mereka berada di samping Tuhan mereka? jawab Nabi. Kalau begitu para Nabi, ya Rasulullah.

Bagaimana mereka tak beriman, bukankah wahyu turun k epada mereka? Kalau begitu kami, sahabat -sahabatmu, ya Rasulullah. Bagaimana kalian tak beriman padaku padahal aku berada di tengah -tengah kalian? Bagaimana sahabat -sahabatku tidak beriman? Mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Para sahabat terdiam. Mereka telah menyaksikan mujizat demi mujizat pada diri Rasulullah. Wajah yang bersinar, air yang mengalir dari sela jemari untuk minum dan berwudu, susu yang mengalir cukup untuk banyak orang dari seekor domba kurus kering setelah diusap oleh tangan Mulia, ketinggian akhlak yang tiada tara. Bagaimana kami tidak beriman kepadamu, gumam Para sahabat. Kalau begitu siapa ya Rasulu llah, orang yang kau sebut paling menakjubkan imannya? Langit Madinah Subuh itu bening, udara segar berhemb us. Keheningan mencekat, menunggu kata-kata dari Sang Baginda. Ah, siapa gerangan mereka yang engkau puji itu ya Rasullullah? Nafas para sahabat seakan terhenti menunggu jawaban yang meluncur dari bibir yang mulia. Orang yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudahku. Yang beriman kepadaku, padahal mereka tak pernah melihat dan berjumpa denganku. Yang paling menakjubkan imannya adalah orang yang datang setelah aku tiada. Yang membenarkan aku padahal mereka tak pernah melihatku. Mereka adalah SAUDARA-SAUDARAKU. Para Sahabat terkejut. Ya Rasulullah, bukankah kami saudaramu juga? Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku. Yang beriman kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beriman kepada yang gaib, yang menunaikan salat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka (QS. Al -Baqarah; 3). Baginda diam sejenak. Udara sejuk masih mengalir. Hening. Kemudian Baginda berkata, Alangkah rindunya aku berjump a dengan saudara-saudaraku. Kata-kata itu diucapkan dengan suara parau dan butiran air mata menggenang di sudut mata Baginda. Mata Baginda menatap ke depan, seolah -seolah menatap ummatnya yang akan datang, yang dirindukannya. Baginda merindukan ummatnya yang tidak pernah bertemu Beliau, namun tetap teguh beriman kepada ALLAH dan Rasul -Nya. Bibir mereka basah oleh dzikir kepada ALLAH dan Shalawat kepada Kekasih Pencipta Semesta. Mereka hidup 100, 200, 300, 1000, dan ribuan tahun setelah Baginda diutus. Ke rinduan para Pecinta Rasulullah rupanya sudah diketahui oleh Sang Baginda. Sehingga jauh sebelum mereka hadir di muka bumi Baginda telah membanggakan mereka di depan Para Sahabat Mulia, dengan menyebut sebagai SAUDARA -SAUDARA yang akan datang.

Teringat aku dengan sabdamu: Barang siapa yang mencintai sesuatu, niscaya dia banyak menyebut-nyebut yang dicintainya. Barangsiapa yang datang kepadaku, aku akan memberinya syafaat di hari kiamat. Pertanyaan di hati mengusik: mungkinkah aku termasuk or ang yang dirindukan oleh Baginda Rasullullah? Aku tertunduk diam dan malu.

Sesungguhnya manusia yang paling utama disisiku pada hari kiamat kelak adalah yang paling banyak membaca shalawat. (HR. Nasai, Turmidzi, dan Ibnu Hibban).

Anda mungkin juga menyukai