Anda di halaman 1dari 109

RESUME

PERKEMBANGAN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Tentang
RESUME PENGEMBANGAN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh

Alfajri Nurul Khair


2120010038

Dosen Pengampu:
Prof. Dr.H. Rusdinal, M.P.d

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2022M
A. PengertianEvaluasiPendidikan
Darisegibahasa, evaluasiberasaldari kata BahasaInggris; evaluation.
SedangdalamBahasa Arab; al-Tqdir (‫دير‬66‫)التق‬, dandalamBahasa Indonesia; penilaian
yang akarkatanyaadalah value (inggris), al–Qimah (arab), nilai
(Indonesia). Sementarapendidikanmerupakansebuah program. Program yang
melibatkansejumlahkomponen yang bekerjasamadalamsebuah proses
untukmencapaitujuan yang telahdiprogramkan. Dengandemikian,
secaraharfiahevaluasidapatdiartikansebagaipenilaiandalambidangpendidikanataupenil
aianmengenaihal-hal yang berhubungandengankegiatanpendidikan

Secara garis besar berbicara evaluasi adalah berbicara tentang penilaian


dimana pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering menggunakan
beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan tak terkecuali didalamnya yaitu
evaluasi yang digunakan secara tumpang tindih (over lap).
Beberapa pengertian dari istilah-istilah dari evaluasi:
1. Pengukuran adalah kegiatan penentu angka dari suatu obyek yang akan diukur, yaitu
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, dan bersifat kuantitatif.
2. Penilaian adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektifitas pembelajaran
yang melibatkan sejumlah komponen penentu keberhasilan pembelajaran, dan bersifat
kualitatif.
3. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh
dari berbagai jenis tagihan dan mengolah untuk menilai hasil belajar dan
perkembangan belajar siswa.
4. Evaluasi adalah penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan,
kurikulum dan penilain serta pelaksanaannya.
Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Nilai dalam bahasa
arab di sebut al qimat. istilah nilai ini mulanya di populerkan oleh para filsuf. dalam
hal ini, plato merupakan filsuf yang pertama kali mengemukakannya. Pembahasan
’’nilai’’ secara khusus di perdalam dalam diskursus filsafat, terutama pada aspek
oksiologinya. Begitu penting kedudukan nilai dalam filsafat sehingga para filsuf
meletakan nilai sebagai muara bagi epistemologi dan antologi filsafat. Kata nilai
menurut filsuf adalah idea of worth Selanjutnya, kata nilai menjadi popular.
B. RuangLingkupEvaluasiPendidikana. 
1. DasardanTujuanEvaluasi
Evaluasi yang efektifharus mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang
jelas.Makaakandikemukakantentang:
Dasarevaluasiatauprinsip ilmiah yang mendasari waktu menyusun evaluasi ialah:

a. Filsafat
b. Psikologi
c. Komunikasi
d. Kurikulum
e. Manajemen
f.Tujuan evaluasi
Program evaluasi bertujuan untuk mengetahui siapa diantara anak didik yang
cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat sekolah.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional
oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud
merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa
a. Penempatanpadatempat yang tepat
b. Memberianumpanbalik
c. Diagnosis kesulitanbelajarsiswa
d. Penentuankelulusan
e. PrinsipEvaluasi
2. ObyekdanSubyekEvaluasi
Obyek penilaian meliputi dua hal yaitu Input dan output. Terkait mengenai
penilaian dari sisi input adalah sebagai berikut. Aspek yang bersifat rohani setidak-
tidaknya mencangkup 4 hal, yaitu:

a. Kemampuan
b. Kepribadian
c. Sikap-sikap
d. Inteligensi
Sedangkan unsur-unsur evaluasi, yaitu:

a. Kurikulum/materi
b. Metode dan cara penilaian
c. Sarana pendidikan/media
d. Sistem administrasi
e. Guru dan personil lainnya
PANDANGAN PENDIDIKAN

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran


Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang saling terkait satu satu sama
lain, bagaikan dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan. Aktivitas belajar peserta didik
hanya dimungkinkan berlangsung dalam suatu proses pembelajaran yang dapat memberi
kesempatan bagi mereka untuk belajar dengan baik. Sebaliknya, proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik bila medapat respons dari peserta didik. Keterkaitan antara belajar
dan pembelajaran tampak pada konsep belajar dan pembelajaran.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan, dan

perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau perubahan fisik yang

disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan sebagai hasil dari perbuatan belajar

meskipun perubahan itu berlangsung lama dan konstan. Menurut Slameto bahwa belajar

ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

1. Belajar menurut Pandangan B. F.Skinner

Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguat an

(reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar

dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards) dari guru atas hasil
belajarnya. Skinner membuat perincian lebih jauh dengan membedakan adanya dua
macam respons. Pertama, respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu yang disebut eliciting stimuli menimbulkan respons-
respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air
liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului res-
ponsyangditimbulkannya.Kedua,operantresponse,yaituresponsyangtimbuldan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing
stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons
yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan menjadi lebih giat belajar
apabila mendapat hadiah sehingga responsnya menjadi lebih intensif atau kuat .
Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran
atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan
penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar, sehingga belajar
merupakan hubungan antara stimulus dengan respons.
2. Belajar menurut Pandangan Robert M.Gagne
Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-
menerus yang bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi individu
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi .
Pandangan Gagne di atas menunjukkan bahwa belajar adalah adanya stimulus yang
secara bersamaan dengan isi ingatan memengaruhi perubahan tingkah laku dari waktu
ke waktu. Karena itu, belajar dipengaruhi oleh faktor internal berupa isi ingat- an dan
faktor ekternal berupa stimulus yang bersumber dari luar diri individu yang belajar.
Berdasarkan uraian di atas, Gagne memandang bahwa belajar dipengaruhi oleh
faktor dalam diri dan faktor dari luar diri individu belajar yang saling berintekasi,
sehingga kondisi eksternal berupa stimulus dari lingkungan belajar dan kondisi inter- nal
yang berupa keadaan internal dan proses kognitif individu yang saling berinter- aksi
dalam memperoleh hasil belajar yang dikategorikan sebagai keterampilan motor- is
(motorik skill), informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.
3. Belajar menurut Pandangan JeanPiaget
Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada anak- anak
sebab ia yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat menjawab pertanya- an-
pertanyaan epistemologi. Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam
pekembangan kognitif anak, yaitu proses assimilations dan proses accommoda- tions.
Proses assimilations, yaitu menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru
diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya dan mengubah- nya bila
perlu. Adapun proses accommodations, yaitu menyusun dan membangun kembali atau
mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga infor- masi yang baru
dapat disesuaikan dengan lebih baik.
Piaget mengembangkan teori kognitif tersebut dalam konteks teori keseimbang- an

yang disebut accomodation. Teori ini memberi penjelasan bahwa struktur fungsi kognitif

dalam berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal baru yang tidak dapat
diorganisasikan ke dalam struktur yang telah ada (association). Akomodasi me- nurut
Piaget adalah hasil dari yang ditambahkan dan diciptakan oleh lingkungan dan
pengamatan yang tidak sesuai dengan apa yang diketahui dan dipikirkan .Piaget
menjelaskan tiga cara bagi anak untuk sampai pada cara mengetahui sesuatu, yaitu
melalui interaksi sosial, melalui pengetahuan fisik, dan melalui logico-mathematical.
4. Belajar menurut Pandangan Carl R.Rogers
Rogers menitikberatkan pada segi pengajaran dibanding siswa yang belajar dalam
praktik pendidikan yang ditandai dengan peran guru yang dominan dan siswa hanya
menghafalkan pelajaran dengan alasan bahwa pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran adalah:
a) manusia memiliki kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa tidak harus belajar
tentang hal-hal yang tidak ber- arti,
b) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya,
c) pengorgani- sasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagi- an yang bermakna bagi siswa,
d) belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang proses-
proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan
melakukan pengubahan diri secara terus menerus,
e) belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab
dalam proses pembelajaran,
f) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi bila siswa mengevaluasi
dirinya sendiri, dan
g) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-
sungguh.
Belajar dalam pandangan Rogers di atas pada dasarnya bertumpu pada prinsip
kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan demikian, peserta di- dik
akan lebih mengenal dirinya, menerima diri sebagaimana adanya, dan akhirnya merasa
bebas memilih dan berbuat menurut individualitasnya dengan penuh tang- gung jawab.
5. Belajar menurut Pandangan Benjamin S.Bloom
Penelitian yang dilakukan oleh Bloom dalam mengamati kecerdasan anak pada
rentang waktu tertentu menemukan bahwa pengukuran kecerdasan anak pada usia 15
tahun merupakan hasil pengembangan dari anak usia dini. Bloom mengembang-
kantaksonomidaritujuanpendidikandenganmenyusunpengalaman-pengalaman dan
pertanyaan-pertanyaan secara bertingkat dari recall sampai pada terapannya dengan
suatu keyakinan bahwa anak dapat menguasai tugas-tugas yang dihadapkan kepada
mereka di sekolah, tetapi mengakui adanya anak yang yang membutuhkan waktu lebih
lama dan bimbingan yang lebih intensif dibanding teman seusianya .
Taksonomi tujuan-tujuan yang disusun Bloom disebut taxonomi bloom yang terdiri
atas tiga kawasan (domain), yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan doma- in
psikomotor. Domain-domain tersebut merupakan kemampuan-kemampuan yang
diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan.
Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang

terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling

sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerap- an,

analysis, sintesis, dan penilaian. Domain afektif mencakup kemampuan-kemam- puan

emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam

kemampuan emosional secara hierarkis, yaitu kesadaran, partisipasi, pengha- yatan nilai,

pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri. Domain psikomotor meru- pakan

kemampuan-kemampuan motorik dalam menggiatkan dan mengkoordinasi- kan

gerakan yang terdiri atas gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual,

kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif .

6. Belajar menurut Pandangan Jerume S.Bruner


Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori

yang saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap individu mempunyai model yang

unik tentang alam dan pengembangan suatu sistem pengodean ( coding). Sesuai dengan

model ini, belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model yang terjadi melalui
pengubahan kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara
baru, atau dengan menambahkan kategori-kategori baru .
Pendidikan menurut Brunner merupakan usaha yang kompleks untuk menye-
suaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya
dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.Pandangan Bruner ten- tang
belajar dapat diuraikan sebagai pendekatan kategorisasi. Semua interaksi indivi- du
dengan alam akan senantiasa melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan un- tuk
memfungsikan manusia. Kategorisasi menyederhanakan kekompleksitas dalam
lingkungan individu.
B. Pendekatan Pembelajaran Benjamin S.Bloom
Secara umum pendekatan pembelajaran Benjamin S. Bloom tidak secara spesifik
disebutkan dalam berbagai literatur, tetapi hanya menyebutkan secara garis besar
pendekatan pembelajaran dalam pendidikan. Pemikiran Benjamin S. Bloom dalam dunia
pendidikan lebih umum dibandingkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara Namun, pendekatan
pembelajaran secara psikologis Benjamin S. Bloom lebih kepada model belajar kognitif.
Adapun pendekatan pembelajaran pendidikan yang umum digunakan, yakni:
a. PendekatanExpository
Pendekatan ini menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan
sumber belajar kepada murid untuk menuntaskan materi sehingga dalam
pembelajaran cenderung berpusat pada sumber belajar dengan memiliki ciri-ciri,
yaitu: (1) adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran, (2) bahan belajar
terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar, (3)
materi lebih cenderung bersifat informasi, (4) terbatasnya sarana pembelajaran.
b. PendekatanInquiry
Pendekatan inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara
penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis
sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Dalam kegiatan
pembelajaran, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi
memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan menemukannya
sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Jadi, peran
sumber belajar adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan
warga belajar dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif danefisien.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dinyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran secara psikologis Benjamin S. Bloom lebih kepada model belajar
kognitif yang berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, energi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya.
Pendekatan dijalankan dengan menganut prinsip-prinsip teori kognitif, yakni
gambaran perseptual, organisasi pengetahuan, belajar dengan pemahaman,
umpan balik, penetapan tujuan, dan berpikir devergen.
C. Tujuan Pendidikan Menurut Bunyamin S Bloom
Banyamin S Bloom merupakan ahli pendidikan yang dikenal sebagai pencetus
konsep Taksonomi belajar (Taksonomi Bloom). Taksonomi belajar adalah pengelompokan
tujuan belajar berdasarkan domain (kawasan belajar). Menerut Benyamin S Bloom terdapat
3 domain belajar, yaitu:
1. Cognitive Domain
Kawasan Kognitif yaitu perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang
termasuk hasil kerja otak. Kemampuan kognitif tersebut antara lain: Pengetahuan
tentang suatu materi yang telah dipelajari, pemahaman mengenai makna materi,
penerapan materi yang telah dipelajari, analisa materi dengan menggunakan akal
(logika), sintesa (kemampuan memadukan konsep sehingga menghasilkan konsep baru),
dan Evaluasi (kemampuan evaluatif terhadap penguasaan materi pengetahuan. Pada
kawasan kognitif terbagi atas 2 kategori yaitu:
a. Dimensi Proses Kognitif terdapat 6 tujuan belajar yaitu: mengingat, mengerti,
menerapkan, menganalisis, menilai, dan menciptakan.
b. Dimensi pengetahuan terdapat 4 kategori tujuan belajar yaitu: Fakta (Factual
Knowledge), Konsep (Conceptual Knowledge), Prosedur (Procedural Knowledge),
dan Metakognitif (Metacognitive Knowledge)
2. Affective Domain
Kawasan Afektif yaitu perilaku yang muncul dari seseorang sebagai tanda dari
kecenderungan untuk membuat pilihan (keputusan) dalam lingkungan tertentu.
Kawasan afektif meliputi tujuan belajar yang berhubungan dengan minat, sikap, nilai
serta pengembangan pengahargaan dan penyesuaian diri. Kawasan afektif dibagi dalam
5 bagian yaitu:
a. Penerimaan (Receiving) yaitu kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin
menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut.
b. Pemberian Respon (Responding) yaitu sikap ingin memberikan umpan balik
terhadap stimulus, rasa puas dalam memberi respon.
c. Pemberian Penghargaan (Valuing) yaitu penilian yang meliputi penerimaan
terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan
komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu.
d. Pengorganisasian (Organization) yaitu memilih dan menentukan sistem nilai
yang akan digunakan.
e. Karakterisasi (Characterization) yaitu perilaku secara terus menerus  sesuai
dngan sistem nilai ang telah diorganisasikan.
3. Psychomotor Domain (Kawasan Psikomotor) yaitu perilaku yang muncul karena hasil
kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh. Pada Kawasan
Psikomotor terdapat 5 tujuan yaitu:
a. Meniru (kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat memberikan umpan
balik);
b. Menerapkan (kemampuan mengikuti arahan gerakan dengan membayangkan
gerakan orang lain);
c. Pemantapan (kemampuan memberikan umpan balik yang terkoreksi atau umpan
balik dengan kesalahan kesalahan terbatas;
d. Merangkai (kemampuan mengatur rangkaian gerakan dengan membuat aturan yang
tepat); dan
e. Naturalisasi (kemampuan melakukan gerakan yang dilakukan secara rutin dengan
menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal
D. Taksonomi Bloom dalam Perspektif PakarPendidikan
Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-
tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum di seluruh dunia. Kerangka Bloom ini
memudahkan guru dalam memahami, menata, dan mengimplementasikan tujuan
pendidikan. Berdasarkan hal tersebut Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan
mempunyai pengaruh yang luas dalam wktu yang lama. Salah seorang murid Bloom yang
bernama Lorin W.

Anderson beserta rekannya merevisi Taksonomi Bloom.1Alasan anderson


beserta rekannya merevisi Taksonomi Bloom sebab adanya kebutuhan untuk
memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran baru dalam sebuah kerangka
kategorisasi tujuan pendidikan. Selain itu, taksonomi merupakan sebuah kerangka
berpikir khusus yang menjadi dasar untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan
pendidikan. Dengan diadakannya revisi, menurut Anderson taksonomi yang baru ini
merefleksikan bentuk sistem berpikir yang lebih aktif dan akurat dibandingkan
Revisi pada aspek kemampuan kognitif dipilah menjadi dua dimensi, yaitu
dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan dalam
proses belajarmemuat objek ilmu yang disusun dalam empat jenis pengetahuan yakni
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuanmetakognitif. Sedangkandimensi proses kognitif memuat enam tingkatan,
yaitu mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Perubahan terminologi yang dilakukan Anderson dan Krathwohl,antaralain:
1) Tingkatan pada TaksonomiBloom yang lama menggunakan kata benda
sedangkan Andersondan Krathwohl mengubahnya menjadi kata kerja.
1
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru ..., hlm. 15.
2) Tingkatan terendah Taksonomi Bloom pada tingkatan pengetahuan diganti dengan
mengingat, yang sekarang menggunakan kata kerja.
3) Tingkat komprehensi dalam Tsksonomi Bloom diubah menjadi memahami dan
sintesis juga diubah menjadi mencipta.
4) Urutan sintesis atau mencipta dan evaluasi atau mengevaluasi terdapat penukaran
posisi.

FORMULATING AND SELECTING EDUCATIONAL OBJECTIVES


MERUMUSKAN DAN MEMILIH TUJUAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari
dan dijadikan sasaran oleh setiap tenaga pendidik, masyarakat, pemerintah, tenaga
kependidikan dan yang melaksanakan pendidikan.1 Oleh sebab itu memahami tujuan
pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kita ketahui.
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh
peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen
dari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya
setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan.
Adapun karakteristik yang harus dimiliki tujuan pendidikan dan pembelajaran
adalah pertama, harus berupa pernyataan bukan pertanyaan. Kedua, sifat
pernyataannya harus spesifik jangan jangan berbentuk pernyataan umum. Ketiga,
tertulis bukan tersimpan di dalam file atau masih dalam pikiran manusia atau hanya
berupa ucapan yang belum tertulis. Keempat, merupakan kehendak orang
berkepentingan dengan pendidikan dan pembelajaran dalam hal ini tujuan harus
dirumuskan dengan bersama-sama, bukan kehendak satu pihak dan mengabikan
kehendak yang lain. Kelima, harus berbentuk perilaku yang bisa dilihat oleh mata.
Dan keenam, perilaku tersebut harus dihasilkan dari proses pembelajaran yang
didesain dengan baik bukan hasil di luar pembelajaran atau bahkan kebetulan.

B. Perumusan Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar
yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna
tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tujuan pembelajaran merupakan arah
yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses
pembelajaran. Tujuan pembelajarann dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi
spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Penyusunan tujuan
pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain
pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap
lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk
menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan
tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif

C. Manfaat Perumusan Tujuan Pembelajaran


Tujuan belajar berfungsi sebagai acuan dari semua komponen rancangan atau
desain. Oleh karena itu tujuan belajar harus dirumuskan secara tepat atau jitu sesuai
dengan tingkah laku atau kemampuan aktual yang harus dimiliki oleh mahasiswa
(pembelajar) setelah selesai belajar sebagai suatu kebulatan kompetensi. Tujuan
Belajar dirumuskan paling dulu kemudian baru komponen- komponen yang lain.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari perumusan tujuan pembelajaran adalah:
1) Menentukan tujuan proses pembelajaran

2) Menentukan persyaratan awal pembelajaran

3) Merancang strategi pembelajaran

4) Memilih media pembelajaran

Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran


6) Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru
maupun siswa. 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
a. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa,
sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri
b. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar
c. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran
d. Memudahkan guru mengadakan penilaian. 5
Kualitas pendidikan disekolah dapat dikatakan maju apabila terencana, tujuan
pembelajaran yang baik yang direncanakan oleh guru sebaik mungkin,sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai ,seringkali para guru dalam melaksanakan pembelajaran
mengacuhkannya, hal ini berdampak pada kegiatan evaluasi yang tidak efektif sehingga
hasilnyapun tidak diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran,
sebelum melaksanakan pembelajaran tentunya guru harus merumuskan sebaik mungkin tujuan
pembelajaran seperti menyusun RPP, staretegi, metode dan alat evalusi dengan sebaik mungkin,
hal ini sekiranya perlu untuk diteliti demi mengetahui tinggkat persiapan pembelajaran dengan
alat evaluasi

D. Taksonomi/ LingkupTujuan
Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956 menyusun klasifikasi (taxonomy)
tujuan pendidikan atau belajar. Menurut mereka tujuan pendidikan atau belajar dibagi
menjadi tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan dibagi menjadi
beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari
tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah dari tingkat
yang lebih rendah. Adapun penjelasan ketiga domain tersebut adalah
a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku– perilaku yang menekankan aspek
intelektual, Seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah
kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan, dan keahlian mentalis.
Ranah kognitif menggolangkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang di harapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap–
tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan
mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Mengubah teori keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang
baru sebagai produk inovasi pikirannya.
Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan
atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual
dan keterampilan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Keenam jenjang itu bersifat hierarki dimulai dari jenjang yang paling bawah
yaitu pengetahuan sampai ke jenjang yang paling tinggiyaitu evaluasi. Artinya jenjang
di bawah menjadi prasyarat untuk jenjang di atasnya. Jenjang yang bawahnya itu harus
dicapai lebih dahulu agar dapat mencapai jenjang yang di atasnya.

b. Ranah Afektif (Cognitive Affective)


Ranah yang berisi perilaku–perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, dan bakat. emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), dan karakterisasi (characterization). Taksonomi ini menggambarkan
proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi nilai dan sikap tertentu yang
menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku.

c. Ranah Psikomotorik ( Psychomotor Domain)


Ranah ini berisi perilaku – perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan atau olah raga menggambar. ranah yang berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set),
peniruan(imitation). Membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan
menciptakan (origination). Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan
oleh Harrow (1972), terdiri dari lima tingkat sebagai berikut:
1. Meniru (Limitation)
Tujuan pembelajaran pada tingkat ini mengharapkan peserta didik untuk dapat
meniru suatu perilaku yang dilihatnya.
2. Manipulasi (Manipulation)
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk melakukan suatu perilaku
tanpa bantuan visual sebagaimana perilaku pada tingkat meniru. Peserta didik diberi
petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal dan diharapkan melakukan tindakan
yang diminta.
3. Ketetapan Gerakan (Precision)
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan suatu perilaku tanpa
menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan
lancar, tepat, seimbang, dan akurat.
4. Artikulasi (Articulation)
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan untuk menunjukkan serangkaian
gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.
5. Naturalisasi (Naturalization)
Pada tingkat ini peserta didik diharapkan melakukan gerakan tertentu secara
spontan atau otomatis. Peserta didik melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi
cara melakukan dan urutannya.
Dalam semua ini guru sebagai seorang pendidik perlu memahami berbagai
taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan
pembelajaran, dan dapat memilih mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diasuh dan kegiatan pembelajaran yang dirancangnya.

d. Langkah-langkah Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran merupakan perilaku hasil belajar yang diharapkan
dimiliki para peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan jenjang terbawah dari rentetan tujuan dalam pendidikan.
Tujuan ini merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam setiap bagian materi yang
pembelajaran yang akan diajarkan. Tujuan ini menjawab apa yang harus dicapai oleh
peserta didik pada satuan bahan atau waktu tertentu, tujuan ini akan menunjang
keberhasialn yang ada di atasnya, yaitu tujuan kurikuler dan tujuan mata
pelajaranTujuan pembelajaran merupakan perilaku hasil belajar yang diharapkan
dimiliki para peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran.
Terdapat 3 langkah dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap pertama
adalah memahami sumber, yaitu peserta didik, masyarakat dan konten. Tahap kedua
adalah merumuskan standar kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dengan
memperhatikan landasan sosiologi. Tahap terakhir adalah merumuskan kompetensi
dasar (KD). Dalam hal ini ada 2 rumusan tujuan yaitu:
1. Rumusan tujuan instruksional umum (TIU)
Yaitu masih bersifat luas dan umum, belum dinyatakan dalam bentuk perilaku
yang dikehendaki dan jumlahnya tidak banyak. TIU adalah tujuan pembelajaran
(instruksional) yang sifatnya masih umum dan harus dijelaskan menjadi TIK.
“Learning for mastery
Belajar untuk penguasaan”
A. Variabel Untuk Strategi Belajar Penguasaan

Sebuah strategi pembelajaran untuk penguasaan dapat diturunkan dari karya


Carroll (1963), didukung oleh gagasan Bruner (1966), Glaser (1968), Goodlad dan
Anderson (1959), Morri son (1926), Skinner (1954), dan Suppes (1966). Dalam
menyajikan hal-hal ini, kami akan merujuk pada beberapa temuan penelitian yang terkait
dengannya. Namun, perhatian utama kami di sini adalah dengan variabel utama dalam
model pembelajaran sekolah dan cara-cara di mana variabel-variabel ini dapat digunakan
dalam strategi penguasaan. pembelajaran Secara ringkas, model yang diajukan oleh
Carroll (1963) menjelaskan bahwa jika siswa terdistribusi secara normal sehubungan
dengan bakat untuk beberapa mata pelajaran (ilmu matematika, sastra atau sejarah.
misalnya) dan semua siswa diberikan instruksi yang sama persis (sama dalam hal jumlah
dan kualitas pengajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar), hasil akhirnya akan
menjadi distribusi normal pada ukuran pencapaian yang sesuai.
Hasil dari jenis instruksi yang sangat berbeda Carroll (1963) mendefinisikan
kualitas instruksi dalam hal sejauh mana penjelasan presentasi dan urutan elemen dari
tash yang akan dipelajari mendekati optimal untuk yang diberikan Banyak penelitian
diperlukan untuk menentukan bagaimana perbedaan individu dalam peserta didik dapat
dikaitkan dengan variasi dalam kualitas pengajaran Ada bukti bahwa beberapa siswa
belajar cukup baik melalui belajar mandiri sementara yang lain membutuhkan situasi
belajar mengajar yang sangat terstruktur (Konsep masuk akal untuk mengharapkan bahwa
beberapa siswa akan membutuhkan ilustrasi dan penjelasan yang lebih konkret daripada
yang lain, beberapa akan membutuhkan lebih banyak contoh untuk mendapatkan ide
daripada yang lain, beberapa akan membutuhkan lebih banyak persetujuan dan penguatan
daripada yang lain, dan beberapa mungkin perlu memiliki beberapa pengulangan
penjelasan sementara yang lain mungkin bisa mendapatkannya pertama kali.
Bantuan tutorial Hubungan satu-satu antara guru dan siswa mewakili jenis
bantuan cf yang paling mahal dan harus digunakan hanya jika prosedur alternatif tidak
efektif, bagaimanapun, taroring harus tersedia bagi siswa sesuai kebutuhan Idealnya, tutor
harus orang lain daripada guru, karena tutor harus memberikan cara yang bebas dalam
mengungkapkan ide atau proses. Tutor harus terampil dalam mendeteksi titik-titik
kesulitan dalam belajar siswa dan harus membantu dengan cara yang suha untuk
membebaskan siswa dari ketergantungan berkelanjutan.
1. Kualitas Intruksi

Pendekatan untuk perbedaan kemampuan siswa untuk memahami instruksi adalah


untuk memvariasikan bahan instruksional Buku teks Buku teks bervariasi dalam kejelasan
mereka menjelaskan ide atau proses tertentu. Fakta bahwa satu teks telah diadopsi oleh
sekolah atau guru tidak berarti bahwa teks lain tidak dapat digunakan pada poin-poin
tertentu dalam instruksi ketika mereka akan membantu siswa yang tidak dapat memahami
ide dari buku adopsi.
Tugas di sini adalah untuk menentukan di mana seorang siswa mengalami
kesulitan dalam memahami instruksi dan kemudian memberikan penjelasan buku teks
alternative mereka lebih efektif Buku kerja dan unit instruksi terprogram Ini mungkin
sangat membantu untuk beberapa siswa yang tidak dapat memahami ide atau prosedur
dalam bentuk buku teks Beberapa siswa membutuhkan latihan dan tugas-tugas khusus
yang dapat diberikan oleh buku kerja Lainnya membutuhkan langkah-langkah kecil dan
penguatan yang sering dibangun ke dalam unit terprogram Bahan-bahan tersebut dapat
digunakan dalam instruksi awal atau kami siswa menghadapi kesulitan khusus dalam
mempelajari materi yang diberikan unit atau bagian kursus Metode audiovisual dan
permainan akademik Beberapa siswa dapat mempelajari ide tertentu dengan baik melalui
materi konkret ilustrasi dan penjelasan grafis yang jelas Untuk pelajar ini.
Alternatif-alternatif harus menyadari bahwa pembelajaranlah yang penting dan
bahwa alternatif-alternatif itu ada untuk memungkinkan semua atau hampir semua siswa
mempelajari mata pelajaran tersebut ke tingkat yang tersedia. Guru Ketekunan Carroll
mendefinisikan "ketekunan" sebagai waktu pelajar bersedia untuk menghabiskan dalam
belajar Jelas, jika seorang siswa membutuhkan sejumlah waktu untuk menguasai tugas
tertentu dan menghabiskan kurang dari jumlah ini dalam pembelajaran aktif, tidak
mungkin bahwa dia atau dia akan mempelajari tugas sampai tingkat penguasaan Carroll
mencoba untuk membedakan antara menghabiskan waktu untuk belajar dan jumlah waktu
seorang siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran Ketekunan tampaknya
berhubungan dengan sikap dan minat belajar Dalam Studi Internasional Prestasi
Pendidikan di Matematika (Husén 1967), hubungan antara jumlah jam pekerjaan rumah
per minggu yang dilaporkan oleh siswa (indeks kasar ketekunan) dan jumlah tahun
pendidikan lanjutan yang diinginkan oleh mereka adalah + 25 Tidak ada keraguan bahwa
siswa bervariasi dalam jumlah ketekunan yang mereka bawa ke tugas belajar tertentu
Namun, mereka mungkin mendekati tugas pembelajaran yang berbeda dengan tingkat
ketekunan yang berbeda.
Siswa yang cepat menyerah dalam upaya untuk mempelajari mata pelajaran
akademik dapat menghabiskan waktu yang sangat lama dalam belajar empedu atau
memainkan alat musik Tampaknya bagi kita bahwa ketika siswa menemukan upaya
mereka bermanfaat, mereka cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas
belajar tertentu Jika, di sisi lain, mereka frustrasi dalam belajar mereka harus membela
diri, mengurangi jumlah waktu yang dicurahkan untuk itu Meskipun tingkat frustrasi
siswa dapat bervariasi, kami percaya bahwa semua cepat atau lambat harus menyerah
tugas jika terlalu menyakitkan bagi mereka Sementara upaya dapat dilakukan untuk
meningkatkan perbaikan secara otomatis sejumlah ketekunan pada siswa, kemungkinan
manipulasi instruksi dan materi pembelajaran akan lebih efektif dalam membantu mereka
menguasai tugas belajar yang diberikan, terlepas dari tingkat ketekunan mereka saat ini.
Frekuensi penghargaan dan bukti keberhasilan dalam belajar dapat meningkatkan
ketekunan siswa dalam situasi belajar. Tugas belajar terkait kemungkinan akan meningkat
Dalam penelitian di University of Chicago telah ditemukan bahwa permintaan untuk
ketekunan dapat berkurang tajam jika siswa diberikan sumber daya instruksional yang
tidak sesuai untuk mereka Umpan balik yang sering disertai dengan bantuan khusus
dalam instruksi dan materi yang diperlukan dapat mengurangi waktu (dan ketekunan)
yang diperlukan Peningkatan kualitas pengajaran (penjelasan dan ilustrasi) dapat
mengurangi jumlah ketekunan yang diperlukan untuk tugas pembelajaran yang diberikan
(BS Bloom, 1976).
Tampaknya ada sedikit alasan untuk membuat belajar menjadi begitu sulit
sehingga hanya sebagian kecil siswa yang dapat bertahan untuk menguasainya Ketahanan
dan ketekunan yang tidak biasa mungkin sesuai untuk lari jarak jauh Mereka bukan
kebajikan utama dalam hak mereka sendiri Penekanannya harus pada pembelajaran,
bukan pada gagasan disiplin yang kabur. Waktu yang Diperbolehkan untuk Belajar Di
seluruh dunia, sekolah diorganisir untuk memberikan instruksi kelompok dengan periode
waktu tertentu yang dialokasikan untuk tugas-tugas pembelajaran tertentu.
Kursus sejarah di tingkat menengah dapat direncanakan untuk satu tahun
akademik kursus lain mungkin direncanakan untuk satu semester, dan jumlah waktu
pengajaran yang dialokasikan untuk mata pelajaran seperti aritmatika di kelas lima dapat
diperbaiki Berapa pun jumlah waktu yang diizinkan oleh sekolah dan kurikulum untuk
mata pelajaran atau tugas belajar tertentu, mungkin terlalu banyak untuk beberapa siswa
dan tidak cukup untuk yang lain.
Bagi Carroll, waktu yang dihabiskan untuk belajar adalah kunci penguasaan
Asumsi dasarnya adalah bahwa bakat menentukan kecepatan belajar. dan bahwa
sebagian besar jika tidak semua siswa dapat mencapai penguasaan jika mereka
mencurahkan jumlah waktu diperlukan untuk pembelajaran Ini menyiratkan bahwa siswa
harus diberi waktu yang cukup untuk pembelajaran berlangsung Tampaknya ada sedikit
keraguan bahwa siswa dengan tingkat bakat yang tinggi cenderung membutuhkan waktu
luang untuk itu daripada mereka dengan tingkat bakat yang lebih rendah Apakah
sebagian besar siswa dapat dibantu untuk menjadi pembelajar yang sangat efisien secara
umum merupakan masalah untuk penelitian masa depan Jumlah waktu yang dibutuhkan
siswa untuk jenis pembelajaran tertentu belum dipelajari secara langsung Salah satu
indikasi berasal dari studi jumlah waktu yang mereka habiskan untuk pekerjaan rumah
Dalam meninjau data dari Studi Internasional Prestasi Pendidikan di Matematika (Husén
1967) tentang berapa lama siswa berusia 13 tahun mengerjakan pekerjaan rumah
matematika, kami menemukan bahwa jika kami menghilangkan 5 persen ekstrim dari
mata pelajaran, rasionya kira-kira G toI Artinya, beberapa siswa menghabiskan waktu
enam kali lebih banyak untuk mengerjakan pekerjaan rumah matematika seperti yang
dilakukan siswa lain. Kira-kira urutan besarnya yang diharapkan Jika instruksi dan
penggunaan waktu siswa menjadi lebih efektif.
B. Satu Strategi Untuk Penguasaan Belajar

Wa ktu yang dia butuhkan untuk mempelajari suatu mata pelajaran Dan waktu ini
kemungkinan akan dipengaruhi oleh bakat dan kemampuan verbal siswa, kualitas
instruksi yang dia terima di kelas, dan kualitas bantuan yang dia berikan. yang
diterimanya di luar kelas Tugas strategi untuk belajar ketuntasan adalah menemukan cara
untuk mengubah waktu yang dibutuhkan siswa secara individu untuk belajar serta
menemukan cara untuk menyediakan waktu apa pun yang dibutuhkan oleh masing-
masing.
Jadi, strategi pembelajaran penguasaan harus ditemukan beberapa cara untuk
memecahkan masalah pengajaran serta organisasi sekolah (termasuk pertanyaan tentang
waktu) Ada banyak strategi yang layak untuk penguasaan pembelajaran Masing-masing
harus menggabungkan beberapa cara untuk menangani perbedaan individu peserta didik
dengan menghubungkan instruksi untuk kebutuhan dan karakteristik mereka Setiap
strategi harus menemukan beberapa cara untuk menangani lima variabel yang dibahas di
bagian sebelumnya. sumber daya manusia penyediaan tutor yang baik untuk setiap siswa
mungkin merupakan strategi yang ideal Bagaimanapun, hubungan tutor siswa adalah
model yang berguna untuk dipertimbangkan ketika seseorang mencoba untuk
menyelesaikan rincian strategi yang lebih murah Selain itu, strategi tutor tidak sejauh
mungkin terlihat pada pandangan pertama Pada periode prasekolah, sebagian besar
instruksi anak dalam tutorial-biasanya diberikan oleh orang tua.
Sebagian besar karir sekolahnya Strategi lain termasuk mengizinkan siswa untuk
pergi dengan kecepatan mereka sendiri (Keller 1968), membimbing siswa sehubungan
dengan kursus yang harus atau tidak harus mereka ambil, dan menetapkan jalur atau
aliran yang berbeda untuk kelompok peserta didik yang berbeda. sekolah (Goodlad &
Anderson 19959) mewakili satu Bttemp untuk menyediakan struktur yang
memungkinkan dan mendorong penguasaan pembelajaran Model Carroll (Carroll 1963)
menunjukkan bahwa peserta didik berbeda dalam rasio pendapatan mereka dan bahwa
tingkat ini dapat diprediksi Dari tes bakat atau kecerdasan Sementara di sini ada sedikit
keraguan tentang efisiensi atau stabilitas tingkat belajar, simpul ini adalah dasar untuk
gagasan bahwa sebagian besar penerima dapat mencapai tingkat pembelajaran yang
tinggi di mata pelajaran sekolah-jika setiap siswa diberikan waktu dan bantuan yang
dibutuhkan Konstruksi ini. seperti yang disajikan Carroll. Disarankan bahwa jika semua
peserta didik diberikan instruksi yang sama dalam suatu mata pelajaran dan waktu yang
sama untuk mempelajarinya.
Inti yang dihasilkan pada tes prestasi atas sub ect akan terdistribusi secara normal
Jika, namun. Pengajaran dan waktu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
siswa.distribusi prestasi akan sangat miring sebagian besar skor akan menumpuk di ujung
atas ukuran prestasi. Dalam kondisi ini, skor prestasi di akhir semester tidak dapat
diprediksi dari tes kecerdasan bakat yang diberikan di awal erm Menggunakan konsep
belajar penguasaan. murid-muridnya di Universitas hicago berusaha menemukan cara
agar penerima yang lebih lambat dapat diberikan waktu ekstra dan bantuan yang mereka
butuhkan. Dari penelitian ini, baik di laboratorium pendidikan maupun di ruang kelas.
beberapa prasyarat yang diperlukan, mengembangkan prosedur operasi yang
diperlukan, dan mengevaluasi beberapa hasil strategi untuk siswa dan guru.

1. Keriteria Untuk Mengembangkan Ketuntasan Belajar Pada Siswa


seseorang harus dapat mengenali kapan mereka telah mencapainya. Guru
harus mampu mendefinisikan apa yang mereka maksud dengan penguasaan, dan
mereka harus mampu mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk menetapkan
apakah seorang siswa telah mencapainya atau tidak. instruksi di ont sarana yang
diperlukan untuk menginformasikan baik guru dan siswa dari daun thar yang
diharapkan. Penerjemahan spesifikasi ke dalam prosedur evaluasi membantu
menentukan lebih lanjut apa yang harus dapat dilakukan siswa ketika dia telah
menyelesaikan kursus. Instruksi (evaluasi sumatif membantu penerima dan siswa
mengetahui kapan instruksi telah efektif Tersirat dalam cara ini adalah perbedaan
antara proses pembelajaran kepala sekolah dan proses evaluasi Pada beberapa titik
waktu.
Hasil belajar mengajar dapat dicerminkan dalam evaluasi ud ayeedas aur asau
ang suapnis bahwa belajar mengajar dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik
dalam suatu bidang belajar, sedangkan evaluasi sumatif cenderung menilai sejauh
mana siswa telah berkembang dengan cara yang diinginkan Baik guru dan pelajar
harus memiliki pemahaman tentang apa kriteria pencapaiannya, dan keduanya harus
mampu mengamankan bukti kemajuan menuju kriteria ini Jika kriteria pencapaian
terutama bersifat kompetitif-yaitu jika siswa harus dinilai dalam hal posisi relatifnya
dalam kelompok-maka siswa cenderung mencari bukti tentang peringkatnya dalam
kelompok sambil maju melalui pembelajaran menjadi pendorong bagi siswa yang
melihat orang lain dalam hal kompetitif tetapi banyak belajar dan Jauh lebih disukai
dalam hal motivasi intrinsik untuk belajar adalah penetapan standar penguasaan dan
keunggulan yang berbeda: dari persaingan di antara siswa, diikuti dengan upaya yang
tepat untuk membawa siswa sebanyak mungkin mencapai standar ini.
Ini menunjukkan beberapa gagasan tentang kriteria absolut dan penggunaan
nilai atau nilai yang akan mencerminkan Dengan demikian, dapat dibayangkan
bahwa semua siswa akan mencapai ketuntasan dan nilai A. Mungkin juga pada tahun
tertentu dalam Kursus tertentu bahwa sedikit atau tidak ada siswa yang akan mencapai
penguasaan atau nilai A. Sementara itu akan diinginkan untuk menggunakan standar
mutlak dikerjakan dengan hati-hati untuk setiap mata pelajaran, kami menyadari
kesulitan yang sangat besar untuk mencapainya Dalam beberapa pekerjaan
pembelajaran penguasaan yang telah kami manfaatkan standar yang berasal dari
pengalaman sebelumnya dengan Siswa dalam kursus yang dipilih Misalnya, dalam
mempengaruhi prestasi kognitif dan efektivitas pembelajaran mereka Kondisi seperti
itu juga memiliki efek besar pada minat sikap siswa, dan konsep diri.
Strategi Penguasaan Pencapaian Temuan khas dari studi ketuntasan belajar di
sekolah adalah bahwa sekitar 89 persen siswa di kelas penguasaan mencapai kriteria
pencapaian akhir yang sama (biasanya pada tingkat A atau B+) seperti kira-kira 20
persen teratas kelas. di bawah instruksi kelompok konvensional Banyak dari
penelitian ini membandingkan kelompok penguasaan siswa dengan kelompok kontrol
siswa diajarkan mata pelajaran yang sama oleh guru yang sama dengan metode
instruksional dan materi instruksional yang sedekat mungkin Kedua kelompok siswa
pada awalnya setara dalam hal tingkat pembelajaran sebelumnya, bakat, atau
kecerdasan yang saya yakinkan (Block, 1974, Block & Burns , 1976 BS Bloom,
1976) Seperti yang akan mengikuti dari model Carroll (1963), disebutkan di atas.
Pencapaian 20 persen atas siswa kontrol dapat diprediksi dari tes bakat.tes
kecerdasan atau tes prestasi sebelumnya, sedangkan pencapaian di atas 80 persen
penguasaan siswa tidak dapat diprediksi dari langkah-langkah sebelumnya. Secara
umum siswa di kelas penguasaan membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 15 persen
lebih banyak daripada siswa di kelas kontrol - namun waktu dan bantuan tambahan
hanya digunakan oleh siswa yang membutuhkannya. Harus ditunjukkan bahwa kelas
kontrol dan penguasaan memiliki jadwal pengajaran yang hampir sama dan bahwa
pekerjaan korektif siswa yang membutuhkannya di kelas penguasaan seperti yang
biasa dilakukan di luar kelas Siswa di kelas penguasaan yang membutuhkan tetapi
tidak memanfaatkan umpan balik tes formatif dan siapa jangan melakukan koreksi
Diindikasikan tidak mencapai penguasaan pada tes formatif atau mencapai tingkat
prestasi yang tinggi pada tesis sumatif Kehadiran siswa di kelas mastery tidak
menjamin peningkatan pembelajaran kecuali siswa dapat dimotivasi untuk melakukan
upaya ekstra yang diperlukan untuk memperbaiki kesulitan belajar di cnd masing-
masing unit pembelajaran Peningkatan efektivitas pembelajaran Sebagian besar siswa
di bawah penguasaan kondisi belajar mencapai tingkat pencapaian kognitif yang
tinggi pada tes sumatif yang digunakan untuk tujuan penilaian Mereka juga
melakukannya dengan sangat baik pada ukuran retensi dan tinggi. proses mental jika
dibandingkan dengan lima besar siswa kelompok kontrol Lebih lanjut, hampir semua
siswa yang belajar menguasai yang menggunakan prosedur korektif mencapai di atas
rata-rata siswa kontrol (Block & Burns 1976 BS Bloom 1976) Jika penguasaan
pembelajaran prosedur-prosedur yang digunakan dalam kursus-kursus pengantar
dalam suatu bidang mata pelajaran (sains matematika, matematika membaca, IPS,
bahasa kedua, dll).
Pendekatan pembelajaran dalam kursus berikutnya di bidang yang sama
dengan semakin sedikit kebutuhan untuk bantuan khusus lebih lanjut atau waktu
tambahan Jika mastery learning digunakan dalam skala yang luas (yaitu, dalam kursus
akademik utama 1 dari 10 memperoleh dalam kualitas yang sulit dipahami
pembelajaran bertingkat untuk belajar waktu kelas untuk belajar aktif, dan mereka
tampaknya menikmati pembelajaran Mereka mengembangkan keterampilan dalam
memberikan umpan balik kepada diri mereka sendiri tentang apa yang telah mereka
pelajari dengan baik dan apa yang perlu mereka lakukan untuk meningkatkan
pembelajaran mereka di mana mereka telah belajar kurang baik Mereka menjadi
terampil dalam mencari jawaban dan mendapatkan bantuan dari teman-teman buku,
dan guru di mana mereka perlu mengatasi kesulitan belajar khusus dan rinci dalam
Siswa mencurahkan lebih banyak dari mereka Untuk meringkas, jika kondisi belajar
yang menguntungkan adalah disediakan pada awal mata pelajaran baru atau situasi
sekolah baru semakin sedikit kebutuhan akan ditemukan untuk prosedur ini dalam
kemampuan belajar baru mungkin perlu akan didukung sampai batas tertentu dalam
sub.
Jecis atau istilah sampai mereka cukup kuat untuk mempertahankan diri Hasil
Afektif untuk Siswa Seperti yang telah kami tunjukkan, pendidik selama abad yang
lalu telah memahami penguasaan suatu mata pelajaran sebagai mungkin hanya untuk
sebagian kecil siswa Dengan ini anggapan. mereka telah menyesuaikan sistem
penilaian untuk menyatakan bahwa hanya sebagian kecil dari siswa. tidak peduli
seberapa hati-hati dipilih, diberikan nilai A.
Jika sekelompok siswa belajar mata pelajaran lebih baik dari kelompok
sebelumnya, guru tetap memberikan A untuk hanya 10 atau 15 persen teratas Mereka
dengan enggan memberikan nilai D dan C untuk sebagian besar siswa. yang mereka
lihat hanya "mendapatkan" Penguasaan dan pengakuan penguasaan di bawah sistem
penilaian relatif saat ini tidak dapat dicapai oleh mayoritas-tapi ini adalah hasil dari
cara sistem pendidikan telah "Diikat. Pengakuan oleh siswa atas kompetensinya dan
pengakuan publik oleh sekolah atau masyarakat Pengakuan publik harus dalam
bentuk sertifikasi yang sesuai oleh guru atau sekolah Jika siswa dianggap pengakuan
seperti itu, maka tidak peduli seberapa besar mereka telah dipelajari, mereka harus
percaya bahwa mereka cukup, daripada sistem penilaian atau instruksi. Secara
subyektif.siswa perlu mendapatkan kontrol atas ide dan keterampilan dan harus
menyadari bahwa dia "tahu dan dapat melakukan apa yang diperlukan mata pelajaran
Jika sistem evaluasi formatif (tes kemajuan diagnostik) dan evaluasi sumatif (ujian
prestasi) dalam bentuk siswa penguasaan mata pelajaran siswa akan datang untuk
percaya pada kompetensinya sendiri. Seorang siswa dapat diinformasikan oleh sistem
penilaian serta oleh penemuan bahwa dia dapat secara memadai mengatasi berbagai
tugas dan masalah dalam instrumen evaluasi Ketika siswa telah menguasai suatu mata
pelajaran dan menerima indikasi objektif dan subjektif dari ini, ada perubahan
mendalam dalam konsep diri siswa dan pandangan tentang dunia luar Mungkin bukti
paling jelas dari perubahan afektif adalah minat siswa berkembang karena subjek
yang telah dikuasainya siswa mulai "menyukainya dan lebih menginginkannya.
Subjek membuka jalan lebih jauh untuk menjelajahinya Sebaliknya, untuk
melakukan sesuatu yang buruk dalam suatu subjek menutup area untuk studi sukarela
lebih lanjut Siswa menginginkan kontrol atas lingkungan mereka, dan penguasaan
subjek memberi mereka perasaan kontrol atas bagian dari lingkungan mereka Minat
suatu mata pelajaran adalah penyebab penguasaan mata pelajaran dan hasil dari
penguasaan Motivasi untuk pembelajaran lebih lanjut adalah salah satu konsekuensi
penguasaan yang lebih penting Pada tingkat yang lebih dalam adalah konsep diri
siswa Setiap orang mencari pengakuan positif atas nilainya dan seseorang
menganggap penjualannya memadai di area-area di mana seseorang telah menerima
jaminan kompetensi Seorang siswa yang ingin melihat ssa adalah 10 aJua dirinya
sendiri dalam pertarungan positif harus diberi banyak kesempatan untuk dihargai
Guru dan pengakuan publiknya memberikan jaminan dan penguatan yang diperlukan
untuk membantu siswa memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang memadai
Salah satu bantuan yang lebih positif untuk kesehatan mental adalah sering dan
indikasi objektif dari pengembangan diri Penguasaan pembelajaran dapat salah satu
sumber kesehatan mental yang lebih kuat Kami yakin bahwa banyak gejala neurotik
yang ditunjukkan oleh siswa diperburuk oleh pengalaman yang menyakitkan dan
membuat frustrasi dalam pembelajaran di sekolah Jika 90 persen siswa diberikan
indikasi positif tentang kecukupan dalam belajar, orang mungkin berharap mereka
semakin tidak membutuhkan terapi emosional dan bantuan psikologis Secara terpusat,
indikasi kegagalan yang sering dan ketidakmampuan belajar pasti akan disertai
dengan peningkatan keraguan diri dalam diri siswa dan pencarian kepastian dan
kecukupan di luar sekolah (B SBloom 1976 Kifer 1973) Akhirnya masyarakat
modern membutuhkan pembelajaran terus menerus sepanjang hayat Jika sekolah
tidak mendorong pembelajaran yang memadai dan jaminan kemajuan yang harus
dicapai siswa

SUMMATIVE EVALUTION

1. Perbedaan antara Evaluasi Summatif dan Pembentukan


Dalam pasal 1 dan 2 terdapat perbedaan antara penentuan bentuk dan evaluasi
tinggi pembelajaran: ketiga ciri yang berbeda berkaitan dengan tujuan (penggunaan
yang diharapkan), sebagian tentu saja dibahas(waktu), dan tingkat generalisasi yang
dicari oleh item dalam pemeriksaan yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk
evaluasi. Karena ciri-ciri ini tidak ada, absolute, tampaknya berguna untuk
memberikan beberapa contoh bagaimana perbedaan evaluasi bentuk dan summatif
dalam setiap hal.
Tujuan utama pengamatan pembentukan (ada cara lain selain tes penindih
kertas untuk menyatakan kemajuan siswa) adalah untuk menentukan tingkat
penguasaan atas tugas pembelajaran yang diberikan dan untuk menentukan bagian
dari tugas yang tidak dikuasai mungkin deskripsi negatif akan membuatnya lebih
jelas: tujuannya bukan untuk menilai atau menyatakan si pelajar; Itu adalah untuk
membantu baik pembelajar maupun guru berfokus pada pembelajaran khusus yang
diperlukan untuk bergerak menuju penguasaan.
Tujuan lebih lanjut adalah untuk siswa kelas dan untuk melaporkan nilai
kepada orang tua atau administrator.Namun, evaluasi jelas tidak sinonim dengan
tingkatan.Kinerja atau produk dapat dievaluasi tanpa pernah diberikan evaluasi
pembentukan kelas tidak melibatkan penilaian. Evaluasi formatif berusaha untuk
menemukan apakah 'efciency memecahkan masalah kata dikarenakan kosakata
icukucukup atau ketidakmampuan untuk menunjukkan formulasi arithmetie: dan
mengevaluasi keakuratan dalam divisi, jenis oferror yang dibuat adalah perhatian.
Jelas, tes kompetensi yang digunakan untuk mendapatkan ijazah sma juga
bersifat tinggi mungkin tingkat generalisasi, karakteristik ketiga, membedakan
summatif dari evaluasi formatif dengan lebih tajam bab 2 yang dibahas, antara lain,
karya Tyler dan Gagne pada hal-hal yang tidak sesuai dengan perilaku. Diperkirakan
bahwa pendekatan Tyler cenderung menghasilkan uraian perilaku yang diinginkan,
sementara analisis tugas Gagne anproach menghasilkan "kemampuan tertentu" yang
sangat rinci untuk setiap tujuan besar.Perbedaannya adalah kemampuan generalisasi
atau transferasi.Misalnya, dalam aljabar satu mungkin memiliki "kemampuan untuk
membuat dan menafsirkan grafik tentang data yang linear" Ini berarti memiliki
sejumlah keterampilan dan fakta — misalnya, kesanggupan untuk menemukan titik-
titik dalam sistem koordinasi dan kesanggupan untuk menggunakan angka yang telah
ditandatangani dengan tepat." Dalam evaluasi pembentukan sebuah upaya akan
dilakukan untuk mengamati prasyarat yang mendasari secara menurut. Noor; Evaluasi
puncak akan lebih berfokus pada kemampuan luas yang digambarkan oleh frasa
"membangun dan menafsirkan.
2. Karakteristik Penting dari Tes Summatif
Berdasarkan kinerja (atau kelompok) seseorang dalam suatu ujian, para
pengguna tes dapat membuat tiga kesimpulan mengenai orang atau kelompok yang
mandul mengenai prestasi seseorang atau kelompok yang berkaitan dengan bidang
keterampilan atau pengetahuan yang digambarkan oleh ujian itu; Kesimpulan tentang
sejauh mana orang atau kelompok memiliki sifat tertentu seperti kreativitas.
Kecerdasan, atau kesiapan sekolah; Kemandulan terhadap perforasi orang atau
kelompok pada beberapa variabel selain yang diukur oleh tes itu sendiri, misalnya,
kesimpulan tentang keberhasilan di perguruan tinggi berdasarkan skor SAT yang
diberikan di sma (APA, 1974). Uji kebenarannya kemudian adalah pertanyaan
mengenai kebenaran atau persetujuannya.
Ateness of inferences yang dibuat berdasarkan skor tes atau skor.Orang tidak
dapat berbicara tentang keabsahan suatu ujian secara umum, hanya tentang wheth tes
adalah valid untuk penggunaan atau kemandulan tertentu. Validitas tes dibagi ke
dalam kategori tnrce berdasarkan jenis inferenc yang mungkin ingin dibuat dari
kinerja pada tes: konten, konstruksi, dan criterion validitas (APA. 197A. Kategori ini
tidak saling eksklusif, dan satu kategori keabsahan sering digunakan untuk
menunjukkan yang lainnya.Mari kita pertimbangkan setiap kategori secara singkat
dalam hal tes pencapaian tinggi. Untuk perawatan keabsahan pembaca merujuk pada
Campbell dan Fiske (1959),Cronbach (1971), dan Messick (1975).
3. Isi validitas
Ketika seseorang ingin menyimpulkan sejauh mana penguasaan ujian atas
ranah keterampilan atau alam semesta dari tujuan atas dasar perfor mance pada suatu
ujian, maka adalah perlu untuk mempertimbangkan keabsahan tes: apakah butir-butir
ujian sebenarnya mewakili tujuan atau keterampilan tentang mana yang diinginkan.
Membuat kesimpulan?
Isi validitas dari tes summatif menjadi korespondensi antara prestasi dan
instruksi. Misalnya, suatu barang dalam tes matematika yang sampel apa yang
mengingat fungsi trigonometri tidak akan memiliki kebenaran dalam tes prestasi yang
digunakan untuk suatu kursus yang di dalamnya fungsi itu
Tidak dimaksudkan untuk diajarkan.Buku ini menegaskan bahwa baik instruksi dan
exami. Negara-negara untuk mengevaluasi pembelajaran harus terikat pada daftar
spesifik perilaku yang sama: 1s ini benar-benar suatu desakan pada validitas konten.
Dalam sebuah tes summatif kami ingin membuat kesimpulan tentang sejauh mana
hasil yang lebih besar diuraikan dalam tabel speci ficauions telah master. Jika item
atau item yang benar mewakili dan sampel konten dan perilaku sel target meja
spesifikasi, maka tes dapat dikatakan menjadi valid
4. Membangun Validitas
Ketika seseorang ingin menyimpulkan sampai sejauh mana seorang pemeriksa
memiliki konstruksi atau sifat tertentu seseorang harus memeriksa konstruksi
validitas.Konstruksi adalah sebuah "gagasan teoretis yang dikembangkan untuk
menjelaskan dan mengorganisasi beberapa aspek tentang pengetahuan" (APA, 1974,
HLM. 29); Contohnya adalah kegelisahan, motivasi.Kecerdasan musik
bakat.Pemahaman membaca, kreativitas tertarik pada matematika, dan matematika
pemecahan masalah.Membangun keabsahan paling sering dikaitkan dengan tes
kemampuan (misalnya, tes kecerdasan) atau tes kepribadian.Secara umum itu berarti
bahwa hipotesa mengenai kedermawanan membuktikan adanya perilaku yang baik.
Misalkan bahwa kita mengembangkan tes X (katakanlah. On interest in mathematics)
dan size yang mendapat nilai tertinggi di atasnya juga akan mendapat nilai tertinggi
pada tes yang diketahui mengukur pemecahan masalah dalam matematika. Bukti
emptual bahwa hal ini terjadi digunakan sebagai dukungan untuk membangun
validitas — berarti bahwa dua set skor yang paling berhubungan sewaktu kita percaya
bahwa interesi dan pemecahan masalah adalah perhatikan bahwa dalam proses ini kita
adalah simultane.
Secara usly memvalidasi ujian dengan uypothesis kami tentang pembangunan
"minat pada matematika" jika hubungan tersebut tidak ada — yaitu, jika minat pada
matematika tidak berhubungan dengan penyelesaian masalah — bisa jadi itu karena
tes kami tidak mengukur konstruksi "bunga" atau karena hipotesis tentang hubungan
antara bunga dan prestasi adalah salah.
Sering sekali diskusi tentang keabsahan suatu pencapaian terbatas pada
pertimbangan validitas konten.Ini kesalahan.Misalnya. Jika atas dasar ujian prestasi
seorang guru ingin membuat kesimpulan tentang pembacaan pemahaman, yang
merupakan keprihatinan utama instruksi, maka ia harus bertanya apakah ujian itu
merupakan ukuran yang sah dari konstruksi "pemahaman membaca". Misalnya, jika
banyak murid dapat menjawab pertanyaan berdasarkan suatu bagian yang harus
dibaca tanpa merasa malu untuk membaca masa lalu itu.

5. Kriteria Validitas
Ketika seseorang berharap untuk menyimpulkan dari tes sebelumnya skor
kinerja idividual's atau berdiri di beberapa ukuran lain (kriteria). Maka seseorang
harus bertanya tentang kriteria kebenaran uji kriteria dapat prediktif di alam; Yaitu,
kami ingin memprediksi kinerja masa depan pada kriteria dari skor tes paesent.
Misalnya, berdasarkan skor pada ujian bahasa prancis kelas sembilan, ont mungkin
vish untuk memprediksi nilai rata-rata seseorang di kelas sepuluh di prancis. Criterion
vatiditas casy juga lye cotarus di alam; Artinya, tes itu dapat digunakan untuk
memperkirakan umur seseorang, bukan masa depan, yang berdiri di atas kriteria itu.
Misalnya, berbakatnya tentang ujian bahasa prancis buatan seorang guru dapat
digunakan untuk menilai kinerja berdasarkan standar tes bahasa prancis.
Dalam pembahasan kami tentang isi validitas kami berpendapat bahwa jika
keterampilan hidup atau kelangsungan hidup tidak diajarkan secara khusus, tes sejauh
itu keterampilan tidak akan dianggap berterima.
Bahwa keterampilan dalam tes diajarkan, pertanyaan tentang seberapa baik
mereka memprediksi kinerja kehidupan di masa depan (sebuah konstruksi interestipg
itu sendiri harus ditangani. Dengan kata lain, jika tes dimaksudkan untuk,
keterampilan bertahan hidup yang mudah, maka harus memprediksi beberapa
konstruksi kinerja orang dewasa. Hanya penelitian longitudinal yang dapat
menentukan apakah ujian-ujian seperti itu benar-benar mengukur keterampilan dalam
mengatasi tantangan.
Keabsahan pergundikan dibuktikan oleh bukti bahwa siswa mempertahankan
urutan pangkat yang sama dalam satu tes (misalnya, suatu pemeriksaan arit yang
metis seperti yang mereka miliki terhadap yang lain yang konon mengukur
kemampuan yang sama. Keabsahan semacam ini telah banyak diandalkan oleh
pengembang uji yang ingin menunjukkan bahwa kitab nekitab yang baru memiliki
kekuatan yang sama dengan tes kecerdasan yang dihormati. Seperti Binet
pemberitahuan lagi bahwa ini juga berhubungan dengan membangun
validitas.Pendekatan ini jarang membantu dengan tes prestasi. Karena sulit untuk
memutuskan tes mana yang akan disahkan jika kedua tes terdiri dari sampel benda
dari tabel spesifikasi
Gagasan keabsahan dapat digunakan jika kita ingin melihat ke dalam
hubungan antara tidak langsung dan ukuran langsung dari beberapa perilaku.Sekali
lagi, pengesahan pengesahan juga menjadi masalah.Sebuah contoh yang jelas dari hal
ini terjadi dalam penyusunan keterampilan kebanyakan guru wul mengatakan bahwa
ukuran langsung kemampuan menulis hanya dapat dimiliki di mana siswa benar-benar
mempersiapkan komposisi. Di pihak lain, sebuah alat yang banyak digunakan adalah
komposisi dengan kesalahan yang diketahui yang siswa diminta untuk mengoreksi
dan mengoreksi ada keuntungan dalam anncoach ini dalam hal menghemat waktu dan
memungkinkan semua siswa untuk diberi tugas yang sama. Namun, korektor.
Instrumen ing berguna jika berkorelasi secara substansial dengan nilai yang
dikembangkan dengan hati-hati
Singkatnya, inti dari pertanyaan validitas adalah: validitas untuk apa? Apa
yang menggunakan benang penutup? Kesimpulan apa yang akan dibuat berdasarkan
kinerja tes? Jika pemeriksaan akhir dalam kursus tertentu digunakan untuk
menentukan pada titik mana dalam subse.
Setiap siswa harus mulai, maka itu berlaku jika dan hanya ifit mengerjakan
ekpres "it works" berarti bahwa jika atas dasar dia menguji kita mulai mahasiswa X
pada instruksi A dan siswa Y pada instruksi B. keduanya akan mendapatkan lebih dari
yang woujd telah belajar buruk keduanya dimulai pada titik yang sama dan menerima
instruksi yang sama. Dalam hal prediktif validitas, membahas beberapa paragraf
earlyer kita menilai kecepatan tes dengan penggunaannya dalam memprediksi titik
awal yang tepat.Apa yang kita bicarakan di sini dibahas di beberapa bab lengu i 5,
diagnosis om. Alasan untuk menyebutkan di sini adalah bahwa penggunaan ini
dibahas cukup sering dalam conbectian dengan objek subiect yang dilihat sebagai
berurutan
Sebagai contoh lain, jelaslah bahwa jika ujian akhir diberikan hanya untuk
tujuan menentukan nilai pekerjaan para siswa, ujian itu sah hanya jika nilai yang
ditetapkan sesuai dengan kategori nilai yang sebenarnya. Tes harus terdiri dari benda-
benda yang mewakili perilaku yang sebenarnya.Sasaran tentu saja.
6. Reabilitas
Sebuah karakteristik yang mungkin dianggap terpisah dari keabsahan, tetapi
yang validitas sebagian tergantung, adalah keandalan. Sang Keandalan serangkaian
nilai ujian merujuk pada konsistensi dengan hasil menempatkan siswa pada posisi
relatif yang sama jika tes diberikan berulang kali. Jika tes yang sama diberikan kepada
sekelompok pada pagi hari dan lagi pada sore hari, biasanya kita mengharapkan
peringkat yang sama setiap kali. Jika tidak demikian, kita akan mengatakan bahwa
hasilnya tidak stabil sama. Jika dua sampel ofitem yang mewakili sel perilaku konten
yang sama diberikan satu demi satu dan siswa tidak ditempatkan dalam kira-kira
dengan cara yang sama, kami akan mengatakan hasilnya tidak konsisten. Sebagai
contoh ketiga, jika siswa yang sama menerima tes yang diberikan lagi — atau c.ae
yang berbeda menguji kemampuan yang sama — setelah kehilangan 6 bulan, dan
tidak keluar dalam urutan yang sama, kami akan mengatakan bahwa hasilnya kurang
konsisten namun, dalam contoh terakhir ini, kami mighe mengklaim bahwa kami
tidak mengharapkan tingkat konsistensi yang tinggi karena para siswa telah menerima
petunjuk selama 6 bulan. Tiga contoh menunjukkan setidaknya tiga jam kepercayaan
Metode-metode meningkatkan keandalan diuraikan dalam pasal ini di bawah
langkah-langkah untuk membangun dan merevisi suatu ujian.Cukuplah untuk
mengatakan pada titik ini bahwa ambiguitas dalam pertanyaan baik atau langsung
dapat dikurangi. Mengenai penilaian yang tidak konsisten, kehati-hatian yang lebih
besar dapat diambil dalam mencetak gol dengan sebuah kunci dan kesepakatan yang
lebih besar dapat diupayakan antara lawan atau Antara skor yang ditugaskan oleh
orang yang sama pada waktu yang berbeda.
Contoh kedua yang dilukiskan di atas. Dua sampel itens mewakili sel perilaku
konten yang sama yang diberikan dengan jangka waktu yang sangat singkat atau nore
sama sekali — juga mempertahankan konsistensi dalam uji preseatau instrumen.
Namun, sebuah faktor baru masuk di sini: eauivalensi sampel dari item. Itu adalah,
seberapa baik mereka mewakili semua benda yang mungkin untuk menguji sel
itu.Secara umum, seseorang dapat meningkatkan kemampuan — yaitu, mengurangi
hasil yang tidak konsisten — dengan menambahkan lebih banyak materi ke tes yang
sangat sederhana, jika kita ingin menguji kemampuan untuk membagi tiga digit
humeral dengan dua digit angka.Kami berharap untuk mendapatkan Lebih reiable
resuhts dari 6 item yaitu fram 2.Tentu saja. Kita harus prihatin juga dengan
ambiguitas dan dengan konsistensi seperti yang aku contoh sebelumnya
Contoh ketiga di mana waktu yang relatif lama berlalu sebelum pengujian
kedua dengan contoh yang sama atau sampel yang berbeda mencerminkan tingkat
keandalan ketiga: stabilitas sifat: jika kita berurusan dengan para siswa menarik minat
untuk tujuan meramalkan keberhasilan kejuruan kita mengharapkan suatu stabilitas
dari waktu ke waktu.
Namun, jika kita berurusan dengan kemampuan menulis selama suatu periode ketika
instuction sedang diberikan, kita tidak mengharapkan hieh stabilitas di evaluasi
summatif, semacam ini reliabil.Ity jarang memiliki kepentingan besar meskipun
dalam penggunaan tes untuk cerifcation ox prediksian stabilitas harus perhatian nyata.
(untuk penanganan yang lebih lengkap terhadap stabilitas dan metode
memperkirakan, pembaca harus melihat Stanley, 1971.) Masalah sebelumnya dengan
ambiguitas dan menilai konsistensi berlaku di sini juga.Kalimat pembuka pembahasan
tentang keterandalan ini menyatakan bahwa keabsahan sebagian bergantung pada
keterandalan.Kebalikannya tidaklah benar.
Seseorang dapat membuat sebuah tes yang tidak sah (seperti untuk mengukur
kemampuan menafsirkan data yang semata-mata terdiri dari pertanyaan pengetahuan
tentang terminologi tetapi sangat dapat diandalkan dalam hal menguji peralatan mandi
dan sanpling. Namun, bahkan jika kita menemukan kesepakatan umum di antara
menyetujui Para hakim bahwa satu set item yang diukur kemampuan untuk
menafsirkan data, dengan demikian menetapkan validitas konten, kita tidak bisa
berpikir bahwa tes kita valid jika kita menemukan bahwa keterandalannya rendah.
Keandalan membatasi keabsahan. Sebuah ukuran yang memberikan hasil tidak
konsisten carnot memberikan hasil yang valid.
7. Langkah Umum Dalam Membangun Tes Summatif
Apa pun sudut pandang seseorang tentang pendidikan dan prosedur petunjuk
yang tepat, ada enam langkah umum yang dapat membantu dalam pembangunan tes
summatif. Mereka terdaftar di sini untuk kenyamanan.Masing-masing kemudian
dibahas secara terpisah dalam halaman yang dicetak.
Rendah:
1. Kembangkan (atau bupati dan sesuaikan) tabel spesifikasi untuk subjek dan
kelas
2. Tulis atau pilih item untuk sel matriks.
3. Pilih item yang menguji berbagai sel dengan sampling dalam beberapa cara
rasional.
4. Atur itemns yang terpilih secara sistematis.
5. Merancang skema mencetak gol untuk menghasilkan jenis informasi yang
diinginkan.
6. Mengembangkan arah yang jelas untuk pemeriksaan.
7. Periksa produk akhirnya.
Kata tes "atau" pemeriksaan "sering muncul dalam bab ini tanpa kata sifat"
summatif, tetapi kecuali dinyatakan secara eksplisit, pembahasan mengenai tes selalu
merupakan dasar untuk evaluasi summatif.
1. Kembangkan (atau Meminjam dan Beradaptasi)
Sebuah tabel spesifikasi Untuk subjek dan kelas
Langkah-langkah dalam mengembangkan atau memilih spesifik matriks ditangani
secara detail di bab 2, dan pembaca harus meninjau poin-poin yang dibuat dalam bab
tentang dimensi perilaku isi ano dari grid. Tabel 41 menyajikan tabel spesifikasi untuk
kuliah biologi di sma. Kami akan merujuk ke tabel 41 di seluruh bab ini untuk
menjelaskan poin-poin terkait dengan membangun tes summativc yang valid.
Meskipun berkaitan dengan isi dan ilusi perilaku yang spesifik dari itu siap diterapkan
pada mata pelajaran dan nilai lainnya.
2. Tulis atau Pilih Item untuk Sel Matriks
Saran untuk menuliskan hasil tes diulas dalam bab 7: bab 8 sampai 10
mencakup cara pembentuk untuk berbagai tingkat pajak kognitif dan afektif.
3. Pilih item yang menguji berbagai sel dengan cara yang masuk akal
Jika kau percaya bahwa setiap hasil adalah sama pentingnya dengan yang
berikutnya, maka kekalahan mu akan mengikuti aturan acak sampling dari semua item
yang mungkin. Anda dapat memperoleh contoh dari item di seluruh meja spesifikasi
dengan menentukan angka untuk setiap item dan menggunakan angka untuk sampling
seluruh isi atau tema atau keduanya Sebaliknya, jika anda melihat tujuan evaluasi
tinggi anda sebagai pengujian beberapa tujuan generalisasi, maka anda harus
memutuskan sel mana yang hendaknya anda contoh.
4. Aturlah benda-benda yang dipilih secara sistematis
Dalam kasus-kasus tertentu, materi tersebut mungkin tidak dapat diatur
berdasarkan jenis perilaku, tetapi dalam kasus-kasus lain, materi dapat
dikelompokkan berdasarkan isinya.Apabila pilihan item sedemikian rupa sehingga
mereka relatif ho mogenous sehubungan dengan konten dan bersifat ha, mungkin baik
untuk mengumpulkan mereka dalam skala yang berkisar dari mudah secara signifikan
(banyak siswa yang lewat) hingga relatif sulit (hanya beberapa siswa yang lewat).
Dengan berbagai jenis pilihan, pencocokan, benar
5. Merancang skema penilaian obyektif menghasilkan informasi yang
diinginkan
Ungkapan "penilaian objektif" menggambarkan proedures yang memberikan
hasil seragam, hormat.Nilai yang lebih rendah, jika digunakan untuk menandai
(benar) ujian.Penilaian obyektif ujian bukanlah topik yang berkaitan semata-mata
dengan evaluasi tinggi.Namun, ada alasan untuk perhatian khusus dengan objektivitas
di Nilai dari tes akhir untuk kursus yang diberikan.
Obietivitas dalam penilaian harus dilakukan tidak hanya dengan keadilan
tetapi juga dengan keabsahan dan keandalan.Tidak peduli seberapa baik item dari uji
cocok tabel spesifikasi yang dimaksudkan keluar. Datang, jika unsur apa pun dari
penilaian mendatangkan ketidakakuratan dalam penerapannya, maka isinya
diturunkan. Jika prasangka dalam penilaian menyebabkan perilaku yang sama untuk
dinilai secara berbeda untuk pemeriksaan yang berbeda, maka keabsahan dan
keandalan hasil akan berkurang. Sebagai contoh, pertama-tama mari kita bahas kasus
sederhana yang dapat kita hadapi dengan ujian pilihan
ama obyektif dengan mereka pada tes pilihan. Hendaknya juga diperhatikan
bahwa dalam ujian pilihan, beberapa orang atau kelompok harus menekan respon
yang menghasilkan jawaban terbaik.
Dalam pengujian pasokan yang menuntut penyelesaian satu kata atau satu
frasa, ada mereka yang akan menerima berbagai istilah yang agak liberal selama
tampaknya bahwa artinya adalah "di dalam taman bermain." Misalnya, hal berikut ini
diambil dari ujian akhir aljabar kelas sembilan:
6. Mengembangkan arah yang jelas untuk pemeriksaan
Harus dijelaskan dengan jelas. Untuk jawaban pendek item presisi yang
diperlukan harus dibuat jelas, terutama jika pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan
perhitungan aritmatika
Jika pertanyaan esai digunakan, pemeriksa membutuhkan petunjuk untuk
setiap pertanyaan tentang bentuk dan panjangnya jawaban yang diinginkan, tentang
hal-hal yang harus dibahas dalam pertanyaan, dan pada waktu yang disarankan yang
harus digunakan untuk pertanyaan tersebut. Kriteria untuk mencetak pertanyaan perlu
diuraikan; Apakah akan demikian
Evaluasi Diagnostik

A. Pengertian EvaluasiDiagnostik

Menurut Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah


proses
penentuan apakah
materi dan metode

pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa


dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar.
Benyamin S. Bloom (Handbook on Formative and Sumative Evaluation of
Student Learning) mengemukakan, bahwa: “Evaluasi adalah pengumpulan bukti-
bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan
dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik”.

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-


kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan
perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik
pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan
terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa.
Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana
yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini
agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telahdipelajarinya.

B. Kedudukan Evaluasi Diagnostik DalamEvaluasi.


Posisi evaluasi dalam pembelajaran dapat penulis gambarkan secara jelas melalui
skema berikut:
Dari skema terlihat bahwa evaluasi tetap mengacu kepada rencana awal. Dia tidak
dibuat berdasarkan proses perkembangan pembelajaran yang berlangsung, tapi berdasarkan
perencanaan awal. Proses pembelajaran hanya berfungsi sebagai sarana pencapaian tujuan.
Mereka yang gagal harus mengikuti proses kembali, sedangkan yang sudah berhasil, dapat
mengikuti tahap berikutnya.
Dalam proses pembelajaran, terdapat tiga fungsi besar evaluasi. Tagliante (1996)
menyebutnya "Trois grands fonctions de l'évaluation." Tiga fungsi itu adalah fungsi
pronostik, fugsi diagnostik, dan fungsi sertifikasi.
Pertama, fungsi pronostik, yaitu tes awal proses pembelajaran untuk mengetahui
kondisi obyektif dari pembelajar. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan dimana
posisi pembelajar, misalnya apakah dia termasuk pemula dalam sebuah materi atau dia sudah
pantas menerima kelanjutan materi tersebut dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Fungsi pronostik juga berguna untuk memprediksi kompetensi lanjutan yang mungkin
dapat dicapai oleh pembelajar. Artinya, dengan hasil tes yang ada, dapat direncanakan
kompetensi apa yang dapat dikuasai pada tahap berikutnya. Menyamaratakan kemampuan
pembelajar pada awal proses akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pembelajar
itu. Selaku pembelajar, tiap individu berbeda-beda kemampuan dasarnya. Perbedaan itu harus
dicermati dan diakomodir dengan memberikan perlakuann yang berbeda juga. Perbedaan itu
meliputi pemberian materi lanjutan yang akan dibahas, penugasan, dan penghargaan.
Penghargaan di sini lebih bersifat penguatan (réinforcement). Ini berhubungan dengan
kejiwaan. Penghargaan minimal yang bisa diberikan adalah dengan "ucapan selamat" atas
usahanya untuk mengetahui sesuatu lebih cepat dari orang lain.

Dari segi proses dan pemilihan materi bahasan memang sedikit agak menyulitkan
pengajar dalam mengelola kelas. Namun itu akan berakibat kondusifnya suasana kelas yang
dapat mengarahkan pembelajarnya lebih berprestasi lagi. Akan tercipta situasi yang penuh
dengan kompetisi sehat yang menjadi pemicu bagi setiap individu untuk tampil. Atmosfer
akademik dalam suasana saling berkompetisi sangat berkontribusi terhadap pencapaian
target pembelajaran. Memberi perlakuan yang sama berarti kurang menghargai kemampuan
seseorang yang lebih dari yang lainnya. Bagi pengajar, menyamakan atau generalisasi ini
akan mempermudah dia dalam bertugas. Namun efek yang bisa timbul adalah munculnya
kebosanan dan rasa pesimis dari mereka yang memiliki kemampuan lebih.
Yang kedua, fungsi diagnostik, yaitu evaluasi yang menganalisis kemampuan
pembelajar pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Fokusnya adalah membantu
mereka bagaimana supaya mampu memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan.
Evaluasi ini berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah membantu
pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Evaluasi diagnostik, memungkinkan seorang
pengajar mempertahankan metode yang digunakan atau segera menggantinya. Fungsi ini
dapat diwujudkan dalam bentuk tes formatif, yang mengevaluasi pembelajar pada setiap sub
pokok bahasan, atau sub unit suatu pelajaran. Jadi, tes itu tidak hanya dilakukan sekali diakhir
suatu periode pembelajaran, melainkan ada tes-tes pengontrol atau pendamping dari tes akhir.
Bentuk dan pelaksanaannyapun tidak sekaku yang ada selama ini, seperti mid semester, tidak,
tapi bisa lebih dinamis, yang sedemikian rupa bisa dirancang olehpengajar.
Yang ketiga, fungsi sertifikasi. Evaluasi saat ini berguna
untuk menyatakan kedudukan atau peringkat seseorang dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi
dilaksanakan di akhir sebuah periode pembelajaran, umpama di akhir semester, program,
paket, atau tingkat. Fungsi sertifikasi dalam evaluasi pembelajaran sama sekali tidak
menggiring pembelajar untuk meningkatkan kemampuan akademisnya, karena dia
dilaksanakan terakhir. Tujuannya hanya menyatakan status dan mendapatkan laporan hasil
belajar atausertifikat

Pada tulisan ini, penulis ingin memperdalam bahasan bagaimana fungsi diagnostik
sebuah evaluasi bisa terwujud.:
1. Evaluasi bertujuan untuk menemukan kesulitan pembelajar dalam mengikuti
pelajaran, yang selanjutnya akan diberikan perlakuan yang tepat, sehingga
tujuan pembelajaran dapatdicapainya.
2. Evaluasi berlangsung selama prosespembelajaran.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk merespon dua prinsip itu adalah:

Pertama, untuk menemukan kesulitan pembelajar dalam mencapai tujuan


pembelajaran, seorang pengajar dapat merancang sebuah tes yang benar-benar valid. Valid
itu maksudnya adalah mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto,1989). Validitas
benar-benar berorientasi kepada hasil tes.
Wesche dalam Paul Cyr (1998) menjelaskan bahwa validitas itu merupakan proses
membandingkan kompetensi pembelajar dengan kompetensi harapan yang telah di
standarkan. Dalam pengertian yang lebih sedehana, dapat dilihat kamus Robert Poche.
Disana dinyatakan bahwa valid (validation) adalah kemampuan dalam melakukan sesuatu.
Jadi pengajar tak perlu membuat validitas soal sampai menggunakan rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson. Cukup dengan langkah-langkah sederhana
sebagai berikut:
1. Tetapkan tujuanpembelajaran.

2. Tentukan kompetensi yang harus dimiliki dengan mencantumkan


standarminimal.
3. Tentukan jenis tesnya, lisan atautertulis.

4. Bandingkan hasil tes denganstandar.

5. Temukan titik lemahpembelajar.

6. Buat Kesimpulan.

Hal yang akan diungkap dalam kesimpulan hanya dua, sesuai skema di atas, yaitu
berhasil atau gagal. Kalau berhasil dapat melanjutkan materi pada sesi berikutnya, dan kalau
gagal, mengulang. Yang dikatakan berhasil adalah mereka yang memperoleh skor
memenuhi standar minimal dari kompetensi yang ditetapkan. Dan proses mengulang bagi
yang gagal tidak mesti dia harus kuliah tambahan lagi, misalnya ada kuliah sore, tidak. Tapi,
harus ada kebijakan pengajar, umpama pemberian tugas atau yang lainnya.
Kedua, evaluasi dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran. Bentuknyapun tidak
sekaku dan seformal tes yang ada. Pengajar punya kebebasan menentukan bentuk
evaluasinya. Yang penting di sini adalah perencanaan dan pengorganisasiannya. Jadi
pembelajaran itu tidak hanya menganalisis, diskusi, dan presentasi selama satu semester, tapi
ada evaluasi yang benar-benar mengiring pembelajar agar dia berhasil dalam mencapaitujuan.

C.Peran Evaluasi Diagnostik

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang


melatar belakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-
faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out
put belajarnya.
W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :
1. faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri,
seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian,
emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan
2. faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

Prognosis merupakan langkah untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami


siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya.
Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan
konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama
menangani kasus – kasus yang dihadapi.

Dengan tes diagnosis itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika
kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa
saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut. Tes dignostik kesulitan belajar
sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap gejala dan fakta tentang
sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan yang esensial. Tes
dignostik kesulitan belajar juga tidak hanya menyangkut soal aspek belajar dalam arti sempit
yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek
pribadi yang menyangkut perilakusiswa.
Tujuan tes diagnostik untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan merumuskan
rencana tindakan remidial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila
guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau
meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala kesulitan
belajar. Agar memudahkan pelaksanaan tes diagnostik, maka guru perlu mengumpulkan data
tentang anak secara lengkap, sehingga penanganan kasus akan menjadi lebih mudah
danterarah.

EVALUASI FORMATIF
A. Pengertian Penilaian/ Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif (Formatif Test) adalah suatu tes hasil belajar dimana evaluasi
tersebut mempunyai suatu tujuan untuk dapat mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik itu telah terbentuk (sudah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan)
setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, kemudian
perlu diketahui juga bahwa istilah formatif itu berasal dari kata form yang dapat diatikan
sebagai bentuk.

“Tujuan dari penilaian Formatif adalah untuk memonitor pembelajaran siswa pada apa yang
ia lakukan yang dapat digunakan oleh instruktur untuk meningkatkan pengajaran mereka dan
oleh siswa bisa meningkatkan pembelajaran mereka.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru selama dalam
perkembangan. Dengan maksud agar segera dapat mengetahui kemungkinan adanya
penyimpangan-penyimpangan, ketidak sesuaian pelaksaan dengan rencana yang telah disusun
sebelumnya karena dilaksanakan setelah selesai mengajarkan satu unit pengajaran.Evaluasi
formatif digunakan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan
biasanya dilakukan lebih dari sekali atau continue dengan tujuan untuk melakukan perbaikan
secara tepat dan menyeluruh yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang
terdapat pada masing-masing siswa.
Dalam melakukan evaluasi formatif, pengajar harus memiliki tiga dasar dalam
melakukan evaluasi formatif.
1) dasar psikologis, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan.
2) dasar diktatis, untuk menunjukkan bahwa evaluasi sangat besar manfaatnya dan
berperan penting dalam memotivasi belajar, mendapatkan informasi atau data siswa yang
kesulitan dalam belajar. 3) dasar administratif, evaluasi diperlukan untuk menentukan Indesks
Prestasi, pengisian raport.
Bisaanya di sekolah-sekolah, tes formatif itu pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru, setelah guru mengadakan atau
melaksanakan suatu tes formatif, maka alangkah baiknya ditindaklanjuti lagi jka ada bagian-
bagian yang memang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan ke pokok bahasan baru
terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan kembali bagian-bagian mana yang sekiranya belum
dikuasai atau dipahami oleh peserta didik. Dengan demikian tujuan dari evaluasi formatif
adalah untuk memperbaiki tingkat penguasaan materi dari peserta didik dan sekaligus untuk
memperbaiki dalam suatu proses pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan tes sumatif adalah suatu penilaian yang
pelaksanaannya itu dilakukan pada akhir tahun atau akhir program, atau lebih spesifiknya
penilaian yang dilakukan pada akhir semester dari akhir tahun. Jadi, rujuannya adalah untuk
melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yaitu seberapa jauhkah tujuan-tujuan kurikuler
yang berhasil dikuasai oleh para peserta didik, dan penilaian inipun dititikberatkan pada
penilaian yang berorientasi kepada produk, bukan kepada sebuah proses.
Dan bagaimanapun , hasil yang peroleh dari tes sumatif tampaknya menjadi
keputusan akhir mengingat tidak adanya kesepakatan bagi guru untuk memperbaiki
kekurangan para siswa pada semester tersebut. Perubahan baru bisa dilakukan pada tahun
berikutnya atau sekedar bahan untuk penyempurnaan semester berikutnya.
Secara bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mengandung
pengertian penilaian.Sementara itu, sebagaimana dimaksud dengan istilah penilaian adalah
suatu gerakan yang disusun untuk mengetahui keadaan suatu artikel dengan menggunakan
suatu instrumen dan hasilnya diperbandingkan dengan tolak ukur dan tujuan.16 Sesuai
dengan latihan belajar.Penilaian memainkan peran penting dalam pengakuan tujuan
pembelajaran untuk memutuskan atau menentukan pilihan seberapa banyak tujuan yang
ditampilkan telah dicapai oleh siswa.
Pada umumnya evaluasi harus dilakukan selama sistem pembelajaran berlangsung,
yang dilakukan setiap kali unit pembelajaran atau mata pelajaran selesai sepenuhnya dengan
maksud untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami latihan yang telah
disampaikan atau disebut evaluasi formatif.
B. Manfaat Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif

Berbicara mengenai manfaat, mak evaluasi dan evaluasi sumatif mempunyai banyak
manfaat, baik bagi siswa, guru maupuun program itu sendiri. Manfaat tersebut antara lain,
yaitu yang dikutip dari buku dasar-dasar evaluasi pendidikan :
1. Manfaat  Bagi Siswa
a. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengevaluasi bahan program secara
menyeluruh.
b. Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa yang dikerjakan sudah
menghasilkan skor yang tinggi sesuai drngan yang diharapkan maka siswa merasa
mendapat “ anggukan kapala ”dari guru, dan ini merupakan suatu tansa bahwa apa yang
sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar.
c. Usaha perabaikan, dengan umpan yang diperoleh setelah melakukan tes. Siswa
mengatui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau
bagaimana dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
d. Sebagai Diagnosa, bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan hasil
tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagaimana bahan pelajaran yang
masih dirasakan sulit

2.      Manfaat Bagi Guru


Dengan telah mengatahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru :
a. Mengetahui sampai sejauh mana bahan-bahn yang diajarkan sudah dapat diterima
oleh siswa. Hal ini akan menentukan pola pakah guru itu harus mengganti cara
menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang
lama
b.   Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik
siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat
bagian pelajaran yang lain, maka bagian ini harus diterangkan lagi, dan barangkali
memrlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi,
maka akan menganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan  siswa
akan semakin tidak dapat menguasainya.
c.   Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

3.      Manfaat Bagi Program


Setelah diadakan tes maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui :
a. Apakah program yang diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai
dengan kecakapan anak.
b.  Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang
belum diperhitungkan.
c.    Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan
dicapai.
d. Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

Manfaat evaluasi sumatif :


Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah :
a. Untuk nenentukan nilai.
b. Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam
menerima program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif 
berfungsi sebagai tes prediksi.
c. Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua
siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta pihak-pihak lain apabila
siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan
memasuki lapangan kerja.

C. Perbedaan Penilaian Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumati


    

Mengingat masih banyaknya salah pengertian di antara guru-guru tentang pengaertian


formatif dan sumatif maka perlu kiranya dijelaskan kembali pengertian penilaian formatif dan
penilaian sumatif dan perbedaan antara kedua jenis penilaian tersebut.
a. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari atau
memperoleh sebuah umpan balik (feed back), yang kemudian selanjutnya dari
hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki suatu proses belajar
mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. Jadi, sebenarnya pada
panilaian formatif itu tidak hanya dilakukan pada tiapa akhir pelajaran akan tetapi
bisa juga ketika proses pelajaran  sedang berlangsung.
b. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.Adapun
fungsi dan tujuannya ialah untuk menentukan apakah dengan nilai yang
diperolehnya itu siswa dapat dinyatakan lulus. Pengertian lulus dan tidak lulus
disini dapat berarti : dapat tidaknya siswa melanjutkan ke modul berikutnya, dan
dapat tidaknya seorang siswa mengikuti pelajaran pada semester berikutnya, dan
dapat tidaknya seorang siswa dinaikan ke kelas yang lebih tinggi.

Tetapi jika penilaian itu berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai
dimana prestasi atau penguasaan dan pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukan
Fungsi evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan guru untuk memperbaiki
proses pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang telah diterapkan. Pelaksanaan
evaluasi ini dapat dilakukan secara kontinu atau periodik tertentu dalam satu proses belajar
mengajar. Maksut periodik yaitu pada awal, tengah, atau akhir dari proses pembelajaran.
Informasi yang diperoleh dari evaluasi formatif ini secepatnya dianalisis guna memberika
gambaran kepada guru, tentang perlu tidaknya dilakukan pembelajaran perbaikan bagi para
peserta didik yang memerlukan.
Tujuan utama evaluasi formatif adalah menentukan tingkat kemampuan peserta
didik.Evaluasi formatif ini juga bertujuan mengetahui sejauh mana pembelajaran yang
dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatannya.Arikunto, (2002:36-
38) Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun pelajaran itu
sendiri. Manfaat bagi siswa:
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengusai bahan pelajaran
secara menyeluruh.
b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes
yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang
diharapan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini
merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan penegtahuan
yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah
membekas diingatan. Di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan
memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan
nilai yang sudah baik itu atau memperoleh lebih baik lagi.
c) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah
melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti
siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum
dikuasainya. Dengan demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan
penguasaan.
d) Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan
serangkaian pengetahuan, keterampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil
tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagaimana dari bahan pelajaran
yang masih dirasakan sulit.
D. Perbandingan Antara Tes Formatif dan Tes Sumatif
    

a. Ditinjau dari Fungsinya


1. Tes formatif digunakan sebagai umpan balik bagi siswa, guru maupun program-
program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
2.  Tes sumatif digunakan untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah
mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa
dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.
b. Ditinjau dari Waktu
1. Tes formatif dilakukan selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui
kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya
2.  Tes sumatif dilakukan pada akhir unit catur wulan, ataupun semester akhir tahun
atau akhir pendidikan.
c. Ditinjau dari Titik Berat Penilaian
1. Tes formatif menekankan pada tingkah laku kognitif.
2. Tes sumatif sama-sama menekankan pada tingkah laku kognitif, tetapi ada
kalanya pada tingkat psikomotor dan juga kadang-kadang pada afektif akan tetapi
walaupun menekankan pada tingkah laku kognitif, yang diukur adalah tingkatan
yang lebih tinggi.
d. Ditinjau dari Segi Alat Evaluasi
1. Tes formatif merupakan tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.
2. Tes sumatif merupakan tes ujian akhir.
e. Ditinjau dari Cara Memilih Tujuan yang Dievaluasi
  

1. Tes formatif mengukur semua tujuan instruksional khusus.


2. Tes sumatif mengukur tujuan instruksional umum.
f. Ditinjau dari Tingkat Kesulitan Tes
1. Tes formatif belum dapat ditentukan.
2. Tes sumatif. Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan antara 0,35 – 0,70, Soal yang
sangat mudah dan soal yang sangat sukar
g. Ditinjau dari Skoring
  

1. Tes formatif, menggunakan standar mutlak.


2. Tes sumatif, kebanyakan menggunakan standar relatif tetapi dapat pula dipakai
standar mutlak.
Pada dasarnya bahwa penilaian formatif dan sumatif yang ada di sekolah-
sekolah itu sebenarnya sudah dilaksanakan oleh para guru-guru, namun pada
kenyataannya sekarang kedua penilaian tersebut itu belum terealisasi dengan baik.
Mungkin disebabkan karena memang para guru-guru itu belum bisa membedakan
ataupunmengetahui benar-benar secara jelas apa penilaian formatif dan sumatif
tersebut, sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan belum terlaksanakan secara
maksimal. Sebenarnya kalau seorang guru bisa benar-benar mengetahui dan
memahami penilaian formatif dan sumatif, maka para siswanya akan bisa naik kelas
semua, bahkan bisa lulus ujian yang nantinya akan dapat membawa nama baik
sekolah.
Dengan adanya penilaian formatif, maka seorang guru dapat mengetahui
keberhasilan dirinya dalam mengajar dan apabila para siswanya banyak yang belum
menguasai materi ataupun belum paham dengan bahan pelajaran itu maka seorang
guru dapat memperbaiki cara mengajarnya. Kemudian tes formatif juga membawa
pengaruh yang sangat besar untuk tes sumatif karena apabila tes formatif itu sudah
tercapai dengan baik maka hasilnyapun akan berimbas pada penilaian sumatif.
Kata formatif berasal dari bahasa Inggris to from yang berarti
"membentuk".Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama sistem
pembelajaran berlangsung, yang dilakukan setiap kali satu unit program latihan atau
mata pelajaran dapat diselesaikan sepenuhnya yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah belajar, dan terbentuk, sesuai dengan target instruksi yang
telah ditetapkan.
Evaluasi formatif diharapkan untuk lebih mengembangkan sistem
pembelajaran.Konsekuensi dari evaluasi ini misalnya, digunakan untuk menemukan
materi mana yang tidak dipahami oleh sebagian besar siswa.Kemudian, dilanjutkan
dengan latihan, secara spesifik mengklarifikasi kembali ide-ide tersebut.Penilaian
untuk pengembangan harus dimungkinkan dengan membuat survei untuk
siswa.Survei ini berisi pertanyaan tentang pelaksanaan pemahaman menurut
pandangan siswa.Hasil dipecah untuk menemukan sudut pandang mana yang harus
dikonsentrasikan sekali lagi.

PENULISAN ITEM DAN PEMILIHAN ITEM

A. Tes Essay
1. Pengertian tes essay

Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya
terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan
menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan
berpikir siswa. tes essay juga sering disebut sebagai tes uraian karena untuk
menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak
cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap
dan jelas.Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa
mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik.
2. Penggunaan Tes Essay
Tes essay sangat baik digunakan apabila:
a. Jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang. Bila peserta
ujian terlalu banyak, misalnya lebih dari 100 orang, penggunaan tes essay akan
menyita waktu guru dalam memeriksa lembar jawaban, sehingga kurang efisien.
b. Waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan
ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
c. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan
pikiran dalam bentuk tulisan, menguji kemampuan menulis dengan baik atau
kemampuan penggunaan bahasa tulis.
d. Ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal
ujian, tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau
pendapat.
e. Untuk memperoleh hasil pengalaman belajar siswa, maka tes essay merupakan
salah satu bentuk yang paling tepat untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.
1. Jenis-Jenis Tes Essay
Tes essay tersebut dibedakan berdasarkan luas sempitnya materi yang
ditanyakan.
a. Tes Essay Bebas (Extended Respons Items) 
Pada tes essay bebas (extended respons items) peserta dapat mengemukakan
pendapat sesuai dengan kemampuan mereka tanpa ada batasan-batasan dari
pembuat soal, sehingga jawaban setiap peserta akan berbeda satu sama lain. \
b. Tes Essay Terbatas (Restricted Respons Items)
Pada tes essay terbatas (restricted respons) peserta dapat dengan bebas
mengemukakan pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang
terkandung dalam jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan
dan dikehendaki dalam soal. Bentuk essay terbatas ini dapat dipergunakan untuk
menguji kemampuan sebab-akibat, menggambarkan prinsip-prinsip, mengajukan
argumentasi yang relevan, merumuskan hipotesis yang tepat, merumuskan asumsi
yang tepat, menggambarkan keterbatasan data, merumuskan kesimpulan yang
tepat, menjelaskan metode dan prosedur, dan hal-hal yang sejenis.
2. Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay
a. Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti
kemampuan mengaplikasikan prinsip, kemampuan menginterpretasikan
hubungan, kemampuan merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya..
b. Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif.
Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-
kata sendiri, maka bentuk tes essay menuntut penguasaan bahan secara penuh.
Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mudah melalui jawaban
yang ditulis oleh peserta tes.
c. Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama
bagi guru untuk mempersiapkannya. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh
dua hal, pertama jumlah butir soal tidak terlalu banyak, dan kedua guru tidak
harus menyediakan jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.
d. Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi. Karena tidak ada alternatif jawaban
yang disiapkan oleh penyusun tes maka peserta tes dituntut untuk betul-betul
memikirkan jawaban yang dibutuhkan.
e. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya ke
dalam bentuk kalimat yang tepat. Dalam menjawab soal ujian tertulis peserta
dituntut untuk mampu menyusun kalimat yang mudah dipahami oleh pemeriksa
hasil tes. Hal ini akan melatih keberanian dan keterampilan siswa menyampaikan
ide maupun gagasan secara tertulis.
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri. Kemampuan menjawab soal ujian essay dengan baik
akan membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyatakan pikiran
secara tertulis.
Terdapat juga kekurangan pada tes essay antara lain:
a. Reliabilitas tes rendah.
Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama
atau tes paralel diuji beberapa kali. Ada tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes
essay. 
Pertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam butir soal tes.
Karena sifat jawaban tes essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka tidak
mungkin soal tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak jumlahnya
sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok bahasan
yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. 
Kedua, batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta tes sangat longgar,
walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup
ketat.Keragaman jawaban antar peserta tetap saja besar.Keragaman tidak hanya
antara peserta tes, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan
suasana tes yang ada. Tes yang sama diuji pada pagi hari, dimana peserta masih
segar akan menghasilkan skor yang berbeda bila tes dilaksanakan pada siang hari.
Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa
jawaban tes.Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda juga yang diperoleh
peserta. Bahkan, orang yang sama memeriksa tes yang sama pada waktu yang
berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban dan tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain.
Adanya berbagai macam pertimbangan dalam penilaian hasil tes essay serta
adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan pemeriksaan lembar jawaban
tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan tes
objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa pihak yang mengadakan penilaian juga
harus menguasai materi yang diujikan menyebabkan pemeriksaan terhadap hasil
tes essay tidak bisa diwakilkan kepada orang lain yang tidak menguasai materi.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.
Peserta tes yang kurang menguasai bahan yang akan diujikan acap kali
mencoba menjawab dengan menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan
hal yang ditanyakan atau dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang
tidak berharga ini pun harus dibaca oleh guru dengan teliti.
d. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama
untuk membedakan prestasi belajar antara siswa.
Padahal tidak semua hasil belajar bisa dikomunikasikan dalam bentuk
tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataan tertulis.
3. Aturan Mengkonstruksi Pertanyaan dalam Tes Essay
a. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi pembelajaran
yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif.
b. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap
perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar.
Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay perlu
tetap mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak mengarah
pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan lebih dahulu. 
c. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan
kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat
menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti
terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan dan
sebagainya.
d. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa
dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai
dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut hendaknya
didasarkan pada tingkat kesulitan setiap pertanyaan.
e. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya
menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya
terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih empat
soal dari lima pertanyaan yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan pilihan
dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas tes essay yang direncanakan.
4. Metode Pengoreksian Tes Essay
Terdapat 3 metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengoreksi soal bentuk
essay. Metode-metode tersebut antara lain:
a. Metode Pernomor (Whole Method)
Guru mengoreksi hasil jawaban setiap nomor dari peserta didik, misalnya
guru mengoreksi nomor 1 terlebih dahulu dari jawaban seluruh peserta didik,
kemudian dilanjutkan ke nomor 2, dan seterusnya.
b. Metode Perlembar (Separated Method)
Guru mengoreksi satu lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor 1
hingga nomor terakhir, kemudian setelah selesai mengoreksi satu lembar jawaban
dari peserta didik yang satu, guru mengoreksi lembar jawab peserta didik yang
lain, begitu seterusnya.
c. Metode Bersilang (Cross Method)
Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan cara menukarkan
hasil  koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain,
lembar jawab yang telah dikoreksi oleh seorang korektor, kemudian dikoreksi
kembali oleh korektor lain.
B. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer
test) tes ya-tidak (yes-no test) dan test model baru (new tipe test) adalah salah satu jenis
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat jawab
oleh testee dengan jalan memilih salah satu jawaban (atau lebih) di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan pada masing-masing items atau dengan
cara mengisikan (menuliskan) jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu
pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items yang
bersangkutan.

Dilihat dari sistem penskorannya, tes objektif akan menghasilkan skor yang sama.
Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat
kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.Karena sifatnya yang objektif maka
penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.Soal ini tidak memberi peluang
untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan
salah.Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons
tersebut benar dan biasa diberi skor 1.Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka
respons siswa salah dan biasa diberi skor 0.Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu
jawaban yang benar (convergence).

Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil kesimpulan
bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk
memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal
memilihnya.Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua
kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.

1. Tes Jawaban Singkat


a. Pengertian

Soal jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
memberikan jawaban singkat berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh,
lambang, atau kalimat yang sudah pasti. Penyusunan Bentuk Tes Jawaban Singkat
Apabila menyusun tes bentuk ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah Kalimat-
kalimat yang dipergunakan dalam soal jangan diambil kata-kata (verbatin) dari
buku, hendaknya menggunakan kata-kata atau kalimat guru. Kata yang
dihilangkan tidak boleh terlalu banyak, terutama agar soal tidak berubah menjadi
semacam teka teki atau sama sekali tidak berbunyi. Misalnya, pulau ... terletak
di ... penghasil ... yang digunakan sebagai pembuat jalan.Kata yang dihilangkan
sebaikmya terletak dibelakang kalimat bukan didepan atau ditengah-tengah.

b. Keunggulan dan Kelemahan Bentuk Tes Jawaban Singkat

Keunggulan bentuk tes jawaban singkat adalah Menyusun soalnya relatif


mudah. Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak.
Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat.Hasil
penilaiannya cukup objektif.Adapun kelemahan bentuk tes jawaban singkat adalah
Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.Memerlukan waktu
yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk
uraian.Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan
pemeriksa.

Kemampuan dalam Bentuk Tes Jawaban Singkat Dalam menulis soal


bentuk jawaban singkat, penulis soal harus mengetahui konsep dasar bentuk
jawaban singkat.Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal objektif yang
jawabannya menuntut siswa untuk menjawab soal dengan singkat yaitu
jawabannya dapat berupa satu kata, kelompok kata/frasa, simbol matematika, atau
angka.

c. Skor Bentuk Tes Jawaban Singkat

a. Kaidah Penulisan Bentuk Tes Jawaban Singkat

Beberapa kaidah dalam penulisan bentuk tes jawaban singkat adalah sebagai
berikut:Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar
dan indikator).Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.Jawaban yang dituntuk oleh butir
berupa kata, frase, angka, simbol, tahun, tempat dan sejenisnya harus singkat dan
pasti. Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang dikutip Iangsung dari
suatu buku.Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk pada kunci
jawaban.Apabila rumusan butir soal dalam bentuk kalimat yang belum Iengkap,
bagian yang dikosongkan untuk diisi oleh peserta tes maksimum dua untuk satu
kalimat soal.Skor Bentuk Tes Jawaban Singkat Penskoran dalam soal jawaban
singkat dapat dilakukan setelah soal tersebut digunakan.Penskoran soal jawaban
singkat sangat mudah dilakukan, skor 1 (satu) diberikan apabila jawaban benar,
dan skor 0 diberikan apabila jawaban salah.

b. Contoh Soal Bentuk Tes Jawaban Singkat

2. Item Benar-Salah
Soal benar-salah adalah salah satu jenis soal singkat yang cukup sederhana.Soal
benar-salah pada prinsipnya bisa dibuat menjadi dua kelompok.Kelompok pertama
ditulis pada lajur sebelah kiri yang berupa huruf B dan S yang harus dipilih peserta
didik atas respon pernyataan yang disebelah kanan.

1. Kemampuan yang diukur


Soal benar-salah sangat tepat untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi kebenaran fakta yang telah ditulis dalam bentuk
pernyataan.Kalau fakta yang dituliskan benar, maka peserta didik bisa menjawab
benar dan kalau fakta yang dituliskan salah, peserta didik bisa menjawab salah
lihatlah contoh dibawah ini.
B-S Terbitnya Al-Fatihah termasuk surat makkiyah
B-S Waqaf berarti menghentikan bacaan Karen ada tanda waqaf
B-S Rahasia hari kiamat dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al-ikhlas.
Soal benar salah tidak hanya bisa digunakan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi fakta, tapi juga bisa digunakan untuk mengukur
kemampuan hubungan sebab akibat.Lihatlah contoh dibawah ini.
B-S Nikmat yang diberikan Allah wajib disyukuri SEBAB nikmat Allah tak sama
untuk setiap orang.
B-S Sholatrawatib dilaksanakan dua raka’at SEBAB sholat rawatib merupakan
sholat sunat
B-S Nabi sangat mencela orang yang lalai membayar hutang SEBAB hutang harus
segera dilunasi.
2. Kaidah penulisan
Dalam proses penulisan soal B-S, ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Hindari pernyataan-pernyataan umum, seperti penggunaan kata selalu, kadang-
kadang, tidak pernah, umumnya. Pernyataan tersebut bersifat umum. Peserta didik
ketika membaca pernyataan tersebut tentu akan merasa bingung karena tidak
mengacu pada satu periode tertentu atau bahkan tahun tertentu. Pernyataan
tersebut akan menjadi sebuah pernyataan yang baik apabila lebih dikhususkan.
Contoh: a. B-S Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009-2014 adalah
presiden laki-laki
b. Presiden Republik Indonesia selalu laki-laki
2. Soal benar-salah harus disajikan dengan tegas, lugas, jelas. Hindari pernyataan
yang berbelit-belit dan panjang lebar atau bahkan berlebihan.
Contoh: B-S Orang yang pertama kali menginjeakkan kakinya dibulan adalah
Neil Amstrong
B-S Sekitar pertengahan abad 20 pemerintah Amerika Serikat mengirim
astronot terbaik ke bulan.Dalam sejarahnya, astronot yang bernama
Neil Amstrong itu dikenal sebagai orang yang pertama kali
menginjakkan kakinya di bulan.
3. Jauhi pernyataan negative, seperti tidak, kecuali dan bukan. Pernyataan tersebut
bersifat negative. Pernyataan bersifat negative akan cenderung memunculkan
penafsiran yang banyak sehingga peserta didik akan merasa kesulitan.
Contohnya: a. B-S Tokoh pejuang kemerdekaan yang mempunyai loyalitas tinggi
adalah Soekarno, Hatta dan Kihajar Dewantara.
b. B-S Tokoh pejuang kemerdekaan yang mempunyai loyalitas tinggi
kecuali Soekarno, Hatta dan Kihajar Dewantara.
4. Hindari dua ide dalam satu pernyataan, kecuali itu ada hubungan sebab akibat yang
ingin diukur dalam tes
5. Pokok persoalan dalam satu item, hendaknya lebih spesifik, jangan terlalu umum,
mengarah pada materi yang dituju
6. Pernyataan item lebih baik disusun secara jelas dan focus pada satu ide pokok
7. Dalam satu tes, jawaban benar dan salah hendaknya imbang, hal ini menjadi penting
agar peserta didik menghindari dari menerka satu alasan yang logis.
2. Penskoran
Tekhnik penskoran dalam soal B-S cukup sederhana dibandingkan dengan soal
lainnya.Penskoran soal B-S lebih akrab dikenal dengan penskoran dikotomi. Guru
memberi skor 1 pada jawaban yang benar dan memberikan skor 0 pada jawaban yang
salah. Setelah guru menskor semua lembar jawaban siswa, maka langkah selanjutnya
adalah memberikan akumulasi penilaian dari sekian banyak soal B-S.
3. Kelemahan dan kelebihan
1) Sebagaimana layaknya soal lainnya, soal B-S juga mempunyai banyak keunggulan
dan kekurangan. Inilah beberapa kelebihan dalam soal B-S.
a. Soal B-S sangat mudah untuk dibuat dan cepat dalam menilai dan dalam teknik
penskoran soal B-S lebih mudah disbanding dengan soal-soal lainnya.
b. Soal B-Syang dikonstruksi atau dibuat dengan cermat, jelas dan lugas akan
dengan mudah dikerjakan oleh siswa
c. Soal B-S hasil akhirnya tak jauh beda dengan soal objektif lainnya, yakni lebih
terjaga nilai-nilai objektifitasnya.
d. Guru atau evaluator akan lebih mudah untuk membuat soal.
e. Soal B-S bisa mencakup materi bahan pelajaran secara lebih luas.
f. Soal B-S ini bisa digunakan secara berulang-ulang asalkan guru tidak membocorkan
lembar jawaban setiap melakukan tes.
2) Disamping terdapat beberapa ragam keunggulan, tes B-S juga mempunyai banyak
kelemahan. Inilah beberapa bentuk kekurangan tes B-S.
1. Ketika ingin mengkonstruksi soal B-S, maka guru membutuhkan waktu yang relative
lebih lama dibandingkan dengan soal essay. Proses pembuatan soal B-S
membutuhkan waktu cukup agar kualitas soal lebih berkualitas.
2. Soal B-S mempunyai daya pembeda yang rendah. Soal B-S belum mampu menjadi
instrument pembeda antara siswa yang benar-benar pandai, siswa yang kecerdasannya
standard an siswa yang dibawah standar.
3. Soal B-S lebih melatih siswa pada ingatan an-sich disbanding dengan kemampuan
menganalisis dan membandingkan
4. Kalau soal B-S tidak dibuat dengan cermat, bahasa yang lugas, maka itu akan
membuat siswa merasa kebingungan dan kesulitan dalam menangkap
5. Membuka ruang yang luas bagi peserta didik untuk melakukan spekulasi.
3.Tes Pilihan Ganda
1. Pengertian
Tes pilihan ganda adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dipilih dari
alternatif yang lebih dari dua. Alternatif jawaban kebanyakan berkisar antara 4 (empat)
dan 5 (lima). tujuan dasar dari tugas penilaian, soal pilihan ganda adalah untuk
mengidentifikasi siswa yang telah mencapai tingkat (atau diperlukan) pengetahuan
(keterampilan, kemampuan, atau kinerja) cukup dari target pembelajaran yang dinilai.
Pilihan ganda terdiri atas dua bagian, yaitu :

2)   Menyusun Pilihan dan Pengecoh

1. Pada umumnya berusaha membuat tiga sampai lima pilihan


2. Semua pilihan harus sejenis dan  tepat dengan “stem”
3. Meletakkan pengulangan kata dan ungkapan pada “stem”
4. Konsisten menggunakan dan  tanda baca yang benar yang berhubungan
dengan “stem”
5. Mengatur pilihan dalam daftar susunan daripada berurutan
6. Mengatur urutan  pilihan secara logis dan bermakna
7. Semua pengecoh secara gramatikal harus benar dengan mengikuti kepada
“stem”
8. Hindari tumpang tindih pada pilihan
9. Hindari membuat pilihan kumpulan dari soal benar salah
10. Hindari menggunakan “not given” “tidak ada yang di atas” dan lain-lain
sebagai pilihan dalam tipe jenis soal jawaban paling benar (gunakan pada
jenis jawaban benar)
11. Hindari menggunakan “semua yang ada di atas” : batasi penggunaannya
pada jenis jawaban benar
12. Hindari menggunakan petunjuk lisan pada pilihan
13. Hindari menggunakan istilah teknis, kata yang tidak diketahui atau
penamaan dan istilah lucu atau penamaan sebagai pengecoh
14. Hindari membuat pilihan lebih susah untuk menyisihkan pengecoh sehingga
memilih kunci jawaban

3)  Menyusun Pilihan yang Benar

a) Umumnya hanya ada satu jawaban benar atau jawaban terbaik pada soal pilihan ganda
b) Pastikan ahli yang kompeten dapat menyetujui yang menjadi kunci jawaban yang
benar adalah fakta yang benar
c) Jawaban yang benar harus secara gramatikal benar untuk menjawab “stem”
d) Memeriksa kembali seluruh tes untuk memastikan pilihan yang benar tidak mengikuti
pola yang mudah dipelajari
e) Hindari ungkapan pada pilihan benar yang textbook atau gaya klise
f) Pilihan benar harus yang kira-kira secara keseluruhan sama kedalamannya sebagai
pengecoh
g) Keuntungan tes pilihan ganda adalah mengurangi  jumlah waktu yang digunakan
untuk menulis jawaban, dengan demikian membiarkan penilaian mencakup lebih
banyak bahan.
4. Kelemahan dan Kelebihan
a. tes pilihan ganda ini memiliki kelebihan sebagai berikut :
1) Dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/kompetensi khususnya domain
kognisi, dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks
2) Dapat menggunakan tes yang relatif banyak yang mewakili bahan ajar yang lebih
luas
3) Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara  objektif

b. Kelemahan tes pilihan ganda


1) Sukar dikonstruksi, khususnya mencari alternatif jawaban yang homogen
2) Ada kecenderungan hanya menguji kemampuan ingatan domain kognisi
3) Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar  yang menyeluruh atau total
1) Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal
Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan akibat) dan
pernyataan kedua (yang merupakan sebab).Kedua pernyataan (pertama dan kedua)
dihubungkan dengan kata “sebab”.Kedua pernyataan itu dapat benar, salah, atau
dapat juga pernyataan yang satu benar, yang lain salah. Apabila kedua pernyataan itu
benar, yang perlu diperhatikan ialah apakah kedua pernyataan itu mempunyai

TEKNIK EVALUASI UNTUK PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN


SECARA OBJEKTIF
A. Tempat Tujuan Pengetahuan Dan Pemahaman

Tujuan atau sasaran yang didefinisikan sebagai "pengetahuan" telah memegang posisi
genting dalam pendidikan Amerika selama 40 tahun. Tidak begitu "pemahaman"!
Perbedaannya adalah ini: "pengetahuan" diletakkan (untuk menggunakan frasa saat ini) setiap
dekade atau lebih dengan alasan bahwa itu menyiratkan ingatan atau pengakuan dari banyak
sekali detail yang tidak penting tanpa pemahaman atau sistematisasi detail tersebut;
"pemahaman," di sisi lain, menunjukkan bahwa pelajar "memahami"-atau menginternalisasi
dan mensistematisasikan-pengetahuan. Namun, jika kita melihat pada hampir semua tabel
spesifikasi isi-perilaku yang muncul dalam buku ini (lihat Bab 4 dan 6), kita akan
menemukan bahwa pengetahuan tentang hal-hal seperti terminologi, prinsip, dan aturan
muncul sebagai bagian dari tujuan konten-perilaku. Situasi ini tidak khas buku ini; program
studi di seluruh negara bagian dan lokal memasukkan pengetahuan sebagai bagian dasar dari
kurikulum.
B. Tujuan Pengetahuan

Ungkapan "tujuan pengetahuan," seperti yang digunakan dalam buku ini, menyiratkan
ingatan atau pengenalan elemen-elemen tertentu dalam bidang subjek.Mungkin jangkauan
terluas dari jenis hal yang diajarkan untuk tujuan mengingat segera muncul dalam Taxonomy
of Educational Objectives Handbook 1, Cognitive Domain (Bloom, 1956, hlm. 62-77).Dalam
risalah tersebut terdapat contoh-contoh tujuan pengetahuan yang berbeda isinya seperti
"mengingat kembali fakta-fakta utama tentang budaya tertentu" (hlm. 66) dan "pengetahuan
tentang rumusan teori evolusi yang relatif lengkap" (hlm. 77).Terminologi, konvensi, dan
kriteria masing-masing dapat menjadi substansi pengetahuan.
Tujuan kemampuan mengingat tidak dengan sendirinya menunjukkan ada atau tidak adanya
kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan itu.
C. Pernyataan Tujuan Pengetahuan

Seperti disebutkan sebelumnya, tujuan pengetahuan berlimpah dalam panduan kurikulum


di semua tingkatan, dalam buku-buku tentang pedagogik mata pelajaran tertentu.dan dalam
buku tentang pengukuran hasil pendidikan. Pernyataan-pernyataan berikut adalah tipikal dari
cara di mana tujuan-tujuan tersebut diungkapkan:
1. "Pengetahuan tentang sumber informasi yang dapat dipercaya untuk pembelian yang
bijaksana" (Bloom, 1956, p.67)
2. "Pengetahuan tentang perangkat dan simbol representasi standar dalam peta dan
grafik" (Bloom, 1956, hal. 70)
3. Untuk mendefinisikan terin teknis dengan memberikan properti atributnya, atau
relasinya
(Bloom, 1956, hal: 64).
4. "Ingat definisi spesifik dari camber negatif" (Bloom Hastings & Madaus, 1971, hal
872)
5. "Untuk mengenali seorang sonner Shakespeare" dalam "sekelompok soneta" (Bloom
et al 1971, hal 707)
6. "Mengetahui informasi biografis (Bloom et al, 1971, hal 724)
7. "Untuk mengidentifikasi huruf abjad" (Cleveland Heights School District 1964, hal
18)
8. "Diferensiasi dan diskriminasi di antara pola dan elemen" (Bloom et al 1971, p 823)
9. "Kemampuan untuk mengenali arti atau definisi kata-kata dan istilah-istilah yang
diperlukan untuk belajar dalam seni bahasa" (Bloom et al. 1971. p. 412)

Setiap pembaca yang akrab dengan pendidikan dapat membuat daftar lebih banyak
pernyataan tujuan pengetahuan.Alasan pemilihan beberapa yang sebelumnya adalah untuk
menyajikan bentuk-bentuk umum di mana mereka muncul. Yang baru saja dinyatakan
berbeda satu sama lain dalam dua cara yang jelas-pertama:, dalam objek perilaku, dan kedua,
dalam kata kerja atau kata kerja tersirat (misalnya, "tepi pengetahuan" yang berarti "tahu").
Ada perbedaan lain yang tidak begitu jelas tetapi sangat penting dalam mengevaluasi
pembelajaran siswa Ini adalah perbedaan dalam kekhususan dan jenis konten dan
kemampuan mengamati dan jenis perilaku.
Dalam hal kekhususan konten, mungkin pernyataan 4 dan 7 adalah yang paling eksplisit
Pernyataan 4 berkaitan dengan satu definisi dari satu istilah Sangat mudah untuk melihat
beberapa cara yang jelas untuk menguji tujuan ini, misalnya, guru hanya perlu meminta siswa
untuk nyatakan secara lisan atau tertulis definisi yang diinginkan Untuk pernyataan yang
berhubungan dengan huruf abjad, akan ada lebih banyak item, tentu saja, karena ada dua
puluh enam huruf, tetapi area kontennya jelas dan terbatas.
D. Uji Ilustratif Item untuk Tujuan Pengetahuan

Maksud dari bagian ini adalah untuk memberikan contoh kepada pembaca tentang
beberapa format item utama dan menunjukkan perilaku pengetahuan yang sesuai.Butir-butir
yang dirancang untuk menguji pengetahuan lebih lazim dalam tes-tes yang dibuat oleh guru
atau diterbitkan di hampir semua bidang studi daripada butir-butir yang diarahkan pada
aplikasi, analisis, dan penggunaan pengetahuan lainnya. Contoh-contoh jenis soal yang dapat
digunakan untuk menguji pengetahuan berlimpah baik dalam tes tersebut maupun dalam
buku yang tujuannya adalah untuk menyajikan jenis dan fungsi item Mungkin salah satu
kumpulan ilustrasi paling lengkap dari berbagai jenis item ada di buku karya J. Raymond
Gerberich, Spesimen Objektif Item Tes (1956). Sumber lain yang sangat baik dari jenis item,
yang diurutkan menurut subkategori pengetahuan (misalnya, pengetahuan tentang konvensi,
pengetahuan tentang tren dan urutan, dan pengetahuan tentang metodologi), adalah
Taksonomi Tujuan Pendidikan (Bloom, 1956). Beberapa ilustrasi di bagian ini telah dipilih
dari karya lain. Untuk setiap item tersebut, sumbernya ditunjukkan.
Ada dua karakteristik yang sangat penting dari item pengetahuan yang baik Pertama, item
yang baik adalah pada tingkat ketelitian dan diskriminasi yang sangat mirip dengan tingkat
yang digunakan dalam pembelajaran asli.Jika seseorang mengajar pada tingkat awal untuk
pengetahuan tentang konvensi dalam penggunaan bahasa atau pengetahuan tentang
metodologi dalam sejarah, item tes pada materi tidak boleh meminta diskriminasi yang lebih
halus atau penggunaan yang lebih tepat daripada yang mungkin diperhitungkan oleh
pengajaran. Jika ya, beberapa perilaku di luar pengetahuan sedang diuji, siswa harus dalam
beberapa cara menggunakan prinsip, generalisasi, atau kriteria lain untuk merespons dengan
benar. Ini bukan untuk mengatakan bahwa pengujian semacam itu tidak berguna, ini hanya
menunjukkan bahwa itu tidak termasuk dalam kategori pengetahuan
Karakteristik kedua adalah bahwa item tidak boleh ditulis dalam istilah atau pengaturan
yang baru bagi siswa.Ini adalah kebalikan dari aturan untuk menguji aplikasi atau analisis
(lihat Bab 9). Jika seseorang telah mengajari seorang anak bahwa bahan-bahan yang jauh di
dalam bumi itu panas, maka ia tidak boleh menguji pengetahuan ini dengan suatu benda
menggunakan istilah seperti "interior" dan "peleburan beku" kecuali jika diketahui bahwa ini
familiar bagi anak tersebut. Jika istilah asing digunakan, maka guru menguji bukan untuk
pengetahuan yang diajarkan melainkan untuk kosakata asing.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, dua kelas utama item pengetahuan adalah
persediaan dan pilihan Mungkin bentuk paling sederhana dari jenis persediaan adalah item
penyelesaian.
1. Nama presiden ketiga Amerika Serikat adalah
2. Perang Krimea terjadi pada tahun-tahun
3. f 6 dikalikan 8 jawabannya
4. Dua segitiga kongruen jika memiliki dan masing-masing sama dengan yang lain

Jenis item penyelesaian yang terdiri dari satu hingga tiga kata yang jelas memberikan
beberapa kesulitan dengan penilaian. Item pilihan (lihat di bawah, biasanya lebih efisien
dalam jumlah informasi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan dalam waktu
penilaian. Namun, harus diakui bahwa pemeriksa tidak menuntut perilaku yang sama dalam
item persediaan yang diilustrasikan sebagai dalam penyelesaian atau jenis pilihan Orang yang
mengevaluasi pembelajaran siswa harus memutuskan perilaku seperti apa yang memenuhi
tujuan pengetahuan.
Ada satu jenis barang persediaan lain yang disebutkan. Ini adalah salah satu di mana
stimulus untuk mengingat adalah visual atau pendengaran
5. Untuk setiap gambar berikut, tuliskan nama di bawah gambar
6. Saya akan memainkan bagian dari masing-masing enam pilihan musik pada pemutar
rekaman. Di akhir setiap pilihan saya akan berhenti sementara Anda menulis nama
komposer di baris untuk pilihan itu.
7. Tuliskan definisi segitiga sebangun

Salah satu kesulitan utama dengan jenis item ini adalah bahwa keputusan untuk menilainya
mungkin sangat kompleks. Berapa banyak kata-kata yang berbeda dari jawaban untuk item 5
yang harus diterima sebagai memuaskan? Skor diferensial apa yang harus digunakan pada
tanggapan terhadap item 6 jika urutan langkah-langkahnya berbeda dari yang diinginkan?
Haruskah respon siswa dihitung.karena semua salah jika salah satu langkah tidak dijelaskan
secara memadai? Apakah sedikit kesalahan dalam jawaban siswa pada butir 7 berarti siswa
tersebut tidak mengetahui definisinya, atau hanya kemampuan siswa untuk mengungkapkan
gagasannya yang kurang baik? Mungkin ada jawaban untuk pertanyaan seperti itu, tetapi
proses menentukannya memakan waktu lama bagi peserta ujian dan guru. Ketika aturan
ditetapkan untuk penilaian, akan lebih baik untuk memeriksanya dengan orang lain di bidang
pelajaran. Penting juga bahwa setiap upaya dilakukan dalam arahan untuk menyampaikan
aturan dasar-batas jawaban yang tepat kepada siswa.
Jenis item penyelesaian yang terdiri dari satu hingga tiga kata yang jelas memberikan
beberapa kesulitan dengan penilaian. Item pilihan (lihat di bawah, biasanya lebih efisien
dalam jumlah informasi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan dalam waktu
penilaian. Namun, harus diakui bahwa pemeriksa tidak menuntut perilaku yang sama dalam
item persediaan yang diilustrasikan sebagai dalam penyelesaian atau jenis pilihan Orang yang
mengevaluasi pembelajaran siswa harus memutuskan perilaku seperti apa yang memenuhi
tujuan pengetahuan.
Ada satu jenis barang persediaan lain yang disebutkan. Ini adalah salah satu di mana
stimulus untuk mengingat adalah visual atau pendengaran
8. Untuk setiap gambar berikut, tuliskan nama di bawah gambar
9. Saya akan memainkan bagian dari masing-masing enam pilihan musik pada pemutar
rekaman. Di akhir setiap pilihan saya akan berhenti sementara Anda menulis nama
komposer di baris untuk pilihan itu.

Variasi yang jelas pada item ini akan menanyakan nama komposisi atau jenis pilihan
musik. Item 10 adalah contoh lain dari item suplai jenis ini.Seperti yang ditunjukkan kepada
Anda bagian-bagian tertentu dari peralatan laboratorium satu per satu, tuliskan nama
peralatan pada baris yang disediakan Orang bisa bertanya sebagai gantinya untuk fungsi
peralatan atau contoh penggunaan
Hal-hal seperti ini memunculkan jenis perilaku yang dihargai dalam berbagai jenis
pembelajaran Bentuknya sendiri dapat disesuaikan dengan banyak bidang studi yang berbeda,
tetapi mungkin paling cocok untuk digunakan di kelas seni rupa, laboratorium, dan toko.Perlu
dicatat bahwa pilihan jawaban tertulis sebagai lawan dari jawaban lisan tidak diperlukan oleh
maksud item. Tanggapan tertulis dan tempat yang ditentukan untuk tanggapan
memungkinkan penggunaan kelompok dan untuk standarisasi prosedur Seseorang harus
menyadari bahwa dalam butir ini, seperti pada rangkaian sebelumnya, penilaian memerlukan
keputusan tentang batas penerimaan tanggapan Misalnya, pada butir 8 harus satu) terima
untuk angka kedua "gram paralel" dan "segiempat"? Dalam item 9 haruskah seseorang
mengizinkan perkiraan ejaan phonic nama-asalkan dapat dikenali-atau menuntut sesuatu yang
lebih tepat?Tampaknya bagi kita bahwa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan semacam ini
bertumpu pada penentuan yang cermat dari perilaku dan makna isi dari tujuan pengetahuan.
E. Tujuan Pemahaman

Bagian sebelumnya tentang tujuan pengetahuan berurusan dengan perilaku yang bisa
(pendidik melarang!) belajar hafalan atau verbalisasi belaka.Pada tahun 1946, National
Society for the Study of Education menerbitkan buku tahunan yang ditujukan untuk
pengukuran pemahaman sebagai lawan dari memori hafalan dan verbalisasi.
(Henry, 1946).Ide dari publikasi ini adalah untuk menekankan bahwa pengetahuan saja tidak
cukup; penggunaan pengetahuan lebih penting. Penulis bab-bab tersebut memperlakukan
pemahaman secara operasional sebagai perilaku apa pun dari menyatakan proposisi dalam
kata-kata yang berbeda dari pernyataan asli melalui pemberian contoh rujukan dalam definisi
hingga menerapkan prinsip dalam situasi baru bagi pelajar. Sepuluh tahun setelah publikasi
itu, Taksonomi Tujuan Pendidikan, Buku Pegangan 1. Domain Kognitif (Bloom, 1956),
memperlakukan banyak operasi yang sama dan beberapa operasi tambahan, tetapi
mengklasifikasikannya ke dalam tingkat kognisi. Dalam skema yang disajikan dalam
Taksonomi, kategori yang disebut "pemahaman" adalah tingkat pertama di luar kategori
"pengetahuan".
Pemahaman dijelaskan dalam tiga operasi yang berbeda.Urutan terendah adalah
terjemahan, di mana konsep atau pesan yang diketahui dimasukkan ke dalam kata-kata yang
berbeda atau diubah dari satu jenis sistem simbolik ke sistem simbolik lainnya.Bukti
terjemahan hadir ketika seseorang memasukkan ke dalam kata-kata bagian grafik yang
menunjukkan tren dari waktu ke waktu dalam biaya hidup yaitu, mengungkapkan poin grafik
dalam kata-kata. Jelas, jika seseorang mengubah pernyataan dalam bahasa Prancis menjadi
padanannya dalam bahasa Inggris, ia terlibat dalam penerjemahan. Kemampuan
menerjemahkan seringkali sangat penting dalam tugas-tugas seperti menerapkan prinsip-
prinsip fisika pada masalah mekanis, menganalisis dokumen, atau membuat karya seni.
Tingkat pemahaman yang kedua adalah interpretasi.Bukti dari perilaku ini hadir
ketika siswa dapat melampaui pengenalan bagian-bagian yang terpisah dari sebuah
komunikasi-menerjemahkan grafik yang disebutkan dalam paragraf sebelumnya-dan melihat
keterkaitan di antara bagian-bagian tersebut.Mereka dapat menghubungkan berbagai bagian
grafik dengan kejadian nyata. Juga, mereka harus dapat membedakan esensi pesan dari
aspek-aspek yang tidak penting dari pesan, seperti warna grafik atau ukuran unit skala waktu,
Tingkat pemahaman ketiga adalah ex trapolation.Dalam kategori ini penerima
komunikasi diharapkan melampaui komunikasi literal itu sendiri dan membuat kesimpulan
tentang konsekuensi atau pengalaman nyata.cenderung dimensi waktu, sampel, atau topik.
Dalam contoh grafik yang menunjukkan tren biaya hidup, ekstrapolasi akan menuntut
perilaku seperti menyimpulkan apa yang mungkin ditunjukkan oleh unit waktu berikutnya-di
luar grafik, menyarankan kemungkinan arti grafik untuk berbagai jenis komoditas, atau
menyajikan pengaruh situasi yang digambarkan oleh pesan tersebut terhadap upah atau pajak.
Dalam pengertian ini ekstrapolasi sangat mirip dengan interpretasi, tetapi melebihi batas
literal pesan.
Meskipun sangat berguna untuk tujuan instruksional dan evaluatif bagi guru untuk
memperhatikan masing-masing dari tiga subkategori secara independen, mereka sangat saling
terkait.Dalam tugas dan perilaku tertentu, seseorang mungkin menarik garis terlalu halus
dengan mencoba mengatakan, "Ini adalah terjemahan dan bukan interpretasi" atau "Itu adalah
interpretasi tetapi bukan ekstrapolasi."Namun, ada kasus di mana perbedaannya jelas. Oleh
karena itu, dalam re-* utama bab ini kami akan menyajikan tujuan, item tes, dan diskusi item
di bawah judul yang lebih umum dari "pemahaman," meskipun subkategori ditunjukkan jika
sesuai.

F. Pernyataan Tujuan Pemahaman

Tujuan di bidang ini muncul dalam program studi dan dalam buku metode di berbagai
bidang subjek hampir sesering pernyataan tujuan pengetahuan. Beberapa pernyataan dengan
kata-kata yang agak khas adalah sebagai berikut:
1. "Kemampuan untuk menerjemahkan suatu abstraksi, seperti beberapa prinsip
umum, dengan memberikan ilustrasi atau contoh" (Bloom, 1956, hlm. 92).
2. Kemampuan membaca skor musik" (Bloom, 1956, hlm. 92).
3. “Kemampuan memahami nilai konotatif dalam kata-kata” dalam sebuah karya
sastra (Bloom, Hastings, & Madaus, 1971, hlm. 737)
4. "Berikan terjemahan literal lof a sentence from French into English] and a mean
ingful English equivalent" (Bloom et al., 1971, p.832)
5. "Aspek utama membaca dalam ilmu-ilmu sosial diarahkan pada interpretasi dari

Teknik Evaluasi untuk Aplikasi dan Analisis secara Objektif


1. Pengertian Evaluasi
Dalam setiap pendidikan, terutama lagi dalam proses pembelajaran, evaluasi menjadi
hal yang tidak bisa dipungkiri keberadaanya. Apalagi halini sangat terkait dengan
bagaimanameningkatkan kualitas dari pembelajaran itu sendiri yang kemudian akan bisa
menjadi barometer bagi kemajuan pendidikan.
Dalam pandangan N.E. Gronlund, evaluasi adalah sebuah proses yang sistematis
untuk menentukan sejauh mana tingkat pencapaian para siswa dalam kaitannya dengan
tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam edisi yang lain dari bukunya itu
(edisi 1990), Gronlund juga melengkapi pendefinisian terhadap evaluasi, dengan
menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menginterpretasikan informasi dalam rangka menentukan tingkat
penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran.

Evaluasi adalah prosedur yang digunakan untuk menentukan apakah subjek (siswa)
memenuhi kriteria yang telah dibentuk sebelumnya, seperti mengkualifikasi bagi
pembelajaran pendidikan khusus.Evaluasi ini membutuhkan penilaian untuk membuat
sebuah penentuan kualifikasi dalam kaitannya dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya.

2. Teknik Evaluasi untuk Aplikasi dan Analisis Objektif


Aplikasi adalah "penggunaan abstraksi dalam situasi tertentu dan konkret.Abstraksi
dapat berupa ide umum, aturan prosedur, atau metode umum.Abstraksi juga dapat berupa
prinsip teknis, dan teori yang harus diingat dan diterapkan.(Bloom, 1956, hlm. 205).
Kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip dan generalisasi untuk masalah dan
situasi baru adalah jenis tujuan pendidikan yang ditemukan di sebagian besar program
pengajaran dimulai dengan sekolah dasar dan semakin ditekankan di sekolah menengah,
perguruan tinggi, pascasarjana, dan profesional.tingkat sekolah.
Guru dan pembuat kurikulum telah lama menyadari bahwa siswa tidak benar-benar
"memahami" sebuah ide atau prinsip kecuali mereka dapat menggunakannya dalam situasi
masalah baru. Dengan demikian, penerapan sering dianggap sebagai indikasi bahwa suatu
mata pelajaran telah dikuasai secara memadai.Lebih umum, guru dan pembuat kurikulum
telah menekankan tujuan ini dalam dirinya sendiri.Mereka menganggap kemampuan untuk
menerapkan prinsip dan generalisasi pada masalah dan situasi baru sebagai salah satu
tujuan pendidikan yang lebih kompleks dan sulit. Mereka mungkin melihatnya sebagai
penting karena membuat pembelajaran terus-menerus berguna dalam pemecahan masalah,
memungkinkan siswa untuk memperoleh beberapa derajat kontrol atas berbagai aspek
lingkungan mereka dan masalah yang ditimbulkannya, atau itu merupakan salah satu hasil
belajar yang memungkinkan seorang siswa untuk mengatasi kondisi dan masalah dalam
masyarakat yang kompleks dan cepat berubah. Demikian pula, siswa yang telah
menunjukkan tingkat kemampuan yang tinggi dalam jenis tujuan ini telah memperoleh
kemandirian intelektual yang sebagian membebaskan mereka dari ketergantungan terus-
menerus pada pengajaran.
Tujuan aplikasi umumnya mencakup atau menyiratkan tiga frasa yang membutuhkan
penyempurnaan dan definisi lebih lanjut.Ini adalah "kemampuan untuk menerapkan",
"prinsip dan generalisasi", dan "masalah dan situasi baru". Namun kami akan melakukan
ini dalam urutan terbalik.
A. Masalah dan Situasi Baru
Masalah dan Situasi Baru ini dalam yang kami maksud dengan "masalah dan situasi
baru" adalah masalah dan situasi yang mungkin baru bagi siswa.Ini mirip dengan yang
termasuk dalam instruksi tetapi memiliki beberapa elemen kebaruan atau ketidaksamaan
bagi siswa Siswa tidak boleh memecahkan masalah dan situasi baru hanya dengan
mengingat solusi dari metode yang tepat untuk memecahkan masalah serupa di kelas.
Bukan masalah atau situasi baru jika persis seperti yang lain diselesaikan di kelas kecuali
bahwa jumlah atau simbol baru digunakan (seperti dalam matematika atau fisika) Bukan
masalah atau situasi baru jika sama dengan yang diselesaikan di kelas dengan hanya
beberapa nama baru atau sedikit perubahan lain yang mengubah bentuk aslinya.
Ini adalah masalah atau situasi baru jika siswa belum diberikan instruksi atau bantuan
pada masalah yang diberikan dan harus melakukan beberapa hal berikut dengan rumusan
masalahnya sebelum menyelesaikannya:
1. Pernyataan masalah harus diubah dalam beberapa cara sebelum dapat diserang
a. Siswa harus mencari melalui pernyataan untuk menemukan dengan tepat apa yang
diberikan dan apa yang dibutuhkan sebelum dapat diserang atau dipecahkan.
b. Siswa harus menyadari bahwa ada elemen asing atau tidak relevan dalam pernyataan
yang harus dia hapus atau abaikan
c. Siswa harus menyusun kembali masalah dengan meletakkan bagian-bagiannya dalam
urutan yang berbeda dari yang ditemukan dalam pernyataan.
d. Siswa mungkin harus menyatakan kembali atau mendefinisikan kembali masalah
sebelum menjadi jelas apa yang harus dia lakukan untuk menyelesaikannya.
2. Pernyataan masalah harus diletakkan dalam bentuk beberapa paradigma atau model
sebelum siswa dapat membawa prinsip-prinsip atau generalisasi yang dipelajari
sebelumnya untuk menanggungnya. Hal ini terutama berlaku untuk masalah
matematika dan sains di mana siswa sebelumnya telah diberikan jenis dan model
masalah dan beberapa latihan dalam menggunakannya.Mungkin lebih sulit untuk
menemukan bentuk dan struktur seperti itu dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
3. Pernyataan masalah mengharuskan siswa untuk mencari melalui ingatan untuk prinsip-
prinsip dan generalisasi yang relevan. Lebih jauh, itu adalah masalah baru jika siswa
harus menggunakan prinsip dan generalisasi yang agak berbeda dari cara dia
menggunakannya sebelumnya.
B. Prinsip dan Generalisasi
Prinsip-prinsip ini adalah pernyataan yang.ld di bawah berbagai kondisi. Mereka
menyajikan kesimpulan yang relatif tepat dari tubuh besar pengamatan dan
eksperimen.adalah deduksi dari kumpulan teori atau asumsi yang diterima.
"generalisasi" yang kami maksud adalah keadaan umum atau kesimpulan yang
merangkum informasi tubuh atau rincian lainnya dan yang diterapkan dalam situasi
baru. Contoh: ilustrasi meningkatkan kecemasan. rime terbesar di antara individu-
individu yang terasing dari masyarakat.
Generalisasi berlaku di bawah kondisi terbatas.dan masalah khusus yang
diajukannya kepada siswa adalah untuk mengenali tentatifnya, keadaan khusus di mana
ia mungkin berlaku, dan nilainya dalam menyusun fenomena baru dengan cepat. Satu
harapan bahwa siswa akan dapat memahami dasar untuk generalisasi, fenomena yang
mendasari di tempat kerja, dan kebenaran terbatas yang diringkas generalisasi.
C. Kemampuan untuk Menerapkan
Kemampuan untuk menerapkan” mengandung arti bahwa dengan pelatihan, praktik,
dan bantuan lain yang tepat, siswa menjadi mampu menerapkan prinsip dan
generalisasi pada masalah dan situasi baru. Artinya, mereka dapat menggunakan prinsip
dan generalisasi secara tepat dalam memecahkan masalah yang baru.Implikasinya
adalah pada adanya suatu kemampuan yang digeneralisasikan dari pengalaman belajar
siswa 3 sedemikian rupa sehingga ketika dihadapkan pada masalah dan situasi baru,
mereka dapat memanfaatkan kemampuan untuk menerapkan prinsip dan generalisasi.
Dari segi perilaku siswa, kemampuan menerapkan meliputi beberapa hal berikut:
(A) Siswa dapat menentukan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai atau relevan
dalam menghadapi situasi masalah baru, (B) Siswa dapat menyatakan kembali suatu
masalah untuk menentukan prinsip atau generalisasi mana yang diperlukan untuk
penyelesaiannya, (C) Siswa dapat menentukan batas-batas di mana prinsip atau
generalisasi tertentu itu benar atau relevan, (D) Siswa dapat mengenali pengecualian
untuk generalisasi tertentu dan alasannya, (E) Siswa dapat menjelaskan fenomena baru
dalam bentuk prinsip atau generalisasi yang diketahui (F) Siswa dapat memprediksi apa
yang akan terjadi dalam situasi baru dengan menggunakan prinsip atau generalisasi
yang tepat, (G) Siswa dapat menentukan atau membenarkan tindakan atau keputusan
tertentu dalam situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang tepat ,
(H) Siswa dapat menyatakan alasan yang dia gunakan untuk mendukung penggunaan
satu atau lebih prinsip atau generalisasi dalam situasi masalah tertentu.
Perilaku-perilaku ini akan dibahas di bagian berikutnya saat kami mencoba untuk
mendefinisikannya lebih lanjut dan mengilustrasikan teknik pengujian yang sesuai
untuk mereka.
3. Pengujian untuk Aplikasi
Dimungkinkan untuk menentukan persyaratan atau aturan untuk membuat item tes
untuk penerapan prinsip dan generalisasi dari analisis sebelumnya dari tiga fase
"kemampuan untuk menerapkan", "prinsip dan generalisasi", dan "masalah dan situasi
baru". Beberapa persyaratannya adalah sebagai berikut:
a. Situasi masalah harus baru, tidak biasa, atau dalam beberapa hal berbeda dari itu
digunakan dalam instruksi. Kesulitan dari masalahnya akan ditentukan sebagian oleh
betapa berbedanya dengan masalah encoun terlampir dalam instruksi.
b. Masalah harus dapat dipecahkan sebagian dengan menggunakan prinsip atau
generalisasi yang sesuai.
c. Satu atau lebih dari perilaku yang tercantum di atas. di bawah subbagian "Kemampuan
untuk Terapkan" harus diambil sampelnya dengan tes.
Prinsip penjelasan [A-E]
A. Gaya sama dengan massa kali percepatan.
B. Gesekan ada antara dua benda yang bersentuhan dengan satu sama lain.
C. Kekekalan momentum.
D. Konservasi energi.
E. Tak satu pun dari hal tersebut di atas.
4. Bentuk Tes Objektif
Pada dasarnya, tes objektif adalah tes yang mempunyai ukuran tes yang terukur,
terstruktur, dan mampu menghindarkan adanya subjektivitas dari evaluator pada saat
penilaian.Pada tes ini, item tesnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah
tersedia, sehingga anak didik menampilkan keseragaman data baik yang menjawab
benar maupun yang menjawab salah.Keseragamaan data inilah yang memungkinkan
adanya keseragaman analisis sehingga subjektivitas evaluator menjadi rendah, sebab
unsur subjektifnya sulit berpengaruh dalam menentukan skor jawaban.

Tes objektif juga dikenal sebagai tes dikotomi (dichotomously scored item), karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif
karena penilaiannya objektif. Siapa pun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya
akan sama, karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut
peserta tes untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang
telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna. Karena itulah tes objektif sangat cocok untuk menilai
kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat,
mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip.

Dengan demikian, dari pemahaman di atas, kelebihan dari tes objektif ini adalah
sebagai berikut:

a. Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan.


b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci
jawaban, bahkan dapat menggunakan alat-alat kemajuan teknologi seperti mesin
scanner dan komputer.
c. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
d. Dalam pemeriksaan maupun penskoran, tidak ada unsur subjektif yang
memengaruhi, baik dari segi guru atau evaluator maupun murid atau peserta tes.
Sedangkan kelemahan yang bisa terjadi pada tes objektif ini adalah sebagai berikut:

a. Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes esai, karena butir soal atau
item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan yang lain.
b. Butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali saja,
dan sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti sintesis atau
kreativitas berpikir.
c. Banyak kesempatan bagi siswa untuk berspekulasi dalam menjawab soal.
d. Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan tes lebih terbuka dan mudah.

A. Jenis Melengkapi Kalimat (Completion Test)


Tes melengkapi ini merupakan salah satu bentuk free response item yang mana
butir-butir soalnya berupa satu kalimat dengan bagian-bagian tertentu yang dianggap
penting dikosongkan. Kepada peserta tes diminta untuk mengisi bagian-bagian yang
ditiadakan tersebut.

Contohnya adalah:
 Fungsi utama pernapasan adalah untuk........ dan........
 Bapak proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia adalah......... dan...............
Petunjuk dalam membuat tes jenis melengkapi kalimat ini adalah sebagai berikut:

(a) Hindari pernyataan yang tidak jelas.


(b) Jangan menghilangkan kata kunci terlalu banyak.
(c) Hilangkan kata-kata yang mengandung arti penting dan tidak boleh yang tidak
penting yang dihilangkan.
(d) Hindari munculnya indikator jawaban yang dapat dibaca dari pernyataan yang ada
dalam teks soal.
(e) Usahakan jawaban isiannya cukup terdiri atas satu kata atau satu kalimat pendek.
(f) Jangan membuang kata terdepan dari suatu kalimat, karena bisa sukar dipahami.
(g) Besar kolom yang dikosongkan untuk diisi sebaiknya sama besar.
(h) Untuk mempermudah pemberian skor, hendaknya disediakan kolom jawaban dan
diletakkan di sebelah kanan setiap butir soal.
(i) Sediakan kunci tentang semua kemungkinan jawaban yang dapat dipandang benar.
(j) Meski dalam satu kalimat terdapat lebih dari satu isian, hendaknya pemberian
skornya dihitung berdasarkan jumlah isiannya.

Dengan petunjuk tersebut diharapkan bahwa soal yang disusun bisa memberikan
informasi yang jelas kepada peserta tes, dan peserta juga bisa menjawabnya dengan
ringkas dan baik.

B. Jenis Jawaban Singkat (Short Answer)


Jenis jawaban singkat ini merupakan salah satu bentuk free response item yang butir-
butir soalnya memungkinkan peserta tes memberikan jawaban yang singkat dan padat.
Dalam merumuskan item soal untuk jawaban singkat ini, ada beberapa petunjuk yang
bisa diperhatikan, yaitu:
a. Gunakan kalimat tanya, dan bukan dengan kalimat berita.
b. Pertanyaan sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul
dapat disampaikan sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan satu kata.
c. Apabila lembar jawab ingin dijadikan satu dengan lembar soal, sebaiknya
disediakan kolom jawaban yang terpisah dengan soalnya.
d. Hindari penggunaan kalimat yang sama persis dalam buku teks.
e. Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga hanya ada satu kemungkinan jawaban
yang benar.

Bentuk tes seperti ini digunakan untuk mengukur tingkat hafalan atau memori
peserta tes, sehingga peserta tes dituntut untuk memberikan jawaban yang tepat dan
singkat dalam setiap item pertanyaan. Biasanya tes ini diperuntukkan untuk melihat
perkembangan kemampuan anak didik di bidang matematika; penguasaan kosakata
bahasa asing; tentang nama kota, tokoh, tempat tertentu dalam sejarah; dan
semacamnya.

C. Jenis Benar-Salah (B-S)


Bentuk tes benar-salah adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta tes diminta untuk menentukan pilihannya
mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataanpernyataan dengan cara seperti yang
diminta dalam petunjuk pengerjaan soal. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah
untuk mengukur kemampuan peserta tes dalam membedakan antara fakta dengan
pendapat.Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan
hendaknya homogen dari segi isi.Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Jika akan digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi, bentuk
soal ini juga untuk mengukur kemampuan menghubungkan antara dua hal yang
homogen. Dalam penyusunan soal bentuk benar-salah tidak hanya menggunakan kalimat
pertanyaan atau pernyataan tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.

Contoh:
 (B – S) Suharto adalah salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia
 (B – S) PPKI singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Kelebihan dari bentuk tes seperti ini adalah sebagai berikut: (1) Dapat mengukur
berbagai jenjang kemampuan kognitif. (2) Dapat mencakup lingkup materi yang luas. (3)
Dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif. Sedangkan kelemahannya adalah
sebagai berikut: (1) probabilitas menebak dengan benar adalah besar, yaitu 50%, karena
pilihan jawabannya hanya dua, yaitu benar atau salah, ya atau tidak. (2) bentuk soal ini
tidak dapat digunakan untuk menanyakan sesuatu konsep secara utuh karena peserta tes
hanya dituntut menjawab benar dan salah atau ya dan tidak. (3) apabila jumlah butir
soalnya sedikit, indeks daya pembeda butir soal cenderung rendah. (4) apabila ragu atau
kurang memahami pernyataan soal, peserta tes cenderung memilih jawaban benar.
Kesulitan dalam menyusun tes ini sering kali adalah bagaimana menyusun statemen
yang baik, yaitu pernyataan yang benar, namun tampak seolah-olah salah, atau
pernyataan yang salah yang tampak seolah-olah benar.

Dalam menulis soal tes bentuk B-S ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Hindari penggunaan kata “terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar,
dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta tes dalam
menjawab.
Contoh:
(B– S) Unsur terpenting dari organisasi negara adalah rakyat

Dari contoh di atas, kata terpenting ini membuat kerancuan, yakni terpenting buat
siapa?Apakah dapat terwujud suatu negara apabila ada rakyat, namun salah satu
unsur lain, misalnya wilayah atau pemerintah yagn berdaulat tidak ada?Oleh karena
itu, rumusan butir soal tersebut dapat diperbaiki.

Contoh:
(B – S) Salah satu unsur negara adalah rakyat
2. Hindari pernyataan negatif

Contoh:
(B– S) Danau Toba bukan di Provinsi Sumatra Barat  kurang tepat. Sebaiknya
adalah:
(B – S) Danau Toba terletak di Provinsi Sumatra Barat  soal yang lebih baik.

3. Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda.


4. Jumlah rumusan butir soal yang jawabannya benar dan salah hendaknya seimbang.
5. Panjang rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatif sama.
6. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah secara random tidak sistematis
mengikuti pola tertentu. Misalnya: B B S S B S B S, dan seterusnya. Susunan yang
berpola sistematis ini akan memberi petunjuk kepada peserta tes untuk menjawab
dengan benar.
7. Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks. Pengambilan ini akan
mendorong siswa menghafal daripada memahami dan menguasai konsep.
Adapun cara mengolah skor tipe Benar-Salah ini adalah dengan cara dua macam,
yaitu: sistem denda dan sistem tanpa denda. Sistem denda rumusnya adalah:

Di mana:
Sk = Skor yang diperoleh peserta tes
(B = Jumlah jawaban benar
S = Jumlah jawaban salah

Sedangkan sistem tanpa denda rumusnya adalah sebagai berikut:

Dari rumus ini, yang dihitung adalah jumlah jawaban benar saja, sehingga jawaban yang
salah tidak memengaruhi skor akhir.

D. Jenis Menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan adalah bentuk khusus dari tes pilihan jamak.Bentuk ini
terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom berisi statemen yang satu menempati
posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban, kemudian peserta tes diminta untuk
menjodohkan kesesuaian antar dua statemen tersebut.Karena itulah, soal tes seperti ini
masih dikelompokkan ke dalam pilihan ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda
adalah pada pilihan ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta tes tinggal
memilih salah satu option yang dianggap paling tepat. Sedangkan dalam menjodohkan
terdapat kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua
kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri adalah kumpulan soalnya, sedangkan kolom
sebelah kanan adalah kumpulan jawabannya.Sedangkan jumlah pilihan dibuat lebih
banyak dari kumpulan pertanyaannya sehingga bisa mengurangi adanya tebak-tebakan
jawaban.Dengan demikian, tugas dari peserta tes adalah mencari dan menjodohkan atau
mencocokkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan-
pertanyaan.

Contoh soal
Jodohkanlah pernyataan pada bagian A dengan jawaban yang tepat pada bagian B.
Isikan jawaban pada titik yang sudah tersedia.
Bagian A Bagian B
1. Ibukota provinsi Sumatera Selatan ........ a. Bali
2. Provinsi gunung Agung berada ........ b. Sumatra
Utara
3. Tempat lahir presiden pertama........ c. Palembang
Indonesia
4. Provinsi penghasil timah di Indonesia ........
d. Bangka
Belitung
5. Nama Provinsi tempat danau Toba ........ a. Blitar
b. Sumatra Barat
Pada dasarnya tes ini digunakan untuk mengukur informasi tentang fakta,
pengertian, hubungan dan pengertian simbol tertentu.Penyusunan tes ini pun relatif
mudah, dan faktor terkaan peserta tes ini dapat diperkecil.

Kelebihan dari bentuk tes ini adalah sebagai berikut:

1. Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan istilah,
definisi, peristiwa atau penanggalan.
2. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang berhubungan
langsung ataupun tidak langsung.
3. Mudah dalam penyusunan sehingga guru dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat
menyusun sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan
tertentu.
4. Dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang diuji.
5. Mudah dalam pemberian skor dan tanpa dipengaruhi subjektivitas evaluator.

Sedangkan menurut Zainal Arifin, kelebihan dari tipe menjodohkan ini adalah
sebagai berikut:

1. Relatif mudah disusun.


2. Penskorannya mudah, objektif, dan cepat.
3. Dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemuan, sebab dan akibatnya, istilah
dan definisinya, dan
4. Materi tes cukup luas.

Sedangkan kelemahan dari jenis tes bentuk menjodohkan ini adalah sebagai berikut:

1. Cenderung mengukur kemampuan mengingat sehingga kurang tepat digunakan untuk


mengukur kognitif yang lebih tinggi.
2. Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi, karena jumlah pernyataan soal
(pada lajur kiri) dengan pernyataan jawaban (pada lajur kanan) lebih banyak berbeda.

Untuk lebih memaksimalkan kelebihan dan meminimalisasikan kekurangan, soal tes


harus disusun sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan evaluasi yang valid dan
proporsional.Karena itulah, berikut ini adalah kaidah dalam penulisan soal tes
menjodohkan.
1. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.
2. Seuaikan dengan kmpetensi dasar dan indikator.
3. Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, sedangkan jawabannya di sebelah kanan.
4. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak dariapda jumlah soal.
5. Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu.
6. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
7. Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.

E. Jenis Pilihan Ganda (Multiple Choice)


Jenis pilihan ganda merupakan salah satu jenis tes objektif yang mana setiap butir
soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya, jumlah
alternatif jawaban berkisar antara dua atau lima jawaban. Tentu saja jumlah alternatif
tersebut tidak boleh terlalu banyak. Apabila alternatif lebih dari lima, maka akan sangat
membingungkan peserta tes, dan juga akan sangat menyulitkan penyusunan butir soal.

Dengan demikian, bentuk soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang
jawabannya harus memilih beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan dalam
soal.Umumnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas pertanyaan soal atau yang menjadi
inti soal dan juga pilihan-pilihan jawaban.Pilihan jawaban sendiri terdiri dari kunci
jawaban dan jawaban pengecoh. Kunci jawaban adalah jawaban yang benar atau yang
paling benar, sedangkan jawaban pengecoh atau distraktor adalah jawaban yang tidak
benar, namun memungkinkan anak didik memilihnya apabila anak didik belum menguasai
bahan, tidak teliti, salah analisis, atau kurang memerhatikan soalnya.

Jadi, setiap tes pilihan ganda itu terdiri atas dua bagian, yaitu: (1) pernyataan atau
disebut juga stem, dan (2) alternatif pilihan jawaban atau disebut juga option. Stem
mungkin dalam bentuk pernyataan atau dapat juga dalam bentuk pertanyaan.

Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan ganda, yaitu:

1. Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan


jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas peserta
tes adalah memilih jawaban yang benar tersebut.
2. Analisis hubungan antar hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk melihat
kemampuan peserta tes dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan
(bentuk sebab akibat).
3. Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan yang mempunyai beberapa
pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah.
Tugas peserta tes adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
4. Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya
benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta tes adalah memilih
jawaban yang paling benar tersebut.
5. Variasi yang tidak lengkap, yaitu pernyataan atau pertanyaan yang memiliki beberapa
kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta tes adalah mencari satu
kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya.

Evaluation Techniques For Synthesis And Evaluation Objective


(Teknik Evaluasi Sintesisis Dan Evaluasi Objektif)
A. Sintesis (Perpaduan)
Sintesis adalah "penyusunan unsur-unsur dan bagian-bagian sehingga membentuk
keseluruhan. Ini melibatkan proses bekerja dengan potongan-potongan, bagian-bagian,
elemen, dll, dan mengatur dan menggabungkan semua sedemikian rupa untuk membentuk
pola atau struktur tidak jelas seperti sebelumnya" (Bloom, 1956, hlm. 206).
Ada banyak diskusi dan penelitian tentang kreativitas selama beberapa dekade
terakhir (lihat ringkasan di Taylor & Barron, 1963). Kreativitas telah dianggap sebagai salah
satu jenis hasil pendidikan yang lebih penting, terutama bagi mereka yang berbakat secara
akademis. Ini juga dipandang sebagai semacam ekspresi diri di mana seorang siswa didorong
dan dibantu untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda, dengan cap keunikan dan
individualitas pribadi. Banyak penekanan pada kreativitas tidak diragukan lagi datang sebagai
reaksi terhadap mode pengajaran otoriter dan program pendidikan yang sangat terstruktur. Ini
juga merupakan reaksi terhadap jenis pembelajaran hafalan yang relatif ekstrim yang sering
ditekankan dalam program pengajaran atau pendidikan semacam itu.
Sintesis, bagaimanapun, tampaknya menjadi jenis pemikiran divergen di mana tidak
mungkin bahwa solusi yang tepat untuk suatu masalah dapat ditetapkan sebelumnya. Dalam
sintesis, setiap siswa dapat memberikan respons unik terhadap pertanyaan atau masalah yang
diajukan, dan merupakan tugas guru atau evaluator untuk menentukan manfaat respons dalam
hal proses yang ditunjukkan, kualitas produk, atau kualitas. bukti dan argumen yang
mendukung karya sintetik.
Sintesis juga dapat dianggap penting secara pendidikan karena kebanggaan
kepenulisan, rasa kreativitas, dan rasa komunikasi dan relevansi yang menyertai penciptaan
sesuatu yang unik terutama ketika siswa merasa bahwa mereka telah melakukan pekerjaan
yang memadai dengan materi dan ide atas perintah mereka.
B. Pengujian Untuk Sintesis
Beberapa persyaratan untuk mengembangkan masalah dan tes sintesis dapat
diringkas secara singkat:
1. Masalah, tugas, atau situasi yang melibatkan sintesis harus baru atau dalam beberapa
cara berbeda dari yang digunakan dalam instruksi. Siswa dapat mengatur tugas atau
masalah untuk dirinya sendiri, atau setidaknya mungkin memiliki kebebasan yang cukup
besar dalam mendefinisikannya kembali.
2. Siswa dapat menyerang masalah dengan berbagai referensi atau bahan lain yang tersedia
karena ini diperlukan. Dengan demikian, masalah sintesis dapat berupa negara ujian
buku terbuka, di mana siswa dapat menggunakan catatan, referensi, perpustakaan, dan
sumber daya lain yang sesuai.
3. Jenis produk yang dikembangkan dapat berupa salah satu jenis yang terdaftar di bawah
kategori umum Sintesis atau lainnya yang sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu yang
sedang dievaluasi.
4. Kecukupan produk akhir dapat dinilai dari pengaruhnya terhadap pembaca, pengamat,
atau penonton; kecukupan yang dengannya ia telah menyelesaikan tugas; atau bukti
tentang kecukupan proses yang dikembangkan.
Soal Tes untuk Sintesis A: Produksi Komunikasi Unik
Dalam jenis sintesis yang diklasifikasikan sebagai Produksi komunikasi yang unik,
siswa berusaha menyampaikan ide, perasaan, atau pengalaman kepada orang lain. Dalam
melakukan ini siswa harus memikirkan efek yang ingin dicapai, sifat khalayak yang akan
dipengaruhi atau dipengaruhi, media atau bentuk tertentu yang akan digunakan (tertulis atau
lisan, melukis, dinyatakan dalam simbol-simbol ilmiah, dan sebagainya). , dan gagasan,
perasaan, atau pengalaman yang akan dikomunikasikan.

Sesi Sakit (3 jam)


1. Petunjuk: Di banyak kampus, target favorit kritik mahasiswa adalah surat kabar
universitas. Di Harvard atau Chicago, misalnya, tuduhan kadang-kadang berupa mode
bahwa Crimson atau Maroon tidak adil atau tidak akurat, terlalu radikal atau terlalu
konservatif, bahwa staf terbatas pada sebuah klik, bahwa gayanya buruk dan artikelnya
membosankan, terlalu banyak atau terlalu sedikit ruang yang diberikan untuk olahraga
atau musik atau kelompok politisi kampus ini atau itu, dan seterusnya. Terhadap keluhan
seperti itu, editor surat kabar perguruan tinggi sering mengatakan bahwa kritik
mahasiswa hanyalah keluhan yang tidak konstruktif dan bahwa mahasiswa tidak tahu apa
yang mereka inginkan dari makalah mereka.
Dalam persiapan untuk esai berikut, siswa diberikan serangkaian artikel singkat
yang berhubungan dengan berbagai aspek subjek. Di sini siswa diberikan spesifikasi
yang relatif rinci untuk makalah, dengan beberapa saran kriteria yang akan digunakan
dalam menilainya. Perhatikan pada butir 7 ketentuan tentang objektivitas dan upaya
mendorong siswa untuk menggunakan keleluasaan yang luas dalam mengemukakan
pendapat.
2. Makalah tersebut dapat berupa argumen yang mendukung beberapa bentuk kepemilikan
yang Anda sukai, atau serangan terhadap beberapa bentuk yang Anda lawan, atau
keduanya. Namun harus memperhatikan ketentuan berikut [1-7 di bawah]:
1) Ini harus mencakup diskusi tentang dasar moral dan efek sosial dari jenis
kepemilikan yang Anda sukai atau ingin Anda serang. Misalnya, hak tertinggi apa
yang dimiliki seseorang untuk mengklaim sesuatu sebagai miliknya? Apa yang harus
dia lakukan dengan apa yang dia miliki? Bagaimana seharusnya hak-hak tersebut
dicapai, atau dilindungi, atau dibatasi? Apa yang akan menjadi efek pada masyarakat
dari kebijakan yang Anda diskusikan?
2) Itu harus berhubungan dengan tesis Anda, argumen pro dan kontra ... bagian-bagian
yang dibagikan sebelum ujian yang relevan dengan posisi Anda. Itu tidak boleh
hanya melaporkan apa yang dikatakan bagian-bagian ini dalam urutan di mana
mereka dicetak. Dalam rangka mengembangkan posisi Anda sendiri, Anda harus
menggunakan argumen-argumen yang mendukungnya dan menyangkal argumen-
argumen yang menentangnya.
3) Ini harus menunjukkan beberapa penerapan posisi teoretis Anda pada satu atau lebih
contoh hak milik yang diambil dari pengalaman, pengamatan, atau bacaan Anda
sendiri. Contoh-contoh berikut mungkin menyarankan kemungkinan: kepemilikan
pribadi dalam keluarga, atau di asrama; rumah kontrakan, rumah milik, dan koperasi;
sekolah negeri dan swasta; toko mandiri, rantai, dan koperasi; menjadikan toko buku
universitas sebagai koperasi; kepemilikan utilitas dan transportasi kota; nasionalisasi
bank, tambang batu bara, rel kereta api, dan komunikasi; pembangunan nasional
seperti TVA; hak modal, manajemen, tenaga kerja, dan konsumen dalam
mengendalikan perusahaan besar, dll.
4) Dalam bentuk, makalah harus berupa argumen. Itu tidak boleh sekadar pernyataan
pendapat Anda yang didukung oleh deskripsi praktik yang Anda sukai. Itu harus
memberikan alasan untuk posisi yang Anda sukai dan menentang posisi yang Anda
lawan. Alasan harus logis, tetapi saya tidak perlu membuat referensi eksplisit ke
bentuk logis.
5) Argumen harus jelas, menarik, dan dapat diterima oleh audiens yang diiklankan.
Dalam paragraf pendahuluan, terpisah dari sisa makalah, jelaskan secara singkat ciri-
ciri audiens Anda yang ingin Anda ingat saat menulis makalah Anda.
6) Makalah harus diatur secara efektif dan ditulis dengan baik. Itu tidak boleh mengikuti
poin-poin yang diberikan di atas sebagai garis besar tulisan. Namun, itu tidak boleh
mengabaikan. Siswa diharapkan untuk menangani tugas tersebut.
7) Sifat pendapat yang diungkapkan dalam makalah ini tidak akan berpengaruh pada
nilai, dan tidak akan pernah terungkap. Makalah hanya akan dibaca oleh anggota staf
English 3, dan hanya setelah nama penulis dihapus.
Dalam persiapan untuk masalah IPS berikut, siswa diberikan beberapa bacaan yang
relevan dengan masalah tersebut. "Komentar" dimaksudkan untuk membantu mereka
memulai serta menyatakan masalahnya.
Esai (Waktu yang disarankan: 2-2/2 jam)
5. Petunjuk: Menggunakan kertas berukuran 14 inci kali 20 inci, rencanakan komposisi
yang akan dirender dalam cat air, tempera, atau kombinasi dari beberapa media lain.
Pilih salah satu judul berikut untuk komposisi Anda:
a. sebuah. "Perenang Laut"
b."Metamorfosis"
c. "Membangun situs"
Tulis nama judul yang telah Anda pilih di sudut kanan atas komposisi Anda. Karya Anda
akan dinilai untuk:
a. penciptaan suasana hati
b. kualitas dan orisinalitas komposisi
c. penanganan media yang ekspresif.
6. Petunjuk: Seniman sering menyusun ulang elemen dari cara mereka muncul di alam agar
sesuai dengan tujuan karya seni tertentu yang mereka hasilkan. Foto pemandangan di
depan Anda sama seperti yang terlihat di alam. Tugas Anda adalah menata ulang lanskap
sehingga komposisi membentuk pola konsentris. (Sedang: pensil di atas kertas; waktu:
satu jam.)
7. Petunjuk: Buatlah lukisan tempera dari satu sosok. Lukisan itu untuk memiliki suasana
hati atau perasaan turbulensi. Perasaan itu harus dihasilkan dari sikap sosok itu. dari
penggunaan warna, tekstur, garis, dan bentuk, dan dari komposisi lukisan. (Satu jam.)
Soal Uji untuk Sintesis B: Produksi Rencana atau Rangkaian Operasi yang Diusulkan
Dalam jenis sintesis ini, siswa harus mengembangkan rencana atau mengusulkan
beberapa prosedur untuk menangani tugas atau masalah. Rencana atau rangkaian operasi
yang diusulkan harus, menurut pandangan siswa, memenuhi persyaratan tugas, menyediakan
spesifikasi atau data untuk diperhitungkan, dan memenuhi standar dan kriteria yang diterima
secara umum di bidang subjek. Penting untuk diingat bahwa siswa tidak benar-benar
melaksanakan rencana, tetapi hanya membuat rencana atau mengusulkan operasi yang
diperlukan.
Dalam tiga ilustrasi berikutnya, siswa tidak diharuskan untuk membuat sintesisnya
sendiri—hanya untuk menilai detail tertentu dari serangkaian operasi yang diusulkan. Nilai
dari formulir tes ini adalah dapat mengambil sampel berbagai detail dalam waktu singkat.
Namun, ini akan menjadi ilustrasi sintesis yang lebih jelas jika siswa diminta untuk
mengajukan hipotesis dan menyatakan bagaimana dia akan mengujinya.
Soal Uji Sintesis C: Derivasi Himpunan Hubungan Abstrak
Siswa harus menghasilkan satu set hipotesis atau penjelasan untuk menjelaskan
fenomena yang diberikan; membuat skema klasifikasi, model explanatory, skema konseptual,
atau teori untuk menjelaskan berbagai fenomena, data, dan pengamatan; atau untuk
menentukan pernyataan-pernyataan logis dan hipotesis-hipotesis yang dapat dideduksi dari
suatu teori, himpunan proposisi, atau himpunan hubungan abstrak. Karya siswa harus
memenuhi persyaratan fenomena dan kemungkinan logis di sini dalam hubungan antara
fenomena atau proposisi.
C. Evaluasi
evaluasi diartikan sebagai pengambilan keputusan tentang nilai, untuk beberapa
tujuan, kemudahan, karya, solusi, metode, bahan, c. Ini melibatkan penggunaan kriteria serta
indikator untuk menilai sejauh mana artikular itu akurat, efektif, ekonomis, atau memuaskan.
Penilaiannya mungkin kuantitatif atau kualitatif, dan kriterianya bisa ditentukan oleh siswa
atau yang diberikan kepadanya" loom, 1956, hlm. 185).
Penilaian seperti "baik-buruk", "suka-suka", dan "diinginkan-tidak diinginkan" terus
dilakukan oleh kita semua. Kami memiliki kesulitan menahan diri dari membuat penilaian
apa pun yang datang dalam pandangan kami, apakah itu orang, benda, ide, atau tuaasi.
Banyak dari penilaian ini adalah ekspresi rasa, keinginan, konvensi, atau
kebiasaan-"Saya suka," "Saya tidak suka itu," "Saya selalu suka jenis musiknya," dan
seterusnya. Sementara penekanan selera dan perasaan pribadi seperti itu penting dan penting
bagi orang yang membuatnya, itu bukan ilustrasi dari jenis penilaian yang ditemukan dalam
tujuan pendidikan. ide-ide yang terutama ditentukan oleh ste dan kebiasaan relatif sederhana;
mereka benar-benar diperiksa; mereka pribadi; dan mereka jarang didasarkan pada kriteria
dan standar yang dapat dibuat eksplisit.
Sebaliknya, jenis evaluasi yang ditemukan dalam tujuan pendidikan tampak bagi
kita sebagai salah satu perilaku kognitif yang paling kompleks. 1 Taksonomi Tujuan
Pendidikan 3loom, 1956), Evaluasi ditempatkan sebagai kategori tujuan pertama. Tersirat
dalam rendam evaluasi dalam do iain kognitif ini adalah asumsi bahwa tujuan dalam kategori
ini memerlukan beberapa kompetensi di semua kategori sebelumnya-Pengetahuan,
Pemahaman, Aplikasi, Analisis, dan Sintesis. Evaluasi, bagaimanapun, melampaui ini bahwa
siswa mungkin diminta untuk mengambil penilaian tentang sesuatu yang dia sekarang,
menganalisis, mensintesis, dan sebagainya, Berdasarkan kriteria yang dapat dibuat eksplisit.
Tujuan pendidikan yang melibatkan evaluasi, sebagaimana didefinisikan dalam
Taksonomi, ditemukan terutama di sekolah menengah dan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Jenis hakim informasi. al, ment cenderung begitu kompleks sehingga guru dan
pembuat kurikulum memasukkannya relatif terlambat dalam proses pendidikan. Mungkin
sangat sulit untuk diajarkan karena memerlukan penangguhan sementara penilaian cepat
seseorang tentang sesuatu (misalnya, sebuah karya seni atau kebijakan sosial) sementara
seseorang secara sistematis menilainya melalui kriteria yang eksplisit dan relatif kompleks.
Terlepas dari kerumitannya, evaluasi tampaknya menjadi salah satu kategori tujuan
pendidikan yang paling penting dalam masyarakat kita. • Warga negara dalam demokrasi
semakin terpanggil untuk berpartisipasi dalam membuat evaluasi kebijakan sosial, keputusan
politik, dan tindakan pemerintah. Masalah polusi, perang dan perdamaian, dan kondisi
perkotaan begitu kompleks sehingga warga negara harus diberi informasi yang cukup untuk
dapat berpartisipasi secara bermakna dalam penilaian dan evaluasi keputusan dan tindakan
masa lalu maupun masa depan. Mengingat semakin kompleks dan sulitnya masalah yang
diajukan dalam masyarakat modern, tampak jelas bahwa evaluasi seperti yang telah
didefinisikan di sini paling relevan untuk pendidikan warga negara di seluruh dunia.
Demikian pula sifat musik, seni, sastra, dan bahkan disiplin ilmu substantif dan
ilmu-ilmu sosial semakin menekankan pada evaluasi. Perubahan yang cepat dalam seni,
pendekatan baru terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu sosial, dan komunikasi yang cepat
tentang perkembangan ini mengharuskan seseorang untuk dapat menunda penilaian tentang
yang baru sambil membuat analisis dan evaluasi yang tepat. Menolak yang baru dan berbeda
karena baru dan berbeda berarti menolak kesempatan untuk berpartisipasi dalam dunia
modern. Di sisi lain, menerima yang baru dan berbeda karena itu adalah tren dan mode saat
ini juga tidak adaptif. Dengan demikian, kami mengungkapkan pandangan bahwa
pengembangan perilaku evaluatif yang memadai terutama diperlukan untuk kesejahteraan
seseorang dalam masyarakat yang berubah dengan cepat di mana pilihan, keputusan, dan
konsekuensi baru selalu ada. Partisipasi yang efektif dalam masyarakat yang berubah dengan
cepat secara terus menerus membutuhkan perilaku evaluatif yang sangat tinggi.
Dalam Gambar 10-4 dan 10-5 kami mencantumkan tujuan yang dapat
diklasifikasikan di bawah kategori evaluasi taksonomi umum. Kami kembali membedakan di
antara tujuan-tujuan ini menurut subkategori evaluasi Taksonomi Tujuan Pendidikan (Bloom,
1956).

Pada Gambar 10-4 terdapat beberapa tujuan evaluasi yang menekankan pada
Putusan dalam kaitannya dengan keyakinan internal. Ini terutama berkaitan dengan penilaian
keakuratan komunikasi dari bukti seperti akurasi dan konsistensi logis.
Gambar 10-5 (lihat halaman 278) menyajikan beberapa tujuan evaluasi yang
menekankan Penilaian dalam hal kriteria eksternal. Mereka terutama memerlukan evaluasi
bahan, objek, dan kebijakan dengan mengacu pada kriteria yang dipilih. Kriteria tersebut
dapat berupa kriteria yang dikembangkan oleh siswa, kriteria dalam bentuk karya lain yang
terkait, atau standar dan kriteria yang dirumuskan oleh para ahli di bidang yang relevan.
Akan terlihat dari dua daftar tujuan dalam gambar-gambar ini bahwa mereka semua
terlibat dalam beberapa kemampuan untuk mengevaluasi pekerjaan, kebijakan, atau situasi,
antara lain. Dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan ini bahwa kemampuan atau
keterampilan akan digunakan pada masalah, materi, atau situasi baru dan bahwa kecukupan
evaluasi siswa harus dinilai terhadap kemampuan beberapa ahli atau pakar untuk membuat
evaluasi serupa. dengan bahan yang sama atau bertentangan dengan penilaian ahli tentang
kecukupan kriteria yang digunakan dan proses evaluasi yang telah dibuat. Ungkapan
"masalah, materi, atau situasi baru" dan "kemampuan untuk mengevaluasi" dikembangkan
lebih lanjut dalam pembahasan berikut.
Masalah, Materi, atau Situasi Baru
Jelas bahwa evaluasi yang dibuat oleh siswa harus terkait dengan karya-karya baru
tidak diperlakukan seperti ini di kelas. Jika tidak, evaluasi akan mewakili sedikit lebih dari
memori atau pengetahuan tentang evaluasi yang telah dibuat oleh siswa atau guru dalam
situasi belajar. Yang kami maksud dengan "baru" adalah materi yang baru bagi siswa atau
yang tidak mungkin dievaluasi dengan cara yang sama oleh atau untuk siswa sebelumnya.
Tidak ada aturan sederhana yang dapat diberikan untuk pemilihan materi baru untuk
evaluasi. Orang mungkin berharap bahwa materi baru, masalah, dan sebagainya mungkin
serupa dengan yang dievaluasi dalam situasi belajar dalam hal kesulitan atau kompleksitas.
Idealnya materi baru harus nyata dalam hal itu dipilih dari karya, dokumen, situasi,
atau sumber lain yang sudah ada daripada secara tegas dikembangkan untuk masalah
evaluasi. Seperti yang telah kami tunjukkan sebelumnya, siswa cenderung menemukan
masalah evaluasi nyata lebih menarik daripada yang dibuat-buat. Jenis bahan yang akan
dievaluasi sebagian besar ditentukan oleh pernyataan tujuan (lihat Gambar 10-4 dan 10-5)
dan oleh perilaku tertentu yang dianggap relevan.
Kemampuan untuk Mengevaluasi
Dari segi perilaku siswa, evaluasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Siswa dapat membuat penilaian terhadap dokumen atau pekerjaan dalam hal akurasi,
presisi, dan perawatan yang telah dibuat (akurasi internal; A).
b. Siswa dapat membuat penilaian dari sebuah dokumen atau pekerjaan dalam hal
konsistensi argumen; hubungan antara asumsi, bukti, dan kesimpulan; dan konsistensi
internal logika dan organisasi (konsistensi internal; B).
c. Siswa dapat mengenali nilai dan sudut pandang yang digunakan dalam penilaian tertentu
terhadap suatu karya (kriteria internal; C).
d. Siswa dapat membuat penilaian terhadap suatu karya dengan membandingkannya
dengan karya lain yang relevan (kriteria eksternal; D).
e. Siswa dapat membuat penilaian terhadap suatu karya dengan menggunakan seperangkat
kriteria atau standar tertentu (kriteria eksternal; E).
Siswa dapat membuat penilaian atas suatu karya dengan menggunakan seperangkat
kriteria atau standar eksplisitnya sendiri (kriteria eksternal; F)
D. Pengujian Untuk Evaluasi
Dimungkinkan untuk menentukan persyaratan untuk membuat masalah tes evaluasi
dari analisis perilaku dan situasi sebelumnya.
Beberapa persyaratannya adalah:
1. Situasi masalah, dokumen, pekerjaan, atau bahan yang akan dievaluasi harus baru, asing,
atau dalam beberapa hal berbeda dari yang digunakan dalam pengajaran.
2. Situasi masalah baru, pekerjaan, atau materi lain harus tersedia bagi siswa saat mereka
melakukan evaluasi, dan mereka harus dapat merujuknya ketika mereka mencoba
menjawab pertanyaan evaluatif atau masalah yang diajukan oleh evaluator (atau mereka
sendiri).
3. Satu atau lebih perilaku yang tercantum dalam subbagian sebelumnya, "Kemampuan
untuk Mengevaluasi," harus dijadikan sampel dalam situasi pengujian.
4. Kecukupan evaluasi tertentu harus ditentukan dengan membandingkannya dengan yang
dibuat oleh para ahli yang kompeten di bidangnya atau dengan penilaian tentang
kecukupan yang dengannya evaluasi tertentu dijelaskan, dibantah, atau dipertahankan.
Pada bagian berikut kami akan mencoba untuk mengilustrasikan beberapa prosedur
pengujian yang telah digunakan untuk menilai kemampuan evaluatif. Ilustrasi akan
dikelompokkan di bawah enam jenis perilaku yang tercantum di atas, karena perilaku ini
memberikan cara yang berguna untuk memperjelas apa yang coba dilakukan oleh masalah
tes dan memberikan skala kasar kompleksitas tugas evaluati f.
Ilustrasi tes akan menjadi tujuan dan bentuk esai. Dalam beberapa hal, tampaknya
bentuk esai lebih unggul daripada bentuk pengakuan untuk evaluasi pengujian. Namun, untuk
tujuan mengilustrasikan perilaku yang diuji, bentuk objektif lebih sederhana dan lebih jelas
karena menyediakan. baik pertanyaan maupun kemungkinan jawaban. Akan memakan terlalu
banyak ruang untuk menunjukkan kemungkinan jawaban atau prosedur penilaian untuk
masalah esai.

TEKNIK EVALUASI UNTUK PENDIDIKAN AFEKTIF SECARA OBJEKTIF


A. Pengertian evaluasi belajar
Secara harfiyah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam
bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa
Indonesia berarti nilai. Sedangkan secara istilah evaluasi adalah suatu tindakan/proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu tersebut4. Belajar merupakan proses yang
dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan yangpositif.
Selainitu, masalahpertama yang
harusdilakukandalampelaksanaanadalahmerumuskantujuanevaluasi yang
hendakdilaksanakandalamsuatu proses pelaksanaan program pembelajaran di
kelasdidasarkanatastujuan yang hendakdicapaidalam program tersebut.
Jadi, evaluasi belajar adalah suatu proses yangdilakukanuntuk menentukan
penilaian terhadap individu/peserta didik gunamencapaiperubahan yang positif.
1. Pengertian, fungsi dan penggolongan teknik tes
a. Pengertian tekniktes
Secara hafiyah kata tes berasal dari bhasa Perancis uo: testum dengan arti:
piring untuk menyisihkan logam-loga mulia. Masudnya dengan menggunakan alay
yang berupa piring itu akan dapat diperroleh jenis-jenis loga mulia yang nilainya
sangat tinggi. Dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan tes, ujian atau percoban.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan
uraian di atas, yaitu : test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau
peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang
melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang
melakukan percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jamak)
adalah pihak yang dikenai tes (=peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang sedang
dikenai pekerjaan (= tercoba).
Dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat
pengumpul informasi yang bersifat lebih resmibila dibandingkan alat-alat yang lain
karena penuh dengan batasan-batasan. Tes merupakan alat atau prosedur yang
dipergunakan dengan bentuk tugas atau suruhan yang harus dilaksanakan dan dapat
pula berupa pertnyaan-pertanyaan atau soal yang harus dijawab. Adapun
pelaksanaannya, dapat dilaksanakan secara lisan maupun secarates tulis. Tes adalah
alat yang direncanakan untuk mengukurkemampuan,keahlian, atau pengetahuan.
Dari pengertian ini maka tes adalah:
1) Merupakan alat
2) Harus direncanakan.
3) Berfungsi sebagai pengukur kemampuan, kecakapa dan
pengetahuananak.
Adapun yang dimaksud teknik tes ialah suatu teknik dalam evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar murid dengan mempergunakan alattes.2
Sehingga dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam
dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat
dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian
tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-

2
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di Sekolah” ,
(Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 55-56
perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
b. Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes, yaitu:
1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta
didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktutertentu.
2) Sebagaialatpengukurkeberhasilan program pengajaran,
sebabmelaluitestersebutakandapatdiketahuisudahseberapajauh program
pengajaran yang telahditentukan, telahdicapai.3
c. PengolonganTes
1) Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkanmenjadi:
a) Tes verbal
Yang mana tes dengan cara ini menggunakan bahasa sebagai alat
untuk melakukan tes.
Tes verbal terdiri dari:
(1)Tes lisan (OralTest)
(2)Tes tulis (WrittenTest)
b) Tes non verbal
Yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk
melaksanakan tes, tetapi menggunakan gambar, memberikan tugas dan
sebagainya, atau dengan tes ini tester menghendaki adnya respon dari testee
bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan
atau tingkah laku. Jadi, respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah
berupa perbuatan atau gerakan-gerakantertentu.

2) Menurut tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:


a) Tes Bakat (AptitudeTest)

3
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 67
Yaitu tes yang digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang. Tes
bakat biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang
bersifat potensial.
b) Tes Intelegensi (IntellegenciTest)
Yakni tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang
c) Tes Prestasi Belajar (AchievementTest
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang murid
dari mata pelajaran yang telah diberikan. Sehinggadengan adanya tes hasi
belajar ini, guru bisa mengetahui apakah pelajaran yang telah diberikan
mencapai tujuan sesuai dengan target yang telahditentukan.
d) Tes Diagnostik (DiagnosticTest)
Yaitu tes yang digunakan untuk menggali kelmahan atau problem
yang dihadapi murid, terutama kelemahan yang dialami murid saat belajar.
Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan, tertulis,
perbuatan atau kombinasi dari ketiganya. Berdasarkan nama tes tesebut
(diagnose = pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan
bahwa tingkat pengausaan peserta didik yang sedang “diperiksa” itu
termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat
diperbaiki tingkat penguasaanya terhadap mata pelajaran tertentu.
e) Tes Sikap (AtitudeTestt)
Yaitu tes untukmengetahui sikapa seseorang murid terhadap sesuatu.
f) TesMinat
Yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui minat murid terhadap
hal-hal yang disukai. Sehingga melalui tes ini dapat diketahui apa yang
disukai murid.
3) Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
a) Tes Terstandar (Standard DirectTest)
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang
seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa
membandingkan kemampuan murid dengan murid yang lain pada usia atau
level yang sama dan dalam kasus perbandingan ini dilakukan ditingkat
nasional. Biasanya tesini dibuat oleh sekelompok(tim) yang ahli di bidang
pembuatan tes.
b) Tes Buatan Guru (Teacher MadeTest)
Tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional
untuk kelas tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru
untuk kepentingan prestasi belajar
4) Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi:
a) Tes Uraian (EssayTest)
Yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi
kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian.
Bentuk tes ini terdiri dari:
(1) Uraian Bebas (Free EssayTest)
(2) Uraian Terbatas (Limited Essay Test)
b) Tes Objektif (ObjectiveTest)
Yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi
kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian.
Berdasarkan cara mengerjakan tes objektif, maka dikelompokkan menjadi:
(1) Variasi, yang mana testee harus mensuplai jawabannya sehingga
hampir tidak berbeda dengan essay test. Misalnya bentuk:
(a) Completion Test (melengkapi)
(b) The Short Answer (jawabansingkat)
(2) Variasi. Yang mana testee hanya memilih diantara jawaban yang telah
disediakan bersama soalnya. Pada variasi ini ada lima bentuk tes,
dimana testerharus:
(a) Menyatakan apakah pernyataan itu benar atau salah (true false)
(b) Memilih jawaban yang lain benar (the bestanswer)
(c) Menjodohkan dua rentetan kata-kata yang tersedia sesuai dengan
jawaban yang benar (matchingtest)
(d) Memilih diantara alternatif-alternatif jawaban yang disediakan
untuk setiap soal (multiple choice)
(e) Mengelompokkan jawaban yang sesuai dengan klasifikasi
masing-masing (classification)
5) Ditinjau dari objek yang dites, maka tes dikelompokkanmenjadi:
a) TesIndividual
Yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang
cukup panjang.
b) TesKelompok
Yaitu tes yang dilakukan terhapa beberapa murid dalam waktu yang
sama.
2. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif.4 Tes ini merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-
butir soal (items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih salah satu atau
lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-
masing items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau
symbol-simbol tertentu yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto bahwa tes yang dibuat sedemikian rupa
sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan
menghasilkan skor yang sama.
a. Syarat-syarat Tes Objektif
Syarat-syarat menyusun tes objektif adalah :
1) Ada petunjuk mengerjakan
2) Petunjuk mengerjakan diusahakan tidak terlalu panjang, yang penting jelas
3) Hindari pertanyaan yang memiliki lebih dari satu pengertian
4) Gramatika atau bahasanya baik
5) Jangan menyusun item langsung menjiplak dari buku karena siswa akan
cenderung menghafal jawabannya
6) Jangan sampai ada item yang mempermudah tapi menyulitkan yang lain
7) Urutan-urutan jawaban yang benar salah janganlah menurut satu pola (B, B, S,
S)
8)  Janganlah item yang satu bergantung pada item yang lain atau item terdahulu
b. Macam-Macam Tes Objektif
Soal-soal objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar, hal ini
disebabkan karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan
mudahnya menilai jawaban yang diberikan.5

4
Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi
Aksara, hlm. 179
5
Syah Darwyan. M.Pd. M.Si. Drs. Dkk., Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam,
2009, penerbit Diadit Media, Jakarta, hlm. 109
Secara umum tes ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : (1) Free
response item, terdiri dari : a. Short answer dan b. Completion test, (2) Fixed-
Response items, terdiri dari : a. True-False, Multiple Choice, c. Matching, dan d.
Rearrangement exercis.
c. Bentuk soal jawaban singkat (Short Answer)
Tes jawab pendek disebut dengan soal jawab singkat adalah butir soal
berbentuk pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa, satu angka,
atau satu formula.
Beberapa petunjuk khusus menyusun tes jawaban sebagai berikut :
1) Menggunakan bentuk kalimat tanya.
2) Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat
sesingkat mungkin berupa satu kata atau lebih.
3) Apabila lembar jawaban dan lembar soal disatukan, sebaiknya antara kolom
soal dan kolom jawaban terpisah.
4) Hindari penggunaan susunan kalimat yang sama persis dalam buku teks.
5) Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga hanya ada satu kemungkinan
yang benar.
Butir soal tipe ini termasuk salah satu tipe yang paling mudah
dikonstruksi, disebabkan oleh butir soal ini hanya mengukur hasil belajar yang
sederhana yang bersifat ingatan.
Contoh :
1) Siapakah nama ayah Rasulullah SAW ?
2) Berapakah jumlah ayat dalam surat al-Fatihah ?
d. Completion tes
Completion test atau disebut istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes melengkapi. Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian kalimat yang
dihilangkan. Dan bagian yang hilang itu harus di isi oleh murid.6
Contoh :
1) Surat yang pertama kali turun pada nabi Muhammad SAW adalah surat …
2) Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal … Rabiul Awwal
e. Fixed-Response Item

6
Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi
Aksara, Jakarta
Fix response items merupakan bentuk tes objektif dimana butir-butir soal
yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban, sehingga
peserta didik tinggal memilih salah satu diantara alternatif yang disediakan.
1) Tes Benar Salah (True – False Test)
Soal-soalnya berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada
yang salah. Apabila jawaban itu benar, lingkari huruf B (Benar). Akan tetapi
apabila jawaban itu salah, maka lingkari huruf S (Salah).
2) Menjodohkan (Matching)
Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam
serijawaban. Tugas siswa adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban
sehingga sesuai dengan pertanyaannya.7
3) Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal bentuk pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar atau yang paling tepat. Multiple choice terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (options).
Kemungkinan jawaban options terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu
kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
4) Rearrangement Exercise
Tes ini berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan
secara tidak beraturan sehingga bentuk aslinya sulit dikenali. Siswa diminta
menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar. Tes ini dapat mengukur
kemampuan berfikir logis siswa, hanya saja kesulitannya adalah menentukan
topic bahasan yang yang memiliki homogenitas yang baik.
5) Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif
Akan tetapi dilihat secara keseluruhan macam-macam tes objektif,
kelebihan atau kebaikannya adalah :
a) Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope
yang luas. Pelajaran yang diberikan selama satu tahun bisa dites sekaligus
b) Bagi yang di tes, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin (karena adanya
jawaban yang tersedia

7
Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi
Aksara, Jakarta, hlm. 188
c) Dapat dinilai secara objektif (siapapun yang menilainya, hasil atau skornya
sama karena kunci jawaban telah tersedia)
d) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi
e) Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat
spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus
dipelajari
Kelemahnnya antara lain :
a) Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan
siswa, karena tidak membuat kalimat
b) Memungkinkan siswa coba-coba dalam menjawabnya. Untuk menghindari
kemungkinan ini penyusun soal harus dapat menyusun soal dengan teliti
dan baik, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merangsang
berfikir anak.
c) Menggunakan norma standar penilaian yang memperhitungkan faktor
tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif
d) Menyusun tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang
agak lama
e) Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika
dibandingkan dengan pembuatan test subjektif.

Major Evaluation Techniques


(Teknik Evaluasi Utama)
A. TES JAWABAN SINGKAT

Tes Jawaban singkat adalah soal yang ditandai dengan adanya jawaban pada


tempat kosong yang disediakan oleh pembuat tes untuk menuliskan jawabannya
sesuai dengan petunjuk. Tes Jawaban Singkat termasuk dalam tes tertulis dalam
bentuk objektif. Tesiniberbentuksuatupertanyaan yang dapatdijawabdengansatu kata,
satu formula kalimatsingkat,
atausatuangka.Bentukjawabansingkatlebihcocokuntukmengukurhasilbelajar yang
sederhana, yang bersifatingatandanpemahaman yang
sederhana.sertaaplikasiasalkan  item-aitemnyadisusunsecaraberhati-hati.
Prinsip tes jawaban singkat
prinsip dan anjuran yang perlu diperhatikan, diantaranya:
a. Gunakan kata-kata yang menuntut jawaban singkat
b. Gunakan kalimat tanya langsung untuk menanyakan istilah dan definisi
c. Sebaiknya ada satu jawaban untuk satu pertanyaan
d. Pastikan semua tempat kosong sama panjangnya.
1. Kelebihan dan kekurangan tes jawaban singkat
Kelebihan tes ini
a.  Sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik berkenaan dengan fakta
b. Relatif mudah disusun
c.  Menuntut peserta didik untuk mengemukkakan pendapat dengan singkat
Kelemahan
a.  Hanya berkenaan dengan kemampuan mengingat saja
b. Dibutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi.

B. ESSAY DAN TES LISAN


1. Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur
dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu
dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam
bahasa sendiri.
a. Ciri-ciri tes essay
Tes uraian (essay) banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang
lebih tinggi dalam aspek kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan
berpikir kreatif, sebab melalui tes tipe ini  peserta didik diajak untuk dapat
menerangkan, mengungkapkan, menciptakan, membandingkan, maupun menilai
suatu objek evaluasi.
Ciri utama tes uraian (essay) yaitu
a). Peserta didik menggunakan bahasa dan kata-katanya sendiri dalam menjawab
pertanyaan (biasanya menggunakan tulisan tangan sendiri atau mungkin juga ketikan
komputer)
b). Pertanyaan yang diajukan lebih bersifat umum dan sangat sedikit jumlahnya, serta
kurang mewakili semua bahan atau materi belajar.
c). Peserta didik mengemukakan jawabannya dengan bermacam kelengkapan dan
ketelitian, sesuai dengan kondisi masing-masing.
2. Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan


tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan juga
sering disebut tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan,
biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan antara siswa dengan
tester tentang masalah yang diujikan.
Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan dapat digunakan untuk
mengungkapkan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan (sesuai
Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang standar penilaian). Tes lisan juga dapat
digunakan untuk menguji siswa, baik secara individual maupun secara kelompok,
bisa juga digunakan pada ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, dan ujian
sekolah. 
a. Jenis tes lisan
Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal,
yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan
cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1) Tes lisan bebas
Tes lisan bebas yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik
tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis.
2) Tes lisan berpedoma
Tes lisan berpedoman yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang
apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
b. Kelebihan dan kekurangan tes lisan
Kelebihan tes lisan adalah : Bisa mengetahui kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat secara langsung dan dapat diketahui penguasaan siswa
secara tepat.
Kelemahan tes lisan adalah : Membutuhkan waktu yang relatif lama, dan
seringkali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat.
C. OBSERVASI DAN CATATAN ANEKDOT
1. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan


memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan.
a. Cara dan Tujuan Observasi
1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi
(observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil
bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada
“diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi
partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi
nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

b. Kelebihan dan Kelemahan Observasi


Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan,
antara lain:
1) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak
2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya
suatu gejala atau kejadian yang penting
3) Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek
yang diamati,
Kelemahan observasi:
1) Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat
dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan
kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati
anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya
gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi
dirahasiakan.
2) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka
tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3) Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat
dikontrol sebelumya
2. Catatan anekdot
a. Pengertian catatan anekdot
Catatan anekdot adalah suatu teknik pengumpulan data yang bersifat
pengamatan.Adapun pengertian lain yang menerangkan bahwa catatan anekdot
adalah catatan seketika yang berisi peristiwa atau kenyataan yang mendalam dan
menarik mengenai sesuatu yang diamati. Misalnya guru sedang mengajar dikelas
melihat peserta didik ada yang menunjukkan perilaku tertentu seperti yang kurang
memperhatikan pelajaran, sering tidur dikelas, sering membuat kegaduhan, dan lain
sebagainya.
b. Macam-macam Catatan Anekdot
Berikut ini beberapa macam-macam bentuk catatan anekdot, yaitu sebagai
berikut:
1) Bentuk evaluatif, menggambarkan  perilaku, kegiatan atau situasi berupa
penilaian oleh guru berdasarkan ukuran baik-buruk, benar-salah, layak-tidak
layak, dan dapat diterima-tidak dapat diterima. Contohnya: Pada hari kelima
Dzakiy memperlihatkan sikap yang lebih baik terhadap temannya, ia mulai
memberikan pertolongan kepada teman-temannya.
2) Bentuk deskripsi umum, catatan dan pernyataan umum tentang perilaku anak
didik dalam situasi tertentu.
3) Bentuk deskripsi khusus, catatan dan pernyataan khusus tentang perilaku anak
didik dalam situasi khusus. Contohnya: Pada saat istirahat cuaca diluar sedang
hujan, anak-anak yang biasanya bermain diluar kelas karena cuaca hujan mereka
bermain didalam kelas.
4) Bentuk interpretatif, penafsiran terhadap perilaku yang telah diamati oleh guru
yang didukung oleh faktor yang diamati. Contohnya: Pada hari Jum’at Bintang
tampak diam, giginya sakit. Sakit giginya itulah yang membuatnya lebih diam.
c. Karakerisik Catatan Anekdot
Karakeristik dari catatan anekdot, adalah sebagai berikut:
1) Catatan simple, hanya mencatat apa yang diucapkan anak, sikap yang
diekspresikan anak baik melalui kata maupun  bahasa tubuh, dan perilaku yang
ditampilkan anak.
2) Mencatat perilaku yang tidak biasa baik positif maupun negatif (misalnya  dani
yang biasanya tenang, namun hari ini menangis terus).
3)  Akurat (tepat), objektif (apa adanya), dan spesifik (khusus atau tetentu).
d. Keuntungan dan Kelemahan Catatan Anekdot
Keuntungan dari catatan anekdot yaitu pengamat dapat melihat dan mencatat
tingkah laku pada diri anak. Dapat dipakai untuk memahami siswa dengan lebih
tepat. Sedangkan kelemahan dari catatan anekdot ini menuntut banyak waktu dan
kesabaran dalam menanti munculnya suatu peristiwa, yang apabila muncul harus
dicatat seketika.
D. KUSIONER, INVENTARISASI DAN WAWANCARA
1. Kusioner
a. Pengertian kusioner
Kuisioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuisioner adalah sebuah
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh seseorang yang akan diukur (responden). Dengan
kuisoner, orang dapat mengetahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman,
pengetahuan sikap atau pendapat dan lain – lain.
b. Macam – macam kuisioner dapat ditinjau dari beberapa segi :
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab
1. Kuisioner langsung
Kuisioner dikatakan langsung jika kuisioner tersebut dikirimkan dan diisi
langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2. Kuisioner tidak langsung
Kuisioner tidak langsung adalah kuisioner yang dikirimkan dan diisi bukan
orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan
untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan
sebagainya.
2) Ditinjau dari segicaramenjawab
a)  Kuisionertertutup
Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang disusun dengsan menyediakan
pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada
jawaban yang dipilih.
b)  Kuisioner terbuka
Kuisionerterbukaadalahkuisioner yang
disusunsedemikianrupasehinggaparapengisibebasmengemukakanpendapatnya.Ku
isionerterbukadisusunapabilamacamjawabanpengisibelumterperincidenganjelasse
hinggaakanberanekaragam.
Keterangantentangalamatpengisitidakmungkindiberikandengancaramemilihpiliha
njawaban yang disediakan.
Kuisionerterbukajugadigunakanuntukmemintapendapatseseorang.
a. Pengertian inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan/tindakan untuk melakukan penghitungan,
pengurusan, penyelenggaraan peraturan, pencatatan data dan pelaporan barang milik
daerah dalam unit pemakaian. inventarisasi adalah serangkaian kegiatan untuk
melakukan pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan asset, dan
mendokumentasikannya baik asset berwujud pada suatu waktu tertentu.
b. Manfaat dan Tujuan Inventarisasi 
Manfaat dan tujuan inventarisasi perpustakaan dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah, komposisi, dan keberadaan koleksi yang dapat diakses oleh pengguna,
sehingga mempermudah dalam pemanfaatannya. Dengan inventarisasi akan dapat
diketahui lengkap tidaknya koleksi yang terdapat di perpustakaan dilihat dari segi
jumlah atau kelengkapan nomor/volume, komposisi subjek, dan jenis literatur.
2. Wawancara
a. Pengertian wawancara
Pengertian dari wawancara sendiri adalah pertemuan tatap muka. Wawancara
melibatkan interaksi verbal antara dua orang atau lebih, tetapi biasanya diprakarsai
untuk suatu maksud khusus dan biasanya difokuskan pada suatu masalah khusus.
Dalam hal ini wawancara berbeda dari konversasi biasa antar-teman. Pewawancara
harus berusaha menjaga agar subyeknya tidak beralih dari masalah yang dibicarakan.
b. Jenis-Jenis Wawancara
Ada beberapa macam wawancara dalam dunia jurnalistik, antara lain
1) Wawancara berita (news-peg interview), yaitu wawancara yang dilakukan untuk
memperoleh keterangan, konfirmasi, atau pandangan interviewee tentang suatu
masalah atau peristiwa. Wawancara berita ini bentuk wawancara untuk
memberikan keterangan ahli mengenai suatu masalah yang sedang hangat di
masyarakat. Berikut contoh wawancara berita.
2) Wawancara pribadi (personal interview), yaitu wawancara untuk memperoleh
data tentang diri pribadi dan pemikiran interviewee. Berita yang dihasilkannya
berupa profil interviewee, meliputi identitas diri, perjalanan hidupnya, dan
pandangan-pandangannya mengenai berbagai masalah -biasanya berkaitan
dengan masalah aktual atau masalah yang terkait dengan profesinya. Bisa juga
wawancara ini memberikan kesempatan kepada sosok yang diwawancarai untuk
mengungkapkan kepribadiannya melalui kata-kata sendiri.
3) Wawancara eksklusif (exclusive interview), yaitu wawancara yang dilakukan
seorang wartawan atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus
dengan interviewee, berkaitan dengan masalah tertentu di tempat yang telah
disepakati bersama oleh pewawancara dan interviewee.
4) Wawancara sambil lalu atau tidak terencana (casual interview), yaitu wawancara
yang dilakukan tidak secara khusus berlangsung secara kebetulan, tidak ada
perjanjian terlebih dahulu dengan interviewee. Wawancara ini dilakukan pada
narasumber yang tidak punya banyak waktu untuk diwawancarai.
E. .Wawancara keliling/jalanan (man-in-the street interview), yaitu wawancara yang dilakukan
seorang wartawan dengan menghubungi berbagai interviewee secara terpisah, yang satu sama
lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis.
F. DAFTAR PERIKSA DAN SKALA PENILAIAN
1. Check list (Daftar periksa)
a. Pengertian Check list (Daftar periksa)
Check list (Daftar periksa) adalah salah satu alat obsevasi, yang ditujukan untuk
memperoleh data, berbentuk daftar berisi faktor-faktor objek yang ingin diamati oleh
observer, dimana observer dalam pelaksanaan dilapangan tinggal memberi tanda chek
(cek, atau biasanya dicentang) pada list faktor-faktor sesuai perilakau subjek yang
muncul, dilembar observasi, sehingga memungkinkan observer melakukan tugasnya
secara cepat dan objektif.
Check list (Daftar periksa) merupakan suatu pencatatan yang bersifat sangat
selektif karena berisi suatu daftar kriteria yang spesifik dan dibatasi pada hal-hal
bersaifat observebel (dapat diamati tingkah lakunya) serrta harus dijawab dengan
“YA atau TIDA” Check list (Daftar periksa) juga biasanya digunakan bersama-sama
dengan metode pencatatan lain agar dapat mendokumentasikan dengan baik.
b. Fungsi Check list (Daftar periksa)
1) Sebagai inventory (alat pencatat hasil observasi yang dipergunakan seseorang
dalam mengamati diri sendiri/pengguna daftar chek, selain sebagai observer
jugan sebagai observee).
2) Sebagai pencatat hasil observasi (pengguna dafar chek hanya sebagai observer).
c. Kelebihan dan kekurangan Check list (Daftar periksa)
Kelebihan yang diperoleh diantaranya:
1) Komprehensif (dapat mencakup beberapa area dalam satu cheklist)
2) Efesien dalam waktu dan pengerjaannya
3) Mendokumentasikan perkembangan atau kinerja spesifik individu
4) Merupaka suatu ilustrasi yang jelas mengenai perkembangan kinerja SDM dalam
organisasi/perusahaan
Kelemaham dari check list
1) Tidak mencatat detail/rincian dari suatu kejadian sehingga pembaca tidak dapat
mengecek keputusan yang dibuat oleh pencatat/observer
2) Tergantung pada kriteria observable
2. Rating Scale (Skala penilai)
a. Pengertian Rating Scale (Skala penilai)
Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam
observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi
Rating Scale adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciri-
ciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secara bertingkat. Rating Scale merupakan
sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau
item.
b. Jenis Rating Scale
Ada beberapa jenis skala rating yang dapat digunakan, yaitu :
1) Skala grafis
Menggunakan garis lurus horizontal ataupu kadang vertikal dalam
penyajiannya
2) Skala numeris
Angka dalam kebanyakan skala rating digunakan sebagai anchor, tetapi
penggunaan angka ini harus didefinisikan secara jelas. Di depan ataupun di
belakang setiap deskripsi disediakan ruang untuk membubuhkan tanda
(biasanya tanda √) yang menunjukkan kesesuaiannya dengan subjek yang
diamati. Bentuk numeris ini kadang disertai bentuk grafis, sehingga observer
atau rater hanya menandai angka yang menjadi pilihannya
3) Standard rating
Bentuk rating ini sering juga disebut sebagai skala presentase. Anchor
presentase meminta observer merating subjek ke dalam suatu kontinum yang
bergerak dari 0 s/d 100, dalam perbandingan dengan subjek amatan lain
atau kelompok khusus
4) Cumulated points rating
Aitem yang disusun merupakan indikator suatu trait yang akan diukur. Skor akhir
skala merupakan penjumlahan kelseluruhan aitem. Misalnya, bagaimana seorang
pemilik toko mengobservasi kemampuan pegawainya dalam memberikan
pelayanan pada konsumen
5) Force choice rating
Bentuk ini biasanya digunakan dalam bidang militer atau bisnis. Observer
diminta memilih kalimat yang menggambarkan kondisi subjek amatan.
6) Semantic differential
G. Metode sosiometrik
1. Pengertian metode sosiometri
Teknik sosiometri merupakan alat untuk meneliti struktur sosial sekelompok
individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial,status sosial dari masing-masing
anggota kelompok yang bersangkutan.
2. Manfaat Teknik Sosiometri
a. Memperbaiki hubungan insani (human relationship)
b. Menentukan kelompok kerja tertentu
c. Meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok padasuatu kegiatan
tertentu
d. Mengatur tempat duduk dalam kelas
e. Mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok
3. Prosedur Pengadministrasian Sosiometri
Selama mengadministrasikan sosiometri, maka ada tiga (3) tahap yang lazim di
tempuh, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis hasil. Tahap
persiapan mencakup langkah-langkah berikut: (a) Menetukan kelompok siswa yang
diselidiki (b) Memberikan informasi tentang tujuan diselenggarakannya sosiometri, dan
(c) Mempersiapkan angket sosiometri/kartu pilihan sosiometri.
4. Tahap pelaksanaan
a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri
b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa kelengkapan pengisisanangket.
c. Memeriksa kelengkapan hasil angket sosiometri
d. Membuat tabulasi yang berupa matrik sosiometri
e. Membuat sosiogram
f. Menghitung indeks pilihan
g. Kesimpulan dan pengiterpretasian hasil
H. STUDI KASUS
1. Pengertian Studi Kasus
Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari
wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat
sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.
Definisi yang paling sering dijumpai tentang studi kasus semata-mata mengulangi
jenis-jenis topik yang aplikatif. Sebagai contoh, dalam kata-kata seorang pengamat bahwa
Esensi studi kasus, adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa
studi tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya.
2. Jenis-jenis Studi Kasus
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan
organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada
suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya
antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c)
kegiatan sekolah.
c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik persahabatan dan
topik tertentu lainnya.
d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
(community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat
sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada
sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang
terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah,
guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi
yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan
organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

MENGEVALUASI TUJUAN DAN SITUASI UTAMA

A. EvaluasiPrestasiSeniBahasadanMatematika
Ruanglingkupsenibahasa meliputi pengalaman dan pembelajaran dalam membaca,
menulis, berbicara, dan mendengarkan.Masing-masing bidang yang luas ini dapat dibagi lagi
menjadi tujuan yang lebih spesifik, yang bila didefinisikan dalam hal perilaku pembelajar,
memungkinkan untuk mengevaluasi kemajuandanpertumbuhanindividu.
Dalammembaca, beberapatujuan khusus yang mungkin ingin dievaluasi oleh guru
adalah kemampuandanketerampilandalam:
1. Kesiapanmembaca
2. Kosa kata ataumakna kata
3. Pemahaman
4. Keterampilanbelajarkerja
5. Penalaran, dan
6. Seleradanminatsastra
Secaratertulis, di antara tujuan yang dievaluasi adalah
kemampuandanketerampilandalam:
1. Tulisantangan,
2. Ejaan,
3. Menuliskalimat yang benarsecaratatabahasa,
4. Menggunakantandabaca yang benar, dan
5. Mengorganisasikan dan mengekspresikan ide secarajelasdanmenarik
Dalamkomunikasiberbicaraatau lisan, tujuan yang akan dievaluasi dapat mencakup
beberapa keterampilan umum untuk membacadanmenulis, seperti:
1. Kesiapan
2. Kosakata
3. Penalaran,
4. Mengorganisir ide
5. Mengekspresikan ide.
Dalammendengarkan, tujuan yang akan diukur terutama adalah pemahaman. Ini, pada
gilirannya, dapat dianalisis menjadifaktor-faktorkomponenseperti:
1. Kosakata
2. Minat
3. Memvisualisasikanorganisasi
4. Kemampuanmembuatkesimpulan.
Matematika
Tes standar dalam matematika telah dibangun untuk berbagai tujuan. Pada
tingkat sekolah dasar keterampilan komputasi dan pemecahan masalah diukur dalam
subtes konvensional Metropolitan, Standford, California, Sekolah Modern, dan
bateraitesprestasilainnya.
Tesdiagnostikuntuktujuanmenemukankekuatandankelemahandalamketerampilanaritm
atikajugatelahdibangun. Tes yang
lebihdikenaladalahTesAritmatikaDiagnostikBruecknerdanTes Diagnostik Kompas
dalam Aritmatika.
Karena sebagian besar tes prestasi dalam aritmatika berurusan dengan
komputasi dan pemecahan masalah, jenis item mengukur keterampilan dalam empat
operasi dasar penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian untuk bilangan
bulat, bilangan campuran, pecahan, dandesimal. Namun, dalambeberapatahunterakhir,
initelahmenjaditrenkearahkonstruksites yang
mengukurtujuansepertikosakatadankonseparitmatika, hubungankuantitatif,
pemahaman matematika, dan penilaian matematika.
Di tingkat SMP dan SMA terdapatduajenistesprestasi.
JenispertamadapatdiilustrasikandenganTesMatematikaKooperatifuntukkelas 7,8, dan
9, yang menekankanketerampilanaritmatika, istilahdankonsep, aplikasi, danapresiasi.
Jenistesumumkeduamengukurpengetahuan, keterampilan,
danpemahamandalambidangmatematikakhusus, sepertialjabar, geometri bidang, atau
trigonometri.
B. Evaluasi Prestasi pada Mata KuliahPilihan
Dalamkursus yang dipilih, pengguna tes harus memperhatikan validitas konten, atau
kurikuler. Sebelum menggunakan tes dalam IPS, misalnya, ia harus memeriksa isi tes
terhadap muatan kurikulum lokal untuk menentukan apakah bahan tes tersebut mencakup
sampel yang representatif dari kemampuan, informasi, pengetahuan, dan keterampilan. yang
siswa telah memiliki kesempatan untuk belajar. Kecuali jika tes mengukur secara adil tujuan
kurikulum, itu digunakan dalam situasi sekolah tertentu
dalambahayadaripadamenguntungkan.
Tes pengembangan pendidikan umum, Interpretasi Bahan Bacaan dalam Ilmu Sosial
dan Interpretasi Bahan Bacaan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, didistribusikan oleh
Educational Testing Service, dan tes terkait dalam seri Iowa yang didistribusikan oleh Science
Research Associates, adalah upaya untuk merancang tes untuk penggunaan skala luas terlepas
dari konten spesifik dari kurikulum lokal.
Seperti yang ditunjukkanoleh judul tes, penekanannya adalah pada pengukuran
interpretasi bahan bacaan.Tujuan dan isi khusus, kecuali untuk mata pelajaran yang cukup
seragam di sekolah-sekolah nasional, paling baik diukur dengan tes yang dibuatsecaralokal.
C. MengevaluasiKepentingan
Minatdidefinisikandalamberbagaicara. Menurut John Dewey, minat yang tulus,
singkatnya, hanya berarti bahwa seseorang telah mengidentifikasi dirinya dengan, atau telah
menemukan dirinya dalam, suatu tindakan tertentu. Jersild dan Tasch menekankan bahwa
minat melibatkan aktivitas yang dipilih secara bebas. Menurut Douglas Fryer, minat adalah
objek dan aktivitas yang merangsang perasaan menyenangkandalamdiriindividu.
Meskipun bunga didefinisikan secara berbeda, tampaknya tidak ada kontradiksi atau
inkonsistensi yang diwakili.Analisis definisi ini mengungkapkan perhatian bersama dengan
perasaan pribadi, objek, dan aktivitasdalamsuatusituasi.
Konsepbunga yang dangkal, yang biasa dianut oleh sebagian kalangan komersial dan
pendidik, dicirikan dalam praktik kegiatan pelapisan gula. Orang-orang ini merasa bahwa
penting untuk menangkap minat (perhatian) orang tersebut dan menahannya cukup lama
untuk menyampaikan pesan, sepotong pengetahuan, atau keterampilan. Di dalam kelas,
pendekatan ini akan menyiratkan bahwa guru harus menggunakan jenis daya tarik ekstrinsik
untuk membuat tugas pendidikan menyenangkan. Dalam situasi seperti itu, belajar dianggap
sebagai hal yang tidak menyenangkan yang harus dilapisi gula agar dapat bertahan. Konsepsi
ini, meskipun dikutuk oleh Dewey pada awal abad kedua puluh, masih menjadi bukti di
beberapa ruangkelassaatini.
D. MengevaluasiBakat
Pertanyaantentangbagaimanabakat harus dievaluasi melibatkan beberapa
pertimbangan: Siapa yang harus mengevaluasi bakat di sekolah?, Kapan bakat harus
dievaluasi?, Bagaimana atau dengan cara apaseharusnyabakatdievaluasi.
E. MengevaluasiSikapdanNilai
Di tingkattamankanak-kanak dan sekolah dasar yang lebih rendah, guru harus
memainkan peran dominan dalam mengevaluasi sikap yang terkait dengan program sekolah.
Karena program taman kanak-kanak dan sekolah dasar mencakup tujuan dalam kebiasaan
kesehatan, penyesuaian sosial, keterampilan fisik, minat, dan pendidikan orang tua serta
keterampilan dasar, guru harus mengembangkan sistem catatan anekdot, daftar periksa, skala
penilaian, log, dan catatan pengamatan. pada sikap anak-anaknyadan orang tuanya.
F. MengevaluasiPemikirandanPemecahanMasalah
Tindakanberpikir yang lengkap, menurut John Dewey, melibatkan tugas menemukan
makna dan mencobanya untuk menentukan apakah tindakan tertentu secara memuaskan
memecahkan masalah sesuai dengan nilai-nilai sosial.Ditinjau dari sudut ini, berpikir menjadi
cukup jelas ketika seseorang mengingat bahwa manusia terus-menerus dipanggil untuk
memecahkan masalah mereka. Karena hidup penuh dengan masalah dengan kompleksitas
yang berbeda-beda pada berbagai tahap pertumbuhan atau usia kronologis, persiapan untuk
hidup melibatkan keterampilan belajar dalam cara berpikir. Karena fungsi sekolah umum
adalah untuk mempersiapkan anak-anak untuk hidup, kurikulum harus penuh dengan situasi
pemecahan masalah.

USE OF EVALUATION RESEARCH

A. Pengertian Evaluation Research


Dalam konteks pembelajaran terdapat istilah evaluasi dan penelitian evaluasi.
Kata evaluasi Menurut Borg and Gall (2003) merupakan proses membuat penilaian
tentang manfaat, nilai, atau keseimbangan program pendidikan.
Menurut Borg and Gall (2003) evaluasi pendidikan adalah proses membuat
penilaian tentang manfaat, nilai, atau keseimbangan program pendidikan. Mc Millan dan
Schumacher (2010) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu penerapan dari
penelitian yang digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya atau apakah ada
manfaat/nilai dari suatu program atau kebijakan dalam pendidikan.Penjelasan lainnya
menurut Sukmadinata (2009) bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.Fokus evaluasi pada
bagian ini adadalah program untuk berbagai fenomena, metode, material, organisasi,
perorangan.
Penelitian evaluatif adalah kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi suatu
kegiatan/program yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan/program
dan menentukan keberhasilan suatu program dan apakah telah sesuai dengan yang
diharapkan. Penelitian ini juga diarahkan untuk menilai keberhasilan manfaat, kegunaan,
sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/lembaga tertentu.
Penelitian ini mengacu pada prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk
mengukur hasil program atau proyek (efektifitas suatu program) sesuai dengan tujuan
yang direncanakan atau tidak, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji
pelaksaaan program yang dilakukan secara objektif.
B. Tujuan Penelitian Evaluatif
1. Membantu perencanaan pelaksanaan program
2. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan program,
3. Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau penghentian program,
4. Menemukan fakta-fakta dukungan atau penolakan terhdap program,
5. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial dan politik
dalampelaksanaan program serta faktor yang mempengaruhi.

C. Ruang Lingkup Penelitian Evaluatif


1. Kurikulum, dalam bidang kurikulum, hal-hal yang perlu dievaluasi mencakup desain kurikulum,
implementasi dan evaluasi kurikulm. material kurikulum berupa buku teks, modul, paket,
perangkat keras, perangkat lunak, film, video, dll. Sumber belajar berupa laboratorium, workshop
dan perpustakaan. Semua bidang tersebut perlu dilalukan penelitian evaluative agar kurikulum
bias selalu mengikuti perkembang jaman sesuai dengan kebutuhan.
2. Program pendidikan, evluasi terhadap program pendidikan perlu dilakukan secara terus menerus.
Program tersebut mencakup program untuk anak berbakat, anak yang lambat, pencegahan putus
sekolah, remedial. Wujud programnya antara lain: program pada bidang sains, social,
matematika, dan ketrampilan.
3. Pembelajaran, dalam kegiatan pembelajaran perlu terus dilakukan evaluasi agar kegiatan
yang dilakukan tidak menjadi membosankan. Beberapa model pembelajaran yang
ditawarkan seperti : discovery learning, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
berbasis proyek.
4. Pendidik, dalam hal ini yang perlu divaluasi tidak hanya guru saja tetapi juga termasuk
konselor dan administrator.
5. Peserta Didik, Peserta didik perlu dievaluasi dalam hal kepribadian, kecerdasan, sikap,
minat, motivasi, kebiasan belajar dan prilaku menyimpang.
6. Organisasi, semua lembaga pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah
menengah, pendidikan tinggi, pendidikan kejuruan, pendidikan khusus.
7. Manajemen, hal-hal yang perlu dievaluasi pada masalah manajemen mencakup: personil,
sarana dan prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, dan kegiatan ekstrakurikuler.
D. Model-Model Evalusi
a. Model Evaluasi CIPP
Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil
keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan suatu program.
Model CIPP merupakan singkatan (akronim) dari contect evaluation, input evaluation,
process evaluation, dan product evaluation yang dikembangkan oleh Daniel
Stufflebeam dan kawan- kawannya pada tahun 1968 di Ohio State University dan
berorientasi pada pengambilan keputusan.
b. Model Evaluasi UCLA
Alkin (1969) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan
keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis
informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat
keputusan dan memilih beberapa alternatif. Alkin mengemukakan lima macam
evaluasi yaitu: .System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan
atau posisi sistem (Tayibnapis,1989). Sistem ini berfungsi memberikan informasi
mengenai keadaan atau profil program. Program plannin, membantu pemilihan
program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program
(Tayibnapis,1989).
c. Model evaluasi Brinkerhoff
1) Fixed vs Emergant evaluation design.
Desain fixed ditentukan dan direncanakan secara sistematis dan desainnya
dikembangkan dengan mengacu pada tujuan program. Rencana analisis dibuat
sebelumnya dimana si pemakai akan menerima informasi seperti yang telah
ditentukan dalam tujuan. Strategi pengumpulan informasi dalam desain ini
menggunakan tes, angket, lembar wawancara. Berbeda dengan desain fixed,
desain emergent dibuat dengan maksud menangkap fenomena yang sedang
berlangsung yang berpengaruh terhadap program seperti masukan-masukan baru.
Pada prinsipnya desain ini terus berkembang sesuai dengan kondisi dan dapat
berubah sesuai dengan kebutuhan.
2) Formatif vs Summative evaluation.
Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh data bagi keperluan
revisi program, sedangkan evaluasi sumatif dibuat untuk menilai kegunaan suatu
program.Pada evaluasi sumatif fokus evaluasi ditujukan pada variabel-variabel
yang dipandang penting dan berkaitan dengan kebutuhan pengambilan
keputusan.
3) Desain eksperimental dan Quasi eksperimental vs Natural inquiry.
Desain eksperimental, quasi eksperimental dan natural inquiry desain
merupakan hasil adopsi dari disiplin penelitian.Desain eksperimental dan quasi
eksperimental digunakan untuk menilai suatu program yang baru diujicobakan.
Sedangkan natural inquiry dilakukan dengan cara evaluator terlibat langsung
dengan sumber-sumber informasi serta program yang dilaksanakannya.
d. Model Evaluasi Stake
Model ini dikembangkan oleh Stake (1967), analisis proses evaluasi yang
dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan
meletakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk
perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya
dua dasar kegiatan dalam evaluasi ialah Descriptions dan judgement dan
membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu: Antecedents
(context), transaction (process), dan Outcomes (output) (Tayibnapis. 1989).
E. Langkah-Langkah Penelitian Evaluatif
1. Klarifikasi alasan melakukan evaluasi
Menjelaskan alasan-alasan mengapa evaluasi program diadakan.Banyak
alasan yang menjadi latar belakang mengadakan evaluasi.Alasan tersebut bisa
bersumber dari peneliti sendiri atau bersumber dari pihak luar.
2. Memilih model evaluasi
Alasan melakukan evaluasi berhubungan erat dengan model evaluasi yang
akan digukan. Alasan karena adanya keunggulan, keberhasilan dan dampak positif
dari suatu program, akan menggunakan model atau pendekatan yang berbeda dengan
alasan karena adanya kelambanan, kegagalan ataupun dampak negatif.
3. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait
Identifikasi pihak-pihak yang terkait atau stakehoolders sangat penting untuk
kelancaran pelaksaan evaluasi. Siapa yang akan dilibatkan dalam perencanaa, dalam
pelaksanaan, siapa yang akan menjadi partner, narasumber, sumber data, partisipan.
4. Penentuan komponen yang akan di evaluasi
Langkah selanjutnya yang cukup penting dalam evaluasi program adalah
penentuan komponen yang akan di evaluasi. Sebelum ditentukan komponen yang
akan di evaluasi terlebih dahulu perlu di identifikasi komponen-komponen yang ada
dalam suatu program, mana komponen utama dan mana komponen penunjang
5. Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan evaluasi

Lee Cronbach (1982) mengemukakan dua tahapan perumusan pertanyaan


penelitian evaluatif, yaitu tahap divergen dan konvergen. a) Tahapan divergen,
pertanyaan penelitian dirumuskan secara komprehensif. Sebanyak mungkin
pertanyaan, isu, informasi, kepedulian dan masalah berkenaan dengan program yang
akan dievaluasi di ajukan. Kedalam pertanyaan-pertanyaan atau informasi-informasi
tersebut termasuk kriteria ketercapaiannya. b) Tapan konvergen, dalam tahap ini
pertanyaan-pertanyaan, isu-isu atau informasi- informasi yang diajukan pada tahap
pertama diseleksi mana yang layak dan penting diajukan dan mana yang tidak.

6. Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan


Desain evaluasi program pendidikan tidak jauh berbeda dengan desain
penelitian, berisis langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, sasaran evaluasi
(aspek atau komponen serta sampel evaluasi), teknik pengurukan atua pengumpulan
data yang digunakan, serta para evaluator baik evaluator internal (orang yang terlibat
dalam program) maunpun evaluator eksternal (peneliti, ahli dari luar). Pelaksaan
kegiatan evaluasi disusun dalam jadwal yang dirinci dan kronologis.
7. Pengumpulan dan analisis data
Sebelum pengumpulan data dilakukan kegiatan penting yang harus dilakukan
adalah penyusunan instrumen evaluasi.Instrumen evaluasi dapat berbentuk tes dan
non tes. Instrumen tes bersifat mengukur, menghasilkan data hasil pengukuran
berbentuk angka yang dapat dianalisis cara statistik. Instrumen tes membutuhkan
validasi instrumen, yaitu suatu proses untuk menguji validitas dan reabilitas
instrumen. Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Pengumpulan data yang bersifat kuantitatif menggunakan instrumen-
instrumen baku (baik instrumen tes maupun non tes), sedang data yang bersifat
kualitatif menggunakan multi metode seperti wawancara, observasi, dokumen, dsb.
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis
kuantitrtif menggunakan statistik diskriptif maupun statistik inferensial, analisis
kualitatif menggunakan analisis naratif-kualitatif.
8. Laporan hasil evaluasi
Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil-hasil analisis, maka
disusunlah laporan hasil evaluasi. Isi dari laporan penelitian evaluatif hampir sama
dengan laporan penelitian biasa memuat, rancangan penelitian, metodologi, temuan-
temuan serta kesimpulan dan rekomendasi.

Anda mungkin juga menyukai