Oleh
Dosen Pengampu:
Prof. Dr.H. Rusdinal, M.P.d
a. Filsafat
b. Psikologi
c. Komunikasi
d. Kurikulum
e. Manajemen
f.Tujuan evaluasi
Program evaluasi bertujuan untuk mengetahui siapa diantara anak didik yang
cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat sekolah.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional
oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud
merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa
a. Penempatanpadatempat yang tepat
b. Memberianumpanbalik
c. Diagnosis kesulitanbelajarsiswa
d. Penentuankelulusan
e. PrinsipEvaluasi
2. ObyekdanSubyekEvaluasi
Obyek penilaian meliputi dua hal yaitu Input dan output. Terkait mengenai
penilaian dari sisi input adalah sebagai berikut. Aspek yang bersifat rohani setidak-
tidaknya mencangkup 4 hal, yaitu:
a. Kemampuan
b. Kepribadian
c. Sikap-sikap
d. Inteligensi
Sedangkan unsur-unsur evaluasi, yaitu:
a. Kurikulum/materi
b. Metode dan cara penilaian
c. Sarana pendidikan/media
d. Sistem administrasi
e. Guru dan personil lainnya
PANDANGAN PENDIDIKAN
perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau perubahan fisik yang
disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan sebagai hasil dari perbuatan belajar
meskipun perubahan itu berlangsung lama dan konstan. Menurut Slameto bahwa belajar
ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam
dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards) dari guru atas hasil
belajarnya. Skinner membuat perincian lebih jauh dengan membedakan adanya dua
macam respons. Pertama, respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu yang disebut eliciting stimuli menimbulkan respons-
respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air
liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului res-
ponsyangditimbulkannya.Kedua,operantresponse,yaituresponsyangtimbuldan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing
stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons
yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan menjadi lebih giat belajar
apabila mendapat hadiah sehingga responsnya menjadi lebih intensif atau kuat .
Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran
atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan
penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar, sehingga belajar
merupakan hubungan antara stimulus dengan respons.
2. Belajar menurut Pandangan Robert M.Gagne
Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-
menerus yang bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi individu
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi .
Pandangan Gagne di atas menunjukkan bahwa belajar adalah adanya stimulus yang
secara bersamaan dengan isi ingatan memengaruhi perubahan tingkah laku dari waktu
ke waktu. Karena itu, belajar dipengaruhi oleh faktor internal berupa isi ingat- an dan
faktor ekternal berupa stimulus yang bersumber dari luar diri individu yang belajar.
Berdasarkan uraian di atas, Gagne memandang bahwa belajar dipengaruhi oleh
faktor dalam diri dan faktor dari luar diri individu belajar yang saling berintekasi,
sehingga kondisi eksternal berupa stimulus dari lingkungan belajar dan kondisi inter- nal
yang berupa keadaan internal dan proses kognitif individu yang saling berinter- aksi
dalam memperoleh hasil belajar yang dikategorikan sebagai keterampilan motor- is
(motorik skill), informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.
3. Belajar menurut Pandangan JeanPiaget
Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada anak- anak
sebab ia yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat menjawab pertanya- an-
pertanyaan epistemologi. Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam
pekembangan kognitif anak, yaitu proses assimilations dan proses accommoda- tions.
Proses assimilations, yaitu menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru
diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya dan mengubah- nya bila
perlu. Adapun proses accommodations, yaitu menyusun dan membangun kembali atau
mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga infor- masi yang baru
dapat disesuaikan dengan lebih baik.
Piaget mengembangkan teori kognitif tersebut dalam konteks teori keseimbang- an
yang disebut accomodation. Teori ini memberi penjelasan bahwa struktur fungsi kognitif
dalam berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal baru yang tidak dapat
diorganisasikan ke dalam struktur yang telah ada (association). Akomodasi me- nurut
Piaget adalah hasil dari yang ditambahkan dan diciptakan oleh lingkungan dan
pengamatan yang tidak sesuai dengan apa yang diketahui dan dipikirkan .Piaget
menjelaskan tiga cara bagi anak untuk sampai pada cara mengetahui sesuatu, yaitu
melalui interaksi sosial, melalui pengetahuan fisik, dan melalui logico-mathematical.
4. Belajar menurut Pandangan Carl R.Rogers
Rogers menitikberatkan pada segi pengajaran dibanding siswa yang belajar dalam
praktik pendidikan yang ditandai dengan peran guru yang dominan dan siswa hanya
menghafalkan pelajaran dengan alasan bahwa pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran adalah:
a) manusia memiliki kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa tidak harus belajar
tentang hal-hal yang tidak ber- arti,
b) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya,
c) pengorgani- sasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagi- an yang bermakna bagi siswa,
d) belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang proses-
proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan
melakukan pengubahan diri secara terus menerus,
e) belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab
dalam proses pembelajaran,
f) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi bila siswa mengevaluasi
dirinya sendiri, dan
g) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-
sungguh.
Belajar dalam pandangan Rogers di atas pada dasarnya bertumpu pada prinsip
kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan demikian, peserta di- dik
akan lebih mengenal dirinya, menerima diri sebagaimana adanya, dan akhirnya merasa
bebas memilih dan berbuat menurut individualitasnya dengan penuh tang- gung jawab.
5. Belajar menurut Pandangan Benjamin S.Bloom
Penelitian yang dilakukan oleh Bloom dalam mengamati kecerdasan anak pada
rentang waktu tertentu menemukan bahwa pengukuran kecerdasan anak pada usia 15
tahun merupakan hasil pengembangan dari anak usia dini. Bloom mengembang-
kantaksonomidaritujuanpendidikandenganmenyusunpengalaman-pengalaman dan
pertanyaan-pertanyaan secara bertingkat dari recall sampai pada terapannya dengan
suatu keyakinan bahwa anak dapat menguasai tugas-tugas yang dihadapkan kepada
mereka di sekolah, tetapi mengakui adanya anak yang yang membutuhkan waktu lebih
lama dan bimbingan yang lebih intensif dibanding teman seusianya .
Taksonomi tujuan-tujuan yang disusun Bloom disebut taxonomi bloom yang terdiri
atas tiga kawasan (domain), yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan doma- in
psikomotor. Domain-domain tersebut merupakan kemampuan-kemampuan yang
diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan.
Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang
terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerap- an,
emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam
kemampuan emosional secara hierarkis, yaitu kesadaran, partisipasi, pengha- yatan nilai,
gerakan yang terdiri atas gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual,
yang saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap individu mempunyai model yang
unik tentang alam dan pengembangan suatu sistem pengodean ( coding). Sesuai dengan
model ini, belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model yang terjadi melalui
pengubahan kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara
baru, atau dengan menambahkan kategori-kategori baru .
Pendidikan menurut Brunner merupakan usaha yang kompleks untuk menye-
suaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya
dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.Pandangan Bruner ten- tang
belajar dapat diuraikan sebagai pendekatan kategorisasi. Semua interaksi indivi- du
dengan alam akan senantiasa melibatkan kategori-kategori yang dibutuhkan un- tuk
memfungsikan manusia. Kategorisasi menyederhanakan kekompleksitas dalam
lingkungan individu.
B. Pendekatan Pembelajaran Benjamin S.Bloom
Secara umum pendekatan pembelajaran Benjamin S. Bloom tidak secara spesifik
disebutkan dalam berbagai literatur, tetapi hanya menyebutkan secara garis besar
pendekatan pembelajaran dalam pendidikan. Pemikiran Benjamin S. Bloom dalam dunia
pendidikan lebih umum dibandingkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara Namun, pendekatan
pembelajaran secara psikologis Benjamin S. Bloom lebih kepada model belajar kognitif.
Adapun pendekatan pembelajaran pendidikan yang umum digunakan, yakni:
a. PendekatanExpository
Pendekatan ini menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan
sumber belajar kepada murid untuk menuntaskan materi sehingga dalam
pembelajaran cenderung berpusat pada sumber belajar dengan memiliki ciri-ciri,
yaitu: (1) adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran, (2) bahan belajar
terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar, (3)
materi lebih cenderung bersifat informasi, (4) terbatasnya sarana pembelajaran.
b. PendekatanInquiry
Pendekatan inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara
penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis
sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Dalam kegiatan
pembelajaran, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi
memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan menemukannya
sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Jadi, peran
sumber belajar adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan
warga belajar dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif danefisien.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dinyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran secara psikologis Benjamin S. Bloom lebih kepada model belajar
kognitif yang berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, energi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya.
Pendekatan dijalankan dengan menganut prinsip-prinsip teori kognitif, yakni
gambaran perseptual, organisasi pengetahuan, belajar dengan pemahaman,
umpan balik, penetapan tujuan, dan berpikir devergen.
C. Tujuan Pendidikan Menurut Bunyamin S Bloom
Banyamin S Bloom merupakan ahli pendidikan yang dikenal sebagai pencetus
konsep Taksonomi belajar (Taksonomi Bloom). Taksonomi belajar adalah pengelompokan
tujuan belajar berdasarkan domain (kawasan belajar). Menerut Benyamin S Bloom terdapat
3 domain belajar, yaitu:
1. Cognitive Domain
Kawasan Kognitif yaitu perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang
termasuk hasil kerja otak. Kemampuan kognitif tersebut antara lain: Pengetahuan
tentang suatu materi yang telah dipelajari, pemahaman mengenai makna materi,
penerapan materi yang telah dipelajari, analisa materi dengan menggunakan akal
(logika), sintesa (kemampuan memadukan konsep sehingga menghasilkan konsep baru),
dan Evaluasi (kemampuan evaluatif terhadap penguasaan materi pengetahuan. Pada
kawasan kognitif terbagi atas 2 kategori yaitu:
a. Dimensi Proses Kognitif terdapat 6 tujuan belajar yaitu: mengingat, mengerti,
menerapkan, menganalisis, menilai, dan menciptakan.
b. Dimensi pengetahuan terdapat 4 kategori tujuan belajar yaitu: Fakta (Factual
Knowledge), Konsep (Conceptual Knowledge), Prosedur (Procedural Knowledge),
dan Metakognitif (Metacognitive Knowledge)
2. Affective Domain
Kawasan Afektif yaitu perilaku yang muncul dari seseorang sebagai tanda dari
kecenderungan untuk membuat pilihan (keputusan) dalam lingkungan tertentu.
Kawasan afektif meliputi tujuan belajar yang berhubungan dengan minat, sikap, nilai
serta pengembangan pengahargaan dan penyesuaian diri. Kawasan afektif dibagi dalam
5 bagian yaitu:
a. Penerimaan (Receiving) yaitu kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin
menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut.
b. Pemberian Respon (Responding) yaitu sikap ingin memberikan umpan balik
terhadap stimulus, rasa puas dalam memberi respon.
c. Pemberian Penghargaan (Valuing) yaitu penilian yang meliputi penerimaan
terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan
komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu.
d. Pengorganisasian (Organization) yaitu memilih dan menentukan sistem nilai
yang akan digunakan.
e. Karakterisasi (Characterization) yaitu perilaku secara terus menerus sesuai
dngan sistem nilai ang telah diorganisasikan.
3. Psychomotor Domain (Kawasan Psikomotor) yaitu perilaku yang muncul karena hasil
kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh. Pada Kawasan
Psikomotor terdapat 5 tujuan yaitu:
a. Meniru (kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat memberikan umpan
balik);
b. Menerapkan (kemampuan mengikuti arahan gerakan dengan membayangkan
gerakan orang lain);
c. Pemantapan (kemampuan memberikan umpan balik yang terkoreksi atau umpan
balik dengan kesalahan kesalahan terbatas;
d. Merangkai (kemampuan mengatur rangkaian gerakan dengan membuat aturan yang
tepat); dan
e. Naturalisasi (kemampuan melakukan gerakan yang dilakukan secara rutin dengan
menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal
D. Taksonomi Bloom dalam Perspektif PakarPendidikan
Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-
tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum di seluruh dunia. Kerangka Bloom ini
memudahkan guru dalam memahami, menata, dan mengimplementasikan tujuan
pendidikan. Berdasarkan hal tersebut Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan
mempunyai pengaruh yang luas dalam wktu yang lama. Salah seorang murid Bloom yang
bernama Lorin W.
D. Taksonomi/ LingkupTujuan
Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956 menyusun klasifikasi (taxonomy)
tujuan pendidikan atau belajar. Menurut mereka tujuan pendidikan atau belajar dibagi
menjadi tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan dibagi menjadi
beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari
tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah dari tingkat
yang lebih rendah. Adapun penjelasan ketiga domain tersebut adalah
a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku– perilaku yang menekankan aspek
intelektual, Seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah
kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan, dan keahlian mentalis.
Ranah kognitif menggolangkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang di harapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap–
tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan
mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Mengubah teori keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang
baru sebagai produk inovasi pikirannya.
Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan
atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual
dan keterampilan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Keenam jenjang itu bersifat hierarki dimulai dari jenjang yang paling bawah
yaitu pengetahuan sampai ke jenjang yang paling tinggiyaitu evaluasi. Artinya jenjang
di bawah menjadi prasyarat untuk jenjang di atasnya. Jenjang yang bawahnya itu harus
dicapai lebih dahulu agar dapat mencapai jenjang yang di atasnya.
Wa ktu yang dia butuhkan untuk mempelajari suatu mata pelajaran Dan waktu ini
kemungkinan akan dipengaruhi oleh bakat dan kemampuan verbal siswa, kualitas
instruksi yang dia terima di kelas, dan kualitas bantuan yang dia berikan. yang
diterimanya di luar kelas Tugas strategi untuk belajar ketuntasan adalah menemukan cara
untuk mengubah waktu yang dibutuhkan siswa secara individu untuk belajar serta
menemukan cara untuk menyediakan waktu apa pun yang dibutuhkan oleh masing-
masing.
Jadi, strategi pembelajaran penguasaan harus ditemukan beberapa cara untuk
memecahkan masalah pengajaran serta organisasi sekolah (termasuk pertanyaan tentang
waktu) Ada banyak strategi yang layak untuk penguasaan pembelajaran Masing-masing
harus menggabungkan beberapa cara untuk menangani perbedaan individu peserta didik
dengan menghubungkan instruksi untuk kebutuhan dan karakteristik mereka Setiap
strategi harus menemukan beberapa cara untuk menangani lima variabel yang dibahas di
bagian sebelumnya. sumber daya manusia penyediaan tutor yang baik untuk setiap siswa
mungkin merupakan strategi yang ideal Bagaimanapun, hubungan tutor siswa adalah
model yang berguna untuk dipertimbangkan ketika seseorang mencoba untuk
menyelesaikan rincian strategi yang lebih murah Selain itu, strategi tutor tidak sejauh
mungkin terlihat pada pandangan pertama Pada periode prasekolah, sebagian besar
instruksi anak dalam tutorial-biasanya diberikan oleh orang tua.
Sebagian besar karir sekolahnya Strategi lain termasuk mengizinkan siswa untuk
pergi dengan kecepatan mereka sendiri (Keller 1968), membimbing siswa sehubungan
dengan kursus yang harus atau tidak harus mereka ambil, dan menetapkan jalur atau
aliran yang berbeda untuk kelompok peserta didik yang berbeda. sekolah (Goodlad &
Anderson 19959) mewakili satu Bttemp untuk menyediakan struktur yang
memungkinkan dan mendorong penguasaan pembelajaran Model Carroll (Carroll 1963)
menunjukkan bahwa peserta didik berbeda dalam rasio pendapatan mereka dan bahwa
tingkat ini dapat diprediksi Dari tes bakat atau kecerdasan Sementara di sini ada sedikit
keraguan tentang efisiensi atau stabilitas tingkat belajar, simpul ini adalah dasar untuk
gagasan bahwa sebagian besar penerima dapat mencapai tingkat pembelajaran yang
tinggi di mata pelajaran sekolah-jika setiap siswa diberikan waktu dan bantuan yang
dibutuhkan Konstruksi ini. seperti yang disajikan Carroll. Disarankan bahwa jika semua
peserta didik diberikan instruksi yang sama dalam suatu mata pelajaran dan waktu yang
sama untuk mempelajarinya.
Inti yang dihasilkan pada tes prestasi atas sub ect akan terdistribusi secara normal
Jika, namun. Pengajaran dan waktu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
siswa.distribusi prestasi akan sangat miring sebagian besar skor akan menumpuk di ujung
atas ukuran prestasi. Dalam kondisi ini, skor prestasi di akhir semester tidak dapat
diprediksi dari tes kecerdasan bakat yang diberikan di awal erm Menggunakan konsep
belajar penguasaan. murid-muridnya di Universitas hicago berusaha menemukan cara
agar penerima yang lebih lambat dapat diberikan waktu ekstra dan bantuan yang mereka
butuhkan. Dari penelitian ini, baik di laboratorium pendidikan maupun di ruang kelas.
beberapa prasyarat yang diperlukan, mengembangkan prosedur operasi yang
diperlukan, dan mengevaluasi beberapa hasil strategi untuk siswa dan guru.
SUMMATIVE EVALUTION
5. Kriteria Validitas
Ketika seseorang berharap untuk menyimpulkan dari tes sebelumnya skor
kinerja idividual's atau berdiri di beberapa ukuran lain (kriteria). Maka seseorang
harus bertanya tentang kriteria kebenaran uji kriteria dapat prediktif di alam; Yaitu,
kami ingin memprediksi kinerja masa depan pada kriteria dari skor tes paesent.
Misalnya, berdasarkan skor pada ujian bahasa prancis kelas sembilan, ont mungkin
vish untuk memprediksi nilai rata-rata seseorang di kelas sepuluh di prancis. Criterion
vatiditas casy juga lye cotarus di alam; Artinya, tes itu dapat digunakan untuk
memperkirakan umur seseorang, bukan masa depan, yang berdiri di atas kriteria itu.
Misalnya, berbakatnya tentang ujian bahasa prancis buatan seorang guru dapat
digunakan untuk menilai kinerja berdasarkan standar tes bahasa prancis.
Dalam pembahasan kami tentang isi validitas kami berpendapat bahwa jika
keterampilan hidup atau kelangsungan hidup tidak diajarkan secara khusus, tes sejauh
itu keterampilan tidak akan dianggap berterima.
Bahwa keterampilan dalam tes diajarkan, pertanyaan tentang seberapa baik
mereka memprediksi kinerja kehidupan di masa depan (sebuah konstruksi interestipg
itu sendiri harus ditangani. Dengan kata lain, jika tes dimaksudkan untuk,
keterampilan bertahan hidup yang mudah, maka harus memprediksi beberapa
konstruksi kinerja orang dewasa. Hanya penelitian longitudinal yang dapat
menentukan apakah ujian-ujian seperti itu benar-benar mengukur keterampilan dalam
mengatasi tantangan.
Keabsahan pergundikan dibuktikan oleh bukti bahwa siswa mempertahankan
urutan pangkat yang sama dalam satu tes (misalnya, suatu pemeriksaan arit yang
metis seperti yang mereka miliki terhadap yang lain yang konon mengukur
kemampuan yang sama. Keabsahan semacam ini telah banyak diandalkan oleh
pengembang uji yang ingin menunjukkan bahwa kitab nekitab yang baru memiliki
kekuatan yang sama dengan tes kecerdasan yang dihormati. Seperti Binet
pemberitahuan lagi bahwa ini juga berhubungan dengan membangun
validitas.Pendekatan ini jarang membantu dengan tes prestasi. Karena sulit untuk
memutuskan tes mana yang akan disahkan jika kedua tes terdiri dari sampel benda
dari tabel spesifikasi
Gagasan keabsahan dapat digunakan jika kita ingin melihat ke dalam
hubungan antara tidak langsung dan ukuran langsung dari beberapa perilaku.Sekali
lagi, pengesahan pengesahan juga menjadi masalah.Sebuah contoh yang jelas dari hal
ini terjadi dalam penyusunan keterampilan kebanyakan guru wul mengatakan bahwa
ukuran langsung kemampuan menulis hanya dapat dimiliki di mana siswa benar-benar
mempersiapkan komposisi. Di pihak lain, sebuah alat yang banyak digunakan adalah
komposisi dengan kesalahan yang diketahui yang siswa diminta untuk mengoreksi
dan mengoreksi ada keuntungan dalam anncoach ini dalam hal menghemat waktu dan
memungkinkan semua siswa untuk diberi tugas yang sama. Namun, korektor.
Instrumen ing berguna jika berkorelasi secara substansial dengan nilai yang
dikembangkan dengan hati-hati
Singkatnya, inti dari pertanyaan validitas adalah: validitas untuk apa? Apa
yang menggunakan benang penutup? Kesimpulan apa yang akan dibuat berdasarkan
kinerja tes? Jika pemeriksaan akhir dalam kursus tertentu digunakan untuk
menentukan pada titik mana dalam subse.
Setiap siswa harus mulai, maka itu berlaku jika dan hanya ifit mengerjakan
ekpres "it works" berarti bahwa jika atas dasar dia menguji kita mulai mahasiswa X
pada instruksi A dan siswa Y pada instruksi B. keduanya akan mendapatkan lebih dari
yang woujd telah belajar buruk keduanya dimulai pada titik yang sama dan menerima
instruksi yang sama. Dalam hal prediktif validitas, membahas beberapa paragraf
earlyer kita menilai kecepatan tes dengan penggunaannya dalam memprediksi titik
awal yang tepat.Apa yang kita bicarakan di sini dibahas di beberapa bab lengu i 5,
diagnosis om. Alasan untuk menyebutkan di sini adalah bahwa penggunaan ini
dibahas cukup sering dalam conbectian dengan objek subiect yang dilihat sebagai
berurutan
Sebagai contoh lain, jelaslah bahwa jika ujian akhir diberikan hanya untuk
tujuan menentukan nilai pekerjaan para siswa, ujian itu sah hanya jika nilai yang
ditetapkan sesuai dengan kategori nilai yang sebenarnya. Tes harus terdiri dari benda-
benda yang mewakili perilaku yang sebenarnya.Sasaran tentu saja.
6. Reabilitas
Sebuah karakteristik yang mungkin dianggap terpisah dari keabsahan, tetapi
yang validitas sebagian tergantung, adalah keandalan. Sang Keandalan serangkaian
nilai ujian merujuk pada konsistensi dengan hasil menempatkan siswa pada posisi
relatif yang sama jika tes diberikan berulang kali. Jika tes yang sama diberikan kepada
sekelompok pada pagi hari dan lagi pada sore hari, biasanya kita mengharapkan
peringkat yang sama setiap kali. Jika tidak demikian, kita akan mengatakan bahwa
hasilnya tidak stabil sama. Jika dua sampel ofitem yang mewakili sel perilaku konten
yang sama diberikan satu demi satu dan siswa tidak ditempatkan dalam kira-kira
dengan cara yang sama, kami akan mengatakan hasilnya tidak konsisten. Sebagai
contoh ketiga, jika siswa yang sama menerima tes yang diberikan lagi — atau c.ae
yang berbeda menguji kemampuan yang sama — setelah kehilangan 6 bulan, dan
tidak keluar dalam urutan yang sama, kami akan mengatakan bahwa hasilnya kurang
konsisten namun, dalam contoh terakhir ini, kami mighe mengklaim bahwa kami
tidak mengharapkan tingkat konsistensi yang tinggi karena para siswa telah menerima
petunjuk selama 6 bulan. Tiga contoh menunjukkan setidaknya tiga jam kepercayaan
Metode-metode meningkatkan keandalan diuraikan dalam pasal ini di bawah
langkah-langkah untuk membangun dan merevisi suatu ujian.Cukuplah untuk
mengatakan pada titik ini bahwa ambiguitas dalam pertanyaan baik atau langsung
dapat dikurangi. Mengenai penilaian yang tidak konsisten, kehati-hatian yang lebih
besar dapat diambil dalam mencetak gol dengan sebuah kunci dan kesepakatan yang
lebih besar dapat diupayakan antara lawan atau Antara skor yang ditugaskan oleh
orang yang sama pada waktu yang berbeda.
Contoh kedua yang dilukiskan di atas. Dua sampel itens mewakili sel perilaku
konten yang sama yang diberikan dengan jangka waktu yang sangat singkat atau nore
sama sekali — juga mempertahankan konsistensi dalam uji preseatau instrumen.
Namun, sebuah faktor baru masuk di sini: eauivalensi sampel dari item. Itu adalah,
seberapa baik mereka mewakili semua benda yang mungkin untuk menguji sel
itu.Secara umum, seseorang dapat meningkatkan kemampuan — yaitu, mengurangi
hasil yang tidak konsisten — dengan menambahkan lebih banyak materi ke tes yang
sangat sederhana, jika kita ingin menguji kemampuan untuk membagi tiga digit
humeral dengan dua digit angka.Kami berharap untuk mendapatkan Lebih reiable
resuhts dari 6 item yaitu fram 2.Tentu saja. Kita harus prihatin juga dengan
ambiguitas dan dengan konsistensi seperti yang aku contoh sebelumnya
Contoh ketiga di mana waktu yang relatif lama berlalu sebelum pengujian
kedua dengan contoh yang sama atau sampel yang berbeda mencerminkan tingkat
keandalan ketiga: stabilitas sifat: jika kita berurusan dengan para siswa menarik minat
untuk tujuan meramalkan keberhasilan kejuruan kita mengharapkan suatu stabilitas
dari waktu ke waktu.
Namun, jika kita berurusan dengan kemampuan menulis selama suatu periode ketika
instuction sedang diberikan, kita tidak mengharapkan hieh stabilitas di evaluasi
summatif, semacam ini reliabil.Ity jarang memiliki kepentingan besar meskipun
dalam penggunaan tes untuk cerifcation ox prediksian stabilitas harus perhatian nyata.
(untuk penanganan yang lebih lengkap terhadap stabilitas dan metode
memperkirakan, pembaca harus melihat Stanley, 1971.) Masalah sebelumnya dengan
ambiguitas dan menilai konsistensi berlaku di sini juga.Kalimat pembuka pembahasan
tentang keterandalan ini menyatakan bahwa keabsahan sebagian bergantung pada
keterandalan.Kebalikannya tidaklah benar.
Seseorang dapat membuat sebuah tes yang tidak sah (seperti untuk mengukur
kemampuan menafsirkan data yang semata-mata terdiri dari pertanyaan pengetahuan
tentang terminologi tetapi sangat dapat diandalkan dalam hal menguji peralatan mandi
dan sanpling. Namun, bahkan jika kita menemukan kesepakatan umum di antara
menyetujui Para hakim bahwa satu set item yang diukur kemampuan untuk
menafsirkan data, dengan demikian menetapkan validitas konten, kita tidak bisa
berpikir bahwa tes kita valid jika kita menemukan bahwa keterandalannya rendah.
Keandalan membatasi keabsahan. Sebuah ukuran yang memberikan hasil tidak
konsisten carnot memberikan hasil yang valid.
7. Langkah Umum Dalam Membangun Tes Summatif
Apa pun sudut pandang seseorang tentang pendidikan dan prosedur petunjuk
yang tepat, ada enam langkah umum yang dapat membantu dalam pembangunan tes
summatif. Mereka terdaftar di sini untuk kenyamanan.Masing-masing kemudian
dibahas secara terpisah dalam halaman yang dicetak.
Rendah:
1. Kembangkan (atau bupati dan sesuaikan) tabel spesifikasi untuk subjek dan
kelas
2. Tulis atau pilih item untuk sel matriks.
3. Pilih item yang menguji berbagai sel dengan sampling dalam beberapa cara
rasional.
4. Atur itemns yang terpilih secara sistematis.
5. Merancang skema mencetak gol untuk menghasilkan jenis informasi yang
diinginkan.
6. Mengembangkan arah yang jelas untuk pemeriksaan.
7. Periksa produk akhirnya.
Kata tes "atau" pemeriksaan "sering muncul dalam bab ini tanpa kata sifat"
summatif, tetapi kecuali dinyatakan secara eksplisit, pembahasan mengenai tes selalu
merupakan dasar untuk evaluasi summatif.
1. Kembangkan (atau Meminjam dan Beradaptasi)
Sebuah tabel spesifikasi Untuk subjek dan kelas
Langkah-langkah dalam mengembangkan atau memilih spesifik matriks ditangani
secara detail di bab 2, dan pembaca harus meninjau poin-poin yang dibuat dalam bab
tentang dimensi perilaku isi ano dari grid. Tabel 41 menyajikan tabel spesifikasi untuk
kuliah biologi di sma. Kami akan merujuk ke tabel 41 di seluruh bab ini untuk
menjelaskan poin-poin terkait dengan membangun tes summativc yang valid.
Meskipun berkaitan dengan isi dan ilusi perilaku yang spesifik dari itu siap diterapkan
pada mata pelajaran dan nilai lainnya.
2. Tulis atau Pilih Item untuk Sel Matriks
Saran untuk menuliskan hasil tes diulas dalam bab 7: bab 8 sampai 10
mencakup cara pembentuk untuk berbagai tingkat pajak kognitif dan afektif.
3. Pilih item yang menguji berbagai sel dengan cara yang masuk akal
Jika kau percaya bahwa setiap hasil adalah sama pentingnya dengan yang
berikutnya, maka kekalahan mu akan mengikuti aturan acak sampling dari semua item
yang mungkin. Anda dapat memperoleh contoh dari item di seluruh meja spesifikasi
dengan menentukan angka untuk setiap item dan menggunakan angka untuk sampling
seluruh isi atau tema atau keduanya Sebaliknya, jika anda melihat tujuan evaluasi
tinggi anda sebagai pengujian beberapa tujuan generalisasi, maka anda harus
memutuskan sel mana yang hendaknya anda contoh.
4. Aturlah benda-benda yang dipilih secara sistematis
Dalam kasus-kasus tertentu, materi tersebut mungkin tidak dapat diatur
berdasarkan jenis perilaku, tetapi dalam kasus-kasus lain, materi dapat
dikelompokkan berdasarkan isinya.Apabila pilihan item sedemikian rupa sehingga
mereka relatif ho mogenous sehubungan dengan konten dan bersifat ha, mungkin baik
untuk mengumpulkan mereka dalam skala yang berkisar dari mudah secara signifikan
(banyak siswa yang lewat) hingga relatif sulit (hanya beberapa siswa yang lewat).
Dengan berbagai jenis pilihan, pencocokan, benar
5. Merancang skema penilaian obyektif menghasilkan informasi yang
diinginkan
Ungkapan "penilaian objektif" menggambarkan proedures yang memberikan
hasil seragam, hormat.Nilai yang lebih rendah, jika digunakan untuk menandai
(benar) ujian.Penilaian obyektif ujian bukanlah topik yang berkaitan semata-mata
dengan evaluasi tinggi.Namun, ada alasan untuk perhatian khusus dengan objektivitas
di Nilai dari tes akhir untuk kursus yang diberikan.
Obietivitas dalam penilaian harus dilakukan tidak hanya dengan keadilan
tetapi juga dengan keabsahan dan keandalan.Tidak peduli seberapa baik item dari uji
cocok tabel spesifikasi yang dimaksudkan keluar. Datang, jika unsur apa pun dari
penilaian mendatangkan ketidakakuratan dalam penerapannya, maka isinya
diturunkan. Jika prasangka dalam penilaian menyebabkan perilaku yang sama untuk
dinilai secara berbeda untuk pemeriksaan yang berbeda, maka keabsahan dan
keandalan hasil akan berkurang. Sebagai contoh, pertama-tama mari kita bahas kasus
sederhana yang dapat kita hadapi dengan ujian pilihan
ama obyektif dengan mereka pada tes pilihan. Hendaknya juga diperhatikan
bahwa dalam ujian pilihan, beberapa orang atau kelompok harus menekan respon
yang menghasilkan jawaban terbaik.
Dalam pengujian pasokan yang menuntut penyelesaian satu kata atau satu
frasa, ada mereka yang akan menerima berbagai istilah yang agak liberal selama
tampaknya bahwa artinya adalah "di dalam taman bermain." Misalnya, hal berikut ini
diambil dari ujian akhir aljabar kelas sembilan:
6. Mengembangkan arah yang jelas untuk pemeriksaan
Harus dijelaskan dengan jelas. Untuk jawaban pendek item presisi yang
diperlukan harus dibuat jelas, terutama jika pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan
perhitungan aritmatika
Jika pertanyaan esai digunakan, pemeriksa membutuhkan petunjuk untuk
setiap pertanyaan tentang bentuk dan panjangnya jawaban yang diinginkan, tentang
hal-hal yang harus dibahas dalam pertanyaan, dan pada waktu yang disarankan yang
harus digunakan untuk pertanyaan tersebut. Kriteria untuk mencetak pertanyaan perlu
diuraikan; Apakah akan demikian
Evaluasi Diagnostik
A. Pengertian EvaluasiDiagnostik
Dari segi proses dan pemilihan materi bahasan memang sedikit agak menyulitkan
pengajar dalam mengelola kelas. Namun itu akan berakibat kondusifnya suasana kelas yang
dapat mengarahkan pembelajarnya lebih berprestasi lagi. Akan tercipta situasi yang penuh
dengan kompetisi sehat yang menjadi pemicu bagi setiap individu untuk tampil. Atmosfer
akademik dalam suasana saling berkompetisi sangat berkontribusi terhadap pencapaian
target pembelajaran. Memberi perlakuan yang sama berarti kurang menghargai kemampuan
seseorang yang lebih dari yang lainnya. Bagi pengajar, menyamakan atau generalisasi ini
akan mempermudah dia dalam bertugas. Namun efek yang bisa timbul adalah munculnya
kebosanan dan rasa pesimis dari mereka yang memiliki kemampuan lebih.
Yang kedua, fungsi diagnostik, yaitu evaluasi yang menganalisis kemampuan
pembelajar pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Fokusnya adalah membantu
mereka bagaimana supaya mampu memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan.
Evaluasi ini berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah membantu
pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Evaluasi diagnostik, memungkinkan seorang
pengajar mempertahankan metode yang digunakan atau segera menggantinya. Fungsi ini
dapat diwujudkan dalam bentuk tes formatif, yang mengevaluasi pembelajar pada setiap sub
pokok bahasan, atau sub unit suatu pelajaran. Jadi, tes itu tidak hanya dilakukan sekali diakhir
suatu periode pembelajaran, melainkan ada tes-tes pengontrol atau pendamping dari tes akhir.
Bentuk dan pelaksanaannyapun tidak sekaku yang ada selama ini, seperti mid semester, tidak,
tapi bisa lebih dinamis, yang sedemikian rupa bisa dirancang olehpengajar.
Yang ketiga, fungsi sertifikasi. Evaluasi saat ini berguna
untuk menyatakan kedudukan atau peringkat seseorang dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi
dilaksanakan di akhir sebuah periode pembelajaran, umpama di akhir semester, program,
paket, atau tingkat. Fungsi sertifikasi dalam evaluasi pembelajaran sama sekali tidak
menggiring pembelajar untuk meningkatkan kemampuan akademisnya, karena dia
dilaksanakan terakhir. Tujuannya hanya menyatakan status dan mendapatkan laporan hasil
belajar atausertifikat
Pada tulisan ini, penulis ingin memperdalam bahasan bagaimana fungsi diagnostik
sebuah evaluasi bisa terwujud.:
1. Evaluasi bertujuan untuk menemukan kesulitan pembelajar dalam mengikuti
pelajaran, yang selanjutnya akan diberikan perlakuan yang tepat, sehingga
tujuan pembelajaran dapatdicapainya.
2. Evaluasi berlangsung selama prosespembelajaran.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk merespon dua prinsip itu adalah:
6. Buat Kesimpulan.
Hal yang akan diungkap dalam kesimpulan hanya dua, sesuai skema di atas, yaitu
berhasil atau gagal. Kalau berhasil dapat melanjutkan materi pada sesi berikutnya, dan kalau
gagal, mengulang. Yang dikatakan berhasil adalah mereka yang memperoleh skor
memenuhi standar minimal dari kompetensi yang ditetapkan. Dan proses mengulang bagi
yang gagal tidak mesti dia harus kuliah tambahan lagi, misalnya ada kuliah sore, tidak. Tapi,
harus ada kebijakan pengajar, umpama pemberian tugas atau yang lainnya.
Kedua, evaluasi dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran. Bentuknyapun tidak
sekaku dan seformal tes yang ada. Pengajar punya kebebasan menentukan bentuk
evaluasinya. Yang penting di sini adalah perencanaan dan pengorganisasiannya. Jadi
pembelajaran itu tidak hanya menganalisis, diskusi, dan presentasi selama satu semester, tapi
ada evaluasi yang benar-benar mengiring pembelajar agar dia berhasil dalam mencapaitujuan.
Dengan tes diagnosis itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika
kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa
saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut. Tes dignostik kesulitan belajar
sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap gejala dan fakta tentang
sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan yang esensial. Tes
dignostik kesulitan belajar juga tidak hanya menyangkut soal aspek belajar dalam arti sempit
yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek
pribadi yang menyangkut perilakusiswa.
Tujuan tes diagnostik untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan merumuskan
rencana tindakan remidial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila
guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau
meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala kesulitan
belajar. Agar memudahkan pelaksanaan tes diagnostik, maka guru perlu mengumpulkan data
tentang anak secara lengkap, sehingga penanganan kasus akan menjadi lebih mudah
danterarah.
EVALUASI FORMATIF
A. Pengertian Penilaian/ Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif (Formatif Test) adalah suatu tes hasil belajar dimana evaluasi
tersebut mempunyai suatu tujuan untuk dapat mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik itu telah terbentuk (sudah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan)
setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, kemudian
perlu diketahui juga bahwa istilah formatif itu berasal dari kata form yang dapat diatikan
sebagai bentuk.
“Tujuan dari penilaian Formatif adalah untuk memonitor pembelajaran siswa pada apa yang
ia lakukan yang dapat digunakan oleh instruktur untuk meningkatkan pengajaran mereka dan
oleh siswa bisa meningkatkan pembelajaran mereka.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru selama dalam
perkembangan. Dengan maksud agar segera dapat mengetahui kemungkinan adanya
penyimpangan-penyimpangan, ketidak sesuaian pelaksaan dengan rencana yang telah disusun
sebelumnya karena dilaksanakan setelah selesai mengajarkan satu unit pengajaran.Evaluasi
formatif digunakan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan
biasanya dilakukan lebih dari sekali atau continue dengan tujuan untuk melakukan perbaikan
secara tepat dan menyeluruh yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang
terdapat pada masing-masing siswa.
Dalam melakukan evaluasi formatif, pengajar harus memiliki tiga dasar dalam
melakukan evaluasi formatif.
1) dasar psikologis, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan.
2) dasar diktatis, untuk menunjukkan bahwa evaluasi sangat besar manfaatnya dan
berperan penting dalam memotivasi belajar, mendapatkan informasi atau data siswa yang
kesulitan dalam belajar. 3) dasar administratif, evaluasi diperlukan untuk menentukan Indesks
Prestasi, pengisian raport.
Bisaanya di sekolah-sekolah, tes formatif itu pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru, setelah guru mengadakan atau
melaksanakan suatu tes formatif, maka alangkah baiknya ditindaklanjuti lagi jka ada bagian-
bagian yang memang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan ke pokok bahasan baru
terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan kembali bagian-bagian mana yang sekiranya belum
dikuasai atau dipahami oleh peserta didik. Dengan demikian tujuan dari evaluasi formatif
adalah untuk memperbaiki tingkat penguasaan materi dari peserta didik dan sekaligus untuk
memperbaiki dalam suatu proses pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan tes sumatif adalah suatu penilaian yang
pelaksanaannya itu dilakukan pada akhir tahun atau akhir program, atau lebih spesifiknya
penilaian yang dilakukan pada akhir semester dari akhir tahun. Jadi, rujuannya adalah untuk
melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yaitu seberapa jauhkah tujuan-tujuan kurikuler
yang berhasil dikuasai oleh para peserta didik, dan penilaian inipun dititikberatkan pada
penilaian yang berorientasi kepada produk, bukan kepada sebuah proses.
Dan bagaimanapun , hasil yang peroleh dari tes sumatif tampaknya menjadi
keputusan akhir mengingat tidak adanya kesepakatan bagi guru untuk memperbaiki
kekurangan para siswa pada semester tersebut. Perubahan baru bisa dilakukan pada tahun
berikutnya atau sekedar bahan untuk penyempurnaan semester berikutnya.
Secara bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mengandung
pengertian penilaian.Sementara itu, sebagaimana dimaksud dengan istilah penilaian adalah
suatu gerakan yang disusun untuk mengetahui keadaan suatu artikel dengan menggunakan
suatu instrumen dan hasilnya diperbandingkan dengan tolak ukur dan tujuan.16 Sesuai
dengan latihan belajar.Penilaian memainkan peran penting dalam pengakuan tujuan
pembelajaran untuk memutuskan atau menentukan pilihan seberapa banyak tujuan yang
ditampilkan telah dicapai oleh siswa.
Pada umumnya evaluasi harus dilakukan selama sistem pembelajaran berlangsung,
yang dilakukan setiap kali unit pembelajaran atau mata pelajaran selesai sepenuhnya dengan
maksud untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami latihan yang telah
disampaikan atau disebut evaluasi formatif.
B. Manfaat Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif
Berbicara mengenai manfaat, mak evaluasi dan evaluasi sumatif mempunyai banyak
manfaat, baik bagi siswa, guru maupuun program itu sendiri. Manfaat tersebut antara lain,
yaitu yang dikutip dari buku dasar-dasar evaluasi pendidikan :
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengevaluasi bahan program secara
menyeluruh.
b. Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa yang dikerjakan sudah
menghasilkan skor yang tinggi sesuai drngan yang diharapkan maka siswa merasa
mendapat “ anggukan kapala ”dari guru, dan ini merupakan suatu tansa bahwa apa yang
sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar.
c. Usaha perabaikan, dengan umpan yang diperoleh setelah melakukan tes. Siswa
mengatui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau
bagaimana dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
d. Sebagai Diagnosa, bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan hasil
tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagaimana bahan pelajaran yang
masih dirasakan sulit
Tetapi jika penilaian itu berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai
dimana prestasi atau penguasaan dan pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukan
Fungsi evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan guru untuk memperbaiki
proses pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang telah diterapkan. Pelaksanaan
evaluasi ini dapat dilakukan secara kontinu atau periodik tertentu dalam satu proses belajar
mengajar. Maksut periodik yaitu pada awal, tengah, atau akhir dari proses pembelajaran.
Informasi yang diperoleh dari evaluasi formatif ini secepatnya dianalisis guna memberika
gambaran kepada guru, tentang perlu tidaknya dilakukan pembelajaran perbaikan bagi para
peserta didik yang memerlukan.
Tujuan utama evaluasi formatif adalah menentukan tingkat kemampuan peserta
didik.Evaluasi formatif ini juga bertujuan mengetahui sejauh mana pembelajaran yang
dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatannya.Arikunto, (2002:36-
38) Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun pelajaran itu
sendiri. Manfaat bagi siswa:
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengusai bahan pelajaran
secara menyeluruh.
b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes
yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang
diharapan maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini
merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan penegtahuan
yang sudah benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah
membekas diingatan. Di samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan
memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan
nilai yang sudah baik itu atau memperoleh lebih baik lagi.
c) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah
melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti
siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang mana yang belum
dikuasainya. Dengan demikian, akan ada motivasi untuk meningkatkan
penguasaan.
d) Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan
serangkaian pengetahuan, keterampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil
tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagaimana dari bahan pelajaran
yang masih dirasakan sulit.
D. Perbandingan Antara Tes Formatif dan Tes Sumatif
A. Tes Essay
1. Pengertian tes essay
Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya
terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan
menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan
berpikir siswa. tes essay juga sering disebut sebagai tes uraian karena untuk
menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak
cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap
dan jelas.Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa
mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik.
2. Penggunaan Tes Essay
Tes essay sangat baik digunakan apabila:
a. Jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang. Bila peserta
ujian terlalu banyak, misalnya lebih dari 100 orang, penggunaan tes essay akan
menyita waktu guru dalam memeriksa lembar jawaban, sehingga kurang efisien.
b. Waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan
ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
c. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan
pikiran dalam bentuk tulisan, menguji kemampuan menulis dengan baik atau
kemampuan penggunaan bahasa tulis.
d. Ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal
ujian, tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau
pendapat.
e. Untuk memperoleh hasil pengalaman belajar siswa, maka tes essay merupakan
salah satu bentuk yang paling tepat untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.
1. Jenis-Jenis Tes Essay
Tes essay tersebut dibedakan berdasarkan luas sempitnya materi yang
ditanyakan.
a. Tes Essay Bebas (Extended Respons Items)
Pada tes essay bebas (extended respons items) peserta dapat mengemukakan
pendapat sesuai dengan kemampuan mereka tanpa ada batasan-batasan dari
pembuat soal, sehingga jawaban setiap peserta akan berbeda satu sama lain. \
b. Tes Essay Terbatas (Restricted Respons Items)
Pada tes essay terbatas (restricted respons) peserta dapat dengan bebas
mengemukakan pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang
terkandung dalam jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan
dan dikehendaki dalam soal. Bentuk essay terbatas ini dapat dipergunakan untuk
menguji kemampuan sebab-akibat, menggambarkan prinsip-prinsip, mengajukan
argumentasi yang relevan, merumuskan hipotesis yang tepat, merumuskan asumsi
yang tepat, menggambarkan keterbatasan data, merumuskan kesimpulan yang
tepat, menjelaskan metode dan prosedur, dan hal-hal yang sejenis.
2. Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay
a. Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti
kemampuan mengaplikasikan prinsip, kemampuan menginterpretasikan
hubungan, kemampuan merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya..
b. Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif.
Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-
kata sendiri, maka bentuk tes essay menuntut penguasaan bahan secara penuh.
Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mudah melalui jawaban
yang ditulis oleh peserta tes.
c. Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama
bagi guru untuk mempersiapkannya. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh
dua hal, pertama jumlah butir soal tidak terlalu banyak, dan kedua guru tidak
harus menyediakan jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.
d. Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi. Karena tidak ada alternatif jawaban
yang disiapkan oleh penyusun tes maka peserta tes dituntut untuk betul-betul
memikirkan jawaban yang dibutuhkan.
e. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya ke
dalam bentuk kalimat yang tepat. Dalam menjawab soal ujian tertulis peserta
dituntut untuk mampu menyusun kalimat yang mudah dipahami oleh pemeriksa
hasil tes. Hal ini akan melatih keberanian dan keterampilan siswa menyampaikan
ide maupun gagasan secara tertulis.
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri. Kemampuan menjawab soal ujian essay dengan baik
akan membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyatakan pikiran
secara tertulis.
Terdapat juga kekurangan pada tes essay antara lain:
a. Reliabilitas tes rendah.
Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama
atau tes paralel diuji beberapa kali. Ada tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes
essay.
Pertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam butir soal tes.
Karena sifat jawaban tes essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka tidak
mungkin soal tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak jumlahnya
sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok bahasan
yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas.
Kedua, batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta tes sangat longgar,
walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup
ketat.Keragaman jawaban antar peserta tetap saja besar.Keragaman tidak hanya
antara peserta tes, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan
suasana tes yang ada. Tes yang sama diuji pada pagi hari, dimana peserta masih
segar akan menghasilkan skor yang berbeda bila tes dilaksanakan pada siang hari.
Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa
jawaban tes.Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda juga yang diperoleh
peserta. Bahkan, orang yang sama memeriksa tes yang sama pada waktu yang
berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban dan tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain.
Adanya berbagai macam pertimbangan dalam penilaian hasil tes essay serta
adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan pemeriksaan lembar jawaban
tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan tes
objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa pihak yang mengadakan penilaian juga
harus menguasai materi yang diujikan menyebabkan pemeriksaan terhadap hasil
tes essay tidak bisa diwakilkan kepada orang lain yang tidak menguasai materi.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.
Peserta tes yang kurang menguasai bahan yang akan diujikan acap kali
mencoba menjawab dengan menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan
hal yang ditanyakan atau dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang
tidak berharga ini pun harus dibaca oleh guru dengan teliti.
d. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama
untuk membedakan prestasi belajar antara siswa.
Padahal tidak semua hasil belajar bisa dikomunikasikan dalam bentuk
tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk tingkah laku
atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataan tertulis.
3. Aturan Mengkonstruksi Pertanyaan dalam Tes Essay
a. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi pembelajaran
yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif.
b. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap
perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar.
Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay perlu
tetap mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak mengarah
pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan lebih dahulu.
c. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan
kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat
menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti
terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan dan
sebagainya.
d. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa
dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai
dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut hendaknya
didasarkan pada tingkat kesulitan setiap pertanyaan.
e. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya
menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya
terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih empat
soal dari lima pertanyaan yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan pilihan
dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas tes essay yang direncanakan.
4. Metode Pengoreksian Tes Essay
Terdapat 3 metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengoreksi soal bentuk
essay. Metode-metode tersebut antara lain:
a. Metode Pernomor (Whole Method)
Guru mengoreksi hasil jawaban setiap nomor dari peserta didik, misalnya
guru mengoreksi nomor 1 terlebih dahulu dari jawaban seluruh peserta didik,
kemudian dilanjutkan ke nomor 2, dan seterusnya.
b. Metode Perlembar (Separated Method)
Guru mengoreksi satu lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor 1
hingga nomor terakhir, kemudian setelah selesai mengoreksi satu lembar jawaban
dari peserta didik yang satu, guru mengoreksi lembar jawab peserta didik yang
lain, begitu seterusnya.
c. Metode Bersilang (Cross Method)
Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan cara menukarkan
hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain,
lembar jawab yang telah dikoreksi oleh seorang korektor, kemudian dikoreksi
kembali oleh korektor lain.
B. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer
test) tes ya-tidak (yes-no test) dan test model baru (new tipe test) adalah salah satu jenis
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat jawab
oleh testee dengan jalan memilih salah satu jawaban (atau lebih) di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan pada masing-masing items atau dengan
cara mengisikan (menuliskan) jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu
pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items yang
bersangkutan.
Dilihat dari sistem penskorannya, tes objektif akan menghasilkan skor yang sama.
Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat
kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.Karena sifatnya yang objektif maka
penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.Soal ini tidak memberi peluang
untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan
salah.Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons
tersebut benar dan biasa diberi skor 1.Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka
respons siswa salah dan biasa diberi skor 0.Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu
jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil kesimpulan
bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk
memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal
memilihnya.Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua
kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.
Soal jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
memberikan jawaban singkat berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh,
lambang, atau kalimat yang sudah pasti. Penyusunan Bentuk Tes Jawaban Singkat
Apabila menyusun tes bentuk ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah Kalimat-
kalimat yang dipergunakan dalam soal jangan diambil kata-kata (verbatin) dari
buku, hendaknya menggunakan kata-kata atau kalimat guru. Kata yang
dihilangkan tidak boleh terlalu banyak, terutama agar soal tidak berubah menjadi
semacam teka teki atau sama sekali tidak berbunyi. Misalnya, pulau ... terletak
di ... penghasil ... yang digunakan sebagai pembuat jalan.Kata yang dihilangkan
sebaikmya terletak dibelakang kalimat bukan didepan atau ditengah-tengah.
Beberapa kaidah dalam penulisan bentuk tes jawaban singkat adalah sebagai
berikut:Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar
dan indikator).Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.Jawaban yang dituntuk oleh butir
berupa kata, frase, angka, simbol, tahun, tempat dan sejenisnya harus singkat dan
pasti. Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang dikutip Iangsung dari
suatu buku.Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk pada kunci
jawaban.Apabila rumusan butir soal dalam bentuk kalimat yang belum Iengkap,
bagian yang dikosongkan untuk diisi oleh peserta tes maksimum dua untuk satu
kalimat soal.Skor Bentuk Tes Jawaban Singkat Penskoran dalam soal jawaban
singkat dapat dilakukan setelah soal tersebut digunakan.Penskoran soal jawaban
singkat sangat mudah dilakukan, skor 1 (satu) diberikan apabila jawaban benar,
dan skor 0 diberikan apabila jawaban salah.
2. Item Benar-Salah
Soal benar-salah adalah salah satu jenis soal singkat yang cukup sederhana.Soal
benar-salah pada prinsipnya bisa dibuat menjadi dua kelompok.Kelompok pertama
ditulis pada lajur sebelah kiri yang berupa huruf B dan S yang harus dipilih peserta
didik atas respon pernyataan yang disebelah kanan.
a) Umumnya hanya ada satu jawaban benar atau jawaban terbaik pada soal pilihan ganda
b) Pastikan ahli yang kompeten dapat menyetujui yang menjadi kunci jawaban yang
benar adalah fakta yang benar
c) Jawaban yang benar harus secara gramatikal benar untuk menjawab “stem”
d) Memeriksa kembali seluruh tes untuk memastikan pilihan yang benar tidak mengikuti
pola yang mudah dipelajari
e) Hindari ungkapan pada pilihan benar yang textbook atau gaya klise
f) Pilihan benar harus yang kira-kira secara keseluruhan sama kedalamannya sebagai
pengecoh
g) Keuntungan tes pilihan ganda adalah mengurangi jumlah waktu yang digunakan
untuk menulis jawaban, dengan demikian membiarkan penilaian mencakup lebih
banyak bahan.
4. Kelemahan dan Kelebihan
a. tes pilihan ganda ini memiliki kelebihan sebagai berikut :
1) Dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/kompetensi khususnya domain
kognisi, dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks
2) Dapat menggunakan tes yang relatif banyak yang mewakili bahan ajar yang lebih
luas
3) Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif
Tujuan atau sasaran yang didefinisikan sebagai "pengetahuan" telah memegang posisi
genting dalam pendidikan Amerika selama 40 tahun. Tidak begitu "pemahaman"!
Perbedaannya adalah ini: "pengetahuan" diletakkan (untuk menggunakan frasa saat ini) setiap
dekade atau lebih dengan alasan bahwa itu menyiratkan ingatan atau pengakuan dari banyak
sekali detail yang tidak penting tanpa pemahaman atau sistematisasi detail tersebut;
"pemahaman," di sisi lain, menunjukkan bahwa pelajar "memahami"-atau menginternalisasi
dan mensistematisasikan-pengetahuan. Namun, jika kita melihat pada hampir semua tabel
spesifikasi isi-perilaku yang muncul dalam buku ini (lihat Bab 4 dan 6), kita akan
menemukan bahwa pengetahuan tentang hal-hal seperti terminologi, prinsip, dan aturan
muncul sebagai bagian dari tujuan konten-perilaku. Situasi ini tidak khas buku ini; program
studi di seluruh negara bagian dan lokal memasukkan pengetahuan sebagai bagian dasar dari
kurikulum.
B. Tujuan Pengetahuan
Ungkapan "tujuan pengetahuan," seperti yang digunakan dalam buku ini, menyiratkan
ingatan atau pengenalan elemen-elemen tertentu dalam bidang subjek.Mungkin jangkauan
terluas dari jenis hal yang diajarkan untuk tujuan mengingat segera muncul dalam Taxonomy
of Educational Objectives Handbook 1, Cognitive Domain (Bloom, 1956, hlm. 62-77).Dalam
risalah tersebut terdapat contoh-contoh tujuan pengetahuan yang berbeda isinya seperti
"mengingat kembali fakta-fakta utama tentang budaya tertentu" (hlm. 66) dan "pengetahuan
tentang rumusan teori evolusi yang relatif lengkap" (hlm. 77).Terminologi, konvensi, dan
kriteria masing-masing dapat menjadi substansi pengetahuan.
Tujuan kemampuan mengingat tidak dengan sendirinya menunjukkan ada atau tidak adanya
kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan itu.
C. Pernyataan Tujuan Pengetahuan
Setiap pembaca yang akrab dengan pendidikan dapat membuat daftar lebih banyak
pernyataan tujuan pengetahuan.Alasan pemilihan beberapa yang sebelumnya adalah untuk
menyajikan bentuk-bentuk umum di mana mereka muncul. Yang baru saja dinyatakan
berbeda satu sama lain dalam dua cara yang jelas-pertama:, dalam objek perilaku, dan kedua,
dalam kata kerja atau kata kerja tersirat (misalnya, "tepi pengetahuan" yang berarti "tahu").
Ada perbedaan lain yang tidak begitu jelas tetapi sangat penting dalam mengevaluasi
pembelajaran siswa Ini adalah perbedaan dalam kekhususan dan jenis konten dan
kemampuan mengamati dan jenis perilaku.
Dalam hal kekhususan konten, mungkin pernyataan 4 dan 7 adalah yang paling eksplisit
Pernyataan 4 berkaitan dengan satu definisi dari satu istilah Sangat mudah untuk melihat
beberapa cara yang jelas untuk menguji tujuan ini, misalnya, guru hanya perlu meminta siswa
untuk nyatakan secara lisan atau tertulis definisi yang diinginkan Untuk pernyataan yang
berhubungan dengan huruf abjad, akan ada lebih banyak item, tentu saja, karena ada dua
puluh enam huruf, tetapi area kontennya jelas dan terbatas.
D. Uji Ilustratif Item untuk Tujuan Pengetahuan
Maksud dari bagian ini adalah untuk memberikan contoh kepada pembaca tentang
beberapa format item utama dan menunjukkan perilaku pengetahuan yang sesuai.Butir-butir
yang dirancang untuk menguji pengetahuan lebih lazim dalam tes-tes yang dibuat oleh guru
atau diterbitkan di hampir semua bidang studi daripada butir-butir yang diarahkan pada
aplikasi, analisis, dan penggunaan pengetahuan lainnya. Contoh-contoh jenis soal yang dapat
digunakan untuk menguji pengetahuan berlimpah baik dalam tes tersebut maupun dalam
buku yang tujuannya adalah untuk menyajikan jenis dan fungsi item Mungkin salah satu
kumpulan ilustrasi paling lengkap dari berbagai jenis item ada di buku karya J. Raymond
Gerberich, Spesimen Objektif Item Tes (1956). Sumber lain yang sangat baik dari jenis item,
yang diurutkan menurut subkategori pengetahuan (misalnya, pengetahuan tentang konvensi,
pengetahuan tentang tren dan urutan, dan pengetahuan tentang metodologi), adalah
Taksonomi Tujuan Pendidikan (Bloom, 1956). Beberapa ilustrasi di bagian ini telah dipilih
dari karya lain. Untuk setiap item tersebut, sumbernya ditunjukkan.
Ada dua karakteristik yang sangat penting dari item pengetahuan yang baik Pertama, item
yang baik adalah pada tingkat ketelitian dan diskriminasi yang sangat mirip dengan tingkat
yang digunakan dalam pembelajaran asli.Jika seseorang mengajar pada tingkat awal untuk
pengetahuan tentang konvensi dalam penggunaan bahasa atau pengetahuan tentang
metodologi dalam sejarah, item tes pada materi tidak boleh meminta diskriminasi yang lebih
halus atau penggunaan yang lebih tepat daripada yang mungkin diperhitungkan oleh
pengajaran. Jika ya, beberapa perilaku di luar pengetahuan sedang diuji, siswa harus dalam
beberapa cara menggunakan prinsip, generalisasi, atau kriteria lain untuk merespons dengan
benar. Ini bukan untuk mengatakan bahwa pengujian semacam itu tidak berguna, ini hanya
menunjukkan bahwa itu tidak termasuk dalam kategori pengetahuan
Karakteristik kedua adalah bahwa item tidak boleh ditulis dalam istilah atau pengaturan
yang baru bagi siswa.Ini adalah kebalikan dari aturan untuk menguji aplikasi atau analisis
(lihat Bab 9). Jika seseorang telah mengajari seorang anak bahwa bahan-bahan yang jauh di
dalam bumi itu panas, maka ia tidak boleh menguji pengetahuan ini dengan suatu benda
menggunakan istilah seperti "interior" dan "peleburan beku" kecuali jika diketahui bahwa ini
familiar bagi anak tersebut. Jika istilah asing digunakan, maka guru menguji bukan untuk
pengetahuan yang diajarkan melainkan untuk kosakata asing.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, dua kelas utama item pengetahuan adalah
persediaan dan pilihan Mungkin bentuk paling sederhana dari jenis persediaan adalah item
penyelesaian.
1. Nama presiden ketiga Amerika Serikat adalah
2. Perang Krimea terjadi pada tahun-tahun
3. f 6 dikalikan 8 jawabannya
4. Dua segitiga kongruen jika memiliki dan masing-masing sama dengan yang lain
Jenis item penyelesaian yang terdiri dari satu hingga tiga kata yang jelas memberikan
beberapa kesulitan dengan penilaian. Item pilihan (lihat di bawah, biasanya lebih efisien
dalam jumlah informasi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan dalam waktu
penilaian. Namun, harus diakui bahwa pemeriksa tidak menuntut perilaku yang sama dalam
item persediaan yang diilustrasikan sebagai dalam penyelesaian atau jenis pilihan Orang yang
mengevaluasi pembelajaran siswa harus memutuskan perilaku seperti apa yang memenuhi
tujuan pengetahuan.
Ada satu jenis barang persediaan lain yang disebutkan. Ini adalah salah satu di mana
stimulus untuk mengingat adalah visual atau pendengaran
5. Untuk setiap gambar berikut, tuliskan nama di bawah gambar
6. Saya akan memainkan bagian dari masing-masing enam pilihan musik pada pemutar
rekaman. Di akhir setiap pilihan saya akan berhenti sementara Anda menulis nama
komposer di baris untuk pilihan itu.
7. Tuliskan definisi segitiga sebangun
Salah satu kesulitan utama dengan jenis item ini adalah bahwa keputusan untuk menilainya
mungkin sangat kompleks. Berapa banyak kata-kata yang berbeda dari jawaban untuk item 5
yang harus diterima sebagai memuaskan? Skor diferensial apa yang harus digunakan pada
tanggapan terhadap item 6 jika urutan langkah-langkahnya berbeda dari yang diinginkan?
Haruskah respon siswa dihitung.karena semua salah jika salah satu langkah tidak dijelaskan
secara memadai? Apakah sedikit kesalahan dalam jawaban siswa pada butir 7 berarti siswa
tersebut tidak mengetahui definisinya, atau hanya kemampuan siswa untuk mengungkapkan
gagasannya yang kurang baik? Mungkin ada jawaban untuk pertanyaan seperti itu, tetapi
proses menentukannya memakan waktu lama bagi peserta ujian dan guru. Ketika aturan
ditetapkan untuk penilaian, akan lebih baik untuk memeriksanya dengan orang lain di bidang
pelajaran. Penting juga bahwa setiap upaya dilakukan dalam arahan untuk menyampaikan
aturan dasar-batas jawaban yang tepat kepada siswa.
Jenis item penyelesaian yang terdiri dari satu hingga tiga kata yang jelas memberikan
beberapa kesulitan dengan penilaian. Item pilihan (lihat di bawah, biasanya lebih efisien
dalam jumlah informasi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan dalam waktu
penilaian. Namun, harus diakui bahwa pemeriksa tidak menuntut perilaku yang sama dalam
item persediaan yang diilustrasikan sebagai dalam penyelesaian atau jenis pilihan Orang yang
mengevaluasi pembelajaran siswa harus memutuskan perilaku seperti apa yang memenuhi
tujuan pengetahuan.
Ada satu jenis barang persediaan lain yang disebutkan. Ini adalah salah satu di mana
stimulus untuk mengingat adalah visual atau pendengaran
8. Untuk setiap gambar berikut, tuliskan nama di bawah gambar
9. Saya akan memainkan bagian dari masing-masing enam pilihan musik pada pemutar
rekaman. Di akhir setiap pilihan saya akan berhenti sementara Anda menulis nama
komposer di baris untuk pilihan itu.
Variasi yang jelas pada item ini akan menanyakan nama komposisi atau jenis pilihan
musik. Item 10 adalah contoh lain dari item suplai jenis ini.Seperti yang ditunjukkan kepada
Anda bagian-bagian tertentu dari peralatan laboratorium satu per satu, tuliskan nama
peralatan pada baris yang disediakan Orang bisa bertanya sebagai gantinya untuk fungsi
peralatan atau contoh penggunaan
Hal-hal seperti ini memunculkan jenis perilaku yang dihargai dalam berbagai jenis
pembelajaran Bentuknya sendiri dapat disesuaikan dengan banyak bidang studi yang berbeda,
tetapi mungkin paling cocok untuk digunakan di kelas seni rupa, laboratorium, dan toko.Perlu
dicatat bahwa pilihan jawaban tertulis sebagai lawan dari jawaban lisan tidak diperlukan oleh
maksud item. Tanggapan tertulis dan tempat yang ditentukan untuk tanggapan
memungkinkan penggunaan kelompok dan untuk standarisasi prosedur Seseorang harus
menyadari bahwa dalam butir ini, seperti pada rangkaian sebelumnya, penilaian memerlukan
keputusan tentang batas penerimaan tanggapan Misalnya, pada butir 8 harus satu) terima
untuk angka kedua "gram paralel" dan "segiempat"? Dalam item 9 haruskah seseorang
mengizinkan perkiraan ejaan phonic nama-asalkan dapat dikenali-atau menuntut sesuatu yang
lebih tepat?Tampaknya bagi kita bahwa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan semacam ini
bertumpu pada penentuan yang cermat dari perilaku dan makna isi dari tujuan pengetahuan.
E. Tujuan Pemahaman
Bagian sebelumnya tentang tujuan pengetahuan berurusan dengan perilaku yang bisa
(pendidik melarang!) belajar hafalan atau verbalisasi belaka.Pada tahun 1946, National
Society for the Study of Education menerbitkan buku tahunan yang ditujukan untuk
pengukuran pemahaman sebagai lawan dari memori hafalan dan verbalisasi.
(Henry, 1946).Ide dari publikasi ini adalah untuk menekankan bahwa pengetahuan saja tidak
cukup; penggunaan pengetahuan lebih penting. Penulis bab-bab tersebut memperlakukan
pemahaman secara operasional sebagai perilaku apa pun dari menyatakan proposisi dalam
kata-kata yang berbeda dari pernyataan asli melalui pemberian contoh rujukan dalam definisi
hingga menerapkan prinsip dalam situasi baru bagi pelajar. Sepuluh tahun setelah publikasi
itu, Taksonomi Tujuan Pendidikan, Buku Pegangan 1. Domain Kognitif (Bloom, 1956),
memperlakukan banyak operasi yang sama dan beberapa operasi tambahan, tetapi
mengklasifikasikannya ke dalam tingkat kognisi. Dalam skema yang disajikan dalam
Taksonomi, kategori yang disebut "pemahaman" adalah tingkat pertama di luar kategori
"pengetahuan".
Pemahaman dijelaskan dalam tiga operasi yang berbeda.Urutan terendah adalah
terjemahan, di mana konsep atau pesan yang diketahui dimasukkan ke dalam kata-kata yang
berbeda atau diubah dari satu jenis sistem simbolik ke sistem simbolik lainnya.Bukti
terjemahan hadir ketika seseorang memasukkan ke dalam kata-kata bagian grafik yang
menunjukkan tren dari waktu ke waktu dalam biaya hidup yaitu, mengungkapkan poin grafik
dalam kata-kata. Jelas, jika seseorang mengubah pernyataan dalam bahasa Prancis menjadi
padanannya dalam bahasa Inggris, ia terlibat dalam penerjemahan. Kemampuan
menerjemahkan seringkali sangat penting dalam tugas-tugas seperti menerapkan prinsip-
prinsip fisika pada masalah mekanis, menganalisis dokumen, atau membuat karya seni.
Tingkat pemahaman yang kedua adalah interpretasi.Bukti dari perilaku ini hadir
ketika siswa dapat melampaui pengenalan bagian-bagian yang terpisah dari sebuah
komunikasi-menerjemahkan grafik yang disebutkan dalam paragraf sebelumnya-dan melihat
keterkaitan di antara bagian-bagian tersebut.Mereka dapat menghubungkan berbagai bagian
grafik dengan kejadian nyata. Juga, mereka harus dapat membedakan esensi pesan dari
aspek-aspek yang tidak penting dari pesan, seperti warna grafik atau ukuran unit skala waktu,
Tingkat pemahaman ketiga adalah ex trapolation.Dalam kategori ini penerima
komunikasi diharapkan melampaui komunikasi literal itu sendiri dan membuat kesimpulan
tentang konsekuensi atau pengalaman nyata.cenderung dimensi waktu, sampel, atau topik.
Dalam contoh grafik yang menunjukkan tren biaya hidup, ekstrapolasi akan menuntut
perilaku seperti menyimpulkan apa yang mungkin ditunjukkan oleh unit waktu berikutnya-di
luar grafik, menyarankan kemungkinan arti grafik untuk berbagai jenis komoditas, atau
menyajikan pengaruh situasi yang digambarkan oleh pesan tersebut terhadap upah atau pajak.
Dalam pengertian ini ekstrapolasi sangat mirip dengan interpretasi, tetapi melebihi batas
literal pesan.
Meskipun sangat berguna untuk tujuan instruksional dan evaluatif bagi guru untuk
memperhatikan masing-masing dari tiga subkategori secara independen, mereka sangat saling
terkait.Dalam tugas dan perilaku tertentu, seseorang mungkin menarik garis terlalu halus
dengan mencoba mengatakan, "Ini adalah terjemahan dan bukan interpretasi" atau "Itu adalah
interpretasi tetapi bukan ekstrapolasi."Namun, ada kasus di mana perbedaannya jelas. Oleh
karena itu, dalam re-* utama bab ini kami akan menyajikan tujuan, item tes, dan diskusi item
di bawah judul yang lebih umum dari "pemahaman," meskipun subkategori ditunjukkan jika
sesuai.
Tujuan di bidang ini muncul dalam program studi dan dalam buku metode di berbagai
bidang subjek hampir sesering pernyataan tujuan pengetahuan. Beberapa pernyataan dengan
kata-kata yang agak khas adalah sebagai berikut:
1. "Kemampuan untuk menerjemahkan suatu abstraksi, seperti beberapa prinsip
umum, dengan memberikan ilustrasi atau contoh" (Bloom, 1956, hlm. 92).
2. Kemampuan membaca skor musik" (Bloom, 1956, hlm. 92).
3. “Kemampuan memahami nilai konotatif dalam kata-kata” dalam sebuah karya
sastra (Bloom, Hastings, & Madaus, 1971, hlm. 737)
4. "Berikan terjemahan literal lof a sentence from French into English] and a mean
ingful English equivalent" (Bloom et al., 1971, p.832)
5. "Aspek utama membaca dalam ilmu-ilmu sosial diarahkan pada interpretasi dari
Evaluasi adalah prosedur yang digunakan untuk menentukan apakah subjek (siswa)
memenuhi kriteria yang telah dibentuk sebelumnya, seperti mengkualifikasi bagi
pembelajaran pendidikan khusus.Evaluasi ini membutuhkan penilaian untuk membuat
sebuah penentuan kualifikasi dalam kaitannya dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya.
Tes objektif juga dikenal sebagai tes dikotomi (dichotomously scored item), karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif
karena penilaiannya objektif. Siapa pun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya
akan sama, karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut
peserta tes untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang
telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna. Karena itulah tes objektif sangat cocok untuk menilai
kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat,
mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip.
Dengan demikian, dari pemahaman di atas, kelebihan dari tes objektif ini adalah
sebagai berikut:
a. Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes esai, karena butir soal atau
item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan yang lain.
b. Butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali saja,
dan sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti sintesis atau
kreativitas berpikir.
c. Banyak kesempatan bagi siswa untuk berspekulasi dalam menjawab soal.
d. Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan tes lebih terbuka dan mudah.
Contohnya adalah:
Fungsi utama pernapasan adalah untuk........ dan........
Bapak proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia adalah......... dan...............
Petunjuk dalam membuat tes jenis melengkapi kalimat ini adalah sebagai berikut:
Dengan petunjuk tersebut diharapkan bahwa soal yang disusun bisa memberikan
informasi yang jelas kepada peserta tes, dan peserta juga bisa menjawabnya dengan
ringkas dan baik.
Bentuk tes seperti ini digunakan untuk mengukur tingkat hafalan atau memori
peserta tes, sehingga peserta tes dituntut untuk memberikan jawaban yang tepat dan
singkat dalam setiap item pertanyaan. Biasanya tes ini diperuntukkan untuk melihat
perkembangan kemampuan anak didik di bidang matematika; penguasaan kosakata
bahasa asing; tentang nama kota, tokoh, tempat tertentu dalam sejarah; dan
semacamnya.
Contoh:
(B – S) Suharto adalah salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia
(B – S) PPKI singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Kelebihan dari bentuk tes seperti ini adalah sebagai berikut: (1) Dapat mengukur
berbagai jenjang kemampuan kognitif. (2) Dapat mencakup lingkup materi yang luas. (3)
Dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif. Sedangkan kelemahannya adalah
sebagai berikut: (1) probabilitas menebak dengan benar adalah besar, yaitu 50%, karena
pilihan jawabannya hanya dua, yaitu benar atau salah, ya atau tidak. (2) bentuk soal ini
tidak dapat digunakan untuk menanyakan sesuatu konsep secara utuh karena peserta tes
hanya dituntut menjawab benar dan salah atau ya dan tidak. (3) apabila jumlah butir
soalnya sedikit, indeks daya pembeda butir soal cenderung rendah. (4) apabila ragu atau
kurang memahami pernyataan soal, peserta tes cenderung memilih jawaban benar.
Kesulitan dalam menyusun tes ini sering kali adalah bagaimana menyusun statemen
yang baik, yaitu pernyataan yang benar, namun tampak seolah-olah salah, atau
pernyataan yang salah yang tampak seolah-olah benar.
Dalam menulis soal tes bentuk B-S ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Hindari penggunaan kata “terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar,
dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta tes dalam
menjawab.
Contoh:
(B– S) Unsur terpenting dari organisasi negara adalah rakyat
Dari contoh di atas, kata terpenting ini membuat kerancuan, yakni terpenting buat
siapa?Apakah dapat terwujud suatu negara apabila ada rakyat, namun salah satu
unsur lain, misalnya wilayah atau pemerintah yagn berdaulat tidak ada?Oleh karena
itu, rumusan butir soal tersebut dapat diperbaiki.
Contoh:
(B – S) Salah satu unsur negara adalah rakyat
2. Hindari pernyataan negatif
Contoh:
(B– S) Danau Toba bukan di Provinsi Sumatra Barat kurang tepat. Sebaiknya
adalah:
(B – S) Danau Toba terletak di Provinsi Sumatra Barat soal yang lebih baik.
Di mana:
Sk = Skor yang diperoleh peserta tes
(B = Jumlah jawaban benar
S = Jumlah jawaban salah
Dari rumus ini, yang dihitung adalah jumlah jawaban benar saja, sehingga jawaban yang
salah tidak memengaruhi skor akhir.
D. Jenis Menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan adalah bentuk khusus dari tes pilihan jamak.Bentuk ini
terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom berisi statemen yang satu menempati
posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban, kemudian peserta tes diminta untuk
menjodohkan kesesuaian antar dua statemen tersebut.Karena itulah, soal tes seperti ini
masih dikelompokkan ke dalam pilihan ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda
adalah pada pilihan ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta tes tinggal
memilih salah satu option yang dianggap paling tepat. Sedangkan dalam menjodohkan
terdapat kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua
kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri adalah kumpulan soalnya, sedangkan kolom
sebelah kanan adalah kumpulan jawabannya.Sedangkan jumlah pilihan dibuat lebih
banyak dari kumpulan pertanyaannya sehingga bisa mengurangi adanya tebak-tebakan
jawaban.Dengan demikian, tugas dari peserta tes adalah mencari dan menjodohkan atau
mencocokkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan-
pertanyaan.
Contoh soal
Jodohkanlah pernyataan pada bagian A dengan jawaban yang tepat pada bagian B.
Isikan jawaban pada titik yang sudah tersedia.
Bagian A Bagian B
1. Ibukota provinsi Sumatera Selatan ........ a. Bali
2. Provinsi gunung Agung berada ........ b. Sumatra
Utara
3. Tempat lahir presiden pertama........ c. Palembang
Indonesia
4. Provinsi penghasil timah di Indonesia ........
d. Bangka
Belitung
5. Nama Provinsi tempat danau Toba ........ a. Blitar
b. Sumatra Barat
Pada dasarnya tes ini digunakan untuk mengukur informasi tentang fakta,
pengertian, hubungan dan pengertian simbol tertentu.Penyusunan tes ini pun relatif
mudah, dan faktor terkaan peserta tes ini dapat diperkecil.
1. Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan istilah,
definisi, peristiwa atau penanggalan.
2. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang berhubungan
langsung ataupun tidak langsung.
3. Mudah dalam penyusunan sehingga guru dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat
menyusun sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan
tertentu.
4. Dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang diuji.
5. Mudah dalam pemberian skor dan tanpa dipengaruhi subjektivitas evaluator.
Sedangkan menurut Zainal Arifin, kelebihan dari tipe menjodohkan ini adalah
sebagai berikut:
Sedangkan kelemahan dari jenis tes bentuk menjodohkan ini adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, bentuk soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang
jawabannya harus memilih beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan dalam
soal.Umumnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas pertanyaan soal atau yang menjadi
inti soal dan juga pilihan-pilihan jawaban.Pilihan jawaban sendiri terdiri dari kunci
jawaban dan jawaban pengecoh. Kunci jawaban adalah jawaban yang benar atau yang
paling benar, sedangkan jawaban pengecoh atau distraktor adalah jawaban yang tidak
benar, namun memungkinkan anak didik memilihnya apabila anak didik belum menguasai
bahan, tidak teliti, salah analisis, atau kurang memerhatikan soalnya.
Jadi, setiap tes pilihan ganda itu terdiri atas dua bagian, yaitu: (1) pernyataan atau
disebut juga stem, dan (2) alternatif pilihan jawaban atau disebut juga option. Stem
mungkin dalam bentuk pernyataan atau dapat juga dalam bentuk pertanyaan.
Pada Gambar 10-4 terdapat beberapa tujuan evaluasi yang menekankan pada
Putusan dalam kaitannya dengan keyakinan internal. Ini terutama berkaitan dengan penilaian
keakuratan komunikasi dari bukti seperti akurasi dan konsistensi logis.
Gambar 10-5 (lihat halaman 278) menyajikan beberapa tujuan evaluasi yang
menekankan Penilaian dalam hal kriteria eksternal. Mereka terutama memerlukan evaluasi
bahan, objek, dan kebijakan dengan mengacu pada kriteria yang dipilih. Kriteria tersebut
dapat berupa kriteria yang dikembangkan oleh siswa, kriteria dalam bentuk karya lain yang
terkait, atau standar dan kriteria yang dirumuskan oleh para ahli di bidang yang relevan.
Akan terlihat dari dua daftar tujuan dalam gambar-gambar ini bahwa mereka semua
terlibat dalam beberapa kemampuan untuk mengevaluasi pekerjaan, kebijakan, atau situasi,
antara lain. Dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan ini bahwa kemampuan atau
keterampilan akan digunakan pada masalah, materi, atau situasi baru dan bahwa kecukupan
evaluasi siswa harus dinilai terhadap kemampuan beberapa ahli atau pakar untuk membuat
evaluasi serupa. dengan bahan yang sama atau bertentangan dengan penilaian ahli tentang
kecukupan kriteria yang digunakan dan proses evaluasi yang telah dibuat. Ungkapan
"masalah, materi, atau situasi baru" dan "kemampuan untuk mengevaluasi" dikembangkan
lebih lanjut dalam pembahasan berikut.
Masalah, Materi, atau Situasi Baru
Jelas bahwa evaluasi yang dibuat oleh siswa harus terkait dengan karya-karya baru
tidak diperlakukan seperti ini di kelas. Jika tidak, evaluasi akan mewakili sedikit lebih dari
memori atau pengetahuan tentang evaluasi yang telah dibuat oleh siswa atau guru dalam
situasi belajar. Yang kami maksud dengan "baru" adalah materi yang baru bagi siswa atau
yang tidak mungkin dievaluasi dengan cara yang sama oleh atau untuk siswa sebelumnya.
Tidak ada aturan sederhana yang dapat diberikan untuk pemilihan materi baru untuk
evaluasi. Orang mungkin berharap bahwa materi baru, masalah, dan sebagainya mungkin
serupa dengan yang dievaluasi dalam situasi belajar dalam hal kesulitan atau kompleksitas.
Idealnya materi baru harus nyata dalam hal itu dipilih dari karya, dokumen, situasi,
atau sumber lain yang sudah ada daripada secara tegas dikembangkan untuk masalah
evaluasi. Seperti yang telah kami tunjukkan sebelumnya, siswa cenderung menemukan
masalah evaluasi nyata lebih menarik daripada yang dibuat-buat. Jenis bahan yang akan
dievaluasi sebagian besar ditentukan oleh pernyataan tujuan (lihat Gambar 10-4 dan 10-5)
dan oleh perilaku tertentu yang dianggap relevan.
Kemampuan untuk Mengevaluasi
Dari segi perilaku siswa, evaluasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Siswa dapat membuat penilaian terhadap dokumen atau pekerjaan dalam hal akurasi,
presisi, dan perawatan yang telah dibuat (akurasi internal; A).
b. Siswa dapat membuat penilaian dari sebuah dokumen atau pekerjaan dalam hal
konsistensi argumen; hubungan antara asumsi, bukti, dan kesimpulan; dan konsistensi
internal logika dan organisasi (konsistensi internal; B).
c. Siswa dapat mengenali nilai dan sudut pandang yang digunakan dalam penilaian tertentu
terhadap suatu karya (kriteria internal; C).
d. Siswa dapat membuat penilaian terhadap suatu karya dengan membandingkannya
dengan karya lain yang relevan (kriteria eksternal; D).
e. Siswa dapat membuat penilaian terhadap suatu karya dengan menggunakan seperangkat
kriteria atau standar tertentu (kriteria eksternal; E).
Siswa dapat membuat penilaian atas suatu karya dengan menggunakan seperangkat
kriteria atau standar eksplisitnya sendiri (kriteria eksternal; F)
D. Pengujian Untuk Evaluasi
Dimungkinkan untuk menentukan persyaratan untuk membuat masalah tes evaluasi
dari analisis perilaku dan situasi sebelumnya.
Beberapa persyaratannya adalah:
1. Situasi masalah, dokumen, pekerjaan, atau bahan yang akan dievaluasi harus baru, asing,
atau dalam beberapa hal berbeda dari yang digunakan dalam pengajaran.
2. Situasi masalah baru, pekerjaan, atau materi lain harus tersedia bagi siswa saat mereka
melakukan evaluasi, dan mereka harus dapat merujuknya ketika mereka mencoba
menjawab pertanyaan evaluatif atau masalah yang diajukan oleh evaluator (atau mereka
sendiri).
3. Satu atau lebih perilaku yang tercantum dalam subbagian sebelumnya, "Kemampuan
untuk Mengevaluasi," harus dijadikan sampel dalam situasi pengujian.
4. Kecukupan evaluasi tertentu harus ditentukan dengan membandingkannya dengan yang
dibuat oleh para ahli yang kompeten di bidangnya atau dengan penilaian tentang
kecukupan yang dengannya evaluasi tertentu dijelaskan, dibantah, atau dipertahankan.
Pada bagian berikut kami akan mencoba untuk mengilustrasikan beberapa prosedur
pengujian yang telah digunakan untuk menilai kemampuan evaluatif. Ilustrasi akan
dikelompokkan di bawah enam jenis perilaku yang tercantum di atas, karena perilaku ini
memberikan cara yang berguna untuk memperjelas apa yang coba dilakukan oleh masalah
tes dan memberikan skala kasar kompleksitas tugas evaluati f.
Ilustrasi tes akan menjadi tujuan dan bentuk esai. Dalam beberapa hal, tampaknya
bentuk esai lebih unggul daripada bentuk pengakuan untuk evaluasi pengujian. Namun, untuk
tujuan mengilustrasikan perilaku yang diuji, bentuk objektif lebih sederhana dan lebih jelas
karena menyediakan. baik pertanyaan maupun kemungkinan jawaban. Akan memakan terlalu
banyak ruang untuk menunjukkan kemungkinan jawaban atau prosedur penilaian untuk
masalah esai.
2
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di Sekolah” ,
(Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 55-56
perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
b. Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes, yaitu:
1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta
didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktutertentu.
2) Sebagaialatpengukurkeberhasilan program pengajaran,
sebabmelaluitestersebutakandapatdiketahuisudahseberapajauh program
pengajaran yang telahditentukan, telahdicapai.3
c. PengolonganTes
1) Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkanmenjadi:
a) Tes verbal
Yang mana tes dengan cara ini menggunakan bahasa sebagai alat
untuk melakukan tes.
Tes verbal terdiri dari:
(1)Tes lisan (OralTest)
(2)Tes tulis (WrittenTest)
b) Tes non verbal
Yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk
melaksanakan tes, tetapi menggunakan gambar, memberikan tugas dan
sebagainya, atau dengan tes ini tester menghendaki adnya respon dari testee
bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan
atau tingkah laku. Jadi, respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah
berupa perbuatan atau gerakan-gerakantertentu.
3
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 67
Yaitu tes yang digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang. Tes
bakat biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang
bersifat potensial.
b) Tes Intelegensi (IntellegenciTest)
Yakni tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang
c) Tes Prestasi Belajar (AchievementTest
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang murid
dari mata pelajaran yang telah diberikan. Sehinggadengan adanya tes hasi
belajar ini, guru bisa mengetahui apakah pelajaran yang telah diberikan
mencapai tujuan sesuai dengan target yang telahditentukan.
d) Tes Diagnostik (DiagnosticTest)
Yaitu tes yang digunakan untuk menggali kelmahan atau problem
yang dihadapi murid, terutama kelemahan yang dialami murid saat belajar.
Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan, tertulis,
perbuatan atau kombinasi dari ketiganya. Berdasarkan nama tes tesebut
(diagnose = pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan
bahwa tingkat pengausaan peserta didik yang sedang “diperiksa” itu
termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat
diperbaiki tingkat penguasaanya terhadap mata pelajaran tertentu.
e) Tes Sikap (AtitudeTestt)
Yaitu tes untukmengetahui sikapa seseorang murid terhadap sesuatu.
f) TesMinat
Yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui minat murid terhadap
hal-hal yang disukai. Sehingga melalui tes ini dapat diketahui apa yang
disukai murid.
3) Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
a) Tes Terstandar (Standard DirectTest)
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang
seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa
membandingkan kemampuan murid dengan murid yang lain pada usia atau
level yang sama dan dalam kasus perbandingan ini dilakukan ditingkat
nasional. Biasanya tesini dibuat oleh sekelompok(tim) yang ahli di bidang
pembuatan tes.
b) Tes Buatan Guru (Teacher MadeTest)
Tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional
untuk kelas tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru
untuk kepentingan prestasi belajar
4) Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi:
a) Tes Uraian (EssayTest)
Yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi
kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian.
Bentuk tes ini terdiri dari:
(1) Uraian Bebas (Free EssayTest)
(2) Uraian Terbatas (Limited Essay Test)
b) Tes Objektif (ObjectiveTest)
Yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi
kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian.
Berdasarkan cara mengerjakan tes objektif, maka dikelompokkan menjadi:
(1) Variasi, yang mana testee harus mensuplai jawabannya sehingga
hampir tidak berbeda dengan essay test. Misalnya bentuk:
(a) Completion Test (melengkapi)
(b) The Short Answer (jawabansingkat)
(2) Variasi. Yang mana testee hanya memilih diantara jawaban yang telah
disediakan bersama soalnya. Pada variasi ini ada lima bentuk tes,
dimana testerharus:
(a) Menyatakan apakah pernyataan itu benar atau salah (true false)
(b) Memilih jawaban yang lain benar (the bestanswer)
(c) Menjodohkan dua rentetan kata-kata yang tersedia sesuai dengan
jawaban yang benar (matchingtest)
(d) Memilih diantara alternatif-alternatif jawaban yang disediakan
untuk setiap soal (multiple choice)
(e) Mengelompokkan jawaban yang sesuai dengan klasifikasi
masing-masing (classification)
5) Ditinjau dari objek yang dites, maka tes dikelompokkanmenjadi:
a) TesIndividual
Yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang
cukup panjang.
b) TesKelompok
Yaitu tes yang dilakukan terhapa beberapa murid dalam waktu yang
sama.
2. Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif.4 Tes ini merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-
butir soal (items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih salah satu atau
lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-
masing items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau
symbol-simbol tertentu yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto bahwa tes yang dibuat sedemikian rupa
sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan
menghasilkan skor yang sama.
a. Syarat-syarat Tes Objektif
Syarat-syarat menyusun tes objektif adalah :
1) Ada petunjuk mengerjakan
2) Petunjuk mengerjakan diusahakan tidak terlalu panjang, yang penting jelas
3) Hindari pertanyaan yang memiliki lebih dari satu pengertian
4) Gramatika atau bahasanya baik
5) Jangan menyusun item langsung menjiplak dari buku karena siswa akan
cenderung menghafal jawabannya
6) Jangan sampai ada item yang mempermudah tapi menyulitkan yang lain
7) Urutan-urutan jawaban yang benar salah janganlah menurut satu pola (B, B, S,
S)
8) Janganlah item yang satu bergantung pada item yang lain atau item terdahulu
b. Macam-Macam Tes Objektif
Soal-soal objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar, hal ini
disebabkan karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan
mudahnya menilai jawaban yang diberikan.5
4
Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi
Aksara, hlm. 179
5
Syah Darwyan. M.Pd. M.Si. Drs. Dkk., Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam,
2009, penerbit Diadit Media, Jakarta, hlm. 109
Secara umum tes ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : (1) Free
response item, terdiri dari : a. Short answer dan b. Completion test, (2) Fixed-
Response items, terdiri dari : a. True-False, Multiple Choice, c. Matching, dan d.
Rearrangement exercis.
c. Bentuk soal jawaban singkat (Short Answer)
Tes jawab pendek disebut dengan soal jawab singkat adalah butir soal
berbentuk pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa, satu angka,
atau satu formula.
Beberapa petunjuk khusus menyusun tes jawaban sebagai berikut :
1) Menggunakan bentuk kalimat tanya.
2) Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat
sesingkat mungkin berupa satu kata atau lebih.
3) Apabila lembar jawaban dan lembar soal disatukan, sebaiknya antara kolom
soal dan kolom jawaban terpisah.
4) Hindari penggunaan susunan kalimat yang sama persis dalam buku teks.
5) Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga hanya ada satu kemungkinan
yang benar.
Butir soal tipe ini termasuk salah satu tipe yang paling mudah
dikonstruksi, disebabkan oleh butir soal ini hanya mengukur hasil belajar yang
sederhana yang bersifat ingatan.
Contoh :
1) Siapakah nama ayah Rasulullah SAW ?
2) Berapakah jumlah ayat dalam surat al-Fatihah ?
d. Completion tes
Completion test atau disebut istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes melengkapi. Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian kalimat yang
dihilangkan. Dan bagian yang hilang itu harus di isi oleh murid.6
Contoh :
1) Surat yang pertama kali turun pada nabi Muhammad SAW adalah surat …
2) Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal … Rabiul Awwal
e. Fixed-Response Item
6
Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi
Aksara, Jakarta
Fix response items merupakan bentuk tes objektif dimana butir-butir soal
yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban, sehingga
peserta didik tinggal memilih salah satu diantara alternatif yang disediakan.
1) Tes Benar Salah (True – False Test)
Soal-soalnya berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada
yang salah. Apabila jawaban itu benar, lingkari huruf B (Benar). Akan tetapi
apabila jawaban itu salah, maka lingkari huruf S (Salah).
2) Menjodohkan (Matching)
Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam
serijawaban. Tugas siswa adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban
sehingga sesuai dengan pertanyaannya.7
3) Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal bentuk pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar atau yang paling tepat. Multiple choice terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (options).
Kemungkinan jawaban options terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu
kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
4) Rearrangement Exercise
Tes ini berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan
secara tidak beraturan sehingga bentuk aslinya sulit dikenali. Siswa diminta
menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar. Tes ini dapat mengukur
kemampuan berfikir logis siswa, hanya saja kesulitannya adalah menentukan
topic bahasan yang yang memiliki homogenitas yang baik.
5) Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif
Akan tetapi dilihat secara keseluruhan macam-macam tes objektif,
kelebihan atau kebaikannya adalah :
a) Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope
yang luas. Pelajaran yang diberikan selama satu tahun bisa dites sekaligus
b) Bagi yang di tes, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin (karena adanya
jawaban yang tersedia
7
Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit PT Bumi
Aksara, Jakarta, hlm. 188
c) Dapat dinilai secara objektif (siapapun yang menilainya, hasil atau skornya
sama karena kunci jawaban telah tersedia)
d) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi
e) Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat
spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus
dipelajari
Kelemahnnya antara lain :
a) Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan
siswa, karena tidak membuat kalimat
b) Memungkinkan siswa coba-coba dalam menjawabnya. Untuk menghindari
kemungkinan ini penyusun soal harus dapat menyusun soal dengan teliti
dan baik, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merangsang
berfikir anak.
c) Menggunakan norma standar penilaian yang memperhitungkan faktor
tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif
d) Menyusun tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang
agak lama
e) Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika
dibandingkan dengan pembuatan test subjektif.
A. EvaluasiPrestasiSeniBahasadanMatematika
Ruanglingkupsenibahasa meliputi pengalaman dan pembelajaran dalam membaca,
menulis, berbicara, dan mendengarkan.Masing-masing bidang yang luas ini dapat dibagi lagi
menjadi tujuan yang lebih spesifik, yang bila didefinisikan dalam hal perilaku pembelajar,
memungkinkan untuk mengevaluasi kemajuandanpertumbuhanindividu.
Dalammembaca, beberapatujuan khusus yang mungkin ingin dievaluasi oleh guru
adalah kemampuandanketerampilandalam:
1. Kesiapanmembaca
2. Kosa kata ataumakna kata
3. Pemahaman
4. Keterampilanbelajarkerja
5. Penalaran, dan
6. Seleradanminatsastra
Secaratertulis, di antara tujuan yang dievaluasi adalah
kemampuandanketerampilandalam:
1. Tulisantangan,
2. Ejaan,
3. Menuliskalimat yang benarsecaratatabahasa,
4. Menggunakantandabaca yang benar, dan
5. Mengorganisasikan dan mengekspresikan ide secarajelasdanmenarik
Dalamkomunikasiberbicaraatau lisan, tujuan yang akan dievaluasi dapat mencakup
beberapa keterampilan umum untuk membacadanmenulis, seperti:
1. Kesiapan
2. Kosakata
3. Penalaran,
4. Mengorganisir ide
5. Mengekspresikan ide.
Dalammendengarkan, tujuan yang akan diukur terutama adalah pemahaman. Ini, pada
gilirannya, dapat dianalisis menjadifaktor-faktorkomponenseperti:
1. Kosakata
2. Minat
3. Memvisualisasikanorganisasi
4. Kemampuanmembuatkesimpulan.
Matematika
Tes standar dalam matematika telah dibangun untuk berbagai tujuan. Pada
tingkat sekolah dasar keterampilan komputasi dan pemecahan masalah diukur dalam
subtes konvensional Metropolitan, Standford, California, Sekolah Modern, dan
bateraitesprestasilainnya.
Tesdiagnostikuntuktujuanmenemukankekuatandankelemahandalamketerampilanaritm
atikajugatelahdibangun. Tes yang
lebihdikenaladalahTesAritmatikaDiagnostikBruecknerdanTes Diagnostik Kompas
dalam Aritmatika.
Karena sebagian besar tes prestasi dalam aritmatika berurusan dengan
komputasi dan pemecahan masalah, jenis item mengukur keterampilan dalam empat
operasi dasar penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian untuk bilangan
bulat, bilangan campuran, pecahan, dandesimal. Namun, dalambeberapatahunterakhir,
initelahmenjaditrenkearahkonstruksites yang
mengukurtujuansepertikosakatadankonseparitmatika, hubungankuantitatif,
pemahaman matematika, dan penilaian matematika.
Di tingkat SMP dan SMA terdapatduajenistesprestasi.
JenispertamadapatdiilustrasikandenganTesMatematikaKooperatifuntukkelas 7,8, dan
9, yang menekankanketerampilanaritmatika, istilahdankonsep, aplikasi, danapresiasi.
Jenistesumumkeduamengukurpengetahuan, keterampilan,
danpemahamandalambidangmatematikakhusus, sepertialjabar, geometri bidang, atau
trigonometri.
B. Evaluasi Prestasi pada Mata KuliahPilihan
Dalamkursus yang dipilih, pengguna tes harus memperhatikan validitas konten, atau
kurikuler. Sebelum menggunakan tes dalam IPS, misalnya, ia harus memeriksa isi tes
terhadap muatan kurikulum lokal untuk menentukan apakah bahan tes tersebut mencakup
sampel yang representatif dari kemampuan, informasi, pengetahuan, dan keterampilan. yang
siswa telah memiliki kesempatan untuk belajar. Kecuali jika tes mengukur secara adil tujuan
kurikulum, itu digunakan dalam situasi sekolah tertentu
dalambahayadaripadamenguntungkan.
Tes pengembangan pendidikan umum, Interpretasi Bahan Bacaan dalam Ilmu Sosial
dan Interpretasi Bahan Bacaan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, didistribusikan oleh
Educational Testing Service, dan tes terkait dalam seri Iowa yang didistribusikan oleh Science
Research Associates, adalah upaya untuk merancang tes untuk penggunaan skala luas terlepas
dari konten spesifik dari kurikulum lokal.
Seperti yang ditunjukkanoleh judul tes, penekanannya adalah pada pengukuran
interpretasi bahan bacaan.Tujuan dan isi khusus, kecuali untuk mata pelajaran yang cukup
seragam di sekolah-sekolah nasional, paling baik diukur dengan tes yang dibuatsecaralokal.
C. MengevaluasiKepentingan
Minatdidefinisikandalamberbagaicara. Menurut John Dewey, minat yang tulus,
singkatnya, hanya berarti bahwa seseorang telah mengidentifikasi dirinya dengan, atau telah
menemukan dirinya dalam, suatu tindakan tertentu. Jersild dan Tasch menekankan bahwa
minat melibatkan aktivitas yang dipilih secara bebas. Menurut Douglas Fryer, minat adalah
objek dan aktivitas yang merangsang perasaan menyenangkandalamdiriindividu.
Meskipun bunga didefinisikan secara berbeda, tampaknya tidak ada kontradiksi atau
inkonsistensi yang diwakili.Analisis definisi ini mengungkapkan perhatian bersama dengan
perasaan pribadi, objek, dan aktivitasdalamsuatusituasi.
Konsepbunga yang dangkal, yang biasa dianut oleh sebagian kalangan komersial dan
pendidik, dicirikan dalam praktik kegiatan pelapisan gula. Orang-orang ini merasa bahwa
penting untuk menangkap minat (perhatian) orang tersebut dan menahannya cukup lama
untuk menyampaikan pesan, sepotong pengetahuan, atau keterampilan. Di dalam kelas,
pendekatan ini akan menyiratkan bahwa guru harus menggunakan jenis daya tarik ekstrinsik
untuk membuat tugas pendidikan menyenangkan. Dalam situasi seperti itu, belajar dianggap
sebagai hal yang tidak menyenangkan yang harus dilapisi gula agar dapat bertahan. Konsepsi
ini, meskipun dikutuk oleh Dewey pada awal abad kedua puluh, masih menjadi bukti di
beberapa ruangkelassaatini.
D. MengevaluasiBakat
Pertanyaantentangbagaimanabakat harus dievaluasi melibatkan beberapa
pertimbangan: Siapa yang harus mengevaluasi bakat di sekolah?, Kapan bakat harus
dievaluasi?, Bagaimana atau dengan cara apaseharusnyabakatdievaluasi.
E. MengevaluasiSikapdanNilai
Di tingkattamankanak-kanak dan sekolah dasar yang lebih rendah, guru harus
memainkan peran dominan dalam mengevaluasi sikap yang terkait dengan program sekolah.
Karena program taman kanak-kanak dan sekolah dasar mencakup tujuan dalam kebiasaan
kesehatan, penyesuaian sosial, keterampilan fisik, minat, dan pendidikan orang tua serta
keterampilan dasar, guru harus mengembangkan sistem catatan anekdot, daftar periksa, skala
penilaian, log, dan catatan pengamatan. pada sikap anak-anaknyadan orang tuanya.
F. MengevaluasiPemikirandanPemecahanMasalah
Tindakanberpikir yang lengkap, menurut John Dewey, melibatkan tugas menemukan
makna dan mencobanya untuk menentukan apakah tindakan tertentu secara memuaskan
memecahkan masalah sesuai dengan nilai-nilai sosial.Ditinjau dari sudut ini, berpikir menjadi
cukup jelas ketika seseorang mengingat bahwa manusia terus-menerus dipanggil untuk
memecahkan masalah mereka. Karena hidup penuh dengan masalah dengan kompleksitas
yang berbeda-beda pada berbagai tahap pertumbuhan atau usia kronologis, persiapan untuk
hidup melibatkan keterampilan belajar dalam cara berpikir. Karena fungsi sekolah umum
adalah untuk mempersiapkan anak-anak untuk hidup, kurikulum harus penuh dengan situasi
pemecahan masalah.