Oleh :
Ramdan Bastian
31118150
Farmasi 3D (Kelompok 2)
Pemeriksaan laboratorium
Parameter Hasil Satuan Normal Keterangan
Tanggal 24 September 2019
Hb 15,4 g/dl 14,0 – 18,0 Normal
Leukosit 9.050 /µL 4.800–10.800 Normal
Hematokrit 49 % 42-52 Normal
Eritrosit 5,8 106/µl 4,7-6,1 Normal
Trombosit 84 Mg/dL 79-99 Normal
Segmen 71,9 40-70 Tinggi
SGOT 39 U/L 15-37 Tinggi
SGPT 53 U/L 30-65 Normal
Glukosa sewaktu 214 mg/dl ≤200 Tinggi
Asam urat 8,3 mg/dL 3,5-7,2
Ureum 19,8 mg/dL 14,98-38,52
Kreatinin 0,82 mg/dL 0,80-13,0
Tanggal 25 September 2019
BTA Negatif
Lekosit Positif
Epitel Positif
Tanggal 26 September 2019
Glukosa puasa 234 mg/dL 74-106 Tinggi
Glukosa 2jam 235 mg/dL ≤ 126 Tinggi
PP
T3 20 mcg/dL 4,5-10,9 Tinggi
T4 400 Ng/dL 60-181 Tinggi
Penatalaksanaan :
Terminologi
1. Diabetes mellitus
Merupakan suatu kelompok metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
2. Hipertiroid
Merupakan kondisi yang terjadi ketika fungsi kelenjar tiroid menjadi tidak normal
sehingga menyebabkan produksi dan pelepasan tiroid yang berlebihan
3. Hb
Hb adalah komponen di dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh.
4. Leukosit
Adalah sel berinti dalam darah yang dapat dibedakan kedalam 5 jenis, yaitu netrofil,
eusinofil, basophil, limfosit, dan monosit
5. Hematokrit
Adalah persentase volume darah lengkap yang terdiri dari eritrosit.
6. Eritrosit
Merupakan sel drah merah; cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 µm.
7. Trombosit
Merupakan keping darah; bagian dari beberapa sel besar dalam dalam sumsum tulang
yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.
8. Segmen
Neutrophil segmen adalah granulosit neutrofilik paling matang, yang ada di dalam
sirkulasi darah
9. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase)
Merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati,
10. SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transminase) / ALT (Alanin aminotransferase)
Merupakan suatu enzim yang ada di dalam hepatosit.
11. Glukosa darah sewaktu
Merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi kadar glukosa darah secara spontan yang bisa
dilakukan kapan saja
12. Glukosa darah puasa
Merupakan kadar gula darah yang didapatkan sebelum makan
13. Glukosa darah 2 jam PP
Merupakan pemeriksaan lanjutan setelah gula darah puasa yakni dengan mengkur tingkat
gula darah 2 jam setelah makan
14. Asam urat
Gout arthritis atau lebih dikenal dengan sebutan penyakit asam urat adalah suatu
penyakit akibat metabolisme purin yang tidak normal.
15. Ureum
Merupakan hasil metabolisme dari protein dan asam amino.
16. Kreatinin
Merupakan suatu produk biokimia metabolisme otot dan dieliminasi dari tubuh melalui
ginjal.
17. BTA (basil tahan asam)
Merupakan pemeriksaan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa
18. Epitel
Merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh bagian luar dan bagian dalam
19. T3 (Triiodothironine)
Merupakan salah satu hormone yang diekskresikan oleh kelenjar tiroid
20. T4 (Thyroxine)
Merupakan hormone yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berfungsi mengatur
pertukaran zat (metabolisme) di dalam tubuh serta mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta mental.
Analisis SOAP
- Subjektif
- Objektif
o Nilai HbA1c : 9,2%.
- Assesment
a. Nilai Abnormalitas
Lekosit Positif
Epitel Positif
Pada penderita diabetes, semua luka di kaki kemungkinan besar akan terjadi infeksi
bakteri. Namun untuk orang yang menderita foot ulcer diabetic, pengobatan yang paling tepat
yaitu untuk mencegah komplikasi, termasuk infeksi yang mengancam tungkai. Sehingga
penggunaan antibiotic harus sesegera mungkin diberikan. Pemilihan antibiotic yang harus
diberikan harus mempertimbangkan :
(NICE, 2015)
Penatalaksaan Obat untuk Kaki Diabetik dengan Ulkus berdasarkan tingkat keparahan
menurut American Family Physician (Bader, 2008)
c) Parah (durasi pengobatan adalah 2-4 minggu, tergantung pada respon; berikan secara
parenteral, lalu beralih ke lisan)
- Ciprofloxacin 400 mg IV 2x sehari ditambah Klindamisin 600-900 mg IV 3x
sehari.
- Piperacilin/tazobactam 3,375-4500 g IV setiap enam sampai 8 jam.
- Imipenem/cilastatin 500 mg IV 4x per hari.
- Vankomisin 30 mg per kg IV 2x sehari plus ciprofloxacin 400 mg IV 2x sehari
plus metronidazole 500 mg IV atau diminum 3x sehari
- Linezolid 600 mg IV atau secara oral 2x sehari atau daptomycin 4 mg per kg IV
sekali per hari bisa juga digunakan untuk MRSA. Gunakan vankomisin untuk
pasien alergi penisilin.
- Tigecycline 100 mg IV dosis pemuatan kemudian 50 mg IV 2x sehari.
3) Asma
Penyakit asma dapat disebabkan oleh infeksi, allergen, stress, penggunaan obat,
lingkungan ataupun olahrga. Ketika adanya paparan antigen, akan mengaktifkan sel utama
penyakit asma yang akan mengaktifkan mediator proinflamasi sehingga menyebabkan
bronkokontriksi dkemudian menjadi bronkospasme.
Berdasarkan hasil laboratorium Tn. Lg mengalami penyakit asma ini disebabkan
karena kadar segmen yang tinggi. Segmen merupakan salah satu bagian dari leukosit, yaitu
neutropil yang jika memiliki kadar yang tinggi dan leukosit positif maka bisa menimbulkan
reaksi peradangan. Netrofil dan eusinofil berperan dalam mengaktifkan mediator
proinflamasi sehingga menyebabkan bronkokontriksi dan bronkospasme sehingga pasien
mengalami sesak nafas dan memburuk pada malam hari dan dapat disimpulkan Tn. Lg
memiliki penyakit asma.
Presisten moderate : Step 3 (gejala terjadi setiap hari, batuk di malam hari terjadi 3-4
kali/bulan
Presisten severe : Step 4-5 (gejala terjadi setiap hari dan sering kambuh, batuk di
malam hari sering terjadi lebih satu kali dalam seminggu)
Pasien ini termasuk kedalam kategori Presisten Moderate karena gejala asma yang
dirasakan memberat saat di malam hari tetapi perlu dilakukan pengecekan FEV1 dan fungsi
paru lain agar sesuai klasifikasinya. Penggunaan bronkodilator nebu diberikan saat terjadi
serangan untuk mengatasi bronkospasme sehingga diberikan bronkodilator.
c) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan klasifikasi asma menurut Global Initiative for Asthma, 2020 :
Step 2 : Dosis rendah ICS inhalasi setiap hari / dosis rendah ICS (formoterol prn) /
kombinasi inhaler ICS dan SABA
Step 3 : Dosis rendah ICS-LABA / dosis sedang ICS / dosis rendah ICS + LTRA
4) Hipertiroid
Penatalaksanaan hipertiroid mencakup 3 pilihan utama yaitu : yodium radioaktif,
obat-obatan antitiroid dan tiroidektomi. (Thyroid, 2020)
- Surgical (Tiroidektomi), yaitu pembedahan atau pengambilan1 kelenjar tiroid karena
adanya tumor.
Obat-obat antitiroid :
- Golongan Thiourea
Contoh : Propiltiourasil 3000-400 mg/hari dibagi menjadi 3 dosis 6-8 jam sekali.
- Iodides
Contoh : Dalam bentuk potassium iodide/larutan, contohnya seperti serum dengan dosis 38
mg/drop dan 6,3 mg/drop.
5) Hipoglikemik
Terjadinya hipoglikemik dikarenakan pasien sedang mengkonsumsi obat – obatan
antidiabetes, yaitu metformin, insulin basal, dan glikazide. Efek samping dari obat
antidiabetes tersebut terutama insulin yaitu dapat menurunkan kadar gula darah sehingga
menyebabkan pasien mengalami hipoglikemik. Adapun efek samping yang dirasakan yaitu
sakit kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari.
Penatalaksanaan Hipoglikemia :
Hentikan obat – obat antidiabetes. Jika pasien menggunakan insulin, maka perlu
dilakukan penyesuaian dosis.
Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa pemberian
dextrose 10% sebanyak 150 mL dalam 15 menit, atau dextrose 40% sebanyak 25 mL
(hati – hati risiko terjadinya ekstravasasi).
Periksa glukosa darah tiap 15 – 30 menit setelah pemberian i.v tersebut dengan target 70
mg/dL. Bila target belum tercapai maka prosedur dapat diulang.
Jika glukosa darah sudah mencapai target, maka pemeliharaannya diberikan dextrose
10% I.V dengan kecepatan 100 mL/jam (hati – hati pada pasien dengan gangguan ginjal
dan jantung) hingga pasien mampu untuk makan.
Pemberian glukagon 1 mg intramuskular dapat diberikan sebagai alternatif lain terapi
hipoglikemia (hati – hati pada pasien malnutrisi kronik, penyalahgunaan alkohol, dan
penyakit hati berat).
Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.
Diketahui : BB Pasien = 75 kg
Ditanyakan : Berapa kebutuhan insulin pasien?
Jawab :
- Kebutuhan Insulin Total = 0,5 x BB (KG)
= 0,5 x 75 kg
= 37,5 unit
Basal diberikan malam hari karena kerjanya long acting sehingga cukup diberikan 1x
dalam sehari.
Analisis DRP : Pasien tidak mendapatkan obat dengan benar, karena pasien tidak
mengalami asam lambung
Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose menyebabkan efek samping obat
seperti saki kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari, juga dapat menyebabkan
hipoglikemia pada pasien.
Analisis DRP : Obat yang diberikan sesuai dengan dosis namun menyebabkan efek
samping obat seperti saki kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari
Analisis DRP : Obat yang diberikan sesuai dengan dosis namun menyebabkan efek
samping obat seperti saki kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari
Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose yaitu 1 gram 2x1, seharusnya 500
mg 2x1
Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose yaitu 300 mg 1x1 seharusnya 100-
200 mg 1x1
Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose yaitu 1 gram 1x1, seharusnya 150
mg
Indikasi : Golongan obat sefalosforin yang bekerja dengan cara membunuh dan menghambat
pertumbuhannya. Kemudiaan bias juga mencegah infeksi pada luka operasi
Analisis DRP : Dosis sesuai tidak ada interaksi namun obat kurang tepat diberikan pada
pasien DM tipe 2 dengan foot ulcer, bisa digantikan dengan antibiotik yang lain
Indikasi : Untuk melegakan pernafasan dan membantu pengeluaran dahak pada kondisi asma
yang disertai batuk
Analisis DRP : Obat salah karena pasien tidak berdahak hanya mengalami sesak nafas, dosis
nya sesuai namun harus memperhatikan hipertiroidisme
Plan
a) Asma
- Step 1 Low dose ICS-Formoterol ketika dibutuhkan ( ketika gejala muncul
kurang dari 2 kali sebulan )
- Step 2 Low dose ICS setiap hari ( Gejala muncul 2 atau lebih dalam sebulan
tetapi kurang dari biasanya )
- Step 3 Low dose ICS-LABA ( Gejala muncul setiap hari atau ketika bangun
mengalami sesak sekali dalam seminggu )
- Step 4 Medium dose ICS – LABA (Gejala muncul setiap hari atau ketika bangun
mengalami sesak sekali dalam seminggu atau penurunan fungsi paru )
- Step 5 High dose ICS-LABA
b) DM tipe 2
- Metformin (Dosis : 500mg 2x1)
- Glikazide (Dosis : 40-80 mg/hr)
- Insulin basal (Dosis : 15 unit)
Untuk pasien dengan HbA1c saat diperiksa > 9% namun tanpa disertai dengan
gejala dekompensasi metabolik atau penurunan berat badan yang cepat, maka boleh
diberikan terapi kombinasi 2 atau 3 obat, yang terdiri dari metformin (atau obat lain
pada lini pertama bila ada intoleransi terhadap metformin) ditambah obat dari lini ke
2.
Untuk pasien dengan HbA1c saat diperiksa > 9% dengan disertai gejala
dekompensasi metabolik maka diberikan terapi kombinasi insulin dan obat
hipoglikemik lainnya.
- Glikazide 80 mg 2x1
1. Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau
menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab.6,10,11 Bila ulkus
memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing) digunakan yang
bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut yang
mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut
ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban. Disamping bertujuan untuk
menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga selayaknya
mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk pembalut ulkus
dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang dilembabkan
dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat ini. Beberapa
jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatan luka, seperti:
hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan
pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa mempertimbangkan cost
effective dan kemampuan ekonomi pasien. (NICE 2015)
Adapun penatalaksanaan luka menurut PERKENI Adalah
1. Kendali metabolik (metabolic control)
Pengendalian keadaan metabolik sebaik mungkin seperti pengendalian kadar
glukosa darah, lipid, albumin, hemoglobin dan sebagainya.
2. Kendali vaskular (vascular control)
Perbaikan asupan vaskular (dengan operasi atau angioplasti), biasanya
dibutuhkan pada keadaan ulkus iskemik.
3. Kendali infeksi (infection control)
Pengobatan infeksi harus diberikan secara agresif jika terlihat tanda-tanda
klinis infeksi. Kolonisasi pertumbuhan organisme pada hasil usap, namun
tidak disertai tanda-tanda klinis, bukan merupakan infeksi.
4. Kendali luka (wound control)
Pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrosis secara teratur. Perawatan lokal
pada luka, termasuk kontrol infeksi, dengan konsep TIME:
Tissue debridement (membersihkan luka dari jaringan mati)
Inflammation and Infection Control (kontrol inflamasi dan infeksi)
Moisture Balance (menjaga keseimbangan kelembaban)
Epithelial edge advancement (mendekatkan tepi epitel)
5. Kendali tekanan (pressure control)
Mengurangi tekanan karena tekanan yang berulang dapat menyebabkan
ulkus, sehingga harus dihindari. Hal itu sangat penting dilakukan pada ulkus
neuropatik. Pembuangan kalus dan memakai sepatu dengan ukuran yang
sesuai diperlukan untuk mengurangi tekanan.
6. Penyuluhan (education control)
Penyuluhan yang baik. Seluruh pasien dengan diabetes perlu diberikan edukasi
mengenai perawatan kaki secara mandiri.
d) Hipertiroid
Pilihan utama yaitu terapi yodium, obat – obatan antitiroid ( golongan
Propilthiourasil seperti methimazole ) dan tiroidektomi ( pengangkatan tiroid ).
Golongan PTU jarang digunakan karena memiliki efek samping yang serius seperti
menurunkan kadar sel darah putih, kerusakan hati, adanya reaksi alergi. Pilihan yang
direkomendasikan untuk hipertiroid adalah terapi radioaktif iodine ( RAI ), yaitu
dengan merusak sel sel yang membuat hormone tiroid yang diberikan secara oral
sehingga tiroid yang terlalu aktif akan berikatan dengan yodium radiokaktif ( ATA )
Dosis RAI dengan aktivitas < 30 mCi memiliki laju dosis < 50 mikroSv/jam
yang sesuai dengan peraturan proteksi radiasi menurut NRC amerika bahwa dengan
aktivitas < 30 mCi memiliki laju dosis < 50 mikroSv/jam terbukti aman( Ahmad
Mutokar, 2017 )
Dosis Propylthiouracil (PTU) Dewasa: Awalnya, 300 mg setiap hari dalam 3
dosis terbagi dengan interval kira-kira 8 jam. Untuk kasus yang parah atau gondok yang
sangat besar: Awalnya, 400 mg setiap hari; 600-900 mg setiap hari mungkin diperlukan
dalam beberapa kasus. Pemeliharaan (sekali eutiroid): 50-150 mg sehari biasanya
dilanjutkan selama 1-2 tahun. Sesuaikan dosis berdasarkan tolerabilitas pasien, respons
klinis, dan status tiroid.
- Dosis Oral Dewasa: Sebagai metamizol Na: 0,5-1 g sampai 3-4 kali sehari. Maks: 4
g setiap hari. Durasi pengobatan maksimal: 3-5 hari.
- Anak: Saat methimazole Na menetes: ≥3 bulan Dosis bervariasi berdasarkan berat
badan. Dosis anjuran: 8-16 mg / kg sebagai dosis tunggal, dapat diulang bila perlu,
hingga 3 atau 4 kali sehari.
e) Hipoglikemik
a) Pengobatan pada hipoglikemia ringan:
Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana).
Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang
berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikan glukosa
darah.
Glukosa 15 – 20 g (2 – 3 sendok makan gula pasir) yang dilarutkan dalam air
adalah terapi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar.
Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit
pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah
pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien
diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya
hipoglikemia.
b) . Pengobatan pada hipoglikemia berat :
Hentikan obat – obat antidiabetes. Jika pasien menggunakan insulin, maka perlu
dilakukan penyesuaian dosis.
Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa
pemberian dextrose 10% sebanyak 150 mL dalam 15 menit, atau dextrose 40%
sebanyak 25 mL(hati – hati risiko terjadinya ekstravasasi).
Periksa glukosa darah tiap 15 – 30 menit setelah pemberian i.v tersebut dengan
target t 70 mg/dL. Bila target belum tercapai maka prosedur dapat diulang.
Jika glukosa darah sudah mencapai target, maka pemeliharaannya diberikan
dextrose 10% dengan kecepatan 100 mL/jam (hati – hati pada pasien dengan
gangguan ginjal dan jantung) hingga pasien mampu untuk makan.
Pemberian glukagon 1 mg intramuskular dapat diberikan sebagai alternatif lain
terapi hipoglikemia (hati – hati pada pasien malnutrisi kronik, penyalahgunaan
alkohol, dan penyakit hati berat).
Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.Sumber : (PERKENI,2019)
f) Asam urat
- Allupurinol (Dosis : 100-200 mg 1x1)
Alopurinol adalah obat pilihan pertama untuk menurunkan kadar asam urat, diberikan
mulai dosis 100 mg/hari dan dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimal 900
mg/hari (jika fungsi ginjal baik). Apabila dosis yang diberikan melebihi 300 mg/hari, maka
pemberian obat harus terbagi.
Jika terjadi toksisitas akibat alopurinol, salah satu pilihan adalah terapi urikosurik
dengan probenecid 1−2 gr/hari. Probenecid dapat diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal
normal, namun dikontraindikasikan pada pasien dengan urolitiasis atau ekskresi asam urat
urin ≥800 mg/24jam. Pilihan lain adalah febuxostat, yang merupakan inhibitor xantin
oksidase non purin dengan dosis 80−120 mg/hari. Kombinasi inhibitor xantin oksidase
dengan obat urikosurik atau peglotikase dapat diberikan pada pasien gout kronis dengan tofi
yang banyak dan/atau kualitas hidup buruk yang tidak dapat mencapai target kadar asam urat
serum dengan pemberian dosis maksimal obat penurun asam urat tunggal.
Target terapi penurun asam urat adalah kadar asam urat serum <6 mg/dL, dengan
pemantauan kadar asam urat dilakukan secara berkala. Pada pasien dengan gout berat
(terdapat toϐi, artropati kronis, sering terjadi serangan artritis gout) target kadar asam urat
serum menjadi lebih rendah sampai <5 mg/dL. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
membantu larutnya kristal monosodium urat (MSU) sampai terjadi total disolusi kristal dan
resolusi gout. Kadar asam urat serum <3 mg/dL tidak direkomendasikan untuk jangka
panjang.
Semua pilihan obat untuk menurunkan kadar asam urat serum dimulai dengan dosis
rendah. Dosis obat dititrasi meningkat sampai tercapai target terapi dan dipertahankan
sepanjang hidup. Sebagai contoh alopurinol dimulai dengan dosis 100 mg/hari, kemudian
dilakukan pemeriksaan kadar asam urat setelah 4 minggu. Bila target kadar asam urat belum
tercapai maka dosis alopurinol ditingkatkan sampai target kadar asam urat tercapai atau telah
mencapai dosis maksimal.
Setiap pasien gout yang mendapatkan terapi penurun kadar asam urat berisiko
mengalami serangan gout akut, terutama pada awal dimulainya terapi penurun asam urat.
Semakin poten dan semakin besar dosis obat penurun asam urat, maka semakin besar pula
risiko terjadinya serangan akut. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya serangan akut
gout direkomendasikan untuk memberikan terapi proϐilaksis selama 6 bulan sejak memulai
terapi penurun kadar asam urat. Proϐilaksis yang direkomendasikan adalah kolkisin dengan
dosis 0.5–1 mg/hari, dosis harus dikurangi pada gangguan fungsi ginjal.
Monitoring
a. Monitoring efektivitas terapi
(1) Diabetes Melitus
- HbA1C : < 6,5 % (ACE & AACE)
- Prepandial plasma glucose : <110 mg/dL (ACE & AACE)
- Postprandial plasma glucose : <140 mg/dL (ACE & AACE)
(2) Asma
- Pemantauan FEV1
- Jika hasil monitoring bagus lakukan step-down, jika sebaliknya lakukan step-
up.
- Pastikan pasien sudah memahami Teknik pengobatan inhaler.
(3) Hipertiroid
- Monitoring kadar T3, T4 dan TSH
(4) Asam urat
- Monitoring kadar asam urat
b. Monitoring efek samping
- Insulin : menyebabkan hipoglikemik, peningkatan berat badan. Sehingga harus
dimonitoring kadar glukosa darah.
- Allupurinol : monitoring kadar asam urat
- Metformin : menyebabkan defisiensi vitamin 12 (pusing kepala, kesemutan,
pegal-pegal). Monitoring penggunaan metformin yang terus menerus terutama
pada pasien yang mengalami DM yang sudah mengkonsumsi metformin lama.