Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL FARMAKOTERAPI 1

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah tutorial Farmakoterapi 1

Dosen pengampu mata kuliah :

apt. Keni Idacahyati, M.Farm

Oleh :

Ramdan Bastian

31118150

Farmasi 3D (Kelompok 2)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021
KASUS

Tn Lg 47 tahun dengan diabetes tipe 2, BB 75 kg Beliau baru saja mendapatkan basal


insulin (determin) ditambah dengan beberapa obat lain yaitu metformin 1 gram 2x1 dan
glikazide 80 mg 2x1. Beliau mengeluh bangun dengan sakit kepala, pusing dan kleyengan
pada pagi hari. Sering merasa kesemutan dan terdapat luka di kaki yang tidak sembuh dari 3
bulan yang lalu. HbA1C 9,2%. Tn Lg juga mengalami sesak nafas. Sesak nafas semakin
berat saat malam hari. Diketahui pasien mempunyai riwayat hipertiroid Akhir-akhir ini
mengeluh sering berkeringat dingin dan berat badan menurun.
Vital sign: TD : 100/70 mmHg, N : 80x/menit, RR : 28x/menit

Pemeriksaan laboratorium
Parameter Hasil Satuan Normal Keterangan
Tanggal 24 September 2019
Hb 15,4 g/dl 14,0 – 18,0 Normal
Leukosit 9.050 /µL 4.800–10.800 Normal
Hematokrit 49 % 42-52 Normal
Eritrosit 5,8 106/µl 4,7-6,1 Normal
Trombosit 84 Mg/dL 79-99 Normal
Segmen 71,9 40-70 Tinggi
SGOT 39 U/L 15-37 Tinggi
SGPT 53 U/L 30-65 Normal
Glukosa sewaktu 214 mg/dl ≤200 Tinggi
Asam urat 8,3 mg/dL 3,5-7,2
Ureum 19,8 mg/dL 14,98-38,52
Kreatinin 0,82 mg/dL 0,80-13,0
Tanggal 25 September 2019
BTA Negatif
Lekosit Positif
Epitel Positif
Tanggal 26 September 2019
Glukosa puasa 234 mg/dL 74-106 Tinggi
Glukosa 2jam 235 mg/dL ≤ 126 Tinggi
PP
T3 20 mcg/dL 4,5-10,9 Tinggi
T4 400 Ng/dL 60-181 Tinggi

Penatalaksanaan :

Obat Dosis Tanggal


24-09-2019 25-09-2019 26-09-2019
P Si So M P Si So M P Si So M
Ventolin neb 3x/hari V V V V V V
Flixotide neb 2x/hari V V
Biozyim 2x1 gr V V V V
(ceftadizime
)
Ranitidin 2x1 gr V V V V
Cefotaxime 2x1 gr V V V V
Lasal 3x1 C V V V V V V V V V
ekspectoran
(GG dan
Salbutamol)
Allopurinol 1x300 V V
Vectrin 2x300 V V V V
(erdostein)
metformin 2X1 V V V V V V V V V V
gram
Glikazide 2X 80 V V V V V V V V V V
mg

Terminologi

1. Diabetes mellitus
Merupakan suatu kelompok metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
2. Hipertiroid
Merupakan kondisi yang terjadi ketika fungsi kelenjar tiroid menjadi tidak normal
sehingga menyebabkan produksi dan pelepasan tiroid yang berlebihan
3. Hb
Hb adalah komponen di dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh.
4. Leukosit
Adalah sel berinti dalam darah yang dapat dibedakan kedalam 5 jenis, yaitu netrofil,
eusinofil, basophil, limfosit, dan monosit
5. Hematokrit
Adalah persentase volume darah lengkap yang terdiri dari eritrosit.
6. Eritrosit
Merupakan sel drah merah; cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 µm.
7. Trombosit
Merupakan keping darah; bagian dari beberapa sel besar dalam dalam sumsum tulang
yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.
8. Segmen
Neutrophil segmen adalah granulosit neutrofilik paling matang, yang ada di dalam
sirkulasi darah
9. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase)
Merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati,
10. SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transminase) / ALT (Alanin aminotransferase)
Merupakan suatu enzim yang ada di dalam hepatosit.
11. Glukosa darah sewaktu
Merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi kadar glukosa darah secara spontan yang bisa
dilakukan kapan saja
12. Glukosa darah puasa
Merupakan kadar gula darah yang didapatkan sebelum makan
13. Glukosa darah 2 jam PP
Merupakan pemeriksaan lanjutan setelah gula darah puasa yakni dengan mengkur tingkat
gula darah 2 jam setelah makan
14. Asam urat
Gout arthritis atau lebih dikenal dengan sebutan penyakit asam urat adalah suatu
penyakit akibat metabolisme purin yang tidak normal.
15. Ureum
Merupakan hasil metabolisme dari protein dan asam amino.
16. Kreatinin
Merupakan suatu produk biokimia metabolisme otot dan dieliminasi dari tubuh melalui
ginjal.
17. BTA (basil tahan asam)
Merupakan pemeriksaan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa
18. Epitel
Merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh bagian luar dan bagian dalam
19. T3 (Triiodothironine)
Merupakan salah satu hormone yang diekskresikan oleh kelenjar tiroid
20. T4 (Thyroxine)
Merupakan hormone yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berfungsi mengatur
pertukaran zat (metabolisme) di dalam tubuh serta mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta mental.

MEKANISME PENGGOLONGAN OBAT


Obat Golongan Mekanisme Indikasi
Ventolin neb Agonis Merangsang secara selektif Mengobati penyakit
(mengandun adrenoreseptor reseptor beta-2 adrenergik pada saluran
g zat aktif beta-2 selektif terutama pada otot bronkus pernafasan seperti
salbutamol) kerja pendek sehingga menyebabkan asma dan PPOK
(SABA) terjadinya bronkodilatasi
karena otot bronkus mengalami
dilatasi, sehingga udara dapat
mengalir lebih lancar ke dalam
paru-paru.
Flixotide neb Glukokortiko- Mekanisme kerjanya perbaikan Digunakan untuk
(Flixotide steroid faal paru, menurunkan mengobati asma.
mengandung hiperesponsif jalan napas,
zat aktif mengurangi gejala,
Fluticasone mengurangi frekuensi dan
Propionat) berat serangan dan
memperbaiki kualiti hidup.
Steroid inhalasi adalah pilihan
bagi pengobatan asma
persisten (ringan sampai berat).
Steroid inhalasi ditoleransi
dengan baik dan aman pada
dosis yang direkomendasikan
Ceftazidime Antibiotik Membunuh bakteri dan Digunakan untuk
golongan menghambat pertumbuhannya. mengobati
sefalosporin bermacam-macam
generasi ketiga. infeksi bakteri
seperti infeksi
saluran pernapasan
bawah, infeksi
saluran kemih,
meningitis, dan
gonorrhea
Ranitidin H2 blocker Secara kompetitif dan Menurunkan sekresi
reversible menghambat asam lambung
histamin pada reseptor H2 dari berlebih.
sel parietal lambung sehingga
menghambat sekresi asam
lambung, volume lambung dan
mengurangi konsentrasi ion
hidrogen.
Cefotaxime Sefalosporin Membunuh bakteri dan Untuk mengobati
generasi ke-tiga. menghambat pertumbuhannya. berbagai macam
penyakit infeksi
bakteri. Beberapa
penyakit infeksi
yang bisa diatasi
oleh obat ini adalah
pneumonia, infeksi
saluran kemih,
kencing
nanah, meningitis,
peritonitis,
atau osteomielitis (in
feksi pada tulang).
Lasal Guaifenesin = Salbutamol merupakan obat Untuk melegakan
ekspectoran sebagai ekpektoran golongan bronkdilator yang pernafasan dan
mengandung bekerja dengan cara membantu
zat aktif Salbutamol = merangsang secara slektif pengeluaran dahak
( GG = golongan agonis reseptor beta-2-adrnergik pada kondisi asma
guaifenesin adrenoreseptor terutama pada otot bronkus. yang disertai batuk.
dan beta-2 selektif Hal ini menyebabkan
Salbutamol ) kerja pendek terjadinya bronkodilatasi
karena otot bronkus mengalami
relaksasi. Guaifenesin adalah
senyawa yang mengurangi
viskositas mucus dari trakea
dan bronkus sehingga dahak
mudah dikeluarkan dari saluran
pernafasan lewat mekanisme
batuk.

Allopurinol Penghambat Menghambat enzim xanthine Untuk menurunkan


xanthine-oxidase oksidase sehingga menghambat kadar asam urat
pembentukan asam urat dan dalam darah akibat
juga dapat menghambat penyakit asam urat
sintesis purin. (gout).

Xanthin Oksidase adalah


enzim yang mengkatilisis
konversi hipoksantin menjadi
xanti kemudian menjadi asam
urat.
Vectrin Mukolitik Mengencerkan dahak yang Mengencerkan
(erdostein) terdapat di saluran pernapasan. dahak yang kental
Dengan demikian, dahak dapat sehingga mudah
lebih mudah dikeluarkan saat dikeluarkan.
batuk. 
Metformin Antidiabetes Metformin bekerja diperifer Mengontrol kadar
golongan pada otot-otot dimana
gula darah tinggi
biguanide. memperbaiki sensitivitas selyang biasanya
terhadap insulin. diberikan pada
pasien diabetes tipe
2.
Glikazide Antidiabetes Menurunkan kadar gula darah Mengontrol kadar
golongan dengan cara meningkatkan gula darah pada
sulfonylurea. pelepasan insulin dari pasien Diabetes tipe
pankreas. 2.

 Analisis SOAP
- Subjektif

Tn Lg 47 tahun dengan diabetes tipe 2, BB 75 kg Beliau baru saja mendapatkan basal


insulin (determin) ditambah dengan beberapa obat lain yaitu metformin 1 gram 2x1 dan
glikazide 80 mg 2x1. Beliau mengeluh bangun dengan sakit kepala, pusing dan kleyengan
pada pagi hari. Sering merasa kesemutan dan terdapat luka di kaki yang tidak sembuh dari 3
bulan yang lalu. Tn Lg juga mengalami sesak nafas. Sesak nafas semakin berat saat malam
hari. Diketahui pasien mempunyai riwayat hipertiroid Akhir-akhir ini mengeluh sering
berkeringat dingin dan berat badan menurun.

- Objektif
o Nilai HbA1c : 9,2%.

o Vital sign: TD : 100/70 mmHg, N : 80x/menit, RR : 28x/menit


o Pemeriksaan laboratorium

Parameter Hasil Satuan Normal Keterangan


Tanggal 24 September 2019
Hb 15,4 g/dl 14,0 – 18,0 Normal
Leukosit 9.050 /µL 4.800–10.800 Normal
Hematokrit 49 % 42-52 Normal
Eritrosit 5,8 106/µl 4,7-6,1 Normal
Trombosit 84 Mg/dL 79-99 Normal
Segmen 71,9 40-70 Tinggi
SGOT 39 U/L 15-37 Tinggi
SGPT 53 U/L 30-65 Normal
Glukosa sewaktu 214 mg/dl ≤200 Tinggi
Asam urat 8,3 mg/dL 3,5-7,2
Ureum 19,8 mg/dL 14,98-38,52
Kreatinin 0,82 mg/dL 0,80-13,0
Tanggal 25 September 2019
BTA Negatif
Lekosit Positif
Epitel Positif
Tanggal 26 September 2019
Glukosa puasa 234 mg/dL 74-106 Tinggi
Glukosa 2jam PP 235 mg/dL ≤ 126 Tinggi
T3 20 mcg/dL 4,5-10,9 Tinggi
T4 400 Ng/dL 60-181 Tinggi

- Assesment
a. Nilai Abnormalitas

Parameter Hasil Satuan Normal Keterangan


Segmen 71,9 40-70 Tinggi

SGOT 39 U/L 15-37 Tinggi

Asam urat 8,3 mg/dL 3,5-7,2 Tinggi


Glukosa sewaktu 214 mg/dl ≤200 Tinggi

Lekosit Positif

Epitel Positif

Glukosa puasa 234 mg/dL 74-106 Tinggi

Glukosa 2jam PP 235 mg/dL ≤ 126 Tinggi

T3 20 mcg/dL 4,5-10,9 Tinggi

T4 400 Ng/dL 60-181 Tinggi

Berdasarkan subjective dan objective pasien mengalami : Diabetes Melitus tipe 2,


Asma, Hipertiroid, Hipoglikemia, Asam urat.
Segmen dan Leukosit
Segmen merupakan salah satu bagian dari leukosit, yaitu neutrophil yang jika
memiliki kadar yang tinggi dan leukosit positif maka bisa menimbulkan reaksi
peradangan. Salah satu penyakit yang disebabkan karena adanya peradangan yaitu
asma. Neutropil berperan ketika adanya kelainan saluran pernafasan pada
penderita asma. Pada Tn. Lg, kadar segmen memiliki nilai diatas normal dan
leukosit positif serta disertai sesak nafas di malam hari sehingga pasien memiliki
penyakit asma. ( Eryati Darwin, et al., 2017 )
・ Glukosa sewaktu, Glukosa 2 jam PP, Glukosa Puasa, dan HbA1C
Keempat tes untuk mengecek glukosa dalam darah ini jika tinggi disebabkan
karena Stres, infeksi, kurang berolahraga, terlalu banyak mengonsumsi
karbohidrat, atau melakukan aktivitas fisik yang cukup berat di saat tingkat insulin
rendah sehingga dapat menjadi pemicu gula darah tinggi.
Penyebab kadar gula darah yang tinggi adalah kurangnya pasokan hormon insulin
ataupun saat hormon insulin yang tidak bekerja dengan optimal akibat resistensi
insulin.
Pada hasil keempat tes untuk cek glukosa dalam darah, Tn Lg dinyatakan
memiliki penyakit diabetes mellitus tipe 2. ( ADA,2020 )
・ SGOT
Jika hasil tes SGOT ternyata lebih tinggi dari normal, artinya ada kerusakan
pada sel hati sehingga dapat menganggu proses metabolisme, yaitu salah satunya
glukosa. Hal ini dikarenakan ketika adanya kerusakan pada sel hati maka
kemampuan hati untuk dapat memetabolisme glukosa terganggu. Tn Lg memiliki
kadar glukosa dalam darah yang tinggi setelah pengecekan sehingga adanya hal
tersebut maka enzim SGOT untuk membantu hati memetabolisme glukosa akan
ikut meningkat. ( Hasanudin Asni,.et.al. 2019 )
・ Asam Urat
Kadar asam urat yang tinggi menandakan bahwa adanya penghambatan
ekskresi purin sehingga terjadi penumpukan di dalam persendian dan organ tubuh
lain. Kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan penyakit asam urat ( gout ).
Tn. Lg memiliki kadar asam urat tinggi sehingga memiliki penyakit asam urat.
( Nurhamidah dan Selpi Nofiani, 2015 )
・ T3 dan T4
T3 dan T4 merupakan produk akhir dari hormon pada hipotalamus berupa
TRH ( Thyrotropin Releasing Hormone ) yang membuat hipofisis anterior
mensekresikan TSH ( Thyroid Stimulating Hormone ) sehingga merangsang tiroid
mensekresikan T3 dan T4. Ketika meningkatnya kadar dari T3 dan T4 maka dapat
membuat TSH menurun yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi tiroid
( Hipertiroid ). Tn. Lg memiliki kadar T3 dan T4 yang tinggi sehingga memiliki
penyakit hipertiroid. ( Syuhada dan Rafie Rakhmi. 2015 )
・ Epitel
Epitel merupakan salah satu sedimen urin organic yang ketika pada pemeriksaan
hasilnya positif maka ada zat asing atau allergen masuk. Zat asing disini dapat berupa
terbentuknya kristal asam urat pada penderita arthritis ( penyakit asam urat ) sehingga sel
epitel terkelupas dan hasil pemeriksaan positif. Tn. Lg menderita penyakit asam urat
sehingga pada hasil pemeriksaan epitel nya positif. ( Yunus Reni dan Yuniarty Tuty. 2016 )

- Foot ulcer diabetic


Penyakit foot ulcer dapat berhubungan dengan pasien yang memiliki riwayat penyakit
diabetes melitus tipe 2, hal tersebut disebabkan :

- Viskositas atau kekentalan darah semakin tinggi menyebabkan darah semakin


kental.
- Pada pasien diabetes melitus ada luka terutama di kaki yang mempunyai penahan
tekanan penyokong dari tubuh pasien, jika terdapat luka di kaki walaupun sedikit
dapat menyebabkan foot ulcer. Pada saat adanya luka terbuka kemudian berdarah
sangat disenangi oleh bakteri sehingga terjadi infeksi.

Pada penderita diabetes, semua luka di kaki kemungkinan besar akan terjadi infeksi
bakteri. Namun untuk orang yang menderita foot ulcer diabetic, pengobatan yang paling tepat
yaitu untuk mencegah komplikasi, termasuk infeksi yang mengancam tungkai. Sehingga
penggunaan antibiotic harus sesegera mungkin diberikan. Pemilihan antibiotic yang harus
diberikan harus mempertimbangkan :

- Keparahan infeksi (ringan, sedang, berat)


- Resiko terjadinya komplikasi
- Hasil pemeriksaan mikrobiologis
- Penggunaan antibiotic sebelumnya
- Preferensi pasien

(NICE, 2015)

Penatalaksaan Obat untuk Kaki Diabetik dengan Ulkus berdasarkan tingkat keparahan
menurut American Family Physician (Bader, 2008)

a) Ringan (durasi pengobatan adalah satu sampai dua minggu)


 Dicloxacillin 500 mg per oral 4 x sehari
 Cephalexin (Keflex) 500 mg diminum 4x sehari : Untuk pasien alergi penicillin,
kecuali yang dengan reaksi hipersensitivitas langsung.
 Amoksisilin/klavulanat 875/125 mg per oral 2x sehari : Pilihan bagus untuk
infeksi polimikroba.
 Klindamisin 300 – 450 mg diminum 3x per hari
 Doksisiklin (Vibramycin) 100 mg diminum 2x sehari atau
Sulfametoksazol/trimetropim (Bactrim) 160/800 mg secara oral 2x sehari
b) Sedang (durasi pengobatan adalah 2-4 minggu, tergantung pada tanggapan; mengelola
secara lisan atau secara parenteral diikuti oleh lisan)
1) Faktor risiko infeksi polimikroba tidak ada
 Nafcillin 1-2 g IV setiap 4 jam
 Cefazolin 1-2 g IV setiap 8 jam : Untuk pasien alergi penisilin.
 Vankomisin 30 mg per kg IV 2x sehari
2) Faktor risiko infeksi polimikroba ada.
 Ampisilin/sulbactam 3 g IV 4x sehari.
 Ceftriaxone 1-2 g IV 1x sehari plus Klindamisin 600-900 mg IV atau
diminum 3x per hari atau Metronidazole 500 mg IV atau per oral 3x sehari
atau Levofloxacin 500 mg IV atau per oral 1x ditambah Klindamisin 600-
900 mg IV atau per oral 3x sehari.
 Moxifloxacin 400 mg IV atau diminum 1x sehari.
 Ertapenem 1 g IV sekali sehari.

c) Parah (durasi pengobatan adalah 2-4 minggu, tergantung pada respon; berikan secara
parenteral, lalu beralih ke lisan)
- Ciprofloxacin 400 mg IV 2x sehari ditambah Klindamisin 600-900 mg IV 3x
sehari.
- Piperacilin/tazobactam 3,375-4500 g IV setiap enam sampai 8 jam.
- Imipenem/cilastatin 500 mg IV 4x per hari.
- Vankomisin 30 mg per kg IV 2x sehari plus ciprofloxacin 400 mg IV 2x sehari
plus metronidazole 500 mg IV atau diminum 3x sehari
- Linezolid 600 mg IV atau secara oral 2x sehari atau daptomycin 4 mg per kg IV
sekali per hari bisa juga digunakan untuk MRSA. Gunakan vankomisin untuk
pasien alergi penisilin.
- Tigecycline 100 mg IV dosis pemuatan kemudian 50 mg IV 2x sehari.

3) Asma
Penyakit asma dapat disebabkan oleh infeksi, allergen, stress, penggunaan obat,
lingkungan ataupun olahrga. Ketika adanya paparan antigen, akan mengaktifkan sel utama
penyakit asma yang akan mengaktifkan mediator proinflamasi sehingga menyebabkan
bronkokontriksi dkemudian menjadi bronkospasme.
Berdasarkan hasil laboratorium Tn. Lg mengalami penyakit asma ini disebabkan
karena kadar segmen yang tinggi. Segmen merupakan salah satu bagian dari leukosit, yaitu
neutropil yang jika memiliki kadar yang tinggi dan leukosit positif maka bisa menimbulkan
reaksi peradangan. Netrofil dan eusinofil berperan dalam mengaktifkan mediator
proinflamasi sehingga menyebabkan bronkokontriksi dan bronkospasme sehingga pasien
mengalami sesak nafas dan memburuk pada malam hari dan dapat disimpulkan Tn. Lg
memiliki penyakit asma.

a) Penggolongan obat asma


- Obat pelega nafas : diberikan saat serangan untuk mengatasi bronkospasme (prn).
Obat : SABA, kortikosteroud sistemik, antikolinergik inhalasi, teofilin kerja singkat
- Obat pengontrol : untuk mengurangi gejala harian, dilakukan terus menerus. Obat :
LABA, kortikosteroid inhalasi/sistemik.
b) Klasifikasi

Intermediet : Step 1 (gejala kurang dari 2 kali perminggu)


Persistent mild: Step 2 (gejala muncul lebih dari 2 hari/minggu tidak setiap hari, batuk di
malam hari terjadi 1-2 kali/bulan)

Presisten moderate : Step 3 (gejala terjadi setiap hari, batuk di malam hari terjadi 3-4
kali/bulan

Presisten severe : Step 4-5 (gejala terjadi setiap hari dan sering kambuh, batuk di
malam hari sering terjadi lebih satu kali dalam seminggu)

Pasien ini termasuk kedalam kategori Presisten Moderate karena gejala asma yang
dirasakan memberat saat di malam hari tetapi perlu dilakukan pengecekan FEV1 dan fungsi
paru lain agar sesuai klasifikasinya. Penggunaan bronkodilator nebu diberikan saat terjadi
serangan untuk mengatasi bronkospasme sehingga diberikan bronkodilator.

c) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sesuai dengan klasifikasi asma menurut Global Initiative for Asthma, 2020 :

Step 1 : Dosis rendah ICS (formoterol prn) / SABA prn

Step 2 : Dosis rendah ICS inhalasi setiap hari / dosis rendah ICS (formoterol prn) /
kombinasi inhaler ICS dan SABA

Step 3 : Dosis rendah ICS-LABA / dosis sedang ICS / dosis rendah ICS + LTRA

Step 4 : Dosis sedang ICS-LABA / dosis tinggi ICS

Step 5 : Dosis tinggi ICS-LABA

4) Hipertiroid
Penatalaksanaan hipertiroid mencakup 3 pilihan utama yaitu : yodium radioaktif,
obat-obatan antitiroid dan tiroidektomi. (Thyroid, 2020)
- Surgical (Tiroidektomi), yaitu pembedahan atau pengambilan1 kelenjar tiroid karena
adanya tumor.
Obat-obat antitiroid :
- Golongan Thiourea

Mekanisme kerja : menghambat sintesis hormone tiroid dengan menghambat kompetitif


enzim peroksidasi dari kelenjar tiroid atau memblokir kemampuan kelenjar tiroid untuk
membuat hormone tiroid baru.

Contoh : Propiltiourasil 3000-400 mg/hari dibagi menjadi 3 dosis 6-8 jam sekali.
- Iodides

Mekanisme kerja : memblokir pelepasan hormone tiroid, menghambat biosintesis hormone


tiroid dengan mengganggu penggunaan iodide intrarhyroidal, dan menurunkan pengecilan
ukuran pembengkakan.

Contoh : Dalam bentuk potassium iodide/larutan, contohnya seperti serum dengan dosis 38
mg/drop dan 6,3 mg/drop.

5) Hipoglikemik
Terjadinya hipoglikemik dikarenakan pasien sedang mengkonsumsi obat – obatan
antidiabetes, yaitu metformin, insulin basal, dan glikazide. Efek samping dari obat
antidiabetes tersebut terutama insulin yaitu dapat menurunkan kadar gula darah sehingga
menyebabkan pasien mengalami hipoglikemik. Adapun efek samping yang dirasakan yaitu
sakit kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari.

Penatalaksanaan Hipoglikemia :
 Hentikan obat – obat antidiabetes. Jika pasien menggunakan insulin, maka perlu
dilakukan penyesuaian dosis.
 Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa pemberian
dextrose 10% sebanyak 150 mL dalam 15 menit, atau dextrose 40% sebanyak 25 mL
(hati – hati risiko terjadinya ekstravasasi).
 Periksa glukosa darah tiap 15 – 30 menit setelah pemberian i.v tersebut dengan target 70
mg/dL. Bila target belum tercapai maka prosedur dapat diulang.
 Jika glukosa darah sudah mencapai target, maka pemeliharaannya diberikan dextrose
10% I.V dengan kecepatan 100 mL/jam (hati – hati pada pasien dengan gangguan ginjal
dan jantung) hingga pasien mampu untuk makan.
 Pemberian glukagon 1 mg intramuskular dapat diberikan sebagai alternatif lain terapi
hipoglikemia (hati – hati pada pasien malnutrisi kronik, penyalahgunaan alkohol, dan
penyakit hati berat).
 Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.

Sumber: PERKENI. Pedoman pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2 dewasa di Indonesia


2019.
 Perhitungan insulin

Diketahui : BB Pasien = 75 kg
Ditanyakan : Berapa kebutuhan insulin pasien?
Jawab :
- Kebutuhan Insulin Total = 0,5 x BB (KG)

= 0,5 x 75 kg

= 37,5 unit

- Insulin Prandial = 60% dari insulin total


= 60% x 37,5 unit
= 22,5 unit
- Dosis 3 x makan = 1/3 x insulin prandial
= 1/3 x 22,5
= 7,5 unit

- Insulin Basal = 40% dari insulin total


= 40% x 37,5
= 15 unit

Basal diberikan malam hari karena kerjanya long acting sehingga cukup diberikan 1x
dalam sehari.

b. Analisis DRP ( Drug Related Problem )

1) Indikasi Tanpa Obat

Hipertiroid dan Hipoglikemia

2) Obat Tanpa Indikasi

Nama Obat : Ranitidin

Analisis DRP : Pasien tidak mendapatkan obat dengan benar, karena pasien tidak
mengalami asam lambung

3) Reaksi obat yang merugian (Efek samping)


- Nama Obat : Metformin

Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose menyebabkan efek samping obat
seperti saki kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari, juga dapat menyebabkan
hipoglikemia pada pasien.

- Nama Obat : Glikazid

Analisis DRP : Obat yang diberikan sesuai dengan dosis namun menyebabkan efek
samping obat seperti saki kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari

- Nama Obat : Insulin Basal

Analisis DRP : Obat yang diberikan sesuai dengan dosis namun menyebabkan efek
samping obat seperti saki kepala, pusing dan kleyengan pada pagi hari

4) Dosis yang kurang tepat


- Nama Obat : Metformin

Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose yaitu 1 gram 2x1, seharusnya 500
mg 2x1

- Nama Obat : Allopurinol

Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose yaitu 300 mg 1x1 seharusnya 100-
200 mg 1x1

- Nama Obat : Ranitidin

Analisis DRP : Obat diberikan dengan overdose yaitu 1 gram 1x1, seharusnya 150
mg

5) Penggunaan Obat yang tidak tepat


- Nama Obat : Biozyim (ceptadizime)

Indikasi: Golongan antibiotik sefalosporin yang berguna untuk menghentikan pertumbuhan


bakteri, mencegah infeksi bedah pada pasien yang menjalani operasi prostat, infeksi paru-
paru pseudomonal, infeksi tulang dan sendi,meningitis
Analisis DRP : Dosis sesuai tidak ada interaksi namun obat kurang tepat diberikan pada
pasien DM tipe 2 dengan foot ulcer, bisa digantikan dengan antibiotik yang lain

- Nama Obat : Cefotaxime

Indikasi : Golongan obat sefalosforin yang bekerja dengan cara membunuh dan menghambat
pertumbuhannya. Kemudiaan bias juga mencegah infeksi pada luka operasi

Analisis DRP : Dosis sesuai tidak ada interaksi namun obat kurang tepat diberikan pada
pasien DM tipe 2 dengan foot ulcer, bisa digantikan dengan antibiotik yang lain

- Nama Obat : Lasal ekspectoran (GG dan salbutamol)

Indikasi : Untuk melegakan pernafasan dan membantu pengeluaran dahak pada kondisi asma
yang disertai batuk

Analisis DRP : Obat salah karena pasien tidak berdahak hanya mengalami sesak nafas, dosis
nya sesuai namun harus memperhatikan hipertiroidisme
 Plan

Penatalaksanaan dan rekomendasi obat yang digunakan :

a) Asma
- Step 1 Low dose ICS-Formoterol ketika dibutuhkan ( ketika gejala muncul
kurang dari 2 kali sebulan )
- Step 2 Low dose ICS setiap hari ( Gejala muncul 2 atau lebih dalam sebulan
tetapi kurang dari biasanya )
- Step 3 Low dose ICS-LABA ( Gejala muncul setiap hari atau ketika bangun
mengalami sesak sekali dalam seminggu )
- Step 4 Medium dose ICS – LABA (Gejala muncul setiap hari atau ketika bangun
mengalami sesak sekali dalam seminggu atau penurunan fungsi paru )
- Step 5 High dose ICS-LABA

Sumber : Gina 2019 : Perubahan mendasar dalam managemen asma

b) DM tipe 2
- Metformin (Dosis : 500mg 2x1)
- Glikazide (Dosis : 40-80 mg/hr)
- Insulin basal (Dosis : 15 unit)

Untuk pasien dengan HbA1c saat diperiksa > 9% namun tanpa disertai dengan
gejala dekompensasi metabolik atau penurunan berat badan yang cepat, maka boleh
diberikan terapi kombinasi 2 atau 3 obat, yang terdiri dari metformin (atau obat lain
pada lini pertama bila ada intoleransi terhadap metformin) ditambah obat dari lini ke
2.
Untuk pasien dengan HbA1c saat diperiksa > 9% dengan disertai gejala
dekompensasi metabolik maka diberikan terapi kombinasi insulin dan obat
hipoglikemik lainnya.

- Metformin 500 mg 2x1

- Glikazide 80 mg 2x1

Sumber : PERKENI 2015

c) Foot ulcer (kategori sedang)


1. Penggunaan antibiotic
Penatalaksanaan infeksi pada foot ulcer yaitu menggunakan atibiotik.
Penggunaan antibiotic disesuaikan dengan derajat kondisi luka yang dialami.
Berdasarkan kasus tersebut, pasien termasuk kategori sedang sehingga antibiotic
yang bisa digunakan adalah :
Durasi pengobatan adalah 2-4 minggu
- Ampisilin/sulbactam 3 g IV 4x sehari
- Ceftriaxone 1-2 g IV 1x sehari plus Klindamisin 600-900 mg IV atau
diminum 3x per hari atau Metronidazole 500 mg IV atau per oral 3x sehari
atau Levofloxacin 500 mg IV atau per oral 1x ditambah Klindamisin 600-
900 mg IV atau per oral 3x sehari.
- Moxifloxacin 400 mg IV atau diminum 1x sehari.
- Ertapenem 1 g IV sekali sehari.

Sumber : American Family Physician

1. Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau
menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab.6,10,11 Bila ulkus
memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing) digunakan yang
bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut yang
mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut
ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban. Disamping bertujuan untuk
menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga selayaknya
mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk pembalut ulkus
dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang dilembabkan
dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat ini. Beberapa
jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatan luka, seperti:
hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan
pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa mempertimbangkan cost
effective dan kemampuan ekonomi pasien. (NICE 2015)
Adapun penatalaksanaan luka menurut PERKENI Adalah
1. Kendali metabolik (metabolic control)
Pengendalian keadaan metabolik sebaik mungkin seperti pengendalian kadar
glukosa darah, lipid, albumin, hemoglobin dan sebagainya.
2. Kendali vaskular (vascular control)
Perbaikan asupan vaskular (dengan operasi atau angioplasti), biasanya
dibutuhkan pada keadaan ulkus iskemik.
3. Kendali infeksi (infection control)
Pengobatan infeksi harus diberikan secara agresif jika terlihat tanda-tanda
klinis infeksi. Kolonisasi pertumbuhan organisme pada hasil usap, namun
tidak disertai tanda-tanda klinis, bukan merupakan infeksi.
4. Kendali luka (wound control)
Pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrosis secara teratur. Perawatan lokal
pada luka, termasuk kontrol infeksi, dengan konsep TIME:
 Tissue debridement (membersihkan luka dari jaringan mati)
 Inflammation and Infection Control (kontrol inflamasi dan infeksi)
 Moisture Balance (menjaga keseimbangan kelembaban)
 Epithelial edge advancement (mendekatkan tepi epitel)
5. Kendali tekanan (pressure control)
Mengurangi tekanan karena tekanan yang berulang dapat menyebabkan
ulkus, sehingga harus dihindari. Hal itu sangat penting dilakukan pada ulkus
neuropatik. Pembuangan kalus dan memakai sepatu dengan ukuran yang
sesuai diperlukan untuk mengurangi tekanan.
6. Penyuluhan (education control)

Penyuluhan yang baik. Seluruh pasien dengan diabetes perlu diberikan edukasi
mengenai perawatan kaki secara mandiri.

d) Hipertiroid
Pilihan utama yaitu terapi yodium, obat – obatan antitiroid ( golongan
Propilthiourasil seperti methimazole ) dan tiroidektomi ( pengangkatan tiroid ).
Golongan PTU jarang digunakan karena memiliki efek samping yang serius seperti
menurunkan kadar sel darah putih, kerusakan hati, adanya reaksi alergi. Pilihan yang
direkomendasikan untuk hipertiroid adalah terapi radioaktif iodine ( RAI ), yaitu
dengan merusak sel sel yang membuat hormone tiroid yang diberikan secara oral
sehingga tiroid yang terlalu aktif akan berikatan dengan yodium radiokaktif ( ATA )
Dosis RAI dengan aktivitas < 30 mCi memiliki laju dosis < 50 mikroSv/jam
yang sesuai dengan peraturan proteksi radiasi menurut NRC amerika bahwa dengan
aktivitas < 30 mCi memiliki laju dosis < 50 mikroSv/jam terbukti aman( Ahmad
Mutokar, 2017 )
Dosis Propylthiouracil (PTU) Dewasa: Awalnya, 300 mg setiap hari dalam 3
dosis terbagi dengan interval kira-kira 8 jam. Untuk kasus yang parah atau gondok yang
sangat besar: Awalnya, 400 mg setiap hari; 600-900 mg setiap hari mungkin diperlukan
dalam beberapa kasus. Pemeliharaan (sekali eutiroid): 50-150 mg sehari biasanya
dilanjutkan selama 1-2 tahun. Sesuaikan dosis berdasarkan tolerabilitas pasien, respons
klinis, dan status tiroid.

Dosis Metamizole Intramuskuler, Intravena. Apabila Demam, nyeri hebat maka


dosis Dewasa: Metamizol Na: 1 g s / d 4 x / hr atau 2,5 g dapat diberikan lewat inj IV
selama 5 menit atau lewat inj IM. Sesuaikan dosis berdasarkan tingkat keparahan dan
respons pasien. Maks: 5 g setiap hari. Anak: Methimazole Na: ≥3 bulan Dosis
bervariasi berdasarkan berat badan.

- Dosis Oral Dewasa: Sebagai metamizol Na: 0,5-1 g sampai 3-4 kali sehari. Maks: 4
g setiap hari. Durasi pengobatan maksimal: 3-5 hari.
- Anak: Saat methimazole Na menetes: ≥3 bulan Dosis bervariasi berdasarkan berat
badan. Dosis anjuran: 8-16 mg / kg sebagai dosis tunggal, dapat diulang bila perlu,
hingga 3 atau 4 kali sehari.

e) Hipoglikemik
a) Pengobatan pada hipoglikemia ringan:
 Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana).
 Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang
berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
 Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikan glukosa
darah.
 Glukosa 15 – 20 g (2 – 3 sendok makan gula pasir) yang dilarutkan dalam air
adalah terapi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar.
 Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit
pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah
pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
 Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien
diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya
hipoglikemia.
b) . Pengobatan pada hipoglikemia berat :
 Hentikan obat – obat antidiabetes. Jika pasien menggunakan insulin, maka perlu
dilakukan penyesuaian dosis.
 Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa
pemberian dextrose 10% sebanyak 150 mL dalam 15 menit, atau dextrose 40%
sebanyak 25 mL(hati – hati risiko terjadinya ekstravasasi).
 Periksa glukosa darah tiap 15 – 30 menit setelah pemberian i.v tersebut dengan
target t 70 mg/dL. Bila target belum tercapai maka prosedur dapat diulang.
 Jika glukosa darah sudah mencapai target, maka pemeliharaannya diberikan
dextrose 10% dengan kecepatan 100 mL/jam (hati – hati pada pasien dengan
gangguan ginjal dan jantung) hingga pasien mampu untuk makan.
 Pemberian glukagon 1 mg intramuskular dapat diberikan sebagai alternatif lain
terapi hipoglikemia (hati – hati pada pasien malnutrisi kronik, penyalahgunaan
alkohol, dan penyakit hati berat).
 Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.Sumber : (PERKENI,2019)
f) Asam urat
- Allupurinol (Dosis : 100-200 mg 1x1)

Obat yang tidak digunakan : Ranitidine, Cefotaxime, Biozym (Ceftazidime), Vectrin


(erdostein), Lasal expectorant

Alopurinol adalah obat pilihan pertama untuk menurunkan kadar asam urat, diberikan
mulai dosis 100 mg/hari dan dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimal 900
mg/hari (jika fungsi ginjal baik). Apabila dosis yang diberikan melebihi 300 mg/hari, maka
pemberian obat harus terbagi.

Jika terjadi toksisitas akibat alopurinol, salah satu pilihan adalah terapi urikosurik
dengan probenecid 1−2 gr/hari. Probenecid dapat diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal
normal, namun dikontraindikasikan pada pasien dengan urolitiasis atau ekskresi asam urat
urin ≥800 mg/24jam. Pilihan lain adalah febuxostat, yang merupakan inhibitor xantin
oksidase non purin dengan dosis 80−120 mg/hari. Kombinasi inhibitor xantin oksidase
dengan obat urikosurik atau peglotikase dapat diberikan pada pasien gout kronis dengan tofi
yang banyak dan/atau kualitas hidup buruk yang tidak dapat mencapai target kadar asam urat
serum dengan pemberian dosis maksimal obat penurun asam urat tunggal.

Target terapi penurun asam urat adalah kadar asam urat serum <6 mg/dL, dengan
pemantauan kadar asam urat dilakukan secara berkala. Pada pasien dengan gout berat
(terdapat toϐi, artropati kronis, sering terjadi serangan artritis gout) target kadar asam urat
serum menjadi lebih rendah sampai <5 mg/dL. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
membantu larutnya kristal monosodium urat (MSU) sampai terjadi total disolusi kristal dan
resolusi gout. Kadar asam urat serum <3 mg/dL tidak direkomendasikan untuk jangka
panjang.

Semua pilihan obat untuk menurunkan kadar asam urat serum dimulai dengan dosis
rendah. Dosis obat dititrasi meningkat sampai tercapai target terapi dan dipertahankan
sepanjang hidup. Sebagai contoh alopurinol dimulai dengan dosis 100 mg/hari, kemudian
dilakukan pemeriksaan kadar asam urat setelah 4 minggu. Bila target kadar asam urat belum
tercapai maka dosis alopurinol ditingkatkan sampai target kadar asam urat tercapai atau telah
mencapai dosis maksimal.
Setiap pasien gout yang mendapatkan terapi penurun kadar asam urat berisiko
mengalami serangan gout akut, terutama pada awal dimulainya terapi penurun asam urat.
Semakin poten dan semakin besar dosis obat penurun asam urat, maka semakin besar pula
risiko terjadinya serangan akut. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya serangan akut
gout direkomendasikan untuk memberikan terapi proϐilaksis selama 6 bulan sejak memulai
terapi penurun kadar asam urat. Proϐilaksis yang direkomendasikan adalah kolkisin dengan
dosis 0.5–1 mg/hari, dosis harus dikurangi pada gangguan fungsi ginjal.

Bila terdapat intoleransi atau kontraindikasi terhadap kolkisin, dapat dipertimbangkan


pemberian OAINS dosis rendah sebagai terapi proϐilaksis selama tidak ada kontraindikasi.

Sumber : Perhimpunan Reumatologi Indonesia : Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout.

 Monitoring
a. Monitoring efektivitas terapi
(1) Diabetes Melitus
- HbA1C : < 6,5 % (ACE & AACE)
- Prepandial plasma glucose : <110 mg/dL (ACE & AACE)
- Postprandial plasma glucose : <140 mg/dL (ACE & AACE)
(2) Asma
- Pemantauan FEV1
- Jika hasil monitoring bagus lakukan step-down, jika sebaliknya lakukan step-
up.
- Pastikan pasien sudah memahami Teknik pengobatan inhaler.
(3) Hipertiroid
- Monitoring kadar T3, T4 dan TSH
(4) Asam urat
- Monitoring kadar asam urat
b. Monitoring efek samping
- Insulin : menyebabkan hipoglikemik, peningkatan berat badan. Sehingga harus
dimonitoring kadar glukosa darah.
- Allupurinol : monitoring kadar asam urat
- Metformin : menyebabkan defisiensi vitamin 12 (pusing kepala, kesemutan,
pegal-pegal). Monitoring penggunaan metformin yang terus menerus terutama
pada pasien yang mengalami DM yang sudah mengkonsumsi metformin lama.

Anda mungkin juga menyukai