Anda di halaman 1dari 80

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS


MELALUI KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK
PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA PERSATUAN
SUKOREJO SIDAYU GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

LILIK HERNAWATI
NIM : 20181114125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2020
ii

Motto:
“ Aku lebih menghargai orang yang beradab, daripada orang yang berilmu.
Kalau hanya berilmu Iblis-pun lebih tinggi ilmunya daripada manusia”

(Syekh Abdul Qodir Jaelani)”

Persembahan:
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dan penulis akan mempersembahkan skripsi ini untuk:

1. Suami tercinta dan tersayang Ayah Kasirun, karena atas dukungannya secara
material maupun spiritual yang sangat memotivasi saya untuk segera
menyelesaikan penelitian ini.
2. Anak saya Novandi dan Attar, semangat saya untuk tidak pernah menyerah
dalam menuntut ilmu hanya karena senyum dan candamu mama bisa tenang
dalam menghadapi segala masalah.
3. Kedua orang tua dan Keluarga terimakasih atas kerjasama dan pengertiannya,
tanpa kerjasama kalian serasa kurang lengkap kepercayaan diri saya untuk
melangkah ke depan.
4. Adik keponakan Aryati Dwi Safitri, terima kasih sudah banyak membantu
penulis dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian ini.
5. Semua Dosen Prodi PGPAUD UMS dan teman-teman yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu namanya.
iii

Lembar Persetujuan Pembimbing

Skripsi ini yang ditulis oleh Durrotul Mufidah ini telah disetujui oleh dosen
pembimbing untuk diajukan tanggal Januari 2020.

Dosen Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

I. Drs. Wahono, M.Si ........................ ..........................

II. Aris Setiawan, S.Sn. M.Pd ............................. ..........................

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini,

Drs. Wahono, M,Si

Lembar Pengesahan Panitia Ujian


iv

Skripsi ini yang ditulis oleh Durrotul Mufidah telah di uji dan dinyatakan sah oleh
Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai salah satu syarat untuk meperoleh
gekar Sarjana Pendidikan Pada tanggal

Dosen Penguji Tanda Tangan Tanggal

1. Drs. Wahono, M.Si ……………… …………

2. Aris Setiawan, S.Sn. M.Pd. ……………… …………

3. Tri Kurniawati, S.Gz, M.Kes. ……………… …………

Mengetahui
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surabaya,
Dekan,

Endah Hendarwati,SE,M.Pd.

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT


v

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : LILIK HERNAWATI
NIM : 20181114125
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar tulisan karya saya
sendiri, bukan hasil plagiasi, baik sebagian maupun keseluruhan. Bila dikemudian
hari terbutki hasil plagiasi, saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Surabaya,18 Januari 2020


Yang membuat pernyataan,

LILIK HERNAWATI
NIM : 20181114125

ABSTRAK
vi

Lilik Hernawati. 2020. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui


Kegiatan Meronce Pada Anak Kelompok A TK Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo Sidayu Gresik. Skripsi, program Studi Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surabaya. Pembimbing: Drs.
Wahono, M.Si dan Aris Setiawan S.Sn., M.Pd

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berjudul “. Meningkatkan Kemampuan


Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Pada Anak Kelompok A TK Dharma
Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu Gresik Tahun Pelajaran 2019/2020. Subyek
penelitian adalah Anak TK . Anak Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan
Sukorejo Sidayu Gresik Tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 11 anak. Penelitian
ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus pra siklus, Siklus I dan siklus II.
Dengan masing-masing tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi yang berupa
lembar pengamatan, dokumentasi, hasil karya. Metode analisis data yang
digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Kegiatan meronce manik-manik dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus pada Anak Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu
Gresik Tahun Pelajaran 2019/2020. Hal ini dapat dilihat pada kenaikan frekuensi
dan persentase yang terjadi pada kondisi awal atau pra siklus tindakan dari 11
siswa yang tuntas dalam kegiatan meronce hanya 5 anak (45%), pada siklus I
meningkat menjadi 7 anak (44%), dan padasiklus II meningkat lagi menjadi 9
anak (81%).
Dari analisis data penelitian terbukti dengan kegiatan meronce manik-
manik dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak Kelompok A TK
Dharma Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu Gresik Tahun Pelajaran 2019/2020
dan sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk meningkatkan kualitas anak dimasa
depan. Bagi para guru atau pendidikumumnya, dapat digunakan sebagai masukan
penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam memotivasi
siswa taman kanak-kanak untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus
yang baik dan benar.

Kata kunci : Motorik Halus, Meronce, Manik-Manik

ABSTRACT
vii

Lilik Hernawati. 2020. Improving Fine Motor Ability Through Meronce


Activities in Children of Group A Kindergarten Dharma Wanita Unity
Sukorejo Sidayu Gresik. Thesis, Education Study Program for Early
Childhood Teacher Education, Faculty of Teacher Training and
Education, Muhammadiyah University, Surabaya. Supervisor: Drs.
Wahono, M.Si dan Aris Setiawan S.Sn., M.Pd

Classroom Action Research (CAR) entitled ". Improving Fine Motor


Ability Through Meronce Activities in Children of Group A Kindergarten
Dharma Wanita Unity Sukorejo Sidayu Gresik 2019/2020 Academic Year. The
research subjects are kindergarten children. Children of Group A Kindergarten
Dharma Wanita Sukorejo Sidayu Gresik for the 2019/2020 Academic Year were
11 children. This research was conducted in 3 cycles, namely pre cycle , cycle I
and cycle II. With each stage, namely planning, implementation, observation and
reflection. Data collection techniques used were observations in the form of
observation sheets, documentation, work. The data analysis method used is
descriptive analysis with a qualitative approach.
Beading meronce activities can improve fine motor skills in Children of
Group A Kindergarten Dharma Wanita Unity Sukorejo Sidayu Gresik 2019/2020
Academic Year. This can be seen in the increase in frequency and percentage that
occurred in the initial conditions or pre cycle of the action of 11 students who
completed the meronce activity only 5 children (45%), during the first cycle
increased to 7 children (44%), and the second cycle increased again to 9 children
(81%).
From the analysis of research data, it is proven that the bead meronce
activities can improve the fine motor physical abilities of children of Group A
Kindergarten Dharma Wanita Sukorejo Sidayu Gresik Academic Year 2019/2020
and very beneficial for children to improve the quality of children in the future.
For teachers or educators generally, it can be used as an important input in
improving the quality of education, especially in motivating kindergarten students
to improve fine physical motor skills that are good and right.

Keywords: Fine Motor, Meronce, Beads

KATA PENGANTAR
viii

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
Skripsi berjudul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan
Meronce Manik-Manik Pada Anak Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan
Sukorejo Sidayu Gresik”, ini dususun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Surabaya. Untuk dapat menyelesaikan skripsi ini,
penulis memperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril
maupun materil. Untuk itu, tidak ada kata yang layak kami sampaikan selain
ucapan terima kasih, khususnya kepada:
1. Dr. dr. Sukadiono, M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya.
2. Endah Hendarwati, SE., M.Pd., Dekan Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
3. Drs. Wahono, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini Universitas Muhammadiyah Surabaya.
4. Pembimbing I Bapak Drs. Wahono, M.Si dan pembimbing II Bapak Aris
Setiawan, S.Sn. M.Pd yang dengan sabar memberikan bimbingan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Kami telah berusaha menyusun skripsi ini sesempurna mungkin tetapi kami
penyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari seluruh pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Harapan kami, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi yang memerlukannya.
Surabaya,18 Januari 2020

LILIK HERNAWATI
NIM : 20181114125

DAFTAR ISI
ix

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN...................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................ iv
MOTTO...................................................................................................... v
ABSTRAK.................................................................................................. vi
ABSTRACT............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6


2.1 Deskripsi Konseptual ……....……………………………………… 6
2.1.1 Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini………………………… 6
2.1.1.1 Pengeratian Pendidikan Anak Usia Dini .............................. 6
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ...................................... 7
2.1.2 Motorik Halus........................................................................... 8
2.1.2.1 Pengertian Motorik Halus..................................................... 8
2.1.2.2 Perkembangan Motorik Halus............................................... 9
2.1.2.3 Karakter Perkembangan Motorik Halus................................ 9
2.1.2.4 Faktor-faktor Motorik Halus................................................. 12
2.1.3 Meronce ................................................................................... 13
2.1.3.1 Pengertian Meronce ............................................................. 13
2.1.3.2 Aspek-Aspek Merangkai dan Meronce................................ 14
2.1.3.3 Unsur Keberhasilan Merangkai dan Meronce ..................... 17
2.1.3.4 Jenis dan Bentuk Meronce..................................................... 18
2.1.4 Manik-manik ........................................................................... 18
2.1.4.1 Pengertian Manik-manik ....................................................... 18
2.1.4.2 Cara Pembuatan Manik-Manik.............................................. 18
2.1.4.3 Jenis Manik-Manik................................................................. 19
2.1.4.4 Macam Manik-Manik ...........………………………………. 20
2.1.4.5 Kegiatan Meronce dengan Peningkatan Kemampuan
Motorik Halus.................................................................................... 22
2.2 Penelitian Yang Relevan.................................................................... 24
2.3 Hipotesis Penelitian............................................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 27


x

3.1 Tujuan Penelitian............................................................................... 27


3.2 Subjek dan Tempat Penelitian .......................................................... 27
3.4 Desain Penelitian............................................................................... 28
3.5 Prosedur Penelitian............................................................................ 29
3.5.1 Studi Pendahuluan.................................................................... 29
3.5.2 Perencanaan.............................................................................. 30
3.5.3 Pelaksanaan............................................................................... 30
3.5.4 Observasi................................................................................... 30
3.5.5 Refleksi..................................................................................... 31
3.5.6 Indikator Keberhasilan............................................................. 31
3.5.7 Teknik Analisis Data................................................................ 32

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 34


4.1 Deskripsi............................................................................................ 34
4.1.1 Gambaran Umum Kondisi Lapangan...................................... 34
4.1.2 Profil Tenaga Pendidik............................................................ 36
4.1.3 Profil Peserta Didik.................................................................. 36
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian................................................................. 37
4.2.1 Pra Siklus................................................................................. 37
4.2.2 Siklus I..................................................................................... 39
4.2.3 Siklus II................................................................................... 43
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian............................................................. 46
BAB V PENUTUP ................................................................................... 50
5.1 Simpulan .......................................................................................... 50
5.2 Saran .................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABLE
xi

Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan....................................................................... 24
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian..................... ............................................... 32
Tabel 4.1 Data Kepegawaian............................................................…….... 36
Tabel 4.2 Daftar Peserta Didik..................................................................... 36
Tabel 4.3 Pra Siklus...................................................................................... 37
Tabel 4.4 Siklus I.......................................................................................... 40
Tabel 4.5 Siklus II........................................................................................ 44

DAFTAR GAMBAR
xii

3.1 Gambar Alur Penelitian Tindaan Kelas........................................................ 29

DAFTAR LAMPIRAN
xiii

Lampiran 1 Matrik Penelitian Tindakan


Lampiran 2 Daftar Nama Peserta Didik
Lampiran 3 Daftar Guru
Lampiran 4 Data Hitungan Pra Siklus
Lampiran 5 Data Hitungan Siklus I
Lampiran 6 Data Hitungan Siklus I
Lampiran 7 RPPH
Lampiran 8 RPPH
Lampiran 9 Surat Keterangan Mealkukan Observasi
Lampiran 10 Dokumentasi Siklus I
Lampiran 11 Dokumentasi Siklus II
Lampiran 12 Dokumentasi Lapangan
Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup
xiv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan senantiasa diarahkan pada peningkatan mutu
sumber daya manusia terutama anak TK. Anak sebagai peserta didik
dipersiapkan untuk menjadi jiwa yang tangguh, mandiri, dan kreatif dalam
memasuki era globalisasi yang penuh persaingan. Untuk itu
penyelenggaraan program pendidikan akan lebih menitik beratkan pada
perkembangan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Anak memerlukan kegiatan yang menyenangkan dalam proses
pembelajaran. Bagi anak, bermain merupakan sarana belajar bagi mereka.
Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk memasuki dunia
selanjutnya dan merupakan cara untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak seperti aspek kognitif, sosial, emosi, dan fisik.
Melalui kegiatan bermain dengan menggunakan alat permainan, anak
terstimulasi untuk berkembang dengan baik perkembangannya.
Melalui bermain, gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih
dengan baik. Peningkatan keterampilan motorik seorang anak akan
berdampak positif pada aspek perkembangan yang lain pula. Bagi anak
usia prasekolah, gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan
bahkan perkembangan kognisi
Perlu diketahui bahwa kemampuan motorik halus sangat penting
karena berpengaruh pada segi pembelajaran lainnya, karena ini nantinya
akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Kegiatan akademis tersebut
seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik
garis dan menggambar. Penguasaan motorik halus penting bagi anak,
karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin
baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik
prestasi di sekolah.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan
fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Endah,
2008). Keterampilan motorik halus pada umumnya memerlukan jangka
waktu yang relatif lama untuk penyesuaiannya. Hal ini merupakan suatu
proses bagi seorang anak untuk mencapainya. Maka diperlukan intensitas
kegiatan yang syarat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.
Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda. Ada
yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung
pada kematangan anak. Namun sebaiknya selaku pendidik atau orang tua
hendaknya mengetahui permasalahan dan memberikan solusi bagaimana
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.
Kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya
yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi
ia tidak menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia
sekolah sekitar 6 tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan
baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk
mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel.
Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi keterlambatan
perkembangan kemampuan motorik halus misalnya kurangnya
kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sejak bayi,
pola asuh orangtua yang cenderung overprotektif dan kurang konsisten
dalam memberikan rangsangan belajar, tidak membiasakan anak untuk
mengerjakan aktivitas sendiri sehingga anak terbiasa selalu dibantu untuk
memenuhi kebutuhannya, serta ada juga anak yang selalu disuapi sehingga
fleksibilitas tangan dan jemarinya kurang terasah.
Namun sebagian anak mengalami kesulitan dalam keterampilan
motorik halus dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan teknologi jaman
sekarang seperti video games dan komputer, anak-anak kurang
menggunakan waktu mereka untuk permainan yang memakai motorik
halus. Ini bisa menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus pada
tangan. Keterlambatan perkembangan otot-otot ini menyebabkan kesulitan
menulis ketika anak masuk sekolah.
Beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan
motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang atau diagnosa medik
seperti Down syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).
Menurut pengamatan TK ini belum terdapat program dalam meningkatkan
kemamuan motorik halus anak secara khusus. Untuk itu masalah ini
sebaiknya segera diantisipasi.

15
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood
atau masa anak-anak. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial
emosional,konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai
agama.Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak
tercapai secara optimal.
Sebagian besar lembaga pendidikan selalu mengutamakan
kecerdasan intlektual / IQ saja padahal kreativitas penting, sebab
kreativitas dan intelegensi sama–sama berperan dalam prestasi belajar.
Kreativitas yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar. Selain itu
secara umum orang lebih mengutamakan kecerdasan IQ saja padahal
kreativitas penting, hal ini juga terjadi di kelas dimana kami mengajar.
Dalam pengamatan kami anak di TK Dharma Wanita Persatuan
Sukorejo Sidayu Gresik, kreativitas anak masih rendah, hal ini dapat
terlihat ketika mengerjakan tugas ketrampilan apapun masih banyak
terlihat anak yang hanya mencontoh dan tidak berani/tidak mau mencoba
menambah bentuk lain dari contoh yang sudah ada. Selain itu anak didik
banyak yang terlihat bosan, ngantuk, kurang tertarik, dan bahkan ada yang
main sendiri saat mengerjakan ketrampilan seperti menggambar,
mewarnai, menjiplak, menggunting atau ketrampilan lainnya. Dengan
ketrampilan tangan anak dapat memanipulasi bahan, kreativitas dan
imajinasi anak pun terlatih karenanya.
Akan tetapi belum didapat peningkatan kreativitas pada anak didik
secara signifikan. Dari 11 anak hanya 2 siswa yang dapat mengerjakan
tugas tanpa bantuan Guru, sedangkan yang lain masih dibantu Guru, hal
ini berarti kreativitas siswa masih sangat rendah. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka judul penelitian ini dapat disusun sebagai
berikut:
Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka
diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi. Berdasarkan uraian yang
yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti memilih judul "Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik
Pada Anak kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu
Gresik”.
1.2 Identifikasi Masalah
Ruang lingkup yang dapat penliti jadikan fokus penelitian yang
berhubungan dengan pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Guru Monoton dalam memberikan materi
2. Kurang adanya metode pembelajaran yang menarik

16
3. Motorik halus anak belum berkembang sesuai dengan
perkembangannya
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan kegiatan meronce pada anak Kelompok A1 di
TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus pada kegiatan
meronce anak di TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motorik halus
pada anak kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo melalui
kegiatan meronce manik-manik.
1. Mengetahui penerapan kegiatan meronce pada anak Kelompok A di
TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo
2. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus pada kegiatan
meronce anak di TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo
1.5 Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi anak, agar dapat meningkatkan motoric halus dengan kegiatan
meronce untuk mengembangkan daya nalar melalui keterampilan
menyusun dan menata bentuk warna. Selain itu kegiatan meronce
dapat menumbuhkan rasa percaya diri, kerajinan, ketelitian, ketepatan,
kesesuaian, dan keindahan bagi kejiwaan anak.
2. Bagi guru, untuk menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat
dalam merangsang dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak
dengan kegiatan meronce dan mendorongnya agar lebih kreatifdalam
menciptakan berbagai macam media yang diperlukan anak dalam
mengembangkan kegiatannya.
3. Bagi orang tua, dapat menambahwa wawasan bagaimana cara
memfasilitasi dan mendukung kegiatan anak dengan cara menyediakan
beragam media yang diperlukan anak.

17
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Konseptual
2.1.1 Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan anak yang berada dalam
rentan usia lahir sampai 6 tahun yang bersifat unik. Pada
masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Seluruh perkembangan anak dapat
dikembangkan melalui pendidikan. Menurut Diana Mutiah
pada bukunya (Psikologi Bermain Anak Usia Dini)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh
aspek kepribadian anak. Sangat penting untuk
mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak mulai
sejak dini.
Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003 yang berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia
Dini pada pasal 1 ayat 14 menegaskan bahwa: Pendidikan
Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Pendidikan Anak Usia Dini penting untuk diberikan
kepada anak sebagai bekal anak untuk memasuki
pendidikan selanjutnya. Sedangkan menurut Direktorat
PAUD, Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan

19
yang paling mendasar menempati posisi yang sangat
strategis dalam pengembangan sumber daya manusia.
Dengan diberikan stimulus pendidikan anak usia dini, anak
akan mampu berkembang secara optimal karena setiap anak
mengalami pencapaian perkembangan sesuai tahap usianya.
Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah
dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling
mendasar yang ditujukan kepada anak usia lahir sampai
enam tahun guna mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak usia dini membantu anak dalam
merangsang seluruh aspek perkembangannya. Menurut
Solehuddin dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah bahwa
tujuan pendidikan anak usia dini ialah memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan
menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan
yang dianut. Sedangkan menurut Suyanto dalam Suyadi
dan Maulidya Ulfah menyatakan bahwa tujuan PAUD
adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the
whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia
yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa. Dibutuhkan usaha
pendidikan agar anak dapat berkembang dan berperilaku
sesuai dengan norma dan aturan yang diterima masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal sesuai
norma dan nilai-nilai kehidupan agar kelak menjadi
manusia yang utuh sebagai falsafah suatu bangsa.

20
2.1.2 Motorik Halus
2.1.2.1 Pengertian Motorik Halus
Menurut Moelichatoen, 2004 (dalam Setyoningtyas, 2013 )
motorik halus adalah merupakan kegiatan yang
menggunakan otot – otot halus pada jari dan tangan.
Gerakan ini keterampilan bergerak. Sedangkan menurut
Nursalam, 2005 ( dalam Setyoningtyas, 2013)
perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot
kecil,memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak
memerlukan banyak tenaga.
Motorik halus adalah gerakan halus yang hanya
membutuhkan otot-otot kecil dan tidak memerlukan tenaga
yang besar, seperti menulis, menggunting, melipat,
menempel dan sejenisnya Hurlock, 1978 (dalam dalam
Sugiati, 2013:6). Janet dalam Anggraini, 2005:53 (dalam
Sugiati, 2013:6) motorik halus adalah gerakan yang
dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu, yang tidak
membutuhkan tenaga besar yang melibatkan ototbesar,
tetapi hanya melibatkan sebagian anggota tubuh yang
dikoordinasi (kerja yang seimbang antara mata dengan
tangan atau kaki. Tujuan dari melatih motorik halus adalah
untuk melatih anak agar terampil dan cermat menggunakan
jari-jemari dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya
pekerjaan yang melibatkan unsur kerajinan dan
keterampilan tangan.
Beberapa pendapat ahli diatas dapat diperoleh
pemahaman bahwa yang dimaksud motorik halus adalah
alat gerak yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil serta
memerlukan koordinasi yang cermat, seperti menggunting
mengikuti garis, membuka dan menutup objek dengan
mudah, menuangkan air kedalam gelas tanpa berceceran,
menggunakan kuas, crayon dan spidol dengan kontrol, dan
melipat.
2.1.2.2 Perkembangan Motorik Halus
Menurut Nursalam, 2005 (dalam Sugiati, 2013:7)
perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil,

21
memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak
memerlukan banyak tenaga.
Menurut Mudjito, 2007 (dalam Darmastuti, 2013)
mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan
motorik halus yaitu:
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur
dirinya dan memperoleh perasaan senang.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari
kondisi helpessness (tidak berdaya) pada bulan – bulan
pertama kehidupannya.
3. Melalui keterampilan motorik, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.
2.1.2.3 Karakter Perkembangan Motorik Halus Anak
Karakter perkembangan motorik halus menurut
Mudjito,2007 (dalam Darmastuti, 2013) keterampilan
motorik halus yang paling utama adalah:
a. Pada saat anak usia 3 tahun,kemampuan gerak halus
anak blum berbeda dari kemampuan gerak halus anak
bayi.
b. Pada usia 4 tahun,koordinasi motorik halus anak secara
substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya
sudah lebih cepat,bahkan cenderung sempurna.
c. Pada usia 5 tahun,koordinasi motorik anak sudah lebih
sempurna lagi tangan,lengan,dan tubuh bergerak d
bawah koordinasi mata.
d. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar
bagaimana menggunakan jemari dan pergelangan
tangannya untuk menggunakan ujung pensil.
e. Berikut perkembangan motorik halus anak berdasarkan
usianya:
Anak usia 3 tahun:
(1) Menggambar mengikuti bentuk,
(2) Menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran,

22
(3) Membuka, menutup kotak,
(4) Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus.
f. Anak usia 4 tahun
(1) Menggambar sesuatu yang diketahui bukan dilihat,
(2) Mulai menulis sesuatu yang mampu mengontrol
gerakan tangannya,
(3) Menggunting zig-zag, melengkung, membentuk
dengan lilin,
(4) Menyelesaikan pazzel 4 keping.
g. Anak usia 5 tahun
(1) Melipat,
(2) Menggunting sesuai pola,
(3) Menyusun mainan konstruksi bangunan,
(4) Mewarnai lebih rapi, tidak keluar garis,
(5) Meniru tulisa.

Sedangkan menurut Silawati, 2008 (dalam Sugiati,


2013:8) tahap perkembangan motorik halus anak usia 4-5
tahun yaitu:
1) Anak usia 5 tahun
Anak usia 5 tahun memiliki kemampuan pada aspek
motorik halus yang terdiri dari:
a. Menulis nama depan, membangun menara setinggi
12 kotak, mewarnai dengan garis-garis,
b. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan
dua jari,
c. Menggambar orang beserta anggota tubuhnya,
d. Menjiplak persegi panjang dan segi tiga,
e. Memotong bentuk-bentuk sederhana.
Menurut Mudjito, 2007 ( dalam Darmastuti, 2013)
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya
melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan
oleh otot-otot kecil,seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan

23
yang cermat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia
taman kanak-Kanak,antara lain adalah anak mulai dapat
menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan
sebagainya.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh
keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak.
Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar
menggerakan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh,
sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus
anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak
juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur
dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat
anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas,
menyatukan dua lembar kertas,menganyam kertas,tapi tidak
semua anak memiliki kematangan untuk menguasai
kemampuan pada tahap yang sama.Dalam melakukan
gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan
keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono,
metode perkembangan fisik ).
2.1.2.4 Faktor-Faktor Motorik Anak
Menurut Mujiono, 2007 (dalam Setyoningtyas, 2013)
Faktor – faktor yang membantu meningkatkan motorik
anak yang dapat dilakukan oleh guru :
1. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang
memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya.
2. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam
menguasai suatu keterampilan.
3. Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik
untuk bermain dan bergembira sambil menggerakkan
anggota tubuh.
4. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang
diharapkan sesuai dengan perkembangannya.

Menurut warsono, 2009:12 (dalam Setyoningtyas, 2013)


stimulasi motorik halus dapat dilakukan melalui kegiatan
berupa:
1. Melipat kertas, terlebih sampai membuat sebuah karya,
takkan berhasil atau maksimal hasilnya jika dilakukan

24
tergesah-gesah, tak bisa tenag dan memiliki kehalusan
diri.
2. Menggambar dengan krayon, keseimbangan diri secara
emosional dan psikis bisa dilatih dengan cara
menggambar, aktivitas ini juga membantu anak untuk
melatih mengekspresikan diri.
3. Main lilin, permainan ini sangat membantu mengasah
kreativitas anak, selain ketelitian dan kesabaran serta
jiwa seni bisa didapat anak melalui permainan ini.
4. Finger painting, melukis dengan jari melatih
mengembangkan imajinasi, memperhalus koordinasi
motorik halus, dan mengasah rasa seni khususnya seni
rupa.
5. Meronce, bisa melatih konsentrasi selain melatih
ketajaman koordinasi mata dan tangan.
6. Melukis dengan cat air, manfaatnya sama dengan
melukis dengan krayon, hanya saja cat air aman
digunakan pada anak usia 4-5 tahun.

Tracing (mengikuti titik-titik yang berbentuk gambar, huruf,


dan angka) kegiatan ini baik dilakaukan oleh anak
kelompok A dan B, karena kegiatan ini merupakan
pelajaran menulis permulaan sekaligus melatih konsentrasi
anak.
2.1.3 Meronce
2.1.3.1 Pengertian Meronce
Meronce adalah menata dengan bantuan mengikat
komponen tadi dengan utas atau tali Evan Sukardi,
dkk:2008 (dalam Sugiati, 2013:10) Dengan teknik ikatan
seseorang akan memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih
lama dibandingkan dengan yang ditata tanpa ikatan.
Meronce haruslah memperhatikan bentuk, warna,dan
ukuran. Meronce merupakan pekerjaan yang mencerminkan
wujud penghargaan terhadap keindahan benda-benda alam.
Meronce adalah teknik membuat benda pakai/hias
dari bahan manik-manik, biji-bijian atau bahan lainya yang

25
dapat dilubangi alat tusuk sehingga dapat dipakai. Meronce
merupakan ketekunan dan kreativitas, hasil karya yang
dihasilkan dari para pengrajin manik-manik memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Kegiatan meronce adalah salah
satu materi yang bisa diberikan pada anak usia dini,
kegiatan memasukkan manik-manik kedalam benang ini
merupakan latihan agar anak dapat berkonsentrasi, dan
yang lebih penting lagi adalah meronce merupakan tahapan
pra membaca pada anak.
Kegiatan meronce sendiri mempunyai beberapa
tahap perkembangan, anak siap diajari membaca jika sudah
bisa meronce menggunakan pola, karena pada tahap ini
anak mulai bisa mengklasifikasikan sesuatu, suatu tahap
yang diperlukan ketika anak mulai belajar membaca, anak
harus bisa membedakan bentuk huruf yang berbeda-beda.
2.1.3.2 Aspek-Aspek Merangkai dan Meronce
Evan sukardi dan hajar pamadhi, 2008 (dalam Sugiati,
2013:11) mengemukakan bahwa kegiatan merangkai dan
meronce memerlukan beberapa aspek atau pengetahuan
dasar untuk membuatnya. Diantaranya adalah aspek tujuan
dan fungsi, prinsip penyusunan dan penataan, aspek bahan,
aspek teknik, aspek penyelesaian.
1. Aspek tujuan dan fungsi pembuatan
Karya kerajinan seperti merangkai dan meronce
mempunyai tujuan yang berbeda dengan melukis dan
menggambar. Aspek ini yang menentukan bentuk akhir,
misalnya: ketika akan membuat roncean gelang manik-
manik, seorang anak yang kemudian membuatnya tidak
diikatkan satu diantaranya sehingga mirip untaian
bebas, maka tidak dapat dikatakan sebagai meronce.
Dilihat dari konsep umumnya merangkai dan meronce
mempunyai tujuan:
a. Permainan
Merangkai merupakan meronce dapat berfungsi
untuk alat bermain anak, benda-benda yang akan
dirangkai tidak ditujukan untuk kebutuhan tertentu
melainkan untuk melatih memperoleh kepuasa rasa
dan memahami keindahan. Seorang guru dapat
meminta anak didiknya untuk membawah bekal
makan secukupnya, anak diminta untuk menata
makananya didalam piring plastik yang sudah

26
disiapkan oleh guru, maka dengan meminta menata
sekaligus akan terlibat dalam bermain.
b. Kreasi dengan Komposisi
Kemungkinan benda atau komponen lain
dapat diminta oleh guru kepada anak untuk
menyusun ala kadarnya. Benda-benda tersebut
dikumpulkan dari lingkungan sekitar, seperti: papan
bekas, kotak sabun atau yang lain yang dibayangkan
dapat menjadi bangunan megah. Anak sengaja
hanya bermain imajinasi saja, sehingga tujuan
bermain ini untuk melatih imajinasi atau bayangan
anak tentang konstruksi suatu bangunan.
Secara garis besar manfaat penataan ini adalah:
(a) Melatih imajinasi, melatih bentuk dan
konstruksi bentuk dan bahan
(b) Melati ketelitian melalui kecermatan
merangkai serta menyusunbenda-benda
tersebut.
(c) Melatih keajegan atau irama melalui urutan,
tingkatan, secara kedudukan masing-masing
benda terhadap benda lain.
(d) Melatih rasa kebersamaan, jika merangakai
secara bersama-sama
(e) Ekspresi atau mengutarakan pendapat melalui
pengandaian bentuk untuk menyatakan
keinginanya terhadap benda yang diminta.

Kegiatan bermain pada anak sebenarnya merupakan


latihan untuk mengenal benda serta sesuatu yang ada
dilingkungan sekitar melalui peniruan.
c. Inovasi
Merangkai dan meronce dapat ditujukan untuk
melatih kreatifitas, yaitu dengan cara mengubah
fungsi lama menjadi fungsi baru. Seni merangkai ini
lebih cenderung dikatakan sebagai seni bentuk
dengan teknik merangkai dan meronce.
2. Aspek Keindahan
27
Aspek keindahan dari merangkai dan meronceterletak
pada cara menyusun benda-benda sebagai komponen
rangkaian dapat menarik perhatian. Penataan ini
menggunakan prinsip penyusunan seperti pada
membentuk dan melukis, sebagia berikut:
a. Kesatuan, yaitu prinsip menyusun yang bertujuan
agar susunan tersebut menarik.

b. Keseimbangan dengan memperhatikan masing-


masing ukuran, bentuk serta pengikatnya, apakah
berupa garis, warna pengikat serta yang lain.
c. Irama adalah penyusunan yang memperhatikan
ukuran benda, besar kecil yang tersusun seperti
irama musik dengan rumus. a-b-a-b-a-b dst atau a-
b-b-b-a yang dapat disusun berirama dengan
warna, misalnya dengan warna panas dan dingin
atau gelap-terang.
Aspek keindahan dapat diajarkan secara
langsungdengan berlatih, untuk itu guru senantiasa
mampu memotivasi dengan berbagai anjuran.
Pemberian contoh diperlukan untuk mengasah
pengamatan serta rasa. Seorang guru ketika akan
memberi contoh perlu mengklasifikasikan:
a. apakah anak telah mempunyai konsep penataan

b. jika sudah, guru melanjutkan dengan beberapa


pertanyaan tentang konsep tersebut
c. jika anak mempunyai konsep penciptaan, guru
dapat memancingnya dengan pertanyaan, tentang
gagasan apa yang akan dituangkan dalam
rangkaian tersebut.

3. Aspek kerajinan dan ketekunan


Aspek kerajiana meliputi kemampuan mengamati
bentuk berdasarkan kegunaanya, berdasarkan tujuan
penelitian dan penciptaan. Aspek kerajiana menuntut
ketelitian yaitu usaha memberi pelatihan, menyusun,

28
menata rangkaian yang sesuai dengan rancanagn
susunannya tidak mudah rusak. Ketelitian yang
dimaksud adalah cermat dalam memilih bahan dan
memilih bentuk yang akan disusun secara konseptual,
serta ketelitian dalam menyelesaikan tugasnya:
a) Tidak mudah rusak
b) Warna dan bentuknya sesuai
c) Sesuai dengan tujuan penciptaan, apakah untuk
kebutuhan praktis, hiasan, serta ekspresi.

2.1.3.3 Unsur Keberhasilan Merangkai/Meronce


Evan Sukardi dan Hajar Pamadhi, 2008 (dalam Sugiati,
2013:14) ada dua unsur yang menentukan keberhasilan
penataan ( merangkai, meronce) yaitu:
a. Penataan itu sendiri
b. Komponen yang ditata

2.1.3.4 Jenis dan Bentuk Meronce


Menurut Evan Sukardi,dkk 2008 (dalam Sugiati, 2013:14)
1) Jenis dan bahan
Berdasarkan jenis dan bentuknya bahan merangkai
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Bahan alami, contoh bahan alami misalnya: buah,
batang, cabang serta bebatuan
b. Bahan artifisial ( buatan). Contoh bahan artifisial
misalnya: buah kering, limbah papan kayu lapis dll.
2) Bentuk bahan
Bentuk rangkaian bervariasi, mulai dari bahan yang
teratur yaitu: kubus, bulat, kerucut, maupun trapesium
a. Bentuk beraturan, contoh: kerucut, trapesium,
lengkung tipis, lengkung tebal, dll.
b. Bentuk tidak beraturan, contoh: bunga, buah,
ranting pohon Depdiknas, 2006 (dalam Sugiati,
2013:14)
2.1.4 Manik-Manik
29
2.1.4.1 Pengertian Manik-Manik
Manik merupakan benda yang biasanya berbentuk
bulat, dilubangi dan dironce guna menghias badan atau
sebuah benda,Adhyatman, 196:1(dalam Griya manik, 2011)
Sedangkan menurut Suwardikun, 2006 (dalam
Griya manik, 2011) manik-manik adalah benda berbentuk
bulat yamg diberi titik ditengahnya yang dapat digunakan
sebagai aksesoris yang digunakan atau dipasang disepatu,
baju atau tas.
2.1.4.2 Cara Pembuatan
Ada beberapa tahap dalam pembuatan kerajinan manik-
manik , mulai dari memilih kaca sampai pada finishing.
Untuk memperjelas proses pembentukan kerajinan manik-
manik ini akan dipaparkan sebagai berikut, Adhyatman
196:1 (dalam Griya manik, 2011)
1. Limbah kaca yang sudah bersih kaca ditimbang sesuai
ukutan dan diberi pewarna.

2. Kaca dibakar menggunakan kompor stongbersuhu 700


derajat -800 derajat untuk dilengketkan pada pipa
stenlis.
3. Melumerkan kaca dengan cara di putar-putar dengan
pipa stenlis di atas kompor duduk dan kompor strong
selama 20 menit agar memperoleh warna yang
diinginkan atau warnanya merata.
4. Menarik leburan kaca dengan tang agar menjadi
batangan manik-manik yang akan siap di cetak.
5. Mencetak manik-manik pada kawat stenlis yang diberi
cairan kaolin dan tepung sesuai dengan bentuk yang
diinginkan dengan pembakaran 400o -500o C.
Manik dilepas dari kawat stenlis dan digrinda atau dipoles
agar lebih menarik kemudian dicuci untuk menghilangkan
kotoran kemudian dijemur diterik matahari selanjutnya
dirangkai menjadi berbagai macam kerajinan yang terbuat
dari manik- manik.
2.1.4.3 Jenis Manik-Manik

30
Berdasarkan jenis dan desain kerajinan manik-manik dalam
buku manik di Indonesia (1996: 147) disebutkan beberapa
jenis manik-manik yaitu Manik berleher, teknik lapidary,
manic monokrom, manik policrom, manik beruas-ruas, dan
manik tabular
1. Manik berleher terdapat dalam akik, onok dan kuarsa.
Dalam bentuk kuarsa merupakan manik tarik yang
dibakar ulang dan ditekan menjadi pipih atau bulat
tampak dengan tambahan kaca yang yang membentuk
leher di seputar lubang.

2. Teknik lapidary membentuk manik dengan cara


menatal, menggerinda, memotong dan memoles.
Keahlian “lapidary” sering di terapkan pada manik
kaca.
3. Manik monokrom yakni manik berwarna satu. Manik
policrom yakni manik dengan banyak warna.
4. Manik beruas-ruas: Pipa di tempatkan pada kawat,
dibakar dan dibatas- batasi menjadi serangkaian
manik satu-satu atau beberapa manik yang beruas.
Manik tabular: sering merupakan hasil sampingan dari
produksi cincin jari.

2.1.4.4 Macam Manik-Manik


Berikut ini macam dan desain manik (Sumber Griya
manik):
1. Kiffa Beads
Manik kiffa adalah manik yang paling terkenal dari
manik-manik yang diproduksi Afrika. Merupakan
produksi buatan tangan yang terampil dan individual,
terbuat dari bubuk kaca yang dibuat oleh kaum wanita,
di dalam dan sekitar kota Kiffa di Mauritania, selama
lebih dari 100 tahun. manik-manik kiffa ini bentuknya
beragam seperti kerucut, bulat, segitiga, oval dan dari
tiap bentuk memiliki ukuran yang berbeda.
Kesemuanya itu sesuai dengan bentuk asli yang pernah

31
ditemukan di Afrika, berwarna-warni dan memiliki pola
hias yang rumit yang mempunyai makna khusus.
2. Borneo Beads
Dinamakan borneo beads karena manik ini berasal dari
daerah Borneo Kalimantan. Manik ini ada 2 jenis yaitu
mata tiong dan alang-alang, sebenarnya ada banyak
jenis manik-manik dari borneo namun kedua manik-
manik ini yang banyak digemari. Warna dari manik-
manik borneo ini beragam dan cenderung warna cerah.
3. Islamic Beads
Islamic beads merupakan manik-manik yang berasal
dari Persia. Hal itu didukung adanya kesamaan pola
motif yang ada pada tiap-tiap manik dan Persia
merupakan salah setu negara islam. Mungkin Islamic
beads ini dipergunakan sebagai tasbih atau prayer beads
untuk menghitung doa atau lafalan. Fungsi ini dikenal
di berbagai agama di Indonesia seperti tasbih bagi
pemeluk Islam, Hindu, dan Budha serta rosario bagi
pemeluk Kristen dan Katolik. Bahkan ada juga yang
mempercayai bahwa manik-manik yang dirangkai
menjadi tasbih harus diakhiri dengan tassel karena
tassel tersebut berfungsi sebagai penghalau setan
sehingga pada saat menggunakan tasbih untuk berdoa
dapat terhindar dari setan.
4. Mutisalah
Kata "muti" (moeti di Old Belanda) berasal dari
Dravida/Sansekerta "Mukti", yang berarti mutiara. Dan
"Salah" berarti palsu. Jadi Mutisalah berarti "mutiara
palsu" atau hanya manik. Nama lain untuk manik-manik
di pulau-pulau ini adalah Mutibatta yang merupakan
"batu bata mutiara", merujuk pada warna oranye manik-
manik (batu bata oranye di bagian dunia).
5. Sevron
Sevron merupakan manik-manik yang berasal dari
Venesia, disebut juga manik bintang atau manik rosetta
dan merupakan manik yang paling digemari dalam
perdagangan ke Afrika”. Sevron juga dikenal sebagai
manik bintang atau rosetta dari Venesia, Itali,berlapis
tujuh bewarna putih, merah dan biru. Dinamakan
golongan ningratmanik, karena pembuatannya yang
rumit dan warnanya yang cemerlang.

32
6. Modern Beads
Manik-manik modern adalah manic assesories yang
biasa digunakan dalam perhiasan, sepatu, baju dsb.
Tidak ada spesifikasi khusus dalam desain manik-manik
modern ini, desain yang ada saat ini merupakan ciptaan
dari para pengrajin yang menekuninya.
2.1.4.5 Kegiatan Meronce dengan Peningkatan Kemampuan
Motorik Halus
Menurut Warsono, 2009:12 (dalam Setyoningtyas,
2013) kegiatan meronce sangat berhubungan dengan
motorik halus anak. Karena motorik halus dapat distimulasi
dan dilakukan melalui kegiatan meronce, dan meronce bisa
melatih konsentrasi selain melatih ketajaman koordinasi
mata dan tangan.
Karakter perkembangan motorik halus menurut
Mudjito, 2007 (dalam Sugiati, 2013:14) keterampilan
motorik halus yang paling utama adalah:
a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus
anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus
anak bayi
b. Pada usia 4 tahaun, koordinasi motorik halus anak
secara substansial sudah mengalami kemajuan dan
gerakanya sedah lebih cepat, bahkan cenderung
sempurna.
c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah
lebih sempurna lagi, tangan, lengan, dan tubuh
bergerak dibawah koordinasi mata.
d. Pada masa usia kanak-kanak usia 6 tahun, ia belajar
menggunakan jemari dan pergelangan tangannya
untuk menggunakan ujungpensil.

Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya


melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan peergelangan tangan yang tepat.
Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan
yang cermat.

33
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia taman
kanak-kanak, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat
giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh
keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak,
misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar
menggerakan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh,
sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik halus
anak belajar ketepataan koordinasi tangan dan mata. Anak
juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur
dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motorik anak adalah:
1. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang
memungkinkan anak melatih kemampuan
motoriknya.
2. Setiap anak memiliki jangka waktu tersendiri dalam
menguasai suatu keterampilan.
3. Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas
fisik untuk bermain dan bergembira sambil
menggerakan anggota tubuh.
4. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang
diharapkan sesuai dengan perkembanganya.

Dari uraian tersebut dapat diperoleh pemahaman


bahwan peningkatan kemampuan motorik halus anak dapat
dicapai melalui kegiatan meronce. Karena kegiatan
meronce memberikan pengalaman belajar anak untuk
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan tepat.
2.2 Penelitian yang Relevan
2.1 Tabel Penelitian yang Relevan

No Judul dan Peneliti Tahun Simpulan perbedaan

1. Peningkatan 2015 Penelitian ini - Variabel x


Keterampilan bertujuan dalam
Motorik Halus mengetahui penelitian ini

34
Melalui Kegiatan peningkatan adalah
Mozaik pada Anak keterampilan kemampuan
Kelompok B di TK motorik halus anak motorik halus
Pamardisiwi Muja- melalui kegiatan dan variabel y
Muju Yogyakarta mosaik pada anak adalah
TK B. Ada kegiatan
peningkatan mosaik.
Peneliti: Apri Tri kemampuan Sementara di
Sulastri motorik halus yang dalam
signifikan pada penelitian
penerapan kegiatan yang akan
mosaik anak. dilaksnakan
variabel y
adalam
kegiatan
meronce
manik-manik.
2. Peningkatan Motorik 2018 Penelitian ini - Variabel x
Halus Anak Melalui bertujuan dalam
Kegiatan Bermain mengetahui penelitian ini
Papercraft di TK peningkatan adalah motorik
Alam Rizkia Depok. motorik halus anak halus dan
melalui kegiatan variabel y
bermain papercraft adalah
Peneliti: Dwi di TK Alam Rizkia kegiatan
Nurjjannah (UNJ) Depok. bermain
papercraft.
Ada peningkatan
Sementara di
yang signifikan
dalam
pada penerapan
penelitian
bermain papercraft
yang akan
dilaksnakan

35
variabel y
adalah
kegiatan
meronce
manik-manik.
3. Penerapan Kegiatan 2015 Terdapat upaya - Variabel x
Meronce dalam guru yang dalam
Mengembangkan terencana dalam penelitian ini
Kognitif Anak Usia mengembangkan adalah
Dini Di TK PKK kognitif anak pengembanga
Candi Rejo Way melalui kegiatan n kognitif dan
Pengubuan Lampung meronce di TK variabel y
Tengah PKK Candi. adalah
kegiatan
meronce.
Peneliti: Mentari Sementara di
Rizki Romadhoma dalam
penelitian
yang akan
dilaksnakan
variabel x
adalah
kemampuan
motorik halus.

2.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis yaitu hasil kesimpulan sementara yang digunakan
sebagai acuan dalam hasil akhir penelitian. Benar tidaknya suatu hipotesis
apabila sudah diadakan suatu pengujian terlebih dahulu, sebagaimana
dikemukakan oleh Margono, 1997:67-68 ( dalam Musdzalifah, 2007:4)
bahwa:
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang secara teoritis dianggap paling tinggi tingkat keberhasilanya. Secara
statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan

36
diuji melalui static sample. Oleh karena itu hipotesis merupakan jawaban
sementara dari suatu masalah.
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah: diduga kegiatan
meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak
kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu Gresik.

37
38

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan di BAB
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan meronce manik-
manik pada anak kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo
Sidayu Gresik.
3.2 Subyek dan Tempat Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu kelas sebagai
subyek penelitian. Subyek penelitian yang digunakan adalah anak
kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Sidayu Gresik. Sedangkan
jumlah keseluruan dari siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 11 anak, 4 anak perempuan dan 7 anak laki-laki.
Lokasi penelitian ini di lakukan di TK Dharma Wanita Persatuan
Sidayu Gresik. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019
sampai Desember 2019. Namun, hal tersebut dapat berubah sesuai dengan
kondisi peneliti dikemudian hari dan pihak yang bersangkutan lainnya.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan (action research) bertujuan mengembangkan keterampilan-
keterampilan baru atau acara pendekatan baru dan untuk memecahkan
masalah dengan penerapan langsung didunia kerja atau ditempat lainya.
Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang
dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari
pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses
orang lain (Darmadi Hamid,2011:244).
Untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang bersifat alamiah,
maka diperlukan berbagai cara atau metode dengan maksud agar
pelaksanaan penelitian tersebut dapat diperoleh suatu hasil kesimpulan
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Metode penelitian
adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data. Berhasil tidaknya
penelitian tergantung pada tepat dan tidaknya teknik pengumpilan data.
Oleh karena itu dalam penelitian data yang diperoleh harus obyektif dan
akurat.
Menurut Sutrisno Hadi, 1986 (dalam Musdzalifah, 2007:25)
menyatakan bahwa metode penelitian adalah sebagian usaha menentukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang
mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang tepat, guna

38
39

memperoleh hasil dan kesimpulan dari penelitian yang dapat digunakan


sebagai jawaban.
Peneliti dan objek yang diteliti saling berinteraksi, yang proses
penelitiannya dilakuakan dari luar maupun dari dalamdengan banyak
melibatkan judgement. Dalam pelaksanaanya peneliti sekaligus berfungsi
sdebagai alat penelitian yang tentunya tidak bisa melepaskan diri
sepenuhnya dan unsur subyektifitas, dengan kata lain dalam pemnelitian
ini tidak ada alat penelitian baku yang telah disiapkan sebelumnya.
Hasil penelitian lebih merupakan deskripsi interprestasi yang
bersifat tentatif dalam konteks waktu ataupun situasi tertentu. Kebenaran
hasil penelitian lebih banyak didukung melalui kepercayaan
(trustworthiness) berdasarkan konfirmasi hasil oleh pihak-pihak yang telah
diteliti.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan didalam
kelas dengan alur dari siklus ke siklus. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan untuk suatu perbaiakan, sehingga diperoleh hasil dari proses
belajar mengajar didalam kelas. Dalam pelaksanaan tindakan ini ,
penelitian dibantu oleh teman sejawat. Penelitian ini menggunakan 2
siklus penelitian yang masing-masing siklusnya secara garis besar dapat
digambarkan sebagai berikut:

39
Pra
Tindakan
.

SIKLUS
Refleksi
perencanaan pengamatan

perencanaan

SIKLUS II
refleksi pelaksanaan
pengamatan

gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas


3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Studi Pendahuluan
Sebelum pelaksanaan siklus, terlebih dahulu dilakukan studi
pendahuluan yang diperoleh dari: LKS, data anekdot, portofolio dan
dokumentasi agar diperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Sebagai
langkah awal, tinadakan pendahuluan yang dilakukan adalah:
1. Meminta izin kepada Ketua yayasan dan Kepala Sekolah untuk
melakukan penelitian dengan orang tua dan pihak yang terlibat

40
di Sekolah tentang daya kreativitas yang dimiliki oleh anak TK
Dharma Wanita Persatuan Sidayu Gresik.
2. Melihat kegiatan di kelas .
3. Melihat menu pembelajaran atau menu kegiatan dari LKS di
TK Dharma Wanita Persatuan Sidayu Gresik untuk
menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
4. Observasi kedisiplinan anak di TK Dharma Wanita Persatuan
Sidayu Gresik.

3.5.2 Perencanaan
Sebelum mengadakan penelitian tindakan kelas peneliti membuat
rancangan atau rencana awal. Rencana tindakan pada kegiatan ini
adalah:
1. Menetapkan kegiatan pembelajaran sesuai tema.
2. Membuat scenario pembelajaran.
3. Menentukan urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
4. Evaluasi kegatan pembelajaran
3.5.3 Pelaksanaan
Meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya:
1. Pendidik mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang berdasarkan
pada tema.
2. Pendidik memulai kegiatan belajar mengajar yaitu bercerita
sambil mengajak (demonstrasi) dengan menggunakan media
manik-manik.
3. Pendidik memberi tugas pada anak.
4. Pendidik melakukan pengamatan langsung selama pemberian
tugas berlangsung dengan memberi nilai pada anak didik. Nilai
digunakan untuk menghitung skor perkembangan individu
yang akan menentukan keberhasilan dalam meningkatkan daya
kreativitas anak.
3.5.4 Observasi
Kegiatan ini adalah mengamati anak dalam menggunakan
media untuk meningkatkan kreativitas anak. Dalam hal ini peneliti

41
dibantu oleh guru kelas untuk melakukan observasi. Observasi ini
dilakukan untuk mengamati ketercapaian peningkatan kreativitas
anak dengan menggunakan media yang digunakan. Data yang
diperoleh merupakan laporan pelaksanaan tindakan dan rencana
yang sudah dibuat.
3.5.5 Refleksi
Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan terakhir.
Data penemuan kolaborator guru berupa pengamatan maupun
wawancara dianalisis. Hasil dari analisis data ini akan menjadi
bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan pa-da siklus
berikutnya. Jika hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan guru.
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 :18)
Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai >75,
ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

Keterangan :
P = Presentase ketercapaian nilai Tujuan Pembelajaran
Klasikal
n = Banyaknya pencapaian nilai Tujuan Pembelajaran
Klasikal
N = Banyaknya siswa
Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal apabila
75% dari seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas belajar.
3.5.6 Indikator Keberhasilan
Kriteria kesuksesan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar anak secara klasikal sehingga mencapai
standar kesuksesan yang telah ditentukan. Adapun kriteria
kesuksesan dalam penelitian ini jika 75% dari 11 anak dapat
menyelesaikan kegiatan meronce dengan standar yang telah
ditentukan tanpa bantuan siapapun.
3.5.7 Teknik Analisis Data
3.5.7.1 Observasi
Kegiatan ini adalah mengamati anak dalam menggunakan
media untuk meningkatkan kreativitas anak. Dalam hal ini
peneliti dibantu oleh guru kelas untuk melakukan observasi.
Observasi ini dilakukan untuk mengamati ketercapaian
peningkatan kreativitas anak dengan menggunakan media

42
yang digunakan. Data yang diperoleh merupakan laporan
pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat.
3.5.7.2 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang tidak kalah penting adalah
dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen,
yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan teknik dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto
kegiatan, RPPH dan penilaian akhir pada rapor anak
disekolah. Data-data tersebut digunakan dalam
pengumpulan data dengan tujuan agar data penelitian ini
lebih valid dan sebagai bukti bahwa kegiatan yang telah
direncakan benar-benar terlaksana.
3.5.8 Instrumen Penelitian
Tabel. 3.1 Instrumen Penelitian
Variabel Aspek Indikator   

Meronce Aspek 1. Anak mampu


Keindahan membuat
beberapa
bentuk roncean
dengan manik-
manik
2. Anak mampu
membuat
komposisi atau
bentuk yang
proporsional
dan menarik
Aspek 3. Anak
kerapihan mampu dalam
kerapian
membuat
bentuk

43
Aspek 4. Anak mampu
Ketelatenan bersabar
meronce satu
persatu sampai
selesai

Keterangan:
1. Nilai (***/3), apabila anak telah mampu mengerjakan tugas atau
mengungkap/mengekspresikan pikiran atau perilakunya tanpa
bantuan pendidik.
2. Nilai (**/2), apabila anak dalam mengerjakan tugas dan
mengekspresikan atau mengungkapkan pikiran atau perilaku
masih memerlukan bantuan/bimbingan pendidik.
3. Nilai (*/1), apabila anak dalam mengerjakan tugas sama sekali
belum mampu (masih selalu dibantu pendidik).

44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi
4.1.1 Gambaran Umum Kondisi Lapangan
Gambaran umum mengenai kondisi lapangan yang akan dijelaskan
pada bagian ini yaitu mengenai kondisi TK Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo Sidayu Gresik. Adapun penjelasannya yaitu
meliputi profil, visi dan misi, profil tenaga pendidik, profil siswa
kelompok A, berbagai fasilitas, rutunitas kegiatan pembelajran, dan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh guru di TK Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo. Peneliti memilih TK Dharma Wanita Persatuan
dikarenakan saat peneliti mengadakan observasi di TK tersebut
terdapat perkembangan motorik halus anak yang belum berkembang.
4.1.1.1 Gambaran Kondisi TK Dharma Wanita Persatuan
1) Profil TK Dharma Wanita Persatuan
Nama Lembaga : TK Dharma Wanita
Persatuan
Alamat : Jl. Batu Ampar
RT:02/RW:05, Ds. Sukorejo,
Kec. Sidayu, Kab. Gresik
Kode Pos : 61153
Jumlah Ruang Kelas :4
Kepala Sekolah : Tri Ginanti, S.Pd
Nomor Induk Lembaga : 437.12.10.17
Nomor Statistik Sekolah : 004-050-112-007
Tahun Berdiri : 1980
Status Sekolah : Swasta
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
Organisasi Penyelenggara : Dharma Wanita Persatuan
2) Visi dan Misi TK Dharma Wanita Persatuan
a) Visi

45
Menjadikan anak mandiri, cerdas, efektif, kreatif
dan berakhlaq mulia dalam era globalisasi
b) Misi
o Meningkatkkan pengelolaan manajemen dan
pelayanan pendidikan yang profesional
o Meningkatkan kemampuan serta potensi
anak agar mampu berkreasi, berinovasi dan
bersaing di era globalisasi
o Mewujudkan dan menciptakan suasana
belajar yang tenang dan menyenangkan
sehingga anak bisa mengkreasikan
pengetahuan tentang dunia.
3) Fasilitas di TK Dharma Wanita Persatuan
Lokasi TK Dharma wanita Persatuan berada di
Desa Sukorejo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.
Lembaga ini berada di tengah pemukiman penduduk
dan bersebelahan dengan lapangan sepak bola.
Fasilitas indoor yang dimiliki oleh TK Dharma
wanita Persatuan Sukorejo ini meliputi, papan tulis,
meja anak, kursi anak, rak, loker, lemari, media
pembelajaran, alat permaianan Edukatif indoor yang
terdiri dari puzzle, lego, dan lain sebagainya.
Fasilitas outdoor yang dimiliki TK Dharma
wanita Persatuan Sukorejo ini meliputi 1 ruang kelas.
Ruangan ini dibagi menjadi 4 bagian. Bagian ruangan
tersebut terdiri dari kantor, kelas A, kelas B dan
Kelompok Bermain. Alat Permainan outdoor
diantaranya ayunan, junkitan, prosotan, mandi bola,
permainan tradisional seperti bakiak, tempurung kelapa,
dan lain sebagainya.
TK Dharma wanita Persatuan Sukorejo
memiliki halaman yang cukup luas. Tetapi halaman

46
tersebut masih bisa dipakai peserta didik untuk bermain,
berolahraga dan kegiatan outdoor lainnya. Sarana yang
ada di lembaga tersebut sudah cukup memadai, hanya
saja prasarananya yang kurang cukup memadai.
Lembaga Dharma wanita Persatuan Sukorejo sudah
memiliki gedung sendiri sehingga ruang kelas sudah
nyaman untuk kegiatan KBM.
4.1.2 Profil Tenaga Pendidik
Terdapat 3 guru, 1 staf tata usaha dan 1 staf kebersihan yang ada di
lembaga tersebut dan 1 berprofesi sebagai kepala sekolah
Tabel 4.1 Data kepegawaian di TK Dharma Wanita Persatuan
NO NAMA JABATAN L/P IJAZAH

1 Tri Ginanti, S.Pd Kepala P S1 PPKN

2 Suwiyati, S.Pd Guru TK A P S1 PPKN

3 Dini Atikawati, S.Pd Guru TK B P S1 PGSD

4 Elisa Ramadhani TU P SMK

5 Uswatun Khasanah Petugas Kebersihan P SMP

Kepala TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo bernama Ibu Tri


Ginanti, S.Pd. Guru kelompok A bernama Suwiyati, S.Pd. guru
kelompok B bernama Dini Atikawati, S.Pd. staf tata usaha bernama
Elisa Ramadhani dan petugas kebersihan bernama Uswatun
Khasanah.
4.1.3 Profil Peserta Didik Kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan
Sukorejo
Berikut adalah profil anak didik kelompok A1 TK Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo Sidayu Gresik:
Tabel 4.2 tabel peserta didik TK Dharma Wanita Persatuan

TEMPAT/ TANGGAL
NO NAMA ANAK NAMA ORANG TUA
LAHIR

1 Alya Dewina Maryam Gresik, 12-12-2014 Suef Pribadi

2 Gio Langgeng Gresik, 16-06-2015 Abdul Lathif


47
Pangestu

3 Hamdan Prasetya Gresik, 01-10-2014 Afan Prasetiawan


Salim

4 M. Rojab Arrosyid Gresik, 29-05-2014 Harun Al Rasyid

5 M. Farih Al Firdaus Gresik, 07-09-2014 Ihsanul Kirom, Alm

6 M. Fikri Jauhari Gresik, 10-11-2014 Rozikin

7 M. Najmuddin Gresik, 27-03-2014 Khoirul


Nabham

8 M. Rafif Rahman Gresik, 11-11-2014 Fatkur Rohman

9 Nadya Queen Leca Gresik, 09-11-2014 Ihwan Fanani

10 Revalina Dwi Surabaya, 06-03-2015 M. Faruk Bahru Roozi


Anggraini

11 Sherin Saifi Shulha Gresik, 19-10-2014 Saiful Bahri

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian


4.2.1 Pra Siklus
Penelitian tindakan kelas didahului kegiatan pra siklus dengan tujuan
untuk mengetaui berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dan hasil
belajar siswa diperoleh data sebagai beraikut:
Tabel 4.3 Pra Siklus
Keindahan Kerapian Ketelatenan Rata-
No Nama JML Ket
         rata
1 Alya               8 2.6 TT
2 Gio             6 2 TT
3 Hamdan               6 2 TT
4 Rojab            6 2 TT
5 Farih             6 2 TT
6 Nabham           9 3 T
7 Fikri           6 2 TT
8 Alin         8 2.6 TT
9 Leca             9 3 T

48
10 Sherin            6 2 TT
11 Rafif             6 2 TT
Jumlah anak tuntas 2 T
Jumlah anak tidak tuntas 9 TT

Dari tabel tersebut diperoleh data 2 anak (18,1%) telah tuntas


belajar dengan nilai bintang 3 (), dan terdapat 9 anak (81,9%)
belum tuntas belajar dengan nilai bintang 2 () dan bintang 1 ().
Prestasi belajar dalam kelas belum tuntas karena belum mencapai
nilai 75%.
Hasil observasi pro siklus tentang kemampuan motorik halus
anak dalam keindahan, kerapian dan ketelatenan meronce belum
dikuasai oleh sebagian besar. Dengan kata lain bahwa kemampuan
motorik halus pada anak TK Dharma Wanita Perstuan Sukorejo
Sidayu Gresik, masih rendah. Hasil pengamatan aktifitas belajar
anak menunjukkan bahwa anak sangat mengalami kesulitan dalam
melakukan kegiatan, dalam belajar siswa mengalami ketakutan
sehingga belajar sangat kaku, belajar tidak menyenangkan sehingga
anak kurang mandiri.
Dari kajian dan telah hasil survei awal, peneliti lakukan diskusi
dengan guru sebagai teman sejawat dengan hasil sebagai berikut: a)
Motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Persatuan
Sukorejo belum berkembang secara optimal, b) Perkembangan
motorik halus anak kurang optimal dalam kegiatan meronce. c)
Dalam kegiatan meronce masih ada beberapa anak yang kurang
mampu dan membutuhkan bantuan guru. Untuk meningkatkan
tersebut dilakukan tindakan dengan melakukan kegiatan
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan seperti halnya
meronce, karena dalam kegiatan meronce anak akan dilatih beberapa
aspek diantaranya: 1. Keindahan anak dalam meronce, 2. Kerapian
anak dalam kegiatan meronce dan 3. Ketelatenan anak dalam
meronce.
4.2.2 Siklus I
Kegiatan siklus pertama dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 5 Nopember 2019 dilaksanakan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, analisis dan refleksi. Pokok materi perbaikan pada
siklus pertama ”Kemampuan motorik halus melalui kegiatan
meronce manik-manik”. Refleksi Siklus I dilakukan selama 2 x 30
menit dengan hasil:
1. Perencanaan

49
Dalam perencanaan yang dilakukan peneliti dengan teman
sejawat adalah membuat rencana pembelajaran yang meliputi: a)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, b) Menyusun
media belajar, c) Menyusun perangkat observasi hasil belajar.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran siklus I menggunakan skenario
pembelajaran: Kegiatan pendahuluan selama 10 menit, Kegiatan
inti selama 60 menit, dan Penutup selama 10 menit.
a. Kegiatan Awal. (10 menit)
Pada kegiatan awal yang dilakukan adalah: 1) Mengajak anak
berbaris di depan kelas, 2) Mengajak kanak masuk ke dalam
kelas dengan rapi, 3) Mengajak anak berdoa’a dan menyanyi
untuk mencairkan suasana belajar, 4) Memberikan motivasi
belajar dan membagi anak dalam 3 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 3 dan 4 orang anak.
b. Kegiatan Inti (40 menit)
Pada kegiatan inti yang dilakukan pada kegiatan belajar
Mengajar adalah: 1) Guru menjelaskan kegiatan meronce
manik-manik, 2) Guru membagikan manik-manik pada anak,
3) Guru Mengajak anak untuk mengamati setiap manik-manik
ada lubangnya dan bentuknya apa, 4) Melalui kegiatan
meronce guru memberi tahu pada anak bahwa roncean manik-
manik bisa dibuat macam-macam bentuk seperti kalung,
gelang, dan lain sebagainya, 5) Guru memberikan tugas anak
membuat bentuk roncean sekreatif mungkin, 6) Guru
mengamati dan melakukan bimbingan pada anak didik, 7)
Peserta didik menunjukkan hasil tugas roncean pada guru
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
Pada kegiatan akhir guru melakukan refleksi hasil
pembelajaran yaitu: 1) Guru memberikan menunjukkan cara
meronce yang baik dan benar sampai rapi, 2) Guru
memberikan motivasi pada anak yang berhasil dengan
memberikan penghargaan atau pujian, 3) Guru membimbing
anak untuk merapikan alat permainan yang digunakan, 5) Guru
Mengajak anak berdo’a akhir pelajaran.
3. Observasi
Untuk mengetahui hasil pada pelaksanaan pembelajaran
dilakukan analisis dengan jalan mengumpulkan hasil observasi
yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar. Kegiatan
observasi dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi
data tentang kemampuan guru dalam melaksanakan

50
pembelajaran meronce mani-manik dan kreativitas siswa dalam
membentuk manik-manik.
Lebih lanjut hasil observasi kemampuan motorik halus anak pada
siklus I diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Siklus I
Keindahan Kerapian Ketekunan Rata-
No Nama JML Ket
         rata
1 Alya             9 3 T
2 Gio             7 2.3 TT
3 Hamdan             7 2.3 TT
4 Rojab            7 2.3 TT
5 Farih             8 2.6 TT
6 Nabham           9 3 T
7 Fikri           7 2.3 TT
8 Alin         9 23 TT
9 Leca             9 3 T
10 Sherin            9 3 T
11 Rafif             8 2.6 TT
Jumlah anak tuntas 4 T
Jumlah anak tidak tuntas 7 TT

Perhitungan ketuntasan Individu:


Nilai bintang 3 () = 4/11 x 100% = 36.4%
Nilai bintang 2 () = 7/11 x100% = 63.6%
Perhitungan ketuntasan klasikal:
Tuntas = 4 skor = 4/11x 100% = 36.4%
Tidak tuntas = 7 skor = 7/11 x 100% = 63.6%
Berdasarkan data tabel diperoleh data bahwa tingkat
kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan meronce pada
siklus I: a) 4 anak (36.4%) mampu dalam keindahan, kerapian
dan ketekunan dalam meronce dengan benar, b) 7 anak (63.6%)
cukup mampu dalam kesiapan, kemampuan dan kerapian dalam
meronce dengan benar.
Secara klasikal kemampuan motorik halus anak TK
Dharma Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu belum tuntas baru
mencapai 4 anak (36.4%) mampu dalam keindahan, kerapian dan
ketekunan dalam meronce manik-manik dengan benar, yang
berarti prestasi kemampuan motorik halus anak masih rendah.
4. Refleksi Siklus I
Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan
meronce manik-manik pada siklus I: a) 4 anak (36.4%) mampu
51
dalam keindahan, kerapian dan ketekunan dalam meronce
dengan benar, b) 7 anak (63.6%) cukup mampu dalam
keindahan, kerapian dan ketekunan dalam meronce dengan
benar.
Secara klasikal kemampuan motorik halus anak TK
Dharma Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu belum tuntas baru
mencapai 4 anak (36.4%) mampu dalam keindahan, kerapian dan
ketekunan dalam meronce dengan benar, yang berarti prestasi
kemampuan motorik halus anak masih rendah.
Rendahnya prestasi hasil belajar anak TK Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo Sidayudi terpengaruhi oleh faktor
kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dari faktor siswa anak masih kurang aktif mengikuti
pembelajaran khsusnya dalam memperhatikan penjelasan guru
dan mengerjakan tugas. Prestasi belajar dalam kelas belum tuntas
karena belum mencapai 75%.
Memperhatikan hasil analisis tersebut sehingga guru perlu
memberikan motivasi dan bimbingan secara individual dengan
pendekatan persuasif untuk meningkatkan aktivitas anak dalam
kegiatan belajar dengan kegiatan meronce manik-manik.
Mengingat rendahnya hasil presatasi belajar anak tentang
kemampuan motorik halus pada siklus I sehingga perlu
dilakukan tindakan pada siklus II.
Menurut Sabil Risaldy pada hakikatnya anak itu unik,
mengekspresikan perilakunya secara spontan, bersifat aktif dan
energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias
terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang,
kaya dengan fantasi, mudah frustasi, dan memiliki daya
perhatian yang pendek. Tidak bisa memaksakan anak untuk
memperhatikan waktu lama ketika belajar, maka dari itu guru
harus pandai membuat media pembelajaran yang unik agar anak
mampu tertarik mengikuti selama pembelajaran.

4.2.3 Siklus II
Kegiatan siklus pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10
Nopember 2019 dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
analisis dan refleksi. Pokok materi perbaikan pada siklus pertama
”Kemampuan motorik halus melalui kegiatan meronce manik-
manik”. Refleksi Siklus I dilakukan selama 2 x 30 menit dengan
hasil:
1. Perencanaan

52
Dalam perencanaan yang dilakukan peneliti dengan teman
sejawat adalah membuat rencana pembelajaran yang meliputi: a)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, b) Menyusun
media belajaran, c) Menyusun perangkat observasi hasil belajar.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II menggunakan skenario
pembelajaran: Kegiatan pendahuluan selama 10 menit, Kegiatan
inti selama 60 menit, dan Penutup selama 10 menit.
a. Kegiatan awal (10 menit)
Pada kegiatan awal yang dilakukan adalah: 1) Mengajak
anak berbaris di depan kelas, 2) Mengajak anak masuk ke
dalam kelas dengan rapi, 3) Mengajak k anak berdoa’a dan
menyanyi untuk mencairkan suasana belajar, 4) Memberikan
motivasi belajar dan membagi anak dalam 3 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 orang anak.
b. Kegiatan Inti (40 Menit)
Pada kegiatan inti yang dilakukan pada kegiatan belajar
Mengajak radalah: Pada kegiatan inti yang dilakukan pada
kegiatan belajar Mengajar adalah: 1) Guru menjelaskan
kegiatan meronce manik-manik, 2) Guru membagikan
manik-manik pada anak, 3) Guru Mengajak anak untuk
mengamati setiap manik-manik ada lubangnya dan
bentuknya apa, 4) Melalui kegiatan meronce guru memberi
tahu pada anak bahwa roncean manik-manik bisa dibuat
macam-macam bentuk seperti kalung, gelang, dan lain
sebagainya, 5) Guru memberikan tugas anak membuat
bentuk roncean sekreatif mungkin, 6) Guru mengamati dan
melakukan bimbingan pada anak didik, 7) Peserta didik
menunjukkan hasil tugas roncean pada guru
c. Kegiatan akhir (10 menit)
Pada kegiatan akhir guru melakukan refleksi hasil
pembelajaran yaitu: 1) Guru memberikan menunjukkan cara
meronce yang baik dan benar sampai rapi, 2) Guru
memberikan motivasi pada anak yang berhasil dengan
memberikan penghargaan atau pujian, 3) Guru membimbing
anak untuk merapikan alat permainan yang digunakan, 5)
Guru Mengajak anak berdo’a akhir pelajaran.
3. Observasi
Untuk mengetahui hasil pada pelaksanaan pembelajaran
dilakukan analisis dengan jalan mengumpulkan hasil observasi

53
yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar. Kegiatan
observasi dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi
data tentang kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran meronce mani-manik dan kreativitas siswa dalam
membentuk manik-manik.
Lebih lanjut hasil observasi kemampuan motorik halus anak pada
siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.5 Siklus II
Keindahan Kerapian Ketelatenan Rata-
No Nama JML Ket
         rata
1 Alya             9 3 T
2 Gio             7 2.3 TT
3 Hamdan           9 3 T
4 Rojab            9 3 T
5 Farih             9 3 T
6 Nabham           9 3 T
7 Fikri           7 2.3 TT
8 Alin         9 3 T
9 Leca             9 3 T
10 Sherin            9 3 T
11 Rafif             9 3 T
Jumlah anak tuntas 9 T
Jumlah anak tidak tuntas 2 TT

Perhutungan ketuntasan Individu:


Nilai bintang 3 ()= 9 skor = 9/11 x 100% = 81.9%
Nilai bintang 2 () = 2 skor = 2/11 x100% = 18.1%
Perhitungan ketuntasan klasikal:
Tuntas = 9 skor = 9/11 x 100% = 81.9%
Tidak tuntas = 2 skor = 2/11 x 100% = 18.1%
Berdasarkan data tabel diperoleh data bahwa tingkat kemampuan
motorik halus melalui kegiatan meronce manik-manik pada
siklus II: a) 9 anak (81.9%) mampu dalam keindahan, kerapian
dan ketekunan dalam meronce dengan benar, b) 2 anak (18.1%)
cukup mampu dalam keindahan, kerapian dan ketekunan dalam
meronce dengan benar.
Secara klasikal kemampuan motorik halus anak TK Dharma
Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu belum tuntas baru mencapai 9
anak (81.9%) mampu dalam keindahan, kerapian dan ketekunan
dalam meronce dengan benar, yang berarti prestasi kemampuan
motorik halus anak masih rendah. Yang berarti prestasi belajar
dalam kelas belum tuntas karena belum mencapai 75%.
54
4. Refleksi Siklus II
Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan
meronce manik-manik pada siklus II: a) 9 anak (81.9%) mampu
dalam keindahan, kerapian dan ketekunan dalam meronce
dengan benar, b) 2 anak (18.1%) cukup mampu dalam
keindahan, kerapian dan ketekunan dalam meronce dengan
benar.
Secara klasikal kemampuan motorik halus anak TK Dharma
Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu telah tuntas mencapai 9 anak
(81.9%) mampu dalam keindahan, kerapian dan ketekunan
dalam meronce dengan benar, yang berarti prestasi kemampuan
motorik halus anak sudah berkembang dengan baik dan benar.
yang berarti prestasi kemampuan motori halus anak dalam kelas
telah tuntas karena telah mencapai 81.9%.
Peningkatan prestasi hasil belajar anak TK Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo Sidayu dipengaruhi oleh faktor kemampuan
guru membimbing anak dalam melatih motorik halus dan anak
telah aktif mengikuti kegiatan belajar Mengajar melalui kegiatan
meronce manik-manik
Memperhatikan peningkatan prestsi yang dicapai pada siklus II
sehingga penelitian tindakan dihentikan karena telah memenuhi
strandar ketuntasan minimal secara kalikal.
Menurut Uyu Wahyudin Anak memiliki berbagai macam
potensi yang harus dikembangkan, meskipun pada umumnya
anak memiliki pola perkembangan yang sama, tetapi ritme
perkembangannya akan berbeda satu sama lainnya karena pada
dasarnya anak bersifat individual. Anak memiliki pola
perkembangan yang sama, tetapi ritme perkembangannya akan
berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat
individual.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas, maka dapat
dilakukan pembahasan yang berhubungan dengan kegiatan meronce untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK A Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo Sidayu.
Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang
dilaksanakan dan semua aspek penelitian yang menjadi fokus penelitian
tindakan kelas ini. Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau
tidaknya motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif
atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran. Sebab anak yang belajar
dengan aktif akan memperoleh hasil belajar yang baik, sebaliknya anak

55
yang belajar secara pasif tentunya akan memperoleh hasil belajar yang
kurang baik.

Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak dibagi dalam


kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan, hal ini
bertujuan agar anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang
lainnya. Setiap anak diberi kesempatan untuk meronce dan anak yang
meronce dengan baik diberi pujian sedangkan yang kurang mampu diberi
motivasai, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak.
Pada pra tindakan baru sekitar 18,1% yang bisa dikategorikan
berhasil sangat baik dan baik, masih ada sekitar 81,9% yang masih belum
berhasil, kemungkinan hal itu disebabkan karena anak belum terbiasa
dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan fisik motorik
halusnya seperti meronce manik-manik, hal ini dilakukan untuk mengukur
kemampuan motorik halus anak.
Disamping itu kurangnya fasilitas atau media yang bisa membantu
kemampuan anak juga kebiasaan-kebiasaan anak yang cenderung pasif.
Selanjutnya kemampuan penyebab rendahnya kemampuan anak dalam
mengembangkan motorik halusnya pada pra tindakan bisa bersumber dari
lingkungan bermain dan juga suasana dalam pembelajar yang kurang
menyenangkan. Kemungkinan pembelajaran sangat monoton banyak
aktifitas yang didominasi oleh guru, hal itu yang mendorong peneliti untuk
melakukan perbaikan pembelajaran untuk melakukan tindakan siklus I
yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Siklus I, sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti
berdiskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta
kepadanya untuk berkolaborasi membantu untuk menjadi pengamat.
Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan
yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat sebagai media yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I.
Dalam siklus I ini sudah menunjukan peningkatan meskipun belum
maksimal, peningkatan dari beberapa kemampuan yang diamati seperti
kemampuan menyusun bentuk roncean, memilih warna roncean, rata-rata
sudah mengalami peningkatan yaitu terdapat a)4 anak (36,4%) mampu
dalam kesiapan, kemampuan dan kerapian dalam meronce dengan benar,
b) 7 anak (63.6%) cukup mampu dalam kesiapan, kemampuan dan
kerapian dalam meronce dengan benar. Hasil tersebut masih dibawah
indikator keberhasilan, untuk itu penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Adanya faktor yang menyebabkan adanya kemampuan peningkatan
motorik halus anak tersebut dengan meningkatkan minat dan perhatian

56
tersebut diasumsikan menjadi pendorong meningkatnya kemampuan
motorik halus anak. Disisi lain, dapat pula dianalisis masih ada beberapa
anak yang belum menunjukkan hasil yang maksimal atau belum
meningkat kemampuanya. Hal ini perlu dianalisi lagi apakah karena
anaknya sendiri yang belum termotivasi atau media yang digunakan belum
menarik minatnya.
Siklus II, Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti
berdiskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta
kepadanya untuk berkolaborasi membantu untuk menjadi pengamat.
Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan
yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat sebagai media yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus II
Dalam siklus II ini sudah menunjukan peningkatan meskipun belum
maksimal, peningkatan dari beberapa kemampuan yang diamati seperti
kemampuan menyusun bentuk roncean, memilih warna roncean, rata-rata
sudah mengalami peningkatan yaitu terdapat a) 9 anak (81.9%) mampu
dalam kesiapan, kemampuan dan kerapian dalam meronce dengan benar,
b) 2 anak (18.1%) cukup mampu dalam kesiapan, kemampuan dan
kerapian dalam meronce dengan benar.
Berdasarkan kategori ketuntasan belajar yang telah ditentukan
sebelumnya maka pembelajaran meronce pada siklus II ini bisa dikatakan
tuntas, karena ketuntasan belajar siswa sudah mencapai diatas 75 %.
Berdasarkan temuan diatas, kegiatan meronce dalam pembelajaran mampu
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan ketuntasan belajar anak
81.9%. Berdasarkan temuan diatas, kegiatan meronce dalam pembelajaran
mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan ketuntasan
belajar anak.
Menurut Sabil Risaldy pada hakikatnya anak itu unik,
mengekspresikan perilakunya secara spontan, bersifat aktif dan energik,
egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias terhadap banyak
hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya dengan fantasi, mudah
frustasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek. Tidak bisa
memaksakan anak untuk memperhatikan waktu lama ketika belajar, maka
dari itu guru harus pandai membuat media pembelajaran yang unik agar
anak mampu tertarik mengikuti selama pembelajaran.

57
58
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa dengan kegiatan meronce menggunakan manik-
manik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dikelompok A
TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo Sidayu. Kesimpulan tersebut terbukti
dengan adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus I
36.4, siklus II 81.9%.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar
antara lain, minat, sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu
menciptakan situasi yang dapat memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat
berkembang dengan baik.
1. Kepala Taman kanak-kanak Lestari, agar selalu memberikan
kesempatan pada para guru untuk melakukan perbaikan pembeljaran
dalam upaya meningkatkan kemampuan sebagai guru yang profesional.
2. Para guru agar termotivasi untuk selalu melakukan berbagai aktifitas
dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai upaya memperbaiki
proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.
3. Murid agar selalu aktif dalam kegiatan kelas dan luar kelas serta
memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan semua potensi
yang dimilikinya terutama untuk menjadi anak yang berkarakter.

Para peneliti lain untuk menjadikannya hasil penelitian ini sebagai bahan
acuan atau pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau
berbeda baik fokus masalah, metode teknik, pengumpulan data maupun
analisis.

i
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Lentera Cendekia.


Arikunto,S, 2002, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,S.Suhardjono,Supardi, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi
Aksara.
Bkkbn, 2011, Petunjuk Pemanfaatan Media APE, Lamongan: Pemerintah
Kabupaten Lamongan.
Darmadi, H, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta
Darmastuti, T, 2013, Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Meronce Manik-
Manik Melalui Metode Demonstrasi, tersedia di
http://www.scribd.com/dok/ diakses tanggal 17 maret 2015 16:00
WIB.
Depdiknas, 2010, Pedoman Penilaian Di Taman Kanak- kanak, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2004, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia
Dini Taman Kanak-Kanak dan Roudhotul Athfal, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2004, Pedoman Penilaian Di Taman Kanak- kanak, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2005, Pedoman Penilaian Di Taman Kanak- kanak, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2003, Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Evaluasi Pembelajaran, Surabaya:
Direktorat Tenaga Kependidikan.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, 2009, Pedoman Penerapan Pendekatan
Beyond Centers And Circle Time (BCCT) Pendekatan Sentra Dan
Lingkungan Dalam Paud, Surabaya: Departemen Pendidikan
Nasional.
Ening, 2013 ,Kemampuan Peningkatan Fisik Motorik Halus Anak Melalui
Pendekatan Pakem : Universitas Tadulako.

ii
Musdzalifah, L, 2007, Peningkatan Pengajaran Reading Menggunakan Teknik
Question-Answer Terhadap Prestasi Siswa, surabaya :
Universitas Adi Buana.
Semiawan, Conny, 2008, Belajar Dan Pembelajaran Pra Sekolah Dan Sekoplah
Dasar, Indonesia : Macana Jaya Cemerlang.
Semiawan, Conny, 2009, Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, Dan
Bagaimana, Indonesia : Macana Jaya Cemerlang.
Setyoningtyas, l, 2013, Meningkatkan Motorik Halus Anak Dengan Bermain
Meronce Manik-Manik Berwarna, tersedia di
http://www.scribd.com/dok/ diakses tanggal 5 februari 2015
14:12 WIB.
Sugiati, R, 2013, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan
Meronce, jember : Universitas Muhammadiyah.
Suswanto, 2014, Pedoman Penulisan Skripsi, jember: Universitas
Muhammadiyah.

iii
Lampiran 1
MATRIK PNELITIAN TINDAKAN KELAS
NAMA : LILIK HERNAWATI
NIM : 20181114125
Judul Rmusan Varia Indikato Sumb Metode Hipotesis
Masalah bel r er Penelitian Penelitia
Data n
Meningk 3. Bagai Varia 5. Ana Guru Bentuk Kegiatan
atkan mana bel k dan Penelitian: meronce
Kemamp pener Beba mam 11 dapat
apan pu Penelitian
uan s: Anak meningk
kegiat mem Tindakan Kelas
Motorik kelom atkan
an Mero buat
Halus pok A kemamp
mero nce bebe
Melalui TK uan
nce mani rapa Metode
Kegiatan Dhar motorik
pada k- bent Pengumpulan
Meronce ma halus
anak mani uk Data:
Manik- Kelo ronc Wanit pada
k
Manik mpok ean a 1. Observa anak
A1 di deng Persat si kelompo
Pada
TK an uan 2. Dokume k A TK
Anak Varia
Dhar mani Sukor ntasi Dharma
Kelompo bel Rumus:
ma k- ejo Wanita
k A Tk Terik
Wanit mani Siday Persatua
Dharma a at: k u n
Wanita Persat 6. Ana
Moto Gresik Sukorejo
Persatua uan k
rik Sidayu
n Sukor mam
Halus Gresik.
Sukorejo ejo? pu
Sidayu Anak
4. Bagai mem
Gresik mana buat
penin kom
gkata posis
n i
kema atau
mpua bent
n uk
motor yang
ik prop
halus orsio
pada nal
kegiat dan
an men
mero arik
nce 7. Ana
anak k
di TK mam
iv
Dhar pu
ma dala
Wanit m
a kera
Persat pian
uan mem
Sukor buat
ejo? bent
uk
8. Ana
k
mam
pu
bers
abar
mero
nce
satu
pers
atu
sam
pai
seles
ai

v
Lampiran 2
DAFTAR NAMA ANAK
TK DHARMA WANITA PERSATUAN SUKOREJO

TEMPAT/
NO NAMA ANAK NAMA ORANG TUA
TANGGAL LAHIR
1 Alya Dewina Maryam Gresik, 12-12-2014 Suef Pribadi
2 Gio Langgeng Pangestu Gresik, 16-06-2015 Abdul Lathif
3 Hamdan Prasetya Salim Gresik, 01-10-2014 Afan Prasetiawan
4 M. Rojab Arrosyid Gresik, 29-05-2014 Harun Al Rasyid
5 M. Farih Al Firdaus Gresik, 07-09-2014 Ihsanul Kirom, Alm
6 M. Fikri Jauhari Gresik, 10-11-2014 Rozikin
7 M. Najmuddin Nabham Gresik, 27-03-2014 Khoirul
8 M. Rafif Rahman Gresik, 11-11-2014 Fatkur Rohman
9 Nadya Queen Leca Gresik, 09-11-2014 Ihwan Fanani
10 Revalina Dwi Anggraini Surabaya, 06-03-2015 M. Faruk Bahru Roozi
11 Sherin Saifi Shulha Gresik, 19-10-2014 Saiful Bahri

Gedung TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo

i
Lampiran 3
DAFTAR GURU
TK DHARMA WANITA PERSATUAN SUKOREJO

NO NAMA JABATAN L/P IJAZAH


1 Tri Ginanti, S.Pd Kepala P S1 PPKN
2 Suwiyati, S.Pd Guru TK A P S1 PPKN
3 Dini Atikawati, S.Pd Guru TK B P S1 PGSD
4 Elisa Ramadhani TU P SMK
5 Uswatun Khasanah Petugas P SMP
Kebersihan

Foto Bersama Guru TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo

ii
Lampiran 4
DATA HITUNGAN PRA SIKLUS

Kesiapan Kemampuan Kerapian Rata-


No Nama JML Ket
         rata
1 Alya               8 2.6 TT
2 Gio             6 2 TT
3 Hamdan               6 2 TT
4 Rojab            6 2 TT
5 Farih             6 2 TT
6 Nabham           9 3 T
7 Fikri           6 2 TT
8 Alin         8 2.6 TT
9 Leca             9 3 T
10 Sherin             6 2 TT
11 Rafif             6 2 TT
Jumlah anak tuntas 2 T
Jumlah anak tidak tuntas 9 TT

Nilai bintang 3 () = 2/11 x 100% = 18,1%


Nilai bintang 2 () = 9/11 x 100% = 81,9%
Perhitungan ketuntasan klasikal:
Tuntas = 2 skor = 2/11 x 100% = 18,1%
Tidak Tuntas = 9 skor = 9/11 x 100% = 81,9%

Lampiran 5
PERHITUNGAN SIKLUS 1

No Nama Kesiapan Kemampuan Kerapian JML Rata- Ket

iii
         rata
1 Alya             9 3 T
2 Gio             7 2.3 TT
3 Hamdan             7 2.3 TT
4 Rojab            7 2.3 TT
5 Farih             8 2.6 TT
6 Nabham           9 3 T
7 Fikri           7 2.3 TT
8 Alin         9 23 TT
9 Leca             9 3 T
10 Sherin             9 3 T
11 Rafif             8 2.6 TT
Jumlah anak tuntas 4 T
Jumlah anak tidak tuntas 7 TT

Nilai bintang 3 () = 4/11 x 100% = 36.4%


Nilai bintang 2 () = 7/11 x100% = 63.6%
Perhutungan ketuntasan klasikal:
Tuntas = 4 skor = 4/11x 100% = 36.4%
Tidak tuntas = 7 skor = 7/11 x 100% = 63.6%

Lampiran 6
PERHITUNGAN SIKLUS 2

Kesiapan Kemampuan Kerapian Rata-


No Nama JML Ket
         rata
1 Alya             9 3 T
2 Gio             7 2.3 TT
3 Hamdan           9 3 T
4 Rojab            9 3 T
5 Farih             9 3 T
6 Nabham           9 3 T
iv
7 Fikri           7 2.3 TT
8 Alin         9 3 T
9 Leca             9 3 T
10 Sherin             9 3 T
11 Rafif             9 3 T
Jumlah anak tuntas 9 T
Jumlah anak tidak tuntas 2 TT

Nilai bintang 3 () = 9 skor = 9/11 x 100% = 81.9%


Nilai bintang 2 () = 2 skor = 2/11 x100% = 18.1%
Perhutungan ketuntasan klasikal:
Tuntas = 9 skor = 9/11 x 100% = 81.9%
Tidak tuntas = 2 skor = 2/11 x 100% = 18.1%

LAMPIRAN 7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
HARIAN (RPPH)
TK DHARMA WANITA PERSATUAN SUKOREJO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Semester/ Bulan / Minggu : I


Hari/ tanggal : Nopember 2019
Kelompok :A
Tema : TANAMAN
Sub Tema : SAYUR & BUAH
 Materi Dalam Kegiatan
1. Berbaris di halam kelas
2. Menirukan Do’a
3. Meronce Manik-Manik
4. Menyebutkan buah & sayur kesukaan
5. Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik
v
6. Mengenal berbagai karya
 Materi Yang Masuk Dalam Pembiasaan
- SOP Penyambutan
- SOP Pembukaan
- SOP Inti
- SOP Penutup
 Alat dan Bahan
- Manik-manik
- Benang
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
- Mengucap doa sebelum kegiatan
- Diskusi tata tertib main
- Menyanyi
- Berjalan di atas papan titian
B. Inti (60 Menit)
1. Anak Mengamati
- Guru menerangkan cara meronce manik-manik
2. Anak Bertanya
- Diskusi tentang buah dan sayur yang sering makan anak-anak
3. Anak Mengumpulkan Informasi
- Guru mengajak anak untuk berdiskusi tentang media yang dibawa
guru
- Guru mengajak anak untuk meronce manik-manik bersama
4. Anak Menalar
- Anak mengetahui manfaat buah dan sayur
5. Anak Mengkomunikasi
- Anak menyebutkan macam-macam buah dan sayur
- Anak megkomunikasikan manfaat buah dan sayur
Recalling
- Beres-beres
- Menanyakan kegiatan pada hari itu
- Materi apa yang diingatnya
C. Penutup
- Menanyakan perasaan saat meronce manik-manik dari awal sampai
akhir
- Menginformasikan kegiatan esok hari
- SOP Penutup

Mengetahui
Kepala TK DWP
Sukorejo
vi
TRI GINANTI, S.Pd

LAMPIRAN 8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
HARIAN (RPPH)
TK DHARMA WANITA PERSATUAN SUKOREJO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Semester/ Bulan / Minggu : I


Hari/ tanggal : Nopember 2019
Kelompok :A
Tema : TANAMAN
Sub Tema : SAYUR & BUAH
 Materi Dalam Kegiatan
1. Menirukan Do’a
2. Olahraga
3. Meronce manik-manik
4. Menyebutkan buah & sayur kesukaan
5. Menggunakan anggota tubuh untuk mengembangkan motorik
6. Mengenal berbagai karya
 Materi Yang Masuk Dalam Pembiasaan
- SOP Penyambutan
- SOP Pembukaan
- SOP Tata Tertib
- SOP Penutup

vii
 Alat dan Bahan
- Sound Sistem
- Buah dan Sayur
- Benang
- Manik-manik
A. PEMBUKAAN (30 Menit)
- Mengucap doa sebelum kegiatan
- Diskusi tata tertib main
- Menyanyi
B. Inti (60 Menit)
6. Anak Mengamati
- Buah dan Sayur
- Guru yang sedang memperagakan alat main meronce manik-manik
7. Anak Bertanya
- Diskusi tentang rasa buah dan sayur
8. Anak Mengumpulkan Informasi
- Guru mengajak anak untuk meronce manik-manik
- Guru mengajak anak untuk berdiskusi tentang media yang dibawa
guru
9. Anak Menalar
- Anak mengetahui manfaat buah dan sayur
10. Anak Mengkomunikasi
- Anak menyebutkan macam-macam buah dan sayur
- Anak megkomunikasikan manfaat buah dan sayur
Recalling
- Beres-beres
- Menanyakan kegiatan pada hari itu
- Materi apa yang diingatnya
C. Penutup
- Menanyakan perasaan saat bermain dari awal sampai akhir
- Menginformasikan kegiatan esok hari
- SOP Penutup

Mengetahui
Kepala TK DWP
Sukorejo

TRI GINANTI, S.Pd

viii
Lampiran 9
SURAT KETERANGAN MELAKUKAN PENELITIAN

SURAT KETERANGAN
No. 119/TK.DWP.II/XI/2019

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : TRI GINANTI, S.Pd
NIP :-
Jabapat : Kepala Sekolah

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:


Nama : LILIK HERNAWATI
NIM : 20181114125
Jurusan : PGPAUD
Telah melakukan penelitian tindakan kelas di Sekolah kami untuk penulisan
skripsi dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Meronce Manik-Manik Pada Anak Kelompok A TK Dharma Wanita
Persatuan Sukorejo Sidayu Gresik” .

Demikian surat keterangan ini dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gresik, 30 Nopember
2019
Kepala TK

TRI GINANTI, S.Pd

ix
Lampiran 10
DOKUMENTASI SIKLUS 1

Berbaris sebelum masuk kelas

Berdo’a untuk mengawali pembelajaran

Berjalan di atas papan titian

x
Manik-manik

Anak-anak menunjukkan hasil karya

Hasil karya anak-anak

Lampiran 11
DOKUMENTASI SIKLUS 2

xi
Anak-anak senam sebelum masuk kelas

Anak-anak berdoa sebelum memulai kegiatan belajar

Bahan manik-manik

xii
Anak-anak melakukan kegiatan meronce manik-manik

Anak-anak menunjukkan hasil karya meronce manik-manik

Lampiran 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii
Penulis bernama lengkap Lilik Hernawati, biasa dipanggil Hera.
Dilahirkan di kota Gresik pada tanggal 12 Juni 1981. Penulis merupakan anak
ketiga dari Bapak Sadikin dan Ibu Sudasih. Penulis tinggal di Desa Sukorejo
Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik. Penulis telah menyelesaikan pendidikan
Taman Kanak-Kanak di TK Dharma Wanita Persatuan Sukorejo. Melanjutkan
pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sukorejo. Kemudian masuk pada
jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sidayu. Untuk studi jenjang
Sekolah Menengah Akhir telah diselesaikan oleh penulis di SMA Negeri 1
Sidayu. Lulus SMA pada tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan D2 PGTK
ke Universitas Negeri Surabaya, kemudian penulis meanjutkan S1 di Universitas
Muhammadiyah Surabaya pada jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini (PGPAUD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).

xiv
Lampiran 13

GEDUNG TK DHARMA WANITA PERSATUAN SUKOREJO

Lampiran 13

xv
GEDUNG TK DHARMA WANITA PERSATUAN SUKOREJO

xvi
xvii

Anda mungkin juga menyukai